Anda di halaman 1dari 40

ANALISIS PRODUKVIFITAS TANAMAN KOPI ROBUSTA DI

KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Praktikum


Metode Penulisan Agribisnis

Oleh ;
MELINDA APRILIA PUTRI
NPM : 21024010210

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PRODUKTIFITAS TANAMAN KOPI ROBUSTA DI


KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

Oleh :

MELINDA APRILIA PUTRI

21024010210

Telah diterima pada tanggal

16 Juni 2023

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Pendamping Pembimbing Utama

Mirza Andrian Syah, S.P., M.P.

NIP. 19960827202203101

Mengetahui

Koordinator Program Studi

Dr. Ir. Nuriah Yulianti, M.P

NIP. 196207121991032001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan berkah dan rahmatnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas

akhir praktikum Metode Penulisan Agribisnis

Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mirza Andrian

Syah,S.P.,M.P selaku dosen pembimbing praktikum metode penulisan agribisnis

yang telah membantu saya baik secara materi maupun moral. saya juga mengucapkan

terima kasih kepada teman teman kelas yang telah memberikan semangat kepada

saya.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa ini

masih jauh dari kata kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan saya yang

terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran akan saya terima demi terciptanya makalah

yang lebih baik lagi.

Pada bagian terakhir, semoga poposal yang berjudul "ANALISIS

PRODUKTIFITAS TANAMAN KOPI DI KECAMATAN DAMPIT KAPUTEN

MALANG" ini dapat menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk

perkembangan dan peningkatan ilmu pertanian.

iii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii

KATA PENGANTAR..................................................................................................iii

DAFTAR ISI................................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi

DAFTAR TABEL.......................................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5

1.3 Tujuan.............................................................................................................5

1.4 Manfaat...........................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................7

2.1 Penelitian Terdahulu.......................................................................................7

2.2 Landasan Teori................................................................................................9

2.2.1 Produktivitas............................................................................................9

2.2.2 Tanaman Kopi.......................................................................................13

2.2.3 Pengukuran Efisiensi Teknis.................................................................16

iv
2.3 Kerangka Berpikir.........................................................................................18

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................21

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................21

3.2 Metode Sampling..........................................................................................21

3.3 Definisi Operasional.....................................................................................22

3.4 Metode Pengumpulan Data...........................................................................22

3.5 Metode Analisis Penelitian...........................................................................25

3.6 Rancangan Peneltian.....................................................................................28

v
DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

Gambar 2. 1 Efisiensi Teknis dan Alokasi Berorientasi Input...................................17

Gambar 2. 2 Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input dan Output serta Returns to

Scale.............................................................................................................................18

Gambar 2. 3 Kerangka Berpikir..................................................................................19

vi
DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

Tabel 1. 1 Luas dan Produksi Kopi Robusta Kabupaten Malang 2016-2018..............3

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu.....................................................................................7

Tabel 3. 1 Rancangan Penelitian.................................................................................28

vii
DAFTAR LAMPIRAN

viii
9

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan pembangunan di Indonesia dipusatkan pada tujuan untuk

membangun warga negara yang lebih adil sebagai akibat dari meningkatnya tingkat

pendapatan dan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan. Pelaksanaan strategi

pembangunan dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi diarahkan

untuk mempergunakan potensi dan sumber daya yang tersedia semaksimal mungkin.

Namun, konsekuensi pembangunan tidak selalu seragam, dan masih terdapat

perbedaan yang substansial antar wilayah geografis. Terlepas dari perbedaan ini,

masih ada perbedaan besar antara wilayah geografis. Prospek kebutuhan dan tujuan

masyarakat yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah perlu diperhatikan dalam

proses pembangunan daerah. Pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara seefisien

mungkin tidak mungkin jika pelaksanaan prioritas pembangunan daerah tidak

dikaitkan dengan kemampuan masing-masing daerah. Ada kemungkinan bahwa

kawasan tersebut akan memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat

sebagai akibat langsung dari keadaan ini (Pradnyadewi & Purbadharmaja, 2017).

Pertumbuhan ekonomi merupakan metrik yang dapat digunakan untuk

mendorong pembangunan suatu wilayah berdasarkan berbagai sektor ekonomi yang

secara langsung mencirikan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ini dapat

langsung dikaitkan dengan sejumlah faktor ekonomi yang berbeda. Menurut Sukirno

(2014), pertumbuhan ekonomi mengacu pada perluasan aktivitas dalam ekonomi,

yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan jumlah barang dan jasa yang

diproduksi serta peningkatan standar hidup masyarakat. Kopi merupakan produk


10

pertanian bermutu tinggi yang telah dibudidayakan di berbagai negara, salah satunya

Indonesia (Oktasari & Trilaksana, 2014). Kopi adalah komoditas signifikan yang

telah diperdagangkan di pasar komoditas termasuk Exchange Traded Funds (ETFs).

Kopi bahkan disebut sebagai “komoditas paling berharga kedua yang diekspor oleh

negara-negara berkembang” dalam buku tahunan komoditas yang diterbitkan oleh

United Nations Conference on Trade and Development periode 1970-1998. Tahun

2015 menandai tahun dimana Organisasi Kopi Internasional (ICO) merayakan hari

jadinya yang ke-50. Salah satu tempat yang terkenal dengan komoditas hasil

perkebunan yang berkualitas antara lain tembakau, cengkeh, dan kopi adalah

Kabupaten Malang (Dita, 2020). Namun, produk tembakau paling banyak dicari di

Kabupaten Malang. Selain itu, harga komoditas tembakau cenderung stabil selama

musim panen. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa cuaca memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kualitas tembakau. Jika cuaca cerah, kualitas tembakau akan

meningkat, yang akan menghasilkan harga produk jadi yang lebih tinggi. Meskipun

petani lebih cenderung menanam kopi sebagai akibat dari kenaikan hasil dan harga

kopi, yang menyebabkan petani lebih cenderung menanam kopi, produksi kopi yang

melimpah seringkali menyebabkan harga kopi bervariasi (Siadari et al., 2020). Tetapi

bialamana kecenderungan petani untuk menanarn kopi ialah pilihan yang masuk akal,

itu karena petani mengamati peningkatan hasil dan harga kopi.

Kopi Arabika dan kopi Robusta adalah dua varietas utama kopi yang ditanam

di Indonesia. Produksi bahan baku kopi robusta berasal dari perkebunan rakyat di

Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 sebagaimana disampaikan oleh Kementerian

Pertanian (2014). Perkebunan tersebut mayoritas berada di Kabupaten Malang yang


11

memberikan kontribusi hingga 30,60% dari total produksi kopi sebanyak 8.393 ton

(Widyastuti, 2018). Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa komoditi kopi yang

dihasilkan Kabupaten Malang adalah jenis kopi robusta dan yang paling popular

adalah kopi robusta hasil produksi kecamatan Dampit. Kopi robusta ialah salah satu

varietas kopi yang mempunyai rasa lebih pahit, sedikit asam, teksturnya lebih kasar,

dan mengandung kadar kafein yang lebih banyak (Winarno & Darsono, 2019). Akan

tetapi, Meski lebih pahit, kopi Robusta merupakan salah satu jenis kopi yang dikenal

di seluruh dunia karena kualitasnya yang tinggi dan cita rasa yang nikmat. Secara

khusus, kopi Dampit yang hampir seluruhnya diekspor ke negara lain adalah jenis

kopi Robusta. Berikut ini adalah data kopi robusta yang berada di Kabupaten Malang.
12

Berdasarkan tabel 1.1, peneliti memilih jenis kopi robusta yang diproduksi di

kecamatan Dampit. Hal ini dikarenakan kopi Robusta Dampit dibudidayakan pada

ketinggian lebih dari 800 meter di atas permukaan laut. Hal ini berpengaruh pada

suhu, cuaca, cara merawatnya, lingkungan sekitar kebun, proses pasca panen,

pengeringan hingga proses pemanggangan, dan sebagainya. Semua faktor tersebut

berkontribusi pada cita rasa kopi Robusta Dampit yang khas. Robusta Dampit Malang

sering dianggap sebagai kopi terbaik di dunia.

Melimpahnya hasil produksi kopi robusta di Dampit tersebut juga dikarenakan

adanya faktor produksi yang mendukung hasilnya. Pertama, luas lahan di wilayah

Dampit adalah yang paling luas dibandingkan di kecamatan lain, oleh karena itu, para

petani akan dapat memanen jumlah makanan yang lebih tinggi jika mereka memiliki

akses ke lahan yang lebih luas. Kedua, harus ada dukungan yang cukup untuk jumlah

pekerja yang sekarang dipekerjakan. Oleh karena itu, tenaga kerja dibutuhkan dalam

proses produksi kopi di Kecamatan Dampit karena selama ini masih menggunakan

cara tradisional, mulai dari awal penanaman hingga pemanenan biji (Widyarto &

Suprapto, 2017).

Ketiga, jumlah tanaman yang ditanam oleh petani juga menjadi salah satu

faktor produksi. dimana kuantitas kopi yang dihasilkan berbanding lurus dengan

jumlah tanaman kopi yang ditanam. Keempat, jumlah pupuk yang digunakan akan

berpengaruh pada output. Semakin banyak pupuk yang dipergunakan maka akan

semakin baik hasilnya, dan semakin banyak pula kopi yang dipanen. Kelima, faktor

umur tanaman. Dimana pada umur 3 tahun sampai 30 tahun tanaman kopi akan
13

berbuah dan dapat dipanen. Tetapi akan berproduksi maksimal pada saat berumur 9

tahun sampai 20 tahun (Widyarto & Suprapto, 2017).

Dengan adanya pengelolaan dan penanganan yang lebih terarah, diharapkan

sanggup menstabilkan harga kopi khusunya Kabupaten Malang, kiprah aktif

berdasarkan beberapa perkebunan dan kiprah pemerintah menjadi penghasil

kebijakan, rnaka persaingan harga yang sehat akan bisa diminimalisir. Kabupaten

Malang memiliki perkebunan kopi terluas yakni 2.035,52 hektar & produksi kopi,

yakni 408,81 Ton (Yones, 2020). Temuan ini mengambarkan bahwasanya pusat

komoditas kopi pada Provinsi Jawa Timur berada pada Kabupaten Malang.

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini mengambil judul “Analisis

Produktifitas Tanaman Kopi Robusta di Kecamatan Dampit Kabupaten Malang”.

Pemilihan jenis kopi dan lokasi tersebut dikarenakan kopi robusta di wilayah

tersebut berdasarkan tabel di atas adalah yang paling luas baik dalam lahan dan

produktivitas dibandingkan dengan di wilayah kecamatan lain. Selain itu lokasi

perkebunan Kopi Robusta Dampit Malang dipilih untuk kecamatan dampit

berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh World Coffee Association. Berdasarkan

hasil evaluasi tersebut, terdapat lima varietas kopi yang memiliki kualitas terbaik,

dengan Kopi Robusta Dampit Malang menjadi salah satu varietas tersebut.

Pemberlakuan regulasi terhadap produsen kopi, khususnya di Kabupaten Malang,

karena kopi merupakan produk ekspor selain migas yang berpotensi mendongkrak

devisa negara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem pengelolaan tanaman kopi di Kecamatan Dampit?
14

2. Bagaimana taraf produktifitas tanaman kopi di Kecamatan Dampit?

3. Bagaimana efisiensi pemanfaatan faktor-faktor produksi tanaman kopi di

Kecamatan Dampit?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sistem pengelolaan tanaman kopi di Kecamatan Dampit.

2. Menganalisis taraf produktifitas tanaman kopi di Kecamatan Dampit.

3. Mendeskripsikan efisiensi pemanfaatan faktor-faktor produksi tanaman kopi

di Keacamatan Dampit.

1.4 Manfaat
1. Bagi petani tanaman kopi.

Kegunaan bagi petani tanaman kopi di sebuah kabupaten atau daerah

diantarannya dapat memberikan sosialisasi dan bimbingan dalam melakukan

usahatani tanaman kopi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

kajian bagi petani tanaman kopi di Kabupaten Malang maupun di mana saja.

2. Bagi Masyarakat

Kegunaan bagi Masyarakat diharapkan dapat memberikan informasi dan

bimbingan kepada masyarakat luas tentang produktivitas tanaman kopi di

mana pun berada.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memancing semangat juang peneliti lainnya

untuk melakukan penelitian yang serupa agar dapat dengan baik

memanfaatkan informasi terkait produktifitas tanaman kopi di sebuah daerah


15

atau sekitarnya. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan

pembanding dan referensi untuk penelitian selanjutnya.


16

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang mendasari penelitian ini diuraikan yakni.

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu


Nama Judul Metode Hasil
1. Dopi Bima “Analisis Usahatani Metode survei serta Hasil penelitian yang diperoleh
Ulandika. 2022 Kopi Robusta di Desa analisis data yang adalah karakteristik petani, faktor-
Sungai Medang digunakan yaitu metode faktor yang mempengaruhi
Kecamatan Air Hangat deskriptif kualitatif dan produksi, dan pendapatan petani.
Timur Kabupaten kuantitatif.
Kerinci Provinsi
Jambi”.
2. Dewa Ramadhana “Analisis Faktor yang Metode penelitian Berdasarkan hasil penelitian
Putra Halawa. 2021 Mempengaruhi kuantitatif dengan teknik ditemukan faktor-faktornyang
Produktivitas Kopi analisis regresi berganda. mempengaruhi produktivitas
Robusta di Kecamatan kopinrobustanmeliputinpenggunaan
Pringsurat, Kabupaten lahan, pupukndanntenagankerja.
Temanggung, Provinsi
Jawa Tengah”
3. Silvia Loren Sidauruk. “Produktivitas dan Penelitian deskriptif Hasil penelitian tentang Faktor-
2023 Efisiensi Usahatani kuantitantif. faktornyang mempengaruhi
Kopi Arabika (Studi produktivitas dan tingkat efesiensi
kasus Kecamatan harga usahatani adalah bibit dan
Dolok Pardamean, pestisida secara parsial. Sementara
Kabupaten itu, baik tenaga kerja maupun
Simalungun)” pupuk tidak berdampak pada
produktivitas budidaya kopi.
17

Ditinjau dari tingkat efisiensi harga,


penggunaan faktor produktivitas
tenagankerja, nbibit, npupuk, dan
pestisida belumnoptimal dalam
faktor hargaainput.
4. Naufal Hisyam Fathar Analisis Faktor Metode yang digunakan Hasil penelitian menunjukkan
Putra. 2021 Produksi Kopi dalam penelitian ini adalah bahwasanya LuasnLahan, nTenaga
Amstirdam di metode regresi linear Kerja, dan HasilnProduksi
Kecamatan berganda. berpengaruhnsignifikan dan positif
Ampelgading, terhadap Hasil npoduksi.
Sumbermanjing,
Tirtoyudo, dan Dampit,
Malang.
5. K. Khusnul, Suratno, “Analysis of the Efeect Penelitian tersebut Hasil penelitian menunjukkan
Asyiah N. I., dan of Several Types of menggunakan metode bahwa perbedaan jenis tanaman
Hariyadi S. 2020 Shade o the penelitian campuran yang naungan berpengaruh terhadap
Productivity of menggabungkan penelitian produktivitas kopi.
Robusta Coffee” kualitatif dan kuantitatif.
Metode pengumpulan
datanya menggunakan
wawancara dan observasi
pada perkebunan kopi.
18

Berdasarkan tabel diatas, peneliti menemukan perbedaan penelitian

sebelumnyadengan penelitian ini yakni pada penelitian ini lebih spesifik membahas

tentang produktivitas kopi robusta khususnya di Kecamatan Dampit Kabupaten

Malang.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Produktivitas

Produktivitas memerlukan perbandingan antara hasil yang dicapai (output)

dengan semua sumber daya yang dipergunakan (input) (Dwijatenaya, 2018).

Sementara menurut Konferensi Oslo (Wahyuni, 2017), Produktivitas ialah gagasan

yang mencakup semua dengan tujuan menyeluruh untuk memberikan lebih banyak

produk dan layanan kepada lebih banyak orang dengan sumber daya yang sama atau

lebih sedikit. Produksi adalah kegiatan yang menggunakan atau mengalokasikan

unsur-unsur produksi dengan tujuan untuk memperluas pemanfaatan atau

menghasilkan barang dan atau jasa dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan

manusia (Karmini, 2018). Ada hubungan yang sangat erat antara variabel produksi

yang digunakan dan produk akhir yang dibuat saat seseorang terlibat dalam proses

manufaktur (Rahim, Supardi, & Hastuti, 2012). Membuat, menciptakan, dan

memproduksi adalah semua aspek produksi. Dalam hal bahan baku tidak mencukupi

untuk memungkinkan dilakukannya proses produksi, maka kegiatan produksi tidak

dapat dilakukan (Arifin, 2015).

Tenaga manusia, sumber daya alam, modal dalam segala bentuknya, dan

keterampilan khusus diperlukan individu untuk dapat melakukan produksi. Menurut

(Arifin, 2015), semua komponen inilah yang disebut dengan faktor produksi.
19

Akibatnya, apapun yang membantu menghasilkan nilai atau meningkatkan nilai suatu

produk dikenal sebagai faktor produksi dalam industri. Ini termasuk setiap dan semua

upaya untuk meningkatkan nilai barang. Sehingga, Faktor produksi ialah semua

korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu

tumbuh/berkembang dan menghasilkan hasil memuaskan (Arifin, 2015). Tanah,

tenaga kerja, modal, jumlah anggota keluarga yang bergantung pada pendapatan

usahatani, dan tingkat teknologi merupakan beberapa unsur produksi yang diperlukan

untuk kajian pendapatan usahatani. Selain itu, terdapat faktor lain juga yang mampu

memengaruhi keberhasilan usaha tani tetapi jarang diteliti seperti transportasi,

komunikasi, pemasaran hasil pertanian, harga produk lain, aspek kredit, dan

penyaluran hasil (Imran & Indriani, 2022) . Berikut ini adalah faktor-faktor produksi

yang akan diuraikan sebagai berikut.

a. Tanah/Lahan

Menurut Mubyarto (Mulyani, 2019), faktor produksi tanah mempunyai

kedudukan paling penting. Hal tersebut didukung pendapat Idham (Imran & Indriani,

2022) yang menyebutkan bahwasanya, Penyediaan unsur hara dan air untuk

kehidupan tanaman bersama dengan dukungan fisik dari sistem akarnya membuat

fungsi tanah menjadi salah satu yang paling penting bagi semua kehidupan di bumi.

Di tanah lah tanaman-tanaman akan hidup, sehingga di tanah lah kita melaksanakan

segala proses produksi mulai dari penanaman hingga sampai panen. Tanah, sebagai

salah satu faktor produksi yakni lokasi di mana produksi berlangsung. Penting untuk

mengatur penggunaan tanah sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu

kemampuan tanah untuk menyediakan tingkat hasil yang diinginkan. Secara umum,
20

dapat dikatakan bahwa jumlah output yang dihasilkan oleh sebidang tanah tertentu

sebanding dengan luas total tanah yang diolah atau ditanami (Mulyani, 2019).

b. Tenaga Kerja

Menurut Soekarwati (Imran & Indriani, 2022), Tenaga kerja sebagai salah satu

faktor produksi merupakan faktor produksi yang hakiki yang harus diperhitungkan

dalam proses produksi dalam proporsi yang cukup. Hal ini terlihat tidak hanya dari

ketersediaan tenaga kerja, tetapi juga dari segi kualitas tenaga kerja selain jenis

tenaga kerja harus diperhatikan. Jumlah upaya yang dilakukan seseorang ke dalam

tugas atau proses untuk menciptakan sesuatu dikenal sebagai tenaga kerja. Pertanian

mengubah pekerja menjadi peserta aktif yang melakukan berbagai macam tugas

produktif (Imran & Indriani, 2022). Pekerjaan manusia, tenaga kerja hewan, dan

tenaga kerja mesin adalah tiga kategori yang membentuk keseluruhan kategori yang

dikenal sebagai tenaga kerja. Menurut Soeharjo dan Patong (Imran & Indriani, 2022),

tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak.

c. Modal

Modal adalah salah satu unsur produksi yang digunakan bersama dengan faktor-

faktor produksi lainnya seperti tanah, tenaga kerja, dan manajemen atau manajemen

untuk menghasilkan barang-barang pertanian. Komponen produksi lainnya termasuk

manajemen (Mulyani, 2019). Ada banyak kemungkinan sumber modal yang berbeda

untuk usaha pertanian, termasuk tanah, bangunan, peralatan pertanian, tanaman,

hewan, ikan di kolam, hasil pertanian, piutang bank, dan uang tunai. Menurut (Imran

& Indriani, 2022), pemanfaatan modal berfungsi untuk membantu meningkatkan

produksi yang pada gilirannya menciptakannkekayaanndan meningkatkan pendapatan


21

usahantani. Modal dalamnsuatu usaha tani dipergunakan untuk membeli sarana

produksi serta pengeluaran lainnya selama kegiatan usaha tani berlangsung. Menurut

Soekartawi (Imran & Indriani, 2022), dalam kegiatan proses produksi pertanian,

modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap atau

bergerak (bisanya disebut dengan modal variabel) (Widyastuti, 2018).

d. Bibit

Bibit yang dimanfaatkan dalam budidaya kopi Robusta baik berasal dari buah

tanaman kopi itu sendiri maupun dari biji tanaman kopi tersebut. Robusta adalah jenis

yang biasanya tumbuh di peternakan. Luas lahan yang dimiliki juga harus menjadi

pertimbangan dalam menentukan berapa bibit yang akan digunakan. Ini akan

memastikan bahwa jumlah benih yang dikonsumsi tidak mencukupi atau berlebihan

(Winarno & Darsono, 2019).

Kopi Robusta memiliki beberapa varietas anjuran dengan nama inisial BP

(Besoekisch Proefstation) seperti BP 436, BP 409, BP 534, BP 936, BP 939, BP 42,

BP 488, BP 254, BP 358, BP 410, dan BP 308 yang sudah banyak tersebar di

Indonesia (Winarno & Darsono, 2019). Varietas ini merupakan hasil pemuliaan yang

dilakukan oleh Puslitkoka dari generasi pertama sampai dengan generasi ketiga.

Induk yang dimanfaatkan dalam proses pembibitan didatangkan dari Congo ke

wilayah tersebut. Jenis-jenis ini berbeda satu sama lain tidak hanya dalam hal susunan

genetiknya, tetapi juga dalam hal morfologi dan fisiologi tubuh mereka. Variasi

tersebut kemungkinan akan menghasilkan perbedaan reaksi terhadap faktor budidaya,

salah satunya adalah banyaknya jumlah pupuk yang digunakan (Halawa, 2021).
22

e. Pupuk

Menurut (Halawa, 2021), pupuk didefinisikan sebagai bahan atau zat makanan

yang diberikan atau ditambahkan pada tanaman dengan maksud agar tanaman

tersebut tumbuh. Pupuk sangat penting untuk proses penambahan nutrisi ke tanah

yang dibutuhkan tanaman. Pupuk alami dan pupuk sintetis adalah dua kategori yang

dapat digunakan untuk mendeskripsikan berbagai jenis pupuk. Secara umum

pemupukan tanah memiliki dua tujuan yaitu yang pertama untuk penyediaan unsur

hara bagi produksi pangan alami, dan yang kedua adalah untuk memperbaiki dan

mempertahankan kondisi tanah baik dari segi struktur, derajat keasaman, dan faktor

lainnya (Sidauruk, 2023). Secara teori, macam dan jumlah pupuk yang diperlukan

setiap varietas tanaman bergantung pada beberapa unsur antara lain fitur lingkungan

setempat, umur tanaman, varietas yang digunakan, dan pengelolaan yang dilakukan

(Halawa, 2021).

2.2.2 Tanaman Kopi


Kopi dihasilkan dari tanaman tahunan yang asli bukan dari Indonesia

melainkan dari benua Afrika. Keluarga Rubiaceae mengandung genus Coffea, yang

merupakan rumah bagi tanaman kopi. Arabica, Robusta, dan Liberika adalah tiga

spesies dari genus Coffea yang dibudidayakan oleh manusia di Indonesia. Ada total

seratus spesies berbeda yang termasuk dalam genus Coffea (Randriani & Dani, 2018).

Kopi adalah tanaman lain yang sering ditanam di perkebunan dan memiliki sejarah

panjang sebagai tanaman budidaya. Tanaman kopi tidak hanya menyediakan sumber

pendapatan bagi penduduk setempat, tetapi juga berkontribusi terhadap peningkatan


23

kekayaan negara secara keseluruhan melalui peningkatan ekspor biji kopi mentah dan

olahan (Wardana, Hakim, & Sulardi, 2023).

Saat ini, Indonesia merupakan produsen kopi terbesar keempat di dunia,

setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam. Menurut (Widyastuti, 2018), dari seluruh

jumlah komoditas kopi yang diproduksi di Indonesia, sekitar 67% dipergunakan

untuk tujuan ekspor sedangkan 33% sisanya digunakan untuk memenuhi permintaan

pasar dalam negeri. Para pekebun mendapatkan kepercayaan dan keyakinan terhadap

potensi kopi untuk menjadi komoditas ekspor yang stabil dan sumber devisa negara

seiring berkembangnya perkebunan kopi. Para pekebun yakin kopi bisa menjadi

komoditas andalan ekspor. Di sisi lain, harga komoditas kopi seringkali mengalami

pergeseran akibat ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran komoditas

kopi di pasar global (Widyastuti, 2018). Perihal ini menyebabkan harga komoditas

kopi menjadi fluktuatif.

Tanaman kopi ialah tanaman semak dan memiliki berkeping dua (dikotil),

sehingga memepunyai akar tunggang. Menururut Aak (Widyastuti, 2018) Akar ini

secara eksklusif dimiliki oleh tanaman kopi yang berasal dari semai atau cangkokan

bibit. Batang tanaman kopi ini dapat dilakukan dengan cara stek, okulasi, atau

penyambungan dimana batang bawahnya berasal dari stek tanpa akar tunggang. Akar

ini sangat mudah dicabut karena tidak memiliki akar tunggang. Tanaman kopi

membutuhkan waktu tiga tahun sejak berkecambah sebelum mulai mekar dan

menghasilkan buah kopi (Ulandika, 2022).

Kopi Arabika, kopi Robusta, kopi Liberika, dan kopi Excelsa adalah empat

varietas kelompok kopi yang dikenal. Dua kelompok kopi ini dikenal memiliki nilai
24

ekonomi dan aktif diperdagangkan: kopi arabika dan kopi robusta. Bentuk kopi

lainnya termasuk kopi excelsa dan kopi liberika. Sementara itu, menurut Rahardjo

(Widyastuti, 2018) kelompok kopi liberika dan kopi ekselsa kurang ekonomis dan

kurang komersial. Selain itu, seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa kopi yang

dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia adalah Arabika, Robusta, dan Liberika

(Sidauruk, 2023). Berikut ini adalah penjabarannya.

a. Kopi arabika

Dataran tinggi Ethiopia yang terletak di Afrika dianggap sebagai tempat kelahiran

kopi Arabika. Jenis kopi ini paling baik ditanam secara organik di negara asalnya di

dataran tinggi dan hutan di ketinggian antara 1.500 hingga 2.000 meter di atas

permukaan laut. Pengiriman pertama kopi arabika tiba di pulau jawa pada tahun 1699

(Mulyani, 2019). Bibit tanaman tersebut didatangkan dari Yaman, yang dulunya

dikenal sebagai jenis kopi "typica", tetapi sekarang lebih sering dikaitkan dengan

varietas kopi Arabika Arabika. Tanaman kopi Arbika memiliki daun-daun kecil yang

berkilau dan halus, panjang daun 12-15 sentimeter dan panjang 6 sentimeter, serta

panjang buah 1,5 sentimeter (Widyastuti, 2018)

Tanaman kopi Arabika mungkin berhasil dibudidayakan di Indonesia pada

ketinggian berkisar antara 800-1500 m di atas permukaan laut di daerah yang

mempunyai suhu rata-rata antara 15-24ºC. aktivitas fotosintesis tanaman akan turun

pada suhu 25ºC yang akan berdampak langsung pada hasil panen yang dihasilkan

kebun (Widyastuti, 2018).

b. Kopi robusta
25

Kopi robusta pertama kali diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1900. Pertama

kali ditanam di Kongo. Kopi robusta dikatakan mempunyai kualitas yang luar biasa

dan memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat. Bahkan kopi jenis ini terus

mendominasi perkebunan kopi di Indonesia hingga saat ini (Ulandika, 2022). Hal ini

disebabkan fakta bahwa kopi khusus ini dikenal karena ketahanannya terhadap

berbagai penyakit karat daun, serta fakta bahwa ia memiliki persyaratan pertumbuhan

dan perawatan yang rendah, meskipun produksinya jauh lebih tinggi dan keadaan

lingkungan tidak menguntungkan. (Mulyani, 2019).

Nama Robusta berasal dari kata bahasa Inggris "robust", yang dapat

diterjemahkan secara bebas menjadi "kuat". Minuman yang terbuat dari biji kopi

robusta, seperti namanya, memiliki rasa yang kuat dan seringkali lebih pahit

dibandingkan kopi arabika. Ini karena biji kopi robusta disangrai lebih intens

(Ulandika, 2022). Tanaman ini tumbuh dengan tinggi rata-rata 10 meter, meskipun

ketinggiannya biasanya dipangkas untuk mengakomodasi kemampuan petani dalam

mengumpulkan biji kopi. Daun dan bunga kopi arabika biasanya lebih lebar dan lebar

dibandingkan tanaman ini. Selain itu, mekarnya lebih besar dan bentuknya lebih tidak

menentu. Tumbuhan ini juga mengetahui musim alami di mana ia akan berbunga atau

menghasilkan buah.

c. Kopi liberika

Kopi yang dikenal sebagai Liberika awalnya ditanam di Angola tetapi telah dijual

di Indonesia sejak tahun 1965. Kualitas buah yang buruk dan hasil yang rendah

berkontribusi pada fakta bahwa volume kopi Liberika yang tersedia belum signifikan

(Ulandika, 2022). Tanaman kopi Liberika dibedakan oleh daunnya yang tebal, besar,
26

mengkilap, buah yang sangat besar yang dapat mencapai diameter hingga 2/3

sentimeter, dan biji mikroskopis. Sedangkan menurut Rahardjo (Widyastuti, 2018),

Karena banyaknya variasi bentuk, ukuran, dan kualitas rasa biji, kopi Liberika

terkenal kurang murah dan komersial dibandingkan jenis kopi lainnya. Di lingkungan

yang ditandai dengan tingkat panas dan kelembapan yang tinggi, pohon kopi Liberika

tumbuh subur.

2.2.3 Pengukuran Efisiensi Teknis


1. Pengukuran Efisiensi Berorientasi pada Input
Tingkat rasio output maksimum dengan menggunakan rasio input tertentu

selalu dijadikan dasar untuk mengukur nilaieefisiensi pada satuan kerja ekonomieatau

kinerja perusahaan. Pengukuran ini selalu didasarkan pada tingkat rasioeoutput

maksimum. Mengukur efisiensi organisasi berdasarkan masukannya mengandaikan

bahwa adalah mungkin untuk mengurangi jumlah total sumber daya yang digunakan

sambil mempertahankan tingkat keluaran yang sama. Farel (1957) mengilustrasikan

suatu keadaan sederhana pada suatu perusahaan yang mempergunakan dua input ( X 1

dan X 2 ) untuk rnemproduksi sebuah output tunggal (y) dengan mempergunakan

asumsi CRS.

Bilamana sebuah perusahaan memproduksi satu unit output sambil

menggunakan sejumlah input tertentu (pada kurva yang diwakili oleh titik P), maka

jarak QP antara kedua titik tersebut akan mencerminkan seberapa tidak efisiennya

produksi perusahaan secara teknis. Jarak ini adalah titik di mana penurunan

proporsional dalam jumlah penggunaan input yang berbeda dapat dilakukan tanpa

mengurangi output yang dihasilkan sebagai konsekuensinya. Dalam kebanyakan


27

kasus, tanda pada kurva disampaikan dengan representasi matematis sebagai

persentase dari rasio QP/0P. Rasio ini mencerminkan proporsi masukan yang dapat

diturunkan, dan simbol pada kurva yang sesuai dengan persentase ini ditunjukkan di

atas kurva.

Tingkat efisiensi teknis suatu perusahaan biasanya dievaluasi menggunakan

rasio yang sama dengan 1-0Q/0P. Hasil rasio dapat berkisar dari 0 hingga 1, dan hasil

rasio menunjukkan indikator sejauh mana kinerja perusahaan dirusak oleh kurangnya

efisiensi teknis. Nilai 1 menunjukkan bahwa semua aspek bisnis telah dioptimalkan

secara maksimal. Misalnya, diagram berikut berisi titik berlabel Q. Titik ini telah

mencapai keadaan efisiensi teknis karena terletak pada garis isoaccount yang

menunjukkan kondisi efisien.

Gambar 2. 1 Efisiensi Teknis dan Alokasi Berorientasi Input

Sumber: Coeli, et al. (2005:2)

2. Pengukuran Efisiensi Berorientasi pada Output


Sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengukuran efisiensi teknis yang

berorientasi input, dimana jumlah input dapat dikurangi secara proporsional tanpa

mengubah jumlah output yang dihasilkan. Jika dijelaskan, ada alternatif tambahan

yang dikenal sebagai pengukuran efisiensi berorientasi keluaran, di mana

dimungkinkan untuk meningkatkan jumlah keluaran secara proporsional tanpa


28

mengubah jumlah masukan yang dihasilkan. digunakan. Perbedaan antara

pengukuran yang berorientasi pada input dan yang berorientasi pada output dapat

ditunjukkan dengan menggunakan ilustrasi sederhana yang menggunakan satu input

dan satu output.

Skala hasil menurun yang ditunjukkan oleh f(x) dan kinerja bisnis yang tidak

efisien pada titik P ditunjukkan pada gambar 1.2 (a). Rasio AB/AP digunakan untuk

menunjukkan ukuran efisiensi teknis yang berorientasi pada keluaran, sedangkan

rasio CP/CD digunakan untuk menunjukkan pengukuran efisiensi teknis yang

berorientasi pada masukan. Ketika ada skala hasil konstan (CRTS), hasil pengukuran

efisiensi teknis berorientasi input dan output adalah sama. Namun, ketika ada

Diminishing Return to Scale (DRTS), temuannya akan berbeda. Gambar 2.6(b), yang

memberikan gambaran tentang CRTS, menunjukkan bahwa titik inefisiensi P sesuai

dengan rasio AB/AP yang sama dengan CP/CD.

Gambar 2. 2 Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input dan Output serta Returns to


Scale

Sumber: Coelli, et al. (2005:55)


29

2.3 Kerangka Berpikir


Alur pemikiran yang dipergunakan sebagai skema pemikiran atau sebagai dasar

pemikiran untuk memperkuat fokus yang mendasari penelitian ini disebut sebagai

kerangka pemikiran. Ketika peneliti berada dalam kerangka berpikir ini, mereka akan

berusaha menjelaskan tantangan penelitian utama. Pada penelitian ini juga penelaah

akan mencoba mengulas produktifitas tanaman kopi robusta di kabupatennmalang

provinsi jawantimur. Kerangka berfikir dalarn penelitian ini dapat digambarkan

yakni.
30

Usahatani Kopi

Permasalahan Produk
Pembangunan wilayah kurang sinkron dalam menggunakan potensi yang
dimiliki masing- masing wilayah, hal itu menyebabkan pemanfaatan asal daya
yang terdapat akan kurang optimal. Dengan adanya pengelolaan dan
penanganan yang lebih terarah, diharapkan sanggup menstabilkan harga kopi
khususnya Kabupaten Malang.

Analisis deskriptif Sistem Pengolahan


\
kualitatif

Analisis regresi linier


Analisis Produk
berganda

Efesiensi Teknis
1. Lahan
2. Tenaga Kerja
3. Modal
4. Bibit
5. Pupuk

Dampak/Manfaat Penelitian
Manfaat penelitiannini dapat rnemberikan sosialisasi dan bimbingan
dalam melakukan usahatani tanaman kopi dan dapat menjadi bahan
kajian bagi petani tanaman kopi di Kabupaten Malang maupun di mana
saja.
Gambar 2. 3 Kerangka Berpikir
31

2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara mengenai penelitian

yang akan dilakukan, dengan demikian dapat untuk menjawab permasalah yang telah

disebeutkan dapa diajukansebuah hipotesis yaitu Faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap produksi kopi robusta di Kecamatan Dampit Kabupaten Malang adalah luas

lahan, jumlah pohon, pupuk, tenaga kerja, dan umur tanaman.


32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian yang berjudul “Analisis Produkvifitas Tanaman Kopi Robusta Di

Kecamatan Dampit Kabupaten Malang” akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai

dengan Agustus 2023 di Kecamatan Dampit. Alasan memilih lokasi tersebut tempat

penelitian dikarenakan penghasilan kopi robusta terbesar di Kabupaten Malang yaitu

di Kecamatan Dampit

3.2 Metode Sampling


Dalam penelitan khusus ini, nonprobability sampling dipergunakan untuk

proses pengambilan sampel. Sampling non-probabilitas ialah suatu bentuk

pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan atau peluang yang sama

bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih sebagai sampel. Hal ini berbeda

dengan probability sampling yang memang memberikan kesempatan dan kesempatan

yang sama, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2016:84). Metode pengambilan

sampel ini disebut sebagai sampel kenyamanan. Metode yang diterapkan dikenal

sebagai total sampling atau sampling jenuh. Salah satu metode pengambilan sampel

populasi dikenal sebagai pengambilan sampel jenuh, dan melibatkan pengambilan

sampel dari setiap anggota populasi. Ketika populasi relatif rendah, biasanya kurang

dari 30. Sampel yang digunakan yaitu petani kopi robusta yang tergabung dalam

Kelompok Tani Harapan. Pemilihan Kelompok Tani Harapan sebagai sampel yaitu

atas dasar kelompok tani tersebut adalah salah satu kelompok tani yang telah sukses

mengembangkan kopi robusta di Kecamatan Dampit. Petani kopi robusta yang


33

digunakan untuk sampel penelitian pada kelompok tani harapan berjumlah 25 orang

atau seluruh populasi dapat dijadikan sampel pada penelitian.

3.3 Definisi Operasional

1. Kopi robusta atau Coffea canephora dikenal sebagai kopi yang tahan (robust)

terhadap berebagai penyakit dan kondisi lingkungan yang tidak bersahabat.

2. Faktor-faktor produksi kopi robusta adalah input yang dapat mempengaruhi

produksi usahatani kopi robusta meliputi luas lahan, jumlah pohon, pupuk,

dan tenaga kerja di Kecamatan Dampit Kabupaten Malang.

3. Variabel luas lahan yaitu luasan lahan usahatani kopi robusta di Kecamatan

Dampit Kabupaten Malang (Ha).

4. Variabel jumlah pohon yaitu jumlah tanaman yang digunakan untuk

memproduksi kopi robusta Kecamatan Dampit Kabupaten Malang (pohon).

5. Variabel tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam

usahatani untuk memproduksi kopi robusta Kecamatan Dampit Kabupaten

Malang (orang).

6. Variabel pupuk, jumlah pupuk ini nantinya akan mempengaruhi

perkembangan dan produktivitas tanaman kopi (kg).

7. Biaya variabel mengacu pada pengeluaran yang berubah menurut variasi

jumlah barang atau jasa yang diproduksi di Kecamatan Dampit Kabupaten

Malang (rupiah).

8. Biaya tetap ialah biaya yang besarannya tidak berubah-ubah tergantung dari

jumlah kopi robusta yang dijasilkan Kecamatan Dampit Kabupaten Malang

(rupiah).
34

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu

menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian harus sesuai dengan topik yang ada dalam

permasalahan di penelitian. Data yang mendukung penelitian yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber lokasi

penelitian. Data primer dapat diperoleh dari hasil observasi ataupun wawancara. Data

sekunder yaitu data yang didapat dari bahan kepustakaan dan referensi-referensi dari

buku yang berkaitan dengan bahan penelitian. Data sekunder yang digunakan yaitu

studi dokumentasi. Berikut ini penjelasan dari macam-macam teknik pengumpulan

data.

1. Observasi

Menurut Soekartawi (1995: 26), observasi dilakukan untuk memperoleh fakta-

fakta berdasarkan pengamat peneliti. Jenis-jenis observasi antara lain paratisipasi

penuh, partisipsi sebagai pengamat, pengamat sebagai partisipan, dan pengamat

sempurna. Teknik pengumpulan data melalui observasi ini merupakan salah satu

teknik pengumpulan data primer. Observasi yang dilakukan untuk menyesuaikan

informasi yang diperoleh dari studi pustaka. Jenis observasi yang dilakukan yaitu

partisipan sebagai pengamat. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

mengamati permasalahan yang ada dalam fenomena secara umum yaitu terkait

usahatani kopi robusta.

2. Wawancara
35

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data sebagaimana

dikemukakan oleh Sugiyono (2014: 194). Ketika peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk mengungkap masalah yang perlu diteliti, mereka menggunakan

wawancara untuk mendapatkan informasi dari partisipan. Wawancara juga dilakukan

bila jumlah responden terbatas atau sangat sedikit dan peneliti ingin mengetahui hal-

hal yang lebih mendalam dari responden. Metode wawancara merupakan salah satu

pengumpulan data berupa keterangan lisan dari suatu narasumber atau responden

tertentu. Wawancara yang diperoleh dari informan merupakan jenis data primer. Data

yang diperoleh dapat berupa deskriptif, naratif, dan informasi lisan lainnya.

Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara sudah tertulis dalam bentuk kuesioner.

Wawancara dilakukan pada petani yang tergabung dalam kelompok tani harapan di

Desa Amadanom Kecamatan Dampit Kabupaten Malang. Hasil yang diperoleh dari

wawancara yaitu terkait faktor produksi, biayabiaya dan pendapatan yang diperoleh

petani kopi robusta.

3. Studi Dokumentasi

Menurut Darmawan (2016 : 163) Hal pertama yang harus dilakukan saat

melakukan penelitian adalah menentukan ada atau tidaknya buku atau bahan tertulis

lainnya yang berkaitan dengan judul skripsi yang akan dibuat. Dokumentasi mengacu

pada proses pengumpulan bahan sekunder dari sumber seperti arsip dan dokumen

yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dokumentasi dapat berupa

catatan yang tertulis pada waktu yang telah dilewati untuk mengetahui fenomena

pada suatum objek. Data yang terdapat dalam BPS salah satu contoh studi

dokumentasi untuk memperoleh data produksi atau luas lahan pertanian di Kabupaten
36

Malang. Data dokumentasi juga dapat diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan,

Hortikutura dan Perkebunan Kabupaten Malang untuk mengetahui gambaran umum

pertanian di Kabuaten Malang. Data-data yang diperoleh dari studi dokumentasi yaitu

daerahdaerah di Kabupaten Malang yang kemungkinan memiliki pertimbangan untuk

dikatakan berpotensi dalam melakukan usahatani kopi jenis robusta di Kabupaten

Malang. Studi dokumentasi ini menghasilkan data yang digunakan untuk memperkuat

penelitian dalam hal teori ataupun data real yang ada di lapang.

3.5 Metode Analisis Data


Pada penelitian mengenai “Analisis Produkvifitas Tanaman Kopi Robusta Di

Kecamatan Dampit Kabupaten Malang” dilakukan analisis dengan analisis kualitatif

deskriptif untuk mengetahui sistem pengelolaan tanaman dan efesiensi teknis pada

tanaman kopi di Kecamatan Dampit. Dengan berdasarkan hasil wawancara dan hasil

kuesioner yang akan diberikan kepada para responden Kelompok Tani Harapan di

Kecamatan Dampit.

Untuk mengetahui analisis produk, dilakukan dengan analisis regresi linier

berganda. Model regresi linier berganda ialah pengembangan dari model regresi linier

berganda itu sendiri. Bilamana model regresi linier sederhana hanya memiliki satu

variabel bebas dan satu variabel yang diregresi, maka model regresi linier berganda

akan mencakup lebih dari satu variabel bebas dan hanya satu variabel yang diregresi.

Bentuk khas dari persamaan regresi linier berganda, yang mengandung dua atau lebih

variabel bebas, dapat menjadi sebagai berikut bila jumlah variabel bebas yang

dipertimbangkan bertambah:

Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e


37

Keterangan:

Y’ = Efesiensi produktivitas

a = Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

X1 = lahan (Ha)

X2 = tenaga kerja (orang)

X3 = modal (Rp)

X4 = bibit (pohon)

X5 = pupuk (kg)

e = standar error

Kemudian, penelitian ini akan dilakukan menggunakan metode analisis uji r,

uji f, dan uji t. Uji r digunakan untuk mengetahui nilai koofesien determinasinya. Uji

regresi:

a) Uji F-Statistik dilakukan untuk mencari tahu apakah variabel independen

secara simultan (bersamaan) dapat mempengaruhi variabel dependen. Taraf

nyata yang digunakan dalam uji ini biasanya 5% atau 0,05 (Nasution, 2017).

Melalui uji yang dilakukan dapat diketahui bahwa:

 Ho ditolak dan Ha diterima bialama F hitung lebih besar aripada F

tabel. Perihal ini menunjukkan bahwasanya variabel independen

mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


38

 Ho diterima dan Ha ditolak bialama Jika F hitung lebih kecil daripada F

tabel, artinya bahwasanya keseluruhan variabel independent tak

mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Atau

 Bialamana nilai F < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya

bahwasanya keseluruhan variabel independen terdapat pengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

 Bilamana nilai F > 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya

bahwasanya keseluruhan variabel independent tak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen.

b) Uji T-Statistik dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari

masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat yang

dilakukan untuk menguji adanya kebenaran atau kepalsuan hipotesis

(Nasution, 2017). Melalui uji yang dilakukan dapat diketahui bahwa:

 Jika T hitung < T tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak.

 Jika T hitung > T tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Atau

 Jikalau angka nilai signifikasi uji T > 0,05 maka Ho diterima dan H1

ditolak, artinya bahwa tidak terdapat adanya pengaruh yang signifikan

terhadap kedua variabel.

 Jikalau angka nilai signifikasi uji T < 0,05 maka Ho ditolak dan H1

diterima, artinya bahwa terdapat pengaruh antar kedua variabel.


39

c) Uji determinasi dilaksankaan agar besarnya pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen bisa ditentukan dan diprediksi. Nilai angka

koefisiensi determinasi ialah diantara 0 dan 1

 Jikalau nilai R2 kecil, maka kemampuan variabel independen dalam

rnenjelaskan variabel dependen terbatas.

 Jikalau nilai R2 mendekati 1, maka variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk rnemprediksi variabel

dependen.

3.6 Rancangan Peneltian


40

DAFTAR PUSTAKA

Deoranto, P. (2018). Productivity analysis of coffee production process with Objective


Matrix (OMAX) method (the case study at PT. Perkebunan Kandangan, Pulosari
Panggungsari, Madiun). SEAS (Sustainable Environment Agricultural Science), 2(1),
18-26.

Halawa, D. R. P. (2021). ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PRODUKTIVITAS KOPI ROBUSTA DI KECAMATAN PRINGSURAT,
KABUPATEN TEMANGGUNG, PROVINSI JAWA TENGAH.

Khusnul, K., Asyiah, N. I., & Hariyadi, S. (2021). Analysis of the effect of several types of
shade on the productivity of Robusta coffee. In Journal of Physics: Conference
Series (Vol. 1751, No. 1, p. 012060). IOP Publishing.

Kudama, G. (2019). Factors influencing coffee productivity in Jimma zone, Ethiopia. World


Journal of Agricultural Sciences, 15(4), 228-234.

Mulyani, A. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kopi Robusta


Terhadap Peningkatan Pendapatan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi
di Perkebunan Kopi Robusta Desa Talang Bandung Bawah Kecamatan Sumber Jaya
Kabupaten Lampung Barat) (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Ulandika, D. B. (2022). Analisis Usahatani Kopi Robusta Di Desa Sungai Medang


Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Riau).

Putra, N. H. F. (2021). Analisis Faktor Produksi Kopi Amstirdam Di Kecamatan


Ampelgading, Sumbermanjing, Tirtoyudo, Dan Dampit, Malang (Doctoral
dissertation, Universitas Brawijaya).

Sidauruk, S. L. (2022). Produktivitas Dan Efisiensi Usahatani Kopi Arabika (Studi Kasus:


Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun) (Doctoral dissertation,
Universitas Medan Area).

Widyastuti, P. (2018). ANALISIS PRODUKTIVITAS PROSES PRODUKSI KOPI ROBUSTA


DENGAN PENDEKATAN GREEN PRODUCTIVITY (Studi Kasus PTPN XII Kebun
Bangelan Malang) (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

Anda mungkin juga menyukai