PROPOSAL
Oleh ;
MELINDA APRILIA PUTRI
NPM : 21024010210
Oleh :
21024010210
16 Juni 2023
NIP. 19960827202203101
Mengetahui
NIP. 196207121991032001
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkah dan rahmatnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mirza Andrian
yang telah membantu saya baik secara materi maupun moral. saya juga mengucapkan
terima kasih kepada teman teman kelas yang telah memberikan semangat kepada
saya.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa ini
masih jauh dari kata kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan saya yang
terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran akan saya terima demi terciptanya makalah
MALANG" ini dapat menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
1.4 Manfaat...........................................................................................................6
2.2.1 Produktivitas............................................................................................9
iv
2.3 Kerangka Berpikir.........................................................................................18
v
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
Scale.............................................................................................................................18
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan pembangunan di Indonesia dipusatkan pada tujuan untuk
membangun warga negara yang lebih adil sebagai akibat dari meningkatnya tingkat
untuk mempergunakan potensi dan sumber daya yang tersedia semaksimal mungkin.
perbedaan yang substansial antar wilayah geografis. Terlepas dari perbedaan ini,
masih ada perbedaan besar antara wilayah geografis. Prospek kebutuhan dan tujuan
masyarakat yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah perlu diperhatikan dalam
proses pembangunan daerah. Pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara seefisien
kawasan tersebut akan memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat
sebagai akibat langsung dari keadaan ini (Pradnyadewi & Purbadharmaja, 2017).
langsung dikaitkan dengan sejumlah faktor ekonomi yang berbeda. Menurut Sukirno
yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan jumlah barang dan jasa yang
pertanian bermutu tinggi yang telah dibudidayakan di berbagai negara, salah satunya
Indonesia (Oktasari & Trilaksana, 2014). Kopi adalah komoditas signifikan yang
Kopi bahkan disebut sebagai “komoditas paling berharga kedua yang diekspor oleh
2015 menandai tahun dimana Organisasi Kopi Internasional (ICO) merayakan hari
jadinya yang ke-50. Salah satu tempat yang terkenal dengan komoditas hasil
perkebunan yang berkualitas antara lain tembakau, cengkeh, dan kopi adalah
Kabupaten Malang (Dita, 2020). Namun, produk tembakau paling banyak dicari di
Kabupaten Malang. Selain itu, harga komoditas tembakau cenderung stabil selama
musim panen. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa cuaca memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kualitas tembakau. Jika cuaca cerah, kualitas tembakau akan
meningkat, yang akan menghasilkan harga produk jadi yang lebih tinggi. Meskipun
petani lebih cenderung menanam kopi sebagai akibat dari kenaikan hasil dan harga
kopi, yang menyebabkan petani lebih cenderung menanam kopi, produksi kopi yang
melimpah seringkali menyebabkan harga kopi bervariasi (Siadari et al., 2020). Tetapi
bialamana kecenderungan petani untuk menanarn kopi ialah pilihan yang masuk akal,
Kopi Arabika dan kopi Robusta adalah dua varietas utama kopi yang ditanam
di Indonesia. Produksi bahan baku kopi robusta berasal dari perkebunan rakyat di
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 sebagaimana disampaikan oleh Kementerian
memberikan kontribusi hingga 30,60% dari total produksi kopi sebanyak 8.393 ton
(Widyastuti, 2018). Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa komoditi kopi yang
dihasilkan Kabupaten Malang adalah jenis kopi robusta dan yang paling popular
adalah kopi robusta hasil produksi kecamatan Dampit. Kopi robusta ialah salah satu
varietas kopi yang mempunyai rasa lebih pahit, sedikit asam, teksturnya lebih kasar,
dan mengandung kadar kafein yang lebih banyak (Winarno & Darsono, 2019). Akan
tetapi, Meski lebih pahit, kopi Robusta merupakan salah satu jenis kopi yang dikenal
di seluruh dunia karena kualitasnya yang tinggi dan cita rasa yang nikmat. Secara
khusus, kopi Dampit yang hampir seluruhnya diekspor ke negara lain adalah jenis
kopi Robusta. Berikut ini adalah data kopi robusta yang berada di Kabupaten Malang.
12
Berdasarkan tabel 1.1, peneliti memilih jenis kopi robusta yang diproduksi di
kecamatan Dampit. Hal ini dikarenakan kopi Robusta Dampit dibudidayakan pada
ketinggian lebih dari 800 meter di atas permukaan laut. Hal ini berpengaruh pada
suhu, cuaca, cara merawatnya, lingkungan sekitar kebun, proses pasca panen,
berkontribusi pada cita rasa kopi Robusta Dampit yang khas. Robusta Dampit Malang
adanya faktor produksi yang mendukung hasilnya. Pertama, luas lahan di wilayah
Dampit adalah yang paling luas dibandingkan di kecamatan lain, oleh karena itu, para
petani akan dapat memanen jumlah makanan yang lebih tinggi jika mereka memiliki
akses ke lahan yang lebih luas. Kedua, harus ada dukungan yang cukup untuk jumlah
pekerja yang sekarang dipekerjakan. Oleh karena itu, tenaga kerja dibutuhkan dalam
proses produksi kopi di Kecamatan Dampit karena selama ini masih menggunakan
cara tradisional, mulai dari awal penanaman hingga pemanenan biji (Widyarto &
Suprapto, 2017).
Ketiga, jumlah tanaman yang ditanam oleh petani juga menjadi salah satu
faktor produksi. dimana kuantitas kopi yang dihasilkan berbanding lurus dengan
jumlah tanaman kopi yang ditanam. Keempat, jumlah pupuk yang digunakan akan
berpengaruh pada output. Semakin banyak pupuk yang dipergunakan maka akan
semakin baik hasilnya, dan semakin banyak pula kopi yang dipanen. Kelima, faktor
umur tanaman. Dimana pada umur 3 tahun sampai 30 tahun tanaman kopi akan
13
berbuah dan dapat dipanen. Tetapi akan berproduksi maksimal pada saat berumur 9
kebijakan, rnaka persaingan harga yang sehat akan bisa diminimalisir. Kabupaten
Malang memiliki perkebunan kopi terluas yakni 2.035,52 hektar & produksi kopi,
yakni 408,81 Ton (Yones, 2020). Temuan ini mengambarkan bahwasanya pusat
komoditas kopi pada Provinsi Jawa Timur berada pada Kabupaten Malang.
Pemilihan jenis kopi dan lokasi tersebut dikarenakan kopi robusta di wilayah
tersebut berdasarkan tabel di atas adalah yang paling luas baik dalam lahan dan
hasil evaluasi tersebut, terdapat lima varietas kopi yang memiliki kualitas terbaik,
dengan Kopi Robusta Dampit Malang menjadi salah satu varietas tersebut.
karena kopi merupakan produk ekspor selain migas yang berpotensi mendongkrak
devisa negara.
Kecamatan Dampit?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sistem pengelolaan tanaman kopi di Kecamatan Dampit.
di Keacamatan Dampit.
1.4 Manfaat
1. Bagi petani tanaman kopi.
usahatani tanaman kopi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
kajian bagi petani tanaman kopi di Kabupaten Malang maupun di mana saja.
2. Bagi Masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
sebelumnyadengan penelitian ini yakni pada penelitian ini lebih spesifik membahas
Malang.
2.2.1 Produktivitas
yang mencakup semua dengan tujuan menyeluruh untuk memberikan lebih banyak
produk dan layanan kepada lebih banyak orang dengan sumber daya yang sama atau
menghasilkan barang dan atau jasa dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan
manusia (Karmini, 2018). Ada hubungan yang sangat erat antara variabel produksi
yang digunakan dan produk akhir yang dibuat saat seseorang terlibat dalam proses
memproduksi adalah semua aspek produksi. Dalam hal bahan baku tidak mencukupi
Tenaga manusia, sumber daya alam, modal dalam segala bentuknya, dan
(Arifin, 2015), semua komponen inilah yang disebut dengan faktor produksi.
19
Akibatnya, apapun yang membantu menghasilkan nilai atau meningkatkan nilai suatu
produk dikenal sebagai faktor produksi dalam industri. Ini termasuk setiap dan semua
upaya untuk meningkatkan nilai barang. Sehingga, Faktor produksi ialah semua
tenaga kerja, modal, jumlah anggota keluarga yang bergantung pada pendapatan
usahatani, dan tingkat teknologi merupakan beberapa unsur produksi yang diperlukan
untuk kajian pendapatan usahatani. Selain itu, terdapat faktor lain juga yang mampu
komunikasi, pemasaran hasil pertanian, harga produk lain, aspek kredit, dan
penyaluran hasil (Imran & Indriani, 2022) . Berikut ini adalah faktor-faktor produksi
a. Tanah/Lahan
kedudukan paling penting. Hal tersebut didukung pendapat Idham (Imran & Indriani,
2022) yang menyebutkan bahwasanya, Penyediaan unsur hara dan air untuk
kehidupan tanaman bersama dengan dukungan fisik dari sistem akarnya membuat
fungsi tanah menjadi salah satu yang paling penting bagi semua kehidupan di bumi.
Di tanah lah tanaman-tanaman akan hidup, sehingga di tanah lah kita melaksanakan
segala proses produksi mulai dari penanaman hingga sampai panen. Tanah, sebagai
salah satu faktor produksi yakni lokasi di mana produksi berlangsung. Penting untuk
kemampuan tanah untuk menyediakan tingkat hasil yang diinginkan. Secara umum,
20
dapat dikatakan bahwa jumlah output yang dihasilkan oleh sebidang tanah tertentu
sebanding dengan luas total tanah yang diolah atau ditanami (Mulyani, 2019).
b. Tenaga Kerja
Menurut Soekarwati (Imran & Indriani, 2022), Tenaga kerja sebagai salah satu
faktor produksi merupakan faktor produksi yang hakiki yang harus diperhitungkan
dalam proses produksi dalam proporsi yang cukup. Hal ini terlihat tidak hanya dari
ketersediaan tenaga kerja, tetapi juga dari segi kualitas tenaga kerja selain jenis
tenaga kerja harus diperhatikan. Jumlah upaya yang dilakukan seseorang ke dalam
tugas atau proses untuk menciptakan sesuatu dikenal sebagai tenaga kerja. Pertanian
mengubah pekerja menjadi peserta aktif yang melakukan berbagai macam tugas
produktif (Imran & Indriani, 2022). Pekerjaan manusia, tenaga kerja hewan, dan
tenaga kerja mesin adalah tiga kategori yang membentuk keseluruhan kategori yang
dikenal sebagai tenaga kerja. Menurut Soeharjo dan Patong (Imran & Indriani, 2022),
tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak.
c. Modal
Modal adalah salah satu unsur produksi yang digunakan bersama dengan faktor-
faktor produksi lainnya seperti tanah, tenaga kerja, dan manajemen atau manajemen
manajemen (Mulyani, 2019). Ada banyak kemungkinan sumber modal yang berbeda
hewan, ikan di kolam, hasil pertanian, piutang bank, dan uang tunai. Menurut (Imran
produksi serta pengeluaran lainnya selama kegiatan usaha tani berlangsung. Menurut
Soekartawi (Imran & Indriani, 2022), dalam kegiatan proses produksi pertanian,
modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap atau
d. Bibit
Bibit yang dimanfaatkan dalam budidaya kopi Robusta baik berasal dari buah
tanaman kopi itu sendiri maupun dari biji tanaman kopi tersebut. Robusta adalah jenis
yang biasanya tumbuh di peternakan. Luas lahan yang dimiliki juga harus menjadi
pertimbangan dalam menentukan berapa bibit yang akan digunakan. Ini akan
memastikan bahwa jumlah benih yang dikonsumsi tidak mencukupi atau berlebihan
BP 488, BP 254, BP 358, BP 410, dan BP 308 yang sudah banyak tersebar di
Indonesia (Winarno & Darsono, 2019). Varietas ini merupakan hasil pemuliaan yang
dilakukan oleh Puslitkoka dari generasi pertama sampai dengan generasi ketiga.
wilayah tersebut. Jenis-jenis ini berbeda satu sama lain tidak hanya dalam hal susunan
genetiknya, tetapi juga dalam hal morfologi dan fisiologi tubuh mereka. Variasi
salah satunya adalah banyaknya jumlah pupuk yang digunakan (Halawa, 2021).
22
e. Pupuk
Menurut (Halawa, 2021), pupuk didefinisikan sebagai bahan atau zat makanan
yang diberikan atau ditambahkan pada tanaman dengan maksud agar tanaman
tersebut tumbuh. Pupuk sangat penting untuk proses penambahan nutrisi ke tanah
yang dibutuhkan tanaman. Pupuk alami dan pupuk sintetis adalah dua kategori yang
pemupukan tanah memiliki dua tujuan yaitu yang pertama untuk penyediaan unsur
hara bagi produksi pangan alami, dan yang kedua adalah untuk memperbaiki dan
mempertahankan kondisi tanah baik dari segi struktur, derajat keasaman, dan faktor
lainnya (Sidauruk, 2023). Secara teori, macam dan jumlah pupuk yang diperlukan
setiap varietas tanaman bergantung pada beberapa unsur antara lain fitur lingkungan
setempat, umur tanaman, varietas yang digunakan, dan pengelolaan yang dilakukan
(Halawa, 2021).
melainkan dari benua Afrika. Keluarga Rubiaceae mengandung genus Coffea, yang
merupakan rumah bagi tanaman kopi. Arabica, Robusta, dan Liberika adalah tiga
spesies dari genus Coffea yang dibudidayakan oleh manusia di Indonesia. Ada total
seratus spesies berbeda yang termasuk dalam genus Coffea (Randriani & Dani, 2018).
Kopi adalah tanaman lain yang sering ditanam di perkebunan dan memiliki sejarah
panjang sebagai tanaman budidaya. Tanaman kopi tidak hanya menyediakan sumber
kekayaan negara secara keseluruhan melalui peningkatan ekspor biji kopi mentah dan
setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam. Menurut (Widyastuti, 2018), dari seluruh
untuk tujuan ekspor sedangkan 33% sisanya digunakan untuk memenuhi permintaan
pasar dalam negeri. Para pekebun mendapatkan kepercayaan dan keyakinan terhadap
potensi kopi untuk menjadi komoditas ekspor yang stabil dan sumber devisa negara
seiring berkembangnya perkebunan kopi. Para pekebun yakin kopi bisa menjadi
komoditas andalan ekspor. Di sisi lain, harga komoditas kopi seringkali mengalami
kopi di pasar global (Widyastuti, 2018). Perihal ini menyebabkan harga komoditas
Tanaman kopi ialah tanaman semak dan memiliki berkeping dua (dikotil),
sehingga memepunyai akar tunggang. Menururut Aak (Widyastuti, 2018) Akar ini
secara eksklusif dimiliki oleh tanaman kopi yang berasal dari semai atau cangkokan
bibit. Batang tanaman kopi ini dapat dilakukan dengan cara stek, okulasi, atau
penyambungan dimana batang bawahnya berasal dari stek tanpa akar tunggang. Akar
ini sangat mudah dicabut karena tidak memiliki akar tunggang. Tanaman kopi
membutuhkan waktu tiga tahun sejak berkecambah sebelum mulai mekar dan
Kopi Arabika, kopi Robusta, kopi Liberika, dan kopi Excelsa adalah empat
varietas kelompok kopi yang dikenal. Dua kelompok kopi ini dikenal memiliki nilai
24
ekonomi dan aktif diperdagangkan: kopi arabika dan kopi robusta. Bentuk kopi
lainnya termasuk kopi excelsa dan kopi liberika. Sementara itu, menurut Rahardjo
(Widyastuti, 2018) kelompok kopi liberika dan kopi ekselsa kurang ekonomis dan
kurang komersial. Selain itu, seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa kopi yang
a. Kopi arabika
Dataran tinggi Ethiopia yang terletak di Afrika dianggap sebagai tempat kelahiran
kopi Arabika. Jenis kopi ini paling baik ditanam secara organik di negara asalnya di
dataran tinggi dan hutan di ketinggian antara 1.500 hingga 2.000 meter di atas
permukaan laut. Pengiriman pertama kopi arabika tiba di pulau jawa pada tahun 1699
(Mulyani, 2019). Bibit tanaman tersebut didatangkan dari Yaman, yang dulunya
dikenal sebagai jenis kopi "typica", tetapi sekarang lebih sering dikaitkan dengan
varietas kopi Arabika Arabika. Tanaman kopi Arbika memiliki daun-daun kecil yang
berkilau dan halus, panjang daun 12-15 sentimeter dan panjang 6 sentimeter, serta
mempunyai suhu rata-rata antara 15-24ºC. aktivitas fotosintesis tanaman akan turun
pada suhu 25ºC yang akan berdampak langsung pada hasil panen yang dihasilkan
b. Kopi robusta
25
Kopi robusta pertama kali diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1900. Pertama
kali ditanam di Kongo. Kopi robusta dikatakan mempunyai kualitas yang luar biasa
dan memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat. Bahkan kopi jenis ini terus
mendominasi perkebunan kopi di Indonesia hingga saat ini (Ulandika, 2022). Hal ini
disebabkan fakta bahwa kopi khusus ini dikenal karena ketahanannya terhadap
berbagai penyakit karat daun, serta fakta bahwa ia memiliki persyaratan pertumbuhan
dan perawatan yang rendah, meskipun produksinya jauh lebih tinggi dan keadaan
Nama Robusta berasal dari kata bahasa Inggris "robust", yang dapat
diterjemahkan secara bebas menjadi "kuat". Minuman yang terbuat dari biji kopi
robusta, seperti namanya, memiliki rasa yang kuat dan seringkali lebih pahit
dibandingkan kopi arabika. Ini karena biji kopi robusta disangrai lebih intens
(Ulandika, 2022). Tanaman ini tumbuh dengan tinggi rata-rata 10 meter, meskipun
mengumpulkan biji kopi. Daun dan bunga kopi arabika biasanya lebih lebar dan lebar
dibandingkan tanaman ini. Selain itu, mekarnya lebih besar dan bentuknya lebih tidak
menentu. Tumbuhan ini juga mengetahui musim alami di mana ia akan berbunga atau
menghasilkan buah.
c. Kopi liberika
Kopi yang dikenal sebagai Liberika awalnya ditanam di Angola tetapi telah dijual
di Indonesia sejak tahun 1965. Kualitas buah yang buruk dan hasil yang rendah
berkontribusi pada fakta bahwa volume kopi Liberika yang tersedia belum signifikan
(Ulandika, 2022). Tanaman kopi Liberika dibedakan oleh daunnya yang tebal, besar,
26
mengkilap, buah yang sangat besar yang dapat mencapai diameter hingga 2/3
Karena banyaknya variasi bentuk, ukuran, dan kualitas rasa biji, kopi Liberika
terkenal kurang murah dan komersial dibandingkan jenis kopi lainnya. Di lingkungan
yang ditandai dengan tingkat panas dan kelembapan yang tinggi, pohon kopi Liberika
tumbuh subur.
selalu dijadikan dasar untuk mengukur nilaieefisiensi pada satuan kerja ekonomieatau
bahwa adalah mungkin untuk mengurangi jumlah total sumber daya yang digunakan
suatu keadaan sederhana pada suatu perusahaan yang mempergunakan dua input ( X 1
asumsi CRS.
menggunakan sejumlah input tertentu (pada kurva yang diwakili oleh titik P), maka
jarak QP antara kedua titik tersebut akan mencerminkan seberapa tidak efisiennya
produksi perusahaan secara teknis. Jarak ini adalah titik di mana penurunan
proporsional dalam jumlah penggunaan input yang berbeda dapat dilakukan tanpa
persentase dari rasio QP/0P. Rasio ini mencerminkan proporsi masukan yang dapat
diturunkan, dan simbol pada kurva yang sesuai dengan persentase ini ditunjukkan di
atas kurva.
rasio yang sama dengan 1-0Q/0P. Hasil rasio dapat berkisar dari 0 hingga 1, dan hasil
rasio menunjukkan indikator sejauh mana kinerja perusahaan dirusak oleh kurangnya
efisiensi teknis. Nilai 1 menunjukkan bahwa semua aspek bisnis telah dioptimalkan
secara maksimal. Misalnya, diagram berikut berisi titik berlabel Q. Titik ini telah
mencapai keadaan efisiensi teknis karena terletak pada garis isoaccount yang
berorientasi input, dimana jumlah input dapat dikurangi secara proporsional tanpa
mengubah jumlah output yang dihasilkan. Jika dijelaskan, ada alternatif tambahan
pengukuran yang berorientasi pada input dan yang berorientasi pada output dapat
Skala hasil menurun yang ditunjukkan oleh f(x) dan kinerja bisnis yang tidak
efisien pada titik P ditunjukkan pada gambar 1.2 (a). Rasio AB/AP digunakan untuk
berorientasi pada masukan. Ketika ada skala hasil konstan (CRTS), hasil pengukuran
efisiensi teknis berorientasi input dan output adalah sama. Namun, ketika ada
Diminishing Return to Scale (DRTS), temuannya akan berbeda. Gambar 2.6(b), yang
pemikiran untuk memperkuat fokus yang mendasari penelitian ini disebut sebagai
kerangka pemikiran. Ketika peneliti berada dalam kerangka berpikir ini, mereka akan
berusaha menjelaskan tantangan penelitian utama. Pada penelitian ini juga penelaah
yakni.
30
Usahatani Kopi
Permasalahan Produk
Pembangunan wilayah kurang sinkron dalam menggunakan potensi yang
dimiliki masing- masing wilayah, hal itu menyebabkan pemanfaatan asal daya
yang terdapat akan kurang optimal. Dengan adanya pengelolaan dan
penanganan yang lebih terarah, diharapkan sanggup menstabilkan harga kopi
khususnya Kabupaten Malang.
Efesiensi Teknis
1. Lahan
2. Tenaga Kerja
3. Modal
4. Bibit
5. Pupuk
Dampak/Manfaat Penelitian
Manfaat penelitiannini dapat rnemberikan sosialisasi dan bimbingan
dalam melakukan usahatani tanaman kopi dan dapat menjadi bahan
kajian bagi petani tanaman kopi di Kabupaten Malang maupun di mana
saja.
Gambar 2. 3 Kerangka Berpikir
31
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara mengenai penelitian
yang akan dilakukan, dengan demikian dapat untuk menjawab permasalah yang telah
terhadap produksi kopi robusta di Kecamatan Dampit Kabupaten Malang adalah luas
BAB III
METODE PENELITIAN
Kecamatan Dampit Kabupaten Malang” akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai
dengan Agustus 2023 di Kecamatan Dampit. Alasan memilih lokasi tersebut tempat
di Kecamatan Dampit
pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan atau peluang yang sama
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih sebagai sampel. Hal ini berbeda
yang sama, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2016:84). Metode pengambilan
sampel ini disebut sebagai sampel kenyamanan. Metode yang diterapkan dikenal
sebagai total sampling atau sampling jenuh. Salah satu metode pengambilan sampel
sampel dari setiap anggota populasi. Ketika populasi relatif rendah, biasanya kurang
dari 30. Sampel yang digunakan yaitu petani kopi robusta yang tergabung dalam
Kelompok Tani Harapan. Pemilihan Kelompok Tani Harapan sebagai sampel yaitu
atas dasar kelompok tani tersebut adalah salah satu kelompok tani yang telah sukses
digunakan untuk sampel penelitian pada kelompok tani harapan berjumlah 25 orang
1. Kopi robusta atau Coffea canephora dikenal sebagai kopi yang tahan (robust)
produksi usahatani kopi robusta meliputi luas lahan, jumlah pohon, pupuk,
3. Variabel luas lahan yaitu luasan lahan usahatani kopi robusta di Kecamatan
5. Variabel tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam
Malang (orang).
Malang (rupiah).
8. Biaya tetap ialah biaya yang besarannya tidak berubah-ubah tergantung dari
(rupiah).
34
yang digunakan dalam penelitian harus sesuai dengan topik yang ada dalam
permasalahan di penelitian. Data yang mendukung penelitian yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber lokasi
penelitian. Data primer dapat diperoleh dari hasil observasi ataupun wawancara. Data
sekunder yaitu data yang didapat dari bahan kepustakaan dan referensi-referensi dari
buku yang berkaitan dengan bahan penelitian. Data sekunder yang digunakan yaitu
data.
1. Observasi
sempurna. Teknik pengumpulan data melalui observasi ini merupakan salah satu
informasi yang diperoleh dari studi pustaka. Jenis observasi yang dilakukan yaitu
partisipan sebagai pengamat. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
mengamati permasalahan yang ada dalam fenomena secara umum yaitu terkait
2. Wawancara
35
dikemukakan oleh Sugiyono (2014: 194). Ketika peneliti ingin melakukan studi
bila jumlah responden terbatas atau sangat sedikit dan peneliti ingin mengetahui hal-
hal yang lebih mendalam dari responden. Metode wawancara merupakan salah satu
pengumpulan data berupa keterangan lisan dari suatu narasumber atau responden
tertentu. Wawancara yang diperoleh dari informan merupakan jenis data primer. Data
yang diperoleh dapat berupa deskriptif, naratif, dan informasi lisan lainnya.
Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara sudah tertulis dalam bentuk kuesioner.
Wawancara dilakukan pada petani yang tergabung dalam kelompok tani harapan di
Desa Amadanom Kecamatan Dampit Kabupaten Malang. Hasil yang diperoleh dari
wawancara yaitu terkait faktor produksi, biayabiaya dan pendapatan yang diperoleh
3. Studi Dokumentasi
Menurut Darmawan (2016 : 163) Hal pertama yang harus dilakukan saat
melakukan penelitian adalah menentukan ada atau tidaknya buku atau bahan tertulis
lainnya yang berkaitan dengan judul skripsi yang akan dibuat. Dokumentasi mengacu
pada proses pengumpulan bahan sekunder dari sumber seperti arsip dan dokumen
yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dokumentasi dapat berupa
catatan yang tertulis pada waktu yang telah dilewati untuk mengetahui fenomena
pada suatum objek. Data yang terdapat dalam BPS salah satu contoh studi
dokumentasi untuk memperoleh data produksi atau luas lahan pertanian di Kabupaten
36
Malang. Data dokumentasi juga dapat diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan,
pertanian di Kabuaten Malang. Data-data yang diperoleh dari studi dokumentasi yaitu
Malang. Studi dokumentasi ini menghasilkan data yang digunakan untuk memperkuat
penelitian dalam hal teori ataupun data real yang ada di lapang.
deskriptif untuk mengetahui sistem pengelolaan tanaman dan efesiensi teknis pada
tanaman kopi di Kecamatan Dampit. Dengan berdasarkan hasil wawancara dan hasil
kuesioner yang akan diberikan kepada para responden Kelompok Tani Harapan di
Kecamatan Dampit.
berganda. Model regresi linier berganda ialah pengembangan dari model regresi linier
berganda itu sendiri. Bilamana model regresi linier sederhana hanya memiliki satu
variabel bebas dan satu variabel yang diregresi, maka model regresi linier berganda
akan mencakup lebih dari satu variabel bebas dan hanya satu variabel yang diregresi.
Bentuk khas dari persamaan regresi linier berganda, yang mengandung dua atau lebih
variabel bebas, dapat menjadi sebagai berikut bila jumlah variabel bebas yang
dipertimbangkan bertambah:
Keterangan:
Y’ = Efesiensi produktivitas
X1 = lahan (Ha)
X3 = modal (Rp)
X4 = bibit (pohon)
X5 = pupuk (kg)
e = standar error
uji f, dan uji t. Uji r digunakan untuk mengetahui nilai koofesien determinasinya. Uji
regresi:
nyata yang digunakan dalam uji ini biasanya 5% atau 0,05 (Nasution, 2017).
Atau
Atau
Jikalau angka nilai signifikasi uji T > 0,05 maka Ho diterima dan H1
Jikalau angka nilai signifikasi uji T < 0,05 maka Ho ditolak dan H1
dependen.
DAFTAR PUSTAKA
Khusnul, K., Asyiah, N. I., & Hariyadi, S. (2021). Analysis of the effect of several types of
shade on the productivity of Robusta coffee. In Journal of Physics: Conference
Series (Vol. 1751, No. 1, p. 012060). IOP Publishing.