Oleh :
RIKA LISTIYANA
NIM. 361641311060
Tugas Akhir ini Dibuat dan Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Program
Studi Diploma IV Agribisnis dan Mencapai Gelar Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P)
Oleh :
RIKA LISTIYANA
NIM. 361641311060
Judul : Analisis Nilai Tambah Kerupuk Bonggol Pisang Pada Home Industri Sri
Mulyo Desa Sragi Kecamatan Songgon
Oleh : Rika Listiyana
Nim : 361641311060
Mengetahui/Menyetujui
2. Driyanto Wahyu Wicaksono, S.E., M.ST 2. Sandryas Alief Kurniasanti, S.ST., M.M
NIK. 2008.36.022 NIP. 198806072019032017
iii
---Halaman ini sengaja dikosongkan---
iv
DAFTAR ISI
v
---Halaman ini sengaja dikosongkan---
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Luas Panen, Produksi, Dan Produktivitas Pisang di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2019 .............................................................................................................................................. 1
Tabel 1.2 Kandungan Gizi Bonggol Pisang Basah dan Kering .............................................................. 3
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu............................................................................................................. 10
Tabel 3.1 Waktu Penelitian .................................................................................................................. 15
Tabel 3.2 Definisi Operasional ............................................................................................................. 17
Tabel 3.3 Perhitungan nilai tambah menggunakan metode Hayami ..................................................... 18
vii
---Halaman ini sengaja dikosongkan---
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Produksi Kerupuk Bonggol Pisang Home Industri Sri Mulyo 2020 ........................... 4
Gambar 3. 1 Kerangka Pemikiran ........................................................................................................ 22
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa luas lahan panen pisang dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan, sedangkan produksi dan produktivitas pisang mengalami penurunan pada tahun
2017, hal ini terjadi akibat faktor alam seperti cuaca dan faktor lainnya yang memengaruhi.
Namun pada tahun 2018 produksi pisang mengalami kenaikan yaitu dari 95,734.41 Ha
menjadi 97,669.27 Ha, sedangkan produktivitasnya dari 222,59 Kw/Ha menjadi 225,46
Kw/Ha. Proses peningkatan yang terjadi ini diharapkan dapat membantu memenuhi
kebutuhan konsumen dan memberikan pendapatan lebih bagi petani pisang sehingga besar
kemungkinan tanaman pisang dapat berpotensi dikembangkan.
Pisang merupakan buah yang sangat populer di seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Buah ini biasa dikonsumsi langsung karena memiliki rasa yang manis. Selain rasanya, buah
ini dapat ditemukan dengan mudah dan memiliki harga yang relatif murah. Banyak
kandungan baik dalam buah ini. Tidak hanya buahnya saja, bahkan mulai dari akar, pelepah,
bonggol, daun dan jantung pisang juga bisa dimanfaatkan. Potensi pisang di Indonesia
sangatlah besar dan buah pisang yang kaya akan vitamin baik digunakan sebagai makanan
siap santap juga untuk olahan pangan lainnya, seperti kue, nugget, keripik, dan lain-lain.
Pemanfaatan pisang yang kaya akan vitamin dan zat gizi membuat pisang banyak dipilih
sebagai bahan baku olahan pangan di Indonesia (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura, 2016).
Bagian dari tanaman pisang yang jarang dimanfaatkan adalah bagian bonggolnya.
Bonggol pisang atau batang pisang bagian bawah merupakan limbah tanaman pisang yang
belum termanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan bonggol pisang selama ini adalah untuk
pembuatan pupuk kompos. Air bonggol pisang dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit seperti disentri, pendarahan usus, amandel, serta dapat memperbaiki
pertumbuhan dan meghitamkan rambut.
Bonggol pisang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang
lengkap. Dalam 100 gram bonggol pisang basah terkandung 43,0 kalori, 0,36 gram protein,
11,60 gram karbohidrat, 86,0 gram air, beberapa mineral seperti Ca, P dan Fe, vitamin B1 dan
C, serta bebas kandungan lemak (Rukmana, 2005). Untuk kandungan gizi bonggol pisang
basah dan kering dapat dilihat pada tabel 1.2
2
Tabel 1.2 Kandungan Gizi Bonggol Pisang Basah dan Kering
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa bonggol pisang kaya akan serat pangan. Serat pangan
menurut Astawa, (2004) salah satu serat kasar yang terbukti mampu mencegah berbagai
penyakit diantaranya penyakit gigi, diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, obesitas, serta
meningkatkan kesehatan mikroflora usus. Menurut Rudito et al., (2010) menunjukkan
karakteristik kimia pati bonggol pisang yaitu kadar air sebesar 6,69%, kadar abu 0,11% dan
kadar HCN 2,6 mg/kg.
Kandungan gizi yang tinggi pada bonggol pisang maka perlu adanya pemanfaatan
bonggol pisang untuk diolah menjadi bahan baku pangan yang memiliki gizi tinggi. Salah
satu potensi bonggol pisang yaitu dapat diolah menjadi kerupuk bonggol pisang. Pengolahan
menjadi kerupuk merupakan alternatif dalam pemanfaatan bonggol pisang menjadi bahan
makanan.
Bonggol pisang diolah menjadi bahan dasar pengolahan kerupuk dengan cara bagian
dalam diiris tipis-tipis kemudian ditata di nampan dan dijemur di bawah sinar matahari
sampai kering. Untuk bahan campuran lainnya yaitu tepung tapioka , bumbu dapur, rempah-
rempah dan bahan lainnya yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kerupuk bonggol pisang.
Salah satu tempat yang memproduksi kerupuk bonggol pisang yaitu Home Industri Sri Mulyo.
Tempat tersebut merupakan usaha milik sendiri yang didirikan oleh Ibu Pini Sri yang
beralamatkan di Jl Raya Simpang Tiga Desa Sragi Kecamatan Songgon Kabupaten
3
Banyuwangi. Home Industri Sri Mulyo merupakan tempat produksi oleh-oleh khas
Banyuwangi. Selain kerupuk bonggol pisang, terdapat beberapa produk lainnya yaitu kerupuk
lidah buaya, keripik pisang, keripik peyek pakis, dan bagiak. Produk olahan Home Industri Sri
Mulyo ini telah memiliki izin produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT). Berikut data
produksi kerupuk bonggol pisang di Home Industri Sri Mulyo :
1.000
500
Gambar 1.1 Data Produksi Kerupuk Bonggol Pisang Home Industri Sri Mulyo 2020
(Sumber: Home Industri Sri Mulyo, 2021)
Dari gambar data produksi di atas dapat diketahui bahwa produksi kerupuk bonggol
pisang mengalami kenaikan tertinggi pada bulan Mei dengan jumlah produksi sebanyak 2400
kg. Kenaikan ini disebabkan oleh tingginya permintaan konsumen menjelang hari Raya Idul
Fitri. Penurunan produksi paling signifikan terjadi pada bulan Oktober yaitu dengan jumlah
produksi 1.700 kg. Penurunan produksi tersebut dipengaruhi oleh cuaca yaitu pada saat
musim hujan.
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas,maka tujuan dari permasalahan di atas
adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses produksi kerupuk bonggol pisang pada Home
Industri Sri Mulyo Desa Sragi Kecamatan Songgon Banyuwangi.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis nilai tambah yang diperoleh dari usaha kerupuk
bonggol pisang pada Home Industri Sri Mulyo Desa Sragi Kecamatan Songgon
Banyuwangi.
5
---Halaman ini sengaja dikosongkan---
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pisang
Pisang (Musa Paradisiaca) adalah salah satu komoditi yang dapat dengan mudah
ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan cukup menarik untuk dikembangkan produksinya.
Namun, tidak banyak yang membudidayakan secara intensif dan dalam skala besar.
Klasifikasi ilmiah pisang :
Kerajaan : Plantae (Tumbuhan)
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingibiralles
Famili : Musaceae
Genus : Musa L (Pisang)
Spesies : Musa X Paradisiaca (ITIS,2018)
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai produsen pisang
dunia. Indonesia telah memproduksi sebanyak 6,20% dari total produksi dunia, 50% produksi
pisang asia berasal dari Indonesia (Satuhu dan Supriyadi, 2008). Tanaman pisang merupakan
suatu tumbuhan yang dari akar hingga daunnya dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh
manusia. Pisang kepok (Musa paradisiaca forma typical) merupakan jenis pisang olahan yang
paling sering diolah terutama dalam olahan pisang goreng dengan berbagai jenis variasi,
samgat cocok diolah menjadi keripik, aneka olahan tradisional, dan tepung. Pisang diketahui
memiliki gizi tinggi dan sumber vitamin, mineral dan karbohidrat. Kandungan nutrisi lainnya
seperti serat dan vitamin dalam buah pisang seperti vitamin A, B, dan C, dapat membantu
memperlancar sistem metabolisme tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh dari radial bebas
serta menjaga kondisi tetap kenyang dalam waktu lama.
Semua bagian tanaman pisang mulai dari akar sampai daun memiliki manfaat,
terutama yang banyak dikonsumsi adalah buahnya. Sedangka bagian tanaman pisang yang
lain yaitu jantung, batang, kulit buah dan bonggol pisang jarang dimanfaatkan dan dibuang
begitu saja menjadi limbah pisang. Batang pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
kertas daur ulang, bahan anyaman kerajianan, dan pakan ternak. Jantung pisang dapat
digunakan sebagai makanan, seperti dendeng jantung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan
sebagai produk olahan makanan, seperti nata dan roti. Bagian bonggol pisang juga bermanfaat
sebagai bahan baku obat yaitu mengobati penyakit disentri, pendarahan usus, obat kumur,
serta untuk memperbaiki pertumbuhan dan menghitakan rambut (Rosdiana 2009).
7
Bonggol pisang ternyata mengandung gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang
lengkap. Bonggol pisang mengandung karbohidrat (66%), protein, air, dan mineral-mineral
penting. Bonggol pisang mempunyai kandungan pati 45,4% dan kadar air protein 4,35%
(Munadjim, 1983). Produk olahan bonggol pisang yang banyak beredar dipasaran saat ini
adalah kerupuk bonggol pisang. Mengingat tingginya kandungan yang terdapat pada bonggol
pisang, maka perlu ditingkatkan lagi pemanfaatan produk-produk baru berbahan dasar
bonggol pisang, seperti pembuatan kerupuk bonggol dari bonggol pisang yang mengandung
serat tinggi sebagai pengganti kerupuk udang yang harganya tinggi di pasaran.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa bonggol pisang atau batang bagian bawah
merupakan limbah tanaman pisang yang belum termanfaatkan secara optimal. Bonggol pisang
merupakan bagian yan paling jarang dimanfaatkan, apalagi untuk dikonsumsi. Selama ini
masyarakat menggunakannya sebagai bahan makanan ternak. Ada yang sudah
memanfaatkannya sebagai olahan pangan yaitu dimanfaatkan sebagai sayuran, seperti urap
dan lalapan.
2.4 Biaya
Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung oleh
produsen untuk menghasilkan suatu produksi. Biaya produksi adalah semua pengeluaran
yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan
mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang yang diproduksi perusahaan
tersebut (Rufaidah, 2015).
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan- bahan mentah yang akan
digunakan untuk menciptakan barang yang diproduksikan oleh perusahaan. Analisis
mengenai biaya produksi perusahaan dibedakan menjadi dua jangka waktu yaitu jangka
9
pendek dan jangka panjang. Jangka pendek yaitu jangka waktu dimana perusahaan dapat
menambah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan
jangka panjang yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi mengalami perubahan
(Sukirno, 2014). Analisis biaya jangka pendek dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap
(fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tergantung
pada banyak sedikitnya produk yang dihasilkan, misalnya biaya penyusutan mesin.
Sedangkan biaya variabel yaitu biaya yang besarnya tergantung pada output yang
dihasilkan, misalnya biaya bahan baku untuk menghasilkan suatu produk (Soeharno, 2007).
Penelitian mengenai analisis pendapatan dan nilai tambah telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu dengan jenis produk yang berbeda. Penelitian yang berkaitan dengan analisis
pendapatan dan nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
10
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
11
-
12
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
13
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
14
BAB 3
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilakukan di Home Industri Sri Mulyo yang terletak di Desa
S r a g i , Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini dimulai pada bulan
Januari-Agustus 2023, meliputi rangkaian kegiatan yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive
sampling). Noor (2011) menyatakan bahwa Purposive sampling merupakan teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Kriteria responden
dalam penelitian ini adalah mengetahui dan memahami sesuatu yang berkaitan dengan Home
15
Industri Sri Mulyo, masih terlibat pada kegiatan di Home Industri Sri Mulyo dan mempunyai
waktu untuk dimintai informasi dalam penelitian ini. Responden yang diambil dalam
penelitian ini antara lain,
1. Ibu Pini Sri selaku pemilik usaha kerupuk bonggol pisang Home Industri Sri Mulyo
beliau merupakan salah satu responden karena pemilik yang mengetahui tentang
jalannya Home Industri Sri Mulyo serta mengetahui tentang jumlah bahan baku, biaya,
dan produksi yang dihasilkan.
2. Ibu Siti Romdah selaku karyawan bagian produksi, merupakan karyawan yang
mengetahui proses pengolahan bonggol pisang menjadi kerupuk bonggol pisang di
Home Industri Sri Mulyo.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan jenis dan sumber data
primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Bungin (2001) menyatakan bahwa data primer adalah data yang diambil dari sumber
data primer atau sumber pertama di lapangan. Sumber data ini adalah sumber pertama
dimana sebuah data dihasilkan. Data primer didapatkan langsung dari pelaku usaha kerupuk
bonggol pisang di Home Industri Sri Mulyo untuk memperoleh informasi mengenai sejarah
berdirinya Home Industri Sri Mulyo, proses pengolahan bonggol pisang menjadi kerupuk
bonggol pisang, biaya yang dibutuhkan selama proses produksi, dan informasi penjualan
kerupuk bonggol pisang di Home Industri Sri Mulyo.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder
(Bungin, 2001). Data sekunder diperoleh dari penelitian terdahulu dan berbagai literatur
seperti buku, hasil riset (jurnal dan skripsi) dan instansi terkait dengan penelitian ini. Data
sekunder dalam penelitian ini meliputi data luas panen, produksi, dan produktivitas pisang di
Kabupaten Banyuwangi.
16
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Pengukuran
1. Nilai Tambah Selisih antara nilai output denganharga Nilai tambah
bahan baku dansumbangan input lain dinyatakan dalam
(Soehyono, et al., 2014). (Rp/Kg bahan
baku).
2. Biaya Produksi Seluruh biaya yang dikeluarkan dalam Biaya produksi
kegiatan agroindustri yang terdiri dari dinyatakan dalam
biaya tetap dan biaya satuan rupiah
variable (Soehyono, et al., 2014). (Rp).
3. Produksi Jumlah yang dihasilkan dalamperiode Produksi dinyatakan
produksi (Marga, 2016) dalam
satuan berat
kilogram (Kg)
4. Input Pemasukan bahan baku utama yang Input dinyatakan
dibutuhkan dalam satu kali proses dalam satuan
produksi yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg).
kilogram (Elvia,
2016)
5. Output Pengeluaran produk yang dihasilkan Output dinyatakan
dalam satu kali proses produksi dalam satuan
dihitung dalam satuan kilogram (Kg).
kilogram (Elvia, 2016)
6. Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang digunakan Tenaga kerja
untuk memproduksi dalam setiap satu dinyatakan dalam
kali proses produksi (Soehyono, et al., HOK
2014).
17
3.6 Teknik Analisis
Metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis nilai tambah dengan
menggunakan metode Hayami. Perhitungan nilai tambah dengan menggunakan metode
Hayami dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Perhitungan nilai tambah menggunakan metode Hayami
No Variabel Nilai
Output, Input dan Harga
1. Output (Kg/proses) A
2. Input (Kg/proses) B
3. Tenaga Kerja (HOK/proses) C
4. Faktor Konversi D = A/B
5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Kg) E = C/B
6. Harga Output (Rp/Kg) F
Pendapatan dan keuntungan
7. Upah Rata-rata Tenaga Kerja (Rp/HOK) G
8. Harga Bahan Baku (Rp/Kg) H
9. Sumbangan input lain (Rp/Kg) I
10. Nilai output (Rp/Kg) J=DxF
11. a. Nilai Tambah (Rp/Kg) K=J–I–H
b. Rasio Nilai Tambah (%) L% = (K/J) x 100%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) M=ExG
b. Bagian Tenaga Kerja (%) N% = (M/K) x 100%
13. a. Keuntungan (Rp/Kg) O=K–M
b. Tingkat Keuntungan (%) P% = (O/K) x 100%
Balas Jasa untuk Faktor Produksi
14. Margin (Rp/Kg) Q=J–H
a. Pendapatan tenaga kerja (%) R = (M/Q) x 100%
b. Sumbangan Input Lain (%) S = (I/Q) x 100%
c. Keuntungan pengolah (%) T = (O/Q) x 100%
Sumber: Mubarok, et al., 2015
a. Output dapat diperoleh dari hasil produksi yang dihasilkan dalam sekali proses
produksi.
b. Input dapat diperoleh dari jumlah penggunaan bahan baku yang digunakan dalam sekali
proses produksi.
c. Tenaga kerja dapat diperoleh dari jumlah kebutuhan tenaga kerja dalam sekali proses
produksi.
d. Faktor konversi yaitu perbandingan antara output dengan input. Nilai faktor konversi
adalah jumlah output dibagi dengan bahan baku yang digunakan.
18
e. Koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk
mengolah satu kilogram bahan baku. Nilai koefisien tenaga kerja diperoleh dari jumlah
tenaga kerja dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan.
f. Harga output diperoleh dari harga jual dari 1 Kg output yang dihasilkan.
g. Upah rata-rata tenaga kerja diperoleh dari besarnya upah setiap tenaga kerja untuk sekali
proses produksi.
h. Harga bahan baku diperoleh dari harga pembelian dari 1 Kg bahan baku yang
digunakan.
i. Sumbangan input lain adalah biaya penunjang per kilogram bahan baku. Sumbangan
input lain diperoleh dari hasil bagi rata-rata total sumbangan input lain dengan jumlah
bahan baku dalam sekali proses produksi.
j. Nilai output diperoleh dari perkalian faktor konversi dengan harga output.
k. Nilai tambah diperoleh dari hasil nilai output dikurangi sumbangan input lain lalu
dikurangi lagi dengan harga bahan baku.
l. Rasio nilai tambah yaitu perbandingan antara nilai tambah dengan nilai output.
Rasio nilai tambah diperoleh dari nilai tambah dibagi dengan nilai output kemudian
dikalikan 100%.
m. Pendapatan tenaga kerja merupakan besarnya pendapatan tenaga kerja per satu kilogram
produksi, yang diperoleh dari hasil kali antara koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga
kerja.
n. Bagian tenaga kerja merupakan perbandingan pendapatan tenaga kerja dengan nilai
tambah. Bagian tenaga kerja diperoleh dari imbalan tenaga kerja dibagi dengan nilai
tambah kemudian dikalikan 100%.
o. Keuntungan diperoleh dari hasil pengurangan dari nilai tambah dengan imbalan tenaga
kerja.
r. Pendapatan tenaga kerja merupakan perbandingan antara pendapatan tenaga kerja dengan
margin, yang diperoleh dari imbalan tenaga kerja dibagi dengan margin kemudian
dikalikan 100%.
s. Sumbangan Input lain merupakan perbandingan antara sumbangan input lain dengan
19
margin, yang diperoleh dari sumbangan input lain dibagi dengan margin kemudian
dikalikan 100%.
Elvia (2016) menyatakan bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan analisis nilai
tambah menggunakan metode Hayami. Kelebihan analisis nilai tambah menggunakan
metode hayami adalah:
a Dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output, dan produktivitas.
b Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi.
Adapun kelemahan analisis nilai tambah pada metode Hayami yaitu:
a Tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang menghasilkan banyak produk dari satu
jenis bahan baku.
b Tidak dapat menjelaskan produk sampingan.
c Sulit untuk menyimpulkan apakah balas jasa terhadap pemilik faktor tersebut sudah
layak.
20
3.7 Kerangka Pemikiran
Home Industri Sri Mulyo ini berada di Desa Sragi, Kecamatan Songgon, Kabupaten
Banyuwangi. Belum adanya perhitungan mengenai analisis nilai tambah, yang mana analisis
nilai tambah diperlukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah kerupuk bonggol pisang
sehingga diketahui usaha yang dijalankan dapat memberikan keuntungan. Berdasarkan alat
analisis yang digunakan kerangka pemikiran yang telah dirancang dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 3.1
21
Permasalahan yang dihadapi :
Belum adanya perhitungan mengenai analisis nilai tambah
Purposive Sampling
Analisis Penelitian
Analisis nilai tambah
menggunakan metode Hayami
Hasil Analisis
22
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. dan T. Wresdiyati. 2004. Diet sehat dengan makanan berserat. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, Solo.
Badan Pusat Statistik. 2020. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Pisang
Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi: Badan Pusat Statistik.
Hamidi, W., & Elida, S. (2018). Analysis Of Value Added And Development Strategy Of
Public Sago Agroindustry Business In Kepulauan Meranti Regency.
INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH
VOLUME 7, ISSUE 2, 1-6.
Kodrat, K. F. (2018). Value Added Analysis of Agroindustry Supply Chain Passion Syrup in
North Sumatera Province. 1-10.
Lubis, W., Rahmanta, & Iskandarini. (2018). Analysis Value-added of Baung Fish (Mystus
Nemurus) in Increasing Income of Fishermen in South Labuhanbatu District.
International Journal of Progressive Sciences and Technologies ISSN : 2509-0119
Vol. 8 No. 2, 195-199.
Mahdalena, & Roliani, S. (2018). ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA RUMAH
TANGGA ASINAN CEMPEDAK DI DESA RIWA KECAMATAN BATU MANDI
KABUPATEN BALANGAN. ISSN ELEKTRONIK 2355-3545, Volume 43 Nomor 1,
40-51.
Mubarok, A. A., Arsyad, A., & Miftah, H. (2015). ANALISIS NILAI TAMBAH DAN
MARGIN PEMASARAN PISANG MENJADI OLAHAN PISANG. Jurnal Pertanian
ISSN 2087‐4936 Volume 6 Nomor 1, 1-14.
Nuzuliyah, L. (2018). Analisis Nilai Tambah Produk Olahan Tanaman Rimpang. Jurnal
Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 7 Nomor 1, 31-38
Hayami, Y., Kawagoe,T., Morooka, Y., Siregar, M. 1987. Agricultural Marketing and
Processing in Upland Java A Perspective From A Sunda Village. Bogor: CGPRT
Centre.
Munadjim. 1983. Teknologi Pengelolaan Pisang. Jakarta (ID): PT. Gramedia.
Ningsih, D.C.W., Kassa, S., Howara, D. 2013. Analisis Nilai Tambah Bawang Merah Lokal
Palu Menjadi Bawang Goreng Di Kota Palu. Agrotekbis. 1(4): 353-360.
Pardede, P.M., 2007. Manajemen Operasi dan Produksi. Yogyakarta: CV. Andi Offset
Purnama, E.K., Novita., Arsyad,A. 2017. Analisis Nilai Tambah Pisang Nangka (Musa
paradisiaca,L) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah
Bogor. Jurnal AgribiSains. 3(2).
Raufaidah, E. 2015. Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rosdiana, R. 2009. Pemanfaatan Limbah dari Tanaman Pisang. Bharatara Karya Aksara,
Jakarta.
Rukmana R. 2005. Aneka Olahan Limbah:Tanaman Pisang, Jambu Mete, Rosella.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
23
Satuhu, S. & Supriyadi, A., 1992, Pisang Budi Daya Pengolahan dan Prospek Pasar, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Soeharno. 2007. Teori Mikroekonomi. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Soehyono, F., D. Rochdiani, M.N. Yusuf. 2014. Analisis Usaha dan Nilai Tambah
Agroindustri Tempe (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota
Banjar). J. Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh. 1(1): 43-50.
Sukirno, Sadono. 2014. Mikroekonomi Teori Pengantar. Banten : Rajawali Pers.
Sulaiman., Natawidjaja, R.S. 2018. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Keripik Singkong
(Studi Kasus Produksi Keripik Singkong Pedas di Kelurahan Setiamanah, Kecamatan
Cimahi Tengah, Kota Cimahi.). IlmiahMahasiswa Agroinfo. Vol.5(1).
24
LAMPIRAN
Nama : .......................................................................
Alamat : .......................................................................
........................................................................
Peneliti :
Rika Listiyana
NIM. 361641311060
2023
25
KUESIONER PENELITIAN
Lembaran kuesioner ini digunakan untuk pengumpulan data primer guna menyusun
skripsi yang berjudul “ANALISIS NILAI TAMBAH KERUPUK BONGGOL PISANG
PADA HOME INDUSTRY SRI MULYO DESA SRAGI KECAMATAN SONGGON”
oleh Rika Listiyana (361641311060) Program Studi Agribisnis Politeknik Negeri
Banyuwangi. Atas bantuan dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.
Profil Responden :
Nama : ......................................................................................
Umur : ......................................................................................
Alamat : ......................................................................................
: ......................................................................................
No. Telepon : ......................................................................................
Jenis Kelamin : ......................................................................................
Pendidikan Terakhir : ......................................................................................
Pekerjaan : ......................................................................................
26
I. SEJARAH dan PROFIL USAHA
1. Apakah pekerjaan sebelum menjadi pengusaha kerupuk bonggol pisang?
Jawaban : ....................................................................................
2. Mengapa memilih usaha kerupuk bonggol pisang?
Jawaban :....................................................................................
3. Tahun berapa usaha kerupuk bonggol pisang didirikan?
Jawaban :....................................................................................
4. Modal yang digunakan apakah modal sendiri atau modalpinjaman?
Jawaban :....................................................................................
5. Adakah pelatihan atau seminar tentang kerupuk bonggol pisang yang pernah
diikuti?
Jawaban :....................................................................................
6. Berapa jumlah karyawan pada awal usaha dan saat ini?
Jawaban : ................................................................................
7. Berapa jumlah produksi kerupuk bonggol pisang per harinya?
Jawaban :....................................................................................
27
3. Berapa kali proses produksi dilakukan untuk sekali pembelian bahan baku?
Jawaban : ....................................................................................
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk satu kali proses produksi?
Jawaban : ....................................................................................
5. Berapa kali berlangsung proses produksi dalam satu minggu/bulan?
Jawaban : ....................................................................................
6. Berapa jumlah produk yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi?
Jawaban : ....................................................................................
7. Bagaimana tahapan proses produksi kerupuk bonggol pisang?
Jawaban : ....................................................................................
8. Bagaimana bentuk produk yang dipasarkan?
a. Kemasan : .......................................................................................
b. Lainnya : .......................................................................................
9. Berapa harga jual produk?
Jawaban : ....................................................................................
28
2. Biaya Variabel
a. Biaya Tenaga Kerja Dalam Satu Kali Proses Produksi kerupuk bonggol pisang
Jam Orang Jumlah (Kg) Upah
Nama Tenaga Kerja Tenaga
Kerja (Jam)
Kerja
(Bulan)
(..................................................)
29