Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS NILAI TAMBAH KERUPUK BONGGOL PISANG

PADA HOME INDUSTRI SRI MULYO DESA SRAGI


KECAMATAN SONGGON

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh :
RIKA LISTIYANA
NIM. 361641311060

PROGRAM STUDI D-IV AGRIBISNIS


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2023
ANALISIS NILAI TAMBAH KERUPUK BONGGOL PISANG
PADA HOME INDUSTRI SRI MULYO DESA SRAGI
KECAMATAN SONGGON

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Tugas Akhir ini Dibuat dan Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Program
Studi Diploma IV Agribisnis dan Mencapai Gelar Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P)

Oleh :
RIKA LISTIYANA
NIM. 361641311060

PROGRAM STUDI D-IV AGRIBISNIS


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2023
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Judul : Analisis Nilai Tambah Kerupuk Bonggol Pisang Pada Home Industri Sri
Mulyo Desa Sragi Kecamatan Songgon
Oleh : Rika Listiyana
Nim : 361641311060

Telah diuji pada


Hari : Kamis
Tanggal : 27 Juli 2023
Tempat : Lab. Ekonomi Pertanian dan Manajemen 1

Mengetahui/Menyetujui

Dosen Penguji: Dosen Pembimbing

1. Nurul Alfiyah, S.E., M.Akun 1. Ari Istanti, S.P., M.P


NIK. 2021.36.243 NIK. 2018.36.218

2. Driyanto Wahyu Wicaksono, S.E., M.ST 2. Sandryas Alief Kurniasanti, S.ST., M.M
NIK. 2008.36.022 NIP. 198806072019032017

iii
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................iii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 5
1.5 Batasan Masalah ..................................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 7
2.1 Pisang........................................................................................................................ 7
2.2 Kerupuk Bonggol Pisang ........................................................................................ 8
2.3 Nilai Tambah .......................................................................................................... 9
2.4 Biaya ......................................................................................................................... 9
2.5 Penelitian Terdahulu............................................................................................. 10
BAB 3 METODE PENELITIAN......................................................................................... 15
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 15
3.2 Pendekatan Penelitian ........................................................................................... 15
3.3 Penetuan Sampel ................................................................................................... 15
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 16
3.5 Definisi Operasional .............................................................................................. 17
3.6 Teknik Analisis ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 23
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 25
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk Pemilik dan Karyawan ......................... 25

v
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Luas Panen, Produksi, Dan Produktivitas Pisang di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2016-2019 .............................................................................................................................................. 1
Tabel 1.2 Kandungan Gizi Bonggol Pisang Basah dan Kering .............................................................. 3
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu............................................................................................................. 10
Tabel 3.1 Waktu Penelitian .................................................................................................................. 15
Tabel 3.2 Definisi Operasional ............................................................................................................. 17
Tabel 3.3 Perhitungan nilai tambah menggunakan metode Hayami ..................................................... 18

vii
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Produksi Kerupuk Bonggol Pisang Home Industri Sri Mulyo 2020 ........................... 4
Gambar 3. 1 Kerangka Pemikiran ........................................................................................................ 22

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian nasional. Pembangunan
ekonomi menitik beratkan pada bidang pertanian dan industri yang berbasis pertanian atau
disebut dengan agroindustri (Ningsih, 2013). Agroindustri merupakan kegiatan pengolahan
hasil pertanian menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Pengembangan
agroindustri di Indonesia mencakup berbagai aspek, diantaranya menciptakan nilai tambah,
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan penerimaan devisa, memperbaiki pemerataan
pendapatan, bahkan mampu menarik pembangunan sektor pertanian sebagai sektor penyedia
bahan baku (Purnama, et al., 2017). Subsektor pertanian yang dapat dikembangkan dan
memiliki prospek yang baik jika dilakukan pengolahan adalah subsektor tanaman pangan.
Salah satu tanaman pangan yang mempunyai potensi pasar yang menjanjikan adalah
pisang. Tanaman ini dapat tumbuh liar tetapi tidak sedikit juga masyarakat yang
membudidayakan tanaman pisang. Tidak perlu perawatan khusus dalam budidaya tanaman
ini, karena tanaman pisang dapat tumbuh dengan mudah. Di Indonesia sendiri, buah pisang
memiliki banyak jenis seperti pisang ambon, pisang tanduk, pisang kepok, pisang raja, pisang
barlin dan masih banyak lagi.
Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten yang memiliki kekayaan alam hasil
pertanian yang melimpah, salah satunya yaitu tanaman pisang. Tanaman pisang mudah sekali
ditemukan didaerah Banyuwangi. Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang banyak
mengandung humus memungkinkan tanaman pisang mudah untuk ditanam.
Berikut adalah data luas panen, produksi, dan produktivitas pisang di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016-2019 dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Data Luas Panen, Produksi, Dan Produktivitas Pisang di Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2016-2019

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Kw) Produktivitas (Kw/Ha)


2016 4,246.10 97,497.00 229,60
2017 4,301.00 95,734.41 222,59
2018 4,332.00 97,669.27 225,46
2019 9,105.00 205,281.00 225.00
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi, 2020

1
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa luas lahan panen pisang dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan, sedangkan produksi dan produktivitas pisang mengalami penurunan pada tahun
2017, hal ini terjadi akibat faktor alam seperti cuaca dan faktor lainnya yang memengaruhi.
Namun pada tahun 2018 produksi pisang mengalami kenaikan yaitu dari 95,734.41 Ha
menjadi 97,669.27 Ha, sedangkan produktivitasnya dari 222,59 Kw/Ha menjadi 225,46
Kw/Ha. Proses peningkatan yang terjadi ini diharapkan dapat membantu memenuhi
kebutuhan konsumen dan memberikan pendapatan lebih bagi petani pisang sehingga besar
kemungkinan tanaman pisang dapat berpotensi dikembangkan.

Pisang merupakan buah yang sangat populer di seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Buah ini biasa dikonsumsi langsung karena memiliki rasa yang manis. Selain rasanya, buah
ini dapat ditemukan dengan mudah dan memiliki harga yang relatif murah. Banyak
kandungan baik dalam buah ini. Tidak hanya buahnya saja, bahkan mulai dari akar, pelepah,
bonggol, daun dan jantung pisang juga bisa dimanfaatkan. Potensi pisang di Indonesia
sangatlah besar dan buah pisang yang kaya akan vitamin baik digunakan sebagai makanan
siap santap juga untuk olahan pangan lainnya, seperti kue, nugget, keripik, dan lain-lain.
Pemanfaatan pisang yang kaya akan vitamin dan zat gizi membuat pisang banyak dipilih
sebagai bahan baku olahan pangan di Indonesia (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura, 2016).

Bagian dari tanaman pisang yang jarang dimanfaatkan adalah bagian bonggolnya.
Bonggol pisang atau batang pisang bagian bawah merupakan limbah tanaman pisang yang
belum termanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan bonggol pisang selama ini adalah untuk
pembuatan pupuk kompos. Air bonggol pisang dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit seperti disentri, pendarahan usus, amandel, serta dapat memperbaiki
pertumbuhan dan meghitamkan rambut.
Bonggol pisang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang
lengkap. Dalam 100 gram bonggol pisang basah terkandung 43,0 kalori, 0,36 gram protein,
11,60 gram karbohidrat, 86,0 gram air, beberapa mineral seperti Ca, P dan Fe, vitamin B1 dan
C, serta bebas kandungan lemak (Rukmana, 2005). Untuk kandungan gizi bonggol pisang
basah dan kering dapat dilihat pada tabel 1.2

2
Tabel 1.2 Kandungan Gizi Bonggol Pisang Basah dan Kering

No Kandungan Gizi Bonggol basah Bonggol kering


1 Kalori (kal) 43.00 245.00
2 Protein (g) 0.36 3.40
3 Lemak 0.00 0.00
4 Karbohidrat 11.60 66.0
5 Kalsium 15.00 60.00
6 Fosfor 60.00 150.00
7 Zat besi 0.50 2.00
8 Vitamin A 0.00 0.00
9 Vitamin B1 0.01 0.04
10 Vitamin C 12.00 4.00
11 Air 86.00 20.00
12 Bagian yang dapat dimakan 100.00 100.00
Sumber : Rukmana, R. (2005)

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa bonggol pisang kaya akan serat pangan. Serat pangan
menurut Astawa, (2004) salah satu serat kasar yang terbukti mampu mencegah berbagai
penyakit diantaranya penyakit gigi, diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, obesitas, serta
meningkatkan kesehatan mikroflora usus. Menurut Rudito et al., (2010) menunjukkan
karakteristik kimia pati bonggol pisang yaitu kadar air sebesar 6,69%, kadar abu 0,11% dan
kadar HCN 2,6 mg/kg.

Kandungan gizi yang tinggi pada bonggol pisang maka perlu adanya pemanfaatan
bonggol pisang untuk diolah menjadi bahan baku pangan yang memiliki gizi tinggi. Salah
satu potensi bonggol pisang yaitu dapat diolah menjadi kerupuk bonggol pisang. Pengolahan
menjadi kerupuk merupakan alternatif dalam pemanfaatan bonggol pisang menjadi bahan
makanan.

Bonggol pisang diolah menjadi bahan dasar pengolahan kerupuk dengan cara bagian
dalam diiris tipis-tipis kemudian ditata di nampan dan dijemur di bawah sinar matahari
sampai kering. Untuk bahan campuran lainnya yaitu tepung tapioka , bumbu dapur, rempah-
rempah dan bahan lainnya yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kerupuk bonggol pisang.
Salah satu tempat yang memproduksi kerupuk bonggol pisang yaitu Home Industri Sri Mulyo.
Tempat tersebut merupakan usaha milik sendiri yang didirikan oleh Ibu Pini Sri yang
beralamatkan di Jl Raya Simpang Tiga Desa Sragi Kecamatan Songgon Kabupaten
3
Banyuwangi. Home Industri Sri Mulyo merupakan tempat produksi oleh-oleh khas
Banyuwangi. Selain kerupuk bonggol pisang, terdapat beberapa produk lainnya yaitu kerupuk
lidah buaya, keripik pisang, keripik peyek pakis, dan bagiak. Produk olahan Home Industri Sri
Mulyo ini telah memiliki izin produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT). Berikut data
produksi kerupuk bonggol pisang di Home Industri Sri Mulyo :

Data Produksi Kerupuk Bonggol Pisang Home Industri


Sri Mulyo 2020 (kg)
3.000
2.450 2.400
2.500 2.200 2.100 2.200
1.970
2.000
1.650 1.680 1.700 1.700 1.650
1.500
1.500

1.000

500

Gambar 1.1 Data Produksi Kerupuk Bonggol Pisang Home Industri Sri Mulyo 2020
(Sumber: Home Industri Sri Mulyo, 2021)

Dari gambar data produksi di atas dapat diketahui bahwa produksi kerupuk bonggol
pisang mengalami kenaikan tertinggi pada bulan Mei dengan jumlah produksi sebanyak 2400
kg. Kenaikan ini disebabkan oleh tingginya permintaan konsumen menjelang hari Raya Idul
Fitri. Penurunan produksi paling signifikan terjadi pada bulan Oktober yaitu dengan jumlah
produksi 1.700 kg. Penurunan produksi tersebut dipengaruhi oleh cuaca yaitu pada saat
musim hujan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses produksi kerupuk bonggol pisang pada Home Industri Sri Mulyo
Desa Sragi Kecamatan Songgon Banyuwangi?
2. Bagaimana nilai tambah yang diperoleh dari usaha kerupuk bonggol pisang pada
Home Industri Sri Mulyo Desa Sragi Kecamatan Songgon Banyuwangi?

4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas,maka tujuan dari permasalahan di atas
adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses produksi kerupuk bonggol pisang pada Home
Industri Sri Mulyo Desa Sragi Kecamatan Songgon Banyuwangi.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis nilai tambah yang diperoleh dari usaha kerupuk
bonggol pisang pada Home Industri Sri Mulyo Desa Sragi Kecamatan Songgon
Banyuwangi.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat berbagai pihak, diantaranya
sebagai berikut :
1. Home industry
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai nilai tambah
dan masukan bagi home industry untuk pengembangan usaha yang sedang dijalankan.
2. Pelaku Usaha
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi sebagai bahan
perbandingan dalam menjalankan usaha serta pengembangan usaha yang sedang
dijalankan khususnya home industry sale pisang.
3. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dan tambahan informasi untuk dijadikan
referensi bagi penelitian selanjutnya tentang analisis nilai tambah.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah dari penelitian ini yaitu menganalisis nilai tambah kerupuk bonggol
pisang di Home Industry Sri Mulyo.

5
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pisang
Pisang (Musa Paradisiaca) adalah salah satu komoditi yang dapat dengan mudah
ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan cukup menarik untuk dikembangkan produksinya.
Namun, tidak banyak yang membudidayakan secara intensif dan dalam skala besar.
Klasifikasi ilmiah pisang :
Kerajaan : Plantae (Tumbuhan)
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingibiralles
Famili : Musaceae
Genus : Musa L (Pisang)
Spesies : Musa X Paradisiaca (ITIS,2018)
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai produsen pisang
dunia. Indonesia telah memproduksi sebanyak 6,20% dari total produksi dunia, 50% produksi
pisang asia berasal dari Indonesia (Satuhu dan Supriyadi, 2008). Tanaman pisang merupakan
suatu tumbuhan yang dari akar hingga daunnya dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh
manusia. Pisang kepok (Musa paradisiaca forma typical) merupakan jenis pisang olahan yang
paling sering diolah terutama dalam olahan pisang goreng dengan berbagai jenis variasi,
samgat cocok diolah menjadi keripik, aneka olahan tradisional, dan tepung. Pisang diketahui
memiliki gizi tinggi dan sumber vitamin, mineral dan karbohidrat. Kandungan nutrisi lainnya
seperti serat dan vitamin dalam buah pisang seperti vitamin A, B, dan C, dapat membantu
memperlancar sistem metabolisme tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh dari radial bebas
serta menjaga kondisi tetap kenyang dalam waktu lama.

Semua bagian tanaman pisang mulai dari akar sampai daun memiliki manfaat,
terutama yang banyak dikonsumsi adalah buahnya. Sedangka bagian tanaman pisang yang
lain yaitu jantung, batang, kulit buah dan bonggol pisang jarang dimanfaatkan dan dibuang
begitu saja menjadi limbah pisang. Batang pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
kertas daur ulang, bahan anyaman kerajianan, dan pakan ternak. Jantung pisang dapat
digunakan sebagai makanan, seperti dendeng jantung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan
sebagai produk olahan makanan, seperti nata dan roti. Bagian bonggol pisang juga bermanfaat
sebagai bahan baku obat yaitu mengobati penyakit disentri, pendarahan usus, obat kumur,
serta untuk memperbaiki pertumbuhan dan menghitakan rambut (Rosdiana 2009).

7
Bonggol pisang ternyata mengandung gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang
lengkap. Bonggol pisang mengandung karbohidrat (66%), protein, air, dan mineral-mineral
penting. Bonggol pisang mempunyai kandungan pati 45,4% dan kadar air protein 4,35%
(Munadjim, 1983). Produk olahan bonggol pisang yang banyak beredar dipasaran saat ini
adalah kerupuk bonggol pisang. Mengingat tingginya kandungan yang terdapat pada bonggol
pisang, maka perlu ditingkatkan lagi pemanfaatan produk-produk baru berbahan dasar
bonggol pisang, seperti pembuatan kerupuk bonggol dari bonggol pisang yang mengandung
serat tinggi sebagai pengganti kerupuk udang yang harganya tinggi di pasaran.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa bonggol pisang atau batang bagian bawah
merupakan limbah tanaman pisang yang belum termanfaatkan secara optimal. Bonggol pisang
merupakan bagian yan paling jarang dimanfaatkan, apalagi untuk dikonsumsi. Selama ini
masyarakat menggunakannya sebagai bahan makanan ternak. Ada yang sudah
memanfaatkannya sebagai olahan pangan yaitu dimanfaatkan sebagai sayuran, seperti urap
dan lalapan.

Pengolahan mejadi kerupuk merupakan alternatif dalam pemanfaatan bonggol pisang


ini menjadi bahan makanan. Dilihat dari keseharian masyarakat terutama anak-anak dan
remaja bahkan anak kuliah banyak yang suka ngemil. Bonggol pisang banyak terbuang sia-
sia, banyak pula yang dibiarkan di tanah hingga membusuk Mudahnya didapat dan
ketersediannya di alam yang melimpah membuat produk ini mudah dibuat usaha. Hal yang
menarik dari bonggol pisang ini bukan berasal dari pohon yang sembarangan, tapi dari pohon
pisang pilihan. Pohon pisang yang dipilih untuk membuat kerupuk bonggol pisang yaitu
dengan bonggol dari pohon pisang kepok sebagai bahan utamanaya karena diketahui
kandungan pisang kepok yang baik dan juga rasa bonggol pisangya yang tidak pahit.

2.2 Kerupuk Bonggol Pisang


Seiring dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan serta kreativitas
masyarakat kita, kini berbagai limbah tersebut bukan menjadi masalah namun justru menjadi
berkah. Limbah tanaman pisang tersebut mampu diolah menjadi berbagai produk yang dapat
meningkatkan nilai guna dan nilai tambah ekonomisnya. Bonggol pisang yang selama ini
hanya dianggap limbah ternyata dapat diolah menjadi kerupuk yang tidak hanya enak
dikonsumsi tetapi juga mengandung serat tinggi, sehinga dapat memperlancar pencernaan.
Peluang pasarnya pun terbuka lebar karena produk ini masih arang ada dipasaran. Terlebih
lagi bahan baku yang digunakan sangat mudah untuk didapatkan . Selain itu penyediaan
bonggol pisang sebagai bahan dasar kerupuk bonggol pisang mempunyai prospek yang
8
cukup baik untuk meningktakan pendapatan keluarga tani. Kerupuk bonggol pisang ini
ditawarkan dalam bentuk kerupuk siap konsumsi. Kerupuk ini kalau sudah digoreng
bentuknys sksn melebar dan berwarna kecoklatan. Sedangkan yang dijual kering (mentah)
berwarna coklat gelap dan harus digoreng dulu sebelum dikonsumsi.

2.3 Nilai Tambah

Pada dasarnya pembuatan barang dimaksudkan untuk menciptakan nilai tambah


bagi sumber daya. Nilai tambah adalah selisih antara nilai (harga) barang dengan nilai
seluruh sumber daya yang sudah digunakan untuk membuat barang tersebut. Nilai tambah
ini merupakan laba bagi perusahaan pembuatnya yang bersangkutan. Semakin tinggi nilai
tambah maka semakin besar pula imbalan yang diperoleh perusahaan melalui kegiatan
operasi dan produksinya (Pardede, 2007). Menurut Purnama (2017) analisis nilai tambah
berguna untuk menguraikan proses produksi menurut sumbangan masing-masing faktor
produksi serta untuk mengetahui distribusi nilai tambah terhadap tenaga kerja langsung dan
pengusaha.
Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input
fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut
berupa proses perubahan bentuk (farm utility), pemindahan tempat (place utlity), maupun
penyimpanan (time utility). Konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang
terjadi karena adanya input yang diperlukan pada suatu komoditas. Input yang
menyebabkan terjadinya nilai tambah dari suatu komoditas dapat dilihat dari adanya
perubahan-perubahan pada komoditas tersebut, yaitu perubahan bentuk, tempat, dan waktu.
(Hayami, et al., 1987).

2.4 Biaya

Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung oleh
produsen untuk menghasilkan suatu produksi. Biaya produksi adalah semua pengeluaran
yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan
mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang yang diproduksi perusahaan
tersebut (Rufaidah, 2015).
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan- bahan mentah yang akan
digunakan untuk menciptakan barang yang diproduksikan oleh perusahaan. Analisis
mengenai biaya produksi perusahaan dibedakan menjadi dua jangka waktu yaitu jangka

9
pendek dan jangka panjang. Jangka pendek yaitu jangka waktu dimana perusahaan dapat
menambah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan
jangka panjang yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi mengalami perubahan
(Sukirno, 2014). Analisis biaya jangka pendek dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap
(fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tergantung
pada banyak sedikitnya produk yang dihasilkan, misalnya biaya penyusutan mesin.
Sedangkan biaya variabel yaitu biaya yang besarnya tergantung pada output yang
dihasilkan, misalnya biaya bahan baku untuk menghasilkan suatu produk (Soeharno, 2007).

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis pendapatan dan nilai tambah telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu dengan jenis produk yang berbeda. Penelitian yang berkaitan dengan analisis
pendapatan dan nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan Judul Penelitian Hasil Penelitian Metode


Tahun Penelitian
1. Salsabilla, et al.,
Analisis Hasil penelitian menyatakan bahwa - Analisis
2019 Pendapatan dan agroindustri keripik pisang di Desa pendapatan
Nilai Tambah Sungai Langka menguntungkan - Analisis R/C
Agroindustri karena nilai R/C > 1, yaitu R/C Ratio
Keripik Pisang sebesar1,37 atas biaya tunai dan - Analisis
di Desa Sungai 1,35 atas biaya total. Agroindustri nilai
Langka di Desa Sungai Langka memiliki tambah
Kecamatan nilai tambah yang positif yaitu metode
Gedong Tataan Rp3.758,26 per kilogram bahan Hayami
Kabupaten baku, sehingga menguntungkan
Pesawaran dan layak diusahakan.
2. Hamidi Analysis Of Hasil penelitian menunjukkan - Analisis
dan Elida, Value Added bahwa pengolahan batang sagu nilai
2018 And menjadi tepung sagu diperoleh nilai
tambah
Development tambah yang lebih tinggi yaitu Rp.
metode
Strategy Of 826,20/Kg dengan rasio nilai
Hayami
Public Sago tambah 69,09% dibandingkan
- Analisis
Agroindustry dengan sagu basah Rp. 198,18/Kg
SWOT
Business In dengan rasio nilai tambah 39,17%.
KepulauanMer Berdasarkan analisis SWOT,
anti Regency pengembangan strategi bisnis
agroindustri sagu menggunakan
strategi WO mendefinisikan
strategi pertumbuhan dengan
mengatasi kelemahan internal
untuk mengejar peluang.

10
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Metode


dan Tahun Penelitian
3. Nuzuliyah Analisis Nilai Hasil penelitian menunjukkan - Analisis
, 2018 Tambah Produk bahwa usaha pengolahan minuman biaya
Olahan Tanaman herbal sachet instan dari komoditas - R/c ratio
Rimpang tanaman rimpang yaitu laos - Analisis
menjadi kopi laos dan minuman nilai
instan kunyit putih layak untuk tambah
dijalankan. Besarnya nilai tambah dengan
produk minuman herbal kopi laos metode
instan adalah Rp86.650/kg dan hayami
setiap Rp100 nilai produk mi-
numan herbal kopi laos instan
mengandung nilai tambah sebesar
Rp51,99. Nilai tambah minuman
kunyit putih instan adalah
Rp134.800 /kg dengansetiap Rp100
nilai produk minuman kunyit putih
instan mengandung nilai tambah
sebesar
Rp67,40.
4. Sulaiman dan
Analisis
Natawidjaja,
Nilai
2018Besarnya rata-rata nilai tambah - Analisis
Tambah untuk keripik singkong kemasan nilai
Agroindustri sachet adalah Rp23.966,39 dan tambah
Keripi untuk pengemasan curah adalah dengan
k Singkong (Studi Rp12.766,39. Rata-rata total nilai menggunak
Kasus Sentra tambah usaha pengolahan ubi kayu an metode
Produksi Keripik menjadi keripik singkong yang hayami
Singkong Pedas diperoleh tiap pengrajin antara
di Kelurahan Rp3.050,00- Rp6.492,22 per
Setiamanah, kilogram bahan baku tiap satu kali
Kecamatan proses produksinya. Rata-rata nilai
Cimahi Tengah, tambah diterima oleh pengusaha
Kota Cimahi) keripik singkong sebesar
Rp5232,18 per kilogram bahan
baku atau rasio nilai tambah
terhadap nilai output rata-rata
sebesar 23,76% per proses
produksi.

11
-

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Metode


dan Tahun Penelitian
5. Inna, et Analisis Nilai Hasil penelitian menunjukkan - Analisis
al., 2018 Tambah Sale bahwa pengolahan sale pisang nilai
Pisang pada pada industri rumah tangga tambah
Industri Rumah “Kejar Usaha Lestari” di Desa dengan
tangga “Kejar Pallimae Kecamatan Poleang mengguna
Usaha Lestari” di Kabupaten Bombana, kan
Desa Pallimae menghasilkan nilai tambah yang metode
Kecamatan Poleang
berbeda-beda
Kabupaten
dalam
Bombana
setiap varian Hayami
rasa per kilogram bahan baku
yaitu sebesar sale pisang segar Rp
11.878,67, sale pisang kacang Rp
11,284,16, sale pisang gula pasir
Rp 10,054,16 dan sale pisang gula
merah Rp 11.817,49. Jadi nilai
tambah yang tercipta dari
kegiatan pengolahan dari keempat
rasa sale pisang ini cukup besar
dan dapat menguntungkan bagi
pengolah sale pisang Industri
Rumahtangga“ Kejar Usaha
Lestari”.
6. Lubis, et Analysis Value- Hasil penelitian menunjukkan - Analisis
al., 2018 added of Baung bahwa nilai tambah dari produk nilai
Fish (Mystus olahan memiliki campuran Rp tambah
Nemurus) in 33.848.99/kg, dengan rasio nilai dengan
Increasing Income tambah 38,46 persen untuk satu menggunak
of Fishermen in produksi. Pendapatan yang an metode
South diperoleh oleh nelayan yang Hayami
-
Labuhanbatu memproses ikan salai baung Rp.
District 33.428,21/ kg untuk sekali
produksi patan diperoleh dengan
harga Rp1.303.700.

12
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Metode


dan Tahun Penelitian
7. Mahdale Analisis Nilai Hasil penelitian - Analisis nilai
na dan Tambah Usaha menunjukkan bahwa nilai tambah dengan
Roliani, Rumah Tangga tambah yang diperoleh dari metode
2018 Asinan Cempedak asinan cempedak adalah Hayami
di Desa Riwa sebesar Rp. 59.660/Kg. Rasio
Kecamatan Batu nilai tambah asinan
Mandi Kabupaten cempedak adalah sebesar
Balangan 59,07% artinya setiap satu
kilogram produksi asianan
cempedak menghasilkan nilai
6%.
8. Kodrat, et Value Added Hasil penelitian - Analisis nilai
al., 2018 Analysis of menunjukkan bahwa nilai tambah dengan
Agroindustry tambah dari produk markisa metode
Supply Chain di tingkat petani adalah Rp. Hayami
Passion Syrup in 169.680.000 per tahun dan
North Sumatera tingkat laba sebesar 23,74%,
Province sedangkan nilai tambah
dalam perusahaan
agroindustri sirup markisa
diperoleh Rp. 112.500.000
per tahun dan tingkat laba
perusahaan adalah 57%.
9. Mubarok, Analisis
et al.,2015 Nilai Hasil penelitian - Analisis
Tambah dan menunjukkan bahwa pendapatan
Margin Pemasaran pengolahan keripik pisang dan
Pisang Menjadi dan sale pisang pada Industri Keuntungan,
Olahan Pisang Kecil “Srikandi” ini - Analisis Nilai
menguntungkan, yaitu Rp Tambah
1.557,53 untuk keripik pisang dengan
dan Rp 2.827,91 untuk sale Menggunakan
pisang.Usaha pengolahan metode
pisang menjadi keripik Hayami
pisang tergolong dalam - Analisis MarginPem
kategori bernilai tambah
sedang sebesar 27,04 %,
yang dalam standar metode
Hayami memiliki nilai rasio
berkisar antara 15‐40%.
Usaha pengolahan pisang
menjadi sale pisang
tergolong dalam
kategori bernilai tambah tinggi
sebesar

13
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Metode Penelitian


dan Tahun
42,27 %, yang dalam standar
metode Hayami memiliki nilai
rasio 40%. Saluran pemasaran
keripik pisang dan sale pisang
Industri Kecil“Srikandi”
terdapat dua jenis, yaitu
saluran I dariprodusen
langsung kepada konsumen
akhir dansaluran II dari
produsen ke pedagang
pengecerlalu ke konsumen
akhir. Margin pemasaran
tingkat I pada produk olahan
pisang menjadikeripik pisang
sebesar Rp 17.542,96
sedangkanmargin pemasaran
tingkat II pada produk olahan
pisang menjadi keripik
pisang sebesar Rp
10.000. Margin pemasaran
tingkat I pada produk olahan
pisang menjadi sale pisang
sebesar Rp 24.507,62,
sedangkan margin pemasaran
tingkat II pada produk olahan
pisang menjadi sale pisang
sebesar Rp. 10.000.
10. Wiyono Analisis Hasil penelitian menunjukan - Analisis
dan Pendapatan dan bahwa penerimaan yang Pendapatan
Baksh, Nilai Tambah diperoleh industri rumah - Analisis
2015 Usaha Tahu pada tangga “Wajianto” dalam Nilai
Industri Rumah memproduksi tahu selama Tambah
Tangga Bulan Agustus Tahun 2014 dengan metode
“Wajianto” di sebesar Rp. 28.000.000, Hayami
Desa Ogurandu pendapatan sebesar Rp.
10.414.786,6 dan nilai tambah
Kecamatan sebesar Rp. 10.337,72/kg untuk
Bolano setiap proses produksi
Lamb sebanyak 1 kg kedelai akan
unu Kabupaten menghasilkan 0,7 kg
Parigi Moutong tahu.

14
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Home Industri Sri Mulyo yang terletak di Desa
S r a g i , Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini dimulai pada bulan
Januari-Agustus 2023, meliputi rangkaian kegiatan yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus


1 Pengajuan
Judul
2 Survey
Perusahaan
3 Penyusunan
Proposal
4 Revisi
Proposal
5 Seminar
Proposal
6 Pengambilan
data
7 Penelitian
8 Seminar Hasil
9 Penerapan
10 Sidang

3.2 Pendekatan Penelitian

Peneliti menggunakan pendekatan metode kuantitatif. Metode kuantitatif yang


digunakan yaitu analisis nilai tambah. Metode yang digunakan dalam analisis nilai tambah
yaitu metode Hayami. Pengolahan dan analisis data dilakukan pada data kuantitatif dalam
bentuk tabulasi.

3.3 Penetuan Sampel

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive
sampling). Noor (2011) menyatakan bahwa Purposive sampling merupakan teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Kriteria responden
dalam penelitian ini adalah mengetahui dan memahami sesuatu yang berkaitan dengan Home
15
Industri Sri Mulyo, masih terlibat pada kegiatan di Home Industri Sri Mulyo dan mempunyai
waktu untuk dimintai informasi dalam penelitian ini. Responden yang diambil dalam
penelitian ini antara lain,
1. Ibu Pini Sri selaku pemilik usaha kerupuk bonggol pisang Home Industri Sri Mulyo
beliau merupakan salah satu responden karena pemilik yang mengetahui tentang
jalannya Home Industri Sri Mulyo serta mengetahui tentang jumlah bahan baku, biaya,
dan produksi yang dihasilkan.
2. Ibu Siti Romdah selaku karyawan bagian produksi, merupakan karyawan yang
mengetahui proses pengolahan bonggol pisang menjadi kerupuk bonggol pisang di
Home Industri Sri Mulyo.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan jenis dan sumber data
primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Bungin (2001) menyatakan bahwa data primer adalah data yang diambil dari sumber
data primer atau sumber pertama di lapangan. Sumber data ini adalah sumber pertama
dimana sebuah data dihasilkan. Data primer didapatkan langsung dari pelaku usaha kerupuk
bonggol pisang di Home Industri Sri Mulyo untuk memperoleh informasi mengenai sejarah
berdirinya Home Industri Sri Mulyo, proses pengolahan bonggol pisang menjadi kerupuk
bonggol pisang, biaya yang dibutuhkan selama proses produksi, dan informasi penjualan
kerupuk bonggol pisang di Home Industri Sri Mulyo.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder
(Bungin, 2001). Data sekunder diperoleh dari penelitian terdahulu dan berbagai literatur
seperti buku, hasil riset (jurnal dan skripsi) dan instansi terkait dengan penelitian ini. Data
sekunder dalam penelitian ini meliputi data luas panen, produksi, dan produktivitas pisang di
Kabupaten Banyuwangi.

16
3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Pengukuran
1. Nilai Tambah Selisih antara nilai output denganharga Nilai tambah
bahan baku dansumbangan input lain dinyatakan dalam
(Soehyono, et al., 2014). (Rp/Kg bahan
baku).
2. Biaya Produksi Seluruh biaya yang dikeluarkan dalam Biaya produksi
kegiatan agroindustri yang terdiri dari dinyatakan dalam
biaya tetap dan biaya satuan rupiah
variable (Soehyono, et al., 2014). (Rp).
3. Produksi Jumlah yang dihasilkan dalamperiode Produksi dinyatakan
produksi (Marga, 2016) dalam
satuan berat
kilogram (Kg)
4. Input Pemasukan bahan baku utama yang Input dinyatakan
dibutuhkan dalam satu kali proses dalam satuan
produksi yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg).
kilogram (Elvia,
2016)
5. Output Pengeluaran produk yang dihasilkan Output dinyatakan
dalam satu kali proses produksi dalam satuan
dihitung dalam satuan kilogram (Kg).
kilogram (Elvia, 2016)
6. Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang digunakan Tenaga kerja
untuk memproduksi dalam setiap satu dinyatakan dalam
kali proses produksi (Soehyono, et al., HOK
2014).

7. Koefisien tenaga Banyaknya tenaga kerja yangdiperlukan Koefisien tenaga


kerja untuk mengolah satu kilogram bahan kerja HOK/Kg
baku (Soehyono, et al., 2014).

8. Sumbangan input Biaya sarana produksi yang dikeluarkan Sumbangan input


Lain selain biaya bahan baku dan biaya lain dinyatakan
tenaga kerja (Soehyono, et al., 2014). dalam rupiah per
kilogram bahan
baku (Rp/Kg
bahan baku).

17
3.6 Teknik Analisis

Metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis nilai tambah dengan
menggunakan metode Hayami. Perhitungan nilai tambah dengan menggunakan metode
Hayami dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Perhitungan nilai tambah menggunakan metode Hayami

No Variabel Nilai
Output, Input dan Harga
1. Output (Kg/proses) A
2. Input (Kg/proses) B
3. Tenaga Kerja (HOK/proses) C
4. Faktor Konversi D = A/B
5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Kg) E = C/B
6. Harga Output (Rp/Kg) F
Pendapatan dan keuntungan
7. Upah Rata-rata Tenaga Kerja (Rp/HOK) G
8. Harga Bahan Baku (Rp/Kg) H
9. Sumbangan input lain (Rp/Kg) I
10. Nilai output (Rp/Kg) J=DxF
11. a. Nilai Tambah (Rp/Kg) K=J–I–H
b. Rasio Nilai Tambah (%) L% = (K/J) x 100%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) M=ExG
b. Bagian Tenaga Kerja (%) N% = (M/K) x 100%
13. a. Keuntungan (Rp/Kg) O=K–M
b. Tingkat Keuntungan (%) P% = (O/K) x 100%
Balas Jasa untuk Faktor Produksi
14. Margin (Rp/Kg) Q=J–H
a. Pendapatan tenaga kerja (%) R = (M/Q) x 100%
b. Sumbangan Input Lain (%) S = (I/Q) x 100%
c. Keuntungan pengolah (%) T = (O/Q) x 100%
Sumber: Mubarok, et al., 2015

Mubarok, et al. (2015) menyatakan bahwa berdasarkan tabel perhitungan nilai


tambah menggunakan metode Hayami dapat diperoleh keterangan sebagai berikut,

a. Output dapat diperoleh dari hasil produksi yang dihasilkan dalam sekali proses
produksi.
b. Input dapat diperoleh dari jumlah penggunaan bahan baku yang digunakan dalam sekali
proses produksi.
c. Tenaga kerja dapat diperoleh dari jumlah kebutuhan tenaga kerja dalam sekali proses
produksi.
d. Faktor konversi yaitu perbandingan antara output dengan input. Nilai faktor konversi
adalah jumlah output dibagi dengan bahan baku yang digunakan.
18
e. Koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk
mengolah satu kilogram bahan baku. Nilai koefisien tenaga kerja diperoleh dari jumlah
tenaga kerja dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan.
f. Harga output diperoleh dari harga jual dari 1 Kg output yang dihasilkan.
g. Upah rata-rata tenaga kerja diperoleh dari besarnya upah setiap tenaga kerja untuk sekali
proses produksi.
h. Harga bahan baku diperoleh dari harga pembelian dari 1 Kg bahan baku yang
digunakan.
i. Sumbangan input lain adalah biaya penunjang per kilogram bahan baku. Sumbangan
input lain diperoleh dari hasil bagi rata-rata total sumbangan input lain dengan jumlah
bahan baku dalam sekali proses produksi.
j. Nilai output diperoleh dari perkalian faktor konversi dengan harga output.
k. Nilai tambah diperoleh dari hasil nilai output dikurangi sumbangan input lain lalu
dikurangi lagi dengan harga bahan baku.
l. Rasio nilai tambah yaitu perbandingan antara nilai tambah dengan nilai output.
Rasio nilai tambah diperoleh dari nilai tambah dibagi dengan nilai output kemudian
dikalikan 100%.

m. Pendapatan tenaga kerja merupakan besarnya pendapatan tenaga kerja per satu kilogram
produksi, yang diperoleh dari hasil kali antara koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga
kerja.

n. Bagian tenaga kerja merupakan perbandingan pendapatan tenaga kerja dengan nilai
tambah. Bagian tenaga kerja diperoleh dari imbalan tenaga kerja dibagi dengan nilai
tambah kemudian dikalikan 100%.

o. Keuntungan diperoleh dari hasil pengurangan dari nilai tambah dengan imbalan tenaga
kerja.

p. Tingkat keuntungan merupakan perbandingan antara keuntungan dengan nilai tambah,


yang diperoleh dari keuntungan dibagi dengan nilai tambah kemudian dikalikan 100%.

q. Margin merupakan selisih nilai output dengan harga bahan baku.

r. Pendapatan tenaga kerja merupakan perbandingan antara pendapatan tenaga kerja dengan
margin, yang diperoleh dari imbalan tenaga kerja dibagi dengan margin kemudian
dikalikan 100%.

s. Sumbangan Input lain merupakan perbandingan antara sumbangan input lain dengan
19
margin, yang diperoleh dari sumbangan input lain dibagi dengan margin kemudian
dikalikan 100%.

t. Keuntungan pengolah merupakan perbandingan antara keuntungan dengan margin,


diperoleh dari keuntungan dibagi dengan margin kemudiandikalikan 100%.
Hayami, et al. (1987) dalam Mubarok, et al. (2015) menyatakan bahwa pada
perhitungan nilai tambah dapat diketahui kategori suatu industri berdasarkan indikator rasio
nilai tambah, yaitu:
1. Rasio nilai tambah <15%, artinya nilai tambah rendah.
2. Rasio nilai tambah 15‐40%, artinya nilai tambah sedang.
3. Rasio nilai tambah >40%, artinya nilai tambah tinggi.
Adapun alat analisis lain yang dapat digunakan untuk menghitung nilai tambah yaitu
analisis nilai tambah dengan menggunakan rumus Nilai Tambah Bruto (NTB), Nilai Tambah
Netto (NTN), dan Nilai tambah per bahan baku. Jika dibandingkan dengan analisis tersebut
alasan digunakannya metode Hayami dalam penelitian ini karena selain nilai tambah dan
nilai output juga dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap faktor‐faktor produksi yaitu
tenaga kerja, sumbangan input lain, dan keuntungan.

Elvia (2016) menyatakan bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan analisis nilai
tambah menggunakan metode Hayami. Kelebihan analisis nilai tambah menggunakan
metode hayami adalah:
a Dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output, dan produktivitas.
b Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi.
Adapun kelemahan analisis nilai tambah pada metode Hayami yaitu:
a Tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang menghasilkan banyak produk dari satu
jenis bahan baku.
b Tidak dapat menjelaskan produk sampingan.
c Sulit untuk menyimpulkan apakah balas jasa terhadap pemilik faktor tersebut sudah
layak.

20
3.7 Kerangka Pemikiran

Home Industri Sri Mulyo ini berada di Desa Sragi, Kecamatan Songgon, Kabupaten
Banyuwangi. Belum adanya perhitungan mengenai analisis nilai tambah, yang mana analisis
nilai tambah diperlukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah kerupuk bonggol pisang
sehingga diketahui usaha yang dijalankan dapat memberikan keuntungan. Berdasarkan alat
analisis yang digunakan kerangka pemikiran yang telah dirancang dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 3.1

21
Permasalahan yang dihadapi :
Belum adanya perhitungan mengenai analisis nilai tambah

Analisis Nilai Tambah Kerupuk Bonggol Pisang Home


Industri Sri Mulyo

Data Empiris: Data Teoritis:

Salsabilla, et al. (2019), Hayami, et al. (1987)


Wiyono dan Baksh (2015) dan Zaini, et al. (2019)
Nurmedika, et al., (2018), Inna, et
al. (2018), Mahdalena dan Roliani
(2018), Sulaiman dan Natawidjaja
(2018), Lubis, et al. (2018),
Kodrat, et al. (2018), Nuzuliyah,
(2018), Hamidi dan Elida (2018),
Soehyono, et al. (2014), Dewi, et
al. (2013), dan Mubarok, et al.
(2015).

Purposive Sampling

Analisis Penelitian
Analisis nilai tambah
menggunakan metode Hayami

Hasil Analisis

Rekomendasi bagi Home Industri


Mempertahankan rasio nilai tambah

Gambar 3. 1 Kerangka Pemikiran

22
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. dan T. Wresdiyati. 2004. Diet sehat dengan makanan berserat. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, Solo.
Badan Pusat Statistik. 2020. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Pisang
Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi: Badan Pusat Statistik.
Hamidi, W., & Elida, S. (2018). Analysis Of Value Added And Development Strategy Of
Public Sago Agroindustry Business In Kepulauan Meranti Regency.
INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH
VOLUME 7, ISSUE 2, 1-6.
Kodrat, K. F. (2018). Value Added Analysis of Agroindustry Supply Chain Passion Syrup in
North Sumatera Province. 1-10.
Lubis, W., Rahmanta, & Iskandarini. (2018). Analysis Value-added of Baung Fish (Mystus
Nemurus) in Increasing Income of Fishermen in South Labuhanbatu District.
International Journal of Progressive Sciences and Technologies ISSN : 2509-0119
Vol. 8 No. 2, 195-199.
Mahdalena, & Roliani, S. (2018). ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA RUMAH
TANGGA ASINAN CEMPEDAK DI DESA RIWA KECAMATAN BATU MANDI
KABUPATEN BALANGAN. ISSN ELEKTRONIK 2355-3545, Volume 43 Nomor 1,
40-51.
Mubarok, A. A., Arsyad, A., & Miftah, H. (2015). ANALISIS NILAI TAMBAH DAN
MARGIN PEMASARAN PISANG MENJADI OLAHAN PISANG. Jurnal Pertanian
ISSN 2087‐4936 Volume 6 Nomor 1, 1-14.
Nuzuliyah, L. (2018). Analisis Nilai Tambah Produk Olahan Tanaman Rimpang. Jurnal
Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 7 Nomor 1, 31-38
Hayami, Y., Kawagoe,T., Morooka, Y., Siregar, M. 1987. Agricultural Marketing and
Processing in Upland Java A Perspective From A Sunda Village. Bogor: CGPRT
Centre.
Munadjim. 1983. Teknologi Pengelolaan Pisang. Jakarta (ID): PT. Gramedia.
Ningsih, D.C.W., Kassa, S., Howara, D. 2013. Analisis Nilai Tambah Bawang Merah Lokal
Palu Menjadi Bawang Goreng Di Kota Palu. Agrotekbis. 1(4): 353-360.

Pardede, P.M., 2007. Manajemen Operasi dan Produksi. Yogyakarta: CV. Andi Offset

Purnama, E.K., Novita., Arsyad,A. 2017. Analisis Nilai Tambah Pisang Nangka (Musa
paradisiaca,L) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah
Bogor. Jurnal AgribiSains. 3(2).
Raufaidah, E. 2015. Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rosdiana, R. 2009. Pemanfaatan Limbah dari Tanaman Pisang. Bharatara Karya Aksara,
Jakarta.
Rukmana R. 2005. Aneka Olahan Limbah:Tanaman Pisang, Jambu Mete, Rosella.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
23
Satuhu, S. & Supriyadi, A., 1992, Pisang Budi Daya Pengolahan dan Prospek Pasar, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Soeharno. 2007. Teori Mikroekonomi. Yogyakarta : CV. Andi Offset.

Soehyono, F., D. Rochdiani, M.N. Yusuf. 2014. Analisis Usaha dan Nilai Tambah
Agroindustri Tempe (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota
Banjar). J. Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh. 1(1): 43-50.
Sukirno, Sadono. 2014. Mikroekonomi Teori Pengantar. Banten : Rajawali Pers.

Sulaiman., Natawidjaja, R.S. 2018. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Keripik Singkong
(Studi Kasus Produksi Keripik Singkong Pedas di Kelurahan Setiamanah, Kecamatan
Cimahi Tengah, Kota Cimahi.). IlmiahMahasiswa Agroinfo. Vol.5(1).

24
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk Pemilik dan Karyawan


ANALISIS NILAI TAMBAH KERUPUK BONGGOL PISANG
PADA HOME INDUSTRY SRI MULYO DESA SRAGI
KECAMATAN SONGGON

Nama : .......................................................................

Alamat : .......................................................................

........................................................................

Tanggal Pengisian : .......................................................................

Peneliti :

Rika Listiyana
NIM. 361641311060

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV AGRIBISNIS

POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

2023
25
KUESIONER PENELITIAN

Lembaran kuesioner ini digunakan untuk pengumpulan data primer guna menyusun
skripsi yang berjudul “ANALISIS NILAI TAMBAH KERUPUK BONGGOL PISANG
PADA HOME INDUSTRY SRI MULYO DESA SRAGI KECAMATAN SONGGON”
oleh Rika Listiyana (361641311060) Program Studi Agribisnis Politeknik Negeri
Banyuwangi. Atas bantuan dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

Profil Responden :

Nama : ......................................................................................
Umur : ......................................................................................
Alamat : ......................................................................................
: ......................................................................................
No. Telepon : ......................................................................................
Jenis Kelamin : ......................................................................................
Pendidikan Terakhir : ......................................................................................
Pekerjaan : ......................................................................................

26
I. SEJARAH dan PROFIL USAHA
1. Apakah pekerjaan sebelum menjadi pengusaha kerupuk bonggol pisang?

Jawaban : ....................................................................................
2. Mengapa memilih usaha kerupuk bonggol pisang?
Jawaban :....................................................................................
3. Tahun berapa usaha kerupuk bonggol pisang didirikan?
Jawaban :....................................................................................
4. Modal yang digunakan apakah modal sendiri atau modalpinjaman?

Jawaban :....................................................................................
5. Adakah pelatihan atau seminar tentang kerupuk bonggol pisang yang pernah
diikuti?
Jawaban :....................................................................................
6. Berapa jumlah karyawan pada awal usaha dan saat ini?
Jawaban : ................................................................................
7. Berapa jumlah produksi kerupuk bonggol pisang per harinya?
Jawaban :....................................................................................

II. PROSES PRODUKSI


1. Bahan baku yang digunakan dalam satu kali proses produksi sari kedelai.
Harga Satuan
Uraian Volume Satuan
(Rp)

2. Bahan baku diperoleh dari mana?


a. Pasar
b. Langsung dari petani pisang
c. Pedagang pengumpul
d. Lainnya :.....................................................................................

27
3. Berapa kali proses produksi dilakukan untuk sekali pembelian bahan baku?
Jawaban : ....................................................................................
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk satu kali proses produksi?
Jawaban : ....................................................................................
5. Berapa kali berlangsung proses produksi dalam satu minggu/bulan?
Jawaban : ....................................................................................
6. Berapa jumlah produk yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi?
Jawaban : ....................................................................................
7. Bagaimana tahapan proses produksi kerupuk bonggol pisang?
Jawaban : ....................................................................................
8. Bagaimana bentuk produk yang dipasarkan?
a. Kemasan : .......................................................................................
b. Lainnya : .......................................................................................
9. Berapa harga jual produk?
Jawaban : ....................................................................................

III. PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI


1. Biaya Tetap
Jumlah Harga Beli Umur Nilai
Nama Alat Penyusutan
Unit (Rp) Ekonomis Sisa

28
2. Biaya Variabel
a. Biaya Tenaga Kerja Dalam Satu Kali Proses Produksi kerupuk bonggol pisang
Jam Orang Jumlah (Kg) Upah
Nama Tenaga Kerja Tenaga
Kerja (Jam)
Kerja
(Bulan)

Rata-rata upah tenaga kerja

b. Biaya Pembelian Bahan Penolong atau Sumbangan Input Lainnya

Harga satuan Jumlah


No. Uraian Biaya total
(Rp) kebutuhan (Kg)

IV. PENERIMAAN DALAM 1 BULAN PROSES PRODUKSI

Jumlah Produksi Harga satuan


Tgl. Biaya total
(bungkus) (Rp)

Banyuwangi,. ........................ 2023


Hormat saya

(..................................................)

29

Anda mungkin juga menyukai