DISUSUN OLEH:
1. ILHAM NURDIN P 101 20 128
2. MOH. HAIKAL DJALAL P 101 20 009
3. ELZA YOLANDA P 101 20 083
4. CAMELIA MUSTIKA SARI P 101 20 097
5. NUR INTAN SARI P 101 20 064
6. IVON STEVANI WETOY P 101 20 226
7. ADHAYANI P 101 20 183
8. NILUH SARASWATI P 101 20 265
9. SYAHIDA ASMA AMANINA P 101 20 251
10. FARAISYAH P 101 20 126
Mengetahui,
Pengelola PBL III Prodi Kesmas FKM UNTAD
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
rahmat, taufiq, dan hidayahnya maka penulis dapat menyelesainkan laporan hasil
kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan III (PBL III) dengan tepat waktu. Laporan ini
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Belajar Lapangan (PBL) pada
program sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya
atas semua dukungan, bantuan serta bimbingan dari semua pihak selama proses belajar
dan penyusunan laporan ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua Orang Tua yang selalu mendukung dan mendoakan kami.
2. Bapak Prof.Dr.Nurdin Rahman, M.Si., M.Kes., selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako.
3. Bapak Dr. Arwan S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Tadulako.
4. Ibu Marselina, S.KM., M.Kes., selaku Pembimbing Praktek Belajar Lapangan
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako.
5. Bapak Heri Hasbi, selaku Sekertaris Desa Lompio Kecamatan Sirenja Kabupaten
Donggala.
6. Kepada teman-teman kelompok 15 yang telah berkerjasama
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam menyusun
laporan ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan, untuk perbaikan kedepan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Palu, Januari 2023
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Gambaran Umum Lokasi...........................................................................2
1.3 Tujuan ........................................................................................................5
1.4 Manfaat ......................................................................................................6
BAB II HASIL EVALUSI PROGRAM ....................................................................7
2.1 Intervensi Fisik ...........................................................................................7
2.2 Intervensi Non Fisik ...................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN ..........................................................................................16
3.1 Hasil Evaluasi Program ..............................................................................16
3.1.1 Intervensi Fisik .................................................................................16
3.1.2 Intervemsi Non Fisik ........................................................................22
BAB IV PENUTUP ...................................................................................................24
4.1 Kesimpulan .................................................................................................24
4.2 Saran ...........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................27
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.5 Hasil Analisis Nama Lain Dari Sampah Organik ..................................10
Tabel 2.8 Hasil Analisis Plastik dan Kaleng Bekas Termasuk Jenis Sampah .. ....12
Tabel 2.10 Hasil Analisis Apakah Buah dan Sayuran Termasuk Jenis Sampah
Anorganik ...........................................................................................13
Tabel 2.11 Hasil Analisis Apakah Sampah Organik Dapat di Daur Ulang ............13
Tabel 2.12 Hasil Analisis Salah Satu Cara Yang Tepat Untuk Mengolah
Sampah Anorganik Adalah ................................................................14
Tabel 2.14 Hasil Analisis Uji t Sampel Berpasangan Mengenai Sampah .............15
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
menjadi upaya untuk memperbaiki bagian program yang diselenggarakan dengan
kurang baik.
Evaluasi mengandung dua pengertian, yaitu deskripsi kualitatif dari
perilaku peserta didik dan deskripsi kuantitatif dari hasil pengukuran. Evaluasi
juga menggunakan metode penilaian yang memerlukan informasi deskripsi
kuantitatif (misalnya skor tes hasil pengukuran) dan informasi/deskripsi
kualitatif (misalnya catatan tentang perilaku peserta didik dan pendidik/Dosen
dalam pembelajaran. Penilaian ini dimaksudkan unutk mengetahui sejauh mana
suatu program berhasil diterapkan, keberhasilan suatu program ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu faktor Dosen, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan
sistem administrasi. Evaluasi berfungsi untuk melihat dampak dengan
mengisolasi efek dari suatu intervensi. Pada pelaksanaanya evaluasi memerlukan
data dan metodologi yang lebih komplek dari monitoring.
Evaluasi sendiri dapat berupa dampak apakah proram mencapai tujuan
awal, proses bagaimana program dilaksanakan dan apa saja keuntungan yang
diterima oleh peserta atau juga analisa biaya dari program itu sendiri. Lalu untuk
mendapatkan evaluasi yang baik diperlukan data baseline sebagai acuan dan
melakukan perencanaan evaluasi sedari awalseperti menetapkan tujuan,
metodologi, jadwal, dan pembiayaan. Kemudian metode yang paling baik dalam
evaluasi adalah kombinasi dari metode kuntitatif dan kualitatif.
2
mengalami Banjir ROB Gempa bumi pada tahun 2018 memberi dampak besar
terhadap desa tompe. Kondisi Topografi desa tompe berubah karena penurunan
permukaan tanah. Akibatnya Desa Tompe menjadi sering tergenang air laut
pada waktu-waktu tertentu. Banjir ROB terjadi 2-3 kali dalam sebulan hingga
kini intensitasnya makin bertambah. Banjir ROB menggenangi sekitar 400
rumah warga terutama wilayah pesisir (Dusun III Dan sebagian wilayah Dusun
I), 8 Ha persawahan dan 12 Ha perkebunan kelapa dan kakao.
2. Keadaan Sosial Ekonomi
Kondisi ekonomi di Desa Tompe tidak terlepas dari adanya potensi sumber
daya alam yang dapat mendukung proses peningkatan kesejahteraan
masyarakat, hal ini terlihat dari luas tanah sawah di Desa Tompe yaitu 400 Ha
sebagai lahan bertani yang Sebagian besar penduduk Desa Tompe bermata
pencaharian petani dengan padi sebagai komodoti ungggulan yang dapat
memicu dan menggerakkan pertumbuhan dan perkembangan desa.
Tabel 1.1
Mata Pencaharian Penduduk Desa Tompe
No Pekerjaan Jumlah
1 PNS/TNI/POLRI 48 orang
2 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 23 orang
3 Pedagang Keliling 16 orang
4 Karyawan Swasta 9 orang
5 Petani 379 orang
6 Nelayan 186 orang
7 Pedagang 167 orang
8 Peternak 21 orang
9 Montir 2 orang
10 Dukun Kampung Terlatih 2 orang
11 Sopir 4 orang
3
12 Veteran 2 orang
13 Buruh Tidak Tetap 885 orang
14 Tukang Kayu 10 orang
15 Tukang Jahit 4 orang
16 Tukang Ojek 5 orang
17 Tukang Batu 15 orang
Total 1.758 orang
Sumber : Profil Desa Tompe Tahun 2018
Tabel 2.1 menunjukan bahwa dari 1758 orang, mata pencaharian
penduduk Desa Tompe terbanyak yaitu buruh tidak tetap (885 orang) dan mata
pencaharian Desa Tompe paling sedikit yaitu montir, dukung kampung terlatih
dan veteran (masing-masing 2 orang).
Tabel 1.2
Jenis Usaha Yang Ada di Desa Tompe
No Peternakan Pertanian / Perkebunan Keterampilan
1 Peternakan Ayam Tanaman Padi Usaha Meubel
2 Peternakan Sapi Tanaman Tomat Usaha Tenda
3 Peternakan Tanaman Jagung Usaha Batako
kambing
4 Tanaman Cabe Usaha Kue
5 Tanaman Cengkeh Bengkel
6 Tanaman Sawit Pandai Besi
7 Tanaman Kelapa Dalam Penyewaan
Electon
8 Tanaman Cokelat Pembuatan Perahu
9 Tanaman Sayuran
Sumber : Profil Desa Tompe Tahun 2018
Tabel 2.2 menunjukan bahwa jenis usaha yang ada di Desa Tompe,
Kecamatan Sirenja terdir dari tiga bidang yaitu, bidang peternakan, bidang
perkebunan dan pertanian, dan terakhir yaitu pada bidang keterampilan.
4
Tabel 1.3
Tempat Usaha Yang Ada Di Desa Tompe
NO TEMPAT USAHA n %
1 Bengkel motor 7 unit 16
2 Bengkel mobil 2 unit 5
3 Penjahit 5 unit 11
4 Meubel 2 unit 5
5 Toko 6 unit 14
6 Warung 12 unit 27
7 Penggilingan padi 1 unit 2
8 Pengrajin makanan basah 5 unit 11
9 Counter HP 3 unit 7
10 Apotek 1 unit 2
Total 44 100,0
Sumber : Profil Desa Tompe Tahun 2018
Tabel 2.3 menunjukan bahwa tempat usaha yang ada di Desa Tompe,
Kecamatan Sirenja yang paling banyak yaitu Warung yang terdiri dari 12 unit
(27%) dan yang paling sedikit yaitu Penggilingan Padi dan Apotek yang
masing-masing terdiri dari 1 unit (2%).
1.3 Tujuan
Adapun tujun yang dapat di peroleh dari Pengalaman Belajar Lapangan (PBL
II), yaitu;
1. Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik demografi, geografi, sosial
budaya di wilayah kerja, struktur organisasi, dan tata cara institusi kesehatan
dan insititusi terkait.
2. Mahasiswa mampu mengukur tingkat keberhasilan progran kesehatan yang
sudah di laksankan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara melakukan evaluasi terhadap
program kesehatan dan menetukan apakah program tersebut berhasil atau
tidak.
5
1.4 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif
dalam bidang kesehatan masyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan dalam mengevaluasi program kesehatan
3. Meningkatkan kreatifitas dalam mengukur keberhasilan program
kesehatan.
1.3.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako
1. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi dalam
meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik
dengan pengetahuan dan keterlampilan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang di butuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
2. Tersusunya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan yang nyata di
Lapangan.
3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan menghasilkan
peserta didik yang terampil.
1.3.3 Bagi Wilayah PBL
1. Keterlibatan perguruan tinggi dan mahasiswa dapat mendorong
peningkatan pencapaian target kesehatan di wilayah PBL.
2. Insititusi kesehatan, masyarakat maupun pemerintah dapat
mengembangkan kemiraan dengan prodi Kesehatan Masyarakat Untad
untuk meningkatkan kerjasama guna mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi – tingginya.
3. Pemerintah ataupun instutusi kesehatan yang ada jauh lebih baik dalam
mengatasi masalah kesehatan yang ada dengan adanya kemitraan atau
kolaborasi yang di lakukan.
6
BAB II
HASIL EVALUASI PROGRAM
7
teringgi yaitu kriteria baik sebanyak 43 (47,7%) sedangkan yang terendah
yaitu kriteria sangat kurang sebanyak 10 (11,1).
Tabel 2.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan 2
Terdapat tempat sampah rumah
tangga di rumah N %
Sangat Kurang 12 13,3
Kurang 14 15,5
Cukup 27 30,0
Baik 37 41,1
Sangat Baik 0 0
Total 90 100,0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 2.3 menunjukan bahwa responden yang memiliki
tempat sampah rumah tangga dengan kriteria yang tertingi yaitu baik
sebanyak 37 responden (41,1%) sedangkan yang terendah yaitu kriteria
sangat kurang sebanyak 12 responden (13,3%).
Tabel 2.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan 3
Tidak ada sampah berserakan di
lingkungan sekitar rumah N %
Sangat kurang 13 14,4
Kurang 23 25,5
Cukup 29 32,2
Baik 25 27,7
Sangat Baik 0 0
Total 90 100,0
Data Primer
Berdasarkan tabel 2.3 menunjukan bahwa responden yang memliki
lingkungan rumah yang bersih dengan kriteria yang tertinggi yaitu kriteria
cukup sebnayak 29 responden (27,7%) dan yang terendah yaitu kriteria
kurang sebanyak 13 responden (14,4%).
2.1.2 Tempat Sampah Sementara (TPS)
Intervensi fisik yang di lakukan pada PBL II yaitu pembuatan TPS di
dusun 1 Desa Tompe dengan maksud agar masyarakat yang berada di
8
daerah tersebut membuang sampah rumah tangga atau sejenis di TPS
tersebut.
Evalusi pada PBL III yang di laksanakan pada tanggal 9 – 16 Januari
2023 yang menunjukan bahwa TPS tersebut di manfaatkan dengan baik
oleh masyarakat di daerah tersebut, di lihat dari lingkungan masyarakat
yang sudah cukup baik dan berkuranganya sampah yang berserakan di
lingkungan jika di bandingkan dengan sebelum adanya TPS.
Menurut Imam Masjid dusun 1 mengungkapkan bahwa “sebagian
masyarakat sudah memanfaatkan TPS yang ada dan akan terus
menyampaikan atau mensosialisasikan sarana dan prasarana seperti TPS
tersebut agar memanfaatkanya dengan baik.”
2.1.3 Pemasangan Papan Wicara
PBL III yang di lakukan pada tangga 9 – 16 Januari 2023 yang
bertujuan untuk mengevaluasi program kesehatan yang di lakukan pada
PBL II menunjukan bahwa papan wicara yang di pasang pada 6 bulan lalu,
di dusun 1, 2, dan 3 Desa Tompe sudah tidak ada yang terpasang. Menurut
keterangan beberapa warga bahwa penyebab rusaknya atau robohnya
papan wicara tersebut karena terjadinya angin kencang yang di sertai
dengan hujan deras.
9
Tabel 2.4
Hasil Analisis Pengertian tentang sampah organik
10
Tabel 2.6
Hasil Analisis Contoh dari sampah organik adalah
11
Tabel 2.8
Hasil Analisis Sampah plastik dan kaleng bekas termasuk jenis sampah
12
Tabel 2.10
Hasil Analisis Apakah buah dan sayuran termasuk sampah anorganik
13
Tabel 2.12
Hasil Analisis Salah satu cara untuk mengolah sampah anorganik
14
Tabel 2.14
Hasil Analisis Uji T sampel berpasangan pengetahuan mengenai
sampah
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
dan hasil observasi terhadap lingkungan sekitar rumah masyarakat Desa
Tompe dapat di kategorikan berdasarkan kriteria. responden yang
memliki lingkungan rumah yang bersih dengan kriteria yang tertinggi
yaitu kriteria cukup sebanyak 29 responden (27,7%) dan yang terendah
yaitu kriteria kurang sebanyak 13 responden (14,4%).
faktor utama penghambat keberhasilan program dan penyebab
masalah lingkungan tersebut yakni kondisi geografis Desa Tompe yang
tidak memungkinkan untuk mengolah sampah rumah tangga dengan
benar. Hal tersebut juga diungkapkan oleh aparat pemerintah dan
masyarakat Desa Tompe yang hadir pada saat pemaparan hasil
evaluasi program. Mereka mengatakan bahwa masayarakat di Desa
Tompe sudah sangat paham tentang cara penaganan dasar sampah
rumah tangga termasuk pemisahan sampah organik dan non organik
serta memiliki kesadaran untuk menangani sampah rumah tangga
masing-masing. Tapi, penanganan sampah di Desa Tompe tidak
maksimal karena terhambat oleh kondisi topografi wilayah Desa Tompe
yang sangat memprihatinkan. Desa Tompe saat ini terutama wilayah
pesisir pantai yakni Dusun 2 dan 3 dapat dikatakan tidak layak untuk
dihuni karena masuk dalam kawasan zona merah dengan potensi
bencana alam yang tinggi. Hal tersebut terjadi akibat bencana gempa
bumi besar pada tanggal 28 September 2018 yang mengakibatkan
sebagian wilayah pesisir pantai Desa Tompe tenggelam. Setiap 3 kali
dalam satu bulan wilayah dusun 2 dan 3 mengalami banjir akibat air rob
dengan rata-rata ketinggian 1 meter lebih yang mengakibatkan banyak
sampah masuk kedalam wilayah pemukiman penduduk. Sampah-
sampah tersebut berasal dari sampah masyarakat Desa Tompe sendiri
dan juga sampah yang berasal dari sekitaran tetangga Desa Tompe. Hal
tersebut menurut aparat pemerintah dan masyarakat Desa Tompe yang
membuat masyarakat seolah putus asa untuk menangani sampah yang
17
menurut mereka mustahil untuk dapat diatasi dengan kondisi topografi
wilayah pemukiman yang tidak normal.
Rekomendasi kebijakan yang disampaikan oleh aparat
pemerintah dan masyarakat Desa Tompe yang hadir pada saat
pemaparan hasil evaluasi.Pemaparan hasil evaluasi program adalah
normalisasi wilayah pantai. Mereka sangat berharap dalam jangka
waktu tahun ini proyek tanggul segera direalisasikan oleh pemerintah
agar banjir air rob tidak lagi menjadi permasalahan utama dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Tompe. Pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau pulau kecil menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil yaitu suatu proses
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil antarsektor, antara pemerintah dan
pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu
pengetahuan dan manajemen untuk mengkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Pengembangan dan pengelolaan wilayah kepesisiran pada
dasarnya merupakan suatu upaya untuk mengakomodir potensi,
permasalahan baik fisik mapun sosial sesuai dengan kondisi keberadaan
wilayah bersangkutan. Jika tanggul dipesisir Desa Tompe telah selesai
dibangun maka fasilitas-fasilitas yang lain termasuk tempat
pembuangan sampah sementara (TPS) dapat terbangun. Dengan
tersedianya fasilitas penanganan sampah sesuai aturan diharapkan sikap
dan perilaku masyarakat dapat berubah.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu
stimulus atau obyek yang diterimanya. Sikap itu belum merupakan suatu
tindakan, akan tetapi merupakan predisposisi praktek (tindakan).
Perilaku atau tindakan yaitu suatu sikap yang secara otomatis terwujud
18
dalam suatu tindakan (Overt behavior). Untuk terwujudnya sikap
menjadi suatu tindakan nyata diperlukan fasilitas pendukung.
b. Program penyelenggaran TPS
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan pada PBL III Di
desa tompe Kecamatan sirenja. Pada kegiatan program penyelenggaraan
TPS yang kami lakukan di dusun 1, 2 dan 3. TPS yang ada di dusun 1
sebagian masyarakat sudah menggunakan dengan baik. Dan pada
program TPS yang kami lakukan di dusun 2 dan 3 kurang maksimal di
karenakan terjadinya banjir ROB serta tempat pembuangan sampah
sementara yang kurang terawat. Dan pengelolaan sampah di desa tompe
ini seharusnya dilakukan dengan melakukan kegiatan pengurangan dan
penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan
pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang. Kegiatan
penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir.
Program yang dilakukan salah satu upaya intervensi fisik untuk
mengurangi sampah organik dan anorganik yang dimana masyarakat
desa tompe yang masih membuang sampah secara sembarangan
sehingga banyaknya tumpukan sampah di sekitar lingkungan
masyarakat itu sendiri sehingga kami melakukan program intervensi
fisik untuk mengurangi penumpukan sampah di lingkungan masyarakat.
Hasil evaluasi yang di lakukan dari program yang sudah di
lakukan belum sepenuhnya berhasil karena masih banyak masyarakat
memilih untuk membuang sampah rumah tangga di daerah pinggiran
sungai karena belum ada TPS yang di bangun khususnya di wilayah
dusun 2 dan 3.
Faktor pengahambat terhadap pengembangan program TPS
khususnya di wilayah dusun 2 dan 3 yaitu pemerintah atau masyarakat
belum menemukan daerah yang cocok untuk di jadikan tempat
19
pembangunan TPS di karenakan daerah dusun 2 dan 3 merupakan
daerah yang sangat rawan atau sering terkena banjir ROB dan wilayah
tersebut masih dalam proses penataan oleh pemerintah.
Dampak terjadinya banjir rob sangat mengganggu kehidupan
masyarakat yang mengalaminya. Dampak tersebut diantaranya adalah
rusaknya rumah-rumah warga, fasilitas-fasilitas umum seperti jalan
(Jateng dampak terhadap kesehatan seperti gatal-gatal serta dampak
ekonomi rusaknya barang–barang berharga milik masyarakat seperti
motor/mobil yang rusak terkena air banjir rob.Daerah yang tergenang
banjir juga kemudian akan terlihat kumuh karena air banjir rob yang
bercampur dengan limbah–limbah rumah tangga (Praktikno, 2019)
Rekomendasi dari pemerintah Desa Tompe terhadap
pengembangan atau pembangunan TPS yang di sampaikan pada
pemaparan hasil akhir bahwa adanya dana 2 miliyar yang di turunkan
kepada Desa Tompe dan sudah di bentuk tim pengelola dana tersebut
dan sudah ada 6 program prioritas yang akan di laksanakan termasuk
sanitasi lingkungan yaitu pembuatan TPA di Desa Tompe.
c. Pemasangan Papan Wicara
Berdasarkan hasil evaluasi program yang dilaksanakan pada
PBL III,dengan cara melakukan observasi langsung ke lapangan untuk
memeriksa papan wicara yang dipasang pada saat PBL II. Program
pemasangan papan wicara yang sudah dilaksanakan, sesuai dengan
indikator keberhasilan yang terdapat di Plan Of Action (POA) PBL II
yaitu “ke 3 buah papan wicara dapat terpasang dimasing-masing dusun
yang ada di Desa Tompe yakni dusun 1,2 dan 3 ”.
Program pembuatan papan wicara tersebut lakukan pada
program PBL II yang didukung oleh aparat pemerintah dan masyarakat
Desa Tompe. Aparat pemerintah dan masyarakat Desa Tompe
memfasilitasi kami dalam menyiapkan bahan dan peralatan untuk
20
memasang papan wicara tersebut. Sehingga program pemasangan papan
wicara tersebut berhasil dilaksanakan karena adanya upaya kerja sama.
Tahap menjalin kebersamaan merupakan ajakan kepada
masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam seluruh tahap kegiatan
tersebut. Menurut Notoatmodjo (2018) menyebutkan bahwa partisipasi
adalah peran aktif seluruh anggota masyarakat dalam berbagai jenjang
kegiatan. Selain itu partisipasi dapat muncul jika ada 3 komponen, yaitu
adanya rasa saling percaya antar anggota masyarakat maupun antara
anggota masyarakat dengan petugas, adanya ajakan dan kesempatan
bagi anggota masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan, adanya
manfaat yang dapat dan segera dirasakan oleh masyarakat, serta adanya
contoh dan keteladanan dari tokoh dan pemimpin masyarakat. Tokoh
masyarakat di sini yaitu kepala desa yang hadir pada awal kegiatan
dengan tujuan untuk memudahkan dalam mempengaruhi masyarakat
agar mudah dikumpulkan.
PBL III yang di lakukan pada tangga 9 – 16 Januari 2023 yang
bertujuan untuk mengevaluasi program kesehatan yang di lakukan pada
PBL II menunjukan bahwa papan wicara yang di pasang pada 6 bulan
lalu, di dusun 1, 2, dan 3 Desa Tompe sudah tidak ada yang terpasang.
Menurut keterangan beberapa warga bahwa penyebab rusaknya atau
robohnya papan wicara tersebut karena terjadinya angin kencang yang
di sertai dengan hujan deras dan tidak ada pembuatan papan wicara
kembali yang di lakukan oleh pemerintah atau masyarakat setempat
sehingga dapat di simpulkan bahwa program tersebut tidak berhasil.
Namun, ada beberapa papan wicara yang terpasang di beberapa titik
yang berisikan informasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan, menanam pohon di daerah pesisir, dan apa yang perlu di
lakukan pada saat bencana yang di pasang oleh BPBD.
3.1.2. Intervensi Non Fisik
21
a. Penyuluhan Terkait Sampah Dan Perbedaan Antara Sampah
Organik Dan Sampah Non Organik.
Sampah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu
kegiatan baik skala industri, rumah tangga, dan instansi yang dilakukan
oleh manusia (Soemirat, 2018). Dalam Undang-Undang No.18 tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat dan sampah
spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Semakin bertambahnya
jumlah penduduk maka akan semakin banyak pula jumlah sampah yang
dihasilkan. Pada tahun 2016, jumlah timbulan sampah di Indonesia
mencapai 65,2 juta ton per tahun (Badan Pusat Statistik, 2018).
Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa mahkluk
hidup yang mudah terurai secara alami tanpa proses campur tangan
manusia untuk dapat terurai. Sampah organik bisa dikatakan sebagai
sampah ramah lingkungan bahkan sampah bisa diolah kembali menjadi
suatu yang bermanfaat bila dikelola dengan tepat. Tetapi sampah bila
tidak dikelola dengan benar akan menimbulkan penyakit dan bau yang
kurang sedap hasil dari pembusukan sampah organik yang cepat
(Chandra, 2006). Sampah anorganik adalah sampah yang sudah tidak
dipakai lagi dan sulit terurai. Sampah anorganik yang tertimbun di tanah
dapat menyebabkan pencemaran tanah karena sampah anorganik
tergolong zat yang sulit terurai dan sampah itu akan tertimbun dalam
tanah dalam waktu lama, ini menyebabkan rusaknya lapisan tanah.
Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu menghasilkan
bahan buangan, karena tidak ada proses konversi yang memiliki
efisiensi 100%. Sebagian besar bahan buangan yang dihasilkan oleh
organisme yang ada di alam ini bersifat organik [memiliki ikatan CHO,
bagian tubuh makhluk hidup]. Sampah yang berasal dari aktivitas
22
manusia yang dapat bersifat organik maupun anorganik. Contoh sampah
organik adalah: sisa-sisa bahan makanan, kertas, kayu dan bambu.
Sedangkan sampah anorganik hasil dari proses pabrik misalnya: plastik,
logam, gelas, dan karet (Apriliani, 2015).
Setelah dilakukannya pengamatan dan menentukan program
intervensi yang dilakukan pada Pengalaman Belajar lapangan II (PBL
II), maka dilakukan intervensi non fisik yang dilakukan yakni
penyuluhan terkait sampah dan perbedaan antara sampah organik dan
sampah non organik diberikan kepada masyarakat berjumlah 32 orang
di Desa Tompe.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada pengalaman
belajar lapangan III yang dimana evaluasi dilakukan yang telah
diberikan penyuluhan pada PBL II yakni dilakukan dengan pemberian
post test untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terkait
sampah dan perbedaan antara sampah organik dan sampah non organik
dilihat dari jawaban soal-soal yang diberikan dimana menunjukkan dari
32 masyarakat yang diberikan post test ada sebanyak 19 masyarakat
yang mengalami peningkatan sehingga dengan meningkatnya
pengetahuan masyarakat di Desa Tompe terkait sampah dan perbedaan
antara sampah organik dan sampah non organik diharapkan agar
terciptanya lingkungan masyarakat yang bersih dan sehat.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Intervensi Fisik
Intervensi fisik yang telah dilakukan adalah berupa praktek
pembuatan tempat sampah percontohan rumah tangga, tempat sampah
sementara dan pemasangan papan wicara.
1. TPS Percontohan Rumah Tangga
Hasil observasi di lapangan dari program pembuatan tempat sampah
percontohan rumah tangga organik dan non organik disimpulkan bahwa
program tersebut belum sepenuhnya berhasil karena masyarakat di Desa
Tompe tidak membuat tempat sampah yang seperti kita harapkan.
2. Tempat Sampah Sementara
Hasil evaluasi yang di lakukan dari program yang sudah di lakukan
belum sepenuhnya berhasil karena masih banyak masyarakat memilih
untuk membuang sampah rumah tangga di daerah pinggiran sungai
karena belum ada TPS yang di bangun khususnya di wilayah dusun 2 dan
3.Namun wilayah dusun 1 sebagaian masyarakat sudah memanfaatkan
TPS yang ada dengan baik.
3. Papan Wicara
papan wicara yang di pasang pada 6 bulan lalu, di dusun 1, 2, dan 3
Desa Tompe sudah tidak ada yang terpasang. Menurut keterangan
beberapa warga bahwa penyebab rusaknya atau robohnya papan wicara
tersebut karena terjadinya angin kencang yang di sertai dengan hujan
deras dan tidak ada pembuatan papan wicara kembali yang di lakukan
oleh pemerintah atau masyarakat setempat sehingga dapat di simpulkan
bahwa program tersebut tidak berhasil.
4.1.2 Intervensi Non Fisik
1. Penyuluhan Terkait Masalah Sampah
24
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada pengalaman belajar
lapangan III yang dimana evaluasi dilakukan yang telah diberikan
penyuluhan pada PBL II yakni dilakukan dengan pemberian post test
untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terkait sampah dan
perbedaan antara sampah organik dan sampah non organik dilihat dari
jawaban soal-soal yang diberikan dimana menunjukkan dari 32
masyarakat yang diberikan post test ada sebanyak 19 masyarakat yang
mengalami peningkatan.
4.2 Saran
4.2.1 Saran Kepada Masyarakat
1. Diharapkan kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan
permasalahan terkait sampah di desa tompe.
2. di harapakan kepada masyarakat Desa Tompe agar menyediakan,
merawat tempat sampah dan melakukan pemilahan sampah rumah
tangga.
3. Diharapkan kepada kepada masyarakat Desa Tompe agar
memanfaatkan fasilitas pembuangan sampah sementara dengan sebaik
– baiknya.
4. Disarankan untuk pelayanan Kesehatan yang berada di desa Tompe
seperti polindes ataupun puskesmas dapat bekerjasama dengan
pemerintah desa Tompe dalam hal meningkatkan pelaksaan kegiatan
untuk peningkatan derajat Kesehatan seperti program penyuluhan dan
sosialisasi PHBS, Gizi, Sanitasi lingkungan, pengendalian vector dll
yang dapat di laksanakan minimal 2 bulan sekali.
4.2.1 Saran Kepada Pemerintah
1. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan nasib warga Tompe yang
masih ada warganya yang tidak memiliki sumber air bersih dengan
adanya pwmbagunan yang dapat lebih memajukan desa Tompe,
25
Pemerintah diharapkan dapat membuat program-program yang dapat
secara langsung menimbulkan efek positif sehubungan dengan maslah
air bersih ataupun masalah sampah yang masih menjadi problem di
Desa Tompe.
2. Disarankannya pemerintah di sekitar lingkungan desa Tompe dapat
lebih tegas dalam menertibkan masyarakat yang membuang sampah di
sungai maupun tempat lainnya. Dalam hal ini pemerintah dapat
menyediakan TPS untuk masyarakat.
26
DAFTAR PUSTAKA
Danang Nurdianto,2019 Dampak Banjir Rob Terhadap Permukiman di Kecamatan
Wonokerto Kabupaten Pekalongan
Dinda Clasissa Aulia. 2021. Peningkatan Pengetahuan dan Kesadaran Masyarakat
tentang Pengelolaan Sampah dengan Pesan Jepapah. Jurnal Pengabdian
Kesehatan Masyarakat (Pengmaskesmas).
Dr. Tuti Khairani Harahap, S.Sos, M.Si. 2017. Manajemen Pengolahan Ssampah
Terpadu Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Tampan
Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Adminitrasi Negara.
Ihsan Febriadi. 2019. Pemanfaatan Sampah Organik Dan Anorganik Untuk
Mendukung Go Green Concept Di Sekolah. Abdimas: Papua Journal of
Community Service.
Ilma, N., Nuddin, A. and Majid, M., 2021. Perilaku Warga Masyarakat Dalam
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Zona Pesisir Kota Parepare. Jurnal
Ilmiah Manusia Dan Kesehatan.
Joflius Dobiki. 2018. Analisis Ketersediaan Prasarana Persampahan di Pulau Kumo
dan Pulau Kakara di Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Spasial. Vol. 5, No. 2
Novelisa Suryani, 2020”Strategi Pengembangan Dan Pengelolaan Wilayah Pesisir
Berbasis Tipologi di Wilayah Kepesisiran Kabupaten Gunungkidul
Yogyakarta” Jurnal Azimut Edisi Khusus Smar Februari
Rahmawati, Salis Kurnia; Soedirman, Oedojo. Analisis Peran Serta Masyarakat Dalam
Keberhasilan Program Community Led Total Sanitation (CLTS). Jurnal
Promosi Kesehatan.
Salim, M. Afif, 2018 Penanganan banjir dan rob di wilayah Pekalongan. Jurnal Teknik
Sipil,
Suryani, N., 2020. Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis
Topologi di Wilayah Kepesisiran Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Jurnal
Azimut, 3(SMAR).
27
LAMPIRAN
28