NIM : 1610713031
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Praktik Belajar Lapangan (PBL) 3. Dalam penyusunan dan penyelesaian laporan
ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan dorongan yang tidak
pernah berhenti, rasanya sulit bagi penulis untuk menyelesaikannya. Untuk itu
dalam sebuah karya yang sederhana ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Ibu Agustina, SKM, MKM selaku Dosen Pembimbing Akademik
kegiatan PBL 3.
2. dr. Tiur Febrina Pohan selaku Pembimbing Lapangan yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi guna penyelesaian laporan ini.
3. Ibu Putri Permatasari, SKM, MKM selaku Kaprodi Kesehatan
Masyarakat Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.
4. Orang tua kami, yang tak hentinya memberi motivasi dan dukungan
serta selalu mendoakan kami.
5. Semua pihak yang terlibat yang tak bisa kami sebutkan satu persatu.
iii
DAFTAR ISI
iv
3.5.3 Monitoring dan Evaluasi ................................................................ 30
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 31
4.1 Perencanaan ............................................................................................ 31
4.2 Pengorganisasian .................................................................................... 32
4.3 Pelaksanaan ............................................................................................ 33
4.4 Monitoring dan Evaluasi ........................................................................ 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 37
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 37
5.2 Saran ....................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38
LAMPIRAN .......................................................................................................... 40
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Klasifikasi Status Gizi menurut WHO NCHS (Supariasa 2002) .......... 8
Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Depok ............................. 22
Gambar 3. Struktur Organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat ............................ 23
Gambar 4. Alur Penyampaian Data Status Gizi Tingkat Kota Depok .................. 27
Gambar 5 Diagram ER akhir Sistem Informasi Geografis Status Gizi Balita ..... 33
Gambar 6. Angka kunjungan balita ke Puskesmas/Posyandu per Kecamatan se-
Kota Depok ........................................................................................................... 36
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mencerminkan tingkat perkembangan dan kesejahteraan masyarakat dalam
suatu negara serta berhubungan dengan status kesehatan anak di masa
depan (Bhandari, et al., 2013). Menurut Pedoman Pelaksanaan
Pemantauan Status Gizi, Kementerian Kesehatan (2017) Pemantauan
Status Gizi adalah kegiatan penilaian status gizi untuk memperoleh
informasi besar dan luasnya masalah gizi, baik akut maupun kronis,
khususnya pada anak balita dan faktor-faktor terkait.
Malnutrisi umumnya mengacu pada kondisi gizi kurang, gizi buruk
dan gizi lebih. Kondisi tersebut merupakan salah satu penyebab mortalitas
dan morbiditas terbanyak pada balita di negara berkembang, yaitu
sebanyak 54% atau 10,8 juta anak meninggal akibat malnutrisi (Kabeta, et
al., 2017). Malnutrisi atau gizi kurang pada anak masih menjadi masalah
kesehatan utama di dunia. Berdasarkan data WHO 2018, Sekitar 45%
kematian di antara anak-anak di bawah usia 5 tahun disebabkan karena
kekurangan gizi. Hal ini kebanyakan terjadi di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah
Menurut Doddy Izwardy, Direktur Gizi Masyarakat
Kementerian Kesehatan, saat ini angka kekurangan gizi di Indonesia masih
melampaui ambang batas WHO. Kekurangan gizi kategori berat badan per
usia di Indonesia mencapai 17%. Padahal menurut data WHO, ambang
batas angka kekurangan gizi adalah 10%. Dalam kategori indeks tinggi
badan per usia, angka kekurangan gizi RI masih 27,5%. Padahal, ambang
batas WHO adalah 20%. Dan berdasarkan berat badan per tinggi badan,
angka kekurangan gizi pada kategori ini mencapai 11% sedangkan ambang
batas WHO adalah 5%.
Untuk angka status gizi di Kota Depok terbilang cukup rendah dan
saat ini bukan menjadi prioritas masalah. Pada tahun 2018 menurut Dinas
Kesehatan Depok seksi Kesehatan Keluarga dan gizi, sangat kurus 0,06%,
kurus 2,48%, gemuk 5,1%, wasting (sangat kurus dan kurus) 2,54%, dan
stunting 5,4. Ambang batas nasional stunting sebesar 20%, maka angka
saat ini berada di bawah ambang batas
2
1.2 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penilaian status gizi berasal dari data yang dapat diperoleh dengan
berbagai cara untuk menentukan suatu populasi atau individu yang
berisiko atau memiliki permasalah gizi, baik gizi kurang maupun gizi
lebih. Menurut Arisman (2010), status gizi dapat ditentukan dengan cara
penilaian langsung atau tidak langsung, meliputi pemeriksaan
4
antropometri, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biokimia dan survey
asupan makanan. Berikut cara penilaian status gizi:
1. Penilaian Langsung
a. Antropometri
b. Klinis
c. Biokimia
5
menggunakan uji gangguan fungsional yang berfungsi untuk
mengukur besarnya konsekuensi fungsional dari suatu zat gizi yang
spesifik. Untuk pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan perpaduan
antara uji biokimia statis dan uji gangguan fungsional (Baliwati, 2004)
d. Biofisik
b. Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi
melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan
dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur tertentu, angka
penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, dan
angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi
(Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
6
c. Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena
masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi,
seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian
berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab
kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya
akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2001)
7
- Berat badan menurut umur rendah dapat disebabkan karena pendek
(masalah gizi kronis) atau menderita penyakit infeksi (masalah gizi
akut)
2) Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
- Memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnnya kronis sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung lama.
8
2.4 Masalah Gizi Kurang
9
2.5 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
a. Faktor Langsung
1) Keadaan Infeksi
Scrimshaw, et.al (1989 dalam Supariasa, 2002) menyatakan
bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan
parasit) dengan kejadian malnutrisi. Mekanisme patologisnya dapat
bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan,
yaitu penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan,
menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makan pada saat
sakit, peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare,
mual/muntah dan perdarahan terus menerus serta meningkatnya
kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit dan parasit
yang terdapat dalam tubuh.
2) Konsumsi Makan
Pengukuran konsumsi makan sangat penting dilakukan untuk
mengetahui apa saja yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat
berguna untuk mengukur status gizi serta menemukan jika terdapat
faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.
10
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya
antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran
anak, dan produksi pangan. Pertama, dalam hal sikap terhadap
makanan, masih terdapat banyak mitos dan tabu yang justru
berpengaruh negatif sehingga menyebabkan konsumsi makanan
menjadi rendah. Kedua, konsumsi makanan yang rendah juga
disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran
pencernaan. Ketiga, jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan
jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan gizi
dalam keluarga. Dan yang terakhir, konsumsi zat gizi keluarga yang
rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi
pangan disebabkan karena para petani masih menggunakan teknologi
yang bersifat tradisional.
2) Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi dapat dibedakan berdasarkan dua hal.
Yaitu data sosial dan data ekonomi. Data sosial meliputi keadaan
penduduk di suatu masyarakat, keadaan keluarga, pendidikan,
perumahan, penyimpanan makanan, air dan kakus. Sedangkan data
ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan yang
terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan
dan sebagainya serta harga makanan yang tergantung pada pasar dn
variasi musin.
3) Produksi Pangan
Produksi Pangan dapat dilihat dari penyediaan makanan
keluarga, sistem pertanian, tanah, peternakan dan perikanan serta
finansial atau keadaan ekonomi
4) Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan
Pelayanan kesehatan meliputi ketercukupan jumlah pusat-
pusat pelayanan kesehatan yang terdiri dari kecukupan jumlah rumah
sakit, jumlah tenaga kesehatan, jumlah staf dan lain-lain. Fasilitas
pendidikan meliputi jumlah anak sekolah, remaja dan organisasi
11
karang tarunanya serta media masa seperti radio, televisi dan lain
lain.
Untuk dapat melakukan upaya perbaikan dari masalah gizi yang ada,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus melakukan Pemantauan
Status Gizi (PSG).
Menurut Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Status Gizi,
Kementerian Kesehatan (2017), Pemantauan Status Gizi adalah
kegiatan penilaian status gizi untuk memperoleh informasi besar
dan luasnya masalah gizi, baik akut maupun kronis khususnya pada
anak balita dan faktor-faktor terkait. Pemantauan Status Gizi juga
dapat diartikan sebagai kegiatan survey status gizi yang
berkelanjutan untuk mengumpulkan data indikator status gizi dan
12
determinannya. Dalam hal ini data status gizi yang dikumpulkan
meliputi; antropometri dan konsumsi gizi balita.
Pemantauan Status Gizi (PSG) secara berkesinambungan yang
dilakukan di setiap kota/kabupaten menjadi bentuk kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi. Data dan
informasi yang dihasilkan dari kegiatan PSG dapat dijadikan
bahan pengambilan keputusan dan penyusunan rencana kegiatan
pembinaan gizi di suatu wilayah. PSG memiliki tujuan umum yaitu
menyediakan informasi tentang status gizi, konsumsi, dan faktor
determinannya bagi para perumus kebijakan, pengambil keputusan
untuk perencanaan dan penentuan kebijakan penanggulangan
masalah gizi secara teratur. Adapun tujuan khusus kegiatan ini antara
lain :
a. Untuk memperoleh informasi status gizi balita:
1) Prevalensi balita gizi kurang (underweight) berdasarkan
indeks BB/U;
2) Prevalensi balita pendek (stunting) berdasarkan indeks PB/U
atau TB/U;
3) Prevalensi balita kurus (wasting) berdasarkan indeks BB/PB
atau BB/TB;
4) Prevalensi balita kurus berdasarkan indeks IMT/U
5) Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).
13
c. Untuk memperoleh informasi capaian kinerja upaya perbaikan gizi:
1) Persentase pendek pada anak sekolah dan remaja dengan
indeks TB/U
2) Persentase kurus pada anak sekolah dan remaja dengan indeks
IMT/U
3) Persentase kurus dan gemuk pada dewasa dengan IMT
4) Persentase Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia
Subur (WUS), ibu hamil dan ibu menyusui dengan indeks
Lingkar Lengan Atas (LiLA);
5) Persentase remaja puteri mendapat Tablet Tambah Darah
(TTD);
6) Persentase ibu hamil KEK yang mendapat Pemberian
Makanan Tambahan (PMT);
7) Persentase ibu hamil yang mendapat TTD 90 tablet selama
masa kehamilan;
8) Persentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A;
9) Persentase bayi yang diberi kesempatan untuk Inisiasi
Menyusu Dini (IMD);
10) Persentase bayi kurang dari 6 bulan yang mendapat Air Susu
Ibu (ASI) Eksklusif;
11) Persentase Balita mempunyai KMS;
12) Persentase Balita yang ditimbang di Posyandu;
13) Persentase Balita gizi buruk mendapat perawatan
14) Persentase Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A
15) Persentase Balita kurus memperoleh makanan tambahan;
16) Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium
14
BAB III
HASIL KEGIATAN
15
kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga (PKRT) serta sumber daya kesehatan;
4. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
5. Pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Kepala Daerah
terkait dengan bidang kesehatan. Dinas Kesehatan terdiri dari:
a) Sekretariat;
b) Bidang Kesehatan Masyarakat;
c) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
d) Bidang Pelayanan Kesehatan; dan
e) Bidang Sumber Daya Kesehatan.
16
Mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum,
pengkoordinasian perencanaan dan evaluasi serta pengelolaan
keuangan dinas. Sekretariat, terdiri dari:
a. Sub Bagian umum mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan administrasi umum dan kepegawaian dinas.
b. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan perencanaan, evaluasi dan
pelaporan kegiatan dinas.
c. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksankan
pengelolaan keuangan dinas.
17
pemerintah terkait kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan
kesehatan olahraga di Kota Depok.
18
melaporkan urusan pemerintahan terkait pelayanan kesehatan
primer di Kota Depok.
19
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Bidang ini bertugas ntuk menyelenggarakan sebagian tugas dinas
di bidang kesehatan dapat di bentuk UPT pada dinas sesuai dengan
kebutuhan. UPTD terdiri dari 2 bagian yaitu :
b. UPT Puskesmas
UPT Puskesmas terdiri dari Puskesmas Beji, Puskesmas
Pancoran Mas, Puskesmas Sukmajaya, Puskesmas Tapos,
Puskesmas Cimanggis, Puskesmas Bojongsari, Puskesmas
Cipayung, Puskesmas Cilodong, Puskesmas Sawangan,
Puskesmas Limo, Puskesmas Cinere.
20
3) Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah
raga; dan
4) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat
21
3.2 Struktur Organisasi Institusi
22
3.3 Struktur Organisasi Bidang/ Bagian / Unit Magang
Bidang Kesehatan
Masyarakat
23
Kegiatan saya selama di Dinas Kesehatan dimulai dengan perkenalan
dengan kepala bagian dan seluruh pelaksana di sub bidang kesehatan
keluarga dan gizi pada hari Senin tanggal 5 Agustus. Lalu setelah itu saya
diberi tugas antara lain merekap data peserta penyuluhan anak usia remaja
bagi guru di sekolah se-kota Depok, merapikan tanggal pada buku surat, dan
saya juga menanyakan kepada pelaksana bagian gizi mengenai program-
program yang sedang atau akan berlangsung
Lalu di hari kedua tanggal 6 Agustus, saya diberi tugas untuk
merapikan foto kegiatan lomba bayi ASI eksklusif, merekap absensi bagian
kesehatan keluarga dan gizi, serta merapikan tanggal pada buku surat.
Setelah itu di hari ketiga tanggal 7 Agustus, saya diminta menjadi panitia
Sosialisasi Pelayanan Anak Usia Sekolah dan Remaja yang Berkualitas
untuk Guru SD/MI. Di hari selanjutnya, tanggal 8 Agustus saya menjadi
panitia lagi di acara yang sama, namun pada hari itu sosialisasinnya
diperuntukkan untuk Guru SMP/MTS dan SMA/SMK/MK. Saya membantu
di bagian registrasi. Lalu tanggal 9 Agustus, saya menginput data peserta
Sosialisasi Pelayanan Anak Usia Sekolah dan Remaja yang Berkualitas
untuk Guru SD/MI, SMP/MTS dan SMA/SMK/MK
Pada tanggal 12 dan 13 Agustus, kegiatan yang saya lakukan yaitu
menginput data keadaan UKS di wilayah kerja puskesmas se-Kota Depok
dilanjut dengan merekap jumlah kit untuk Puskesmas dan menginput data
peserta Sosialisasi Pelayanan Anak Usia Sekolah dan Remaja. Lalu di hari
Rabu tanggal 14 Agustus saya diajari cara untuk merekap data rekam medik
KIA di Rumah Sakit se-kota Depok sekaligus diberi tugas untuk merekap
data tersebut. Selanjutnya tanggal 15 Agustus saya membuat laporan dan
membantu mendistribusikan pemesanan kit puskesmas. Lalu pada tanggal 16
Agustus, saya diberi tugas mencap sertifikat Sertifikat Peningkatan Kapasitas
Kesehatan Petugas Supervisi Fasilitatif Kota Depok 2019 dan merekap data
Care Giver Tahun 2018-2019
Pada minggu terakhir, hari Senin tanggal 19 Agustus saya
menggabungkan dan merapikan bahan sosialisasi pelatihan Care Giver bagi
24
Kader, lalu saya juga diajari membuat surat tugas. Selanjutnya, hari Selasa 20
Agustus saya kembali melakukan rekap data rekam medik KIA di Rumah
Sakit se-kota Depok dan mendistribusikan pemesanan kit puskesmas, lalu
diberikan tugas baru untuk merekap data Monitoring Evaluasi Puskesmas
Ramah Anak. Lalu pada tanggal 21 Agustus saya merekap data Posbindu se-
Kota Depok serta menginput data wilayah kerja Care Giver. Hari selanjutnya
tanggal 22 Agustus saya merekap data wilayah kerja Posbindu dan Care
Giver. Dan pada hari terakhir tanggal 23 Agustus, saya membantu registrasi
di acara Audit Maternal Perinatal
3.5.1 Perencanaan
Dinas Kesehatan Kota Depok memiliki Rencana Pelaksanaan
Kegiatan (RPK) selama 1 tahun berupa kegiatan upaya penanganan,
pemantauan, dan pembinaan gizi masyarakat. Kegiatan atau program
tersebut antara lain:
1. Deskripsi dan Informasi Program Gizi
2. Surveilans Gizi
3. Pemantauan Status Gizi
4. Pembinaan Pos Gizi
5. Rapat Koordinasi Lintas Sektor Kegiatan TTD Rematri
6. Rapat Koordinasi Lintas Sektor Pencegahan dan Penanggulangan
Stunting
25
7. Pembinaan PPG
8. Pelatihan PMBA bagi Kader
9. Pelatihan Food Service
10. Pelatihan TOT Anemia
11. Rapat Koordinasi Petugas Gizi
12. Pertemuan Reward bagi Balita Pasca Gizi Buruk
13. Pertemuan Reward ASI Eksklusif
14. Pelatihan KP ASI
15. Penyuluhan ASI di Institusi/Perusahaan
16. Pelatihan Konselor ASI
Salah satu RPK yang ada di Dinas Kesehatan Depok yaitu
Pemantauan Status Gizi (PSG). Berdasarkan Permenkes No 39
Tahun 2016, dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia
Sehat Dengan Pendekatan Keluarga, ditetapkan 12 (dua belas)
indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga.
Salah satu indikatornya yaitu balita mendapatkan pemantauan
pertumbuhan. Terkait peraturan tersebut, dilakukan lah program
Pemantauan Status Gizi di Kota Depok dengan sasaran 0-5 tahun
(balita). PSG Kota Depok sudah dilakukan sejak lebih dari 10 tahun
yang lalu.
Perkembangan kondisi kesehatan gizi balita penting untuk
dipantau, salah satunya dengan menimbang balita secara rutin ke
Posyandu terdekat. Pemantauan status gizi juga bertujuan
mengurangi jumlah anak yang kurang gizi serta mencegah secara
dini kematian seorang balita. kegiatan pemantauan status gizi
dilakukan untuk memperoleh informasi besar dan luasnya masalah
gizi, baik akut maupun kronis, khususnya pada anak balita dan
faktor-faktor terkait
PSG ini dilakukan oleh masing-masing kader pada setiap
Posyandu. Sebelum melakukan kegiatan, Dinas Kesehatan harus
menyusun rencana anggaran serta kebutuhan sarana dan prasarana
26
untuk kegiatan ini. Sarana prasarana yang dibutuhkan antara lain
timbangan, pengukur tinggi badan/microtoise, pengukur panjang
bayi, vitamin A, alat tulis, dan Posyandu sebagai tempat
pelaksanaannya. Sumber dana untuk program ini berasal dari APBD.
Sumber dana yang dibutuhkan antara lain untuk biaya petugas
puskesmas, biaya transport kader, pemenuhan sarana dan prasarana,
serta pemberian vitamin A
3.5.2 Pengorganisasian
Di Kota Depok terdapat 11 Kecamatan, yang terdiri dari 35
Puskesmas. 35 Puskesmas ini bertanggung jawab dalam memperoleh
data status gizi seluruh balita yang terdapat di masing-masing
wilayah kerja Puskesmas untuk diberikan kepada Dinas Kesehatan
Kota Depok. Data tersebut berasal dari pengukuran yang dilakukan
oleh kader di setiap posyandu. Posyandu berperan sebagai pelaksana,
Puskesmas berperan sebagai penanggung jawab tingkat Kelurahan,
dan Dinas Kesehatan berperan sebagai penanggung jawab tingkat
Kabupaten/Kota. Penanggung jawab utama di Dinas Kesehatan yaitu
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi pada program gizi
Setelah posyandu selesai melakukan pengukuran di akhir bulan
Agustus, data yang di dapat akan disalurkan. Berikut adalah alur
penyampaian data status gizi :
Posyandu
vvv Puskesmas Dinas Kesehatan Dinas Kementerian
Kabupaten/Kota Kesehatan Kesehatan
Provinsi
27
Kecamatan dan Kelurahan sekaligus disalurkan kepada Dinas
Kesehatan. Puskesmas dan Kecamatan dapat menyebarluaskan
informasi yang di dapat ke masyarakat luas. Dinas Kesehatan akan
memvalidasi, menganalisis, menggabungkan, dan mengevaluasi data
yang di dapat dari setiap Puskesmas, dengan output nya yaitu data
status gizi balita se-Kota Depok, lalu melaporkannya kepada Dinas
Ksehatan Provinsi, Walikota dan Kementerian Kesehatan RI. Ketika
Dinas Kesehatan mendapatkan data yang esktrem atau kurang valid,
Dinas Kesehatan akan memvalidasi ulang dengan turun langsung ke
Puskesmas
3.5.3 Pelaksanaan
Program Pemantauan Status Gizi (PSG) adalah kegiatan rutin
yang dilakukan Dinas Kesehatan setiap tahunnya selama bulan
Agustus. Program ini dilakukan dalam bentuk pengukuran tinggi
badan/panjang badan, dan berat badan balita sekaligus pemberian
vitamin A untuk setiap balita yang diukur. Pengukuran dan
penimbangan balita pada dasarnya dilakukan setiap bulan di
Posyandu, namun lebih dikhususkan di bulan Agustus setiap
tahunnya, yang biasa disebut dengan “Bulan Penimbangan Balita”
(BPB). Pada tahap persiapan sebelum program ini dilaksanakan, para
kader wajib mengikuti pelatihan pengukuran terlebih dahulu, yang
diadakan di setiap Puskesmas.
28
Pada bulan Agustus ini, setiap balita yang ada di Kota Depok
wajib datang ke Posyandu untuk diukur dan di dapatkan datanya. Hal
ini dikarenakan, output akhirnya nanti adalah data status gizi balita
se-Kota Depok. Kegiatan ini bukan menggunakan sistem sampling,
namun melibatkan keseluruhan balita yang ada. Jika ada yang tidak
hadir, para kader wajib mendatangi rumah warga tersebut untuk
melakukan pengukuran, atau biasa disebut dengan sweeping. Secara
ringkas, pelaksanaan program Pemantauan Status Gizi Kota Depok
sebagai berikut :
1. Pelatihan kader dalam pengukuran berat badan, tinggi
badan/panjang badan oleh Puskesmas
2. Setiap balita datang ke Posyandu untuk dilakukan pengukuran
dan penimbangan
3. Pemberian vitamin A bagi balita
4. Kader melakukan sweeping, apabila terdapat balita yang tidak
hadir ke Posyandu
5. Pelaporan data dari Posyandu sampai ke Dinas Kesehatan
Depok
6. Analisis data oleh Dinas Kesehatan Depok
7. Melanjutkan pelaporan data sampai ke Kementerian Kesehatan
Berdasarkan data status gizi yang sudah di finalisasi oleh Dinas
Kesehatan, apabila ditemukan balita dengan status gizi buruk, Dinas
Kesehatan memfasilitasi Pusat Pemulihan Gizi (PPG) bagi balita
baik rawat jalan maupun rawat inap. PPG ini berupa perawatan
khusus dan pemberian makanan tambahan bagi anak. Disamping itu,
orang tua juga diberikan arahan untuk memberikan formula 100,
serta makanan tambahan yang memiliki kandungan lebih. Untuk
rawat jalan terdapat di Puskesmas Sawangan, Puskesmas Tapos, dan
Puskesmas Cimanggis. Sedangkan untuk balita yang mengalami
kurang gizi cukup parah dan membutuhkan perawatan rutin,
dilakukan rawat inap di Puskesmas Sukmajaya. PPG dilakukan oleh
29
tenaga kesehatan yang sudah terlatih. Selain PPG, Intervensi yang
dilakukan Dinas Kesehatan dalam penanganan masalah gizi antara
lain konseling gizi, pemberian makanan tambahan, kunjungan
rumah, dan Pembinaan Pos Gizi
30
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan
31
A untuk balita yang berasal dari APBD sudah tercukupi. Di Dinas
Kesehatan terdapat 3 orang pelaksana yang mengurusi program gizi, dan
terlihat sudah cukup memadai
4.2 Pengorganisasian
32
Gambar 5 Diagram ER akhir Sistem Informasi Geografis Status Gizi Balita
4.3 Pelaksanaan
Menurut Westra (2000), pelaksanaan merupakan usaha-usaha yang
dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang
telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan
alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat
pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya. Hal-hal yang dilakukan
dalam pelaksanaan menurut GR. Terry yang dikutip oleh (Ismail, 2009)
antara lain:
a. Melakukan kegiatan berpartisipasi dengan senang hati terhadap semua
keputusan, tindakan atau perbuatan.
33
b. Mengarahkan dan menantang orang lain agar bekerja sebaik mungkin.
c. Memotivasi anggota.
d. Berkomunikasi secara efektif.
e. Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara penuh.
f. Memberi imbalan atau penghargaan terhadap pekerjaan yang telah
dilakukan dengan baik.
g. Mencukupi keperluan pegawai sesuai dengan pekerjaanya.
h. Berupaya memperbaiki pengarahan sesuai dengan petunjuk hasil
pengawasan
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staff bagian gizi,
pelaksanaan program PSG ini rutin berjalan setiap tahunnya selama bulan
Agustus. Setiap keperluan dan kebutuhan pelaksana dari Posyandu serta
pemberian vitamin A juga tercukupi dengan baik. Terdapat 35 Puskesmas
di Kota Depok dan semuanya rutin menyalurkan data status gizi yang di
dapat.
Selain pemerintah, seharusnya program PSG ini juga melibatkan
partisipasi pemangku kepentingan dan masyarakat. Hal ini sejalan dengan
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 42 tahun 2013 berisi
tentang upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui
penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara
terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat
prioritas pada seribu hari pertama. Peraturan tersebut belum sesuai dengan
kenyataan yang ada, karena kegiatan ini belum melibatkan peran serta
tokoh masyarakat, hanya melibatkan sebagian besar petugas kesehatan
saja.
Hambatan dan kendala pada kader yang masih banyak melakukan
pengukuran dengan cara yang tidak tepat, meskipun sudah dilatih
sebelumnya disebabkan karena kurangnya kesadaran para kader akan
pentingnya menimbang bayi dan balita secara rutin ke posyandu untuk
memantau status gizi nya. Serta latar belakang para kader yang beragam
sehingga pengatahuan dan praktek yang sudah diberikan tidak dapat
34
diterima secara menyeluruh. Kendala lainnya adalah tidak semua balita
hadir untuk diukur berat dan tinggi badannya. Pelaksanaan sweeping juga
seringkali kurang efektif, karena ada beberapa keluarga yang sedang tidak
ada di rumahnya maupun ada keluarga yang tidak mau di datangi oleh
kader
35
Gambar 6. Angka kunjungan balita ke Puskesmas/Posyandu per Kecamatan se-Kota
Depok
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
5. Bhandari, B., Bansal, N., Zhang, M., and Shuck, P. 2013. Handbook of
Food Powders; Processes and Properties. Woodhead Publishing,
Philadelphia USA
6. Hartriyanti, Y., & Triyanti. 2007. Penilaian Status Gizi, dalam Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
9. Kabeta, A., Belegavi, D., & Gizachew, Y., 2017. Factors Associated With
Nutritional Status of Under-Five Children in Yirgalem Town South
Ethiopia. IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR-JNHS)
Volume 6, Issue 2 Ver. V (Mar. - Apr. 2017): 78-84
38
https://docplayer.info/51150233-Pedoman-teknis-pemantauan-status-
gizi.html
16. Setyowati, Maryani dan Retno Astuti. 2015. Pemetaan Status Gizi Balita
Dalam Mendukung Keberhasilan Pencapaian Millenium Development
Goals (MDGs). Prodi DIII RMIK Fakultas Kesehatan Udinus Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat
22. Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakart
39
LAMPIRAN
40
Lampiran 2. Surat Balasan PBL 3 dari Dinas Kesehatan Depok
41
42
Lampiran 3. Daftar Hadir Kegiatan PBL 3
43
Lampiran 4. Rincian Kegiatan PBL 3
44
45
46
Lampiran 5. Form Penilaian Pembimbing Lapangan
47
Lampiran 6. Form Penilaian Laporan Praktek Belajar Lapangan oleh
Pembimbing Lapangan
48
Lampiran 7. Surat Tugas Pembimbing Lapangan
49
Lampiran 8. Surat Selesai PBL 3
50
Lampiran 9. Dokumentasi Kegiatan
51
Ruang Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
52
Menjadi panitia bagian registrasi acara Sosialisasi Pelayanan Anak Usia Sekolah
dan Remaja yang Berkualitas untuk Guru
Acara Sosialisasi Pelayanan Anak Usia Sekolah dan Remaja yang Berkualitas
untuk Guru
53
Bimbingan dengan dosen pembimbing
54
Memeriahkan lomba 17 Agustus
55
Foto bersama kepala seksi dan beberapa staff kesehatan keluarga & gizi
56