Anda di halaman 1dari 92

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN


PETANI KELAPA SAWIT DI DESA MALIK KECAMATAN
PAYUNG KABUPATEN BANGKA SELATAN

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (Strata 1)
dari Universitas Bangka Belitung

Oleh
SINTA RUSDIYANA
2051811011

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2022
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN PETANI
KELAPA SAWIT DI DESA MALIK KECAMATAN PAYUNG
KABUPATEN BANGKA SELATAN

Oleh
SINTA RUSDIYANA
2051811011

Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Rostiar Sitorus, S.P.,M.Si Ir. Eddy Jajang Jaya Atmaja, M.M

Balunijuk, Juni 2022

Ketua Program Studi Agribisnis

Dr. Eni Karsiningsih, S.P,. M.Si

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
dengan judul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendapatan Petani Kelapa
Sawit di Desa Malik Kecamatan Payung Kabupaten Bangka Selatan”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini dapat
diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak terutama orang tua
tercinta ayahanda Musinin dan Ibunda Aisah yang senantiasa memberikan
semangat dan dukungan selama proses perkuliahan dan pengerjaan proposal ini.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Ibu Dr. Rostiar Sitorus, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing utama, yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan sehingga penulis
bisa menyelesaikan proposal penelitian ini.
2. Bapak Ir. Eddy Jajang Jaya Atmaja, M.M selaku dosen pendamping yang telah
meluangkan waktu memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis bisa
menyelesaikan proposal penelitian ini.
3. Keluarga dan teman-teman yang turut andil membantu memberikan dukungan
baik dukungan moral dan material serta dukungan semangat yang tiada henti
dalam pembuatan proposal penelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikannya.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini belum sempurna,
sehingga penulis mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritikan dan
masukkan agar proposal penelitian ini menjadi lebih baik. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.

Balunijuk, Juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ...........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1. Landasan Teori ........................................................................................ 5
2.1.1. Kelapa Sawit ................................................................................... 5
2.1.2. Usahatani ........................................................................................ 7
2.1.3. Biaya Produksi ............................................................................... 11
2.1.4. Penerimaan .................................................................................... 12
2.1.5. Pendapatan ..................................................................................... 13
2.1.6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendapatan ............................. 14
2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 20
2.3. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 25
2.4. Definisi Operasional ............................................................................. 26
2.5. Hipotesis ............................................................................................... 27
III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 28
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 28
3.2. Metode Penelitian ................................................................................. 28
3.3. Metode Penarikan Sampel .................................................................... 28
3.4. Metode Pengumpulan Data................................................................... 29
3.4.1. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 29
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 29
3.5. Metode Analisis Data ........................................................................... 30

iv
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 36
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat Kelapa Sawit
Menurut Kabupaten Tahun 2020 ............................................. ........1
Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Menurut
Kecamatan Tahun 2021.................................................................... 2
Tabel 3. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 20
Tabel 4. Rincian Tujuan dan Metode Analisis Data .................................... 30
Tabel 5.

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Pengaruh Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Desa
Malik Kecamatan Payung Kabupaten Bangka Selatan .............. 20

vii
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
potensi sumber daya alam dibidang pertanian dan perkebunan. Salah satu
subsektor perkebunan yang berkontribusi terhadap perekonomian suatu daerah
yaitu perkebunan kelapa sawit. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki
luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 72.206,22 ha pada tahun 2020, luas
areal perkebunan kelapa sawit terus mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya yaitu 70.6780,92 ha, dengan luas areal perkebunan kelapa sawit
tersebut dapat memberikan kontribusi besar bagi perekonomian daerah (BPS,
2021).
Prospek pengembangan kelapa sawit perkebunan rakyat sangat ditentukan
oleh adanya kebijakan ekonomi yang memihak kepada rakyat guna terwujudnya
kesejahteraan rakyat. Melalui pengembangan perkebunan rakyat tidak hanya
mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat tetapi juga dapat meningkatkan devisa
negara serta penyerapan tenaga kerja baik dalam sektor industri hulu maupun
industri hilirnya. Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan peningkatan
produksi kelapa sawit nasional salah satunya adalah penyebaran daerah sentra
produksi meliputi wilayah penghasil sawit terbesar antara lain Riau, Sumatera
Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, serta Sumatera Utara, Jambi,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu dan
Kepulauan Bangka Belitung (BPS, 2020).
Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat Kelapa Sawit Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2020
No Kabupaten/Kota Luas Produksi Produktivitas
Lahan(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1. Bangka 11.591,44 36.165,00 3.119
2. Belitung 5.838,63 7.920,60 1.356
3. Bangka Barat 18.407,05 33.496,72 1.819
4. Bangka Tengah 9.352,05 24.868,21 2.659
5. Bangka Selatan 21.559,89 39.674,12 1.830
6. Belitung Timur 5.457,15 6.789,31 1.244
7. Pangkal Pinang - - -
Jumlah 72.206,22 148.913,96 12.024
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2021
2

Menurut Badan Pusat Statistik (2021), pada Tabel 1 Bangka Selatan


merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi terbesar dalam
menyumbang produksi dalam bentuk tandan buah segar (TBS) yang diubah
menjadi CPO (Crude Palm Oil) terhitung dari luas lahan kelapa sawit terluas di
Bangka Belitung yaitu berkisar 21.396,5 Ha dan tingkat produksinya sebesar
37.425,09 ton.
Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Menurut Kecamatan
tahun 2021
No Kecamatan Luas Produksi Produktivitas
Lahan(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1. Payung 4.288,0 8.744,55 2.039
2. Pulau Besar 2.496,0 2.969,20 1.189
3. Simpang Rimba 3.906,0 4.567,80 1.169
4. Toboali 1.052,0 1.440,50 1.369
5. Tukak Sadai 2.957,0 6.441,60 2.178
6. Air Gegas 5.783,5 12.056,76 2.084
7. Lepar Pongok 974,0 1.195,68 1.227
8. Kepulauan - - -
Pongok
Jumlah 21.396,5 37.425,09 11.255
Sumber : Badan Pusat Statitik Kabupaten Bangka Selatan, 2022
Berdasarkan Tabel 2 luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit
terluas di Bangka Selatan yaitu di Kecamatan Air Gegas dengan luas areal
perkebunan kelapa sawit sebesar 5.783,5 Ha dan produksi sebesar 12.056,76 ton
sementara luas areal perkebunan kelapa sawit terluas kedua yaitu di Kecamatan
Payung dengan luas areal perkebunan 4.228,0 Ha dan produksi perkebunan
sebesar 8.744,55 ton. Luas lahan dan produksi merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi pendapatan petani. Sebagaimana diteliti oleh Juanda (2018) faktor
yang memengaruhi pendapatan petani kelapa sawit di Desa Karossa Kecamatan
Karossa Kabupaten Mamuju Tengah Sulawesi Barat adalah biaya produksi, harga
jual, dan luas lahan.
Kecamatan Payung merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Bangka
Selatan yang memiliki perkebunan kelapa sawit rakyat yang cukup luas, selain itu
di Kecamatan Payung juga memiliki potensi timah yang tersebar di sembilan desa
yaitu Desa Payung, Desa Pangkal Buluh, Desa Malik, Desa Paku, Desa Nadung,
Desa Ranggung, Desa Irat, Desa Sengir, dan Desa Bedengung beberapa desa
tersebut memiliki potensi timah yang cukup untuk memberikan lapangan
3

pekerjaan dan memberikan pendapatan yang tinggi. Salah satu desa yang
mempunyai kawasan perkebunan kelapa sawit dan kawasan tambang timah yaitu
Desa Malik.
Berdasarkan data profil Desa Malik tahun 2020, mata pencaharian
masyarakat di Desa Malik, selain petani kelapa sawit juga di dominasi penambang
timah, karyawan pabrik, usaha mikro dan pedagang kelontong. Desa Malik
merupakan salah satu desa di Kecamatan Payung yang memiliki perusahaan
kelapa sawit atau pabrik yang berlokasikan di desa, dengan keberadaan pabrik
kelapa sawit didesa ini petani bisa lebih fokus mementingkan perkebunan
dibandingkan kegiatan tambang timah hal ini karena bisa memberikan dampak
yang baik bagi petani karena lokasi yang ditempuh untuk mengangkut hasil
produksi kelapa sawit lebih dekat dan dapat meminimalisir harga pengangkutan.
Berdasarkan observasi pendahuluan masyarakat Desa Malik, kegiatan
tambang timah saat ini lebih mendominasi sebagai sumber pendapatan petani
kelapa sawit dimana harga timah terus meningkat sejak tahun 2021. Menurut data
BPS (2017), jumlah produksi bijih timah di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun
2016 yaitu 1.490,65 ton sn mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
sedangkan jumlah produksi terbesar yaitu pada tahun 2014 sebesar 11.608,56 ton
sn. Permasalahan yang saat ini terjadi yaitu petani kelapa sawit yang mempunyai
perkebunan kelapa sawit lebih mementingkan pada kegiatan tambang timah
sehingga terdapat perkebunan kelapa sawit yang kekurangan dalam segi
perawatan, pemupukan dan pemelihaaran tanaman kelapa sawit hal ini sangat
berpengaruh pada pendapatan petani. Menurut Lubis (2018), untuk menghasilkan
produksi kelapa sawit yang maksimal dilakukan dengan peningkatan pemeliharan
di lapangan dengan penerapan teknologi budidaya yang baik memegang peranan
penting dalam pencapaian peningkatan produksi dan produktivitas kelapa sawit.
Konsep ini sejalan dengan teori trade off, trade off merupakan situasi dimana
seseorang harus membuat keputusan terhadap dua hal atau lebih untuk
mengorbankan atau kehilangan suatu aspek dengan alasan tertentu untuk
memperoleh aspek lain dengan kualitas yang berbeda sebagai pilihan yang
diambil (Elistia, 2017).
4

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah diuraikan, peneliti tertarik


untuk meneliti faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan petani kelapa sawit di
Desa Malik Kecamatan Payung Kabupaten Bangka Selatan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Berapa besar pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pendapatan petani kelapa sawit
di Desa Malik?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini sebagai berikut
1. Menghitung besar pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik.
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan petani kelapa
sawit di Desa Malik.
1.4. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu
pengetahuan, wawasan, dan memberikan kesempatan bagi peneliti untuk
menerapkan teori-teori dan literatur dari bangku kuliah dalam bidang
perekonomian pertanian, khususnya tentang komoditi perkebunan dan
pendapatan petani kelapa sawit.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada pemerintah, masyarakat dan pihak lain untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh luas lahan, harga jual, produksi, jumlah tanaman, tenaga
kerja, pengalaman usahatani, tingkat pendidikan dan keanggotaan
kelompok tani terhadap pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kelapa Sawit


Kelapa sawit merupakan spesies tanaman dan komoditas penting sebagai
bahan baku minyak nabati. Kelapa sawit adalah jenis tanaman yang produktif
dalam menghasilkan minyak nabati. Satu individu tanaman kelapa sawit pada usia
produktif (diatas 6 tahun) dapat menghasilkan sekitar 200 kg tandan buah segar
per tahunnya atau setara dengan 40 kg minyak sawit kasar (CPO). Pada luas lahan
yang sama (1 ha), rata-rata kelapa sawit dapat menghasilkan minyak 5.000 kg per
tahun, sementara tanaman penghasil minyak nabati seperti kedelai dan jagung
hanya mampu menghasilkan 375 kg dan 145 kg minyak nabati per tahun
(Nugroho, 2019).
Berdasarkan metoda klasifikasi Carolus Linnaeus
Divisi : Embryophita Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Aracaceae (dahulu disebut Palmae)
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Species : Elaeis guineensis Jacq. Elaeis oleifera (H.B.K) Cortes Elaeis
odora.
Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut, dan pasang surut. Tanah
sedikit mengandung unsur hara tetapi memiliki kadar air yang cukup tinggi.
Sehingga cocok untuk melakukan kebun kelapa sawit, karena kelapa sawit
memiliki kemampuan tumbuh yang baik dan memiliki daya adaptif yang cepat
terhadap lingkungan. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak
lebih dari sekitar 15°. Kemampuan tanah dalam meyediakan hara mempunyai
perbedaan yang sangat mencolok dan tergantung pada jumlah hara yang tersedia,
adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia untuk
mencapai zona perakaran tanaman (Lubis & Agus, 2011).
6

Pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai sekitar 15 °LU-15 °LS.


Untuk ketinggian pertanaman kelapa sawit yang baik berkisar antara 0-500 m dpl.
Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan sekitar 2.000-2.500 mm/tahun.
Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit sekitar 29-30 °C. Intensitas
penyinaran matahari yang baik tanaman kelapa sawit sekitar 5-7 jam/hari.
Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 % untuk pertumbuhan tanaman.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah podzolik, latosol,
hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol. Kelapa sawit menghendaki tanah yang
gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam
tanpa lapisan padas. Untuk nilai pH yang optimum di dalam tanah adalah 5,0–5,5.
Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan tanaman dan
ketersediaan hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman, semakin banyak
unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman untuk
pertumbuhan dan produksi (Arsyad, 2012).
Pembibitan awal merupakan kegiatan lapangan yang bertujuan untuk
mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu
tahun sebelum tanam. Persiapan pembibitan utama membutuhkan waktu yang
cukup lama sehingga persiapannya harus dimulai bersamaan dengan persiapan
persemaian. Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan dalam persiapan areal
pembibitan yaitu memilih lokasi pembibitan, pembukaan lahan, persiapan
persemaian, perawatan persemaian, dan penanaman (Lubis & Agus, 2011).
Menurut Pahan (2013), sistem pembibitan kelapa sawit terdiri dari sistem
pembibitan di lapangan dan sistem pembibitan di kantong plastik (polibag).
Pembibitan di polibag terdiri dari dua macam, yaitu sistem pembibitan polibag
tahap satu (prenursery) dan sistem pembibitan polibag tahap dua (main nursery).
Pada persemaian kecambah ditanam dalam kantong plastik kecil (polibag) dengan
ukuran 25 cm x 25 cm selama 3 bulan. Sesudah masa pre nursery, bibit
dipindahkan ke polibag besar (42,5 cm x 50 cm) dan dipelihara sampai beumur 10
– 12 bulan, tahap kedua ini disebut pembibitan utama (main nursery).
Persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang akan
dipakai dengan melihat keuntungan dan kerugian komprehensif (Pahan, 2013).
Membuat naungan dengan tinggi 2 m – 2,5 m sedangkan lebar dan panjang
7

naungan tergantung banyaknya bedengan yang dinaungi. Setelah itu bedengan


dibuat dengan ukuran panjang lebar 1,2 m dan panjangnya disesuaikan dengan
keadaan lahan, sedangkan jarak antar bedengan adalah 60 cm – 80 cm. Polibag
kecil yang berukuran 25 cm x 25 cm dengan tebal 0,1 mm disiapkan. Lalu media
tanah disiapkan dengan pupuk yang digunakan.Kemudian benih ditanam satu
persatu ke dalam polibag dengan kedalaman tanam kurang lebih 3 cm,
sebelumnya benih di seleksi dan polybag disiram terlebih dahulu.Benih ditanam
dengan posisi radikula pada bagian bawah dan plumula pada bagian atas.

2.1.2. Usahatani
Menurut Suratiyah (2015), pertanian adalah kegiatan seseorang yang
berhubungan dengan proses produksi untuk menghasilkan bahan-bahan yang
dibutuhkan oleh manusia dan berasal dari tumbuhan ataupun hewan yang disertai
dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak dan mempertimbangkan
faktor ekonomis. Sehingga ilmu yang mempelajari kegiatan manusia dalam
melakukan kegiatan pertanian disebut ilmu usahatani.
Menurut Soekartawi (1995) dalam Saeri (2018), ilmu usahatani membahas
bagaimana seorang petani mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki secara
efektif dan efisien dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi pada
waktu tertentu. Penggunaan input dapat dikatakan efektif ketika petani dapat
mengalokasikan input yang mereka gunakan sebaik-baiknya, dikatakan efisien
apabila output yang mereka hasilkan lebih besar dari input yang mereka gunakan.
Menurut Prawirokusumo (1990) dalam Saeri (2018), ilmu usahatani adalah
ilmu terapan yang mempelajari tentang penggunaan sumberdaya secara efesien
pada suatu usaha pertanian, perikanan atau peternakan. Beberapa sumberdaya
yang digunakan dalam pertanian yaitu lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.
Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan
bahwa usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan
sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen) yang dimiliki petani
untuk memperoleh keuntungan yang maksimal (Saeri, 2018).
a. Sistem Usahatani
Menurut Shinta (2011) dalam Saeri (2018), ilmu usahatani adalah suatu
upaya penelaahan tritunggal antara lain manusia, tanaman dan hewan sehingga
8

ilmu usahatani berkaitan dengan beberapa aspek yaitu aspek sosial (manusia),
kimia, fisika (lahan) dan budidaya (tanaman, tumbuhan). Sistem usahatani dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sistem penggunaan lahan.
Sistem penggunaan lahan merupakan suatu sistem dalam usahatani dimana
petani menggunaan lahan untuk melakukan kegiatan penanaman terhadap
tanaman seperti menanam padi, menanam cabe dan lain-lain
2. Sistem produksi ternak
Pada sistem kedua ini petani menggunakan lahannya untuk beternak atau
memelihara hewan baik hewan ternak maupun ikan
3. Sistem rumah tangga
Petani pada sistem ini para petani tidak melakukan kegiatan pertanian (off
farm) mereka melakukan usaha diluar kegiatan pertanian. Hal ini dikarenakan
setiap petani memiliki karakteristik yang berbeda sehingga kegiatan usahatani
yang mereka lakukan relatif berbeda sesuai karakter dan keinginan masing masing
petani.
b. Faktor-Faktor Dalam Usahatani
Menurut Suratiyah (2015), faktor-faktor yang bekerja dalam usahatani
adalah faktor alam, tenaga, dan modal. Alam merupakan faktor yang sangat
menentukan usahatani, sampai dengan tingkat tertentu manusia telah berhasil
memengaruhi faktor alam. Namun demikian, pada batas selebihnya faktor alam
adalah penentu dan merupakan sesuatu yang harus diterima apa adanya. Berikut
faktor yang bekerja dalam usahatani yaitu :
1. Faktor Iklim
Iklim sangat menentukan komoditas yang akan diusahakan, baik
tanaman maupun ternak. Komoditas yang diusahakan harus cocok dengan
iklim setempat agar produktivitasnya tinggi dan memberikan manfaat yang
lebih baik bagi manusia. Iklim juga berpengaruh pada cara mengusahakan
serta teknologi yang cocok dengan iklim tersebut. Faktor iklim juga dapat
mempengaruhi penggunaan teknologi dalam usahatani. Iklim di Indonesia,
pada musim hujan khususnya memiliki pengaruh pada jenis tanaman yang
9

akan ditanam, teknik bercocok tanam, pola pergiliran tanaman, jenis hama
dan jenis penyakit.
Petani atau produsen akan menghasilkan produktivitas usahatani yang
tinggi apabila mereka dapat mengaloksikan sumberdaya dengan seefisien dan
seefektif mungkin. Faktor produksi usahatani memiliki kemampuan yang
sangat terbatas untuk berproduksi secara berkelanjutan, namun nilai
produktivitas dapat ditingkatkan apabila dengan pengelolaan yang sesuai.
2. Faktor Tanah
Tanah merupakan faktor produksi yang penting karena tanah
merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan ushatani keseluruhannya.
Tanah merupakan faktor produksi yang istimewa karena tanah tidak dapat
diperbanyak dan tidak dapat berubah tempat. Tentu saja faktor tanah tidak
terlepas dari pengaruh alam sekitarnya yaitu sinar matahari, curah hujan,
angin, dan sebagainya.
3. Kemajuan Teknologi Mengatasi Faktor Alam
Dengan kemajuan teknologi dan keuletan, keadaan tanah apapun dapat
diatasi. Beberapa contoh usahatani yang dilakukan dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi yang ditemukan secara umum dapat menyediakan lahan-
lahan yang mempunyai kondisi ekstrim misalnya tanah pasiran, lahan
gembur, dan pantai pasang surut menjadi lahan-lahan pertanian yang subur
untuk digunakan sebagai usahatani. Demikian juga teknologi untuk
menemukan jenis-jenis tanaman dengan karakteristik yang diinginkan yang
dapat ditanam di berbagai jenis tanah atau di berbagai iklim atau kondisi
lingkungan.
c. Tenaga Kerja dalam Usahatani
Menurut Suratiyah (2015), tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu,
terutama bagi usaha tani yang sangat tergantung musim. Kelangkaan tenaga kerja
berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman, produktivitas dan kualitas produk. Tenaga kerja adalah energi yang
dikeluarkan pada suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu produk. Jenis tenaga
kerja dalam usahatani dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: manusia, hewan dan
mesin. Tenaga kerja manusia terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan wanita. Tenaga
10

kerja laki-laki, umumnya dapat mengerjakan seluruh pekerjaan sedangkan tenaga


kerja wanita biasanya hanya membantu pekerjaan laki-laki, pekerjaan yang biasa
dikerjakan oleh tenaga kerja wanita misalnya menanan, menyiang tanaman dan
panen. Tenaga kerja hewan dan mesin digunakan ketika tenaga kerja manusia
tidak dapat melakukannya. Tenaga kerja manusia dapat dibedakan menjadi tenaga
kerja dalam keluarga dan tenaga kerja di luar anggota keluarga. Tenaga kerja di
dalam keluarga adalah tenaga kerja yang masih anggota keluarga, misalnya ayah,
ibu dan anak-anak. Tenaga kerja di dalam keluarga umumnya tidak mendapatkan
upah. Sedangkan tenaga kerja di luar keluarga adalah tenaga kerja yang
mendapatkan upah atas hasil kerjanya. Pembayaran upah tenaga kerja tersebut
dapat harian atau borongan, dapat berbentuk uang ataupun hasil panen (Shinta,
2011).
1. Karakteristik Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda
dengan tenaga kerja dalam usaha bidang lain yang bukan pertanian. Karakteristik
tenaga kerja bidang usahatani. Menurut (Tohir dalam Suratiyah, 2015) adalah
sebagai berikut :
a. Keperluan akan tenaga dalam bidang usahatani tidak kontinu dan tidak
merata.
b. Penyerapan tenaga kerja dalam usahatani sangat berbatas.
c. Tidak mudah distandarkan, dirasionalkan, dan dispesialisasikan.
d. Beraneka ragam coraknya dan kadang kala tidak dapat dipisahkan satu
sama lain.
Karakteristik seperti yang dikemukakan oleh (Tohir dalam Suratiyah, 2015)
akan memerlukan sistem-sistem manejerial tertentu yang harus dipahami sebagai
usaha peningkatan usahatani itu sendiri. Selama ini khususnya di Indonesia,
sistem manajerial usahatani bisanya masih sangat sederhana.
2. Peran Petani
Menurut (Mosher dalam Suratiyah, 2015) petani berperan sebagai manajer,
juru tani dan manusia biasa yang hidup dalam masyarakat. Petani sebagai manajer
akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang harus diputuskan mana yang
harus dipilih untuk diusahakan. Petani harus menentukan jenis tanaman atau
11

ternak yang akan diusahakan, menentukan cara-cara berproduksi, menentukan


cara-cara pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang biaya,
mengusahakan permodalan, dan sebagainya. Untuk itu, diperlukan keterampilan,
pendidikan, dan pengalaman yang akan berpengaruh dalam proses pengambilan
keputusan.
3. Tenaga Kerja Keluarga dan Luar Keluarga
Peranan anggota keluarga yang lain adalah sebagai tenaga kerja di samping
juga tenaga luar yang diupah. Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan
dalam usahatani berbeda-beda, tergantung jenis tanaman yang diusahakan.
Banyak sedikitnya tenaga luar yang dipergunakan tergantung pada dana yang
tersedia untuk membiayai tenaga luar tersebut. Menurut Suratiyah (2015), ada
beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga luar
antara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan
kerja (prestasi kerja).
4. Kebutuhan dan Distribusi Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan cara menghitung setiap
kegiatan masing-masing komoditas yang diusahakan, kemudian dijumlahkan
untuk seluruh usahatani. Kebutuhan tenaga kerja berdasarkan jumlah tenaga kerja
keluarga yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhannya. Berdasarkan
perhitungan maka jika terjadi kekurangan maka untuk memenuhinya dapat berasal
dari tenaga luar keluarganya (Suratiyah, 2015).
2.1.3. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dapat berupa jasa maupun barang (Wanda, 2015).
Biaya adalah total pengeluaran dalam bentuk uang yang digunakan untuk
menghasilkan suatu produk selama satu periode. Nilai biaya berbentuk uang, yang
termasuk dalam biaya adalah sarana produksi yang habis terpakai misalnya bibit,
pupuk dan obat-obatan, lahan serta biaya dari alat-alat produksi (Syafruwadi et al.,
2012).
Biaya produksi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: biaya tetap dan biaya
tidak tetap. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang konstan atau tetap
12

meskipun tingkat kegiatan dalam perusahaan meningkat. Biaya tetap ini dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Commited fixed cost yaitu jenis biaya yang berhubungan dengan investasi,
perlengkapan dan struktur orgasinisasi dalam perusahaan,
2. descretionary fixed cost (biaya tetap diskresi) yaitu biaya yang muncul dari
keputusan tahunan manejemen yang digunakan untuk membelanjakan biaya
tertentu, misalnya biaya iklan dan biaya pengembangan (Rangkuti, 2012).
Sedangkan biaya variabel biaya variabel yaitu biaya yang jumlahnya berubah-
ubah sesuai dengan kegiatan produksi yang dilakukan. Volume kegiatan dengan
jumlah biaya dalam variabel cost mempunyai hubungan yang sejajar, artinya
apabila suatu kegiatan dalam perusahaan meningkat maka biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya apabila kegiatan di
suatu perusahaan menurun maka biaya yang dikeluarkan jumlahnya kecil. Biaya
variabel terbagi menjadi dua, yaitu:
1. enginereed variable cost (biaya variabel yang direncanakan) adalah biaya yang
mempunyai hubungan yang eksplisit, jelas dengan pengukuran yang dipilih.
2. descretionary variabel cost (biaya variabel diskresi) adalah biaya yang berubah
sesuai dengan perubahan volume kegiatan (Rangkuti, 2012). Biaya dalam
usahatani terbagi atas biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai
adalah biaya yang dibayarkan dengan uang secara tunai, seperti biaya pembelian
sarana produksi, pembelian bibit, pembelian pupuk dan obat-obatan. Biaya yang
diperhitungkan adalah biaya yang digunakan untuk menghitungkan berapa
pendapatan yang diperoleh petani serta modal petani yang digunakan, contoh dari
biaya tersebut adalah biaya tenaga kerja, biaya penyusutan alat-alat pertanian dan
biaya sewa lahan (Faisal, 2015).
2.1.4. Penerimaan
Penerimaan dalam usahatani adalah total pamasukan yang diterima oleh
produsen atau petani dari kegiatan produksi yang sudah dilakukan yang telah
menghasilkan uang yang belum dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan
selama produksi (Husni et al. 2014).
Menurut Ambarsari et al. (2014) penerimaan adalah hasil perkalian antara
hasil produksi yang telah dihasilkan selama proses produksi dengan harga jual
13

produk. Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: luas
usahatani, jumlah produksi, jenis dan harga komoditas usahatani yang di
usahakan. Faktor-faktor tersebut berbanding lurus, sehingga apabila salah satu
faktor mengalami kenaikan atau penurunan maka dapat mempengaruhi
penerimaan yang diterima oleh produsen atau petani yang melakukan usahatani.
Semakin besar luas lahan yang dimiliki oleh petani maka hasil produksinya akan
semakin banyak, sehingga penerimaan yang akan diterima oleh produsen atau
petani semakin besar pula (Sundari, 2011).
2.1.5. Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari
pembentukan laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang bingung
mengenai istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan
sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income, maka income dapat
diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan penghasilan
maupun keuntungan. Pendapatan penting bagi setiap orang dalam usaha
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Makin tinggi tingkat pendapatan seseorang
makin banyak pula kebutuhan hidup sehari-hari yang dapat terpenuhi. Oleh karna
itu maka setiap Negara akan berusaha meningkatkan pendapatan masyarakat
karena secara tidak langsung akan mempengaruhi pendapatan nasional (Setiawan,
2012).
Dalam operasi usahatani, petani akan menerima penerimaan dan pendapatan
usahataninya. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan
harga. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.
Dalam menghitung penerimaan perlu diperhatikan keseragaman pemanenan,
frekuensi penjualan dan harga jual serta waktu penerimaan. Pendapatan atau laba
adalah selisih dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya, atau dapat
ditulis sebagai :
Pd = TR – TC
TR = P x Q
TC = FC + VC
14

Keterangan :
Pd : Pendapatan/Laba
TR : Total Penerimaan
TC : Total Biaya
P : Harga
Q : Jumlah Produksi
VC : Biaya Variabel
FC : Biaya Tetap
Secara umum pendapatan diartikan sebagai balas jasa faktor-faktor produksi
kerja, modal dan alam dari kegiatan tertentu dengan cara mengurangi berbagai
biaya yang dikeluarkan dari nilai produksi. Pendapatan juga merupakan hal yang
paling mendasari seseorang melakukan suatu pekerjaan. Hal ini menandakan
bahwa suatu usaha memang layak untuk diperjuangkan dan dipertahankan karena
bisa menghasilkan pendapatan bagi kehidupan pekerjanya. Pendapatan dikatakan
stabil bagi perekonomian seseorang apabila jumlahnya lebih besar dari
pengeluaran harian orang tersebut (Rahim , 2012).
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual produk. begitu juga untuk sistem tanam polikultur atau lebih
dari satu jenis tanaman dalam satu lahan maka penerimaannya yaitu jumlah dari
seluruh penerimaan yang di dapat dari masing masing komoditi yang ditanam.
Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani, biasanya
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost). Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang jumlahnya relatif tetap
dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi
besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang
diperoleh. Contoh biaya tetap antara lain : biaya sewa lahan, pajak, alat pertanian,
penyusutan, iuran irigasi. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang
berubah apabila luas usahanya berubah, biaya ini ada apabila ada sesuatu barang
yang diproduksi. Contoh biaya tidak tetap antara lain : biaya bibit, pupuk,
pestisida dan upah tenaga kerja. Jumlah dari kedua biaya tersebut dikenal dengan
biaya total (Total Cost) (Soekartawi, 1995 dalam Subarno, 2021).
15

2.1.6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendapatan Petani


Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani berdasarkan penelitian
terdahulu adalah sebagai berikut :
1. Luas lahan
Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani
misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien
dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak
efisien usaha tani dilakukan. Kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan tertib
dan administrasi yang baik serta teknologi yang tepat (Juanda, 2018).
2. Harga jual
Harga jual merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dalam
mempengaruhi besar kecilnya pendapatan petani. Menurut (Kotler dalam
Simamora, 2001) menyatakan harga adalah nilai yang dipertukarkan konsumen
untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian, penggunaan dan kepemilikan barang
atau jasa. Harga tidak selalu berbentuk uang, akan tetapi harga juga dapat
berbentuk barang, tenaga dan waktu (Juanda, 2018).
3. Produksi
Produksi adalah kegiatan pemanfaatan atau pengalokasian faktor produksi
dengan tujuan menambah kegunaan atau menghasilkan barang dan atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Kegunaan atau faedah (utility) suatu barang dan
atau jasa adalah kemampuan barang dan jasa untuk dapat memenuhi kebutuhan
manusia (Karmini, 2018).
Berdasarkan pengertian produksi tersebut, terdapat dua konsep mengenai
kegiatan produksi antara lain: 1. Kegiatan menghasilkan barang dan jasa:
pengertian produksi dalam arti menghasilkan barang dan jasa adalah
menghasilkan barang ataupun jasa yang belum ada sehingga bertambah
jumlahnya atau dapat dengan memperbesar ukurannya. Contohnya adalah usaha
pertanian, peternakan dan perikanan. 2. Kegiatan menambah nilai guna barang
dan jasa: pengertian kegiatan produksi dalam arti menambah nilai guna barang
dan jasa adalah kegiatan yang dilakukan guna menambah nilai guna barang dan
16

jasa menjadi lebih tinggi. Contohnya adalah minyak makan yang di buat dari
kelapa sawit dan lain-lain sebagainya (Munthe, 2018).
Menurut Sujarweni (2015) biaya mempunyai dua pengertian yaitu
pengertian secara luas dan secara sempit. Biaya dalam arti luas adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang dalam usahanya
untuk mendapatkan sesuatu demi mencapai tujuan tertentu baik yang sudah terjadi
dan belum terjadi/direncanakan. Biaya dalam arti sempit adalah pengorbanan
sumber ekonomi dalam satuan uang untuk memperoleh aktiva.
Biaya produksi dapat dibedakan menjadi biaya tetap (FC) dan biaya variabel
(VC), biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi
seperti biaya sewa lahan/gedung, biaya penyusutan alat pertanian, biaya pajak.
Biaya variabel yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi
seperti biaya pupuk, benih//bibit, upah tenaga kerja dan biaya pestisida.
4. Jumlah Tanaman
Jumlah tanaman menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan
petani dalam berusahtani semakin banyak tanaman yang ditanama dalam luasan
lahan maka semakin tinggi tingkat produksi yang dihasilkan tanaman tersebut.
Bibit juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan petani
dalam berusahatani semakin baik kualitas bibit maka semakin tinggi produksi
usahatani tersebut. Bibit unggul menjadi salah satu faktor penting dalam produksi
usahatani karena penggunaan bibit unggul bermutu dapat menaikkan daya hasil
sebesar 15% dibandingkan dengan penggunaan bibit yang tidak bermutu. Semakin
unggul bibit yang digunakan dalam usahatani, maka akan semakin tinggi pula
tingkat produksi yang akan diperoleh (Notarianto, 2011).
5. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan subsistem usahatani yang apabila faktor tenaga
kerja ini tidak ada maka usahatani tidak akan berjalan. Besar kecilnya peranan
tenaga kerja terhadap hasil usahatani dipengaruhi oleh keterampilan kerja yang
tercermin dari tingkat produktivitasnya. Jenis tenaga kerja dalam usahatani dibagi
atas tenaga kerja manusia, tenaga ternak dan tenaga mesin. Berikut merupakan
kegiatan yang membutuhkan tenaga kerja manusia di dalam usahatani, meliputi:
17

1. Pengolahan lahan
2. Pengadaan saprodi
3. Penanaman
4. Persemaian
5. Peliharaan
6. Panen
7. Pengangkutan hasil
8. Penjualan hasil
Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung
maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Dalam faktor produksi
tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh
tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan
kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifatnya (Saeri, 2018).
Tenaga kerja manusia dapat dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga
dan tenaga kerja di luar anggota keluarga. Tenaga kerja di dalam keluarga adalah
tenaga kerja yang masih anggota keluarga, misalnya ayah, ibu dan anak-anak.
Tenaga kerja di dalam keluarga umumnya tidak mendapatkan upah. Sedangkan
tenaga kerja di luar keluarga adalah tenaga kerja yang mendapatkan upah atas
hasil kerjanya. Pembayaran upah tenaga kerja tersebut dapat harian atau
borongan, dapat berbentuk uang ataupun hasil panen (Shinta, 2011).
6. Pengalaman Usahatani
Pengalaman usahatani adalah proses belajar dalam penerapan teknologi
yang dikembangkan. Pengalaman usahatani yang tidak mencerminkan responden
mnerapkan teknologi melainkan hanya mengandalkan pengalaman turun temurun.
Menurut Soekartawi (2003) pengalaman seseorang dalam berusahatani
berpengaruh dalam menerima iniovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani
akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru.
Menurut Shinta (2011) dalam Saeri (2018), pengelolaan usahatani adalah
kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan,
mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dikuasai/dimiliknya
sehingga mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan. Modernisasi dan
restrukturisasi produksi tanaman pangan yang berwawasan agribisnis dan
18

berorientasi pasar memerlukan kemampuan manajemen usaha yang profesional.


Oleh sebab itu, kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu didorong
dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi, pemanfaatan potensi
pasar, serta pemupukan modal/investasi. Menurut Dewi (2017) petani yang sudah
lama bertani akan mudah menerapkan teknologi dari pada petani pemula, karena
pengalaman yang lebih banyak menyebabkan petani mudah mengambil
keputusan. Semakin lama pengalaman bertani yang dimiliki oleh petani maka
cenderung memiliki keterampilan tertinggi.
7. Tingkat Pendidikan
Menurut Muttakin (2014), pendidikan merupakan salah satu syarat
memperlancar dalam pembangunan pertanian, keterbatasan pendidikan yang
dimiliki seseorang dapat menjadi kendala pembangunan yaitu terdapat cara
berpikir serta mengambil keputusan petani yang berpendidikan tinggi akan lebih
rasional dalam berpikir dibandingkan dengan petani yang berpendidikan rendah.
8. Keanggotaan Kelompok Tani
Keberadaan organisasi petani merupakan komponen penting dalam
pembangunan pertanian. Petani yang berada dalam organisasi formal memiliki
posisi sebagai subyek sekaligus obyek pembangunan. Petani dapat berperan turut
meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan kesejahteraan petani, memerangi
kemiskinan, memperbaiki degradasi sumber daya alam, meningkatkan
keterlibatan perempuan, serta juga kesehatan, pendidikan, dan sosial politik
(Syahyuti et al., 2014).
Pembangunan kelembagaan petani sebagai upaya peningkatan pengelolaan
suberdaya pertanian perlu dilandasi pemikiran bahwa :
a. Proses pertanian memerlukan sumberdaya manusia tangguh yang didukung
infrastruktur, peralatan, kredit, dan sebagainya
b. Pembangunan kelembagaan petani lebih rumit daripada manajemen
sumberdaya alam karena memerlukan faktor pendukung dan unit-unit produksi.
c. Kegiatan pertanian mencakup tiga rangkaian: penyiapan input, mengubah input
menjadi produk dengan usaha tenaga kerja dan manajemen, dan menempatkan
output menjadi berharga.
19

d. Kegiatan pertanian memerlukan dukungan dalam bentuk kebijakan dan


kelembagaan dari pusat hingga lokal.
e. Kompleksitas pertanian, yang meliputi unit-unit usaha dan kelembagaan, sulit
mencapai kondisi optimal (Anantanyu, 2011).
Kelompok tani dibentuk bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang
tidak bisa diatasi oleh petani secara individu. Kelompok tani dapat dibentuk
secara swadaya maupun atas dasar kepentingan kebijakan dari pemerintah.
Pembentukan kelompok tani merupakan proses perwujudan pertanian yang
terkonsolidasi (consolidated agriculture), sehingga bisa berproduksi secara
optimal dan efisien. Pertanian yang terkonsolidasi dalam kelompok tani
memungkinkan pengadaan sarana produksi dan penjualan hasil bisa dilakukan
secara bersama. Dengan demikian, volume sarana produksi yang dibeli dan
volume hasil yang dijual menjadi lebih besar, sehingga biaya pengadaan per
satuan sarana dan pemasaran per satuan hasil menjadi lebih rendah (Nuryanti &
Swastika, 2011).
Kelompok tani adalah kelembagaan petanian atau peternak yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi
dan sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggotanya serta ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani yang saling
mengenal, akrab, saling percaya, mempunyai kepentingan dalam berusahatani,
kesamaan baik dalam hal tradisi, pemukiman, maupun hamparan lahan usahatani
(Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012).
Kelompok tani akan membantu petani yang tergabung dalam keanggotaan
untuk memfasilitasi segala kebutuhan mulai dari pembelian sarana produksi
sampai penanganan pascapanen dan pemasarannya. Kelompok tani mempunyai
tiga fungsi utama yaitu unit belajar, unit kerja sama dan unit produksi (Hariadi,
2011).
20

2.2. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu merupakan referensi bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Dalam penelitan tersebut
terdapat kesamaan variabel dependen yang sejenis. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:
Tabel 3. Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian
Nama : Ajang Juanda (2018)  Metode pengambilan sampel : Hasil penelitian :
1. Judul penelitian : Teknik pengambilan sampel responden 1. Hasil menunjukkan bahwa variabel
Analisis Faktor-Faktor yang dilakukan dengan teknik simple random biaya produksi, harga jual dan luas
Mempengaruhi Pendapatan Petani Kelapa sampling. lahanberpengaruh secara signifikan
Sawit di Desa Karossa Kecamatan  Metode pengumpulan data : terhadap variabel pendapatan petani
Karossa Kabupaten Mamuju Tengah Penelitian ini menggunakan teknik kelapa sawit(melalui uji F).
Sulawesi Barat observasi, kuesioner, wawancara serta 2. Dan dari hasil uji parsial (uji
Tujuan penelitian : dokumentasi. t)menunjukan bahwa variable biaya
Untuk mengetahui Analisis Faktor-Faktor  Metode analisis data : produksi, harga jual dan luas lahan
Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Uji kualitas data menggunakan uji berpengaruh secara signifikan
Kelapa Sawit Di Desa Karossa validitas dan reliabilitas. Metode terhadap variabel pendapatan petani
KecamatanKarossa Kabupaten Mamuju analisis yang digunakan adalah analisis kelapa sawit sehingga hipotesis pada
Tengah. regresi berganda, uji F ( Uji simultan), penelitiaan ini dapat diterima
uji t (uji parsial), dan uji koefisien
determinasi.
21

No Nama dan Judul Penelitian Metode Analsis Data Hasil penelitian


Nama : Navan Pangidoan dan Devi Hasil dari analisis regresi berganda
2. Andriyani (2021)  Metode analisis data dalam menunjukkan bahwa
Judul : Faktor-Faktor yang penelitian ini yaitu menggunakan 1. Pengalam berpengaruh positif
Mempengaruhi Pendapatan Kelapa Sawit metode analisis regresi linear terhadap pendapatan petani kelapa
(Studi Kasus di Kabupaten Pasaman berganda. sawit.
Barat Kecamatan Ranah Batahan)  Metode pengumpulan data yaitu 2. Usia kerja berpengaruh positif
Tujuan : wawancara, dan kuesioner. terhadap pendapatan petani kelapa
1. Untuk mengetahui pengaruh  Sampel dalam penelitian ini yaitu 98 sawit.
pengalaman kerja terhadap pendapatan orang. 3. Waktu kerja berpengaruh positif
petani kelapa sawit  Variabel dalam penelitian ini yaitu terhadap pendapatan petani kelapa
2. Untuk mengetahui pengaruh usia kerja usia kerja, pengalaman kerja, waktu sawit.
terhadap pendapatan petani kelapa kerja dan produksi. 4. Produksi berpengaruh positif
sawit terhadap pendapatan petani kelapa
3. Untuk mengetahui pengaruh waktu sawit.
kerja terhadap pendapatan petani kelapa
sawit
4. Untuk mengetahui pengaruh produksi
terhadap pendapatan petani kelapa
sawit
22

No Nama dan Judul Peneltian Metode Analisis Data Hasil Penelitian


Nama : Novita Aswan dan Yulia Windi Data penelitian ini diperoleh melalui Hasil analisis data penelitian ini
3. Tanjung (2021)  Wawancara, pengisian angket dan 1. Hasil memperlihatkan bahwa
Judul Penelitian : Analisis Faktor-Faktor study pustaka. variabel-variabel (factor-faktor) pada
Pendapatan Petani Kelapa Sawit (Studi  Sampel pada penelitian ini sebanyak penelitian ini memberikan pengaruh
Kasus : Desa Terapung Raya Muara 20 orang responden dari petani secara signifikan terhadap pendapatan
Batang Toru). kelapa sawit yang ditentukan petani kelapa sawit dengan tingkat
Tujuan Penelitian : Melihat tingkat berdasarkan purposive sampling signifikansi sebesar 0,033 yang lebih
signifikansi pengaruh faktor-faktor dengan kategori luas lahan 2 Ha atau kecil dari 0,050.
terhadap pendapatan petani di Desa lebih. 2. Hasil menunjukkan faktor-faktor
Terapung Raya.  Adapun variable yang dilihat pada tersebut memberikan pengaruh
penelitian ini adalah jumlah poduksi signifikan terhadap pendapatan petani
kelapa sawit, luas lahan, umur kelapa sawit.
tanaman kelapa sawit, biaya
pemeliharaan kelapa sawit dan harga
jual kelapa sawit.

No Nama dan Judul Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian


Nama : Siti Aminah (2019) Metode analisis data pada penelitian ini
4. Judul Penelitian : Analisis Faktor-Faktor  Data dalam penelitian ini Hasil dari penelitian ini
yang Mempengaruhi Pendapatan Petani menggunakan metode ekonometrika 1. Hasil menunjukkan bahwa modal
Sawit di Desa Sei Musam Kabupaten dengan analisis regresi berganda dalam usahatani tidak
Langkat. untuk menguji dan menganalisis berpengaruh terhadap pendapatan
pengaruh variabel-variabel bebas petani sawit Sedangkan variabel luas
terhadap variabel terikat. lahan dan variabel harga berpengaruh.
23

No Nama Dan Judul Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian


Tujuan Penelitian : .
4. 1. Untuk mengetahui bagaimana  Metode pengambilan data dalam 2. Hasil uji koefisien determinasi
pendapatan petani sawit di Desa Sei penelitian ini yaitu dengan metode (R2) menunjukkan bahwa variabel
Musam Kabupaten Langkat. wawancara, kuesioner dan studi
pendapatan petani sawit sebagai
2. Untuk mengetahui pengaruh modal, pustaka.
luas lahan dan harga terhadap  Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel dependen mampu
pendapatan petani sawit di Desa Sei modal, luas lahan dan biaya pupuk. menjelaskan oleh variabel-variabel
Musam Kabupaten Langkat.  Sampel dalam penelitian ini yaitu independen yaitu modal, luas lahan
100 petani kelapa sawit. dan harga sebesar 17% sedangkan
sisanya 83% dijelaskan oleh faktor-
faktor lain yang tidak diteliti oleh
penelitian ini.

No Nama dan Judul Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian


Nama : Wulandari Munthe (2018) Metode analisis data pada penelitian ini Hasil pada penelitian ini menunjukkan
5. Judul : Analisis Faktor-Faktor yang  Analisis Jalur (Analisis path) 1. Luas lahan, tenaga kerja dan biaya
Mempengaruhi Pendapatan Petani Kelapa menguraikan besaran pengaruh pupuk menunjukan berpengaruh
Sawit di Kecamatan Aek Natas variabel bebas terhadap variabel signifikan terhadap produksi kelapa
Kabupaten Labuhan Batu Utara terikat secara tidak langsung sawit.
menggunakan regresi berganda.
24

No Nama dan Judul Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian


Tujuan :  Metode pengumpulan data dalam Hasil pada penelitian menunjukkan
5. 1. Untuk mengetahui pengaruh luas penelitian ini dengan metode 2. Luas lahan dan biaya
lahan, tenaga kerja dan biaya pupuk wawancara, kuesioner dan studi pupukberpengaruh signifikan
terhadap produksi kelapa sawit di pustaka. terhadap pendapatan petani kelapa
Kecamatan Aek Natas  Variabel dalam penelitian ini yaitu sawit sedangkan tenaga kerja
2. Untuk mengetahui pengaruh luas luas lahan, tenaga kerja dan biaya berpengaruh negatif terhadap
lahan, tenaga kerja dan biaya pupuk pupuk. pendapatan petani.
terhadap pendapatan petani kelapa  Sampel dalam penelitian ini yaitu 60 3. Luas lahan, tenaga kerja dan biaya
sawit di Kecamatan Aek Natas petani kelapa sawit. pupuk secara tidak
3. Untuk mengetahui pengaruh tidak langsung berpengaruh terhadap
langsung luas lahan, tenaga kerja dan pendapatan melalui produksi kelapa
biaya pupuk terhadap pendapatan sawit dengan variabel intervening.
petani melalui produksi kelapa sawit
petani di Kecamatan Aek Natas
25

2.3. Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Faktor-faktor yang Petani Kelapa Sawit di


mempengaruhi pendapatan Desa Malik
petani kelapa sawit menurut
penelitian terdahulu
1. Luas lahan Usahatani kelapa
2. Harga jual sawit
3. Produksi
4. Jumlah Tanaman
5. Tenaga kerja
Hasil Produksi
6. Pengalaman usahatani
7. Tingkat pendidikan
8. Keanggotaan kelompok tani
Penerimaan

Biaya Produksi

Pendapatan

Keterangan :
: Melakukan : Menghasilkan
: Mempengaruhi
Gambar 1. Skema Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendapatan Petani Kelapa
Sawit di Desa Malik Kecamatan Payung

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat dijelaskan bahwa petani


kelapa sawit di Desa Malik melakukan kegiatan usahatani kelapa sawit dari
kegiatan usahatani tersebut memproduksi tandan buah segar. Dari kegiatan
tersebut diperoleh pendapatan. Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan
petani adalah luas lahan, harga jual, produksi, bibit, tenaga kerja, lama
berusahatani, pengalaman usahatani, tingkat pendidikan dan keanggotaan
kelompok tani.

.
26

2.4. Definisi Operasional


Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Petani kelapa sawit adalah orang yang melakukan kegiatan usahatani
kelapa sawit di Desa Malik.
2. Usahatani kelapa sawit adalah usaha perkebunan rakyat yang dilakukan
oleh responden di Desa Malik.
3. Responden dalam penelitian merupakan orang yang melakukan
usahatani kelapa sawit di Desa Malik.
4. Tandan buah segar adalah buah sawit dalam bentuk brondolan satu
tandan (Kg).
5. Modal merupakan biaya awal yang dikeluarkan responden dalam
usahatani kelapa sawit di Desa Malik (Rp/ha/th)
6. Total biaya merupakan semua biaya yang di keluarkan petani kelapa
sawit untuk menjalankan usahataninya (Kg/ha/th).
7. Hasil produksi adalah produk yang diperoleh petani kelapa sawit dalam
bentuk tandan buah segar (Rp/Ha/th).
8. Penerimaan merupakan hasil perkalian jumlah produksi kelapa sawit
dengan harga jual kelapa sawit pada tahun 2022 (Rp/ha/bulan).
9. Pendapatan merupakan nilai yang diterima petani kelapa sawit real
selama 3 bulan terakhir di tahun 2022 (Rp/ha/bulan).
10. Biaya produksi adalah akumulasi pengeluaran yang diperlukan oleh
petani untuk menjalankan usahatani kelapa sawit hingga menghasilkan
produksi kelapa sawit (Rp/ha/bulan)
11. Luas lahan merupakan luas areal yang ditanam kelapa sawit (Ha).
12. Harga jual merupakan besaran harga yang diterima petani kelapa kelapa
sawit (Rp/Kg).
13. Jumlah tanaman merupakan banyaknya tanaman kelapa sawit yang
ditanam petani kelapa sawit di Desa Malik (Batang).
14. Tenaga kerja merupakan orang yang bekerja di perkebunan kelapa
sawit (Orang).
27

15. Pengalaman usahatani merupakan proses belajar yang dapat


mempermudah dalam penerapan teknologi yang dikembangkan
(Tahun).
16. Tingkat pendidikan merupakan kondisi jenjang pendidikan yang
ditempuh petani kelapa sawit di Desa Malik (Tahun).
17. Keanggotaan kelompok tani merupakan keterkaitan dan tergabungnya
petani kelapa sawit di Desa Malik.
2.5. Hipotesis
Menurut Dantes (2012) hipotesis merupakan praduga atau asumsi yang
harus diuji melalui data atau fakta yang diperoleh dengan melalui penelitian.
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan
maka peneliti menetapkan hipotesis statistik dalam penelitian ini yaitu
1. Diduga variabel independen (luas lahan, harga jual, produksi, jumlah tanaman,
tenaga kerja, pengalaman usahatani, tingkat pendidikan dan keanggotaan
kelompok tani) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
(pendapatan).
2. Diduga variabel independen (luas lahan, harga jual, produksi, jumlah tanaman,
tenaga kerja, pengalaman usahatani, tingkat pendidikan dan keanggotaan
kelompok tani) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
(pendapatan).
28

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Malik Kecamatan Payung
Kabupaten Bangka Selatan. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive
sampling) dengan mempertimbangkan bahwa Desa Malik adalah salah satu Desa
yang memproduksi kelapa sawit. Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan
Januari 2022 mulai dari tahap persiapan hingga penyelesaian laporan akhir.
3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei. Menurut Sugiyono (2018) metode survei adalah metode penelitian
kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa
lampau atau saat ini, tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku
hubungan variabel dan untuk menguji beberapa hipotesis tentang variabel yang
diteliti dari sampel yang diambil dari populasi tertentu , teknik pengumpulan data
dengan pengamatan (wawancara atau kuesioner) yang tidak mendalam, dan hasil
penelitian cendrung untuk di generasikan.
3.3. Metode Penarikan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu petani kelapa sawit yang berada di Desa
Malik sebanyak 374 orang, dimana dalam penentuan sampel diambil petani yang
mempunyai usahatani kelapa sawit yang sudah berproduksi. Dalam penelitian ini
menggunakan penentuan ukuran sampel penelitian menurut (Gay & Diel, 1992),
apabila penelitian yang sedang dikerjakan merupakan penelitian deskriptif, maka
ukuran sampel sekurang-kurangnya adalah sebesar 10% dari total populasi.
Jumlah sampel dalam penelitian ini 10 persen dari 374 sebanyak 37 orang.
Menurut Baley dalam Mahmud (2011) untuk penelitian yang menggunakan
analisis data statistik ukuran sampel paling minimum yaitu 30 sampel.
29

3.4. Metode Pengumpulan Data


3.4.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder.
1. Data primer
Menurut Sugiyono (2018) data primer yaitu sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data primer dalam penelitian ini yaitu
data petani kelapa sawit berupa data identitas petani, data usahatani petani kelapa
sawit dan data pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik Kecamatan Payung
Kabupaten Bangka Selatan.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2012) data sekunder adalah sumber data yang diperoleh
dari membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang bersumber
dari literatur, buku-buku, serta dokumen. Data sekunder yang dikumpulkan antara
lain gambaran umum daerah penelitian, data demografi, data luas areal dan
produksi petani kelapa sawit. Data sekunder diperolah dari instansi terkait, seperti
Badan Pusat Statistik, Profil Desa , Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa,
serta media internet yang sesuai dengan penelitian.

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sebagai berikut :


1. Wawancara
Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data dan
informasi secara langsung melalui kegiatan tanya jawab antara peneliti
(pewawancara) dengan yang diteliti (responden) menggunakan panduan
wawancara atau kuesioner dengan tujuan memperoleh informasi dengan sebenar-
benarnya (Edi, 2016).
Teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara secara
langsung dengan responden penelitian di Desa Malik Kecamatan Payung
Kabupaten Bangka Selatan.
30

2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan tertulis kepada responden dengan harapan
responden memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Sugiyono, 2014).
Dalam penelitian ini menggunakan angket kuesioner terbuka. Kuesioner
terbuka merupakan sejumlah pertanyaan yang disusun sedemikian rupa sehingga
responden dapat memberikan respon sesuai dengan kehendak, keadaanya, maupun
pendapatnya (Purwanto, 2011).
3.5. Metode Analisis Data
Metode analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Data
yang telah diolah kemudian dianalisis berdasarkan tujuan penelitian. Pengolahan
data pada penelitian ini menggunakan program microsoft excel dan program SPSS
19 (Statistik poduct and Service Solution).
Tabel 4. Rincian Tujuan dan Metode Analisis Data
No Tujuan Penelitian Jenis Data Metode Analisis
1 Menghitung besar pendapatan Primer Deskriptif
petani kelapa sawit di Desa Malik Kuantitatif
2 Mendeskripsikan faktor-faktor Primer dan Regresi Linear
yang memengaruhi pendapatan Sekunder Berganda
petani kelapa sawit di Desa Malik
Tujuan penelitian yang pertama yaitu untuk menghitung berapa besar
pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik dengan metode analisis data secara
deskriptif kuantitatif dengan perhitungan matematika sederhana untuk
menghitung pendapatan.
Pd = TR – TC
TR =P×Q
TC = FC + VC
Keterangan :
Pd = Pendapatan petani kelapa sawit P = Harga
3 bulan terakhir pada tahun 2022. Q = Jumlah Produksi
TR = Total Penerimaan FC = Biaya Tetap
TC = Total Biaya VC = Biaya Variabel
31

Tujuan penelitian yang kedua yaitu untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa


saja yang memengaruhi pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik, untuk
menjawab tujuan kedua menggunakan analisis regresi linier berganda karena
variabel yang diteliti melebihi satu variabel. Menurut Janie (2012) regresi linear
berganda dimaksudkan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel
independen terhadap satu variabel dependen. Model ini mengasumsikan adanya
hubungan satu garis lurus/linier antara variabel dependen dengan masing-masing
prediktornya. Untuk menganalisis variabel-variabel tersebut menggunakan
persamaan sebagai berikut :

Keterangan :
Y : Pendapatan (variabel dependen)
α : Konstanta
β : Koefisien regresi variabel independen
X1 : Luas Lahan (Ha)
X2 : Harga Jual (Rp/Kg)
X3 : Produksi (Ton)
X4 : Jumlah Tanaman (Batang)
X5 : Tenaga Kerja (Orang)
X6 : Pengalaman Usahatani (Tahun)
X7 : Tingkat Pendidikan (Tahun)
X8 : Keanggotaan Kelompok Tani (Variabel Dummy)
: Error, Variabel Gangguan
A. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan agar model regresi tidak terdapat masalah
multikolinieritas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan data terdestribusi normal.
Jika asumsi klasik terpenuhi maka akan menghasilkan estimnator yang sesuai Best
Linear Unbiased Estimator (BLUE), yang artinya model regresi dapat digunakan
sebagai alat estimasi penelitian.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam metode regresi
variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai hubungan yang
32

normal (Ghozali, 2016). Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui
normal atau tidaknya suatu data. Uji normalitas menjadi hal penting karena salah
satu syarat pengujian parametric-test (uji parmetrik) adalah data harus terdistibusi
normal. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
Angka signifikansi (Sig) > 0,05 menunjukan data terdistribusi normal.
Angka signifikansi (Sig) < 0,05 menunjukan data tidak terdistribusi normal
(Haryandi dan Winda, 2011)
2. Uji Multikolenieritas
Tujuan dari uji multikolinieritas adalah untuk mengetahui apakah hubungan
antara variabel bebas memiliki masalah multikolinieritas (gejala multikolinieritas)
atau tidak. Multikorelasi adalah korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah
yang terjadi pada hubungan diantara variabel bebas. Kriteria pengujian pengujian
adalah sebagai berikut :
Nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka tidak terjadi gejala
multikolinieritas
Nilai VIF (Variance Inflation Factor) > 10, maka terjadi gejala multikolinieritas
(Haryandi dan Winda, 2011).
Menurut Santoso (2012), rumus yang digunakan untuk mengetahui apakah
nilai VIF terdapat gejala atau tidak yaitu sebagai berikut

VIF = atau Tolerance =

3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas merupakan uji untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi dalam penelitian terjadi ketidaksamaan varian dari residual
yang diamati. Beberapa cara untuk melihat indikasi heteroskedastisitas, yaitu:
dengan melihat scatterplot serta dapat menggunakan uji gletsjer, uji park, dan uji
white (Haryadi & Winda, 2011).
4. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2016) uji autokorelasi adalah uji yang tujuannnya untuk
mengetahui apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
33

autokorelasi dengan menggunakan model Durbin Watson. Uji autokorelasi dapat


dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin Watson melalui perbandingan
du < d < 4 – du.
Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan uji Durbin-Watson
dengan keputusan sebagai berikut
 Jika (D-W) < di, maka h0 ditolak
 Jika (D-W) > du, maka h0 di terima
 Jika dt < (D-W) < du, maka tidak dapat diambil kesimpulan.
Uji dilakukan dengan menggunakan rumus uji Durbin-Watson, dengan rumus :

D–W = ∑

B. Uji Koefisien Determinasi (r2)


Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar
penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel
independen yang di masukkan kedalam model. Nilai koefisien determinasi yaitu
antar 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai r2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai
yang mendekati 1 (satu) berarti variabel – variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
(Ghozali, 2016).
Besarnya koefisien determinasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut : Kd = r2 × 100%
Dimana
Kd = Koefisien determinasi
r2 = Koefisien korelasi
Kriteria untuk analisis koefisiensi determinasi adalah :
 Jika Kd mendekati nol (0), maka pengaruh variabel independent terhadap
variabel devendent lemah.
 Jika Kd mendeteksi satu (1), maka pengaruh variabel independent terhadap
variabel devendent kuat.
34

C. Uji Signifikan Parsial (Uji T)


Uji t atau test of significance digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan
membandingkan antara t hitung dengan t tabel. Nilai t hitung ditentukan dengan tidak
memperhatikan nilai positif atau negatif dari nilai t hitung tersebut karena nilai t
hitung adalah nilai mutlak | t |. Untuk mengetahui pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
t tabel = t ( ⁄ ; n-k-1)
Dimana
t = Distribusi t
n = Jumlah data
k = Jumlah variabel
α = 0,05
Uji t dilakukan dengan menganalisa hasil dari tabel coefficients. Syaratnya,
jika nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,05 maka hipotesis ditolak, apabila
nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 maka hipotesis diterima, yang artinya
masing-masing variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen
(Ghozali, 2016).
D. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji F digunakan mengetahui apakah variabel-variabel independen secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Menurut Sugiyono (2014), rumus yang digunakan untuk menguji pengaruh
semua variabel adalah sebagai berikut

F= ( )

Dimana
r2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel independent
n = Jumlah anggota data atau kasus
Uji signifikan F dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05
dengan kriteria penolakan atau penerimaan hipotesis sebagai berikut :
35

a. Jika nilai signifikansi < 0,05 berarti semua variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai signifikansi > 0,05 berarti semua variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Siregar, 2016).
36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Gambaran umum lokasi penelitian meliputi letak geografis dan batas
wilayah, kependudukan, sarana dan prasarana di Desa Malik Kecamatan Payung
Kabupaten Bangka Selatan yang dijelaskan sebagai berikut.
4.1.1. Geografis Desa Malik Kecamatan Payung
Berdasarkan letak geografisnya, wilayah Kabupaten Bangka Selatan
berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten lainnya yaitu dengan wilayah
Kabupaten Bangka Tengah. Kabupaten Bangka Selatan terdapat 8 kecamatan
yaitu kecamatan Kepulauan Pongok, Lepar Pongok, Air Gegas, Tukak Sadai,
Toboali, Simpang Rimba dan Payung (BPS, 2021). Kecamatan Payung memiliki
9 desa/kelurahan salah satunya adalah Desa Malik. Desa Malik merupakan salah
satu desa yang berada di sebelah utara Kecamatan Payung dan ibu kota Kabupaten
Bangka Selatan dengan batas-batas wilayah administrasi yang dijelaskan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Wilayah Administrasi Desa Malik Tahun 2021
No Bagian Perbatasan
1. Sebelah Utara Desa Kemingking Kabupaten Bangka Tengah
2. Sebelah Timur Desa Guntung Kabupaten Bangka Tengah
3. Sebelah Selatan Desa Pangkal Buluh Kabupaten Bangka Selatan
4. Sebelah Barat Desa Bangka Kota Kabupaten Bangka Selatan
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021).
Tata letak yang dimiliki oleh Desa Malik cukup strategis karena cukup
dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan Payung hal ini dapat mempermudah
petani dalam memperoleh sarana dan prasaranan pertanian seperti membeli pupuk
dan pestisida serta alat-alat pertanian ditoko yang ada di Ibu Kota Kecamatan.
Akan tetapi untuk menempuh ibu kota Kabupaten Bangka Selatan dengan jarak
103 Km dari desa membutuhkan waktu cukup lama, akan tetapi jika kearah ibu
kota Provinsi cukup dengan waktu satu jam. Letak orbitasi atau tataletak Desa
Malik dapat dilihat pada Tabel 6.
37

Tabel 6. Letak Orbitasi Desa Malik Tahun 2021


No Keterangan Jarak Tempuh
1. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 12 Km
2. Jarak dari pusat pemerintahan kota kabupaten 113 Km
3. Jarak dari pusat pemerintahan provinsi 60 Km
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021).
Desa Malik dengan memiliki potensi keunggulan terbesar dari perkebunan
dengan luas lahan perkebunan 2200 Ha dari luas total 5276,2 Ha. Pembagian
wilayah Desa Malik dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Persentase Penggunaan Lahan Desa Malik Tahun 2021
No Penggunaan lahan Luas lahan (ha) Persentase (%)
1 Lahan Sawah 58 1,09
2 Pemukiman 10 0,18
3 Ladang 700 13,26
4 Pekarangan 4 0,07
5 Tanah rawa 120 2,27
6 Lahan gambut 250 4,73
7 Perkebunan 2200 41,7
8 Fasilitas umum 75,2 1,42
9 Hutan 1859 35,23
Jumlah 5.276,2 100
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021).
Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa persentase penggunaan lahan
daerah terbesar yaitu penggunaan daerah sebagai lahan perkebunan sebesar
41,69% atau dengan luas 2200 Ha yang kemudian lahan hutan dan ladang adalah
persentase penggunaan luas daerah terbesar setelah lahan perkebunan. Oleh
karena itu, penggunaan luas lahan perkebunan merupakan setengah dari luas
daerah Desa Malik, dimana lahan hal ini relevan dengan jumlah luas lahan yang
digunakan untuk perkebunan dengan mata pencaharian masyarakat sebagai petani.
Desa Malik memiliki bentang wilayah dataran dan memiliki iklim tropis
yang terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Suhu udara
rata-rata di Desa Malik sekitar 260C sampai 27,30C sedangkan tingkat curah hujan
rata-rata dalam satu bulan yaitu sekitar 260 sampai dengan 300 Mm/bulan.
Tingkat kelembaban udara di Desa Malik sekitar 77,4 persen sampai dengan 87,3
persen.
38

4.1.2. Jumlah Penduduk, Usia Penduduk dan Mata Pencaharian


Desa Malik terdapat 2 dusun dan membawahi 10 Rukun Tetangga (RT)
dengan jumlah penduduk ditahun 2021 sebanyak 1.314 jiwa dengan jumlah laki-
laki sebanyak 660 jiwa dan 654 jiwa perempuan. Selain itu Desa Malik juga
merupakan daerah tranmigrasi dimana masyarakatnya berasal dari berbagai suku
seperti Jawa, Sunda, Bugis, Batak dan asli Melayu dengan mata pencaharian
beragam. Jumlah penduduk Desa Malik dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Penduduk Desa Malik Tahun 2021
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Laki-laki 660 50,2
2. Perempuan 654 49,8
Jumlah 1.314 100
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021).
Berdasarkan Tabel 8, bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
dibandingkan penduduk perempuan. Dalam kegiatan usahatani perkebunan kelapa
sawit tenaga laki-laki sangat dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
yang berat seperti pengolahan lahan, pembasmian hama, pemanenan, kegiatan
pemupukan dan lainnya. Menurut Yulia et. al (2019), tenaga kerja laki-laki lebih
banyak dibutuhkan dalam kegiatan usahatani karena kemampuan fisiknya lebih
kuat dibandingkan dengan tenaga perempuan.
Tabel 9. Usia Penduduk Desa Malik Pada Tahun 2021
No Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 1-20 376 28,7
2. 21-40 511 38,9
3. 41-60 319 24,2
4. 61-80 108 8,2
Jumlah 1.314 100
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021).
Pada Tabel 9, tingkat usia penduduk Desa Malik yang paling tinggi yaitu
berada pada usia 21-40 tahun sebesar 511 jiwa dari 1.314 jiwa jumlah penduduk
di Desa Malik dengan persentase sebesar 38,9 persen dimana usia tersebut masih
tergolong dalam usia tenaga kerja yang produktif, dimana usia produktif yang
dimaksud yaitu para tenaga kerja, petani ataupun penduduk yang berusia 21-40
tahun masih mempunyai fisik dan tenaga yang kuat serta mudah dalam
39

menerpakan teknologi yang berkembang pada saat ini. Usia yang masih dalam
masa produktif biasanya mempunyai tingkat produktivitas lebih tinggi
dibandingkan dengan tenaga kerja yang sudah berusia tua sehingga fisik yang
dimiliki menjadi lemah dan terbatas (Aprilyanti, 2017).
Jika dilihat mengenai jenis mata pencaharian utama penduduk desa Malik
beragam diantaranya Petani, PNS, Pedagang, Wiraswasta, Karyawan Perusahaan
Swasta dan lainnya. Untuk mengetahui lebih jelas jenis mata pencaharian
penduduk Desa Malik dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Mata Pencaharian dan Jumlah Penduduk Desa Malik Tahun 2021
No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (jiwa)
1. Petani 234
2. Pegawai Negeri Sipil 10
3. Pengrajin 2
4. Pedagang Kelontong 34
5. Wiraswasta 45
6. Karyawan Perusahaan Swasta 30
7. Perawat 5
8. Karyawan Honorer 8
9. Buruh Harian Lepas 155
10. Pensiunan 3
11. Pelajar 324
12. Belum Bekerja 70
13. Perangkat Desa 20
14. Lainnya 130
Jumlah 1.070
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021).
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa jumlah terbesar mata
pencaharian utama penduduk Desa Malik adalah petani sebanyak 234 jiwa.
Keadaan lahan di Desa Malik juga relevan dengan hal tersebut, dimana
penggunaan lahan terbesar yaitu penggunaan lahan perkebunan sehingga mata
pencaharian terbesar masyarakat di Desa Malik adalah sebagai petani.
4.1.3. Saranan dan Prasarana
Menurut Moenir dalam Armansyah (2018), Sarana adalah segala jenis
peralatan yang berfungsi sebagai alat utama atau alat langsung untuk mencapai
tujuan. Misalnya toilet, tempat sampah, tempat tidur dan lainnya. Sedangkan
prasaranan adalah seperangkat alat yang berfungsi secara tidak langsung untuk
40

mencapai tujuan. Misalnya keadaan lingkungan sekitar ruang perawatan. Berikut


merupakan sarana dan prasarana yang ada di Desa Malik :
1. Sarana Pendidikan
Keberhasilan pembangunan suatu daerah sangat ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusianya. Pendidikan salah satu upaya untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu dan kualitas
pendidikan perlunya upaya untuk mengenyam pendidikan yang seluas-luasnya..
Salah satu sarana yang sangat penting bagi penduduk setempat yaitu sarana
pendidikan dimana di Desa Malik telah didukung oleh sarana pendidikan yang
cukup baik seperti adanya gedung sekolah taman kanak-kanak hingga gedung
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk mengetahui lebih jelas sarana
pendidikan yang telah tersedia di Desa Malik dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Sarana Pendidikan di Desa Malik Tahun 2021
No Sarana Jumlah (Unit)
1. Gedung TK 1
2. Gedung SD 1
3. Gedung SMP 1
4. Gedung TPA 1
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021).
2. Sarana Kesehatan
Jaminan kesehatan yang lebih baik dari pemerintah daerah diharapkan bisa
memberikan dampak positif terhadap kualitas sumber daya manusia, kemudian
pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas yang menunjang kesejahteraan
penduduk. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil desa sarana kesehatan yang
tersedia di Desa Malik sudah cukup memadai untuk melayani kesehatan
masyarakat desa. Keberadaan sarana kesehatan di Desa Malik tentunya sangat
bermanfaat bagi masyarakat Desa Malik. Untuk mengetahui sarana kesehatan apa
saja yang tersedia di Desa Malik dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Sarana Kesehatan di Desa Malik Tahun 2021
No Sarana Jumlah (Unit)
1. Puskesmas Pembantu 1
2. Posyandu 1
3. Rumah Bersalin 1
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021)
41

Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang tersedia di
Desa Malik yaitu puskesmas pembantu yang terletah ditengah-tengah desa
terdapat 1 unit, sarana posyandu yang terletak dipeghujung desa 1 unit dan rumah
bersalin yang berada di tengah-tengah desa 1 unit dengan keberadaan sarana
kesehatan tersebut cukup membantu dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
3. Sarana Peribadatan
Tempat ibadah merupakan tempat yang digunakan oleh umat beragama
untuk beribadah menurut ajaran kepercayaannya. Oleh karena mayoritas
penduduk Desa Malik memeluk agama islam dengan terbuktinya keberadaan
masjid yang ada di Desa Malik, dengan keberadaan masjid tersebut masyarakat
dapat memperluas ilmu agama dan memberikan kesempatan bagi penduduk luar
daerah untuk beribadah dimasjid tersebut.
4.1.4. Identitas Responden
Pada penelitian ini, responden yang digunakan adalah petani kelapa sawit di
Desa Malik yang memiliki perkebunan kelapa sawit yang sudah berproduksi.
Identitas responden menjelaskan mengenai keadaan responden yang meliputi
umur responden, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman
berusahatani kelapa sawit. Untuk melihat identitas responden lebih jelas dapat
dilihat pada Lampiran 1.
1. Usia Responden
Kemampuan bekerja seorang petani sangat bergantung pada tingkat usia.
Dimana usia yang produktif dapat melakukan pekerjaan yang lebih efektif
dibandingkan dengan usia yang belum atau sudah tidak produktif lagi. Adapun
karakteristik usia responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Usia Responden di Desa Malik Tahun 2021
No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 30-39 12 32,43
2. 40-49 9 24,32
3. 50-59 14 37,83
4. 60-69 2 5,40
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa karakteristik usia responden
yang paling banyak yaitu pada usia 50-59 tahun dengan persentase 37,83 persen
42

dibandingkan dengan jumlah responden yang berusia 60 tahun keatas yaitu


dengan persentase 5,40 persen. Dalam hal ini bahwa responden dalam penelitian
ini kebanyakan berusia produktif. Menurut Asriani (2019), pada dasarnya
pekerjaan sebagai petani merupakan pekerjaan yang dilakukan secara turun-
temurun. Karena usia produktif dalam melakukan suatu pekerjaan akan
meningkatkan produktivitas, bukan hanya itu penduduk yang berusia produktif
dibandingkan dengan usia nonproduktif dapat melakukan pekerjaan lebih
memiliki tenaga, dan kekuatan dalam melakukan pekerjaan seperti bertani, karena
usia nonproduktif secara biologis memiliki kerentangan terhadap fisik dan tenaga
yang dimiliki.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu input produksi yang paling penting untuk
dimiliki oleh seorang petani karena dengan adanya pendidikan dapat membuat
petani lebih memiliki kualitas yang tinggi sehingga dengan memiliki kualitas
tersebut dapat bekerja dengan produktif. Tingkat pendidikan responden dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden di Desa Malik Tahun 2022
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Tidak Sekolah 1 2,70
2. Tidak Tamat SD 17 45,94
3. Tamat SD 8 21,62
4. Tamat SMP 5 13,51
5. Tamat SMA 4 10,81
6. Diploma 2 5,40
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang
ditempuh petani di Desa Malik paling banyak yaitu dengan pendidikan tidak
tamat SD sebanyak 17 orang dengan persentase 45,94 persen dibandingkan
dengan petani yang memiliki tingkat pendidikan Diploma yaitu 2 orang dengan
persentase 5,40 persen. Hal ini bahwa kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
pendidikan bagi petani masih tergolong rendah, padahal jika dengan menempuh
pendidikan yang lebih tinggi tentunya dapat memperoleh ilmu dan bisa
dimanfaatkan dalam kegiatan usahatani sehingga dapat meningkatkan tingkat
43

produksi usahatani kelapa sawit, hal ini sejalan dengan penelitian Asriani (2019),
bahwa dengan tingginya minat masyarakat untuk menempuh pendidikan, mereka
dapat memanfaatkan ilmu yang mereka peroleh untuk peningkatan produksi padi
mereka.
3. Pengalaman Usahatani
Pengalaman uahatani yang dimiliki seorang petani secara tidak langsung
akan mempengaruhi pola pikir seorang petani. Petani yang memiliki pengalaman
usahatani lebih lama akan lebih mampu merencanakan usahataninya dengan lebih
baik, karena sudah lebih memahami berbagai aspek dalam berusahatani. Semakin
lama pengalaman yang dimiliki petani memungkinkan produksi yang dihasilkan
lebih tinggi. Pengalaman usahatani petani di Desa Malik dapat dilihat pada Tabel
15.
Tabel 15. Pengalaman Usahatani Responden di Desa Malik Tahun 2022
No Pengalaman Usahatani Jumlah (Keluarga) Persentase (%)
(Tahun)
1. 3-5 7 18,91
2. 6-10 20 54,05
3. 11-15 7 18,91
4. 16-20 3 8,10
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Berdasarkan Tabel 15. Dapat dilihat bahwa pengalaman usahatani yang
paling banyak yaitu 6 sampai 10 tahun sebanyak 20 orang dengan persentase
54,05 persen dibandingkan dengan pengalaman usahatani terlama yaitu 16 sampai
20 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 8,10 persen. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pengalaman kerja petani kelapa sawit sudah cukup lama.
Berdasarkan hal tersebut petani memiliki perencanaan yang baik dalam mengelola
usahatani kelapa sawit untuk kedepannya.
4. Jumlah Tanggungan Keluarga
Menurut Asriani (2019), tanggungan keluarga yang besar merupakan faktor
dominan yang mempengaruhi pengeluaran dari rumah tangga. Semakin besar
jumlah tanggungan dalamsebuah rumah tangga maka jumlah pengeluaran yang
akan dikeluarkan oleh rumah tanggaitupun akan besar jumlahnya sesuai dengan
44

jumlah tanggungan. Jumlah tanggungan keluarga responden di Desa Malik dalam


penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Malik Tahun 2022
No Jumlah Tanggungan Jumlah (Keluarga) Persentase (%)
1. 1-3 36 97,30
2. 3-5 1 2,70
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Berdasarkan Tabel 16, dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan keluarga
responden yang paling banyak adalah jumlah anggota keluarga 1-3 orang yaitu
sebanyak 36 orang dengan persentase 97,30 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah tanggungan petani berada pada tingkat yang cukup rendah hal ini
berhubungan dengan usia petani dimana usia tersebut sudah tidak produktif dalam
angka kelahiran dikeluarga petani. Banyaknya jumlah tanggungan petani maka
akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah pengeluaran rumah tangga.
Pendapatan yang diperoleh petani harus menghidupi setiap anggota keluarga
untuk bertahan hidup (Asriani, 2019).

4.2. Hasil dan Pembahasan


4.2.1. Karakteristik Usahatani Kelapa Sawit di Desa Malik Kecamatan
Payung
Desa Malik merupakan salah satu desa yang memproduksi tandan buah
segar, selain berusahatani kelapa sawit petani di Desa Malik juga berusahatani
komoditas lainnya seperti lada, tetapi mayoritas petani di Desa Malik berusahatani
kelapa sawit. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
wawancara dan menyebarkan kuesioner kepada 37 responden di Desa Malik dapat
dilihat deskripsi luas lahan, penggunaan input dan ouput pertanian pada Tabel 17,
18 dan 19.
Tabel 17. Deskripsi luas lahan petani kelapa sawit di Desa Malik tahun 2022
Luas Lahan Satuan Status Kepemilikan Lahan
Total 74 Ha Milik Sendiri
Rata-rata 2 Ha Milik Sendiri
Minimal 1 Ha Milik Sendiri
Maksimal 6 Ha Milik Sendiri
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
45

Berdasarkan Tabel 17, total luas lahan responden kelapa sawit di Desa
Malik seluas 74 Ha, rata-rata luas lahan yang dimiliki petani yaitu 2 Ha. Untuk
luas lahan paling sempit yang dimiliki oleh responden yaitu 1 Ha dan luas lahan
paling luas dari 37 responden yaitu seluar 6 Ha. Status kepemilikan lahan petani
kelapa sawit adalah keseluruhan milik sendiri. Petani di Desa Malik melakukan
penyiapan lahan dengan cara manual dan menggunakan alat berat untuk membuka
lahan hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit dimulai dari tahap
penebangan hutan, kemudian semak belukar tersebut dibiarkan hingga kering
sebelum dilakukan pembakaran semak belukar. Jika melakukannya secara modern
bisa langsung menggunakan alat berat seperti excavator untuk membersihkan
lahan. Luas lahan petani kelapa sawit di Desa Malik dapat dilihat di Lampiran 2.
Tabel 18. Deskripsi jenis bibit kelapa sawit yang digunakan petani di Desa Malik
Jenis Bibit Jumlah (Orang) Persentase (%)
Yangambi 2 5,4
Marihat 15 40,6
Dumpy 9 24,3
Dura 9 24,3
Sriwijaya 2 5,4
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Berdasarkan Tabel 18, petani di Desa Malik menggunakan berbagai jenis
bibit yang berbeda antara lain Yangambi, Marihat, Dumpy, Dura dan Sriwijaya.
Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara petani kelapa sawit lebih banyak
menggunakan bibit Marihat sebanyak 15 orang dengan persentase sebesar 40,6
persen, para petani banyak menggunakan jenis bibit Marihat dikarenakan harga
bibit dan kualitas bibit cukup unggul. Harga bibit berkisar dari Rp10.000 hingga
Rp15.000 per batang (pokok) kelapa sawit. Jenis bibit kelapa sawit tersebut
berasal dari perusahaan kelapa sawit yang ada di Desa Malik yaitu PT. Swara
Nusa Sentosa yang peroleh dari PPKS Medan (Pusat Penelitian Kelapa Sawit).
46

Tabel 19. Deskripsi jenis pupuk dan jumlah pupuk yang digunakan petani di Desa
Malik Tahun 2022
Uraian pupuk Jumlah Pupuk Satuan Jumlah (orang)
Urea 2.850 Kg 8
Maksimal 650 Kg 1
Minimal 100 Kg 1
Rata-rata 321,42 Kg
Sp36 100 Kg 1
Maksimal 100 Kg 1
Minimal 0 Kg 0
Rata-rata 100 Kg
Kapur Dolomit 1.400 Kg 3
Maksimal 1.200 Kg 1
Minimal 100 Kg 2
Rata-rata 466,7 Kg
Kebomas 6.300 Kg 9
Maksimal 1.500 Kg 1
Minimal 100 Kg 1
Rata-rata 662,5 Kg
Bananas 5.300 Kg 5
Maksimal 1.500 Kg 1
Minimal 600 Kg 1
Rata-rata 1.060 Kg
Phoska 2.900 Kg 6
Maksimal 1.500 Kg 1
Minimal 200 Kg 1
Rata-rata 483,3 Kg
Phonska 1.500 Kg 2
Maksimal 1.200 Kg 1
Minimal 300 Kg 1
Rata-rata 750 Kg
NPK Phosri 100 Kg 1
Maksimal 100 Kg 1
Minimal 0 Kg 0
Rata-rata 100 Kg
Organik 400 Kg 2
Maksimal 300 Kg 1
Minimal 100 Kg 1
Rata-rata 200 Kg
KCL 100 Kg 1
Maksimal 100 Kg 1
Minimal 0 Kg 0
Rata-rata 100 Kg
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Berdasarkan Tabel 19, jenis pupuk yang digunakan responden dalam
penelitian ini adalah pupuk anorganik (kimia) yang terdiri dari beberapa jenis
47

yaitu Urea, Sp36, Kapur Dolomit, Kebomas, Bananas, Phoska, Phonska, NPK
Phosri, Organik, dan KCL. Jenis pupuk yang paling banyak digunakan petani di
Desa Malik adalah jenis pupuk Kebomas dan Bananas berdasarkan hasil
wawancara dengan petani secara langsung penggunaan jenis pupuk Kebomas dan
Bananas akan mempercepat pertumbuhan dan mampu meningkatkan hasil panen
dan kualitas TBS kelapa sawit. Komposisi pupuk Kebomas dan Bananas salah
satunya adalah NPK-16-16-16, dimana pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi
oleh adanya unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor dan kalium hal inilah yang
mendasari petani banyak menggunakan jenis pupuk Kebomas dan Bananas.
Menurut Halid et. al (2015), pemberian pupuk NPK pada tanaman kelapa sawit
dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan pohon kelapa
sawit.
Pemupukan dilakukan secara bertahap dalam satu tahunnya. Berdasarkan
wawancara dengan petani, pada umumnya pemupukan dilakukan 4 kali dalam 1
tahun. Adapaun dosis pupuk yang diberikan berbeda-beda hal ini dikarenakan
modal usahatani yang dimiliki petani menyebabkan petani melakukan
penghematan atau meminimalisir biaya pengeluaran bahkan ada responden yang
melakukan pemupukan 2 kali dalam 1 tahun.
Perstisida yang digunakan dalam pertanian secara khusus disebut produk
perlindungan tanaman untuk membedakan dari produk yang digunakan dibidang
lain. Pengelolaan pestisida ialah kegiatan yang meliputi pembuatan,
pengangkutan, penyimpanan, demonstrasi, penggunaan dan pemusnahan
pestisida. Saat penggunaan perstisida pengguna harus memahami sifat kimia dan
fisik pestisida (Arrasyid, 2021). Berdasarkan Tabel 20, pestisida yang paling
tinggi digunakan petani kelapa sawit di Desa Malik adalah pestisida jenis sapu
bersih sebanyak 26 orang dengan volume sebanyak 256 liter.
48

Tabel 20. Deskripsi jenis dan jumlah pestisida oleh petani di Desa Malik
Uraian pestisida Satuan Jumlah (orang)
Sapu Bersih 256,00 L 27
Maksimal 20,00 L 2
Minimal 1,00 L 1
Rata-rata 9,48 L
Klistara 40,00 L 5
Maksimal 10,00 L 3
Minimal 5,00 L 2
Rata-rata 8,00 L
Krisna 14,00 L 4
Maksimal 5,00 L 2
Minimal 2,00 L 2
Rata-rata 3,50 L
Noxone 15,00 L 1
Maksimal 15,00 L 1
Minimal 0,00 L 0
Rata-rata 15,00 L
Gramaxone 20,00 L 3
Maksimal 10,00 L 1
Minimal 5,00 L 2
Rata-rata 6,70 L
Marxone 30,00 L 2
Maksimal 20,00 L 1
Minimal 10,00 L 1
Rata-rata 15,00 L
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Berdasarkan Tabel 20, pestisida yang paling tinggi digunakan petani kelapa
sawit di Desa Malik adalah pestisida jenis sapu bersih sebanyak 27 orang dengan
volume sebanyak 256 liter. Berdasarkan wawancara dengan petani, penggunaan
pestisida jenis Sapu Bersih paling banyak digunakan para petani karena ampuh
secara cepat dalam pembasmian gulma, walaupun harga jenis pestisida tersebut
cukup tinggi.
49

Tabel 21. Deskripsi jumlah tenaga kerja yang digunakan petani di Desa Malik
Uraian Satuan Jumlah
Tenaga Kerja Luar
Keluarga
Maksimal 9 Orang 1
Minimal 4 Orang 15
Rata-rata 4 Orang
Tenaga Kerja Dalam
Keluarga
Maksimal 3 Orang 9
Minimal 2 Orang 6
Rata-rata 3 Orang
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Tenaga kerja yang digunakan petani di Desa Malik beragam ada yang
menggunakan tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga
kerja yang digunakan berdasarkan luas lahan yang dikelola, semakin luas laham
maka semakin banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, akan tetapi bagi
petani yang memiliki luas lahan yang terbatas hanya menggunakan tenaga kerja
yang berasal dari anggota keluarganya sendiri (Ridha, 2017). Penggunaan tenaga
kerja dapat dilihat pada Lampiran 3.
Kelapa sawit umumnya sudah mulai berproduksi pada usia tanaman
minimal 3 tahun, dalam satu bulan petani kelapa sawit di Desa Malik melakukan
kegiatan pemanenan sebanyak 2 kali masa panen. Hasil panen rata-rata dengan
luas lahan 1 Ha dalam 1 kali panen dapat diprediksi oleh petani kelapa sawit
sekitar 700 kg jika umur kelapa sawit sudah diatas 3 tahun. Hasil panen dapat
berupa tandan buah segar dijual melalui tengkulak dan pabrik kelapa sawit, harga
yang diterima petani kelapa sawit berbeda-beda tergantung kualitas TBSnya jika
melalui tengkulak, para tengkulak mengsortir TBS tersebut biasanya untuk usia
kelapa sawit yang masih muda atau yang baru mulai berproduksi berbeda
kualitasnya dengan kelapa sawit yang sudah pada masa panen raya sehingga harga
yang diterima setiap petani berbeda-beda. Harga yang diterima petani kelapa sawit
pada bulan Januari 2022 hingga Maret 2022 berdasarkan hasil penelitian dengan
wawancara langsung kepada petani yaitu beragam mulai dari Rp2.500-Rp3.600
perkilogram.
50

4.2.2. Biaya Produksi


Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk memenuhi
kebutuhan produksi dapat berupa barang dan jasa (Wanda, 2015). Biaya yang
dikeluarkan petani kelapa sawit di Desa Malik meliputi biaya variabel dan biaya
tetap. Untuk biaya variabel terdiri dari biaya pupuk, pestisida dan biaya tenaga
kerja. Sedangkan biaya tetapnya berupa alat-alat pertanian seperti cangkul,
parang, dodos, arko dan lain-lain yang dapat di lihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Total biaya produksi petani kelapa sawit di Desa Malik tahun 2022
Biaya tetap (Rp) Biaya variable (Rp) Biaya produksi (Rp)
Total 15.895.000 241.665.000 257.560.000
Rata-rata 429.594 6.531.486 6.961.081
(Sumber: Olahan data primer, 2022)
Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya
produksi yang dikeluarkan responden penelitian sebanyak 37 orang mulai dari
biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya alat pertanian yaitu sebesar Rp
257.560.000. Pada Tabel 22 dijelaskan bahwa jumlah total biaya tetap dan biaya
variabel usahatani kelapa sawit di Desa Malik selama 3 bulan (Januari-Maret)
sebesar Rp 15.895.000 sedangkan jumlah untuk biaya variabel sebesar Rp
241.665.000. Total biaya yang paling banyak dikeluarkan petani di Desa Malik
yaitu biaya pupuk, pestisida dan biaya tenaga kerja (Biaya variabel). Untuk
mengetahui lebih jelas tentang biaya tetap, biaya variabel dan total biya produksi
dapat dilihat pada Lampiran 4, 5 dan 6.
4.2.3. Penerimaan Petani Kelapa Sawit di Desa Malik Kecamatan Payung
Penerimaan dalam usahatani kelapa merupakan total pemasukkan yang
diterima oleh petani dari kegiatan produksi yang sudah dilakukan dengan
menghasilkan uang tetapi belum dikurangi dengan biaya-biaya produksinya
(Husni et. al 2014). Total penerimaan keseluruhan petani kelapa sawit di Desa
Malik selama 3 bulan (Januari-Maret tahun 2022) yaitu sebesar Rp853.234.530.
dengan rata-rata sebesar Rp23.060.393 Penjelasan lebih lanjut tentang harga,
jumlah produksi dan penerimaan dapat dilihat di Lampiran 7 dan 8.
51

4.2.4. Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Desa Malik Kecamatan Payung


Pendapatan merupakan keseluruhan yang diperoleh petani dalam satu tahun
dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi dapat
berupa biaya rill tenaga kerja dan biaya rill sarana dan prasarana produksi.
Pendapatan berupa perhitungan selisih antara total penerimaan dengan total biaya
produksi. Pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik rata-rata per 3 bulanya
yaitu beragam mulai dari Rp4.000.000-Rp112.000.000. Pendapatan tersebut
diperoleh dari perkebunan kelapa sawit yang dimiliki petani di Desa Malik.
Berikut total pendapatan yang diterima petani kelapa sawit di Desa Malik selama
3 bulan (Januari-Maret) dapat dijelaskan pada Tabel 23.
Tabel 23. Total pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik selama 3 bulan
(Januari-Maret) tahun 2022
Total penerimaan (Rp) Total biaya (Rp) Pendapatan (Rp)
Jumlah 853.234.530 257.560.000 595.567.530
Rata-rata 23.060.392 6.961.081 16.096.419
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Berdasarkan Tabel 23, dapat dilihat bahwa total pendapatan dari 37 petani
kelapa sawit di Desa Malik dari bulan Januari sampai Maret tahun 2022 yaitu
sebesar Rp595.567.530. rata-rata keseluruhan pendapatan dari 37 petani kelapa
sawit di Desa Malik yaitu sebesar Rp16.096.419. pendapatan tersebut diluar dari
pendapatan pekerjaan sampingan petani. Pendapatan sampingan dari 37 petani
kelapa sawit di Desa Malik beragam mulai dari Rp2.000.000-Rp3.500.000
perbulannya pendapatan tersebut diperoleh dari kegiatan tambang timah yang
menjadi pekerjaan sampingan para petani tersebut.
Pendapatan petani di Desa Malik dapat dikategorikan sangat tinggi
berdasarkan hitungan rata-ratanya pendapatan petani selama satu bulan berkisar
hingga 5 Juta. Pendapatan petani tinggi disebabkan oleh kondisi tanah yang sangat
tepat dan jenis bibit unggul serta penggunaan pupuk yang cukup untuk tanaman
kelapa sawit sehingga menghasilkan hasil produksi yang tinggi. Menurut Fahri
(2022) respon tanaman tahunan jika diaplikasikan pupuk akan merespon sekitar 6
bulan, namun apabila jenis bibit yang digunakan merupakan bibit unggul maka
pemupukan yang diberikan akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi
52

sehingga otomatis pendapatan yang diterima juga tinggi. Penjelasan lebih lanjut
tentang total pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 9.
4.2.5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendapatan Petani Kelapa Sawit
di Desa Malik Kecamatan Payung
Berdasarkan tujuan penelitian yang kedua yaitu mengetahui faktor-faktor
apa saja yang memengaruhi pendapatan petani kelapa swit di Desa Malik
Kecamatan Payung. Dalam penelitian ini diduga faktor-faktor yang memengaruhi
pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik Kecamatan Payung adalah luas
lahan, harga jual, produksi, jumlah tanaman, tenaga kerja, pengalaman usahatani,
tingkat pendidikan dan keanggotaan kelompok tani. Untuk menganalisis faktor-
faktor yang memengaruhi pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik yaitu
menggunakan SPSS Versi 19. Untuk mengetahui hasil uji regresi linear berganda
dari variabel yang diamati dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Uji regresi linear berganda menggunakan SPSS Versi 19
Model Unstandardized t Statistik Sig Toleransi VIF
Coefficients
Konstanta -14807655,490 -3.058 0.005
Harga Jual 1452,841 1.272 0.213 0.793 1.262
Produksi 1308,949 4.136 0.000 0.319 3.140
Jumlah Tanaman 52786,363 2.626 0.031 0.722 1.386
Tenaga Kerja 31325,651 2.876 0.007 0.365 2.737
Pengalaman 865333,196 5.729 0.000 0.576 1.735
Usahatani
Tingkat Pendidikan 30806,556 0.544 0.591 0.820 1.219
Keanggotaan 293628,069 0.615 0.543 0.837 1.195
Kelompok Tani

Adj R2 0.958

F Statistik 46.595

DW 1.750

(Sumber : Olahan data primer, 2022).


Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik yaitu variabel bebas dan
variabel terikat memiliki hubungan yang normal atau setidaknya mendekati
normal. Untuk mengetahui data tersebut normal atau tidak dapat diuji dengan dua
cara yaitu menggunakan Kongmogorov-smirnov dan menggunakan kurva normal
53

p-plot. Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa model yang diuji
terdistribusi normal dengan melihat nilai Kolmogorov-smirnov yaitu sebesar 0,200
dimana nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikan α adalah 0,05, selain
menggunakan metode Kolmogorov-smirnov model penelitian ini menggunakan
kurva normal p-plot lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 11. Model regresi
yang dikatakan terdistribusi normal yaitu titik-titik (ploting) yang mengikuti garis
diagonal (Ghozali, 2016).
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas diketahui bahwa nilai VIF dari
seluruh variabel menunjukan ≤ 10 dan nilai toleransi dari keseluruhan variabel
menunjukkan ≥ 0,1, hal ini dapat dikatakan bahwa dalam model regresi tersebut
tidak terjadi gejala multikolinieritas. Uji multikolinieritas bertujuan untuk
mengetahui apakah model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas dengan
melihat nilai toleransi dan VIF jika nilai toleransi lebih besar dari 0,1 dan nilai
VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2016). Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 12.
Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan metode grafik
scaterplot. Berdasarkan grafik scaterplot terdapat titik-titik yang menyebar secara
acak diantara angka nol baik diatas maupun dibawah dan tidak menunjukan titik
yang membentuk suatu pola tertentu dapat dilihat pada Lampiran 13. Maka dapat
disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas merupakan uji untuk mengetahui
apakah dalam sebuah model regresi dalam penelitian terjadi ketidaksamaan varian
dari residual yang diamati dengan grafik scaterplot atau nilai prediksi variabel
terikat yaitu SRESID dengan residual error ZPRED, apabila tidak terjadi pola
tertentu dan titik-titik menyebar diantara angka nol baik dibawah ataupun diatas
pada sumbu y maka model regresi tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2016).
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai R square
sebesar 0,958. Hal ini berarti naik turunnya pendapatan petani 95,8 persen
dipengaruhi oleh variabel harga jual, produksi, jumlah tanaman, pengalaman
usahatani, tingkat pendidikan dan keanggotaan kelompok tani, sedangkan 4,2
54

persennya dipengaruhi oleh vaktor lainnya yang tidak dimasukkan daam model
penelitian.
Berdasarkan hasil regresi linear berganda pada Tabel 25 diatas, maka dapat
ditulis kedalam persamaan model regresi linear berganda sebagai berikut :
Y = -14807655,490 + 1452,841X1 + 1308,949X2 + 52786,363X3 + 31325,651X4
+ 865333,196X5 + 30806,556X6 + 293628,069X7
Berdasarkan hasil uji regresi tersebut dapat diketahui besarnya pengaruh
perubahan setiap variabel independen terhadap variabel dependen pendapatan.
untuk mengetahui lebih lanjut besarnya pengaruh dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen dapat dijelaskan pada pembahasan
sebagai berikut.
Berdasarkan hasil uji simultan nilai signifikansi untuk pengaruh variabel X
(luas lahan, harga jual, produksi, jumlah tanaman, tenaga kerja, pengalaman
usahatani, tingkat pendidikan dan keanggotaan kelompok tani) secara simultan
terhadap variabel Y (Pendapatan) adalah sebesar 0.000 ≤ 0,05 dan nilai Fhitung
menunjukkan angka 46,595 ≥ Ftabel yaitu sebesar 2,278 sehingga dapat dikatakan
secara bersama-sama variabel independen memengaruhi naik turunnya
pendapatan (variabel dependen) petani kelapa sawit di Desa Malik Kecamatan
Payung.
Berdasarkan hasil uji parsial untuk melihat pengaruh variabel secara
individu adalah sebagai berikut :
1. Luas lahan
Luas lahan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan
petani. Dalam usahatani semakin luas lahan pertanian maka semakin tinggi
tingkat produksi yang dihasilkan atau sebaliknya jika lahan sempit maka tingkat
produksi yang dihasilkan juga rendah. Menurut Juanda (2018), semakin sempit
lahan usaha semakin tidak efisien usahatani yang dilakukan, kecuali bila usaha
tersebut dijalankan dengan tertib dan administrasinya baik serta teknologi yang
tepat dan mendukung. Luas lahan yang dimiliki petani kelapa sawit di Desa Malik
yaitu beragam mulai dari 1 Ha sampai dengan 6 Ha. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada Lampiran 2.
55

Berdasarkan hasil uji regresi variabel luas lahan tidak dimasukkan dalam
analisis uji regresi linear berganda karena variabel luas lahan memiliki nilai
korelasi paling tinggi yang akan menyebabkan terjadi masalah multikolinieritas.
Untuk mengatasi masalah multikolinieritas tersebut maka dilakukan sistem
eliminasi variabel bebas yang memiliki nilai korelasi paling tinggi yaitu variabel
luas lahan. Menurut Basuki et. al (2015) menyatakan jika dalam analisis regresi
terjadi masalah multikolinieritas untuk mengatasi masalah tersebut dapat
menggunakan metode Backwar yaitu dengan mengeliminasi variabel bebas yang
memiliki korelasi paling tinggi.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sebagian
penelitian menyatakan bahwa variabel luas lahan berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan petani, semakin luas lahan yang dimiliki petani kemungkinan besar
semakin tinggi tingkat produksi yang dihasilkan petani, hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Asriani (2019) luas lahan berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan petani padi,hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani
menggunakan lahan yang sudah cukup luas dalam memproduksi padi. Dengan
luas lahan yang dimiliki dapat memperoleh hasil produksi yang maksimal.
Semakin luas lahan sawah maka akan semakin banyak hasil produksi dan semakin
banyak hasil produksi yang dihasilkan maka pendapatan juga akan meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh Harwati et. al (2015) menyatakan berarti
luas lahan berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan petani jagung di Desa
Sidodadi. Semakin luas lahan yang digunakan untuk usahatani jagung maka
semakin besar juga hasil yang didapatkan. Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Salsabila dan Fahraty (2019), dapat dikatakan
bahwa semakin luas lahan maka berpengaruh terhadap hasil produksi hal ini
terjadi jika semakin luas lahan pertanian maka semakin banyak padi yang dapat
ditanam dan semakin banyak pula hasil yang petani dapatkan dan semakin banyak
pula hasil produksi yang dapat dijual oleh petani.
56

2. Harga jual
Berdasarkan hasil analisis uji regresi diketahui secara individu variabel
harga jual tidak berpengaruh nyata dan signifikan terhadap pendapatan petani
kelapa sawit di Desa Malik hal ini dapat dilihat bahwa nilai thitung yaitu 1,272
lebih kecil dari nilai ttabel sebesar 2,048 dan nilai signifikansi sebesar 0,213 lebih
besar dari 0,05. Harga jual tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani kelapa
sawit karena pada 3 bulan terakhir harga yang diterima petani kelapa sawit di
Desa Malik terdapat fluktuasi harga yang tidak merata, dan didukung produksi
dan kualitas TBS yang rendah. Meskipun harga TBS tergolong tinggi pada saat itu
jika tingkat produksi TBS tidak sebanding dengan biaya yang dikelurkan untuk
berusahatani kelapa sawit maka pendapatan yang didapatkan petani tidak akan
cukup untuk kebutuhan hidup keluarga petani.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2018),
harga jual tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani karet di
Betung, karena kualitas karet mempengaruhi harga karet serta jumlah anggota
keluarga mempengaruhi pendapatan yang diterima petani karet di Betung.
Penelitian ini juga didukung oleh Juniati (2016), variabel harga jual tidak
berpengaruh positifdan signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat
muslim. Hal ini dikarenakan harga jual hasil pertanian responden tidak
sepenuhnya memenuhi harga yang maksimal.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Aswan dan Tanjung
(2019), harga jual berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kelapa
sawit. Hasil analisis ini sesuai dengan hasil yang diperoleh peneliti dari responden
penelitian melalui wawancara. Terutama harga jual kelapa sawit yang saat ini
sering naik dan turun, tidak memiliki standar harga yang tetap. Harga kelapa sawit
yang tidak tetap ini menyebabkan pengaruh yang sangat besar terhadap
pendapatan petani kelapa sawit.
3. Produksi
Berdasarkan hasil analisis uji regresi diketahui bahwa variabel produksi
secara nyata dan signifikan terhadap pendapatan petani kelapa sawit di Desa
Malik Kecamatan Payung dibuktikan dengan nilai thitung yaitu 4,136 lebih besar
dari nilai ttabel yaitu 2,048 dan nilai signifikansinya yaitu 0,000 dimana nilai
57

tersebut lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan naik turunnya pendapatan
petani dipengaruhi oleh faktor produksinya. Berdasarkan hasil wawancara melalui
kuesioner rata-rata produksi TBS yang dihasilkan oleh kelapa sawit tentunya
berbeda-beda dengan kelapa sawit lainnya, semakin tinggi produksi yang
dihasilkan semakin tinggi pula pendapatan yang diterima petani.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Asriani (2019), hasil produksi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan petani padi
di Kecamatam Majauleng karena semakin banyak jumlah produksi yang
dihasilkan maka pendapatan petani akan meningkat.
Menurut penelitian Pangidoan dan Andriyani (2021), produksi berpengaruh
positif dan signifiikan terhadap pendapatan. Hasil dari penelitian menunjukkan
bahhwa apabila meningkatnya produksi maka pendapatan usaha jugga akan
semakin meningkat.
4. Jumlah tanaman
Berdasarkan hasil analisis uji regresi diketahui bahwa variabel jumlah
tanaman berpengaruh nyata dan signifikan terhadap pendapatan petani kelapa
sawit di Desa Malik Kecamatan Payung hal ini dapat dilihat pada nilai thitung yaitu
2,262 dimana lebih besar dari nilai ttabel 2,048 dan nilai signifikansi yaitu 0,031
dimana nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil wawancara
dengan petani jumlah tanaman yang banyak terdapat pengaruh terhadap produksi
yang dihasilkan, semakin banyak jumlah tanaman dalam satuan hektar maka
kemungkinan besar semakin tinggi tingkat produksi sehingga pendapatan yang
diterima petani juga tinggi.
Penelitian yang dilakukan Widyarto (2017) menyatakan bahwa variabel
jumlah tanaman memiliki nilai signifikan 0,011 lebih kecil dari tarag signifikan
yaitu 0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jumlah tanaman memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap hasil panen kopi robusta.
Penelitian yang dilakukan oleh Afrianika et. al (2020) menyatakan hal yang
sama dengan penelitian Widyarto (2017) bahwa jumlah bibit berpengaruh nyata
terhadap produksi bawang merah di Kecamatan Tawangmangu pada tingkat
kepercayaan 99 persen.
58

Namun hasi penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan


oleh Makruf et. al (2012), menyatakan bahwa variabel jumlah benih berpengaruh
tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah, pada tingkat kepercayaan 95%
dengan t hitung (0,543) > t tabel (2,04227). Nilai koefisien regresinya 5,802
menunjukkan kontribusi kearah positif.
5. Tenaga kerja
Berdasarkan hasil analisis uji regresi diketahui bahwa variabel tenaga kerja
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik
Kecamatan Payung hal ini dapat dilihat pada nilai t hitung lebih besar dari nilai
ttabel yaitu 2,876 dan nilai signifikansi 0,007 lebih kecil dari 0,05.
Penggunaan tenaga kerja diluar ataupun didalam keluarga akan
memengaruhi pendapatan petani dimana tenaga kerja didalam keluarga lebih
meminimalisir biaya tenaga kerja yang dikeluarkan. Semakin luas lahan
perkebunan kelapa sawit semakin bertambah jumlah tenaga kerja yang di
pekerjakan. Menurut Suyudi (2021), tenaga kerja akan mempengaruhi besar
kecilnya hasil pertanian. Biasanya petani kecil akan membutuhkan tenaga kerja
yang lebih sedikit dan sebaliknya petani besar akan membutuhkan tenaga kerja
yang besar dan mempunyai keahlian khusus.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaya (2019),
pengaruh biaya tenaga kerja terhadap pendapatan petani kubis berpengaruh positif
dan signifikan. Dengan demikian diharapkan kepada masyarakat bahwasanya
penggunaan tenaga kerja disesuaikan dengan keahlian para tenaga kerja. Oleh
karena itu ketika tenga kerja yang profesional yang mengelola suatu usaha maka
hasil usaha yang dilakukan juga berimbas maksimal sehingga meningkatkan
pendapatn masyarakat.
Adapula penelitian yang mengatakan pengaruh tenaga kerja terhadap
pendapatan petani yaitu penelitian Ridha (2017), variabel tenaga kerja memiliki
nilai thitung > ttabel (2,956 > 2,000) dan tingkat signifikansi sebesar 0,006 atau lebih
kecil dari 0,05, maka tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan petani padi di Kecamatan Nurussalam Kabupaten Aceh Timur.
6. Pegalaman usahatani
59

Berdasarkan hasil uji regresi variabel pengalaman usahatani berpengaruh


positif dan signifikian terhadap pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik, hal
ini dapat dilihat pada nilai thitung yaitu 5,729 lebih besar dari nilai ttabel 2,048 dan
nilai signifikansi yaitu 0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil wawancara
dengan petani pengalaman yang dimiliki oleh petani di Desa Malik paling lama
berusahatani kelapa sawit yaitu 20 tahun, dimana dengan pengalaman yang
dimiliki para petani kelapa sawit yang lama mereka lebih tahu cara menghadapi
permasalahan yang ada dilapangan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harwati et al (2015) menyatakan
lama menekuni usahatani berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi
petani jagung di Desa Sidodadi, dikarenakan nilai sig 0.018 lebih kecil dari alpha
yaitu 0,05.Pengalaman yang petani miliki dalam usahatani jagung berbeda-beda.
Petani yang lebih lama dalam usahatani jagungnya lebih mengerti dan memahami
apa yang menjadi kendala dalam berusahatani jagung sehingga petani dapat
menanggulangi kendala tersebut.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Pangidoan dan Andriyani (2021)
hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman usaha berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pendapatan. Apabila meningkatnya pengalaman
usaha maka pendapatan usaha juga akan semakin meningkat. Pengalaman usaha
menentukan keterampilan seseorang dalam melakukan salah satu tugas tertentu,
dan pengalaman usaha dapatt berdampak posiitif atau negatiif terhadap
kemampiuan seseorang tersebut, sehingga dapat mengembangkan bisnis usaha
dengan lebih baik lagi.
7. Tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil uji regresi variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh
nyata dan signifikan terhadap pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik, hal
ini dapat dilihat bahwa thitung menunjukkan nilai 0,544 dimana nilai tersebut lebih
kecil dari nilai ttabel sebesar 2,048 dan nilai signifikansinya yaitu 0,591 dimana
nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil wawancara tingkat
pendidikan yang dimiliki petani kelapa sawit di Desa Malik yaitu mayoritas pada
tingkat Sekolah Dasar, namun hal tersebut tidak berpengaruh pada pendapatan
kelapa sawit. Petani di Desa Malik lebih mengandalkan pada pengalaman dimana
60

dari pengalaman tersebut dapat merubah pola pikir dan tata cara dalam
berusahatani.

Menurut penelitian Harwati et. al (2015), tingkat pendidikan berpengaruh


tidak nyata terhadap pendapatan petani. Tingkat pendidikan petani jagung di Desa
Sidodadi berpengaruh tidak nyata dikarenakan dalam penelitian ini hampir semua
petani mengenyam pendidikan tingkat SD yaitu berjumlah 38 orang.
Adapun penelitian yang dilakukan Imam et. al (2017) menyatakan bahwa
variabel pendidikan berpengaruh secara tidak signifikan terhadap pendapatan
petani kopi rakyat di Desa Manggisan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.
Faktor-faktor yang menyebabkan variabel pendidikan berpengaruh secara tidak
signifikan terhadap pendapatan petani kopi rakyat di Desa Manggisan Kecamatan
Tanggul Kabupaten Jember adalah karena dalam kegiatan bercocok tanam
ataupun mengelola kebun kopi, faktor pendidikan tidak berpengaruh terhadap pola
tanam atau tata kelola petani kopi. Para petani mendapatkan pengetahuan
mengenai cara bertanam kopi secara turun temurun ataupun secara otodidak. Hal
ini sama sekali tidak berkaitan dengan tinggi rendahnya pendidikan yang
ditempuh/ditamatkan oleh para petani kopi. Selain itu, dalam pengelolaan kebun
kopi juga tidak melibatkan teknologi/mesin modern khusus yang membutuhkan
pengetahuan khusus atau latar pendidikan yang tinggi, semua dilakukan secara
manual dan tradisional dengan memanfaatkan tenaga buruh/pekerja.
8. Keanggotaan kelompok tani
Berdasarkan hasil uji regresi variabel keanggotaan kelompok tani tidak
berpengaruh nyata dan signifikan terhadap pendapatan petani kelapa sawit di Desa
Malik dimana thitung menunjukkan nilai 0,615 dimana nilai tersebut lebih kecil dari
ttabel yaitu 2,048 sedangkan nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar
0,543. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani bahwa ketergabungan dengan
kelompok tani sama sekali tidak ada pengaruhnya terhadap cara mengelola
usahatani, cara menambah produksi TBS yang lebih banyak dan lain sebagainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Pramono dan Yuliawati (2019) menyatakan
bahwa kelompok tani tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani-petani yang tergabung dalam
61

kelompok tani sudah cukup dalam kerja sama. Meskipun demikian, ada kendala
yang cukup besar dalam hal adopsi teknologi penanaman yaitu untuk kasus waktu
tanam.
Menurut Nangameka dan Mayasari (2015) menyatakan bahwa untuk
intensitas pertemuan kelompok tani yang termasuk kategori jarang dan bahkan
tidak pernah, mereka kurang mendapatakan informasi sehingga tidak bisa
memaksimalkan hasil pendapatannya.
62

DAFTAR PUSTAKA

Afrianika, Vita Intari., Marwanti, Sri., Khomah, Isti. 2020. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Bawang Merah di Kecamatan
Tawangmangu. Journal of Agricultural Socioeconomics and Business Vol.
3 No. 2 Oktober 2020 PP. 77-86.

Aminah, Siti. 2019. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan


Petani Sawit Di Desa Sei Musam Kabupaten Langkat.[SKRIPSI].
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

Ambarsari, Ismadi & Setiadi A. 2014. Analisis pendapatan dan profitabilitas


usahatani padi (Oryza sativa) di Kabupaten Indramayu. Jurnal Agri
Wiralodra. 6 (2) : 19-27.

Anantanyu, Sapja. 2011. Kelembagaan petani: Peran dan strategi pengembangan


kapasitasnya. Sepa. VII (2): 109-190.

Asriani. 2019. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani


Padi di Kabupaten Wajo. [SKRIPSI]. Makassar : UIN Alauddin Makassar.

Aswan, Novita & Tanjung, Yulia Windi. 2021. Analisis Faktor-Faktor


Pendapatan Petani Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Terapung Raya
Muara Batangtoru). Jurnal Education and development Vol.9 No.1 Edisi
Februari 2021. Institut Pendidikan Tapanuli Selatan.

Arsyad, Sitanala. 2012. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Badan Pusat Statistik 2021. Kepulauan Bangka Belitung dalam Angka 2021.
BPS Kepulauan Bangka Belitung.
Badan Pusat Statistik. 2022. Bangka Selatan Dalam Angka 2022. BPS Kabupaten
Bangka Selatan.
Badan Pusat Statistik. 2017. Bangka Selatan Dalam Angka 2017. BPS Kabupaten
Bangka Selatan
Bilson, Simamora. 2001. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan
Profitabel, Edisi Pertama. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: ANDI.

Dewi, Anggraeni Kurnia. 2017. Pengaruh Pengalaman Kerja, Pendidikan Dan


Kepribadian Terhadap Pengembangan Karir Karyawan Pada Hotel Nikki
Denpasar. Ejurnal Manajemen Vol 6. No 11.

Edi, Fandi Rosi Sarwo. 2016. Teori Wawancara Psikodiagnostik. Yogyakarta:


Leutikaprio.

Elistia. 2017. Ekonomi Mikro (Hubungan Pelaku Ekonomi Dalam Perekonomian.


Jakarta: Universitas Esa Unggul.
63

Fahri, Anis. 2022. Analisis Usahatani Kelapa Sawit Rakyat dengan Aplikasi
Pupuk di Kabupaten Indragiri Hulu. [SKRIPSI].

Faisal, Hery Nur. 2015. Analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran
pepaya (Carica Papaya L) di Kabupaten Tulunggagun (studi kasus di
Desa Bangoan, Kecamatan Kedunwaru, Kabupaten Tulungagung).
Jurnal Agribisnis Fakultas Pertanian Unita. 11 (13).

Gay, L.R. dan Diehl, P.L. 1992. Research Methods for Business and.
Management. New York : MacMillan Publishing Company.

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS
23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

Hariadi, Sunarru Samsi. 2011. Dinamika Kelompok: Teori Dan Aplikasinya


Untuk Analisis Keberhasilan Kelompok Tani Sebagai Unit Belajar,
Kerjasama, Produksi Dan Bisnis. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada.

Husni, Hidayah A.K & Maskan, AF. 2014. Analisis finansial usahatani cabai
rawit (Capsicum frutescens) di Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan.
Jurnal ARIFOR. 13 (1) : 49- 52.

Janie, Dyah Nirmala Arum. 2012. Statistik Deskriptif dan Regresi Linier
Berganda dengan SPSS. Semarang : Semarang University Press.
Jaya, Rahmat. 2019. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Petani Kubis di Desa Jenetallasa Kecamatan Rumbia Kabupaten
Jenepanto. [SKRIPSI]. Makassar : Universitas Negeri Makassar.
Juanda, Ajang. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pendapatan
Petani Kelapa Sawit Di Desa Karossa Kecamatan Karossa Kabupaten
Mamuju Tengah Sulawesi Barat. [SKRIPSI]. Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Karmini. 2018. Ekonomi Produksi Pertanian. Samarinda : Mulawarman


University Press.
Lubis, M. S. 2018. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Deepublish.
Lubis, RE dan Widanarko, Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Opi, Nofiandi;
Penyunting. Jakarta : Agro Media Pustaka.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Makruf, Eddy., Oktavia, Yulie., Putra, Wawan Eka. 2012. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Padi Sawah di Kabupaten Seluma (Studi Kasus
Produktivitas Padi Sawah di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan
Sukarja). Jurnal
64

Materi Penyuluhan Pertanian. Penguatan Kelembagaan Petani Buku II Kelompok


Tani Sebagai Wahana Kerjasama. Pusat Penyuluhan Pertanian. Badan
Penyuluhan Dan Pengembangan SDM Pertanian. Kementrian Pertanian.
Tahun 2012.
Mayasari, Fitri., Nangameka, Yohanes. 2015. Pengaruh Keberadaan Kelompok
Tani Terhadap Pendapatan Usahatani Tembakau (Studi Kasus di Desa
Tlogosari Kecamatan Sumbermalang). Jurnal
Munthe, Wulandari. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Petani Kelapa Sawit Di Kecamatan Aek Natas Kabupaten
Labuhanbatu Utara.[SKRIPSI]. Universitas Sumatera Utara Medan.
Notarianto, D. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada
Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik (Studi kasus: Kecamatan
Sambirejo, Kabupaten Sragen). [SKRIPSI SARJANA EKONOMI].
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Nugroho, Agung. 2019. Teknologi Agroindustri Kelapa Sawit. Banjarmasin. :
Lambung Mangkurat University Press.

Nuryanti Sri & Swastika, Dewa Sadra. 2011. Peran Kelompok Tani dalam
Penerapan Teknologi Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume
29 No. 20, Desember 2011, 115 – 128.
Pahan, Iyung. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari
Hulu ke Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya.
Pahan, Iyung. 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Manajemen Agribisnis dari
Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Cibubur, Jakarta Timur.
Pangidoan, Navan & Andriyani, Devi. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Petani Kelapa Sawit (Studi Kasus Di Kabupaten Pasaman
Barat Kecamatan Ranah Batahan). Jurnal Ekonomi Pertanian Unimal
Volume 04 No 2 Novenber 2021 E-ISSN: 2614-4565.
Pramono, Lolita Geofany,. Yuliawati. 2019. Peran Kelompok Tani Terhadap
Pendapatan Petani Padi Sawah di Kelurahan Kauman Kidul Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga. Agribisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Jurnal Agritech Vol. XXI No. 2 Desember 2019.
Purwanto, S.E.I., M.S.I . 2011. Teknik penyusunan instrumen uji validitas dan
reliabilitias untk penelitian ekonomi syariah. Magelang : StaiaPress.

Profil Desa Malik Kecamatan Payung Kabupaten Bangka Selatan. 2021.

Rahim, Abd. 2012. Model Analisis Ekonomika Pertanian. Makassar : Badan


Penerbit UNM.
65

Rangkuti, Freddy. 2012. Studi Kelayakan Bisnis & Investasi. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.

Saeri, M. 2018. Usahatani dan analisisnya. Malang : Udhina press.


Santoso, Singgih. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo.
Sarjono, Hariyadi & Julianita, Winda. 2011. SPSS vs LISREL: Sebuah
Pengantar, Aplikasi untuk Riset. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Setiawan, Arief. 2012. Jurnal Pengaruh Harga dan Lokasi Terhadap Keputusan
Pembelian Ramayana. Vol 14 No.2.
Shinta, Agustina. 2011. Manajemen Pemasaran. Universitas Brawijaya Press.
Malang.

Sibuea, Posman. 2014. Minyak Kelapa Sawit: Teknologi dan Manfaatnya untuk
Pangan Nutrasetikal. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Siregar, Syofian. 2016. Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis


CobbDouglas. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sujarweni, VW. 2015. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Sulardi . 2022. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Bekasi : PT. Dewangga Energi
internasional.
Sundari, MT. 2011. Analisis dan pendapatan usahatani wortel di Kabupaten
Karanganyar. Jurnal SEPA. 7 (2) : 119-126.

Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta Timur. Penebar Swadaya.


Suyudi, Muhammad. 2021. Pengaruh Tenaga Kerja dan Luas Lahan Terhadap
Pendapatan Petani Merica di Desa Puncak Kecamatan Sinjai Selatan
Kabupaten Sinjai. [SKRIPSI]. Makassar : Universitas Muhammadiyah
Makassar.
66

Syafruwadi, A., H. Fajeri & Hamdani. 2012. Analisis Finansial Usahatani Padi
Verietas Unggul di Desa Guntung Ujung Kecamatan Gambar Kabupaten
Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal Agribisnis, 2(3), 181- 192.
Syahyuti, dkk. 2014. Kajian Peran Organisasi Petani dalam Mendukung
Pembangunan Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian.
Wanda, FA. 2015. Analisis Pendapatan Usaha Tani Jeruk Siam (Studi Kasus Di
Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser.
Ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, 3(3): 600-611.
Widiyarto, Aditya. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Panen
Usahatani Kopi Robusta di Kecamatan Dampit Kabupaten Malang Tahun
2016 (Studi Kasus Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur).
Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya Malang.
67

Lampiran 1. Identitas Responden


No Nama Jenis Kelamin Umur Jumlah Tanggungan Pendidikan Pengalaman Usahatani Luas Lahan Status Lahan
1 Masroni Laki-laki 46 3 SD (6) 3 2,5 Milik Sendiri
2 Isbik Mirwanto Laki-laki 33 3 D3 (15) 13 5 Milik Sendiri
3 Sahrul Laki-laki 40 3 SMA (12) 10 2 Milik Sendiri
4 Apendi Laki-laki 54 2 SD (6) 8 1 Milik Sendiri
5 Midan Laki-laki 44 4 SD (4) 17 6 Milik Sendiri
6 Jek Laki-laki 40 3 SD (6) 10 3 Milik Sendiri
7 Zulkipli Laki-laki 56 1 SD (6) 10 2 Milik Sendiri
8 Napi Laki-laki 33 2 SMP (9) 14 1 Milik Sendiri
9 Rendy Sandra Laki-laki 32 2 SMA (12) 12 2 Milik Sendiri
10 Bujang Cit Laki-laki 50 3 SD (3) 20 1,5 Milik Sendiri
11 Muharis Laki-laki 55 2 SD (2) 9 2 Milik Sendiri
12 Maradona Laki-laki 37 2 SD (6) 7 1 Milik Sendiri
13 Jumhar Laki-laki 63 2 SD (2) 16 2 Milik Sendiri
14 Edi Laki-laki 37 1 Tidak Sekolah 4 1 Milik Sendiri
15 Sabda Laki-laki 32 2 SD (6) 5 2 Milik Sendiri
16 Yudi Laki-laki 30 2 SMA (12) 3 1 Milik Sendiri
17 Suparta Laki-laki 30 2 D3 (15) 9 1 Milik Sendiri
18 Endri Saryono Laki-laki 35 2 SMP (9) 7 2 Milik Sendiri
19 Sidik Laki-laki 49 3 SD (4) 9 3 Milik Sendiri
20 Rebo Laki-laki 50 2 SD (2) 8 2 Milik Sendiri
21 Rahmat Laki-laki 34 2 SMP (9) 8 3 Milik Sendiri
22 Suriyadi Laki-laki 35 2 SD (2) 7 1 Milik Sendiri
23 Mat Yunus Laki-laki 50 3 SD (6) 12 2 Milik Sendiri
24 Salip Laki-laki 54 1 SD (2) 10 2 Milik Sendiri
25 Santi Perempuan 49 1 SD (2) 7 1,5 Milik Sendiri
26 Bustari Laki-laki 54 1 SD (2) 10 2 Milik Sendiri
27 Agusalim Laki-laki 65 1 SD (2) 12 2 Milik Sendiri
28 Anuar Laki-laki 50 1 SD (3) 9 2 Milik Sendiri
29 Lukman Laki-laki 55 3 SD (2) 10 2 Milik Sendiri
30 Jasuri Laki-laki 55 2 SD (2) 5 1 Milik Sendiri
31 Muhamad Agus Laki-laki 45 2 SMA (12) 5 1 Milik Sendiri
32 Tori Laki-laki 57 1 SD (3) 15 2 Milik Sendiri
33 Bujang Majana Laki-laki 35 3 SMP (9) 5 1 Milik Sendiri
34 Sumardii Laki-laki 42 3 SD (6) 8 2 Milik Sendiri
35 Sakban Laki-laki 50 3 SD (2) 12 3 Milik Sendiri
36 Samsul Laki-laki 44 3 SMP (9) 10 2,5 Milik Sendiri
37 Arden Laki-laki 52 1 SD (2) 8 1 Milik Sendiri
68

Lampiran 2. Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan


No Nama Luas lahan Status Kepemilikan Lahan
1 Masroni 2,5 Milik Sendiri
2 Isbik Mirwanto 5 Milik Sendiri
3 Sahrul 2 Milik Sendiri
4 Apendi 1 Milik Sendiri
5 Midan 6 Milik Sendiri
6 Jek 3 Milik Sendiri
7 Zulkipli 2 Milik Sendiri
8 Napi 1 Milik Sendiri
9 Rendy Sandra 2 Milik Sendiri
10 Bujang Cit 1,5 Milik Sendiri
11 Muharis 2 Milik Sendiri
12 Maradona 1 Milik Sendiri
13 Jumhar 2 Milik Sendiri
14 Edi 1 Milik Sendiri
15 Sabda 2 Milik Sendiri
16 Yudi 1 Milik Sendiri
17 Suparta 1 Milik Sendiri
18 Endri Saryono 2 Milik Sendiri
19 Sidik 3 Milik Sendiri
20 Rebo 2 Milik Sendiri
21 Rahmat 3 Milik Sendiri
22 Suriyadi 1 Milik Sendiri
23 Mat Yunus 2 Milik Sendiri
24 Salip 2 Milik Sendiri
25 Santi 1,5 Milik Sendiri
26 Bustari 2 Milik Sendiri
27 Agusalim 2 Milik Sendiri
28 Anuar 2 Milik Sendiri
29 Lukman 2 Milik Sendiri
30 Jasuri 1 Milik Sendiri
31 Muhamad Agus 1 Milik Sendiri
32 Tori 2 Milik Sendiri
33 Bujang Majana 1 Milik Sendiri
34 Sumardii 2 Milik Sendiri
35 Sakban 3 Milik Sendiri
36 Samsul 2,5 Milik Sendiri
37 Arden 1 Milik Sendiri
69

Lampiran 3. Penggunaan Tenaga Kerja

No Nama Jenis Tenaga Keja Jumlah (Orang)


1 Masroni Tenaga Kerja Dalam Keluarga 3
2 Isbik Mirwanto Tenaga Kerja Luar Keluarga 9
3 Sahrul Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
4 Apendi Tenaga Kerja Dalam Keluarga 2
5 Midan Tenaga Kerja Luar Keluarga 8
6 Jek Tenaga Kerja Luar Keluarga 6
7 Zulkipli Tenaga Kerja Dalam Keluarga 2
8 Napi Tenaga Kerja Dalam Keluarga 3
9 Rendy Sandra Tenaga Kerja Dalam Keluarga 2
10 Bujang Cit Tenaga Kerja Dalam Keluarga 3
11 Muharis Tenaga Kerja Dalam Keluarga 3
12 Maradona Tenaga Kerja Luar Keluarga 6
13 Jumhar Tenaga Kerja Dalam Keluarga 2
14 Edi Tenaga Kerja Dalam Keluarga 3
15 Sabda Tenaga Kerja Dalam Keluarga 3
16 Yudi Tenaga Kerja Dalam Keluarga 2
17 Suparta Tenaga Kerja Dalam Keluarga 3
18 Endri Saryono Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
19 Sidik Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
20 Rebo Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
21 Rahmat Tenaga Kerja Luar Keluarga 7
22 Suriyadi Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
23 Mat Yunus Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
24 Salip Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
25 Santi Tenaga Kerja Dalam Keluarga 3
26 Bustari Tenaga Kerja Dalam Keluarga 2
27 Agusalim Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
28 Anuar Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
29 Lukman Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
30 Jasuri Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
31 Muhamad Agus Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
32 Tori Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
33 Bujang Majana Tenaga Kerja Dalam Keluarga 3
34 Sumardii Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
35 Sakban Tenaga Kerja Luar Keluarga 6
36 Samsul Tenaga Kerja Luar Keluarga 6
37 Arden Tenaga Kerja Luar Keluarga 4
70

Lampiran 4. Biaya Penyusutan Alat (Biaya Tetap)


No Nama Cangkul Parang Tangki Semprot Dodos Loding Drum Air Ember Agrek arko Batu Asah Mesin Semprot timbangan Total Penyusutan
1 Masroni Rp46.000 Rp25.000 Rp70.000 Rp24.000 Rp14.000 Rp25.000 Rp5.000 Rp0 Rp110.000 Rp11.250 Rp0 Rp0 Rp330.250
2 Isbik Mirwanto Rp72.000 Rp37.500 Rp240.000 Rp48.000 Rp28.000 Rp75.000 Rp0 Rp160.000 Rp220.000 Rp45.000 Rp510.000 Rp0 Rp1.383.000
3 Sahrul Rp24.000 Rp25.000 Rp60.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp30.000 Rp10.000 Rp160.000 Rp110.000 Rp10.000 Rp0 Rp0 Rp44.200
4 Apendi Rp0 Rp24.000 Rp70.000 Rp40.000 Rp14.000 Rp25.000 Rp10.000 Rp160.000 Rp162.500 Rp0 Rp0 Rp0 Rp505.500
5 Midan Rp0 Rp72.000 Rp140.000 Rp52.000 Rp32.000 Rp75.000 Rp10.000 Rp160.000 Rp300.000 Rp22.500 Rp0 Rp0 Rp863.500
6 Jek Rp48.000 Rp44.000 Rp140.000 Rp48.000 Rp16.000 Rp100.000 Rp8.000 Rp160.000 Rp200.000 Rp10.000 Rp0 Rp0 Rp774.000
7 Zulkipli Rp24.000 Rp30.000 Rp70.000 Rp26.000 Rp16.000 Rp25.000 Rp10.000 Rp160.000 Rp150.000 Rp11.250 Rp0 Rp0 Rp522.250
8 Napi Rp24.000 Rp15.000 Rp70.000 Rp26.000 Rp16.000 Rp25.000 Rp10.000 Rp0 Rp150.000 Rp11.250 Rp0 Rp0 Rp347.250
9 Rendy Sandra Rp0 Rp20.000 Rp70.000 Rp26.000 Rp16.000 Rp25.000 Rp5.000 Rp0 Rp137.500 Rp9.000 Rp0 Rp50.000 Rp358.500
10 Bujang Cit Rp0 Rp10.000 Rp70.000 Rp18.000 Rp20.000 Rp25.000 Rp5.000 Rp0 Rp162.500 Rp0 Rp0 Rp40.000 Rp350.500
11 Muharis Rp0 Rp20.000 Rp70.000 Rp20.000 Rp16.000 Rp25.000 Rp5.000 Rp160.000 Rp100.000 Rp11.250 Rp0 Rp0 Rp427.250
12 Maradona Rp0 Rp20.000 Rp70.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp30.000 Rp5.000 Rp0 Rp110.000 Rp10.000 Rp0 Rp0 Rp285.000
13 Jumhar Rp0 Rp25.000 Rp70.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp30.000 Rp6.000 Rp160.000 Rp110.000 Rp0 Rp0 Rp0 Rp441.000
14 Edi Rp0 Rp12.500 Rp70.000 Rp20.000 Rp16.000 Rp30.000 Rp5.000 Rp0 Rp110.000 Rp11.250 Rp0 Rp0 Rp274.750
15 Sabda Rp0 Rp15.000 Rp60.000 Rp24.000 Rp0 Rp30.000 Rp6.000 Rp0 Rp110.000 Rp11.250 Rp0 Rp0 Rp316.250
16 Yudi Rp0 Rp12.500 Rp70.000 Rp24.000 Rp0 Rp30.000 Rp5.000 Rp0 Rp120.000 Rp11.250 Rp0 Rp70.000 Rp342.750
17 Suparta Rp0 Rp12.500 Rp70.000 Rp24.000 Rp0 Rp60.000 Rp5.000 Rp0 Rp120.000 Rp11.250 Rp0 Rp0 Rp302.750
18 Endri Saryono Rp0 Rp12.500 Rp70.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp30.000 Rp6.000 Rp0 Rp120.000 Rp0 Rp0 Rp0 Rp278.500
19 Sidik Rp0 Rp25.000 Rp140.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp30.000 Rp6.000 Rp160.000 Rp110.000 Rp0 Rp0 Rp0 Rp511.000
20 Rebo Rp0 Rp25.000 Rp140.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp60.000 Rp6.000 Rp0 Rp110.000 Rp0 Rp0 Rp0 Rp381.000
21 Rahmat Rp0 Rp25.000 Rp140.000 Rp48.000 Rp32.000 Rp60.000 Rp12.000 Rp0 Rp110.000 Rp12.000 Rp0 Rp0 Rp439.000
22 Suriyadi Rp0 Rp25.000 Rp70.000 Rp48.000 Rp16.000 Rp60.000 Rp7.000 Rp0 Rp100.000 Rp10.000 Rp0 Rp70.000 Rp406.000
23 Mat Yunus Rp0 Rp25.000 Rp70.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp25.000 Rp6.000 Rp160.000 Rp110.000 Rp9.000 Rp0 Rp0 Rp445.000
24 Salip Rp0 Rp12.500 Rp70.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp25.000 Rp6.000 Rp0 Rp110.000 Rp0 Rp0 Rp0 Rp263.500
25 Santi Rp0 Rp12.500 Rp70.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp25.000 Rp7.000 Rp0 Rp110.000 Rp0 Rp0 Rp0 Rp264.500
26 Bustari Rp0 Rp25.000 Rp70.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp25.000 Rp12.000 Rp160.000 Rp120.000 Rp9.000 Rp0 Rp0 Rp461.000
27 Agusalim Rp0 Rp25.000 Rp70.000 Rp24.000 Rp17.000 Rp25.000 Rp6.000 Rp160.000 Rp120.000 Rp9.000 Rp0 Rp0 Rp456.000
28 Anuar Rp0 Rp25.000 Rp70.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp25.000 Rp7.000 Rp0 Rp120.000 Rp9.000 Rp0 Rp0 Rp296.000
29 Lukman Rp0 Rp25.000 Rp80.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp60.000 Rp6.000 Rp160.000 Rp120.000 Rp9.000 Rp0 Rp0 Rp500.000
30 Jasuri Rp0 Rp12.500 Rp60.000 Rp24.000 Rp0 Rp25.000 Rp6.000 Rp0 Rp120.000 Rp9.000 Rp0 Rp60.000 Rp316.500
31 Muhamad Agus Rp0 Rp25.000 Rp70.000 Rp24.000 Rp0 Rp0 Rp6.000 Rp0 Rp120.000 Rp9.000 Rp0 Rp60.000 Rp314.000
32 Tori Rp0 Rp25.000 Rp80.000 Rp25.000 Rp16.000 Rp30.000 Rp14.000 Rp160.000 Rp120.000 Rp9.000 Rp0 Rp0 Rp479.000
33 Bujang Majana Rp0 Rp12.500 Rp70.000 Rp24.000 Rp0 Rp25.000 Rp6.000 Rp0 Rp120.000 Rp0 Rp0 Rp60.000 Rp317.500
34 Sumardii Rp0 Rp25.000 Rp70.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp25.000 Rp6.000 Rp0 Rp120.000 Rp9.000 Rp0 Rp0 Rp295.000
35 Sakban Rp0 Rp25.000 Rp70.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp25.000 Rp6.000 Rp160.000 Rp120.000 Rp9.000 Rp0 Rp0 Rp455.000
36 Samsul Rp0 Rp25.000 Rp70.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp25.000 Rp6.000 Rp160.000 Rp120.000 Rp9.000 Rp0 Rp0 Rp455.000
37 Arden Rp0 Rp25.000 Rp70.000 Rp24.000 Rp16.000 Rp25.000 Rp6.000 Rp0 Rp120.000 Rp9.000 Rp0 Rp0 Rp295.000
71

Lampiran 5. Biaya Variabel


No Nama biaya pupuk biaya pestisida biaya tenaga kerja Total biaya Variabel
1 Mas roni Rp - Rp 1.500.000 Rp 1.000.000 Rp 2.500.000
2 Is bik Mirwanto Rp 16.560.000 Rp 3.000.000 Rp 6.000.000 Rp 25.560.000
3 Sahrul Rp 5.020.000 Rp 500.000 Rp 2.100.000 Rp 7.620.000
4 Ape ndi Rp - Rp 180.000 Rp 1.050.000 Rp 1.230.000
5 Midan Rp 30.800.000 Rp 2.000.000 Rp 3.450.000 Rp 36.250.000
6 Je k Rp 13.000.000 Rp 800.000 Rp 2.400.000 Rp 16.200.000
7 Zulkipli Rp - Rp 380.000 Rp 1.050.000 Rp 1.430.000
8 Napi Rp - Rp 1.350.000 Rp 1.950.000 Rp 3.300.000
9 Re ndy Sandra Rp - Rp 180.000 Rp 1.050.000 Rp 1.230.000
10 Bujang Cit Rp 7.190.000 Rp 900.000 Rp 1.200.000 Rp 9.290.000
11 Muharis Rp 2.700.000 Rp 1.800.000 Rp 1.200.000 Rp 5.700.000
12 Maradona Rp 2.400.000 Rp 90.000 Rp 2.400.000 Rp 4.890.000
13 Jumhar Rp - Rp 820.000 Rp 1.050.000 Rp 1.870.000
14 Edi Rp - Rp 310.000 Rp 1.200.000 Rp 1.510.000
15 Sabda Rp 1.530.000 Rp 540.000 Rp 1.200.000 Rp 3.270.000
16 Yudi Rp - Rp 130.000 Rp 1.050.000 Rp 1.180.000
17 Suparta Rp - Rp 710.000 Rp 1.200.000 Rp 1.910.000
18 Endri Saryono Rp 5.130.000 Rp 900.000 Rp 2.100.000 Rp 8.130.000
19 Sidik Rp - Rp 900.000 Rp 2.100.000 Rp 3.000.000
20 Re bo Rp - Rp 1.350.000 Rp 2.100.000 Rp 3.450.000
21 Rahmat Rp 17.000.000 Rp 1.350.000 Rp 2.550.000 Rp 20.900.000
22 Suriyadi Rp 1.660.000 Rp - Rp 2.100.000 Rp 3.760.000
23 Mat Yunus Rp - Rp 900.000 Rp 2.100.000 Rp 3.000.000
24 Salip Rp - Rp 450.000 Rp 2.100.000 Rp 2.550.000
25 Santi Rp - Rp 650.000 Rp 1.950.000 Rp 2.600.000
26 Bus tari Rp - Rp 900.000 Rp 2.100.000 Rp 3.000.000
27 Agus alim Rp - Rp 1.350.000 Rp 2.100.000 Rp 3.450.000
28 Anuar Rp - Rp 720.000 Rp 2.100.000 Rp 2.820.000
29 Lukman Rp - Rp 900.000 Rp 2.100.000 Rp 3.000.000
30 Jas uri Rp - Rp 900.000 Rp 2.100.000 Rp 3.000.000
31 Muhamad Agus Rp 1.530.000 Rp - Rp 2.100.000 Rp 3.630.000
32 Tori Rp - Rp 900.000 Rp 2.450.000 Rp 3.350.000
33 Bujang Majana Rp - Rp 650.000 Rp 1.950.000 Rp 2.600.000
34 Sumardii Rp - Rp 900.000 Rp 2.100.000 Rp 3.000.000
35 Sakban Rp 17.400.000 Rp 1.550.000 Rp 2.800.000 Rp 21.750.000
36 Sams ul Rp 13.560.000 Rp 900.000 Rp 2.400.000 Rp 16.860.000
37 Arde n Rp - Rp 775.000 Rp 2.100.000 Rp 2.875.000
72

Lampiran 6. Total Biaya Produksi


Nama Biaya tetap Biaya variabel Total Biaya
Masroni Rp330.250 Rp2.500.000 Rp2.830.250
Isbik Mirwanto Rp1.383.000 Rp25.560.000 Rp26.943.000
Sahrul Rp442.000 Rp7.620.000 Rp8.062.000
Apendi Rp505.500 Rp1.230.000 Rp1.735.500
Midan Rp863.500 Rp36.250.000 Rp37.113.500
Jek Rp774.000 Rp16.200.000 Rp16.974.000
Zulkipli Rp522.250 Rp1.430.000 Rp1.952.250
Napi Rp347.250 Rp3.300.000 Rp3.647.250
Rendy Sandra Rp358.500 Rp1.230.000 Rp1.588.500
Bujang Cit Rp350.500 Rp9.290.000 Rp9.640.500
Muharis Rp427.250 Rp5.700.000 Rp6.127.250
Maradona Rp285.000 Rp4.890.000 Rp5.175.000
Jumhar Rp441.000 Rp1.870.000 Rp2.311.000
Edi Rp274.750 Rp1.510.000 Rp1.784.750
Sabda Rp316.250 Rp3.270.000 Rp3.586.250
Yudi Rp342.750 Rp1.180.000 Rp1.522.750
Suparta Rp302.750 Rp1.910.000 Rp2.212.750
Endri Saryono Rp278.500 Rp8.130.000 Rp8.408.500
Sidik Rp511.000 Rp3.000.000 Rp3.511.000
Rebo Rp381.000 Rp3.450.000 Rp3.831.000
Rahmat Rp439.000 Rp20.900.000 Rp21.339.000
Suriyadi Rp406.000 Rp3.760.000 Rp4.166.000
Mat Yunus Rp445.000 Rp3.000.000 Rp3.445.000
Salip Rp263.500 Rp2.550.000 Rp2.813.500
Santi Rp264.500 Rp2.600.000 Rp2.864.500
Bustari Rp461.000 Rp3.000.000 Rp3.461.000
Agusalim Rp456.000 Rp3.450.000 Rp3.906.000
Anuar Rp296.000 Rp2.820.000 Rp3.116.000
Lukman Rp500.000 Rp3.000.000 Rp3.500.000
Jasuri Rp316.500 Rp3.000.000 Rp3.316.500
Muhamad Agus Rp314.000 Rp3.630.000 Rp3.944.000
Tori Rp479.000 Rp3.350.000 Rp3.829.000
Bujang Majana Rp317.500 Rp2.600.000 Rp2.917.500
Sumardii Rp295.000 Rp3.000.000 Rp3.295.000
Sakban Rp455.000 Rp21.750.000 Rp22.205.000
Samsul Rp455.000 Rp16.860.000 Rp17.315.000
Arden Rp295.000 Rp2.875.000 Rp3.170.000
jumlah Rp15.895.000 Rp241.665.000 Rp257.560.000
73

Lampiran 7. Total Penerimaan Selama 3 Bulan

No Nama Bulan Produksi (kg) Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan


1 Masroni Januari 1000 Rp2.200 Rp2.200.000
Februari 1100 Rp2.500 Rp2.750.000
Maret 1200 Rp2.800 Rp3.360.000
Jumlah 3300 Rp7.500 Rp8.310.000

2 Isbik Mirwanto
Januari 13000 Rp3.200 Rp41.600.000
Februari 13600 Rp3.500 Rp47.600.000
Maret 14000 Rp3.610 Rp50.540.000
Jumlah 40600 Rp10.310 Rp139.740.000

3 Sahrul Januari 3500 Rp3.200 Rp11.200.000


Februari 3950 Rp3.250 Rp12.837.500
Maret 4000 Rp3.400 Rp13.600.000
Jumlah 11450 Rp9.850 Rp37.637.500

4 Apendi Januari 1500 Rp2.250 Rp3.375.000


Februari 1700 Rp2.500 Rp4.250.000
Maret 2000 Rp2.700 Rp5.400.000
Jumlah 5200 Rp7.450 Rp13.025.000

5 Midan Januari 6900 Rp3.000 Rp20.700.000


Februari 7200 Rp3.100 Rp22.320.000
Maret 7000 Rp3.000 Rp21.000.000
Jumlah 21100 Rp9.100 Rp64.020.000

No Nama Bulan Produksi (kg) Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan


6 Jek Januari 4950 Rp2.900 Rp14.355.000
Februari 5000 Rp3.000 Rp15.000.000
Maret 5500 Rp3.100 Rp17.050.000
Jumlah 15450 Rp9.000 Rp46.405.000

7 Zulkipli Januari 1500 Rp3.100 Rp4.650.000


Februari 1900 Rp3.200 Rp6.080.000
Maret 2000 Rp3.000 Rp6.000.000
Jumlah 5400 Rp9.300 Rp16.730.000

8 Napi Januari 600 Rp3.400 Rp2.040.000


Februari 650 Rp3.450 Rp2.242.500
Maret 700 Rp3.500 Rp2.450.000
Jumlah 1950 Rp10.350 Rp6.732.500

9 Rendy Sandra
Januari 1900 Rp2.900 Rp5.510.000
Februari 2000 Rp2.950 Rp5.900.000
Maret 1950 Rp3.000 Rp5.850.000
Jumlah 5850 Rp8.850 Rp17.260.000

10 Bujang Cit Januari 1000 Rp2.850 Rp2.850.000


Februari 1700 Rp2.900 Rp4.930.000
Maret 1500 Rp3.000 Rp4.500.000
Jumlah 4200 Rp8.750 Rp12.280.000
74

Lanjutan lampiran 7.

No Nama Bulan Produksi (kg) Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan


11 Muharis Januari 900 Rp2.800 Rp2.520.000
Februari 1200 Rp2.900 Rp3.480.000
Maret 1400 Rp3.000 Rp4.200.000
Jumlah 3500 Rp8.700 Rp10.200.000

12 Maradona Januari 900 Rp2.900 Rp2.610.000


Februari 970 Rp2.950 Rp2.861.500
Maret 1000 Rp3.000 Rp3.000.000
Jumlah 2870 Rp8.850 Rp8.471.500

13 Jumhar Januari 1900 Rp3.000 Rp5.700.000


Februari 1950 Rp3.200 Rp6.240.000
Maret 2000 Rp3.600 Rp7.200.000
Jumlah 5850 Rp9.800 Rp19.140.000

14 Edi Januari 1000 Rp2.950 Rp2.950.000


Februari 1050 Rp2.975 Rp3.123.750
Maret 1200 Rp3.000 Rp3.600.000
Jumlah 3250 Rp8.925 Rp9.673.750

15 Sabda Januari 1200 Rp2.900 Rp3.480.000


Februari 1350 Rp2.950 Rp3.982.500
Maret 1500 Rp3.000 Rp4.500.000
Jumlah 4050 Rp8.850 Rp11.962.500

No Nama Bulan Produksi (kg) Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan


16 Yudi Januari 900 Rp2.900 Rp2.610.000
Februari 910 Rp2.950 Rp2.684.500
Maret 1000 Rp3.000 Rp3.000.000
Jumlah 2810 Rp8.850 Rp8.294.500

17 Suparta Januari 1000 Rp2.900 Rp2.900.000


Februari 980 Rp2.950 Rp2.891.000
Maret 1100 Rp3.000 Rp3.300.000
Jumlah 3080 Rp8.850 Rp9.091.000

18 Endri Saryono
Januari 1800 Rp2.900 Rp5.220.000
Februari 1980 Rp3.000 Rp5.940.000
Maret 2100 Rp3.100 Rp6.510.000
Jumlah 5880 Rp9.000 Rp17.670.000

19 Sidik Januari 3200 Rp2.950 Rp9.440.000


Februari 3350 Rp2.950 Rp9.882.500
Maret 3500 Rp3.000 Rp10.500.000
Jumlah 10050 Rp8.900 Rp29.822.500

20 Rebo Januari 2420 Rp3.499 Rp8.467.580


Februari 2400 Rp3.500 Rp8.400.000
Maret 2520 Rp3.510 Rp8.845.200
Jumlah 7340 Rp10.509 Rp25.712.780
75

Lanjutan lampiran 7.

No Nama Bulan Produksi (kg) Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan


21 Rahmat Januari 3500 Rp3.200 Rp11.200.000
Februari 3450 Rp3.400 Rp11.730.000
Maret 3500 Rp3.500 Rp12.250.000
Jumlah 10450 Rp10.100 Rp35.180.000

22 Suriyadi Januari 1050 Rp2.900 Rp3.045.000


Februari 1120 Rp2.950 Rp3.304.000
Maret 1200 Rp3.000 Rp3.600.000
Jumlah 3370 Rp8.850 Rp9.949.000

23 Mat YunusJanuari 2400 Rp3.000 Rp7.320.000


Februari 2500 Rp3.050 Rp7.625.000
Maret 2500 Rp3.100 Rp7.750.000
Jumlah 7400 Rp9.150 Rp22.695.000

24 Salip Januari 2050 Rp2.900 Rp5.945.000


Februari 2150 Rp2.950 Rp6.342.500
Maret 2200 Rp3.000 Rp6.600.000
Jumlah 6400 Rp8.850 Rp18.887.500

25 Santi Januari 1500 Rp2.950 Rp4.425.000


Februari 1650 Rp3.000 Rp4.950.000
Maret 1700 Rp3.100 Rp5.270.000
Jumlah 4850 Rp9.050 Rp14.645.000

No Nama Bulan Produksi (kg) Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan


26 Bustari Januari 2300 Rp2.900 Rp6.670.000
Februari 2400 Rp2.900 Rp6.960.000
Maret 2500 Rp3.000 Rp7.500.000
Jumlah 7200 Rp8.800 Rp21.130.000

27 Agusalim Januari 2300 Rp3.000 Rp6.900.000


Februari 2450 Rp3.100 Rp7.595.000
Maret 2500 Rp3.200 Rp8.000.000
Jumlah 7250 Rp9.300 Rp22.495.000

28 Anuar Januari 2200 Rp2.900 Rp6.380.000


Februari 2450 Rp2.950 Rp7.227.500
Maret 2500 Rp3.000 Rp7.500.000
Jumlah 7150 Rp8.850 Rp21.107.500

29 Lukman Januari 2900 Rp2.950 Rp8.555.000


Februari 2950 Rp3.000 Rp8.850.000
Maret 3000 Rp3.200 Rp9.600.000
Jumlah 8850 Rp9.150 Rp27.005.000

30 Jasuri Januari 900 Rp2.800 Rp2.520.000


Februari 950 Rp2.850 Rp2.707.500
Maret 1000 Rp2.900 Rp2.900.000
Jumlah 2850 Rp8.550 Rp8.127.500
76

Lanjutan lampiran 7.
No Nama Bulan Produksi (kg) Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan
31 Muhamad Januari
Agus 950 Rp2.800 Rp2.660.000
Februari 970 Rp2.850 Rp2.764.500
Maret 1000 Rp2.900 Rp2.900.000
Jumlah 2920 Rp8.550 Rp8.324.500
973,3333333
32 Tori Januari 2650 Rp2.900 Rp7.685.000
Februari 2750 Rp3.100 Rp8.525.000
Maret 2800 Rp3.200 Rp8.960.000
Jumlah 8200 Rp9.200 Rp25.170.000
2733,333333
33 Bujang Majana
Januari 1000 Rp2.800 Rp2.800.000
Februari 1150 Rp2.850 Rp3.277.500
Maret 1200 Rp2.900 Rp3.480.000
Jumlah 3350 Rp8.550 Rp9.557.500
1116,666667
34 Sumardi Januari 2500 Rp2.900 Rp7.250.000
Februari 2550 Rp2.950 Rp7.522.500
Maret 2650 Rp3.000 Rp7.950.000
Jumlah 7700 Rp8.850 Rp22.722.500
2566,666667
35 Sakban Januari 3500 Rp3.000 Rp10.500.000
Februari 3700 Rp3.050 Rp11.285.000
Maret 4000 Rp3.100 Rp12.400.000
Jumlah 11200 Rp9.150 Rp34.185.000
3733,333333
36 Samsul Januari 3000 Rp2.900 Rp8.700.000
Februari 3100 Rp2.950 Rp9.145.000
Maret 3200 Rp3.100 Rp9.920.000
Jumlah 9300 Rp8.950 Rp27.765.000
3100
37 Arden Januari 1200 Rp2.900 Rp3.480.000
Februari 1400 Rp2.950 Rp4.130.000
Maret 1500 Rp3.000 Rp4.500.000
Jumlah 4100 Rp3.100 Rp12.710.000
77

Lampiran 8. Total dan Rata-rata Penerimaan


No Nama Penerimaan total
1 Masroni Rp8.310.000
2 Isbik Mirwanto Rp139.740.000
3 Sahrul Rp37.637.500
4 Apendi Rp13.025.000
5 Midan Rp64.020.000
6 Jek Rp46.405.000
7 Zulkipli Rp16.730.000
8 Napi Rp6.732.500
9 Rendy Sandra Rp17.260.000
10 Bujang Cit Rp12.280.000
11 Muharis Rp10.200.000
12 Maradona Rp8.471.500
13 Jumhar Rp19.140.000
14 Edi Rp9.673.750
15 Sabda Rp11.962.500
16 Yudi Rp8.294.500
17 Suparta Rp9.091.000
18 Endri Saryono Rp17.670.000
19 Sidik Rp29.822.500
20 Rebo Rp25.712.780
21 Rahmat Rp35.180.000
22 Suriyadi Rp9.949.000
23 Mat Yunus Rp22.695.000
24 Salip Rp18.887.500
25 Santi Rp14.645.000
26 Bustari Rp21.130.000
27 Agusalim Rp22.495.000
28 Anuar Rp21.107.500
29 Lukman Rp27.005.000
30 Jasuri Rp8.127.500
31 Muhamad Agus Rp8.324.500
32 Tori Rp25.170.000
33 Bujang Majana Rp9.557.500
34 Sumardii Rp22.722.500
35 Sakban Rp34.185.000
36 Samsul Rp27.765.000
37 Arden Rp12.110.000
Total Rp853.234.530
Rata-rata Rp23.060.393
78

Lampiran 9. Pendapatan Total Responden


No Nama Total Penerimaan Total Biaya Pendapatan
1 Masroni Rp 8.310.000 Rp 2.830.250 Rp 5.479.750
2 Isbik Mirwanto Rp 139.740.000 Rp 26.943.000 Rp 112.797.000
3 Sahrul Rp 37.637.500 Rp 8.062.000 Rp 29.575.500
4 Apendi Rp 13.025.000 Rp 1.735.500 Rp 11.289.500
5 Midan Rp 64.020.000 Rp 37.113.500 Rp 26.906.500
6 Jek Rp 46.405.000 Rp 16.974.000 Rp 29.431.000
7 Zulkipli Rp 16.730.000 Rp 1.952.250 Rp 14.777.750
8 Napi Rp 6.732.500 Rp 3.647.250 Rp 3.085.250
9 Rendy Sandra Rp 17.260.000 Rp 1.588.500 Rp 15.671.500
10 Bujang Cit Rp 12.280.000 Rp 9.640.500 Rp 2.639.500
11 Muharis Rp 10.200.000 Rp 6.127.250 Rp 4.072.750
12 Maradona Rp 8.471.500 Rp 5.175.000 Rp 3.296.500
13 Jumhar Rp 19.140.000 Rp 2.311.000 Rp 16.829.000
14 Edi Rp 9.673.750 Rp 1.784.750 Rp 7.889.000
15 Sabda Rp 11.962.500 Rp 3.586.250 Rp 8.376.250
16 Yudi Rp 8.294.500 Rp 1.522.750 Rp 6.771.750
17 Suparta Rp 9.091.000 Rp 2.212.750 Rp 6.878.250
18 Endri Saryono Rp 17.670.000 Rp 8.408.500 Rp 9.261.500
19 Sidik Rp 29.822.500 Rp 3.511.000 Rp 26.311.500
20 Rebo Rp 25.712.780 Rp 3.831.000 Rp 21.881.780
21 Rahmat Rp 35.180.000 Rp 21.339.000 Rp 13.841.000
22 Suriyadi Rp 9.949.000 Rp 4.166.000 Rp 5.783.000
23 Mat Yunus Rp 22.695.000 Rp 3.445.000 Rp 19.250.000
24 Salip Rp 18.887.500 Rp 2.813.500 Rp 16.074.000
25 Santi Rp 14.645.000 Rp 2.864.500 Rp 11.780.500
26 Bustari Rp 21.130.000 Rp 3.461.000 Rp 17.669.000
27 Agusalim Rp 22.495.000 Rp 3.906.000 Rp 18.589.000
28 Anuar Rp 21.107.500 Rp 3.116.000 Rp 17.991.500
29 Lukman Rp 27.005.000 Rp 3.500.000 Rp 23.505.000
30 Jasuri Rp 8.127.500 Rp 3.316.500 Rp 4.811.000
31 Muhamad Agus Rp 8.324.500 Rp 3.944.000 Rp 4.380.500
32 Tori Rp 25.170.000 Rp 3.829.000 Rp 21.341.000
33 Bujang Majana Rp 9.557.500 Rp 2.917.500 Rp 6.640.000
34 Sumardii Rp 22.722.500 Rp 3.295.000 Rp 19.427.500
35 Sakban Rp 34.185.000 Rp 22.205.000 Rp 11.980.000
36 Samsul Rp 27.765.000 Rp 17.315.000 Rp 10.450.000
37 Arden Rp 12.110.000 Rp 3.170.000 Rp 8.940.000
jumlah Rp 853.234.530 Rp 257.560.000 Rp 595.674.530
Rata-Rata Rp 23.060.393 Rp 6.961.081 Rp 16.099.312
79

Lampiran 10. Variabel Penelitian


Luas lahanHarga jual Produktivitas Jumlah tanaman Tenaga kerja Pengalaman usahatani Tingkat Pendidikan Keanggotaan kelompok tani Pendapatan
1 2518 1320 126 48 3 6 1 2191900
1 3442 8120 120 216 13 15 1 22559400
1 3287 5725 125 84 6 12 1 14787750
1 2505 5200 170 28 4 6 0 11289500
1 3034 3517 125 168 3 4 0 4484417
1 3004 5150 125 126 5 6 1 9810333
1 3098 2700 125 32 3 6 1 7388875
1 3453 1950 135 48 3 9 0 3085250
1 2950 2925 125 32 4 12 1 7835750
1 2924 2800 100 72 3 3 1 1759667
1 2914 1750 125 72 3 2 0 2036375
1 2952 2870 125 144 3 6 0 3296500
1 3272 2925 125 28 6 2 1 8414500
1 2977 3250 135 48 4 0 0 7889000
1 2954 2025 100 72 5 6 1 4188125
1 2952 2810 125 32 3 12 0 6771750
1 2952 3080 150 48 8 15 1 6878250
1 3005 2940 125 96 5 9 1 4630750
1 2967 3350 125 64 7 4 1 8770500
1 3503 3670 125 64 8 2 1 10940890
1 3367 3483 125 147 4 9 1 4613667
1 2952 3370 125 64 4 2 1 5783000
1 3067 3700 125 64 8 6 1 9625000
1 2951 3200 125 56 8 2 1 8037000
1 3020 3233 125 48 6 2 0 7853667
1 2935 3600 125 32 7 2 1 8834500
1 3103 3625 125 64 8 2 1 9294500
1 2952 3575 125 64 8 3 0 8995750
1 3051 4425 125 56 8 2 1 11752500
1 2852 2850 125 56 5 2 1 4811000
1 2851 2920 125 64 5 12 1 4380500
1 3070 4100 125 64 10 3 1 10670500
1 2853 3350 125 48 5 9 0 6640000
1 2951 3850 125 64 8 6 0 9713750
1 3052 3733 125 144 3 2 0 3993333
1 2985 3720 126 144 5 9 1 4180000
1 2954 4100 125 64 6 2 0 8940000
80

Lampiran 11. Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Standardi
zed
Coefficient
Unstandardized Coefficients s
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -14807655,490 4842702,192 -3,058 ,005
harga jual 1452,841 1141,883 ,076 1,272 ,213
produksi 1308,949 316,515 ,389 4,136 ,000
jumlah 52786,363 23338,915 ,141 2,262 ,031
tanaman
tenaga kerja 31325,651 10893,271 ,252 2,876 ,007
pengalaman 865333,196 151038,320 ,400 5,729 ,000
usahatani
tingkat 30806,556 56632,092 ,032 ,544 ,591
pendidikan
keanggotaan 293628,069 477433,837 ,036 ,615 ,543
kelompok tani

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
b
1 Regression 5244542470000 7 7492203529000 46,595 ,000
00,000 0,000
Residual 4663044581000 29 1607946407000
0,000 ,000
Total 5710846929000 36
00,000
a. Dependent Variable: pendapatan
a. Predictors: (Constant), keanggotaan kelompok tani, produksi, tingkat pendidikan, harga jual,
jumlah tanaman, pengalaman usahatani, tenaga kerja

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 ,958 ,918 ,899 1268048,26700 1,750
a. Predictors: (Constant), keanggotaan kelompok tani, produksi, tingkat pendidikan, harga
jual, jumlah tanaman, pengalaman usahatani, tenaga kerja
b. Dependent Variable: pendapatan
81

Lampiran 12. Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 37
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation 1138108,15000000
Most Extreme Differences Absolute ,096
Positive ,096
Negative -,071
Test Statistic ,096
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
82

b. Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -14807655,490 4842702,192 -3,058 ,005
harga jual 1452,841 1141,883 ,076 1,272 ,213 ,793 1,262
Produksi 1308,949 316,515 ,389 4,136 ,000 ,319 3,140
jumlah tanaman 52786,363 23338,915 ,141 2,262 ,031 ,722 1,386
tenaga kerja 31325,651 10893,271 ,252 2,876 ,007 ,365 2,737
pengalaman usahatani 865333,196 151038,320 ,400 5,729 ,000 ,576 1,735
tingkat pendidikan 30806,556 56632,092 ,032 ,544 ,591 ,820 1,219
keanggotaan kelompok 293628,069 477433,837 ,036 ,615 ,543 ,837 1,195
tani
83

c. Uji Heteroskedastisitas
84

Lampiran 13, Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai