Oleh
ITHRIY AULIYA
NIRM 01.4.3.17.0479
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Proposal
Tugas Akhir yang berjudul ‘Partisipasi Petani Terhadap Program KKSR
(Kebun Kelpa Sawit Rakyat) Di Kecamatan Mendobarat Kabupaten
Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung” telah disusun sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma IV dan
memperoleh gelar Sarjana Terapan (STr. P) di Politeknik Pembangunan
Pertanian (Polbangtan) Medan
Dalam proses penyusunan Proposal Tugas Akhir ini penulis tidak
terlepas dari bimbingan dan arahan berbagai pihak, maka pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ir. Yuliana Kansrini, M.Si selaku Direktur Polbangtan Medan
2. Dr. Iman Arman, SP, MM selaku Ketua Jurusan Perkebunan
Polbangtan Medan Sekaligus Dosen Pembimbing I
3. Ir. Iskandarini, MM, PhD selaku Dosen Pembimbing II
4. Panitia pelaksanaan kegiatan TA Politeknik Pembangunan Pertanian
Medan Tahun Akademik 2020/2021
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Proposal ini.
Akhir kata, semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
serta penulis juga menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan
dalam penulisan Proposal ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari berbagai pihak yang membangun demi kesempurnaan
Proposal Tugas Akhir ini.
Bangka, Maret 2021
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 3
A. Latar Belakang ............................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 7
C. Tujuan ............................................................................................................. 8
D. Manfaat ........................................................................................................... 8
E. Hipotesis ......................................................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 10
A. Landasan Teori ............................................................................................. 10
B. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 18
C. Kerangka Pikir .............................................................................................. 20
III. METODE PELAKSANAAN ....................................................................... 22
A. Lokasi ........................................................................................................... 22
B. Jenis Pengkajian ........................................................................................... 22
C. Batasan Operasional ..................................................................................... 22
D. Teknik Pengumpulan Data ............................ Error! Bookmark not defined.
E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 278
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
4
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan komoditas pertanian strategis yang menjadi salah
satu pilar bagi perekonomian Indonesia. Komoditas ini memberikan sumber
pendapatan yang sangat besar bagi perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian
dalam Rangka Pencapaian Kemandirian Pangan Nasional dan Peningkatan
Kesejahteraan Petani pendapatan negara melalui ekspor dan pajak serta berperan
penting dalam menyumbang produk domestik bruto Indonesia. Industri kelapa
sawit berperan sebagai sumber bahan baku bagi berbagai macam industri, baik
pangan, consumer goods, oleokimia, maupun bioenergi. Di samping itu, subsektor
ini sangat berperan dalam penyerapan tenaga kerja, membuka kesempatan
berusaha, serta pengembangan wilayah di berbagai daerah melalui multiplier effect
yang berdampak pada peningkatan dan pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah
pengembangan kelapa sawit (Agustira et al. 2008)
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan dalam
menggerakkan perekonomian di Indonesia (Ishak et al., 2017). Perkebunana Kelapa
Sawit di Kepulauan Bangka Belitung saat ini menjadi primadona seiring manfaat
positif dari pertumbuhan ekonomi yang dirasakan masyarakat setempat. Menurut
Data Direktorat Jenderal Perkebunan(2016). Saat ini perkebunan kelapa sawit
rakyat banyak berjalan tanpa ada kerjasama dengan pihak-pihak lain yang
menyebabkan berbagai macam masalah seperti skala usaha relatif sempit,akses
terbatas pada sumber permodalan dan teknologi, pengadaan sarana prasarana
produksi, dan pemasaran TBS (Tandan Buah Segar). Kondisi ini berdampak pada
sulitnya pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat, oleh karena itu perlu
adanya kemitraan antara petani dengan pihaklain yang berkepentingan dalam usaha
perkebunan kelapa sawit seperti perusahaan swasta dan BUMN pemerintah.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi dengan mayoritas
penduduk bermata pencaharian utama yaitu pada sektor pertanian, ini dapat dilihat
pada luas lahan pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2017
mencapai 70,60% dari luas daratan atau setara dengan 1.174.938 ha. Lahan bukan
sawah mendominasi lahan pertanian sebesar 1.149.880 ha atau sekitar 97,86%. Hal
5
ini dapat didukung pula dengan Jumlah perkebunan besar kelapa sawit di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2017 tercatat sebanyak 41 perusahaan dan
luas areal tanaman perkebunan rakyat komoditi kelapa sawit mengalami kenaikan
(Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2018).
Kabupaten Bangka merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung,dengan sistem pembangunan pertanian yang ingin
dicapai yaitu dengan pengembangan perkebunan yang berbasis kewilayahan dan
berwawasan lingkungan yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani. Demikian Pemerintah Daerah
KabupatenBangka melakukan upaya pengembangan sektor rill dengan
pengembangan perkebunan salah satunya melalui Program Kebun Kelapa Sawit
Rakyat yang selanjutnya dikenal dengan KKSR.
Kecamatan Mendobarat merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Bangka yang terdiri dari 15 desa dan dimana sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Selain membudidayakan tanaman pangan, tanaman
perkebunan seperti kelapa sawit, kelapa, kakao, dan karet merupakan jenis tanaman
yang banyak dibudidayakan oleh petani di wilayah ini. Kecamatan Mendobarat
juga merupakan wilayah yang berpotensi dalam budidaya tanaman kelapa sawit.
Tercatat hasil produksi kelapa sawit di kecamatan Mendobarat ialah sebesar
2329ton (BPS, 2020).
Program Kebun Kelapa Sawit Rakyat (KKSR) adalah salah satu upaya
mensinergikan tiga pilar pembangunan yakni swasta, masyarakat dan pemerintah
dalam suatu jalinan kerjasama yang saling menguntungkan. Pihak-pihak yang
bekerjasama akan ditetapkan berdasarkan surat perjanjian/kerjasama yakni sebagai
berikut:
Surat Perjanjian antara Pemerintah Daerah dengan Bank Syariah Mandiri
1. Nomor: 903/884/DPPKAD/2015Tentang Pembiayaan Pembangunan Kebun
Kelapa Sawit Rakyat (KKSR) Tahap IV.
2.Naskah Kesepakatan Bersama antara Pemda dengan PT. Putra Bangka Mandiri
Nomor : 525/859/DINHUTBUN/2015Tentang Naskah Kesepakatan Bersama
antara Pemerintah Kabupaten Bangka dengan PT. Putra Bangka Mandiri
6
3. Surat Keputusan Bupati Bangka Nomor : 188.45/2534/DINHUTBUN/2015
Tentang Penetapan Kelompok Tani Peserta Program Pembangunan Kebun Kelapa
Sawit Rakyat.
Tujuan dari Program Kebun Kelapa Sawit Rakyat yaitu untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat melalui
pengembangan perkebunan, meningkatkan usaha pembangunan perkebunan kelapa
sawit antara pemerintah, masyarakat dan pengusaha lokal, mendukung
pengembangan wilayah dan pemberdayaan masyarakat menuju petani yang maju
dan mandiri (Dinas Pertanian Kabupaten Bangka dalam Laporan KKSR, 2015).
B. Rumusan Masalah
Pelaksanaan program pertanian membutuhkan partisipasi dari petani.
Adanya partisipasi petani pada suatu program diharapkan mampu terlaksana
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Elizabeth (2008), menyatakan bahwa
partisipatif dalam proses pembangunan diantaranya melalui berbagai program
kebijakan pembangunan pertanian dimaksudkan agar dapat menjembatani antara
aspirasi dan kebutuhan masyarakat/petani di pedesaan. Selain itu partisipasi petani
juga diharapkan dapat menggugah kesadaran tentang keberhasilan atau kegagalan
proses pembangunan pertanian di pedesaan bukan tanggung jawab pemerintah
semata, melainkan sangat bergantung pada keberhasilan keterlibatan masyarakat
petani dalam penyelenggaraan pembangunan tersebut yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan petani.
Partisipasi petani juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang akan
meningkatkan tingkat partisipasinya sehingga faktor – faktor tersebut diantara nya
faktor usia, pendidikan, pengetahuan petani tentang program dan luas lahan
terhadap program tersebut. Partisipasi petani tersebut memiliki beberapa tahap
diantaranya tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi
program. Oleh karena itu rumusan masalah dalam pengkajian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana tingkat partisipasi petani terhadap program KKSR (Kebun Kelapa
Sawit Rakyat) di Kecamatan Mendobarat Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
7
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi petani terhadap program
KKSR (Kebun Kelapa Sawit Rakyat) di Kecamatan Mendobarat Kabupaten
Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari pengkajian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan tingkat Partisipasi petani terhadap program KKSR (Kebun
Kelapa Sawit Rakyat) di Kecamatan Mendobarat Kabupaten Bangka Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
2. Untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi Partisipasi petani
terhadap program KKSR (Kebun Kelapa Sawit Rakyat) di Kecamatan Mendobarat
Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
D. Manfaat
Berdasarkan identifikasi masalah dalam pengkajian ini, maka pengkajian
bermanfaat untuk :
1. Bagi Mahasiswa
Pengkajian ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana Terapan di Politehnik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Medan.
2. Bagi Pemerintah atau Stake Holder lainnya
a. Pengkajian ini dapat dijadikan bahan informasi dan referensi tentang
partisipasi petani terhadap program KKSR (Kebun Kelapa Sawit Rakyat) di
Kecamatan Mendobarat Kabupaten Bangka.
b. Pengkajian ini dapat menjadi landasan dan bahan pertimbangan bagi
penyelenggaraan penyuluhan tentang partisipasi petani dalam program
pemerintah di Kecamatan Mendobarat Kabupaten Bangka.
E. Hipotesis
1. Diduga tingkat partisipasi petani terhadap program KKSR (Kebun Kelapa Sawit
Rakyat) di Kecamatan Mendobarat masih rendah
8
2. Diduga ada faktor yang mempengaruhi partisipasi petani terhadap program
KKSR (Kebun Kelapa Sawit Rakyat)
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Partisipasi
Dwiningrum (2011), membedakan partisipasi menjadi empat jenis yaitu :
partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan,
partisipasi dalam evaluasi, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi
dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan penentuan alternatif dengan
masyarakat yang berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan
bersama. Partisipasi ini masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan
orientasi pembangunan. Wujud dari partisipasi ini antara lain seperti kehadiran
rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program
yang ditawarkan.
Partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi: menggerakkan
sumber daya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program.
Partisipasi dalam evaluasi, partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan
dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan
untuk mengetahui ketercapaian program yang telah direncanakan sebelumnya.
Pengertian partisipasi menurut Mardikanto (2013) yaitu keikutsertaan
seseorang atau kelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Keikutsertaan
atau keterlibatan yang dimaksud disini bukan bersifat pasif tetapi secara aktif
ditunjukkan oleh yang bersangkutan. Oleh itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan
sebagai keikutsertaan di dalam suatau kelompok sosial untuk mengambil bagian
dalam kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau profesinya sendiri. Verhangen
dalam Mardikanto (2013) mengungkapkan bahwa sebagai suatu kegiatan,
partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang
berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab dan manfaat.
Mardikanto (2013) menyebutkan bahwa pada konteks kegiatan
pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan perwujudan dari kesadaran dan
kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan
yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup mereka. Hal ini dimaksudkan, agar
melalui partisipasi yang diberikan berarti benar – benar menyadari bahwa kegiatan
10
pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
pemerintah sendiri, tetapi juga menurut keterlibatan masyarakat yang akan
diperbaiki mutu hidupnya. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
partisipasi merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan
sukarela baik itu karena alasan – alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar
(ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan mencangkup
pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
(pemantauan, evaluasi dan pengawasan), serta pemanfaatan hasil – hasil kegiatan
yang dicapai (Mardikanto, 2013).
2. Lingkup Partisipasi
Cohen dan Uphoff (1979), menyebutkan bahwa Partisipasi dibagi dalam
empat jenis partisipasi yang paling signifikan dalam kegiatan pembangunan
pedesaan diantaranya yaitu partisipasi pengambilan keputusan dalam perencanaan,
partisipasi dalam implementasi/pelaksanaan, partisipasi dalam menerima manfaat
dan partisipasi dalam evaluasi. Slamet (1993), mengemukakan adanya tiga bentuk
kegiatan partisipasi yaitu partisipasi dalam tahap perencanaan, partisipasi dalam
tahap pelaksanaan dan partisipasi dalam tahap pemanfaatan.
1. Partisipasi Dalam Tahap Perencanaan
Keterlibatan seseorang dalam perencanaan pembangunan sekaligus
membawa dalam proses pembentukan keputusan, mencangkup empat tingkatan.
Pertama, ialah mendefinisikan situasi yang menghendaki adanya keputusan. Kedua,
memilih alternatif yang cocok untuk dipilih sesuai kondisi dan situasi. Ketiga,
menentukan cara terbaik agar keputusan yang telah dibuat dapat dilaksanakan.
Dengan demikian dalam tahapan ketiga ini merupakan jabaran rencana,
operasionalisasi rencana. Keempat, mengevaluasi akibat apa saja yang timbul
sebagai akibat dari pilihan keputusan itu. Pengukuran partisipasi dalam tahap
perencanaan menggunakan unsur kepengurusan, frekuensi kehadiran dalam rapat,
frekuensi mengajukan usul/saran dan diterima tidaknya usul/saran yang
disampaikan.
11
Pada tahap pelaksanaan, pengukuran titik tolak pada sejauh mana
masyarakat secara nyata terlibat dalam aktivitas – aktifitas riil yang merupakan
perwujudan program – program yang telah digariskan di dalam kegiatan – kegiatan
fisik. Pengukuran partisipasi dalam tahap pelaksanaan menggunakan unsur bentuk
bantuan (tenaga, uang dan atau materi yang disumbangkan).
3. Partisipasi Dalam Tahap Pemanfaatan
Pada tahap pemanfaatan ialah partisipasi masyarakat dalam fase
penggunaan atau pemanfaatan hasil – hasil kegiatan pembangunan. Partisipasi
dalam tahap pemanfaatan di ukur dari sejauh mana anggota masyarakat memetik
hasil dari program yang dilakukan. Dwiningrum (2011), membedakan partisipasi
dalam empat jenis yaitu partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam
pelaksanaan, partisipasi dalam evaluasi dan partisipasi dalam pengambilan
manfaat. Partisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan penentuan
alternatif dengan masyarakat yang berkaitan dengan gagasan atau ide yang
menyangkut kepentingan bersama. Partisipasi ini masyarakat menuntut hak untuk
ikut menentukan arah dan orientasi pembangunan. Wujud dari partisipasi ini antara
lain seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau
penolakan terhadap program yang ditawarkan. Partisipasi dalam pelaksanaan suatu
program meliputi menggerakkan sumber daya, dana, kegiatan administrasi,
koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam evaluasi, partisipasi
masyarakat yang berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara
menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang
telah direncanakan sebelumnya.
Yadav dalam Mardikanto (2013), menjelaskan bahwa terdapat empat
macam kegiatan yang menunjukkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
pembangunan, yaitu partisipasi dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan
kegiatan,pemantauan dan evaluasi serta partisipasi dalam pemanfaatan hasil – hasil
pembangunan. Berikut adalah uraian dari empat macam kegiatan tersebut :
1. Partisipasi Dalam Pengambilan Keputusan
Umumnya, setiap program pembangunan masyarakat selalu ditetapkan
sendiri oleh pemerintah pusat yang dalam banyak hal kurang mencerminkan
keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. Oleh karena itu, partisipasi
12
masyarakat terhadap pembangunan perlu ditumbuhkan melalui pembukaan forum
diskusi yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung dalam
proses pengambilan keputusan tentang program – program pembangunan di
wilayah setempat.
2. Partisipasi Dalam Pelaksanaan Kegiatan
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan harus diartikan
sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang
tunai,dan atau beragam bentuk korban lainnya yang sepadan dengan manfaat yang
akan diterima oleh masing – masing warga masyarakat yang bersangkutan. Dalam
pelaksanaan pembangunan, harus adanya partisipasi masyarakat pada pemeliharaan
proyek – proyek pembangunan kemasyarakatan yang telah berhasil diselesaikan.
Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan khusus untuk mengorganisir warga
masyarakat guna memelihara hasil – hasil pembangunan agar manfaatnya dapat
terus dinikmati dalam jangka panjang.
3. Partisipasi Dalam Pemantauan Dan Evaluasi Pembangunan
Kegiatan pemantauan dan evaluasi program serta proyek pembangunan
sangat diperlukan agar tujuan dapat dicapai sesuai yang diharapkan, juga untuk
memperoleh umpan balik mengenai masalah – masalah dan kendala yang muncul
dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan. Maka dari itu, partisipasi
masyarakat untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan
kegiatan serta perilaku aparat pembangunan sangat diperlukan.
4. Partisipasi Dalam Pemanfaatan Hasil Pembangunan
Perlu adanya pemerataan terkait pemanfaatan hasil pembangunan yang
bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak, karena pemanfaatan
hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk
selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang.
Dalam partisipasi terdapat beberapa bentuk kegiatan partisipasi yang
diberikan masyarakat dalam suatu program atau kegiatan. Menurut Dosseldorp
dalam Mardikanto (2013), menyatakan bentuk – bentuk kegiatan partisipasi yang
dilakukan oleh setiap warga masyarakat dapat berupa :
1. Menjadi anggota kelompok – kelompok masyarakat.
2. Melibatkan diri pada diskusi kelompok.
13
3. Melibatkan diri pada kegiatan – kegiatan organisasi untuk menggerakkan
partisipasi masyarakat yang lain.
4. Menggerakkan sumberdaya masyarakat.
5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan
6. Memanfaatkan hasil – hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.
3. Tingkat Partisipasi
Wilcox dalam Mardikanto (2013), menyatakan, dilihat dari tingkat atau
tahapan partisipasi terdapat 5 tingkatan yaitu :
1. Memberikan informasi (information).
2. Konsultasi (consultation) yaitu menawarkan pendapat, sebagai pendengar yang
baik untuk memberikan umpan balik tetapi tidak terlibat dalam implementasi ide
dan gagasan tersebut.
3. Pengambilan keputusan bersama (deciding together), dalam arti memberi
dukunganterhadap ide, gagasan, pilihan – pilihan serta mengembangkan peluang
yang diperlukan guna pengambilan keputusan.
4. Bertindak bersama (acting together), dalam arti tidak sekedar ikut serta dalam
pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dan menjalin kemitraan dalam
pelaksanaan kegiatannya.
5. Memberikan dukungan ( supporting independent community interest) dimana
kelompok – kelompok local menawarkan pendanaan, nasehat dan dukungan lain
untuk mengembangkan agenda kegiatan.
14
KKSR yang digunakan dalam pelaksanaan sistem ini adalah berdasarkan pada
akumulasi potensi yang dimiliki tiap-tiap individu petani itu sendiri, seperti aset,
modal, gagasan, kebutuhan, komitmen dan lain-lain. Individu petani dikembangkan
dalam kesatuan kelompok produktif dan selanjutnya membentuk forum koordinasi
diantara kelompok produktif sebagai embrio untuk bekerjasama dalam
perkebunan.Metode yang dipakai adalah metode partisipasif, POD (pendidikan
orang dewasa) dalam spirit kemitraan.
b. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pembinaan Kebun Kelapa Sawit Rakyat
(KKSR) adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan lapangan kerja yang pasti dan berkesinambungan bagi setiap kepala
keluarga petani.
2. Memperkuat potensi perusahaan sebagai mitra kerja petani dalam hal pemenuhan
pasokan bahan baku (kelapa sawit).
15
3. Memberdayakan masyarakat menuju petani yang maju dan mandiri.
16
penyuluhan pertanian. Menurut Kartasapoetra dalam Prima (2012), menyatakan
bahwa penyuluhan merupakan sistem pendidikan yang bersifat nonformal atau
sistem pendidikan diluar sistem persekolahan. Petani harus aktif dalam mengikuti
penyuluhan – penyuluhan sehingga adopsi (penerapan) teknologi atau hal – hal baru
akan meluas dan berkembang. Selain itu kegiatan penyuluhan juga merupakan
wadah transfer ilmu, informasi dan sebagai wadah penyamapaian dan penyesuaian
program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh petani.
Sehingga program – program masyarakat yang disusun dengan baik akan berhasil
dan masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
17
penduduk atas prestasi kerjanya selama periode waktu tertentu, baik harian,
mingguan, bulanan maupun tahunan.
Menurut Soekartawi (1988), petani dengan tingkat pendapatan tinggi akan
lebih mudah melakukan sesuatu yang diinginkan sehingga akan lebih aktif dalam
berpartisipasi dibandingkan dengan petani yang berpendapatan rendah. Sedangkan
petani berpendapatan rendah cenderung pasif. Mardikanto (1993), mengemukakan
bahwa faktor pendapatan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi yaitu dimana
tingkat kemampuan ekonomi seseorang yang secara ekonomi mampu dengan kata
lain tingkatan pendapatan tinggi, akan lebih mudah menyediakan modal untuk
berpartisipasi.
5. Luas Lahan
Khakheili dan Zamani dalamAnggreany, dkk (2016) menyatakan bahwa
luas lahan merupakan salah satu faktor yang membuat petani dapat berpartisipasi
aktif dalam mengelola irigasi.Luas lahan akan menentukan partisipasi petani
terhadap proyek. Luas sempitnya lahan yang dikuasai akan mempengaruhi anggota
untuk mengolah lahan(Iwan dalam Sitopudkk,2010).
Ruswandi (2005), penggunaan lahan merupakan gambaran perilaku
manusia terhadap lahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari penggunaan
lahan tersebut. Sesuai dengan pendapat Bratakusumah (2005) bahwa rencana
tataguna lahan merupakan ekspresi kehendak lngkungan masyarakat mengenai pola
tataguna lahan suatu lingkungan pada masa yang akan datang,sehingga tujuan dari
perencanaan tataguna lahan adalah melakukan penentuan pilihan dan penerapan
salah satu pola tataguna lahan yang terbaik dan sesuai dengan kondisi yang ada
sehingga diharapan dapat mencapai suatu sasaran tertentu.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai partisipasi petani menjadi literatur atau
referensi sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini. Berikut ini merupakan
beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian
ini yaitu :
1. Asep Sudrajat, Harjanto dan Leti Sundawati 2016, Partisipasi petani dalam
pengelolaan Hutan Rakyat Lestari di Desa Cikeusal dan Desa Kanangan
18
Kabupaten Kuningan. Faktor Internal (umur, Pendidikan, Luas Kepemilikan
Hutan danPengalaman Petani) Faktor Eksternal (Penyuluhan Kelompok Tani,
dan akses informas) dan Kompetensi. Partisipasi petani berpengaruh nyata
terhadap kelestarian hutan rakyat, namun tidak berpengaruh bagi
kesejahteraan petani. Kelestarian hutan rakyat juga dipengaruhi secara
langsung oleh faktor internal, faktor eksternal, dan kompetensi petani. Namun
kesejahteraan petani tidak dipengaruhi secara nyata baik oleh faktor internal,
faktor eksternal, kompetensi petani, partisipasi, maupun kelestarian hutan
rakyat
2. Sri Setiawati,Fourtina Agustinadan (2020) Eva Helda Dampak Sosial
Ekonomi Program Pemberdayaan Petani Kebun Kelapa Sawit Rakyat di
Kabupaten Bangka Pendidikan, Proses sosial, Gaya Hidup, Pendapatan
Akivitas Lapangan Kerja Dalam Kegiatan Program KKSR ini Peningkatan
pendapatan petani dari 38%menjadi 40 % , selain itu pengetahuan petani juga
meningkat dengan adanya pembinanaan teknis yang didampingi
olehPerusahaan terkait.
3. Muhammad Akmal Agustira, R. Amaliadan R.Nurkhoiry 2020, Program
Kelapasawit untuk rakyat (PROWITRA) Sebagai upaya peningkatan
produktivitas pemberdayaan keberlanjut Luas lahan, pengetahuan petani,
kelompok tani, prilaku pekebun. Model penelitian yang digunakan ialah PRA
denganmetode pendekatan pemberdayaan dan peningkatan partisipasi
masyarakat/pekebun.
4. Cristian Pratama putra, Dwi Sadono dan Djoko Susanto 2020, Persepsi Petani
tentang koperasi perkebunan kelapa sawit rakyat dikecamatan Kongbeng
Kabupaten Kutai Timur faktor internal( umur, tingkat pendidikan,jumlah
tanggungan keluarga, luas lahan garapan, pengalaman berusaha tani, lama
menjadi anggota) faktor eksternal (dukungan kemitraan, dukungan
perbankan, dukungan Kelompok tani,dukungan Penyuluh,dukungan
pemerintah daerah. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani
mengenai manfaat koperasi termasuk kategori baik petan sudah memiliki
pemahaman yang baik dalam menilai koperasi dengan dasar pengalaman
petani selama menggunakan jasa koperasi.faktor internalyang mempunyai
19
hubungan nyata dengan persepsi petani hanya pada tingkatpendidikan formal
dalam manfaat koperasi.
C. Kerangka Pikir
Partisipasi petani menjadi faktor penting untuk keberlanjutan pertanian di
areal pedesaan. Tanpa adanya partisipasi tentunya tidak ada perkumpulan, tidak ada
pembangunan dan tidak ada program. Partisipasi petani juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang akan meningkatkan tingkat partisipasinya sehingga faktor –
faktor tersebut diantaranya 1) Usia 2) Pendidikan non formal 3) pengetahuan petani
tentang program, 4) pendapatan, 5) Luas Lahan terhadap program tersebut.
Partisipasi petani tersebut memiliki beberapa tahap diantaranya tahap perencanaan,
pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi program. Berdasarkan Uraian Diatas,
secara sistematis kerangka berpikir pada penelitian ini ditampilkan pada gambar 1.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat partisipasi petani terhadap Program KKSR (Kebun Kelapa Sawit
Rakyat ) di Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi petani terhadap program KKSR
(Kebun Kelapa Sawit Rakyat ) di Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka ?
Tujuan
1. Untuk menentukan tingkat Partisipasi petani terhadap program KKSR (Kebun
Kelapa Sawit Rakyat) di Kecamatan Mendobarat Kabupaten Bangka Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
2. Untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi Partisipasi petani
terterhadap program KKSR (Kebun Kelapa Sawit Rakyat) di Kecamatan
Mendobarat Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3.
20
4.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang partisipasi petani dalam program Pengembangan
Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) di Kec. Nainggolan Kab. Samosir
Partisipasi Petani terhadap program KKSR (Kebun Kelapa Sawit Rakyat) di
Kecamatan Mendobarat Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
1. Usia (X1)
2. Pendidikan non Formal (X2)
3. Pengetahuan Tentang Program (X3) Partisipasi Petani terhadap
4. Pendapatan (X4) Program KKSR di Kec.
5. Luas lahan (X5) Mendobarat Kabupaten Bangka
Hasil Pengkajian
21
III. METODE PELAKSANAAN
B. Jenis Pengkajian
Metode deskriptif kuantitatif yang tujuannya untuk menjelaskan data yang
sudah ada kemudian dibahas dan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya,
tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum Sugiyono (2016).
C. Batasan Operasional
Pengkajian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode
deskriptif yaitu metode yang menggambarkan secara sistematis fakta dan
karakteristik objek atau subjek yang nyata sesuai dengan apa adanya. Metode
kuantitatif merupakan pengkajian dengan data pengkajian berupa angka-angka dan
Analisis menggunakan statistik. Metode pengkajian kuantitatif dapat diartikan
sebagai metode pengajaran yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk mengkaji populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen pengkajian, Analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan Sugiyono (2018).
1. Defenisi Operasional
22
Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah
konsep/variabel agar dapat di ukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator)
dari suatu konsep/variabel, dimana definisi operasional tidak boleh mempunyai
makna yang berbeda dengan definisi konseptual (Noor, 2012). Artinya, definisi
operasional pengkajian merupakan penjelasan atau pengertian variabel-variabel
yang ada dalam pengkajian dengan maksud membatasi lingkup makna variabel ke
arah objek pengamatan sehingga dapat dilakukan pengukuran.
a. Faktor – faktor yang diduga berpengaruh terhadap partisipasi petani terhadap
program KKSR (Kebun Kelapa Sawit Rakyat) yang meliputi :
1. Usia (X1), Lama hidup responden dari lahir sampai saat penelitian. Indikatornya
adalah kemampuan dan kesanggupan petani berusahatani pada usia penelitian ini
dilakukan. Di ukur dengan menggunakan skala likert dengan kriteria sangat setuju
(SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
2. Pendidikan non Formal (X2), yaitu pengajaran sistematis yang diorganisir dari
luar sistem pendidikan formal bagi individu atau sekelompok orang yang
memerlukan keperluan khusus seeperti penyuluhan dan pelatihan. Penyuluhan
merupakan sistem pendidikan yang bersifat non formal atau pendidikan diluar
sistem pendidikan formal. Data berupa data ordinal dan diukur: dengan skala likert
dengan kriteria sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS)
dan sangat tidak setuju (STS).
3. Pengetahuan petani tentang program (X3) yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh
petani mengenai program KKSR (Kebun Kelapa Sawit Rakyat) meliputi pengertian
umum progra, tujuan program serta manfaat program. Data berupa data ordinal dan
diukur: dengan skala likert dengan kriteria sangat setuju (SS), setuju (S), kurang
setuju (KS), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
4. Pendapatan (X4). Pendapatan merupakan imbalan/upah atau jumlah penghasilan
yang diterima petani dari pekerjaan yang dilakukannya (baik dari usahatani maupun
non-usahatani) selama periode waktu tertentu guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Maksud faktor pendapatan dalam pengkajian ini yaitu berkaitan dengan julam
pendapatan yang diperoleh petani dengan partisipasinya dalam kegiatan program
KKSR (Kebun Kelapa Sawit Rakyat). Data berupa data ordinal dan diukur: dengan
23
skala likert dengan kriteria sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak
setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
5. Luas Lahan (X5). Luas lahan adalah areal/tempat yang digunakan untuk
melakukan usahatani diatas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar (ha).
Di ukur dengan menggunakan skala likert dengan kriteria kriteria sangat setuju
(SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
b. Partisipasi petani adalah keikutsertaan petani dalam program KKSR (Kebun
Kelapa Sawit Rakyat) pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan
evaluasi. Selanjutnya Program KKSR ( Kebun Kelapa Sawit Rakyta ) merupakan
salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan
masyarakat melalui pengembangan perkebunan, meningkatkan usaha
pembangunan perkebunan kelapa sawit anatar pemeeintah, masyarakat dan
pengusaha lokal. Melalui kegiatan ini, maka pemerintah mendukung
pengembangan wilayah dan pemberdayaan masyarakat menuju petani yang maju
dan mandiri
1. Partisipasi pada tahap perencanaan yaitu keikutsertaan petani dalam tahap
perencanaan yang meliputi pengambilan keputusan, intensitas dalam menghadiri
rapat rutin, intensitas dalam mengajukan ide atau gagasan pada rapat serta
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan program KKSR (Kebun Kelapa
Sawit Rakyat).
2. Partisipasi pada tahap pelaksanaan yaitu keikutsertaan petani anggota dalam
pelaksanaan kegiatan program KKSR (Kebun Kelapa Sawit Rakyat)yang meliputi
keikutsertaan petani dalam mengikuti setiap kegiatan dari program KKSR. Seperti
keterlibatan dalam menjual hasil panen kepada perusahan yang telah bermitra.
3. Partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil yaitu sejauh mana petani dapat
merasakan manfaat dari program KKSR (Kebun Kelapa Sawit Rakyat) dilihat dari
peningkatan pendapatan dan harga buah sawit yang lebih baik.
4. Partisipasi pada tahap evaluasi yaitu keikutsertaan petani dalam mengevaluasi
program meliputi menghadiri rapat evaluasi program, mengawasi berjalannya
program dan memberi masukan atau saran terhadap pelaksanaan program KKSR
(Kebun Kelapa Sawit Rakyat).
2. Pengukuran Variabel
24
Berdasarkan batasan operasional dari masing-masing variabel yang telah
diuraikan sebelumnya maka selanjutnya masing-masing variabel tersebut akan
diuraikan sesuai dengan indikator dan kriteria yang telah ditentukan, kemudian
dilakukan penilaian dari kriteria-kriteria yang ada. Pengukuran variabel dalam
pengkajian ini menggunakan skala likert.
Skala likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau
fenomena suatu kejadian. Faktor internal dan eksternal diukur dengan
menggunakan pernyataan-pernyataan positif. Berikut pengukuran variabel
disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Pengukuran Variable (X) Yang Mempengaruhi Partisipasi petani dalam program KKSR
(Kebun Kelapa Sawit Rakyat)
No Batasan Indikator Kriteria Skor
25
No Batasan Indikator Kriteria Skor
26
8. Penyebaran kuesioner, sekaligus wawancara dengan responden.
9. Pengumpulan dan perekaman data.
10. Pengolahan data dan Analisis data.
11. Penulisan laporan akhir
12. Konsultasi Laporan Tugas Akhir
13. Jika sudah memenuhi kriteria maka dapat dilaksanakan seminar hasil.
14. Sidang komprehensif
27
populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi dalam pengkajian
ini adalah petani penerima bantuan program KKSR (Kebun Kelapa Sawit Rakyat)
di Kecamatan Mendobarat Kabupaten Bangka
2) Sampel
Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari
dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul representative Sugiyono (2018).
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Proportional Random
Sampling, dimana teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
Sugiyono (2018). Adapun objek yang akan dijadikan sampel adalah Menentukan
wilayah yang mengikuti kegiatan Program KKSR (Kebun Kelapa Sawit Rakyat)
Penentuan sampel dalam pengkajian ini dilakukan dengan menggunakan
rumus Yamane. Penarikan sampel menggunakan rumus formula Yamane dalam
Ridwan (2007) adalah sebagai berikut :
𝑁
𝑛=
𝑛 (𝑑)2 + 1
Keterangan :
n = Jumlah Sampel Keseluruhan
N = Jumlah Populasi
d = Presisi
Jumlah petani dari ketiga desa yang menjadi populasi untuk pelaksanaan
pengkajian ini adalah sebanyak 100 orang dengan menggunakan tingkat presisi
10%, Karena semakin kecil persentase yang diambil maka semakin banyak sampel
dan semakin banyak sampel digunakan maka semakin akurat data yang didapatkan.
Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan cara berikut:
100 100
𝑛= 2
𝑛=
100 (10%) + 1 100 𝑥 0,01 + 1
100
𝑛=
2
𝑛 = 50 orang
28
Maka jumlah sampel yang didapatkan dari jumlah populasi 100 petani
dalam mengukur Partisipasi petani terhadap Program KKSR (Kebun Kelapa Sawit
Rakyat) di Kecamatan Mendobarat Kabupaten Bangka adalah 50 orang.
Pembagian dalam penentuan sampel dilakukan dengan metode perhitungan
Proportional Random Sampling . yaitu pengambilan responden dengan
menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau kelompok yang
akan diwakilinya (Mardikanto, 2001).
Keterangan :
𝑁𝑖 = Jumlah Sampel/Perwakilan Sampel
N = Jumlah Populasi Kelompok
∑𝑁 = Jumlah Populasi Keseluruhan
n = Jumlah Sampel Keseluruhan
Maka jumlah sampel yang diambil dari setiap gabungan kelompok tani yaitu tersaji
pada tabel 4.
Tabel 4. Perhitungan Jumlah Sampel Pada Masing-Masing kelompok tani
No Desa Jumlah Menghitung Jumlah sampel
Petani Sampel
1. Kompas 31 31/100 x 50 = 16 orang
2 Seliman Terpadu 25 25/100 x 50 = 12 orang
3 Jaya Makmur 19 19/ 100x 50 = 10 orang
4 Sukses Bersama 25 25/100x50= 12 orang
Jumlah petani 50 orang
Sumber : pengolahan data primer Programa Kecamatan Mendobarat 2020
b. Sumber Data
Pengkajian ini menggunakan beberapa sumber data yang digunakan dalam
Pengkajian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Lungan dalam Putra
dkk, (2017), data primer dan data sekunder dibedakan berdasarkan cara
memperolehnya. Data adalah keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat
berupa sesuatu yang diketahui atau dianggap Hasan dalam Putra dkk, (2017) Data
yang akan digunakan dalam kajian ini terdiri dari :
29
1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden atau data-
data yang berupa informasi yang diperoleh dari kuesioner yang sudah disebar.
Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membagikan suatu daftar
pernyataan atau pertanyaan kepada petani responden untuk diisi.
2. Data sekunder merupakan teknik pengambilan berupa data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen yang terdapat pada instansi atau lembaga-lembaga terkait
sesuai dengan pengkajian yang dilakukan.
30
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur sehingga benar-benar
mengukur apa yang seharusnya diukur. Alat ukur yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah. Alat untuk melakukan uji validitas instrumen dilakukan
dengan menggunakan program SPSS 24 For Windows.
Uji validitas dilakukan untuk pengujian instrumen kuesioner yang berkaitan
dengan ketepatan alat ukur sehingga benar-benar mengukur apa yang sebenarnya
diukur. Data yang diperlukan dalam rumus, sebagai berikut :
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)}{𝑁 ∑ 𝑌 2 − (𝑁 ∑ 𝑌)2 }
Keterangan :
X = Skor pertanyaan
Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item
∑𝑋 = Jumlah skor dalam distribusi X
∑𝑌 = Jumlah skor dalam distribusi Y
∑ 𝑋2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
∑ 𝑌2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
N = Banyaknya responden
Tentang uji validitas ini dapat disampaikan hal-hal pokoknya, sebagai
berikut:
a. Uji ini sebenarnya untuk melihat kelayakan butir-butir pertanyaan dalam
kuesioner tersebut dapat mendefinisikan suatu variabel.
b. Uji validitas dilakukan setiap butir soal. Hasilnya dibandingkan dengan r Tabel |
df = n - k dengan tingkat kesalahan 5%.
c. Apabila r hitung > r tabel dengan df = n-2, maka kesimpulannya item kuesioner
tersebut valid. Apabila r hitung < r tabel dengan df= n-2, maka kesimpulannya item
kuesioner tersebut tidak valid.
Teknik uji validitas item dengan korelasi Pearson, yaitu dengan cara
mengkorelasikan skor item dengan skor totalnya. Skor total adalah penjumlahan
seluruh item pada suatu variabel. Pengujian signifikansi dilakukan dengan kriteria
menggunakan r tabel pada tingkatsignifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Uji validitas
diberikan kepada 15 orang responden diluar sampel yaitu petani.
2) Uji Reliabilitas
31
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil pengukuran
dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang
relatif sama, selama yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah Ridwan
(2007).
Rumus yang digunakan yaitu rumus alfa cronbach, yaitu:
𝑘 ∑ 𝜎2
𝑟𝑖𝑖 = [ ] [1 ]
𝑘−1 𝜎1 2
𝑟𝑖𝑖 = Reliabilitas instrumen
K = Banyaknya butir pertanyaan
∑𝜎 2 = Jumlah butir pertanyaan
𝜎1 2 = Varian total
Jika nilai Alpha > 0,60 disebut reliabel. Sebaliknya jika nilai Alpha < 0,60 disebut
tidak reliabel. Hasil uji reliabilitas terhadap variabel bebas dan variabel terikat
memiliki jumlah pernyataan lebih dari dua item dalam kuesioner. Alat untuk
melakukan uji reliabilitas dilakukan menggunakan program SPSS 24.
32
0 % - 20 % = Tingkat faktor-faktor partisipasi petani dalam program KKSR sangat
rendah
20 % - 49 % = Tingkat faktor-faktor partisipasi petani dalam program KKSR
rendah.
41 % - 60 % = Tingkat faktor-faktor partisipasi petani dalam program KKSR
sedang.
61 % - 80 % = Tingkat faktor-faktor partisipasi petani dalam program KKSR
tinggi.
81 % - 100% = Tingkat faktor-faktor partisipasi petani dalam program KKSR
sangat tinggi.
Hasil nilai diperoleh jika di plot melalui garis kontinum dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
b. Hipotesis II
Untuk mengkaji faktor-faktor partisipasi petani dalam program KKSR
(Kebun Kelapa Sawit Rakyat) yang mempengaruhi dengan menggunakan model
Analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linier ini banyak digunakan untuk
uji pengaruh antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
Persamaan linier berganda yaitu
𝑌 = 𝛼 + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝛽3 𝑋3 + 𝛽4 𝑋4 + 𝛽5 𝑋5
Y = Variabel partisipasi petani dalam program KKSR (Kebun Kelapa Sawit
Rakyat)
X1 = Variabel usia
X2 = Variabel pendidikan non formal
X3 = Variabel pengetahuan tentang program
X4 = Variabel pendapatan
X5 = Variabel Luas Lahan
33
Selanjutnya, untuk mengetahui pengaruh secara simultan atau secara
bersama-sama antara variabel X (faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
petani terhadap program KKSR yaitu, usia, pendidikan, pengetahuan tentang
program, pendapatan, luas lahan ) terhadap variabel Y ( partisipasi petani terhadap
program KSSR ) dilakukan uji f dengan rumus sebagai berikut :
𝑅 2 /𝑘
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
(1 − 𝑅 2 )/(𝑛 − 𝑘 − 1)
Keterangan:
R = Koefisien regresi ganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel
H0 = Artinya tidak ada pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara
variabel X (faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani terhadap
program KKSR yaitu, usia, pendidikan, pengetahuan tentang program,
pendapatan, luas lahan ) terhadap variabel Y ( partisipasi petani terhadap
program KSSR ) di Kecamatan Mendo barat
H1 = Artinya ada pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara variabel X
(faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani terhadap program
KKSR yaitu, usia, pendidikan, pengetahuan tentang program, pendapatan,
luas lahan ) terhadap variabel Y ( partisipasi petani terhadap program KSSR
) di Kecamatan Mendo barat
Kriteria penilaian adalah, jika:
F Hitung ≥ F Tabel : maka H0 ditolak, ada pengaruh secara simultan atau
bersama-sama antara variabel X (faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi petani terhadap program KKSR yaitu, usia, pendidikan,
pengetahuan tentang program, pendapatan, luas lahan ) terhadap variabel
Y ( partisipasi petani terhadap program KSSR ) di Kecamatan Mendo barat
F Hitung < F Tabel : maka H0 diterima, tidak ada pengaruh secara simultan atau
bersama-sama antara variabel X (faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi petani terhadap program KKSR yaitu, usia, pendidikan,
pengetahuan tentang program, pendapatan, luas lahan ) terhadap variabel
Y ( partisipasi petani terhadap program KSSR ) di Kecamatan Mendo barat
34
Mengkaji tingkat signifikan pengaruh secara parsial variabel X (faktor-
faktor yang mempengaruhi partisipasi petani terhadap program KKSR yaitu, usia,
pendidikan, pengetahuan tentang program, pendapatan, luas lahan ) terhadap
variabel Y ( partisipasi petani terhadap program KSSR ) di Kecamatan Mendo barat
di gunakan uji t karena sampel yang diambil lebih dari 10 (N> 10) dengan tingkat
kepercayaan 95% (𝛼 0,05) dengan rumus:
𝑁−2
t hitung = 𝑟𝑠 √1−(𝑟𝑠)2
Kesimpulan :
a. Thitung ≥ Ttabel, maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh secara parsial atau masing-
masing antar variabel X (faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani
terhadap program KKSR yaitu, usia, pendidikan, pengetahuan tentang program,
pendapatan, luas lahan ) terhadap variabel Y ( partisipasi petani terhadap program
KSSR ) di Kecamatan Mendo barat
b. T hitung < T tabel, maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh secara parsial atau
masing-masing antar variabel X (faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
petani terhadap program KKSR yaitu, usia, pendidikan, pengetahuan tentang
program, pendapatan, luas lahan ) terhadap variabel Y ( partisipasi petani terhadap
program KSSR ) di Kecamatan Mendo barat.
35
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual berdistribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
berdistribusi normal. Maksud data yang terdistribusi secara normal adalah bahwa
data akan mengikuti bentuk distribusi normal. Distribusi normal data dimana data
memusat pada nilai rata-rata dan median. Melihat apakah data terdistribusi secara
normal atau tidak, cara melihatnya bisa dengan menggunakan grafik Probability
Plot. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas P Plot dengan SPSS yaitu
:
a. Data dikatakan berdistribusi normal, jika data atau titik menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
b. Data dikatakan tidak berdistribusi normal, jika data atau titik menyebar jauh dari
arah garis atau tidak mengikuti diagonal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah uji untuk melihat ada tidaknya korelasi yang
tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda.
Jika ada korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan
antara variabel bebas terhadap variabel terikat menjadi terganggu. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas atau tidak terjadi
gejala multikolinearitas. Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji
gangguan multikolinearitas kajian ini adalah dengan Variance Inflation Factor
(VIF). Variasi bebas yang saling berkorelasi kuat satu sama lain. Salah satu cara
untuk mendeteksi gejala multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance
value atau Variance Inflation Factor (VIF) dengan kriteria keputusan sebagai
berikut:
(1) Apabila tolerance value > 0.1 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan tidak
terjadi gejala multikolinearitas antar variabel independen.
(2) Apabila tolerance value < 0.1 dan VIF > 10, maka dapat disimpulkan terjadi
gejala multikolinearitas antar variabel independen.
36
37
DAFTAR PUSTAKA
Agustira, M. A., Amalia, R., & Nurkhoiry, R. (2015). Program sawit untuk rakyat
(Prowitra) sebagai upaya peningkatan produktivitas, pemberdayaan,
keberlanjutan, dan kesejahteraan pekebun kelapa sawit rakyat. In Prosiding
Seminar Nasional “Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian dalam
Rangka Pencapaian Kemandirian Pangan Nasional dan Peningkatan
Kesejahteraan Petani (pp. 315-24).
Anggreany, S., P. Muljono, dan D. Sadono. 2016. Partisipasi Petani Dalam
ReplantingKelapa Sawit Di Provinsi Jambi.Jurnal Penyuluhan.Institut
Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Badan Pusat statistik. 2018. Luas Lahan Pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Pangkal Pinang
Badan Pusat statistic. 2020. Jumlah Produksi Panen Komoditas Perkebunan di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pangkal Pinang
Cohen, A. A. dan Uphoff, N. T. 1979. Feasibility and Application Of Rural
Development Participation. Cornel University. New York.
Dinas Pertanian. 2015. Laporan Kebun Sawit Rakyat. Sungailiat.
Direktorat Jenderal Perkebunan.2016. Statistik Perkebunan Indonesia2015-2017:
Kelapa Sawit. Kementerian Pertanian. Jakarta.
------------. 2018. Statistik Perkebunan Indonesia 2018: Kelapa Sawit. Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2011. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat
dalam Pendidikan. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Elizabeth, R. 2008. Partisipasi Sebagai Strategi Pemberdayaan Petani Miskin
Melalui Program Integrasi Jagung dan Ternak. Universitas Udayana. Bali.
Ishak, S., Hussain, M. Y., Omar, A. R. C., & Lyndon, N. (2017). Meneroka
Refleksi Simpati Rasional Orang Tengah dalam Rantaian Pengeluaran
Kelapa Sawit Pekebun Kecil (Exploring the Reflection of Rational
Sympathy of Middlemen within the Palm Oil Smallholders’ Supply Chain).
Akademika, 87(2).
38
Lumintang, Fatmawati M. 2016. Analisis Pendapatan Petani Padi Di Desa Teep
Kecamatan Langowan Timur. Jurnal Manado : Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Sam Ratulangi. Sulawesi Utara.
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Universitas Sebelas
Maret Press. Surakarta
Mardikanto, Totok. 2013. Metode Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Acuan Bagi Aparat Bidrokrasi, Akademisi, Praktisi Dan Peminat/Pemerhati
Pemberdayaan Masyarakat. UNS Press. Surakarta.
Setiawati, S. (2019). Pemberdayaan sosial ekonomi petani melalui program
kebun kelapa sawit rakyat (KKSR) di Desa Zed Kecamatan Mendo Barat
Kabupaten Bangka (Doctoral dissertation, Universitas Bangka Belitung).
Slamet, Y. 1993. Pembangunan Masyrakat Berwawasan Partisipasi. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Soekartawi, 1988. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian Teori
Dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Triana, Rizka Shafira. 2017. Partisipasi Petani Dalam Program Upaya Khusus
Peningkatan Produksi Padi, Jagung, Dan Kedelai (UP2PJK) Di
Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Wicaksono, Muhammad Arya. 2010. Analisis Tingkat Partisipasi Warga dalam
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus PT. Isuzu Astra
Indonesia Assy Plant Pondok Ungu). Skripsi. IPB. Bogor.
Yama, I Made Thresna. Gitosaputra, Sumaryo dan Hasanuddin, Tubagus. 2018.
Partisipasi Petani Padi Dalam Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi
Beras Nasional (P2BN) Di Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten
Lampung Tengah. Jurnal Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
39
40