Anda di halaman 1dari 51

i

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK


KALKUN DI KABUPATEN PRINGSEWU
PROVINSI LAMPUNG

SKRIPSI

OLEH :

ARUM REGYANA PRANA NINGRUM


NPM. E1C014010

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
2018
ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Analisis Pendapatan Usaha


Ternak Kalkun Di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung” adalah benar karya saya
sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantumkan dalam daftar
pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bengkulu, Oktober 2018

Arum Regyana Prana Ningrum


NPM. E1C014010
iii

RINGKASAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK KALKUN DI KABUPATEN


PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG (Arum Regyana Prana Ningrum, dibawah
bimbingan Jarmuji dan Dadang Suherman)

Kalkun (Meleagris gallopavo) merupakan produk peternakan yang memiliki


kandungan protein tinggi. Kalkun merupakan ternak yang biasa dipelihara masyarakat
sebagai ternak hias, namun kalkun dapat dimanfaatkan sebagai ternak yang menghasilkan
daging. Pemeliharaan kalkun dilakukan secara alami atau tidak banyak menggunakan
vitamin dan obat-obatan kimia sehingga dagingnya aman dikonsumsi manusia. Beberapa
kalkun yang dikembangkan di Indonesia yaitu jenis Broad Breasted Bronze, White Holland
dan kalkun cokelat. Varietas Broad Breasted Bronze merupakan hasil persilangan Broad
Breasted Bronze Large dengan Broad Breasted White Holland.Kalkun liar hidup dalam
kelompok-kelompok kecil di hutan dan memakan serangga, biji-bijian dan buah-buahan
yang jatuh dari pohon (Wiliamson dan Payne, 1993). Terdapat banyak bangsa kalkun di
Amerika diantaranya adalah Broad Breasted Bronze, Broad Breasted White, American
Mammoth Bronze, White Beltsville dan Hybird.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usaha Ternak Kalkun.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni - juli 2018 berlokasi di Kabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar serta dianalisis
secara deskriptif. Variabel yang diamati adalah Karakteristik Responden Karakteristik
Responden meliputi : Nama, pendidikan, pekerjaan, umur, dan lama beternak.Sistem
Pemeliharaan Yaitu bagaimana sistem atau cara peternak memelihara ternak kalkun
meliputi cara pemberian pakan, manajemen perkandangan, dan pengolahan feses,Biaya
Variabel (Variable Cost)Yaitu meliputi bibit kalkun, pakan, vaksin, obat-obatan, listrik,
dan tenaga kerja.yang dihitung selama setahun, Biaya Tetap (Fixed Cost)Yaitu penyusutan
kandang dan biaya penyusutan peralatan dihitung selama 1 tahun
Berdasarkan hasil penelitian R/C ternak kalkun umur 2 minggu adalah 1,01 sedangkan
umur 10 minggu adalah 1,38 dan untuk ternak kalkun umur 24 minggu adalah 2,87. Hasil
penelitian disimpulkan bahwa usaha kalkun di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
adalah layak untuk dikembangkan

(Program Studi Peternakan, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu)


iv

SUMMARY
v

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK


KALKUN DI KABUPATEN PRINGSEWU
PROVINSI LAMPUNG

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh derajat
Sarjana Peternakan pada Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu

Oleh :

Arum Regyana Prana Ningrum


NPM. E1C014010

Pembimbing :
Jarmuji, S.Pt.,M.Si
Dr. Ir. Dadang Suherman, MS

Bengkulu
2018
vi

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK KALKUN DI


KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

Oleh :

Arum Regyana Prana Ningrum


NPM. E1C014010

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji pada tanggal :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Jarmuji, S.Pt., M.Si Dr. Ir. Dadang Suherman, MS


NIP. 19781009 200501 1 003 NIP. 19591211 198603 1 002

Mengetahui,
Fakultas Pertanian
Dekan,

Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D


NIP. 19641029 198903 1 002
vii

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK KALKUN DI


KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

Oleh :

Arum Regyana Prana Ningrum


NPM. E1C0140110

Telah dipertahankan didepan Tim Penguji pada tanggal :

Ketua, Sekretaris,

Dr. Ir. Bieng Brata, MP Jarmuji, S.Pt.,M.Si


NIP. 19600218 198609 1 001 NIP. 19781009 200501 1 003

Angota I, Angota II,

Dr. Ir. Rustama Saepudin, M.Sc Dr. Ir. Dadang Suherman, MS


NIP. 19600504 198603 1 004 NIP. 19591211 198603 1 0012

Mengetahui,
Fakultas Pertanian
Dekan,

Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D


NIP. 19641029 198903 1 002
viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto
 “Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan, jangan pernah
mengabaikan tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan yang kemudian kita dapat. “(Mario
Teguh )
 Setetes keringat orang tuaku, harus aku bayar dengan kesuksesanku. Doaku adalah harapan ku,
orang tuaku adalah inspirasi besar hidupku”.

Persembahan
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
 Bapaku ( Slamet sri mulyono) dan Alm Ibuku (Tini idawati) yang telah melahirkan, membesarkan,
mendidik, mengiringi disetiap langkahku dengan doa restu yang tulus serta tak henti- hentinya
memberikan dukungan baik secara moral maupun materi serta selalu mencurahkan kasi sayang dan
do’a demi keberhasilan . trimakasi bapak ibu ku tercinta.
 mamasku ( Ghalli pramana putra sakti) Dan Adikku (Rahmat Arif Fadillilah) trimakasi atas
semangat dan dukungan nya
 Ibu salnahayati. Ibu kedua setelah ibu tini idawati yang selalu mengingat kan aku untuk selalu
mengerjakan tugas-tugas, urusan kuliah, yang selalu ngebimbing, yang selalu menyayangiku dan
mengurusku.
 Mamak sri yanto,mamak kusnaiti,mamak sus, mamak eni, lelek sujat, pakde patah, bulek ending
sepupuku ( Dina yuliyana,Dini Novita Sari,sri wahyunigsih, diki , Tiyas Prasetia Ningrum, Bagus
Nugroho, Dian Permata Sari, Claudia Eka, Zahra dan seluruh keluarga besar Atmo Rejo dan
Keluarga Besar Jabi) yang selalu menyemangatiku
 Wahyu Eka Putra yang selalu iklas menyayangi, menjaga , yang selalu sabar menghadapi sifat ku,
yang selalu mengendalikan emosiku, menyemangati ku, ngebimbingku, dan penyemangat setelah
kedua orangtua dan keluargaku.
 Paman helmiliya orang tua kedua setelah Bapa yang selalu menjaga ku
 Tante yen, reansyah ramadhan, SM., Rahis Fadhlilah, S.Tr. K dan Risni Dzulfi Haafizoh
 Rozi salim yang telah menjaga ku dari awal kuliah hingga sekarang yang selalu mengingatkan dan
menasehatiku sekaligus tukang ojek ku.
 Mella annisa, yana deskavena, adi setiawan dan ribka yang selalu bikin aku ketawa trimakasi
untuk selama kurang lebih 4 tahun ini.
 Kakak-kakak ku, afif hemdi, ricard halberd dan benii andriano yang selalu stay , selalu
menyemangatiku dan sudah menjada ku dari awal masuk kuliah hingga selesai kuliah
 Rudi Hartono (nok) dan angga (olek) , lana , putri, milda, pimpi , zaki, redho, julido yang selalu
menghibur
 Kkn kelompok 300 desa ujung tanjung 1 kabupeten lebong sakti makasi untuk 2 bulan semakan
seminum serumah, canda tawa dan trimakasi untuk kerjasamanya.
 Keluarga besar peternakan 2014 dan seluruh keluarga besar peternakan univ dan mama kantin
 Almamaterku HIPROMATER dan Universitas Bengkulu.
x

RIWAYAT HIDUP

Arum Regyana Prana Ningrum dilahirkan di Pringsewu provinsi Lampung pada


09 agustus 1996. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak Slamet dan ibu Tini idawati
(Alm) yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yakni Ghalli Praman PS dan
Rahmat Arif Fadillilah
Penulis telah menempuh jalur pendidikan SD Muhammadiyah lulus pada tahun
2008, MTS’N Pringsewu lulus pada tahun 2011 dan SMAN 02 Pringsewu lulus pada tahun
2014. Penulis diterima sebagai mahasiswi Universitas Bengkulu pada tahun 2014 melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) sebagai mahasiswi
Peternakan Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan penulis merupakan pernah aktif menjadi asisten
pratikum matakuliah Ilmu Tilik Ternak . Penulis melaksanakan Kerja Lapangan (KL) di
CV PUTRA MANDIRI Curup pada tahun 2018 dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Ujung Tanjung 1, Kecematan Lebong Sakti, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu.
Pada bulan Febuari sampai Juni 2018 penulis melaksanakan penelitian dengan
judul “Analisis Pendapatan Usaha Ternak Kalkun Di Kabupaten Pringsewu Provinsi
Lampung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar serjana pada Fakultas
Pertanian, Jurusan Peternakan, Universitas Bengkulu.
xi

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Bapak Jarmuji. S.Pt, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan
dukungan untuk melakukan penelitian ini serta dengan sabar memberikan bimbingan,
ilmu dan masukan kepada penulis dikala sehat maupun sakit sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Dadang Suherman. MS selaku dosen pembimbing pendamping yang
selama ini telah banyak membimbing, serta memberikan ilmu dan masukan kepada
penulis demi terselesaikannya penulisa skripsi ini.
3. Bapak Ir. Edi Soetrisno, M.Sc selaku Ketua Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian,
Universitas Bengkulu.
4. Bapak Ir. Dadang Suherman, MS selaku dosen Pmbimbing Akademik yang telah
membimbing penulis selama proses perkuliahan.
5. Bapak Dr. Ir. Bieng Brata. MP dan Bapak Dr. Ir. Rustama Saepudin, M. Sc selaku
dosen Penguji I dan dosen Penguji II yang telah memberikan banyak arahan dan
masukan demi perbaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen yang telah memberikan banyak ilmu selama proses perkuliahan yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Pendapatan Usaha Ternak Kalkun Di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung”
tepat pada waktunya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Serjana
Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Jarmuji S.Pt., M.Si dan Dr. Ir. Dadang Suherman. MS selaku dosen pembimbing
utama dan dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan arahan, bimbingan,
perbaikan, kritikan dan saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan bantuan dari semua pihak untuk
perbaikan pada masa yang akan datang.

Bengkulu, Oktober 2018

Arum Regyana Prana Ningrum


NPM. E1C014010

xii
2

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................. xii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xv

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ..............................................................................................
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Ayam Kalkun ....................................................................................................
2.2 Biaya Produksi ..................................................................................................
2.3 Penerimaan .......................................................................................................
2.4 Pendapatan ........................................................................................................
2.5 Analisa Usaha ...................................................................................................

III. METODELOGI PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................................
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................
3.3 Tahapan Penelitian ............................................................................................
3.4 Variabel yang Diamati ......................................................................................
3.5 Analisis Data .....................................................................................................
3.6 Konsep Pengukuran ..........................................................................................

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskritif Wilayah Kabupaten Pringsewu ..........................................................
4.2 Karakteristik Responden Usaha Peternak Kalkun Di Kabupaten Pringsewu ....
4.2.1 Umur .........................................................................................................
4.2.2 Tingkat Pendidikan ...................................................................................
4.2.3 Jumlah Anggota Keluarga ........................................................................
4.2.4 Pekerjaan ...................................................................................................
4.2.5 Lama Usaha ..............................................................................................
4.3 Kepemilikan Ternak ..........................................................................................
4.4 Biaya Produksi Usaha Ternak Kalkun ...............................................................
4.5 Penerimaan Dan Pendapatan Usaha Peternakan Kalkun ...................................
4.5 Kelayakan Usaha Peternakan Kalkun ................................................................

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .......................................................................................................
5.2 Saran .................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
3

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Komponen nutrisi kalkun dalam 100 gram .....................................................
Tabel 2. Karakteristik responden usaha ternak kalkun Kabupaten Pringsewu ..............
Tabel 3. Rataan Kepemilikan usaha peternak Ayam Kalkun Kabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung tahun 2018 (ekor) ..............................................................
Tabel 4. Rataan biaya tetap, biaya variabel, dan biaya total ternak kalkun ...................
Tabel 5. Penerimaan usaha ternak kalkun .....................................................................
Tabel 6. Rataan pendapatan usaha ternak kalkun ..........................................................
Tabel 7. Rataan Kelayakan usaha ternak kalkun di kabupaten pringsewu ....................

xiv
4

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kandang ....................................................................................................


Lampiran 2. Peralatan ...................................................................................................
Lampiran 3. Obat-obatan ..............................................................................................
Lampiran 4. Biaya Tetap ...............................................................................................
Lampiran 5. Biaya Pemasaran .......................................................................................
Lampiran 6. Biaya Variabel ..........................................................................................
Lampiran 7. Pakan ........................................................................................................
Lampiran 8. Dokumentasi .............................................................................................

xv
5

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Unggas menjadi usaha peternakan yang berpotensi dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan protein hewani. Unggas merupakan produk aman, sehat, utuh
dan halal serta mudah mengolahnya. Produk unggas sangat mendukung untuk
perkembangan sumberdaya manusia sebagai pemenuh sumber protein hewani. Faktor
penyebab produk unggas lebih dipilih masyarakat adalah mudah diperoleh, ketersediaan
produk unggas semakin beraneka ragam, dan mudah dimasak. Kebutuhan unggas terus
meningkat sejalan dengan peningkatan pola hidup manusia dalam meningkatkan
kebutuhan akan protein hewani, selain itu adannya program pemerintah untuk
meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak (Bappenas, 2010). Komoditas unggas
mempunyai prospek pasar sangat baik karena didukung karakteristik produk unggas dapat
diterima oleh masyarakat. Pengembangan ternak unggas menjadi salah satu cara yang tepat
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan protein hewani yang terus
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat.
Unggas merupakan salah satu ternak yang dipelihara petani karena dapat menyediakan
daging dan telur, selain itu unggas mudah dipelihara dengan teknologi yang sederhana dan
sewaktu-waktu dapat dijual untuk keperluan mendesak (Rasyid, 2002).
Salah satu jenis unggas yang memiliki potensi untuk dikembangkan baik secara
teknis maupun secara ekonomis adalah kalkun. Hal ini tergambar dari permintaan kalkun
yang meningkat. Disisi lain kalkun memiliki produksi yang lebih tinggi dari unggas
lainnya. Daging kalkun merupakan salah satu daging yang memiliki protein hewani yang
tinggi dan memiliki rasa lebih enak dibandingkan dengan unggas lainnya. Pertumbuhan
kalkun lebih cepat dan dapat menyediakan daging 2-3 lebih banyak. Keunggulan lain
daging kalkun memiliki lemak yang rendah dan aman dikonsumsi karena pemeliharannya
dilakukan secara alami. Berbeda halnya dengan usaha ternak unggas lain, jumlah usaha
ternak kalkun terbilang masih sedikit didalam negeri. Hal ini menyebabkan peluang usaha
ternak kalkun sangat besar. Produksi ternak kalkun yang terbatas membuat harga jual hasil
ternak lebih mahal daripada hasil ternak unggas lainnya, selain itu produk kalkun memiliki
diferensiasi dan karakteristik yang lebih diminati masyarakat tertentu. Data dari Dinas
Peternakan dan kesehatan hewan Provinsi Lampung (2012), peternakan kalkun terbesar di
Provinsi Lampung berada di Desa Sukoharjo I yang berdiri sejak tahun 2009. Usaha ternak
ini memiliki jumlah populasi kalkun terbanyak. Pendirian usaha ternak dilakukan sebagai
2

upaya memanfaatkan peluang untuk memenuhi permintaan daging unggas khususnnya


daging kalkun, serta dilatar belakangi oleh kondisi permintaan masyarakat yang terus
meningkat atas produk unggas. Oleh sebab itu dibutuhkan pengembangan kalkun menjadi
alternative sumber protein hewani masyarakat Indonesia.
Pendapatan bersih usaha ternak adalah selisih antara penerimaan usaha ternak dan
pengeluaran total usaha ternak. Penerimaan usaha ternak merupakan jumlah produk yang
dihasilkan dikalikan harga jual. Pendapatan bersih usaha ternak merupakan penerimaan
usaha setelah dikurangi biaya produksi (Rahmi dan Hastuti 2007). Dalam usaha peternakan
sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga peternak, yang terdiri atas ayah sebagai
kepala keluarga, istri, dan anak-anak. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga tersebut
merupakan sumbangan keluarga pada produksi peternakan secara keseluruhan. Walaupun
demikian, tenaga kerja keluarga tidak pernah dibayarkan dengan uang tunai, namun tentu
saja dapat dianalisa dan dikonversikan, sehingga dapat merupakan komponen penerimaan
dalam perhitungan pendapatan yang dinilai dengan uang (Hadisapoetra, 2004).
Analisis Break Even Point (BEP) digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel didalam kegiatan perusahaan, yakni biaya produksi, volume produksi dan
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Break Even Point digunakan untuk menghitung
BEP harga dan BEP jumlah (Riyanto, 2001).
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu informasi mengenai pendapatan
dalam usaha peternakan ayam kalkun dikabupaten pringsewu provinsi Lampung pringsewu
belum banyak diketahui, untuk hal tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian.

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usaha Ternak Kalkun.

1.3 Manfaat Penelitian


1. Sebagai bahan pertimbangaan bagi pemerintah guna membantu mengembangkan
dan meningkatkan produktivitas ternak kalkun di Kabupaten Pringsewu.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan informasi bagi pemilik untuk
mengembangkan usahannya
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Kalkun


Kalkun (Meleagris gallopavo) merupakan produk peternakan yang memiliki
kandungan protein tinggi. Kalkun merupakan ternak yang biasa dipelihara masyarakat
sebagai ternak hias, namun kalkun dapat dimanfaatkan sebagai ternak yang menghasilkan
daging. Daging kalkun mempunyai keunggulan disamping dagingnya yang lezat juga
berprotein tinggi, kandungan asam oleat dan omega enam yang cukup tinggi akan
bermanfaat bagi kesehatan jantung (Direktorat Pakan Ternak, 2013).
Bland (2009) melaporkan bahwa dalam banyak negara Eropa serta negara-negara
Afrika memanggang kalkun telah lama menjadi hidangan Natal yang biasa. Di
AmerikaNegara, burung itu terutama terkait dengan ucapan syukur.Produksi Turki bersifat
musiman, meskipun di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, siap masak, ramping,
kalkun bertulang adalah tersedia dalam gulungan kapan saja sepanjang tahun.
Pemeliharaan kalkun dilakukan secara alami atau tidak banyak menggunakan
vitamin dan obat-obatan kimia sehingga dagingnya aman dikonsumsi manusia. Komponen
nutrisi kalkun disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen nutrisi kalkun dalam 100gram
Komponen Nutrisi Kalkun Dada Paha
Protein 24.43 gr 20.62 gr
Lemak 4.33 gr 6.91 gr
Asam Lemak Tak Jenuh (HDL) 1963 gr 3898.5 gr
Asam Oleat 978 mg 1844 mg
(22,59%) (26,69%)
Asam Lenolead Omega 6 985 mg 1977 mg
(22,75%) (28,59%)
Asam Lemak Jenuh 1809 mg (41.785) 2022 mg (29,27%)
Kolesterol 15.15 mg 17.65 mg

Daging kalkun di beberapa Negara digunakan pada acara tahun baru Masehi, Natal
dan Thanksgiving. Berbagai keunggulan dan peluang pasar dari kalkun menjadikan kalkun
sebagai ternak yang perlu dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan protein hewani.
Kalkun saat ini banyak dikenal di negara maju serta diusahakan secara intensif dan besar
besaran oleh beberapa Negara Eropa seperti Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, Amerika,
dan Australia. Kalkun tersebut merupakan hasil persilangan dari berbagai jenis yang
dikenal sebagai kalkun hybrid. Keberadaan kalkun yang sudah lama dan turun temurun di
beberapa wilayah Indonesia menunjukkan bahwa kalun sangat adaptif dan dapat hidup
baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun secara produktivitas kalkun tidak
4

berkembang pesat seperti kalkun yang ada dinegara maju. Beberapa factor penyebabnya
yaitu, teknologi budidaya sejak pembibitan sampai pembesaraan yang belum memadai
sehingga menurunkan kualitas dan permintaan pasar Indonesia untuk daging kalkun yang
rendah akibat rendahnya pemahaman masyarakat terhadap daging kalkun baik dari segi
rasa, dan nilai gizi (Prayitno dan Murad, 2009).
Beberapa kalkun yang dikembangkan di Indonesia yaitu jenis Broad Breasted
Bronze, White Holland dan kalkun cokelat. Varietas Broad Breasted Bronze merupakan
hasil persilangan Broad Breasted Bronze Large dengan Broad Breasted White Holland
(Slamet, 2001). Kalkun liar hidup dalam kelompok-kelompok kecil di hutan dan memakan
serangga, biji-bijian dan buah-buahan yang jatuh dari pohon (Wiliamson dan Payne, 1993).
Terdapat banyak bangsa kalkun di Amerika diantaranya adalah Broad Breasted Bronze,
Broad Breasted White, American Mammoth Bronze, White Beltsville dan Hybird (Blakely
dan Bade, 1994).
Ciri-ciri kalkun Broad Breasted Bronze memiliki warna bulu gelap dan warna
perunggu pada ekor dan sayapnya, pertumbuhan yang baik ditandai dengan bobot tubuh
jantan dicapai pada umur 24 minggu sebesar 4.8-5.0 kg dan pada betina umur 17 minggu
sebesar 3.5 kg (North dan Bell, 1990). Kalkun Broad Breasted White Holland memiliki
ciri-ciri warna bulu putih, kalkun jantan memiliki ciri-ciri warna bulu putih, kalkun jantan
memiliki bobot tubuh mencapai 11-18 kg, serta kalkun betina memiliki berat tubuh
mencapai 6.5-8.0 kg (Juragan, 2012). Kalkun cokelat merupakan jenis kalkun yang paling
banyak peminatnya. Kalkun cokelat memiliki ciri-ciri warna bulu cokelat. Bobot tubuh
kalkun jantan dan betina sama dengan bobot tubuh jenis kalkun White Holland yaitu
kalkun jantan memiliki bobot mencapai 11-18 kg, sedangkan betina memiliki bobot tubuh
yaitu 6.5-8.0 kg (Maspul, 2012).
Menurut Maspul (2012), cara membedakan kalkun jantan dan betina dapat dilihat
dari ukuran tubuh. Kalkun jantan memiliki tubuh lebih besar dibandingkan dengan kalkun
betina. Selain tubuh yang besar, kalkun jantan memiliki bulu yang lebih indah dan
memiliki snood yang lebih panjang diatas kepalanya, sedangkan betina memiliki snood
tetapi kurang muncul dan warna bulu berwarna-warni. Kalkun jantan juga memiliki suara
yang lebih keras dibandingkan kalkun betina. Kalkun memiliki kandungan protein 30.5%
dan kandungan lemak 11.6% sehingga, apabila dibandingkan dengan daging sapi,
kandunga protein daging kalkun lebih tinggi 3.5% dan kandungan lemak lebih rendah 5.5
%. Kalkun memiliki kandungan asam amino yang lengkap (Direktorat Pakan Ternak
2013).
5

Ciri-ciri pembeda lainnya dari kalkun umum adalah: sebuah ornamen panjang
berwarna merah (disebut snood) yang tumbuh dari dahi di atas gulungan; pial daging yang
tumbuh dari tenggorokan; seberkas bulu kasar, hitam, berbulu (dikenal sebagai janggut)
yang diproyeksikan dari payudara; dan tungkai kaki yang lebih menonjol atau kurang
menonjol Kalkun liar jantan (yang biasa disebut gobbler,Tom atau Jake - laki-laki yang
belum matang), mungkin 50 inci panjang danberat hingga 22 kilogram, meskipun berat
rata-rata kurang.Kalkun betina (Hens) umumnya memiliki berat setengah dan
banyakmemiliki kepala yang lebih berkutil. Strain Domesticated yang umumkalkun,
dikembangkan untuk daging yang rasanya enak, mungkin banyaklebih berat (Mercia et al.,
2010).
Menurut Rasyaf dan Amrullah (1983), cara memilih anak kalkun umur satu hari
yang baik adalah sebagai berikut :
a. Bila disentak kesana kemari, menunjukan gerakan aktif menciap-ciap dan banyak
bergerak
b. Anak kalkun yang sehat akan memperlihatkan mata yang tajaam dan sinar matanya
memancar.
c. Perhatikan paruhnya, jangan ada paruh yang bersilang letak. Hindari paruh yang cacat,
karena akan mempengaruhi proses mencari makan kalkun tersebut.
d. Pilih anak kalkun yang besar badannya, bulunya kering rata. Anak kalkun yang terlalu
ringan hendaknya dipisahkan.
e. Kedua kaki kalkun harus terlihat normal dan anak kalkun tersebut mampu berdiri baik
diatas kedua kakinya.
f. Perhatikan duburnya, apakah ada letakan tinja pada bagian tersebut.
Kalkun yang berkembang di Indonesia memiliki tubuh yang relatif jauh lebih kecil
dibandingkan dengan varietas kalkun yang dipelihara di Negara maju. Bobot kalkun betina
dewasa sekitar 3.0-3.5 kg sedangkan jantan 6.0-9.0 kg. Warna dari bulu beragam ada yang
gelap, putih, gelap atau hitam bercampur warna putih, cokelat, dan abu-abu. Kalkun
tersebut diduga adalah keturunan dari berbagai spesies dan varietas kalkun yang pada saat
itu dibawa masuk oleh orang Belanda ke Indonesia (Prayitno dan Murad, 2009).
Manajemen pemeliharaan kalkun jantan dibesarkan terpisah dari betina, apabila
sejak kecil jantan dan betina telah dicampur maka pertumbuhan betina akan terganggu dan
berat yang seharusnya dicapai sebelum bertelur tidak akan terpenuhi. Pada saat pemberian
makanan, jantan akan makan lebih dahulu dan dengan badannya yang lebih besar jantan
akan menutupi kesempatan betina untuk makan, sehingga betina akan mendapat sisa
6

makanan, itulah sebabnya selama masa pembesaran jantan dan betina dipelihara terpisah
(Sunarti dan Murad, 2010).
Kalkun mempunyai lima fase hidup yaitu 0-4 minggu (prestarter), 4-8 minggu
(starter), 8-12 minggu (grower I), 12-16 minggu (grower II), 16-20 minggu (finisher II)
dan 20 minggu keatas (finisher II). Dewasa kelamin kalkun pada umur 33 minggu dengan
bobot dewasa sebesar 15,4 kg untuk jantan dan 8,4 kg untuk betina. Menurut Blakely dan
Bade (1994) menyatakan bahwa kalkun betina tipe ringan dapat dikawinkan pada umur 30
Minggu dan pejantannya dapat mulai dikawinkan pada umur 34 minggu, sedangkan kalkun
tipe berat baru dapat dikawinkan pada umur 36 minggu dan pejantannya pada umur 40
minggu.
Kalkun jantan dan betina yang sudah dewasa kelamin akan menghasilkan telur tetas
dan anak kalkun yang baik dibandingkan dengan kalkun yang belum dewasa kelamin. Pada
pemeliharaan yang sempurna anak kalkun yang diperoleh bobot badan pada umur 16-24
Minggu akan sama seperti yang dihasilkan oleh bibit yang lebih tua. Begitu juga dengan
fertilitas dan daya tetasnya. Pejantan muda sanggup melayani 20 induk, untuk tipe berat
jumlahnya lebih sedikit yaitu berkisar 14-16 ekor, sedangkan untuk tipe medium dan tipe
kecil berturut-turut adalah 18 dan 20 ekor (Rasyaf dan Amrullah, 1983).

2.2 Biaya produksi


Biaya produksi merupakan pengeluaran yang dibebankan dalam menghasilkan
suatu jumlah produk tertentu dan dalam periode tertentu, satuan ukurannya adalah
rupiah/periode Soekartawi (2003) menyatakan bahwa biaya produksi adalah nilai dari
semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama
proses produksi berlangsung. Daniel (2002) menyatakan bahwa biaya produksi adalah
sebagai biaya kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh para peternak dalam proses produksi, baik secara tunai
maupun tidak tunai.
Biaya merupakan nilai korbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil. Biaya
yang dikeluarkan dalam usahatani/ternak terdiri dari biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan. Biaya dapat dibedakan menjadi biaya jangka pendek dan biaya jangka
panjang. Biaya jangka pendek meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya jangka panjang
termasuk biaya variabel (Variable cost) (Raharjo, 2006).
Ironkwe dkk. (2007) menganjurkan bahwa kalkun lebih mudah mengelola,
memiliki omset yang relatif tinggi dan pengembalian yang cepat modal yang
diinvestasikan.Produksi Turki adalah sarana penghidupan dan cara mencapai tingkat
7

ekonomi tertentu kemerdekaan di Nigeria. Produksinya dilakukan secara keseluruhan


bagian dari negara yang tidak dikenal agama, sosial atau hambatan budaya yang terkait
dengan konsumsinya. Jumlah seluruhnya pengeluaran dalam produksi kalkun umumnya
dua kategori - pengeluaran variabel dan tetap. Yang diperbaiki pengeluaran adalah biaya
yang relatif tetap konstan terlepas dari tingkat produksi. Biaya-biaya ini tidak digunakan
dalam satu siklus produksi.
Biaya tetap yang paling umum di produksi kalkun adalah biaya bangunan dan
peralatan atau depresiasi mereka, bunga pinjaman dan pembayaran pinjaman, depresiasi
pada kendaraan dan pajak. Variabel atau operasi biaya adalah biaya yang akan dikeluarkan
hanya jika produksi dilakukan dan jumlah biaya ini akan tergantung pada jenis dan jumlah
input yang digunakan. Komponen biaya ini digunakan dalam siklus produksi dan dengan
demikian harus kembali terjadi untuk setiap batch. (Ogundipe dan Sanni, 2002).
Biaya tetap (Fixed cost) merupakan biaya secara total yang tidak mengalami
perubahan, meskipun ada penambahan volume produksi. Biaya ternak tidak tergantung
pada besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan, antara lain biaya tetap gaji yang
dibayar tetap, sewa tanah, alat, mesin, dan bangunan.
Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang bisa berubah-ubah sesuai
dengan perubahan volume produksi. Biaya variabel bisa berubah menurut tinggi rendahnya
produksi yang dihasilkan. Meliputi biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan, dan tenaga
kerja yang harus dibayar berdasarkan volume produksi.
Pengetahuan peternak yang masih sangat terbatas menyebabkan sering kesulitan
dalam menjalankan usahanya. Kurangnya ketersediaan pakan di musim kemarau dengan
harga yang fluktuatif menjadi kendala bagi peternak. Selain itu, modal usaha yang besar
dengan waktu balik modal cukup lama merupakan pertimbangan dalam memulai usaha
sapi potong (Hoddi et al, 2011).
Tantangan terbesar dalam semua sistem produksi ternak di berbagai Negara
berkembang adalah pakan dan lahan. Faktor utama dalam menentukan produktivitas ternak
sapi potong adalah terjaminnya ketersediaan hijuan pakan (Abdullah et al, 2005).

2.3 Penerimaan
Penerimaan dalam usaha meliputi seluruh penerima yang dihasilkan selama periode
pembukuan yang sama (surya, 2009). Penerimaan disini ialah penerimaan total atau sama
dengan pendapatan kotor usahatani, yaitu nilai semua output yang diperoleh pada jangka
waktu tertentu. Penerimaan usahatani terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tak
tunai. Penerimaan tunai adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani.
Penerimaan tidak tunai atau penerimaan yang diperhitungkan adalah nilai produk yang
8

tidak dijual dan digunakan baik untuk konsumsi rumahtangga petani, untuk pembayaran,
ataupun digunakan untuk keperluan lain. Penjumlahan antara penerimaan tunai dan
penerimaan non tunai disebut penerimaan total. Penerimaan usahatani ialah perkalian
antara tiap-tiap jumlah produk yang dihasilkan daru usahatani denganmasing-masing harga
produk tersebut (Hernanto,1989). Penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau
penjualan hasil usaha dan barang olahannya. Semua hasil agribisnis yang dipakai untuk
konsumsi dihitung dan dimasukan sebagai penerimaan perusahaan, walaupun akhirnya
dipakai pemilik perusahaan secara pribadi (Kadarsan, 1995).
Penerimaan usaha ternak dipengaruhi produksi fisik yang dihasilkan. Produksi
fisik merupakan hasil fisik yang diperoleh dalam suatu proses produksi dalam kegiatan
usaha ternak. Penerimaan usaha ternak akan meningkat jika produksi yang dihasilkan
bertambah serta sebaliknya akan menurun bila produksi yang dihasilkan berkurang.
Disamping itu, bertambah atau berkurangnya produksi dipengaruhi oleh tingkat
penggunaan input peternakan.
Analisis penerimaan dilakukan untuk menghitung penerimaan dalam satu kali
produksi digunakan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 1996)
𝑇𝑅 = 𝑌 − 𝑃𝑦
Dimana : TR : total penerimaan
Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py : harga output

2.4 Pendapatan
Untuk menghitung nilai produk tersebut, harus dikalikan dengan harga pasar yang
berlaku, yaitu harga jual bersih ditingkat peternak. Sementara itu, pendapatan bersih usaha
ternak merupakan selisih antara pendapatan kotor usaha ternak dengan pengeluaran total
usaha ternak. Pendapatan usaha ternak dipengaruhi penerimaan usaha ternak dan biaya
produksi. Pendapatan usaha ternak ditentukan dari harga jual produk yang diterima
ditingkat peternak dikurangi dengan harga-harga faktor produksi yang dikeluarkan
peternak sebagai biaya produksi. Jika jumlah produk dan harga faktor produksi berubah,
maka pendapatan usaha ternak juga akan mengalami perubahan (Soekartawi, 1996).
Total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya
dalam suatu proses produksi. Total penerimaan diperoleh dari produksi fisik dikalikan
dengan harga produksi (Soekartawi, 2003).
Secara matematis pendapatan usaha ternak dirumuskan sebagai berikut.
𝑃𝐷 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
Dimana : PD : pendapatan usaha ternak
TR : total penerimaan (total revenue)
9

TC : total biaya (total cost)


Menurut Soekartawi (2004), pendapatan dibagi menjadi pendapatan kotor dan
pendapatan bersih. Pendapatan kotor ternaki adalah nilai produksi total usaha ternak dalam
jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun dikonsumsi rumah tangga ternak.
Pendapatan bersih usaha ternak adalah selisih antara pendapatan kotor usaha ternak dengan
biaya produksi, antara lain upah buruh, pembelian bibit, obat-obatan, dan yang digunakan
oleh usaha ternak.
Pendapatan pertanian bersih menandakan perbedaan antara total mengembalikan
untuk pertanian dan total biaya produksid. Pendapatan total didefinisikan sebagai total nilai
uang dari semua output diproduksi baik dijual, dikonsumsi atau di stok.Total biaya tetap
adalah biaya yang dikeluarkan yang tidak bervariasi ketika output berubah dan karena itu
tidak memiliki pengaruhkeputusan produksi dalam jangka pendek. Total biaya
variabelbiaya input variabel seperti umpan, tenaga kerja dan obat-obatandigunakan untuk
produksi. Mereka berubah langsung dengan tingkatproduksi. (Ajala et al., 2007).

2.5 Analisa Usaha


Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang
dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha (Sukartawi, 1995). Pencurahan Tenaga
Kerja keluarga adalah jumlah jam kerja yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan
ternak sapi, yang dapat menggunakan standar jam kerja pria (JKP) (Hartoyo, S. 1991;
Siregar, 1996). Untuk mengetahui pendapatan pemeliharaan ternak sapi maka digunakan
analisa pendapatan (Soekartawi et al, 1987; Prawirakusumo, 1990).
Menurut Marliani (2007), analisis pendapatan berguna untuk mengetahui dan
mengukur apakah kegiatan yang dilakukan berhasil atau tidak. Terdapat dua tujuan utama
dari analisa pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan dan
menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Usaha ternak
sapi telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan keluarga peternak.
Analisis revenue cost (R/C) ratio merupakan perbandingan (ratio atau nisbah)
antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam
rumus sebagai berikut (Rahim dan Hastuti, 2007).
a = R/C
Dimana :
a = R/C ratio
R = penerimaan (revenue)
C = biaya (cost)
10

Kriteria keputusan :
R/C > 1, usaha tani untung
R/C < 1, usahatani rugi
R/C = 1, usahatani impas (tidak untung tidak rugi)
Dapat dikatakan bahwa semakin besar ratio, maka semakin besar keuntungan yang
diperoleh peternak.
Analisis Break Even Point (BEP) digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel didalam kegiatan perusahaan yakni biaya produksi, volume produksi dan
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perhitungan Break Even Point menggunakan
rumus dengan persamaan dibawah ini (Riyanto, 2001)
Total biaya tetap
BEP (Harga/Rp) = Biaya variabel
1−
penjualan

Total biaya tetap


BEP ( Jumlah/Unit) = Biaya variabel
Harga jual per ekor −
Kuantitas produksi (ekor)

Jika jumlah penerimaan yang diperoleh ada di atas titik impas maka usaha
menguntungkan, serta sebaliknya jika jumlah penerimaan ada di bawah titik impas maka
usaha tersebut rugi. Usaha ada dalam keadaan titik impas jika jumlah penerimaan sama
dengan jumlah pengeluaran (Riyanto, 2001)
11

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini sudah dilaksanakan selama dua bulan di Kabupaten Pringsewu
provinsi Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, antara lain kuisioner, alat tulis,
kamera, dan alat-alat lain yang digunakan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan
usaha peternakan kalkun di Kabupaten pringsewu Provinsi Lampung.

3.3 Tahapan Penelitian


1. Survey Pendahuluan
Survey Pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan lokasi dan jumlah
peternak yang ada di kabupaten pringsewu provinsi lampung
2. Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi ditetapkan secara purposive sampling yaitu pemilihan lokasi
penelitian ditentukan dengan cara sengaja.
3. Penentuan Responden
Penentuan responden ditentukan dengan purposive sampling, pada peternak kalkun
yang berada dikabupaten pringsewu provinsi lampung dengan kepemilikkan > 50 ekor
dengan responden 7 orang.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian, antara lain berupa data
primer dan data sekunder. Pengambilan data primer diperoleh melalui pengamatan dan
wawancara secara langsung dengan responden. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari literatur dan dari instansi-instansi yang ada hubungannya
dengan penelitian.

3.6 Variabel yang diamati


1. Karakteristik Responden
Karakteristik Responden meliputi : Nama, pendidikan, pekerjaan, umur, dan lama
beternak.
12

2. Sistem Pemeliharaan
Yaitu bagaimana sistem atau cara peternak memelihara ternak kalkun meliputi cara
pemberian pakan, manajemen perkandangan, dan pengolahan feses.
3. Biaya Variabel (Variable Cost)
Yaitu meliputi bibit kalkun, pakan, vaksin, obat-obatan, listrik, dan tenaga kerja.yang
dihitung selama setahun
4. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Yaitu penyusutan kandang dan biaya penyusutan peralatan dihitung selama 1 tahun.

3.7 Analisis Data


Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar serta dianalisis
secara deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian dengan cara
mengumpulkan data sesuai dengan yang sebenarnya, serta data-data tersebut disusun,
diolah, dan dianalisis untuk memberikan gambaran mengenai hasil penelitian (Sugiono,
2010). Analisis penerimaan dan pendapatan usaha ternak kalkun sebagai berikut.
1. Penerimaan
Analisis penerimaan dilakukan untuk menghitung penerimaan dalam satu kali
produksi di gunakan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 1996)
𝑇𝑅 = 𝑌 − 𝑃𝑦
Dimana : TR : total penerimaan (total revenue)
Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py : harga output
2. Pendapatan
Total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya
dalam suatu proses produksi. (Soekartawi, 2003). Secara matematis pendapatan usaha
ternak dirumuskan sebagai berikut.
𝑃𝐷 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
Dimana : PD : pendapatan usahatani
TR : total penerimaan (total revenue)
TC : total biaya (total cost)
3. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio)
Soekartawi (2003) mendefinisikan R/C ratio sebagai perbandingan antara total
penerimaan dengan total biaya. Semakin besar R/C ratio maka semakin besar pula
keuntungan yang diperoleh peternak. Hal ini dapat dicapai bila peternak mengalokasikan
faktor produksi dengan lebih efisien.
13

Analisis revenue cost (R/C) ratio merupakan perbandingan (ratio atau nisbah)
antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam
rumus sebagai berikut (Rahim dan Hastuti, 2007).
a = R/C
Dimana :
a = R/C ratio
R = penerimaan (revenue)
C = biaya (cost)
Kriteria keputusan :
R/C > 1, usaha tani untung
R/C < 1, usahatani rugi
R/C = 1, usahatani impas (tidak untung tidak rugi)
Dapat dikatakan bahwa semakin besar ratio, maka semakin besar keuntungan yang
diperoleh peternak.
4. Break Even Point (BEP)
Analisis Break Even Point (BEP) digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel didalam kegiatan perusahaan, yakni biaya produksi, volume produksi, dan
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perhitungan Break Even Point menggunakan
rumus dengan persamaan dibawah ini (Riyanto, 2001)
Total biaya tetap
BEP (Harga/Rp) = Biaya variabel
1−
Penjualan

Total biaya tetap


BEP ( Jumlah/Unit) = Biaya variabel
Harga jual per ekor −
Kuantitas produksi (ekor)

Jika jumlah penerimaan yang diperoleh ada di atas titik impas maka usaha
menguntungkan, serta sebaliknya jika jumlah penerimaan ada di bawah titik impas maka
usaha tersebut rugi. Usaha ada dalam keadaan titik impas jika jumlah penerimaan sama
dengan jumlah pengeluaran (Riyanto, 2001).

3.7 Konsep Pengukuran


1. Biaya produksi adalah pengeluaran peternak sapi bali untuk melaksanakan proses
produksi kalkun dalam waktu satu tahun produksi meliputi biaya tetap dan biaya
variable (Rp/tahun).
2. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak, yang besar kecilnya tidak
dipengaruhi dari produksi yang penghasilan, terdiri atas penyusutan alat-alat dan biaya
penyusutan kandang.
14

3. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi,
yang terdiri atas biaya pakan, biaya bibit, biaya kesehatan atau obat-obatan, tenaga
kerja, dan biaya tenaga kerja (Rp/tahun).
4. Penerimaan adalah perkalian antara total produksi yang dihasilkan dengan harga jual
meliputi hasil penjualan kalkun 24 minggu (Rp)
5. Pendapatan adalah pengurangan dari penerimaan dengan semua biaya selama per
pariode produksi (Rp/tahun).
6. Biaya penyusutan kandang dan peralatan adalah nilai penyusutan kandang dan
peralatan yang digunakan pada usaha ternak kalkun selama 24 minggu pemeliharaan
kalkun (Rp/tahun)
7. Pakan adalah banyaknya pakan yang harus diberikan pada kalkun dalam 24 minggu
produksi (Rp/tahun).
8. Jumlah obat-obatan dan vaksin yang diberikan pada kalkun dalam 24 minggu untuk
menanggulangi penyakit serta menjaga kesehatan ternak kalkun (Rp/24 minggu).
9. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dicurahkan dalam proses pemeliharaan
ternak sapi bali dalam 24 minggu (Rp/24 minggu)
10. Nilai R/C atau Return/Cost ratio yaitu sistematis yang digunakan untuk menilai
kelayakan usaha dengan menghitung perbandingan antara total penerimaan dengan
total biaya selama produksi.
Break Event Point (BEP) merupakan titik modal dapat kembali bisa dalam bentuk
produk maupun dalam bentuk uang
15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskritif Wilayah Kabupaten Pringsewu


Pringsewu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung , Indonesia.
Kabuoaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam rapat paripurna DPR tanggal 29 oktober
2008, sebagai pemekaran dari Kabupaten Tanggamus. Kabupaten ini terletak 37 kilometer
sebelah barat Bandar Lampung, ibu kota provinsi. Total penduduk yang berada
dikabupaten pringsewu pada saat ini 386.891 jiwa, dengan kepadatan 619,03 jiwa/Km²
Dalam segi luas wilayah, kabupaten pringsewu saat ini merupakan kabupaten
terkecil, sekaligus terpadat di provinsi Lampung. Secara geografis kabupaten pringsewu
terletak diantara 104045’25”-10508’42” bujur timur (BT) dan 508’10”-5034’27” Lintang
Selatan (LS), dengan luas wilayah dimiliki sekitar 625 Km² atau 62.500 Ha. Kabupaten
pringsewu terdiri dari Sembilan wilayah kecamatan yaitu : 1) kecamatan pardasuka, 2)
kecamatan ambarawa, 3) kecamatan pagelaran, 4) kecamatan pagelaran utara, 5)
kecamatan pringsewu, 6) kecamatan gading rejo, 7) kecamatan sukoharjo, 8) kecamatan
banyumas, 9) kecamatan adiluwih. Kabupaten pringsewu, Sebelah Utara berbatasan
dengan kecamatan sendang agung dan kecamatan kalirejo, kabupeten lampung tengah,
Sebelah timur berbatasan kecamatan Negeri katon, Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan
Waylima dn Kecamatan Kedondong, Kabupaetn Pesawaran, Sebelah Selatan berbatasan
dengan Kecamatan Bulok dan Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus, Sebelah
Barat berbatasan dengan kKecamatan Pugung dan Kecamatan Air Naningan , Kabupaten
Tanggamus.

4.2 Karakteristik Responden Usaha Peternak Kalkun Di Kabupaten Pringsewu


Beberapa karakteristik peternak meliputi: umur, tingkat pendidikan, lama beternak,
kepemilikan ternak, dan jumlah anggota keluarga. Karakteristik tersebut tersaji pada Tabel
2.
4.2.1 Umur
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa umur responden antara 36 tahun sampai 71
tahun. Responden pada rentang umur 36-45 dan 57-71 tahun atau 43% dari total peternak
kalkun adalah yang terbanyak. Umur dapat mempengaruhi usaha peternakan yang ditekuni
karena dapat mempengaruhi dalam proses belajar, memahami dan berinovasi dalam
usahanya. Umur juga berpengaruh terhadap produktivitas dan motivasi peternak. Sumiati
(2011) menyatakan bahwa kemampuan kerja seseorang peternak sangat dipengaruhi oleh
16

tingkat umur. Semakin produktif umur peternak maka semakin mempunyai semangat ingin
tahu hal-hal baru yang belum diketahui. Selain itu umur juga mempengaruhi kondisi fisik
dan motivasi peternak. Responden rata-rata masih berada pada usia produktif untuk
menjalankan usahanya. Menurut Rahmah (2015) perbedaan umur sangat berpengaruh
dalam kinerja usahanya, umur yang lebih muda masih semangat dalam bekerja berbeda
dengan umur yang lebih tua tentu dalam kinerja usahanya sudah kurang efisien, tetapi
umur yang lebih tua lebih matang dalam mengambil keputusan dalam usahanya
Tabel 2. Karakteristik responden usaha ternak kalkun Kabupaten Pringsewu
Karakteristik jumlah responden(orang) persentase ( % )
36-46 3 42.86
47-55 1 14.29
57-71 3 42.86
Jumlah 7 100
Pendidikan
SLTP 2 28.57
SLTA 4 57.14
S1 1 14.29
Jumlah 7 100
Jumlah Keluarga (orang)
2-4 4 57.14
5-6 3 42.86
Jumlah 7 100
Pekerjaan
Peternak 4 57.14
Petani 1 14.29
Wirausaha 2 28.57
Jumlah 7 100
Lama Usaha (Tahun)
1 – 10 6 85.71
11 – 20 1 14.29
Jumlah 7 100
Sumber : Data primer setelah diolah 2018
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang juga dapat berpengaruh terhadap berjalannya suatu
usaha, semakin tinggi tingkat pendidikannya maka diharapkan semakin baik usaha yang
ditekuni. Soekartawi (2003) pendidikan seseorang akan menpengaruhi cara berpikir
sehingga dalam bekerja mampu memperhitungkan pekerjaan yang menguntungkan dan
merugikan terhadap usaha yang dikerjakannya. Mayoritas responden pendidikan
terakhirnya adalah SLTP sebanyak 57% atau sebanyak 4 orang.
4.2.3 Jumlah Anggota Keluarga
Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga responden
usaha peternakan peternak ayam kalkun dikabupaten pringsewu provinsi lampung yang
tertinggi antara 2-4 orang sebanyak 4 peternak (57,14%). Tanggungan keluarga merupakan
17

kewajiban peternak untuk memberikan nafkah, apabila tanggungan keluarga banyak akan
menjadikan motivasi peternak untuk mencari nafkah lebih giat. Seperti pendapat
Soekartawi (1993) bahwa jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan para
peternak akan memberikan motivasi yang kuat bagi peternak berupaya meningkatkan
keberhasilan usaha ternak kalkun yang dijalankan.
4.2.4 Pekerjaan
Selain umur dan pendidikan, faktor yang sangat berpengaruh terhadap suatu usaha
adalah pengalaman usaha (lama usaha ternak). Pengalaman beternak merupakan faktor
yang sangat penting dalam menentukan keberlangsungan usaha yang dijalankan.
Pengalaman beternak akan sangat berharga untuk menentukan apa yang akan dilakukan
agar kegagalan, kerugian, dan hal yang negatif yang dapat merugikan peternak dapat
dihindari.
Pekerjaan peternak didominasi oleh para peternak dengan jumlah 4 peternak
dengan persentase 57%, 1 orang peternak dengan pekerjaan sebagai petani dengan
persentase 14% dan 2 orang peternak dengan pekerjaan wirausaha.
4.2.5 Lama Usaha
Selain umur dan pendidikan, faktor yang sangat berpengaruh terhadap suatu usaha
adalah pengalaman usaha (lama berjualan). Semakin lama seseorang menggeluti suatu
usaha maka semakin banyak pula ilmu yang didapatkan, terampil, dan semakin berkualitas
hasil yang diperoleh. Dengan lamanya pengalaman maka kecenderungan untuk gagal dan
merugi suatu usaha akan dapat diminimalisir. Mayoritas responden telah berjualan antara
1-10 tahun dengan persentase 86%. Hendrayani (2009) menyatakan bahwa pengalaman
bertani/beternak merupakan modal penting untuk berhasilnya suatu kegiatan usaha tani.
Berbedanya tingkat pengalaman masing-masing petani maka akan berbeda pula pola pikir
mereka dalam menerapkan inovasi pada kegiatan usaha.
Berdasarkan Tabel 2 dapat kita ketahui bahwa rata-rata umur responden di
Kabupaten Pringsewu berada pada tingkat usia yang produktif yaitu dengan rentang umur
36-46 dan 57-71 tahun, dengan mayoritas tingkat pendidikan SLTA dan hampir seluruh
usaha beternak kalkun masih bersifat usaha utama serta telah beternak kalkun selama 1-
10 tahun

4.3 Kepemilikan Ternak


Kepemilikan ternak merupakan jumlah ternak yang dipelihara pada setiap peternak.
Jumlah kepemilikan ternak setiap peternak barbeda yang dapat dilihat pada Tabel 3.
18

Tabel 3. Rataan Kepemilikan usaha peternak Ayam Kalkun Kabupaten Pringsewu Provinsi
Lampung tahun 2018 (ekor)
umur ternak
Jumlah
Responden umur 2 umur 10 minggu umur 24 minggu
Ternak
minggu Jantan betina jantan betina
1 73 26 53 18 56 226
2 52 17 47 13 24 153
3 0 19 29 11 23 82
4 41 12 30 9 23 115
5 18 13 33 7 19 90
6 36 16 42 16 33 143
7 23 13 31 6 17 90
Total 243 116 265 80 195 899
Rata-rata 35 17 38 11 28 128
Sumber : Data primer setelah diolah 2018
Kepemilikan ternak antara 1-100 ekor sebanyak peternak 3 orang, antara 101-200
ekor dengan sebanyak 3 orang dan antara 201-300 ekor dengan sebanyak 1 orang. Hal
tersebut didukung penyataan Roessali (2004), bahwa peternak skala besar dalam
pemeliharaan ayam kalkun hanya sebagai pembibitan dan pendapatan tambahan dan
cenderung mempertahankan jumlahnya agar tetap sama dari tahun ketahun, berdasarkan
kemampuan jumlah anggota keluarga.

4.4 Biaya produksi Usaha ternak kalkun


Biaya produksi adalah jumlah biaya tetap ditambah dengan biaya variabel. Triana
et al. (2007) menyatakan biaya produksi yang besar dan jumlah seimbang skala usaha,
maka tingkat pendapatan peternak akan semakin besar, jika sistem pengelolaannya
dilakukan secara optimal. Biaya variabel merupakan biaya yang dibayarkan oleh peternak
sebagai biaya tenaga kerja, dan biaya obat-obatan. Selanjutnya biaya tetap merupakan
biaya yang dibebankan kepada peternak, dan biaya penyusutan peralatan yang disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan biaya tetap, biaya variabel, dan biaya total ternak kalkun
Biaya Biaya umur 2 minggu biaya umur 10 bulan biaya 29 mingguan
Biaya Tetap
Penyusutan alat 3.375 8.365 24.260
Penyusutan Kandang 233.571 333.571 589.714
Total 236.946 341.937 613.974
Biaya Variabel
Bibit 350.000 1.925.000 5.850.000
Pakan 607.600 3.655.570 301.160
Obat-obatan 131 1.309 3.795
Total 957.731 5.581.879 6.154.955
Total Biaya (A+B) 1.194.677 5.923.815 6.768.929
Sumber : Data primer setelah diolah 2018
19

Swastha dan Suktojo (1993) menyatakan bahwa biaya tetap adalah biaya yang tidak
berubah untuk setiap tingkatan atau jumlah hasil yang diproduksi, biaya tetap ini umumnya
didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikelurkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Penyusutan merupakan penurunan nilai
inventaris pada usaha ternak kelinci yang disebabkan oleh pemakaian selama usia
ekonomisnya atau dengan kata lain biaya penyusutan dihitung melalui biaya peralatan
yang digunakan secara terus menerus. Peralatan yang digunakan dalam usaha peternakan
kalkun antara lain arit, cangkul, dan keranjang maka biaya tersebut di lampirkan pada
lampiran 4. Biaya tetap yang terbesar pada penyusutan iyalah Rp 613.974 pada umur 29
minggu sedangkan yang terendah yaitu Rp 236.946 pada umur 2 minggu.
Sebagian dari biaya produksi adalah bersifat tetap. Biaya produksi yang paling
besar dikeluarkan adalah biaya variable yaitu sebesar Rp. 6.154.955 pada umur 29 minggu,
terdiri dari biaya bibit Rp 5.850.000, biaya pakan sebesar Rp. 301.160 dan obat – obatan
sebesar Rp 3.795 dan untuk biyaya variable terendah yaitu sebesar Rp 957.731 pada umur
2 minggu terdiri dari biaya bibit Rp 350.000, biaya pakan sebesar Rp 607.600 dan obat-
obatan sebesar Rp 131
Berdasarkan Tabel 4 dapat terlihat bahwa total biaya produksi ternak kalkun umur
2 minggu adalah Rp 1.194.677, sedangkan total biaya produksi ternak kalkun umur 10
minggu adalah Rp 5.923.815 dan total biaya produksi ternak kalkun umur 24 minggu
adalah Rp 6.768.929.Biaya tersebut merupakan total dari biaya tetap dan biaya variabel
yang digunakan responden selama menjalankan usahanya. Menurut Bastian,et al.(2007)
dalam usaha ternak, semua biaya produksi dan mendapatkan beberapa biaya variabel,
tetapi pada perusahaan manufaktur tidak semua biaya variable.

4.5 Penerimaan Dan Pendapatan Usaha Peternakan Kalkun


Penerimaan adalah jumlah keseluruhan produksi dikalikan dengan harga jual,
sumber penerimaan berasal dari penjualan kalkun hidup dan kalkun afkir. kalkun yang
dijual terdiri dari umur 2 minggu,umur 10 minggu dan umur 29 minggu, Selanjutnya
pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dikurang dengan total biaya produksi
atau juga sering disebut pendapatan bersih yang disajikan pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Penerimaan usaha ternak kalkun
Rataan pemilikan ternak /
Umur Ternak harga satuan ternak (Rp) jumlah pendapatan (Rp)
Peternak (ekor)
umur 2 minggu 35 35,000.00 1,215,000
Total 35 35,000.00 1,215,000
Umur 10 minggu
Jantan 17 150,000.00 2,485,714
betina 38 150,000.00 5,678,571
Total 54 150,000.00 8,164,286
Umur 24 minggu
Jantan 11 450,000.00 5,142,857
betina 28 450,000.00 12,535,714
Total 39 450,000.00 17,678,571
20

Sumber : Data primer setelah diolah 2018


Rataan penerimaan per tahun pada peternakan kalkun di Kabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung ialah sebesar Rp 27.057.857 Besarnya penerimaan dalam peternakan
Kalkun di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung antara lain di pengaruhi oleh skala
kepemilikan ternak dan lancarnya penjualan ternak Kalkun baik sebagai pedaging ataupun
sebagai ternak hias. Penerimaan tersebut diperoleh dari hasil rataan penjualan Kalkun
sebanyak 899 ekor/tahun, dengan rataan harga penjualan untuk umur 2 minggu dengan
harga 35000 sedangkan untuk umur 10 minggu dengan harga 150000 dan untuk harga 24
minggu dengan harga 450000.
Tabel 6. Rataan pendapatan usaha ternak kalkun
umur
Uraian
2 minggu 10 minggu 24 minggu
Penerimaan (A) 1,215,000 8,164,286 17,678,571
Biaya Tetap (B) 1,198,882 5,921,852 6,151,291
Pendapatan (A-B) 16,118 2,242,433 11,527,281
Sumber : Data primer setelah diolah 2018
Pendapatan peternakan Kalkun di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung adalah
sebesar Rp. 16.118 untuk umur 2 minggu sedangkan untuk pendapatan ternak kalkun umur
10 minggu sebesar Rp. 2.242.433 dan untuk pendapatan ternak kalkun umur 24 minggu
sebesar Rp. 11.527.281 Pendapatan diperoleh dari penerimaan dikurang dengan biaya
produksi kelayakan usaha peternak kalkun di Kabupaten Pringsewu.

4.6 Kelayakan Usaha Peternakan kalkun


Kelayakan suatu usaha dapat dianalisis dengan nilai R/C rasio dan BEP. Apabila R/C
rasio >1 maka usaha tersebut layak, sedangkan jika R/C rasio <1 maka usaha tersebut tidak
layak. Salam et al. (2006) menyatakan apabila hasil penjualan usaha hanya mencapai titik
BEP produk dan BEP harga maka usaha tersebut tidak mengalami kerugian dan
keuntungan (impas) sedangkan apabila menjual hasil produksi diatas BEP produk dan BEP
harga maka usaha tersebut mendapat keuntungan, sebaliknya apabila menjual hasil
produksi dibawah dari BEP produk dan BEP harga maka usaha tersebut mengalamai
kerugian. Kelayakan usaha ternak kalkun di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
dapat dilihat pada Tabel 7
Tabel 7. Rataan Kelayakan usaha ternak kalkun di kabupaten pringsewu
Uraian 2 minggu 10 minggu 24 minggu
Break Event Point ternak produksi (ekor) 48 10 4
Break Event Point ternak harga (Rp) 1,669,999 1,555,900 1,789,285
R/C 1.02 1.38 2.87
Sumber : Data primer setelah diolah 2018
21

Berdasarkan Tabel 6 di atas terlihat bahwa tingkat produksi atau penjualan yang
harus dicapai untuk mencapai titik impas antara penerimaan dengan pengeluaran
peternakan kalkun adalah jumlah ternak minimal yang harus di pelihara oleh peternak
adalah rata-rata sebanyak ekor /peternak. Berdasarkan perhitungan , capaian titik impas
produksi terjadi pada ternak kalkun untuk umur 2 minggu pada angka 48 ekor maka
peternak mengalami profit nol. Harga yang harus dicapai yaitu sebesar Rp. 35.000/ternak.
Ini artinya titik balik modal tercapai apabila kalkun dijual dengan harga Rp. 35.000. Jadi
agar peternak memperoleh keuntungan dari usaha ternak kalkun peternak harus memilihara
ternak kalkun lebih dari 48 dan dijual dengan harga lebih dari Rp 35.000.Untuk ternak
umur 10 minggu capaian titik impas produksi terjadi pada angka 10 ekor/peternak maka
harga yang harus di capai yaitu Rp 150.000 dan untuk ternak umur 25 minggu capaian titik
impas produksi terjadi pada angka 4 maka harga yang harus di capai yaitu Rp. 450.000.
Tabel 6. menunjukkan hasil analisis nilai R/C rasio peternak kalkun umur 2 minggu
adalah sebesar 1.01 sedangkan ternak kalkun umur 10 minggu adalah sebesar 1.38 dan 24
minggu sebesar 2.87 Besarnya R/C Rasio peternak kalun ditentukan oleh besarnya
penerimaan yang dihasilkan berbanding terbalik dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Usaha peternakan kalkun di kabupaten pringsewu sangat menguntungkan secara ekonomi
karena nilai R/C rasio usaha peternakan kalkun bernilai positif (R/C ≥ 1). R/C rasio
peternakan kalkun lebih besar dari satu (R/C >1), yang artinya adalah usaha peternakan
kalkun di kabupaten pringsewu menguntungkan dan layak untuk di kembangkan (Gumus,
2008). Tijani danAjobo (2005) dalam penelitian mereka tentang keputusan optimal dalam
kalkun pemasaran di Nigeria barat-daya menegaskan bahwa kalkun produksi
menguntungkan dengan pengembalian rata-rata ke manajemen.
22

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rataan
pendapatan usaha ternak Ayam Kalkun di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
sebesar Rp. 142,493,488 / peternak. Nilai R/C pada umur 2 minggu, 10 minggu dan 24
minggu menunjukkan nilai lebih besar dari 1. BEP produksi umur kalkun 2 minggu yaitu
48 ekor dan BEP harga Rp. 1.669.999 sedangkan BEP produksi kalkun 10 minggu yaitu 10
ekor dan BEP harga Rp. 1.555.900 dan BEP produksi kalkun 24 minggu yaitu 4 ekor
dengan BEP harga Rp. 1.789.285. Usaha ternak kalkun di Kabupaten Pringsewu Provinsi
Lampung layak dan menguntungkan.

5.2 Saran
Ternak kalkun mempunyai potensi sebagai penghasil daging, kulit bulu, ternak
hidup dan bulu yang indah bagi kepentingan manusia. Diharapkan agar kedepannya
peternak dapat lebih mengoptimalkan potensi kulit bulu dan bulu yang indah.
23

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, L., P.D.M.H. Kartidan S. Hardjoewignyo. 2005. Reposisi tanaman pakan dalam
kurikulum Fakultas Peternakan Pros. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak.
Bogor.

Ajala, M.K., B.I. Nwagu, A.A. Sekoni dan Adeshinwa,OK. 2007. ”Profitabilitas Produksi
Turki di IndonesiaZaria, negara Kaduna, Nigeria. ”Asian Journal ofTeknologi
Informasi. 6 (1): 27-33.

Bappenas. 2010. Rencana Strategi Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan
Tahun 2010-2014. Bapennas. Jakarta.

Blackely, J., dan Bade. D.H. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada Universitas Press.
Yogyakarta.

Bland, D.C. 2009. Turki: Panduan untuk Manajemen. ItuCrowood Press. Diakses pada 25
Oktober 2018 darihttp://www.turkeyfed.org.

Bustami, Bastian & Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Graha
Ilmu.

Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung. 2012. Buku Stastistik.

Direktorat Pakan Ternak. 2013. Nutrisi Kalkun Direktorat Pakan Ternak. Jakarta.

Dwi Sunarti P. dan Bambang Cahyo M. . 2010. Manajemen Kalkun Berwawasan Animal
Welfare. BP. Undip. Semarang.

Gumus, G. 2008. Analisis Ekonomi Tembakau di Turki. Bulgarian journal of agricultural


science, 14 (5) : 470-475 Agricultural Academy.

Hadisapoetro, S. 2004. Biaya dan Pendapatan di dalam Usaha Tani. Departemen Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Ironkwe, M.O. dan Akinola, L.F. 2010. Profitabilitas Turki Produksi di Ahoada Area
Pemerintah Daerah Sungai Timur Negara Bagian, Nigeria. ”Jurnal Kontinental
Ilmu Pertanian 4: 38-41.

Juragan. 2012. Jenis kalkun. Blogsspot.co.id/2012/Jenis-jenis kalkun-html.diakses pada


Tanggal 13 Mai 2018.

Kadarsan, W.H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Marliani, L, dkk. 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, Gramedia.
24

Maspul. 2012. Beternak Kalkun. Edisi ke dua cetakan ke-23. Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi jenis-jenis kalkun/219 Diakses pada Tanggal 20 Februari 2018.

Mercia, L.S., E. Sears, dan J. Gaines 2010. Panduan Storey untuk Budidaya Kalkun:
Breeds, Care and Health. Buku Bertingkat.Diakses 25 Oktober 2018
darihttp://www.ansi.okstate.edu/poultry.

North, M. U., dan P. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4 .


Connected An Publising. New York.

Ogundipe, S.O. dan Sanni, S.A. 2002. Ekonomi UnggasProduksi di Nigeria. Di: Gefu, J.O;
I.A. Adeyinka dan A A. Sekoni. (eds), Produksi Unggas di Nigeria. Latihan
Workshop diadakan di Penelitian Produksi Hewan Nasional Lembaga (NAPRI),
Shika, Zaria. 1-6 September, 2002. 44 Pp.

Prayitno, D. S .,dan Murad. B. C. 2009. Manajemen Kalkun Animal Welfare. Badan


Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahmi, A. dan D.R.D. Hastuti. 2007. Penghantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M dan Amrullah IK. 1983. Beternak Kalkun. Penebar Swadaya. Jakarta.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:BPFE.

Slamet, S.S. 2001. Perbandingan Sistem Perkawinan Alami dan Inseminasi Buatan
Terhadap Fertilitas dan Daya Tetas Telur Kalkun. Skipsi. Jurusan Peternakan.
Universita Lampung.

Siregar, Surya Amri. 2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan
Stabat Kabupaten Langkat. Skripsi. Medan: Departemen Peternakan-Universitas
Sumatera Utara.

Soekartawi, 1986.Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI


Press. Jakarta.

Soekartawi., A. Soeharjo., John L. Dilion., J. Brian Mardaker. 1987. Ilmu Usaha Tani dan
Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia
Jakarta.

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Jakarta:PT


Raja Grafindo Persada.

Soekartawi. 1996. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil.
Jakarta: Universitas Indonesia.

Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
CobbDouglas. PT Raja Grafindo persada. Jakarta.
25

Soekartawi, 2003.Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Press, Jakarta.

Soekartawi, 2004.Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Press, Jakarta.

Soekartawi. 2006. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Tijani, A. A. dan Ajobo, O. 2005. “Keputusan Optimal di Turki Pemasaran: Pendekatan


Bayesian, Nigeria Barat Daya. ”Jurnal Ilmu Sosial. 10 (3): 207-214.

Triana, A., T. Salam, dan M. Muis. 2007. Analisis pendapatan usaha peternakan ayam ras
petelur periode layer di Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros. Jurnal Agrisistem.
3(1):11-15.
26

LAMPIRAN
27

Lampiran 1. Kandang
Umur Ternak Biaya
Estimasi Biaya
Umur 24 Biaya Awal Biaya Penyusutan
Nama Umur 10 Minggu Jumlah Umur Penyusutan
No Umur 2 Minggu Pembuatan Bahan Kandang Penyusutan Kandang Per
Peternak Ternak Kandang Kandang Per
Minggu Kandang Kandang Ekor/ 6
Jantan Betina Jantan Betina Ekor/Tahun
Bulan
bambu,
1 Bambang 73 26 53 18 56 226 1800000 5 360000 1592,92 796,46
asbes,kayu
bambu,
2 Sutrisno 52 17 47 13 24 153 1670000 5 334000 2183,01 1091,50
asbes,kayu
bambu,
3 Romli 0 19 29 11 23 82 2000000 5 400000 4878,05 2439,02
asbes,kayu
bambu,
4 Cipto 41 12 30 9 23 115 1200000 5 240000 2086,96 1043,48
asbes,kayu
bambu,
5 Yanto 18 13 33 7 19 90 1000000 5 200000 2222,22 1111,11
asbes,kayu
bambu,
6 Nanang 36 16 42 16 33 143 1600000 5 320000 2237,76 1118,88
asbes,kayu
bambu,
7 Inggi 23 13 31 6 17 90 1400000 5 280000 3111,11 1555,56
asbes,kayu
Total 243 116 265 80 195 899 10670000 2134000 18312,03 9156,01
Rata - rata 34,7 16,6 37,9 11,4 27,9 128,4285714 1524285,714 5 304857,143 2616,00 1308,00
28

Lampiran 2. Peralatan

Jangka Waktu Penyusutan


Nilai Jual Penyusutan Penyusutan
No Nama Peternak Harga Peralatan Penggunaan/ Peralatan/
Akhir Peralatan/ Bulan Peralatan/6 Bulan
Tahun Tahun
1 Bambang
Cangkul 68000 4 0 17000 1416,666667 8500
Arit 62000 4 0 15500 1291,666667 7750
Golok 150000 4 0 37500 3125 18750
Tempat Minum 60000 5 0 12000 1000 6000
Tempat Pakan 56000 5 0 11200 933,3333333 5600
Jumlah 396000 93200 7766,666667 46600
Rata-rata 79200 18640 1553,333333 9320
2 Sutrisno
Cangkul 68000 4 0 17000 1416,666667 8500
Arit 62000 4 0 15500 1291,666667 7750
Golok 150000 4 0 37500 3125 18750
Tempat Minum 60000 5 0 12000 1000 6000
Tempat Pakan 56000 5 0 11200 933,3333333 5600
Jumlah 396000 93200 7766,666667 46600
Rata-rata 79200 18640 1553,333333 9320
3 Romli
Arit 62000 4 0 15500 1291,666667 7750
Tempat Pakan 56000 5 0 11200 933,3333333 5600
Tempat Minum 60000 5 0 12000 1000 6000
Ember 20000 1 0 20000 1666,666667 10000
Jumlah 198000 58700 4891,666667 29350
Rata-rata 49500 14675 1222,916667 7337,5
29

4 Cipto
Cangkul 68000 4 0 17000 1416,666667 8500
Arit 62000 4 0 15500 1291,666667 7750
Tempat Pakan 56000 5 0 11200 933,3333333 5600
Tempat Minum 60000 5 0 12000 1000 6000
Ember 20000 1 0 20000 1666,666667 10000
Jumlah 266000 75700 6308,333333 37850
Rata-rata 53200 15140 1261,666667 7570
5 Yanto
Arit 62000 4 0 15500 1291,666667 7750
Golok 150000 4 0 37500 3125 18750
Tempak Pakan 56000 5 0 11200 933,3333333 5600
Tempat Minum 60000 5 0 12000 1000 6000
Ember 20000 1 0 20000 1666,666667 10000
Jumlah 348000 96200 8016,666667 48100
Rata-rata 69600 19240 1603,333333 9620
6 Nanang
Arit 62000 6 0 10333,33333 861,1111111 5166,666667
Sekop 77500 5 0 15500 1291,666667 7750
Tempat Makan 56000 5 0 11200 933,3333333 5600
Tempat Minum 60000 5 0 12000 1000 6000
Ember 20000 1 0 20000 1666,666667 10000
Jumlah 275500 69033,33333 5752,777778 34516,66667
Rata-rata 55100 13806,66667 1150,555556 6903,333333
7 Inggi
Tempak Pakan 56000 5 0 11200 933,3333333 5600
Tempat Minum 60000 5 0 12000 1000 6000
Golok 100000 3 0 33333,33333 2777,777778 16666,66667
Jumlah 216000 56533,33333 4711,111111 28266,66667
Rata-rata 72000 18844,44444 1570,37037 9422,222222
30

Lampiran 3. Obat-obatan

Nama BIAYA
Jumlah Vaksin
No Anggota VAKSIN PER
Ternak ND
Kelompok EKOR
1 bambang 226 15000 66,37
2 sutrisno 153 15000 98,04
3 romli 82 15000 182,93
4 cipto 115 15000 130,43
5 yanto 90 15000 166,67
6 nanang 143 15000 104,90
7 inggi 90 15000 166,67
Total 899 105000 916,00
Rata - rata 128,43 15000 130,86
31

Lampiran 4. Biaya Tetap

Umur Uraian jumlah Harga Rata- rata Biaya (Rp/ Tahun)


Biaya Tetap (A)
2 Minggu Penyusutan Peralatan
keranjang dengan Nilai ekonomis 4thn 1 Rp 17.000,00 Rp 163
arit 1 Rp 15.500,00 Rp 149
parang 1 Rp 37.500,00 Rp 361
tempat minum 4 Rp 12.000,00 Rp 462
tempat pakan 5 Rp 11.200,00 Rp 2.240
kandang umur 2 minggu 1 Rp 233.571 Rp 233.571
10 Minggu keranjang dengan Nilai ekonomis 4thn (10minggu) Rp 17.000,00 Rp 817
arit 10 minggu Rp 15.500,00 Rp 745
parang 10 minggu Rp 37.500,00 Rp 1.803
tempat minum 10 minggu Rp 12.000,00 Rp 2.308
tempat pakan 10 minggu Rp 11.200,00 Rp 2.692
kandang umur 10 minggu 1 Rp 333.571 Rp 333.571
29 Minggu keranjang 29 minggu Rp 17.000,00 Rp 2.370
arit 29 minggu Rp 15.500,00 Rp 2.161
golok 29 minggu Rp 37.500,00 Rp 5.228
tempat minum 29 minggu Rp 12.000,00 Rp 6.692
tempat pakan 29 minggu Rp 11.200,00 Rp 7.808
Kandang umur 29 minggu 1 Rp 589.714 Rp 589.714
Total 15 Rp 1.436.457,14 Rp 1.192.857
Biaya Variabel (B)
2 Minggu bibit umur 2 minggu 35 Rp 10.000,00 Rp 350.000
br 1 untuk umur 2 minggu (gram) 8680 Rp 70,00 Rp 607.600
Obat- obatan (2minggu) Rp 15.000,00 Rp 131
32

10 Minggu ayam kalkun umur 10 minggu jantan dan betina 55 Rp 35.000,00 Rp 1.925.000
br1 untuk umur 10 minggu jantan (gram) 18620 Rp 70,00 Rp 1.303.400
hijauan untuk umur 10 minggu jantan (gram) 43470 Rp 50,00 Rp 2.173.500
br 1 untuk umur 10 minggu betina (gram) 896 Rp 70,00 Rp 62.720
hijauan untuk umur 10 minggu betina (gram) 2319 Rp 50,00 Rp 115.950
obat- obatan (10 minggu) Rp 15.000,00 Rp 1.309
Umur 24 Minggu ayam kalkun umur 24 minggu jantan dan betina 39 Rp 150.000,00 Rp 5.850.000
br 1 untuk umur 24 minggu (gram) 469 Rp 70,00 Rp 32.830
hijauan untuk umur 24 minggu (gram) 1095 Rp 50,00 Rp 54.750
br 1 untuk umur 24 minggu betina 1144 Rp 70,00 Rp 80.080
hijauan untuk umur 24 minggu betina 2670 Rp 50,00 Rp 133.500
obat-obatan (24 minggu) Rp 15.000,00 Rp 3.795
Total 79363 Rp 15.550 Rp 4.565.769
BIAYA TOTAL (A+B) 79378 Rp 1.452.007 Rp 5.758.626
33

Lampiran 5. Biaya Pemasaran

Nama
Responden Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya
Responden
1 bambang 31219525 9.520.000 40.739.525
2 sutrisno 15600732 6.167.500 21.768.232
3 romli 18220 3.242.500 3.260.720
4 cipto 16543 5.537.500 5.554.043
5 yanto 37500 3.512.500 3.550.000
6 nanang 11200 6.167.500 6.179.500
7 inggi 3.467.500 3.478.700
Total 84.530.720
Rata- Rata 12.075.817

Lampiran 6. Biaya Variabel

Nama
Responden Biaya Bibit (Rp/ekor) Biaya obat-obatan (Rp/ekor/tahun) Pakan/tahun (Rp) Total Biaya variabel (Rp/tahun)
Responden
1 Bambang 150000 15.000,00 9.495.000,00 9.660.000,00
2 Sutrisno 150000 15.000,00 6.142.500,00 6.307.500,00
3 Romli 150000 15.000,00 3.217.500,00 3.382.500,00
4 Cipto 150000 15.000,00 5.512.500,00 5.677.500,00
5 Yanto 150000 15.000,00 3.487.500,00 3.652.500,00
6 Nanang 150000 15.000,00 6.142.500,00 6.307.500,00
7 Inggi 150000 15.000,00 3.442.500,00 3.607.500,00
Total 1050000 105.000,00 37.440.000,00 38.595.000,00
Rata- Rata 150000 15.000,00 5.348.571,43 5.513.571,43
34

Lampiran7. Pakan

Umur Ternak Jumlah Umur Ternak


No Responden Umur 2 Umur 10 Minggu Umur 24 Minggu Ternak Ransum Umur 10 minggu Umur 24 Minggu
Umur 2 Minggu
Minggu Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
1 Ptr 1 10 12 22 6 22 72 Konsentrat 179 193 330 246 904
Hijauan 450 770 575 2108
2 Ptr 2 3 6 21 3 21 54 Konsentrat 54 96 315 123 863
Hijauan 225 735 288 2013
3 Ptr 3 0 0 4 9 4 17 Konsentrat 0 0 60 370 164
Hijauan 0 140 863 383
4 Ptr 4 15 3 17 0 17 52 Konsentrat 268 48 255 0 698
Hijauan 113 595 0 1629
5 Ptr 5 3 4 12 0 12 31 Konsentrat 54 64 180 0 493
Hijauan 150 420 0 1150
6 Ptr 6 0 2 7 2 7 18 Konsentrat 0 32 30 82 288
Hijauan 75 245 192 671
7 Ptr 7 7 3 6 6 6 28 Konsentrat 125 48 90 246 246
Hijauan 113 210 575 575
Total 38 30 89 26 89 272 total 679 1607 4375 3560 12185
Rata-rata 5 4 13 4 13 39 Rata-rata 97 115 313 254 870
35

Lampiran 8.

DOKUMENTASI
36
37

Anda mungkin juga menyukai