SKRIPSI
OLEH :
PERNYATAAN
RINGKASAN
SUMMARY
v
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh derajat
Sarjana Peternakan pada Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
Oleh :
Pembimbing :
Jarmuji, S.Pt.,M.Si
Dr. Ir. Dadang Suherman, MS
Bengkulu
2018
vi
Oleh :
Mengetahui,
Fakultas Pertanian
Dekan,
Oleh :
Ketua, Sekretaris,
Mengetahui,
Fakultas Pertanian
Dekan,
Motto
“Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan, jangan pernah
mengabaikan tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan yang kemudian kita dapat. “(Mario
Teguh )
Setetes keringat orang tuaku, harus aku bayar dengan kesuksesanku. Doaku adalah harapan ku,
orang tuaku adalah inspirasi besar hidupku”.
Persembahan
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
Bapaku ( Slamet sri mulyono) dan Alm Ibuku (Tini idawati) yang telah melahirkan, membesarkan,
mendidik, mengiringi disetiap langkahku dengan doa restu yang tulus serta tak henti- hentinya
memberikan dukungan baik secara moral maupun materi serta selalu mencurahkan kasi sayang dan
do’a demi keberhasilan . trimakasi bapak ibu ku tercinta.
mamasku ( Ghalli pramana putra sakti) Dan Adikku (Rahmat Arif Fadillilah) trimakasi atas
semangat dan dukungan nya
Ibu salnahayati. Ibu kedua setelah ibu tini idawati yang selalu mengingat kan aku untuk selalu
mengerjakan tugas-tugas, urusan kuliah, yang selalu ngebimbing, yang selalu menyayangiku dan
mengurusku.
Mamak sri yanto,mamak kusnaiti,mamak sus, mamak eni, lelek sujat, pakde patah, bulek ending
sepupuku ( Dina yuliyana,Dini Novita Sari,sri wahyunigsih, diki , Tiyas Prasetia Ningrum, Bagus
Nugroho, Dian Permata Sari, Claudia Eka, Zahra dan seluruh keluarga besar Atmo Rejo dan
Keluarga Besar Jabi) yang selalu menyemangatiku
Wahyu Eka Putra yang selalu iklas menyayangi, menjaga , yang selalu sabar menghadapi sifat ku,
yang selalu mengendalikan emosiku, menyemangati ku, ngebimbingku, dan penyemangat setelah
kedua orangtua dan keluargaku.
Paman helmiliya orang tua kedua setelah Bapa yang selalu menjaga ku
Tante yen, reansyah ramadhan, SM., Rahis Fadhlilah, S.Tr. K dan Risni Dzulfi Haafizoh
Rozi salim yang telah menjaga ku dari awal kuliah hingga sekarang yang selalu mengingatkan dan
menasehatiku sekaligus tukang ojek ku.
Mella annisa, yana deskavena, adi setiawan dan ribka yang selalu bikin aku ketawa trimakasi
untuk selama kurang lebih 4 tahun ini.
Kakak-kakak ku, afif hemdi, ricard halberd dan benii andriano yang selalu stay , selalu
menyemangatiku dan sudah menjada ku dari awal masuk kuliah hingga selesai kuliah
Rudi Hartono (nok) dan angga (olek) , lana , putri, milda, pimpi , zaki, redho, julido yang selalu
menghibur
Kkn kelompok 300 desa ujung tanjung 1 kabupeten lebong sakti makasi untuk 2 bulan semakan
seminum serumah, canda tawa dan trimakasi untuk kerjasamanya.
Keluarga besar peternakan 2014 dan seluruh keluarga besar peternakan univ dan mama kantin
Almamaterku HIPROMATER dan Universitas Bengkulu.
x
RIWAYAT HIDUP
1. Bapak Jarmuji. S.Pt, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan
dukungan untuk melakukan penelitian ini serta dengan sabar memberikan bimbingan,
ilmu dan masukan kepada penulis dikala sehat maupun sakit sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Dadang Suherman. MS selaku dosen pembimbing pendamping yang
selama ini telah banyak membimbing, serta memberikan ilmu dan masukan kepada
penulis demi terselesaikannya penulisa skripsi ini.
3. Bapak Ir. Edi Soetrisno, M.Sc selaku Ketua Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian,
Universitas Bengkulu.
4. Bapak Ir. Dadang Suherman, MS selaku dosen Pmbimbing Akademik yang telah
membimbing penulis selama proses perkuliahan.
5. Bapak Dr. Ir. Bieng Brata. MP dan Bapak Dr. Ir. Rustama Saepudin, M. Sc selaku
dosen Penguji I dan dosen Penguji II yang telah memberikan banyak arahan dan
masukan demi perbaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen yang telah memberikan banyak ilmu selama proses perkuliahan yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Pendapatan Usaha Ternak Kalkun Di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung”
tepat pada waktunya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Serjana
Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Jarmuji S.Pt., M.Si dan Dr. Ir. Dadang Suherman. MS selaku dosen pembimbing
utama dan dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan arahan, bimbingan,
perbaikan, kritikan dan saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan bantuan dari semua pihak untuk
perbaikan pada masa yang akan datang.
xii
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................. xii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ..............................................................................................
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
3
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komponen nutrisi kalkun dalam 100 gram .....................................................
Tabel 2. Karakteristik responden usaha ternak kalkun Kabupaten Pringsewu ..............
Tabel 3. Rataan Kepemilikan usaha peternak Ayam Kalkun Kabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung tahun 2018 (ekor) ..............................................................
Tabel 4. Rataan biaya tetap, biaya variabel, dan biaya total ternak kalkun ...................
Tabel 5. Penerimaan usaha ternak kalkun .....................................................................
Tabel 6. Rataan pendapatan usaha ternak kalkun ..........................................................
Tabel 7. Rataan Kelayakan usaha ternak kalkun di kabupaten pringsewu ....................
xiv
4
DAFTAR LAMPIRAN
xv
5
I. PENDAHULUAN
Daging kalkun di beberapa Negara digunakan pada acara tahun baru Masehi, Natal
dan Thanksgiving. Berbagai keunggulan dan peluang pasar dari kalkun menjadikan kalkun
sebagai ternak yang perlu dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan protein hewani.
Kalkun saat ini banyak dikenal di negara maju serta diusahakan secara intensif dan besar
besaran oleh beberapa Negara Eropa seperti Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, Amerika,
dan Australia. Kalkun tersebut merupakan hasil persilangan dari berbagai jenis yang
dikenal sebagai kalkun hybrid. Keberadaan kalkun yang sudah lama dan turun temurun di
beberapa wilayah Indonesia menunjukkan bahwa kalun sangat adaptif dan dapat hidup
baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun secara produktivitas kalkun tidak
4
berkembang pesat seperti kalkun yang ada dinegara maju. Beberapa factor penyebabnya
yaitu, teknologi budidaya sejak pembibitan sampai pembesaraan yang belum memadai
sehingga menurunkan kualitas dan permintaan pasar Indonesia untuk daging kalkun yang
rendah akibat rendahnya pemahaman masyarakat terhadap daging kalkun baik dari segi
rasa, dan nilai gizi (Prayitno dan Murad, 2009).
Beberapa kalkun yang dikembangkan di Indonesia yaitu jenis Broad Breasted
Bronze, White Holland dan kalkun cokelat. Varietas Broad Breasted Bronze merupakan
hasil persilangan Broad Breasted Bronze Large dengan Broad Breasted White Holland
(Slamet, 2001). Kalkun liar hidup dalam kelompok-kelompok kecil di hutan dan memakan
serangga, biji-bijian dan buah-buahan yang jatuh dari pohon (Wiliamson dan Payne, 1993).
Terdapat banyak bangsa kalkun di Amerika diantaranya adalah Broad Breasted Bronze,
Broad Breasted White, American Mammoth Bronze, White Beltsville dan Hybird (Blakely
dan Bade, 1994).
Ciri-ciri kalkun Broad Breasted Bronze memiliki warna bulu gelap dan warna
perunggu pada ekor dan sayapnya, pertumbuhan yang baik ditandai dengan bobot tubuh
jantan dicapai pada umur 24 minggu sebesar 4.8-5.0 kg dan pada betina umur 17 minggu
sebesar 3.5 kg (North dan Bell, 1990). Kalkun Broad Breasted White Holland memiliki
ciri-ciri warna bulu putih, kalkun jantan memiliki ciri-ciri warna bulu putih, kalkun jantan
memiliki bobot tubuh mencapai 11-18 kg, serta kalkun betina memiliki berat tubuh
mencapai 6.5-8.0 kg (Juragan, 2012). Kalkun cokelat merupakan jenis kalkun yang paling
banyak peminatnya. Kalkun cokelat memiliki ciri-ciri warna bulu cokelat. Bobot tubuh
kalkun jantan dan betina sama dengan bobot tubuh jenis kalkun White Holland yaitu
kalkun jantan memiliki bobot mencapai 11-18 kg, sedangkan betina memiliki bobot tubuh
yaitu 6.5-8.0 kg (Maspul, 2012).
Menurut Maspul (2012), cara membedakan kalkun jantan dan betina dapat dilihat
dari ukuran tubuh. Kalkun jantan memiliki tubuh lebih besar dibandingkan dengan kalkun
betina. Selain tubuh yang besar, kalkun jantan memiliki bulu yang lebih indah dan
memiliki snood yang lebih panjang diatas kepalanya, sedangkan betina memiliki snood
tetapi kurang muncul dan warna bulu berwarna-warni. Kalkun jantan juga memiliki suara
yang lebih keras dibandingkan kalkun betina. Kalkun memiliki kandungan protein 30.5%
dan kandungan lemak 11.6% sehingga, apabila dibandingkan dengan daging sapi,
kandunga protein daging kalkun lebih tinggi 3.5% dan kandungan lemak lebih rendah 5.5
%. Kalkun memiliki kandungan asam amino yang lengkap (Direktorat Pakan Ternak
2013).
5
Ciri-ciri pembeda lainnya dari kalkun umum adalah: sebuah ornamen panjang
berwarna merah (disebut snood) yang tumbuh dari dahi di atas gulungan; pial daging yang
tumbuh dari tenggorokan; seberkas bulu kasar, hitam, berbulu (dikenal sebagai janggut)
yang diproyeksikan dari payudara; dan tungkai kaki yang lebih menonjol atau kurang
menonjol Kalkun liar jantan (yang biasa disebut gobbler,Tom atau Jake - laki-laki yang
belum matang), mungkin 50 inci panjang danberat hingga 22 kilogram, meskipun berat
rata-rata kurang.Kalkun betina (Hens) umumnya memiliki berat setengah dan
banyakmemiliki kepala yang lebih berkutil. Strain Domesticated yang umumkalkun,
dikembangkan untuk daging yang rasanya enak, mungkin banyaklebih berat (Mercia et al.,
2010).
Menurut Rasyaf dan Amrullah (1983), cara memilih anak kalkun umur satu hari
yang baik adalah sebagai berikut :
a. Bila disentak kesana kemari, menunjukan gerakan aktif menciap-ciap dan banyak
bergerak
b. Anak kalkun yang sehat akan memperlihatkan mata yang tajaam dan sinar matanya
memancar.
c. Perhatikan paruhnya, jangan ada paruh yang bersilang letak. Hindari paruh yang cacat,
karena akan mempengaruhi proses mencari makan kalkun tersebut.
d. Pilih anak kalkun yang besar badannya, bulunya kering rata. Anak kalkun yang terlalu
ringan hendaknya dipisahkan.
e. Kedua kaki kalkun harus terlihat normal dan anak kalkun tersebut mampu berdiri baik
diatas kedua kakinya.
f. Perhatikan duburnya, apakah ada letakan tinja pada bagian tersebut.
Kalkun yang berkembang di Indonesia memiliki tubuh yang relatif jauh lebih kecil
dibandingkan dengan varietas kalkun yang dipelihara di Negara maju. Bobot kalkun betina
dewasa sekitar 3.0-3.5 kg sedangkan jantan 6.0-9.0 kg. Warna dari bulu beragam ada yang
gelap, putih, gelap atau hitam bercampur warna putih, cokelat, dan abu-abu. Kalkun
tersebut diduga adalah keturunan dari berbagai spesies dan varietas kalkun yang pada saat
itu dibawa masuk oleh orang Belanda ke Indonesia (Prayitno dan Murad, 2009).
Manajemen pemeliharaan kalkun jantan dibesarkan terpisah dari betina, apabila
sejak kecil jantan dan betina telah dicampur maka pertumbuhan betina akan terganggu dan
berat yang seharusnya dicapai sebelum bertelur tidak akan terpenuhi. Pada saat pemberian
makanan, jantan akan makan lebih dahulu dan dengan badannya yang lebih besar jantan
akan menutupi kesempatan betina untuk makan, sehingga betina akan mendapat sisa
6
makanan, itulah sebabnya selama masa pembesaran jantan dan betina dipelihara terpisah
(Sunarti dan Murad, 2010).
Kalkun mempunyai lima fase hidup yaitu 0-4 minggu (prestarter), 4-8 minggu
(starter), 8-12 minggu (grower I), 12-16 minggu (grower II), 16-20 minggu (finisher II)
dan 20 minggu keatas (finisher II). Dewasa kelamin kalkun pada umur 33 minggu dengan
bobot dewasa sebesar 15,4 kg untuk jantan dan 8,4 kg untuk betina. Menurut Blakely dan
Bade (1994) menyatakan bahwa kalkun betina tipe ringan dapat dikawinkan pada umur 30
Minggu dan pejantannya dapat mulai dikawinkan pada umur 34 minggu, sedangkan kalkun
tipe berat baru dapat dikawinkan pada umur 36 minggu dan pejantannya pada umur 40
minggu.
Kalkun jantan dan betina yang sudah dewasa kelamin akan menghasilkan telur tetas
dan anak kalkun yang baik dibandingkan dengan kalkun yang belum dewasa kelamin. Pada
pemeliharaan yang sempurna anak kalkun yang diperoleh bobot badan pada umur 16-24
Minggu akan sama seperti yang dihasilkan oleh bibit yang lebih tua. Begitu juga dengan
fertilitas dan daya tetasnya. Pejantan muda sanggup melayani 20 induk, untuk tipe berat
jumlahnya lebih sedikit yaitu berkisar 14-16 ekor, sedangkan untuk tipe medium dan tipe
kecil berturut-turut adalah 18 dan 20 ekor (Rasyaf dan Amrullah, 1983).
2.3 Penerimaan
Penerimaan dalam usaha meliputi seluruh penerima yang dihasilkan selama periode
pembukuan yang sama (surya, 2009). Penerimaan disini ialah penerimaan total atau sama
dengan pendapatan kotor usahatani, yaitu nilai semua output yang diperoleh pada jangka
waktu tertentu. Penerimaan usahatani terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tak
tunai. Penerimaan tunai adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani.
Penerimaan tidak tunai atau penerimaan yang diperhitungkan adalah nilai produk yang
8
tidak dijual dan digunakan baik untuk konsumsi rumahtangga petani, untuk pembayaran,
ataupun digunakan untuk keperluan lain. Penjumlahan antara penerimaan tunai dan
penerimaan non tunai disebut penerimaan total. Penerimaan usahatani ialah perkalian
antara tiap-tiap jumlah produk yang dihasilkan daru usahatani denganmasing-masing harga
produk tersebut (Hernanto,1989). Penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau
penjualan hasil usaha dan barang olahannya. Semua hasil agribisnis yang dipakai untuk
konsumsi dihitung dan dimasukan sebagai penerimaan perusahaan, walaupun akhirnya
dipakai pemilik perusahaan secara pribadi (Kadarsan, 1995).
Penerimaan usaha ternak dipengaruhi produksi fisik yang dihasilkan. Produksi
fisik merupakan hasil fisik yang diperoleh dalam suatu proses produksi dalam kegiatan
usaha ternak. Penerimaan usaha ternak akan meningkat jika produksi yang dihasilkan
bertambah serta sebaliknya akan menurun bila produksi yang dihasilkan berkurang.
Disamping itu, bertambah atau berkurangnya produksi dipengaruhi oleh tingkat
penggunaan input peternakan.
Analisis penerimaan dilakukan untuk menghitung penerimaan dalam satu kali
produksi digunakan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 1996)
𝑇𝑅 = 𝑌 − 𝑃𝑦
Dimana : TR : total penerimaan
Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py : harga output
2.4 Pendapatan
Untuk menghitung nilai produk tersebut, harus dikalikan dengan harga pasar yang
berlaku, yaitu harga jual bersih ditingkat peternak. Sementara itu, pendapatan bersih usaha
ternak merupakan selisih antara pendapatan kotor usaha ternak dengan pengeluaran total
usaha ternak. Pendapatan usaha ternak dipengaruhi penerimaan usaha ternak dan biaya
produksi. Pendapatan usaha ternak ditentukan dari harga jual produk yang diterima
ditingkat peternak dikurangi dengan harga-harga faktor produksi yang dikeluarkan
peternak sebagai biaya produksi. Jika jumlah produk dan harga faktor produksi berubah,
maka pendapatan usaha ternak juga akan mengalami perubahan (Soekartawi, 1996).
Total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya
dalam suatu proses produksi. Total penerimaan diperoleh dari produksi fisik dikalikan
dengan harga produksi (Soekartawi, 2003).
Secara matematis pendapatan usaha ternak dirumuskan sebagai berikut.
𝑃𝐷 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
Dimana : PD : pendapatan usaha ternak
TR : total penerimaan (total revenue)
9
Kriteria keputusan :
R/C > 1, usaha tani untung
R/C < 1, usahatani rugi
R/C = 1, usahatani impas (tidak untung tidak rugi)
Dapat dikatakan bahwa semakin besar ratio, maka semakin besar keuntungan yang
diperoleh peternak.
Analisis Break Even Point (BEP) digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel didalam kegiatan perusahaan yakni biaya produksi, volume produksi dan
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perhitungan Break Even Point menggunakan
rumus dengan persamaan dibawah ini (Riyanto, 2001)
Total biaya tetap
BEP (Harga/Rp) = Biaya variabel
1−
penjualan
Jika jumlah penerimaan yang diperoleh ada di atas titik impas maka usaha
menguntungkan, serta sebaliknya jika jumlah penerimaan ada di bawah titik impas maka
usaha tersebut rugi. Usaha ada dalam keadaan titik impas jika jumlah penerimaan sama
dengan jumlah pengeluaran (Riyanto, 2001)
11
2. Sistem Pemeliharaan
Yaitu bagaimana sistem atau cara peternak memelihara ternak kalkun meliputi cara
pemberian pakan, manajemen perkandangan, dan pengolahan feses.
3. Biaya Variabel (Variable Cost)
Yaitu meliputi bibit kalkun, pakan, vaksin, obat-obatan, listrik, dan tenaga kerja.yang
dihitung selama setahun
4. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Yaitu penyusutan kandang dan biaya penyusutan peralatan dihitung selama 1 tahun.
Analisis revenue cost (R/C) ratio merupakan perbandingan (ratio atau nisbah)
antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam
rumus sebagai berikut (Rahim dan Hastuti, 2007).
a = R/C
Dimana :
a = R/C ratio
R = penerimaan (revenue)
C = biaya (cost)
Kriteria keputusan :
R/C > 1, usaha tani untung
R/C < 1, usahatani rugi
R/C = 1, usahatani impas (tidak untung tidak rugi)
Dapat dikatakan bahwa semakin besar ratio, maka semakin besar keuntungan yang
diperoleh peternak.
4. Break Even Point (BEP)
Analisis Break Even Point (BEP) digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel didalam kegiatan perusahaan, yakni biaya produksi, volume produksi, dan
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perhitungan Break Even Point menggunakan
rumus dengan persamaan dibawah ini (Riyanto, 2001)
Total biaya tetap
BEP (Harga/Rp) = Biaya variabel
1−
Penjualan
Jika jumlah penerimaan yang diperoleh ada di atas titik impas maka usaha
menguntungkan, serta sebaliknya jika jumlah penerimaan ada di bawah titik impas maka
usaha tersebut rugi. Usaha ada dalam keadaan titik impas jika jumlah penerimaan sama
dengan jumlah pengeluaran (Riyanto, 2001).
3. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi,
yang terdiri atas biaya pakan, biaya bibit, biaya kesehatan atau obat-obatan, tenaga
kerja, dan biaya tenaga kerja (Rp/tahun).
4. Penerimaan adalah perkalian antara total produksi yang dihasilkan dengan harga jual
meliputi hasil penjualan kalkun 24 minggu (Rp)
5. Pendapatan adalah pengurangan dari penerimaan dengan semua biaya selama per
pariode produksi (Rp/tahun).
6. Biaya penyusutan kandang dan peralatan adalah nilai penyusutan kandang dan
peralatan yang digunakan pada usaha ternak kalkun selama 24 minggu pemeliharaan
kalkun (Rp/tahun)
7. Pakan adalah banyaknya pakan yang harus diberikan pada kalkun dalam 24 minggu
produksi (Rp/tahun).
8. Jumlah obat-obatan dan vaksin yang diberikan pada kalkun dalam 24 minggu untuk
menanggulangi penyakit serta menjaga kesehatan ternak kalkun (Rp/24 minggu).
9. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dicurahkan dalam proses pemeliharaan
ternak sapi bali dalam 24 minggu (Rp/24 minggu)
10. Nilai R/C atau Return/Cost ratio yaitu sistematis yang digunakan untuk menilai
kelayakan usaha dengan menghitung perbandingan antara total penerimaan dengan
total biaya selama produksi.
Break Event Point (BEP) merupakan titik modal dapat kembali bisa dalam bentuk
produk maupun dalam bentuk uang
15
tingkat umur. Semakin produktif umur peternak maka semakin mempunyai semangat ingin
tahu hal-hal baru yang belum diketahui. Selain itu umur juga mempengaruhi kondisi fisik
dan motivasi peternak. Responden rata-rata masih berada pada usia produktif untuk
menjalankan usahanya. Menurut Rahmah (2015) perbedaan umur sangat berpengaruh
dalam kinerja usahanya, umur yang lebih muda masih semangat dalam bekerja berbeda
dengan umur yang lebih tua tentu dalam kinerja usahanya sudah kurang efisien, tetapi
umur yang lebih tua lebih matang dalam mengambil keputusan dalam usahanya
Tabel 2. Karakteristik responden usaha ternak kalkun Kabupaten Pringsewu
Karakteristik jumlah responden(orang) persentase ( % )
36-46 3 42.86
47-55 1 14.29
57-71 3 42.86
Jumlah 7 100
Pendidikan
SLTP 2 28.57
SLTA 4 57.14
S1 1 14.29
Jumlah 7 100
Jumlah Keluarga (orang)
2-4 4 57.14
5-6 3 42.86
Jumlah 7 100
Pekerjaan
Peternak 4 57.14
Petani 1 14.29
Wirausaha 2 28.57
Jumlah 7 100
Lama Usaha (Tahun)
1 – 10 6 85.71
11 – 20 1 14.29
Jumlah 7 100
Sumber : Data primer setelah diolah 2018
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang juga dapat berpengaruh terhadap berjalannya suatu
usaha, semakin tinggi tingkat pendidikannya maka diharapkan semakin baik usaha yang
ditekuni. Soekartawi (2003) pendidikan seseorang akan menpengaruhi cara berpikir
sehingga dalam bekerja mampu memperhitungkan pekerjaan yang menguntungkan dan
merugikan terhadap usaha yang dikerjakannya. Mayoritas responden pendidikan
terakhirnya adalah SLTP sebanyak 57% atau sebanyak 4 orang.
4.2.3 Jumlah Anggota Keluarga
Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga responden
usaha peternakan peternak ayam kalkun dikabupaten pringsewu provinsi lampung yang
tertinggi antara 2-4 orang sebanyak 4 peternak (57,14%). Tanggungan keluarga merupakan
17
kewajiban peternak untuk memberikan nafkah, apabila tanggungan keluarga banyak akan
menjadikan motivasi peternak untuk mencari nafkah lebih giat. Seperti pendapat
Soekartawi (1993) bahwa jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan para
peternak akan memberikan motivasi yang kuat bagi peternak berupaya meningkatkan
keberhasilan usaha ternak kalkun yang dijalankan.
4.2.4 Pekerjaan
Selain umur dan pendidikan, faktor yang sangat berpengaruh terhadap suatu usaha
adalah pengalaman usaha (lama usaha ternak). Pengalaman beternak merupakan faktor
yang sangat penting dalam menentukan keberlangsungan usaha yang dijalankan.
Pengalaman beternak akan sangat berharga untuk menentukan apa yang akan dilakukan
agar kegagalan, kerugian, dan hal yang negatif yang dapat merugikan peternak dapat
dihindari.
Pekerjaan peternak didominasi oleh para peternak dengan jumlah 4 peternak
dengan persentase 57%, 1 orang peternak dengan pekerjaan sebagai petani dengan
persentase 14% dan 2 orang peternak dengan pekerjaan wirausaha.
4.2.5 Lama Usaha
Selain umur dan pendidikan, faktor yang sangat berpengaruh terhadap suatu usaha
adalah pengalaman usaha (lama berjualan). Semakin lama seseorang menggeluti suatu
usaha maka semakin banyak pula ilmu yang didapatkan, terampil, dan semakin berkualitas
hasil yang diperoleh. Dengan lamanya pengalaman maka kecenderungan untuk gagal dan
merugi suatu usaha akan dapat diminimalisir. Mayoritas responden telah berjualan antara
1-10 tahun dengan persentase 86%. Hendrayani (2009) menyatakan bahwa pengalaman
bertani/beternak merupakan modal penting untuk berhasilnya suatu kegiatan usaha tani.
Berbedanya tingkat pengalaman masing-masing petani maka akan berbeda pula pola pikir
mereka dalam menerapkan inovasi pada kegiatan usaha.
Berdasarkan Tabel 2 dapat kita ketahui bahwa rata-rata umur responden di
Kabupaten Pringsewu berada pada tingkat usia yang produktif yaitu dengan rentang umur
36-46 dan 57-71 tahun, dengan mayoritas tingkat pendidikan SLTA dan hampir seluruh
usaha beternak kalkun masih bersifat usaha utama serta telah beternak kalkun selama 1-
10 tahun
Tabel 3. Rataan Kepemilikan usaha peternak Ayam Kalkun Kabupaten Pringsewu Provinsi
Lampung tahun 2018 (ekor)
umur ternak
Jumlah
Responden umur 2 umur 10 minggu umur 24 minggu
Ternak
minggu Jantan betina jantan betina
1 73 26 53 18 56 226
2 52 17 47 13 24 153
3 0 19 29 11 23 82
4 41 12 30 9 23 115
5 18 13 33 7 19 90
6 36 16 42 16 33 143
7 23 13 31 6 17 90
Total 243 116 265 80 195 899
Rata-rata 35 17 38 11 28 128
Sumber : Data primer setelah diolah 2018
Kepemilikan ternak antara 1-100 ekor sebanyak peternak 3 orang, antara 101-200
ekor dengan sebanyak 3 orang dan antara 201-300 ekor dengan sebanyak 1 orang. Hal
tersebut didukung penyataan Roessali (2004), bahwa peternak skala besar dalam
pemeliharaan ayam kalkun hanya sebagai pembibitan dan pendapatan tambahan dan
cenderung mempertahankan jumlahnya agar tetap sama dari tahun ketahun, berdasarkan
kemampuan jumlah anggota keluarga.
Swastha dan Suktojo (1993) menyatakan bahwa biaya tetap adalah biaya yang tidak
berubah untuk setiap tingkatan atau jumlah hasil yang diproduksi, biaya tetap ini umumnya
didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikelurkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Penyusutan merupakan penurunan nilai
inventaris pada usaha ternak kelinci yang disebabkan oleh pemakaian selama usia
ekonomisnya atau dengan kata lain biaya penyusutan dihitung melalui biaya peralatan
yang digunakan secara terus menerus. Peralatan yang digunakan dalam usaha peternakan
kalkun antara lain arit, cangkul, dan keranjang maka biaya tersebut di lampirkan pada
lampiran 4. Biaya tetap yang terbesar pada penyusutan iyalah Rp 613.974 pada umur 29
minggu sedangkan yang terendah yaitu Rp 236.946 pada umur 2 minggu.
Sebagian dari biaya produksi adalah bersifat tetap. Biaya produksi yang paling
besar dikeluarkan adalah biaya variable yaitu sebesar Rp. 6.154.955 pada umur 29 minggu,
terdiri dari biaya bibit Rp 5.850.000, biaya pakan sebesar Rp. 301.160 dan obat – obatan
sebesar Rp 3.795 dan untuk biyaya variable terendah yaitu sebesar Rp 957.731 pada umur
2 minggu terdiri dari biaya bibit Rp 350.000, biaya pakan sebesar Rp 607.600 dan obat-
obatan sebesar Rp 131
Berdasarkan Tabel 4 dapat terlihat bahwa total biaya produksi ternak kalkun umur
2 minggu adalah Rp 1.194.677, sedangkan total biaya produksi ternak kalkun umur 10
minggu adalah Rp 5.923.815 dan total biaya produksi ternak kalkun umur 24 minggu
adalah Rp 6.768.929.Biaya tersebut merupakan total dari biaya tetap dan biaya variabel
yang digunakan responden selama menjalankan usahanya. Menurut Bastian,et al.(2007)
dalam usaha ternak, semua biaya produksi dan mendapatkan beberapa biaya variabel,
tetapi pada perusahaan manufaktur tidak semua biaya variable.
Berdasarkan Tabel 6 di atas terlihat bahwa tingkat produksi atau penjualan yang
harus dicapai untuk mencapai titik impas antara penerimaan dengan pengeluaran
peternakan kalkun adalah jumlah ternak minimal yang harus di pelihara oleh peternak
adalah rata-rata sebanyak ekor /peternak. Berdasarkan perhitungan , capaian titik impas
produksi terjadi pada ternak kalkun untuk umur 2 minggu pada angka 48 ekor maka
peternak mengalami profit nol. Harga yang harus dicapai yaitu sebesar Rp. 35.000/ternak.
Ini artinya titik balik modal tercapai apabila kalkun dijual dengan harga Rp. 35.000. Jadi
agar peternak memperoleh keuntungan dari usaha ternak kalkun peternak harus memilihara
ternak kalkun lebih dari 48 dan dijual dengan harga lebih dari Rp 35.000.Untuk ternak
umur 10 minggu capaian titik impas produksi terjadi pada angka 10 ekor/peternak maka
harga yang harus di capai yaitu Rp 150.000 dan untuk ternak umur 25 minggu capaian titik
impas produksi terjadi pada angka 4 maka harga yang harus di capai yaitu Rp. 450.000.
Tabel 6. menunjukkan hasil analisis nilai R/C rasio peternak kalkun umur 2 minggu
adalah sebesar 1.01 sedangkan ternak kalkun umur 10 minggu adalah sebesar 1.38 dan 24
minggu sebesar 2.87 Besarnya R/C Rasio peternak kalun ditentukan oleh besarnya
penerimaan yang dihasilkan berbanding terbalik dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Usaha peternakan kalkun di kabupaten pringsewu sangat menguntungkan secara ekonomi
karena nilai R/C rasio usaha peternakan kalkun bernilai positif (R/C ≥ 1). R/C rasio
peternakan kalkun lebih besar dari satu (R/C >1), yang artinya adalah usaha peternakan
kalkun di kabupaten pringsewu menguntungkan dan layak untuk di kembangkan (Gumus,
2008). Tijani danAjobo (2005) dalam penelitian mereka tentang keputusan optimal dalam
kalkun pemasaran di Nigeria barat-daya menegaskan bahwa kalkun produksi
menguntungkan dengan pengembalian rata-rata ke manajemen.
22
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rataan
pendapatan usaha ternak Ayam Kalkun di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
sebesar Rp. 142,493,488 / peternak. Nilai R/C pada umur 2 minggu, 10 minggu dan 24
minggu menunjukkan nilai lebih besar dari 1. BEP produksi umur kalkun 2 minggu yaitu
48 ekor dan BEP harga Rp. 1.669.999 sedangkan BEP produksi kalkun 10 minggu yaitu 10
ekor dan BEP harga Rp. 1.555.900 dan BEP produksi kalkun 24 minggu yaitu 4 ekor
dengan BEP harga Rp. 1.789.285. Usaha ternak kalkun di Kabupaten Pringsewu Provinsi
Lampung layak dan menguntungkan.
5.2 Saran
Ternak kalkun mempunyai potensi sebagai penghasil daging, kulit bulu, ternak
hidup dan bulu yang indah bagi kepentingan manusia. Diharapkan agar kedepannya
peternak dapat lebih mengoptimalkan potensi kulit bulu dan bulu yang indah.
23
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, L., P.D.M.H. Kartidan S. Hardjoewignyo. 2005. Reposisi tanaman pakan dalam
kurikulum Fakultas Peternakan Pros. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak.
Bogor.
Ajala, M.K., B.I. Nwagu, A.A. Sekoni dan Adeshinwa,OK. 2007. ”Profitabilitas Produksi
Turki di IndonesiaZaria, negara Kaduna, Nigeria. ”Asian Journal ofTeknologi
Informasi. 6 (1): 27-33.
Bappenas. 2010. Rencana Strategi Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan
Tahun 2010-2014. Bapennas. Jakarta.
Blackely, J., dan Bade. D.H. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada Universitas Press.
Yogyakarta.
Bland, D.C. 2009. Turki: Panduan untuk Manajemen. ItuCrowood Press. Diakses pada 25
Oktober 2018 darihttp://www.turkeyfed.org.
Bustami, Bastian & Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Graha
Ilmu.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung. 2012. Buku Stastistik.
Direktorat Pakan Ternak. 2013. Nutrisi Kalkun Direktorat Pakan Ternak. Jakarta.
Dwi Sunarti P. dan Bambang Cahyo M. . 2010. Manajemen Kalkun Berwawasan Animal
Welfare. BP. Undip. Semarang.
Hadisapoetro, S. 2004. Biaya dan Pendapatan di dalam Usaha Tani. Departemen Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Ironkwe, M.O. dan Akinola, L.F. 2010. Profitabilitas Turki Produksi di Ahoada Area
Pemerintah Daerah Sungai Timur Negara Bagian, Nigeria. ”Jurnal Kontinental
Ilmu Pertanian 4: 38-41.
Marliani, L, dkk. 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, Gramedia.
24
Maspul. 2012. Beternak Kalkun. Edisi ke dua cetakan ke-23. Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi jenis-jenis kalkun/219 Diakses pada Tanggal 20 Februari 2018.
Mercia, L.S., E. Sears, dan J. Gaines 2010. Panduan Storey untuk Budidaya Kalkun:
Breeds, Care and Health. Buku Bertingkat.Diakses 25 Oktober 2018
darihttp://www.ansi.okstate.edu/poultry.
Ogundipe, S.O. dan Sanni, S.A. 2002. Ekonomi UnggasProduksi di Nigeria. Di: Gefu, J.O;
I.A. Adeyinka dan A A. Sekoni. (eds), Produksi Unggas di Nigeria. Latihan
Workshop diadakan di Penelitian Produksi Hewan Nasional Lembaga (NAPRI),
Shika, Zaria. 1-6 September, 2002. 44 Pp.
Rahmi, A. dan D.R.D. Hastuti. 2007. Penghantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M dan Amrullah IK. 1983. Beternak Kalkun. Penebar Swadaya. Jakarta.
Slamet, S.S. 2001. Perbandingan Sistem Perkawinan Alami dan Inseminasi Buatan
Terhadap Fertilitas dan Daya Tetas Telur Kalkun. Skipsi. Jurusan Peternakan.
Universita Lampung.
Siregar, Surya Amri. 2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan
Stabat Kabupaten Langkat. Skripsi. Medan: Departemen Peternakan-Universitas
Sumatera Utara.
Soekartawi., A. Soeharjo., John L. Dilion., J. Brian Mardaker. 1987. Ilmu Usaha Tani dan
Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia
Jakarta.
Soekartawi. 1996. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
CobbDouglas. PT Raja Grafindo persada. Jakarta.
25
Triana, A., T. Salam, dan M. Muis. 2007. Analisis pendapatan usaha peternakan ayam ras
petelur periode layer di Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros. Jurnal Agrisistem.
3(1):11-15.
26
LAMPIRAN
27
Lampiran 1. Kandang
Umur Ternak Biaya
Estimasi Biaya
Umur 24 Biaya Awal Biaya Penyusutan
Nama Umur 10 Minggu Jumlah Umur Penyusutan
No Umur 2 Minggu Pembuatan Bahan Kandang Penyusutan Kandang Per
Peternak Ternak Kandang Kandang Per
Minggu Kandang Kandang Ekor/ 6
Jantan Betina Jantan Betina Ekor/Tahun
Bulan
bambu,
1 Bambang 73 26 53 18 56 226 1800000 5 360000 1592,92 796,46
asbes,kayu
bambu,
2 Sutrisno 52 17 47 13 24 153 1670000 5 334000 2183,01 1091,50
asbes,kayu
bambu,
3 Romli 0 19 29 11 23 82 2000000 5 400000 4878,05 2439,02
asbes,kayu
bambu,
4 Cipto 41 12 30 9 23 115 1200000 5 240000 2086,96 1043,48
asbes,kayu
bambu,
5 Yanto 18 13 33 7 19 90 1000000 5 200000 2222,22 1111,11
asbes,kayu
bambu,
6 Nanang 36 16 42 16 33 143 1600000 5 320000 2237,76 1118,88
asbes,kayu
bambu,
7 Inggi 23 13 31 6 17 90 1400000 5 280000 3111,11 1555,56
asbes,kayu
Total 243 116 265 80 195 899 10670000 2134000 18312,03 9156,01
Rata - rata 34,7 16,6 37,9 11,4 27,9 128,4285714 1524285,714 5 304857,143 2616,00 1308,00
28
Lampiran 2. Peralatan
4 Cipto
Cangkul 68000 4 0 17000 1416,666667 8500
Arit 62000 4 0 15500 1291,666667 7750
Tempat Pakan 56000 5 0 11200 933,3333333 5600
Tempat Minum 60000 5 0 12000 1000 6000
Ember 20000 1 0 20000 1666,666667 10000
Jumlah 266000 75700 6308,333333 37850
Rata-rata 53200 15140 1261,666667 7570
5 Yanto
Arit 62000 4 0 15500 1291,666667 7750
Golok 150000 4 0 37500 3125 18750
Tempak Pakan 56000 5 0 11200 933,3333333 5600
Tempat Minum 60000 5 0 12000 1000 6000
Ember 20000 1 0 20000 1666,666667 10000
Jumlah 348000 96200 8016,666667 48100
Rata-rata 69600 19240 1603,333333 9620
6 Nanang
Arit 62000 6 0 10333,33333 861,1111111 5166,666667
Sekop 77500 5 0 15500 1291,666667 7750
Tempat Makan 56000 5 0 11200 933,3333333 5600
Tempat Minum 60000 5 0 12000 1000 6000
Ember 20000 1 0 20000 1666,666667 10000
Jumlah 275500 69033,33333 5752,777778 34516,66667
Rata-rata 55100 13806,66667 1150,555556 6903,333333
7 Inggi
Tempak Pakan 56000 5 0 11200 933,3333333 5600
Tempat Minum 60000 5 0 12000 1000 6000
Golok 100000 3 0 33333,33333 2777,777778 16666,66667
Jumlah 216000 56533,33333 4711,111111 28266,66667
Rata-rata 72000 18844,44444 1570,37037 9422,222222
30
Lampiran 3. Obat-obatan
Nama BIAYA
Jumlah Vaksin
No Anggota VAKSIN PER
Ternak ND
Kelompok EKOR
1 bambang 226 15000 66,37
2 sutrisno 153 15000 98,04
3 romli 82 15000 182,93
4 cipto 115 15000 130,43
5 yanto 90 15000 166,67
6 nanang 143 15000 104,90
7 inggi 90 15000 166,67
Total 899 105000 916,00
Rata - rata 128,43 15000 130,86
31
10 Minggu ayam kalkun umur 10 minggu jantan dan betina 55 Rp 35.000,00 Rp 1.925.000
br1 untuk umur 10 minggu jantan (gram) 18620 Rp 70,00 Rp 1.303.400
hijauan untuk umur 10 minggu jantan (gram) 43470 Rp 50,00 Rp 2.173.500
br 1 untuk umur 10 minggu betina (gram) 896 Rp 70,00 Rp 62.720
hijauan untuk umur 10 minggu betina (gram) 2319 Rp 50,00 Rp 115.950
obat- obatan (10 minggu) Rp 15.000,00 Rp 1.309
Umur 24 Minggu ayam kalkun umur 24 minggu jantan dan betina 39 Rp 150.000,00 Rp 5.850.000
br 1 untuk umur 24 minggu (gram) 469 Rp 70,00 Rp 32.830
hijauan untuk umur 24 minggu (gram) 1095 Rp 50,00 Rp 54.750
br 1 untuk umur 24 minggu betina 1144 Rp 70,00 Rp 80.080
hijauan untuk umur 24 minggu betina 2670 Rp 50,00 Rp 133.500
obat-obatan (24 minggu) Rp 15.000,00 Rp 3.795
Total 79363 Rp 15.550 Rp 4.565.769
BIAYA TOTAL (A+B) 79378 Rp 1.452.007 Rp 5.758.626
33
Nama
Responden Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya
Responden
1 bambang 31219525 9.520.000 40.739.525
2 sutrisno 15600732 6.167.500 21.768.232
3 romli 18220 3.242.500 3.260.720
4 cipto 16543 5.537.500 5.554.043
5 yanto 37500 3.512.500 3.550.000
6 nanang 11200 6.167.500 6.179.500
7 inggi 3.467.500 3.478.700
Total 84.530.720
Rata- Rata 12.075.817
Nama
Responden Biaya Bibit (Rp/ekor) Biaya obat-obatan (Rp/ekor/tahun) Pakan/tahun (Rp) Total Biaya variabel (Rp/tahun)
Responden
1 Bambang 150000 15.000,00 9.495.000,00 9.660.000,00
2 Sutrisno 150000 15.000,00 6.142.500,00 6.307.500,00
3 Romli 150000 15.000,00 3.217.500,00 3.382.500,00
4 Cipto 150000 15.000,00 5.512.500,00 5.677.500,00
5 Yanto 150000 15.000,00 3.487.500,00 3.652.500,00
6 Nanang 150000 15.000,00 6.142.500,00 6.307.500,00
7 Inggi 150000 15.000,00 3.442.500,00 3.607.500,00
Total 1050000 105.000,00 37.440.000,00 38.595.000,00
Rata- Rata 150000 15.000,00 5.348.571,43 5.513.571,43
34
Lampiran7. Pakan
Lampiran 8.
DOKUMENTASI
36
37