Oleh :
A1L114010
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Pentingnya Manajemen Usahatani.
2. Kondisi Petani.
3. Penerapan Manajemen Usahatani.
4. Peningkatan Kemampuan Manajemen Usahatani.
5. Peningkatan Nilai Tambah.
6. Pengembangan Kelembagaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.Planning/Perencanaan
Selayaknya sebuah usaha, usahatani juga sangat membutuhkan perencanaan yang
matang. Mulai dari jenis tanaman yang akan ditanam, pola budidaya yang akan dijalankan,
tenaga kerja yang dibutuhkan, sampai kepada kegiatan-kigiatan panen dan pasca panen.
Semua rencana seharusnya tersusun rapi tercatat.
Secara teoritis, untuk mewujudkan sebuah perencanaan yang mantap, kita bisa
menggunakan pertanyaan 5W 1H, yaitu :
· What/apa………….………?
· Why/mengapa…………….?
· Who/siapa…………….?
· When/kapan….……….?
· Where/dimana ………?, dan
· How/Bagaimana………?
b.OrganizingPengorganisasian
Setelah segala sesuatu yang terkait dengan usahatani direncanakan dengan baik, maka
tahapan berikutnya adalah pengorganisasian. Pada saat ini, petani harus mengorganisasikan
setiap masalah dan faktor produksi yang dimilikinya. Persiapan alat dan mesin pertanian,
sarana-sarana produksi yang dibutuhkan juga termasuk tenaga kerja yang akan digunakan.
Pengorganisasian yang baik akan memudahkan pelaksanaan agar sesuai dengan
rencana yang dibuat dan tujuan yangh ditetapkan.
c. Actuating/Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah hal yang paling menentukan pada suatu kegiatan usaha tani jika
ingin usahatani yang dijalankan berhasil. Dalam pelaksanaan segala sesuatu yang dikerjakan
diusahakan sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Sebab apabila tidak maka hasil tidak
akan sesuai dengan yang diharapkan oleh pelaku usahatani.
d.Controlling/Pengawasan
Semua pelaksanaan kegiatan usahatani harus diawasi agar sesuai dengan perencanaan
yang dibuat. Jika ada masalah dan kekurangan, sebagai seorang manajer, petani harus segera
mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Caranya adalah dengan melihat sumber daya
yang ada dan menyelaraskan dengan tujuan pelaksanaan usahatani.
e.Evaluating/Penilaian
Tahap ini hanya akan optimal jika semua hal yang dilakukan oleh petani
terdokumentasi dalam sebuah catatan. Evaluasi yang dilakukan tanpa informasi yang jelas
hanya akan menghasilkan penilaian yang keliru terhadap obyek evaluasi. Akibatnya tentu
tidak aka nada perbaikan untuk kegiatan usaha tani berikutnya sebab fungsi dari evaluasi
yang utama adalah sebagai bahan untuk perencanaan usahatani.
Hal-hal yang perlu dievaluasi disesuaikan dengan tujuan awal dilaksanakannya
usahatani, misalnya :
1. Apakah produksi total telah mencapai hasil sesuai yang diinginkan?
2. Apakah biaya produksi yang dikeluarkan telah sesuai dengan rencana awal?
3. Bagaimanakah produktivitas ekonomis dari usahatani yang dilaksanakan?
4. Apakah masalah-masalah yang dihadapi pada pelaksanaan usahatani?
Hasil evaluasi yang dilakukan tersebut akan lebih memudahkan bagi petani untuk
membuat perencanaan usahatani berikutnya dengan lebih baik. Lambat laun maka usahatani
yang dilaksanakan menjadi lebih maju dengan pencapaian hasil yang optimal.
Usahatani di Jawa terutama, telah dicirikan dengan lahan sempit, sehingga pendapatan
yang diperoleh dari usahatani sangat kecil, petani dikawasan agropolitan di Jatim (Kecamatan
Senduro, Pasrujambe, Lumajang, Batu dan Pacet-Mojokerto), umumnya juga dicirikan
pemilikan lahan sawah, tegal atau pekarangan yang sempit. Untuk menambah penghasilan
keluarga, umumnya petani merangkap bekerja di sektor jasa dan industri. Sebagai
konsekuensinya, setelah musim tanam selesai atau waktu tertentu, petani harus meninggalkan
usahataninya untuk bekerja di luar usahatani.
a. Inovasi Teknologi
Melalui inovasi teknologi, diyakini keuntungan usahatani persatuan luas akan dapat
terdongkrak, komoditas unggulan yang menggiurkan akan dapat diciptakan. Akan tetapi,
teknologi yang diintroduksi ke petani akan lebih disukai jika teknologi tersebut mudah
diaplikasikan, kurang intensif penanganannya, tidak memerlukan pengamatan tiap hari dan
tidak memerlukan kontrol terlalu ketat. Teknologi semacam ini akan memberikan peluang
bagi petani untuk dapat meninggalkan usahtaninya, menyerahkan penanganannya pada orang
lain dengan hasil yang memuaskan. Contoh: teknologi yang diterapkan untuk tanaman tebu.
Setelah tanam dan pemupukan, petani bisa meninggalkan usahataninya dan diserahkan orang
lain untuk mengelola. Dengan demikian petani bisa akan kembali lagi pada saat panen. Jika
teknologi yang tersedia justru mengharuskan petani selalu berada di lahan (menunggui),
maka manajemen usaha kelompok secara bertahap harus dirubah, yaitu dari manajemen
konvensional menjadi kooperatif (cooperative farming) atau menjadi korporasi (corporate
farming). Manajemen ini memungkinkan anggota kelompok tidak mengelola penuh
usahataninya. Akan lebih manfaat lagi jika teknologi yang tersedia dapat memberikan nilai
tambah ekonomi bagi petani.
b. Manajemen usaha yang dilakukan kelompok
Manajemen yang selama ini dijalani petani harus ditinggalkan, yaitu manajemen yang
mengharuskan petani selalu menungggui dan mengerjakan usahataninya sendiri mulai dari
hulu sampai hilir. Ada alternatif manajemen usaha yang dapat dilakukan orang lain tanpa
mengurangi jumlah dan mutu hasil. Manajemen usaha yang dimaksud adalah manajemen
kooperatif dan korporasi. Manajemen korporasi merupakan alternatif karena punya beberapa
kelebihan, yaitu:
1. Pengambilan keputusan usaha harian dapat dilakukan secara cepat, sehingga
usahatani tanggap terhadap perubahan pasar dan harga.
2. Pengelolaan lahan, irigasi, dan teknik budidaya lainnya, dikelola oleh tim manajer
dibantu tenaga teknis, teknis lapangan terampil, sehingga pengelolaan efisien.
3. Mobilisasi sumber daya pertanian (lahan, tenaga kerja dan modal) mudah, karena
sumber daya dikelola oleh tim manajer.
4. Pembagian keuntungan yang dihasilkan dari jenis lahan, tenaga dan modal
sebagai saham anggota, berdasarkan perjanjian.
Manajemen seperti ini akan sesuai untuk lingkungan perkotaan (agropilitan) atau
masyarakat urban yang mempunyai peluang kerja di sektor jasa dan industri. Kelompok tani
yang belum menerapkan manajemen korporsi, secara perlahan-lahan sebaiknya dapat
memperbaiki manajemen usahanya dengan lebih fokus pada faktor pengambilan keputusan
usaha, pengelolaan sumber daya dan pembagian keuntungan. Manajemen secara bertahap
dirubah dari konvensional, ke kooperatif dan akhirnya korporasi. Saat ini masih banyak
kelompok tani yang anggotanya merangkap kerja dibidang jasa dan industri, tetapi manjemen
yang diterapkan kelompok tani masih konvensional, sehingga hasilnya tidak masksimal.
2. Pengaturan
Pada umumnya petani telah tahu bagaimana memeperkecil resiko usahataninya yaitu
dengan jalan mengusahakan beberapa cabang usaha lebih dari satu macam. Tanaman dan
berbagai jenis ternak seperti sapi, unggas dan sebagainya. Hal ini memperbaiki pendapatan
musiman dan distribusi tenaga kerja sepanjang tahun. Keuntungan lain adalah perbaikan
tanah,pencegahan hama dan penyakit dan sebagainya. Untuk membantu setiap petani dalam
rangka pengaturan gunakan langkah langkah sebagai berikut :
a. Teliti kondisi usaha tani .petani mencatat dimana, bagimana dan kapan tanaman
yang bermacam-macam diusahakan.bagaimana cara cara pengusahaan ternak.
b. Variasi dalam besarnya laba Mengatur penggunaan sarana produksi dan tenaga
kerja. Beberapa tanaman bersaing dalam dalam penggunaan tenaga kerja dan tempat.
Beberapa tanaman bersifat cocok untuk ditanam bersama sama dan beberapa bersifat
untuk ditanam saling menyusul. Pengaturan uang tunai yg digunakan untuk usaha
baik modal sendiri maupun kredit. Hal ini dapat untukmembandingkan keuntungan
dari berbagaimacam kombinasi tanaman.
c. Perubahan dalam factor factor social ekonomi petani, kelompok tani dan
gabungan kelompok tani dalam pengaturan tenaga kerja memperhatikan kesibukan kesibukan
masyarakat, seperti perbaikan irigasi, drainase, dan sebagainya. Perubahan factor tata niaga,
harga dan lainnya.
d. Analisa data input output pada cabang usahatani petani/ kelompoktani/ gapoktan
diharuskan mempunyai catatan input output.
e. Pembagian tugas dalam kelompok/ gabungan kelompok dalam organisasi
kelompok/ gapoktan perlu dibuatkan seksi seksi, sekertaris dan bendahara. Seksi bertugas
dalam menjalankan salah satu kegiatan dari kelompok/ gabungan kelompok seperti
seksi pemasaran, seksi sarana produksi, seksi simpan pinjam dan lainnya. Sekretaris
bertugas menjalankan fungsi administrasi kelompok dan bendahara bertugas
menjalankan pembukuan keungan kelompok/gapoktan, cara pencatatan administrasi dan
pembukuan keuangan dijelaskan dalam bab yang lain.
3. Pelaksanaan
Petani sebagai manager dalam usahataninya memimpin pelaksanaan kegiatan untuk
usahataninya dibantu oleh keluarga dan tenaga kerja dari keluarga. Sebagai seorang manager
menggerakkan tenaga memperlancar proses produksi tersebut,sekaligus mencatatnya seluruh
pelaksanaan kegiatan usahatani tersebut. Ketua kelompoktani/ gapoktan sebagai manager
dalam kelompoknya memimpin pelaksanaan kegiatan usaha kelompok dengan dibantu oleh
seluruh pengurus sesuai fungsinya sendiri-sendiri. Sekretaris mencatat kegiatan administrasi
dan Bendahara mencatat semua pengeluaran dan pemasukan kelompok.
Dalam proses produksi bisa terjadi penyimpangan atau gangguan seperti serangan
hama/penyakit,maka perlu dilakukan pertemuan kelompok/ gapoktan untuk bersama sama
menanggulanginya. Dalam pengambilan keputusan pilihan yang dipilih adalah alternative
yang dapat memberikan keuntungan yang paling menyenangkan sesuai dengan input yang
tersedia serta kemungkinan resiko yg timbul akibat pilihan tadi. Jadi sekali keputusan
diambil,maka pilihan tadi harus dilaksanakan dan sudah harus siap dengan resiko yang
timbul. Dengan dasar pengalaman masa lalu,maka keputusan yang diambil diharapkan akan
membuahkan keberuntungan.
4. Pengawasan
Pengawasan diperlukan dalam melihat apakah dari rencana yg telah dilaksanakan
tersebut dapat memenuhi sasaran sasaran yang telah dibuat atau belum. Apakah teerjadi
penyimpangan,mengapa terjadi penyimpangan tersebut, apakah ada faktor-faktor yang tidak
dapat dikontrol dalam proses produksi. Di dalam control perlu diciptakan system control
yang tetap, ajeg terhadap rencana yg dilaksanakan serta terus dilaksanakan pemantauan
tehadap kegiatan usaha tani. Hasil juga harus diukur apakah sesuai dengan yang
direncanakan.
Dengan cara ini maka dalam system manajemen yang benar selalu ada umpan balik
dari control kearah rencana yg telah dipilih berdasarkan informasi informasi baru. Pencatatan
data dalam suatu pembukuaan adalah salah satu system control yg perlu dilaksanakan untuk
dipakai sebagaai umpan balik yg berkesinambungan tanpa data,suatu bisnis dapat diibaratkan
seperti kapal tanpa kompas. Keempat fungsi manajemen harus dilaksanakan agar usahatani
dapat berhasil dengaan baik.
3.4. Penanaman
Penanaman dapat dilakukan dengan sistem pindah biasa atau JAJAR LEGOWO
a) Saat tanam diupayakan seserempak mungkin, dalam suatu hamparan seluas + 50 ha
diusahakan selesai sekitar 10 hari.
b) Pembuatan jarak tanam dilakukan dengan menggunakan garetan atau "blak" yang telah
ditentukan jarak tanamnya.
c) Jarak tanam :
- Tapi biasa : 18cm x 18cm ; 20cm x 18cm ; 20cm x 20cm, 2-3 bibit/rumpus.
- Jajar legowo : 40 cm x ( 20 cm x 10 cm ), jarak antar barisan berselang
-seling 40cm dan 20cm, jarak dalam barisan l0cm, 2-3 bibit/ rumpus.
3.5. Penyiangan
a) Penyiangan secara manual atau menggunakan "osrok"/ landak.
b) Penyiangan dapat dilakukan secara kombinasi dengan herbisida dan tangan, dengan
teknik sebagai berikut: Penyemprotan herbisida purna tumbuh pada umur±15 hari, dosis 2 – 3
It/ha atau menurut petunjuk. Contoh herbisida Saturn-D, Ally, Rumpass, Agroxon, Ronstar
dan penyiangan pada umur _+ 30 hari bisa menggunakan tangan atau "osrok".
3.6. Pemupukan
a) Dosis pupuk Urea 250-300 kg/ha, diberikan 2 kali umur 1/2 dosis pada 8-14 hari setelah
tanam (HST) dan ½ dosis pada saat primordia (45 hst). Pada tanah porus Urea diberikan
tiga kali yaitu pada umur ± 15 hst, + 28 hst dan 42 hst, masing-masing 1/3 dosis Urea.
b) Dosis pupuk P dan K ditentukan berdasarkan hasil analisa tanah yaitu dosis SP-36 50-
100 kg dan KCI 50-75 kg/ha.
c) Saat ini di pasar bebas telah beredar pupuk alternatif
d) Lebih jelasnya dosis pemupukan N, P dan K maupun pupuk alternatif tanaman padi
dapat di konsultasikan dengan PPL/BPP setempat.
3.7. Pengairan
a) Usahakan pengelolaan air seefisien mungkin, agar penggunaan air lebih hemat sehingga
areal yang diairi lebih luas.
b) Sistem pengairan terputus (diairi 4-6 hari sekali) memberikan hasil yang sama dengan
pengairan tergenang terus menerus dan dapat menekan populasi hama dan penyakit.
2. Pengendalian dengan racun tikus, terdapat dua macam racun yaitu racun akut ( sangat
beracun, membunuh tikus dengan cepat3.
3. Pengumpanan dengan racun akut efektif dilakukan pada saat bera menjelang musim
hujan, pada saat itu sumber makanan tidak tersedia.
4. Saat pertumbuhan vegetatif umpan diletakkan di pematang dengan jarak ± 50 m antar
lokasi umpan.
5. Pada fase bunting, umpan diletakkan pada petak sawah sejauh satu meter dari pematang.
6. Saat padi berbunga hingga panen, tikus sedang bunting atau beranak, pengemposan
dengan asap belerang atau karbit merupakan cara yang efektif. Pemasangan umpan pada fase
ini tidak efektif, karena sumber makanan melimpah.
b. Pengendalian Wereng Coklat
1. Tanam serempak, selang waktu tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 3 minggu.
2. Laksanakan pergiliran varietas.
3. Setiap varietas jangan ditanam lebih dari 2 kali berturut-turut dalam setahunnya, selingi
dengan palawija.
4. Pembuatan pesemaian dan penyediaan bibit sehat.
5. Hindarkan pemupukan N (Urea) berlebihan. Pupuk. K (KCI) dapat mengurangi
keparahan akibat serangan hama wereng.
6. Pada tanaman terserang, keringkan petakan 3 - 4 hari. Segera setelah panen tunggul
jerami di bakar dan di bajak.
7. Apabila dalam pengamatan ditemukan lebih dari 5 ekor wereng saat tanaman berumur
kurang 40 hari, dan lebih dari 20 ekor wereng pada tanaman berumur lebih dari 40 hari.
Tanaman disemprot dengan insektisida seperti Applaud, Regent 50 SC, Confidor 5 WP, atau
Winder 25 WP.
c. Penyakit Tungro
1. Segera setelah panen tanah dibajak agar singgan tidak tumbuh. Tanam seawal mungkin
secara serempak.
2. Pergiliran tanaman padi - padi - palawija.
3. Gunakan varietas tahan tungro seperti Mamberamo, IR-66, dan IR-74.
4. Mencabut tanaman yang terserang.
5. Pengendalian secara kimiawi dilakukan sejak di pesemaian dengan insektisida karbofuran
(Furadan, Curater dll), atau dengan Confidor 5 WP.
d. Penggerek Batang.
1. Sampai saat ini tidak ada varietas padi yang tahan terhadap penggerek batang. Lakukan
tanam serempak.
2. Memotong jerami serendah mungkin dan di bakar.
3. Hindarkan pemupukan N yang berlebihan, pupuk K dapat mengurangi keparahan akibat
serangan penggerek batang.
4. Segera setelah panen tunggul jerami dibakar dan dibajak.
4.1 Kesimpulan
Untuk menjamin kondisi yang kondusif bagi petani dalam melakukan usahatani, maka
pemerintah perlu terus memantau terhadap spekulasi-spekulasi yang dapat mengganggu
sistem usahatani padi, baik yang menyangkut ketersediaan sarana produksi (pupuk, benih,
pestisida) maupun pasar output dan menegakan supremasi hukun dengan tegas kepada setiap
pihak yang mencoba melakukan instabilitas sistem tersebut.
Jaminan pemasaran hasil-hasil pertanian, tampaknya suatu kondisi yang sangat
diharapkan oleh petani. Oleh karena itu kebijaksanaan pemerintah yang lebih bijaksana
terhadap komoditi pertanian masih tetap diperlukan. Kebijaksanaan tidak saja hanya
menjamin harga dan pemasaran, tetapi juga mengkondisikan agar sistem agribisnis pertanian
menjadi kondusif, baik sejak jaminan ketersediaan faktor input seperti pupuk, pestisida,
benih, pasar output, alat pertanian dll.
4.2 Saran
Nur Ainun Jariyah dkk. 2003. Kajian Finansial Usahatani Hutan Rakyat Pada
Beberapa Strata Luas Kepemilikan Lahan (Studi Kasus di Desa Sumberejo, Kecamatan
Batuwarno, Kabupaten Wonogiri). Jurnal Pengelolaan DAS Kajian Finansial Usaha Tani
Surakarta.