JAHE GAJAH
(Tugas Mata Kuliah Budidaya Tanaman Hias dan Obat-Obatan)
DISUSUN OLEH :
A.FATURRAHMAN
05.13.19.1868
II E
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
PERTANIAN POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA
2020 /2021
KATA PENGANTAR
A.FATURRAHMAN
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1. 1 Latar Belakang....................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1. 3 Tujuan..................................................................................................2
1. 4 Manfaat................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
3.1 Kesimpulan........................................................................................16
3.2 Saran..................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
iii
BAB I PENDAHULUAN
Penggunaan tanaman hias kini telah menjadi trend masyarakat modern yang
tinggal di perkotaan. Tanaman hias tidak hanya digunakan sebagai dekorasi
ruangan dan lingkungan sekitar, melainkan juga dimanfaatkan sebagai simbol
untuk menyatakan perasaan suka maupun duka. Selain itu hobi bertanam
tanaman hias tak jarang menjadi inspirasi bagi seseorang untuk memulai sebuah
bisnis. Terbukti, banyak bisnis tanaman hias dimulai karena pemiliknya memang
memiliki hobi di bidang ini, banyak jenis tanaman hias yang bisa dijadikan
produk unggulan. Unggul karena tahan banting, harga stabil, dan peluang pasar
yang besar baik untuk lokal maupun ekpsor (Mirna, 2009).
Saat ini Aglaonema menjadi salah satu tanaman yang populer. Setelah
pengenalan hibrida-hibrida baru hasil persilangan secara komersial. Hibrida
tersebut memiliki daun dengan corak warna yang beragam. Tidak
mengherankan bila tanaman ini harganya mencapai jutaan rupiah per tanaman
yang sebagian telah dikoleksi oleh para pencinta tanaman hias. Hibrida baru akan
terus muncul seiring dengan meningkatnya intensitas kegiatanpemuliaan di dalam
negeri. Di Indonesia, Aglaonema yang memiliki sekitar 30 spesies ini, lebih
dikenal dengan sebutan “Sri Rejeki”. Tanaman dari suku Araceae (talas-talasan)
ini sudah sejak lama populer. Meskipun tanpa bunga, tanaman yang tengah
menjadi primadona ini sangat mempesona.
Selain itu, pada pokok pembahasan juga dibahas mengenai tanaman obat.
Penggunaan obat tradisional di Indonesia sudah berlangsung sejak ribuan tahun
yang lalu, sebelum obat modern ditemukan dan dipasarkan. Obat tradisional
mungkin digunakan sebagai obat alternatif karena mahalnya atau tidak tersedianya
1
obat modern/sintetis dan adanya kepercayaan bahwa obat tradisional lebih aman
(Astawan, 2003). Salah satu tanaman obat tradisional di Indonesia yaitu jahe
gajah (Zingiber officinale) . Rimpang dari jahe gajah ini dapat digunakan sebagai
obat mengatasi masalah pencernaan, mengurangi mual, mengurangi rasa sakit,
membantu proses detoksifikasi dan pencegahan penyakit kulit, melindungi anda dari
kanker dan anti peredangan.
2
BAB II PEMBAHASAN
3
2.1.2 Morfologi Aglonema
1. Akar
2. Batang
3. Daun
4. Bunga
4
Penyerbukan yang berhasil ditandai dengan bakal buah membesar dan
berkembang menjadi buah yang berada di pangkal bunga. Buah berbentuk bulat
lonjong. Mula-mula buah berwarna hijau kekuningan, lalu berubah menjadi merah
sebagai tanda sudah matang. Proses pemasakan buah sekitar 6 bulan. Buah
yang sudah matang dipetik, lalu diambil biji-bijinya (Budiana, 2006).
1. Cahaya
2. Temperatur
5
C. Aglaonemapadasuhu diatas 32° C, tanaman akan “terbakar” dan akhirnya mati.
Hal itu dikarenakan beberapa bagian tanaman mengalami kekurangan suplai
makanan atau nutrisi akibat penguapan cairanpadajaringan cukup besar. Oleh
karena itu, bila temperatur terlalu tinggi, sebaiknya segera dilakukan penyemprotan
uap air di sekitar lingkungan tanaman agar temperatur dapat kembali normal (Ari W.
Purwanto, 2006).
3. Kelembapan
Pada dasarnya tanaman Aglaonemahidup dibawah naungan pepohonan.
Aglaonematumbuh dengan baik padakelembaban yang relatif tinggi. Tanaman hias
Aglaonemamenyukai udara dengan kelembaban sekitar 50% yang merupakan
perpaduan suhu ideal sekitar 250C pada siang hari dan 160C sampai 200C pada
malam hari (Subono dan Andoko, 2005).
2. Aglaonema Hibrida.
a. Aglaonema Paten
b. Aglaonema Non-Paten
6
Aglaonemanon-paten adalah Aglaonemayang tidak didaftarkan pada lembaga
paten. Umumnya, Aglaonemayang termasuk kelompok ini tidak diperbanyak
secara besar-besaran sehingga harganya lebih mahal dibanding dengan
Aglaonemapaten. Banyak dari Aglaonema non-paten ini tidak diberi nama (Ari W.
Purwanto, 2006).
c. Aglaonema Mutasi
1. Persiapan Lahan
Ada dua macam tempat penanaman Aglaonemayaitu di tanah dan di
dalam pot. Apabila Aglaonemaakan ditanam pada tanah, tahap-tahap yang harus
dilakukan utuk pengolahan lahan adalah : -pengolahan tanah dilokasi. - mencangkul
agar tanah menjadi gembur, dengan kedalaman 20 cm. -Tambahkan humus dan
pasir halus secukupnya agar subur dan bersifat porous, dengan perbandingan 1:1.
-Pemberian pupuk kandang diawal penanaman dengan dosis 20-30ton/ha.
-Dilakukan penanaman benih atau bibit yang telah disiapkan dengan jarak tanam
50 cm-100 cm (Anonima, 2009)
2. Media Tanam
Aglaonema di habitat aslinya tumbuh dilapisan tanah paling atas yang
umumnya berupa tumpukan sisa-sisa daun dan ranting tanaman yang telah
terdekomposisi menjadi kompos. Aglaonemadialam umumnya tumbuh dibawah
7
rindangnya pepohonan besar dan tinggi dengan daun yang rimbun. Hal ini
menyebabkanlingkungan tumbuh asli Aglaonemamerupakan daerah yang subur,
lembab dan terlindung dari sinar matahari langsung. Media tanam
Aglaonemapada prinsipnya tidak harus menggunakan media khusus. Namun
yang pasti media tersebut harus dapat menjaga kelembaban atau tidak terlalu
basah danmempunyai drainase yang baik. Beberapa bahan
yangdapatdigunakansebagai media tanam antara lainpotongan pakis, sekam bakar,
pasir, dan cocopeat(Leman, 2006).
3. Perbanyakan Tanamanan
a. Cangkok
Pilihlah induk dengan batang yang kokoh, pastikan sudah bewarna
cokelat, kemudian kelupas batang hingga berwarna putih. Setelah itu, lapisi dengan
tanah sekam, pasir malang, humus dan pakis dengan perbandingan 1:5:2:2. Terakhir
bungkus dengan plastik dengan lubang untuk sirkulasi udara dan lubang untuk
pengakaran.
b. Stek
Cara menanam aglaonema dengan stek yaitu pertama pilih pucuk indukan
dengan kriteria kokoh dan memiliki setidaknya 5 daun yang masih tersisa. Hal ini
untuk menjaga tumbuhan tetap hidup walaupun sudah dipotong pucuknya.
Kedua tanam hasil pucuk indukan yang dipilih pada media pot.
c. Biji
Cara menanam aglaonema dengan biji yaitu pertama pilih biji dari induk
yang sudah tua. Kedua rendam biji 2 – jam, ketiga tanam biji hasil rendaman tersebut.
4. Penanaman
Penanaman Aglaonemayang terpenting, saat penanaman awalmedia
diusahakan lembab (tidak kering kerontang dan jangan pula basah). Sehabis
menanam jangan langsung disiram. Baru disiram 1-2 hari kemudian dengan
cara menyiram permukaan medianya saja (nanti airnya akan meresap ke bawah
sehingga medianya jadi lembab tapi tidak basah). Setelahnya siram setelah 3 hari
atau lebih (tergantung kondisi lingkungan). Begitu kira-kira akar jalan, boleh disiram
sampai basah pakai air biasa dan tunggu sampai media kering baru disiram lagi.
Biasanya Aglaonemabusuk jikamedia masih lembab sudah disiram lagi(Anonime,
2008).
8
Langkah pertama yang harus dilakukan memilih bibit yang baik.Jika
akar bibit terlalu berantakan, sebaiknya dipotong atau dirapikan dengan gunting
tanaman.Langkah selanjutnya adalah membelah bibit menjadi empat bagian agar
memiliki banyakbibitAglaonema.Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan
membuat potongan membujur dari bagian batang ke arah akardan membagi dua
bibit tersebut. Kemudian, belah lagi tiap potongan sebelumnya sehingga
mendapatkan 4 belahan bibit. Benamkan bibit Aglaonemahingga hanya sedikit
pucuk yang terlihat mencuatdi permukaan tanah.Siram bibit dengan air hingga
media cukup basah (Plantus, 2010).
5. Penyiraman
Aglaonema termasuk tanaman yang butuh air dalam jumlah cukup, jadi
penyiraman hal penting yang mesti diperhatikan agar aglaonema tumbuh baik, tapi
tidak sampai menggenangi medianya, frekuensi dan dosis penyiraman perlu diatur
sesuai dengan kondisi media dan lingkungan setempat. Penyiraman menggunakan
sprayer dengan butiran air halus mencegah daun rusak atau sobek. Semprotkan air
pada daun, mulai dari bagian atas hingga seluruh permukaannya basah. Media
tanam juga disemprot air, tetapi jangan terlalu basah sampai akar-akarnya.
6. Pemupukan
Untuk menunjang pertumbuhan tanaman aglaonema kebutuhan nutrisi sangat
penting, beragam merek pupuk majemuk/anorganik mudah diperoleh, bahkan saat ini
sudah banyak beredar pupuk khusus aglaonema. Sebelum memilih, cermati dulu
komposisi nutrisi dan penggunaanya, barulah cara dan dosis pemberiannya,
pemberian pupuk dengan dosis rendah, tetapi sering diberikan akan menghasilkan
tanaman kualitas baik dibanding dengan pemberian sesekali dengan dosis
tinggi.Namun, pupuk yang biasa dipakai ialah pupuk NPK. Perbandingan
ketiga unsur yang baik digunakan ialah 1:1:1 atau 3:1:2.
7. Penyiangan
Kegemburan dapat dijaga dengan cara media didangir atau disiangi secara
teratur. Maksudnya agar kelembaban dan aerasi media tetap terjaga. Saat mendangir,
jangan sampai merusak atau memutus akar. Gunakan sebatang kayu kecil untuk
mendangir. Saat mendangir sekitar batang, harus dilakukan secara hati-hati
karena akar muda biasanya terletak disekitar batang. Rumput atau gulma
dicabut agar tidak terjadi rebutan unsur hara yang menghambat pertumbuhan
Aglaonema(Budiana, 2006). Bila menemukan gulma atau tanaman pengganggu,
9
maka harus dilakukan penyianganatau pembubunan tanaman yangmengganggu
tersebut. Penyiangan ini hendaknya dilakukan rutin selama 2 atau 3 kali
seminggu atau disesuaikan dengan kondisi (Anonime, 2009).
1) Hama
-UlatUlat ; akan meludeskan batang dan daun Aglaonema. Bila populasi ulat
belum banyak, cukup diambil dengan jepitan atau pinset. Bagian daun yang
terserang dipotong, sementara ulatnya dibunuh. Namun, jika serangan ulat pada
tahap serius ada baiknya menyemprot insektisida seperti Sevin atau Metindo
secara rutin sebulan sekali (Budiana, 2006).
2) Penyakit
-Jamur Fusarium (Fusarium Stem Rot) ; disebabkan oleh jamur fusarium dengan
gejala serangan bagian tanaman membentuk bercak berwarna merah cerah dengan
tepi berwarna ungu kemerahan. bagian tanaman yang terserang secepatnya harus
dipotong dan dibuang agar penyakit tidak meluas ke mana-mana. Muncul karena
kelembaban yang tinggi, sehingga usaha pencegahan dapat dilakukan dengan
10
cara mengatur penempatan tanaman tidak terlalu rapat (Subono dan Andoko,
2005).
Nama latin kunyit putih adalah Curcuma alba, tanaman ini merupakan
tanaman obat. Mempunyai klasifikasi dari jenis kaenferia rotundus, Bangsa
Zingiberales, Suku Zingiberaceae, dan Marga Kaemferia. Ciri-ciri fisik terdapat dalam
kunyit putih mempunyai bintik umbi yang serupa dengan tanaman jahe berwarna
krem agak kuning muda(Sastropradjo, 1990). Bau khas kunyit putih segar hampir
mirip dengan aroma mangga kweni, jadi inilah yang membedakan dengan
tanaman serupa dari mangga sejenis kaemferia.
Selain itu, kunyit putih termasuk salah satu tanaman obat pembersih ginjal,
bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti tumor, anti oksidan, dan menurunkan kadar
lemak darah dan kolesterol, anti mikroba, serta sebagai pembersih darah. Dan yang
paling menggemparkan dunia medis karena ternyata kunyit putih dapat
menyembuhkan penyakit kanker. Bagian yang digunakan adalah rimpang dan daun
(Nasution, 2002)
1) Iklim
a. Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas
cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada
tempattempat terbuka atau sedikit naungan.
11
b. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan
1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000
mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik.
Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang
paling baik adalah pada penanaman awal musim hujan.
c. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30 oC.5.2.
2) Media Tanam
Kunyit putih tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul
dengan baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah.
Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organik
tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa.
3) Ketinggian Tempat
Kunyit putih tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai
dataran tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada
ketinggian 45 m dp
a. Pembibitan
Cara pertama yang dilakukan untuk budidaya kunyit putih adalah melakukan
pembibitan. Bibit yang baik diambil dari potongan rimpang kunyit yang segar, sehat,
dan bebas dari bibit penyakit. Cara memperoleh bibit dapat dilakukan dengan
memotong rimpang sama panjang. Selain itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan
dengan teliti untuk memperoleh bibit yang sehat dan berkualitas, antara lain ; -
Memotong rimpang sama panjang satu sama lain, yaitu sekitar 5-7cm dan berat 20-
30gram tiap rimpang.
- Bibit kunyit diangin-anginkan di tempat teduh dan lembab selama kurang lebih
1,5 bulan. Proses ini dapat dilakukan menggunakan jerami padi.
- Setelah 1,5 bulan dan telah tumbuh tunas pada rimpang sekitar 2-3cm, artinya
bibit telah siap untuk dipindahkan ke media tanam.
12
Proses yang selanjutnya adalah mempersiapkan media tanam atau lahan yang
akan digunakan untuk menanam kunyit putih. Pembuatan media tanam sebaiknya
dilakukan 30 hari sebelum masa tanam tiba. Hal yang perlu anda lakukan adalah ;
- Mencangkul media tanam yang akan ditanami bibit kunyit agar tekstur tanah
menjadi gembur, sekaligus membersihkan media tanam dari gulma yang
mengganggu.
- Cangkul lahan dengan kedalaman sekitar 20-30cm, dan biarkan selama kurang
lebih 2 minggu di bawah sinar matahari agar gas-gas beracun yang terkandung
pada tanah dapat menguap.
c. Teknik Penanaman
Untuk teknik penanaman kunyit putih dapat dilakukan dengan membuat
lubang tanam dengan ukuran 30×30 cm dengan kedalaman 60cm. Tahap penanaman
kunyit putih ini dapat dilakukan dengan dua tahap. Yakni melakukan penenaman pada
awal musim hujan dan melakukan pemanenan pada awal kemarau.
Proses ini membutuhkan waktu sekitar 7 sampai 8 bulan. tahap penanaman
yang kedua dilakukan dengan menanam kunyit putih pada awal musim hujan dan
melakukan pemanenan setelah dua kali masa kemarau, yakni sekitar 13 hingga 18
bulan. Penanaman dilakukan dengan cara stek rimpang dalam nitro aromatik
menggunakan media yang telah diberi mulsa. Ternyata mulsa berpengaruh dalam
pertumbuhan tanaman vegetatif.
Tanaman kunyit putih termasuk tanaman yang tidak tahan air. Oleh karena itu,
usahakan untuk mengatur drainase sebaik mungkin agar tanaman tidak tergenang air
dan aliran air lebih lancar.
d. Perawatan
Perawatan kunyit putih dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Masa
penyemprotan pestisida dilakukan saat adanya gejala hama maupun serangga
menyerang. Pastikan hama atau serangga yang akan disemprot menggunakan pestisida
adalah serangga yang merugikan. Karena terkadang ada beberapa serangga yang
sebenarnya tidak berbahaya, dan justru dapat membantu proses pertumbuhan tanaman.
Jika serangga menguntungkan ini juga dibasmi menggunakan semprotan
pestisida, ada kemungkinan akan terjadi efek samping di kemudian hari. Serangga
yang biasa menyerang tanaman kunyit putih adalah ulat pemakan tanaman.
e. Panen
13
- Ciri dan Umur Panen : biasanya berumur 8-11 bulan setelah masa tanam. Ciri-ciri
yang ditunjukkan antara lain mulai bergugurannya daun tanaman, munculnya
daun yang berwarna kuning, dan terjadi kelayuan pada tanaman.
- Periode Panen : sebaiknya dilakukan di musim kemarau, karena saat ini
kandungan air dalam tanah lebih sedikit, sehingga akan lebih memudahkan dalam
proses pengeringan.
- Cara Panen : diawali dengan memisahkan rimpang dari batang dan daun. Setelah
itu, cabut rimpang dari dalam tanah. Bersihkan rimpang, dan masukkan ke dalam
karung.
1. Hama
- Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.)
Gejala : pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu dan lama kelamaan
tunas menjadi kering lalu membusuk.
2. Penyakit
- Busuk bakteri rimpang
Penyebab : oleh kurang baik sistem pengairan (drainase) atau disebabkan
olehrimpang yang terluka akibat alat-alat pertanian, sehingga luka
rimpang kemasukan cendawan. Gejala:kulit akar tanaman menjadi keriput
dan mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk dan keropos.
Pengendalian: a.mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah
terlukanya rimpang; b.penyemprotanfungisida dithane M-45.
- Karat daun kunyit
Penyebab:Taphrina macullans Bult dan Colletothrium capisici atau oleh
kutu daun yang disebut Panchaetothrips. Gejala:timbulnya warna coklat
(karat) pada helaian daun; bila penyakit ini menyerang tanaman
dewasa/daun yang tua maka tidak akan mempengaruhi
produksinya sebaliknya jika menyerang tanaman/daun muda,
menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati.
Pengendalian: a.Dilakukan dengan mengurangi kelembaban;b.Penyemprotan
insektisida, seperti dengan agrotion 2 cc/liter atau dengan fungisida
dithane M-45 secara teratur selama seminggu sekali.
14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Anita. 2010. Budidaya Tanaman Hias Aglaonema di Deni Nursey and Gardening.
Surakarta. https://eprints.uns.ac.id/264/1/162032608201012131.pdf . Diakses
pada 26 November 2020.
Budiana, N.S., 2006. Agar Aglaonema Tampil Memikat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kurnia Sudarwati. 2020. Ide Bisnis Budidaya Kunyit Putih Mampu Hasilkan Omset
Ratusan Juta Rupiah. https://ringtimesbanyuwangi.pikiran-
rakyat.com/ekonomi-bisnis/pr-17750273/ide-bisnis-budidaya-kunyit-
putihmampu-hasilkan-omset-ratusan-juta-rupiah?page=3. Diakses pada tanggal
26 November 2020.
Nasution, R.E. Prosiding Seminar dan Loka Karya Nasional Etnobotani. Jakarta:
Departement Pendidikan dan Kebudayaan RI LIPI, 2002.
Purwanto, Ari .W. 2006. Aglaonema, Pesona Kecantikan Sang Ratu Daun. Kanisius.
Yogyakarta.
16
Sastropradjo. Tumbuhan Obat. Jakarta: Lembaga Biologi Nasional LIPI dan Balai
Pustaka, 1990.
17