MAKALAH
KELOMPOK IV
FAKULTAS PERTANIAN
2020
1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya. sehingga kami dapat menyelesaikan makalah. Dalam penyusunan
makalah mungkin ada sedikit hambatan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang sejarah perkembangan keperawatan dunia
dan Indonesial. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap
kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumus Masalah.................................................................................................2
II. PEMBAHASAN
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................11
3.2 Saran...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
I PENDAHULUAN
yang dikategorikan paling langka yaitu salah satu spesies yang membutuhkan
prioritas paling tinggi untuk segera dikonservasi. Skor tertinggi tumbuhan terancam
punah dilakukan melalui 17 kriteria seperti keunikan taksonomis, distribusi geografis,
nilai manfaat, jumlah populasi, dampak eksploitasi, hingga kemerosotan populasi.
Semakin terbatas suatu tanaman hanya bisa tumbuh di lokal tertentu (tingkat
endemisitas tinggi) maka skornya semakin tinggi.
II PEMBAHASAN
karakteristikkarakteristik akar dan daun juga sangat penting untuk diperhatikan dalam
menentukan jenis Nepenthes spp. (Lauffenburger & Arthur, 2000). Kantong
Nepenthes yang dindingnya penuh bercak merah kekuningan menarik perhatian
serangga untuk mendekat. Semut atau lalat yang mendekat akan tertarik pada aroma
manis yang menyengat. Aroma itu berasal dari deretan kelenjar pada bibir lubang
kantong, karena bibir lubang kantong licin serangga pun terpeleset jatuh ke dasar
kantong. Di dalam kantong terdapat cairan asam (pH<4), sehingga dapat membunuh
serangga.
Menurut Mansur (2006), Nepenthes memilki tiga bentuk kantong yang berbeda
meskipun dalam satu individu yaitu: 1.Kantong roset, merupakan kantong kantong yang
keluar dari ujung daun roset, 2. Kantong bawah, merupakan kantong keluar dari daun yang
letaknya tidak jauh dari permukaan tanah dan biasanya menyentuh permukaan tanah ,
Kantong ini memiliki dua sayap yang befungsi sebagai alat bantu untuk menangkap
serangga, 3.Kantong atas merupakan kantong berbentuk corong atau silinder dan tidak
memiliki sayap. Kantong ini berfungsi untuk menangkap serangga yang terbang, bukan
serangga yang berasal dari tanah. Selanjutnya deretan kelenjar di dinding kantong
mengeluarkan enzim protease yang disebut juga dengan nepenthesin. Dengan
bantuan enzim pemecah protein itu, protein dari bangkai serangga atau hewan lain
yang terjebak dalam cairan kantong tersebut diuraikan menjadi nitrogen, fosfor,
kalium, dan garam mineral. Setelah serangga ini lisis maka zat sederhana kemudian
diserap oleh tanaman ini. Kantong Nepenthes bukan bunga, melainkan daun yang
berubah fungsi menjadi alat untuk memperoleh nutrisi dari serangga yang
terperangkap, sedangkan yang mirip daun sebenarnya adalah tangkai daun yang
melebar, dan tetap berfungsi sebagai dapur untuk fotosintesis (Mansur, 2006).
Menurut Jones & Luchsinger (1998), klasifikasi lengkap Nepenthes spp. berdasarkan
sistem klasifikasi tumbuhan berbunga adalah sebagai berikut:
Divisi :
Magnoliophyt
a
5
Kelas :
Magnoliopsid
a
Subclass : Dilleniidae
Ordo : Nepenthales
Family :
Nepenthaceae
Genus : Nepenthes
Jenis : Nepenthes
spp.
Adapun morfologi tanaman Nepenthes sebagai berikut:
1. Batang
Nepenthes mempunyai batang sangat kasar dengan diameter 3-5 cm dan panjang
internodus antara 3-10 cm dengan warna bervariasi yaitu hijau, merah coklat
kehitaman dan ungu tua. Pada beberapa spesies, panjang batang Nepenthes dapat
mencapai hingga 15-20 meter (Osunkoya dkk., 2007). Batang Nepenthes merambat
diantara semak belukar dan pohon menggunakan sulur daun atau dapat juga
menyemak di atas permukaan tanah. Bentuk batang dari tiap Nepenthes berbeda
tergantung dari spesiesnya, ada yang segitiga, segiempat, membulat dan bersudut
(Hansen, 2001).
2. Daun
Helaian daun Nepenthes panjang berwarna hijau atau hijau kekuningan dengan
calon kantong terdapat di luar helaian daun keluar dari sulur berbentuk silinder
dengan ukuran sama panjang atau lebih panjang dari daun. Ujung sulur yang
berwarna kuning kehijauan berkembang menjadi kantong pada lingkungan yang
sesuai (James dan Pietropaolo, 1996).
3. Akar
6
4. Bunga
Nepenthes merupakan tanaman dioceous, yaitu bunga jantan dan bunga betina
berada pada tanaman yang berbeda. Bunga dihasilkan dari bagian apex pada batang
tanaman yang telah dewasa. Benang sari berjumlah 40 - 46, tangkai sarinya
berlekatan membentuk suatu kolom. Bakal buah menumpang, beruang empat dan
berisi banyak bakal biji. Tangkai putik berjumlah satu atau kadang tidak ada dengan
bentuk kepala putik berlekuk-lekuk (Kurata dkk., 2008). Perkembangbiakan
Nepenthes dialam yaitu secara generatif yaitu pada bunga betina serangga dibutuhkan
sebagai polinator dan setelah terjadi penyerbukan tersebut, bunga betina akan
berkembang membentuk buah dan menghasilkan biji. Buah yang telah matang
sempurna akan pecah dan biji-biji Nepenthes yang ringan ini sangat mudah
diterbangkan oleh angin dan selanjutnya biji ini akan tumbuh di tempat yang sesuai
(Giusto dkk., 2008). Perkembangbiakan secara vegetatif pada Nepenthes biasanya
dilakukan karena tanaman ini sulit berkembang di alam. Biasanya perkembangbiakan
vegetatif melalui stek yaitu dengan cara memotong batang tanaman dewasa yang
telah memanjang. Bahan stek yang digunakan dapat berupa pucuk ataupun bagian
batang lainnya yang masih berwarna hijau. Menurut Baloari dkk. (2013),
perkembangbiakan vegetatif di alam Nepenthes dengan pembentukan tunas juga
dapat menyebabkan adanya pertumbuhan individu baru dan akan terbentuk secara
mengelompok.
Nepenthes akan retak menjadi empat bagian dan biji-bijinya akan terlepas.
Penyebaran biji Nepenthes biasanya dengan bantuan angin. Kapsul buah tanaman
Nepenthes tersebut banyak yang rusak karena gigitan ngengat. Ngengat biasanya
memakan buah dari tanaman Nepenthes yang sedang berkembang (Clarke, 1997).
6. Kantong
Kantong Nepenthes mempunyai warna sangat menarik yaitu hijau dengan bercak
merah. Serangga yang tertarik oleh warna, lebih jauh dipikat dengan ekstrafloral
nectaria dan bau-bauan yang dihasilkan oleh kelenjar di bagian bawah bibir yang
berlekuk-lekuk dan menjorok ke dalam rongga kantong. Serangga teresebut terpeleset
dari bibir yang licin berlilin ke dalam cairan di dalam kantong yang berisi enzim
proteolitik dan hidrolitik pencernaan yang dihasilkan kelenjar di pangkal kantong
(Wang, 2007). Lilin di permukaan kantong memungkinkan serangga yang terjebak
untuk tidak keluar. Proses dekomposisi tersebut menyediakan beberapa nutrisi
penting yang mungkin tidak tersedia dan tidak dapat diperoleh secara optimal oleh
Nepenthes dari lingkungannya (Frazier, 2000). Secara umum bentuk kantong
Nepenthes menyerupai kendi, piala, terompet ataupun periuk. Setiap jenis Nepenthes
setidaknya memiliki dua bentuk kantong, karena antara kantong bawah (Lower
pitcher) dan kantong atas (Upper pitcher) menunjukkan bentuk yang jauh berbeda.
Menurut Mansur (2006.
yang hidup dataran tinggi yaitu N. burbidgeae, N. lowii, N. rajah, N. villosa, N.fusca,
N. sanguinea, N. diatas, N. densiflora, N. dubia, N. ephippiata. Jenis-jenis tersebut
adalah penghuni daerah pegunungan berketinggian lebih dari 1000 m dpl dengan
kisaran suhu malam hari yaitu 20–12ºC dan siang hari antara 25–30ºC. Nepenthes
dataran rendah diantaranya yaitu N. alata, N. eymae, N. khasiana, N. mirabilis, N.
ventricosa, N. ampullaria, N. bicalcarata, N. gracilis, N. maxima, N. reinwardtiana
dan N. tobaica. Jenis-jenis ini tumbuh di dataran berketinggian 0–500 m dpl.
Nepenthes dataran rendah biasanya bersifat epifit menempel di batang pepohonan.
Namun ada juga yang hidup secara terestrial di atas tanah bercampur serasah
dedaunan. Suhu harian antara 22–34º C dan kelembaban udara 70–95%. Sedangkan
Nepenthes dataran menengah yaitu N. raflesiana, N. adnata, N. clipeata, dan N.
mapuluensis. Karakter dan sifat Nepenthes berbeda pada tiap jenisnya. Beberapa
Nepenthes yang hidup di habitat hutan hujan tropik dataran rendah dan hutan
pegunungan bersifat epifit, yaitu menempel pada batang atau cabang pohon lain. Pada
habitat yang cukup ekstrim seperti hutan kerangas yang suhunya bisa mencapai 30º C
pada siang hari, Nepenthes beradaptasi dengan daun yang tebal untuk menekan
penguapan air dari daun. Sementara kantong semar di daerah savana umumnya hidup
terestrial, tumbuh tegak dan memiliki panjang batang kurang dari 2 m (Anwar dkk.,
2006). Menurut Mansur (2006), terdapat beberapa hara alami Nepenthes dan
karakteristiknya sebagai berikut:
1. Hutan Hujan Tropik Dataran Rendah
Tipe ekosistem hutan hutan hujan tropik dataran rendah memiliki jenis vegetasi
lebih beragam dibandingkan dengan tipe lainnya. Hutan ini tersebar mulai dari garis
pantai hingga ketinggian 1.500 m dpl dengan suhu antara 22 oC - 34oC dan
kelembaban udara 70 – 95%. Nepenthes yang hidup dihabitat ini ada yang bersifat
epifit, seperti N. veitchii dan N. gymnamphora.
2. Hutan Pegunungan
9
Hutan pegunungan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m dpl dengan suhu udara
lebih dingin dan sering di selimuti kabut. Keanekaragaman jenis pohon di hutan ini
kurang bervariasi dibandingkan dengan dataran rendah. Nepenthes yang hidup di
habitat pegunungan antara lain N. tentaculata dan N. lowii.
3. Hutan Gambut
Keanekaragaman tumbuhan di hutan gambut relatif rendah, hanya tumbuhan
toleran yang dapat hidup di lingkungan genangan air asam dengan kelembaban yang
cukup tinggi. Beberapa Nepenthes yang dapat toleran terhadap kondisi tempat
tumbuh seperti tersebut antara lain: N. rafflesian, N. ampullaria, dan N. gracilis.
4. Hutan Kerangas
Ciri utama hutan kerangas adalah lantai hutannya ditutupi oleh pasir putih yang
bersifat asam dan berasal dari batuan Ultrabasic. Hutan ini memiliki suhu diatas 30o
C. Nepenthes yang tumbuh ditempat ini seperti N. reinwardtiana, N. gracilis, N.
rafflesian, dan N. stenophyla.
5. Padang Savana
Ditempat inilah N. maxima hidup berkelompok dekat sumber-sumber air, seperti
parit dan sungai kecil. Umumnya, Nepenthes yang hidup di daerah terrestrial tumbuh
tegak dan memiliki panjang batang kurang dari 2 meter.
terletak di depan tabung. Setelah dua sampai tiga tahun pertumbuhannya relatif
lambat, tumbuhan mulai masuk pada tahap memanjat. Internodus batang memiliki
jarak yang lebih panjang dari pada internodus pada roset (Clarke, 2001).
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kantong Semar (dalam bahasa latinnya disebut Nepenthes dan dalam bahasa
Inggris disebut Tropical pitcher plant) adalah Genus tanaman yang termasuk dalam
keluarga monotipik. Kantong semar tumbuh dan tersebar mulai dari Australia bagian
utara, Asia Tenggara, hingga Cina bagian selatan. Indonesia sendiri memiliki Pulau
Kalimantan dan Sumatera sebagai surga bagi habitat tanaman ini. Selain
kemampuannya dalam menjebak serangga, keunikan lainnya adalah bentuk, ukuran,
dan corak warna kantongnya. Keunikan yang dimiliki kantong semar terdapat pada
kantongnya. Kantong-kantong tersebut menjadi perangkap bagi serangga seperti lalat,
semut dan lainnya.
3.2 Saran
perlu dilakukan pengelolaan dan perlindungan terhadap kantung semar untuk
tetap menjaga kelestariannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J.H., Hamid, A.H., Juhari, M.A.A., Norhafizah, S., Tamizi, A dan Indris, W. M. R. 2011.
Spesies composition and dispersion pattern of pitcher plant recorded from Rantau
Abang in Marang District Terengganu State of Malaysia. Journal International of
botany. 7(2):162–169
Anwar, F., Kunarso, A dan Rahman, T.S. 2007. Kantong semar (Nepenthes sp.) di Hutan
Sumatera tanaman unik yang langka. Prosiding ekspose hasil hasil penelitian. 173-
181p
Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2014. Kondisi Umum Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan. http://tnbbs.org/web/sejarah.html. Diakses pada 12 Januari 2016
Baloari G., Linda, R dan Mukarlina. 2013. Keanekaragaman jenis dan pola distribusi
Nepenthes spp. di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak.
Jurnal Protobiont. 2(1):1-6
Brower, J.E dan Zar, J.H. 1979. Buku. Field and Laboratory Methods For
General Ecology. Brown Company Publishers. Iowa. 28p
Carolyn, R. D., Baskoro, P.T dan Prasetyo, L.B. 2013. Analisis degradasi untuk penyusunan
arahan strategi pengendaliannya di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Provinsi
Jawa Barat. Jurnal Globe. 15(1):39-47
13
Dariana. 2010. Keanekaragaman Nepenthes dan Pohon Inang di Taman Wisata Alam
Sicikeh-cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Medan. 94p
Engler, A. 1908. Das Pflanzenreich Regni Vegetabilis Conspectus. Leipzig Verlag von
Wilhelm Engelman. 245p
Firstantinovi, E.S dan Karjono. 2006. Kami justru mendorong. Artikel Majalah
Trubus. Edisi 444. November 2006/XXXVII. 21p
Mardhiana., Parto, Y., Hayati,R dan Priadi, D.P. 2012. Karakteristik dan
Kemelimpahan Nepenthes di Habitat Miskin Unsur Hara. Jurnal Lahan Suboptimal.
1(1):50-56
Meriko, L. 2012. Biologi bunga tumbuhan Nepenthes (N. ampullaria, N. Gracilis, dan N.
Reinwardtiana.). Jurnal Pelangi. 4(2):2460-3740
Wang, C.W. 2007. Nepenthes enzymes. Proceedings of Sarawak Nepenthes Summit 18 –21
August 2007. Serawak Forestry. Malaysia. 40-46.
Yelli, F. 2013. Induksi pembentukan kantong dan pertumbuhan dua spesies tanaman
kantong semar ( Nepenthes spp.) pada berbagai konsentrasi media ms secara in vitro.
Jurnal Agrotropika. 18(2):56-62