Anda di halaman 1dari 52

36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum
Penelitian yang dilakukan mengambil tema mengenai partisipasi dengan
topik kawasan hutan dan kelompok tani. Secara umum, penelitian ini membahas
mengenai bentuk partisipasi petani di Dusun Sumbersari terhadap pengelolaan
KHDTK UB Forest serta dampak yang ditimbulkan.Penelitian ini dilakukan
karena para masyarakat di kawasan Dusun Sumbersari berprofesi sebagai petani
dengan lahan garapan yang ada di kawasan UB Forest. Sehingga perlu diketahui
bagaimana keikutsertaan atau bentuk partisipasi petani guna menjaga kelestarian
hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun untuk membantu
instansi terkait.

4.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian


1. Desa Tawangargo
Desa Tawangargo adalah satu satu Desa yang terletak di wilayah
Kabupaten Malang Kecamatan Karangploso. Secara gegrafis Desa Tawangargo
terletak pada posisi 7° 53' 35' Lintang Selatan dan 112° 53' 41' Bujur Timur.
Topografiketinggian desa ini adalah berupa daratan tinggi yaitu sekitar 700 m-
100 m di atas permukaan air laut. Curah hujan di Desa Tawangargo rata-rata
mencapai 1500-2000. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga
mencapai 404,04 mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu
tahun 2000 hingga 2011 (BPS, 2010-2011).Secara administratif, Desa
Tawangargo terletak di wilayah kecamatan Karangploso Kabupaten Malang
dengan posisi dibatasi oleh wilayah Desa dan hutan. Adapun batas-batas
adminstratif dari Desa Tawangargo adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Perhutani

Sebelah Barat : Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu

Sebelah Selatan : DesaPendem Kecamatan Junrejo Kota Batu

Sebalah Timur : Desa Donowarih Kecamatan Karangploso


37

Secara keseluruhan, luas wilayah Desa Tawangargo adalah 654,632 Ha.


Luas lahan yang ada terbagi dalam beberapa penggunaan seperti untuk
pemukiman, perkebunan, fasilitas umum, dan lain-lain. Berdasarkan data
administratif pemerintahan desa, jumlah penduduk Desa Tawangargo adalah
9.024 jiwa. Wilayah Desa Tawangargo terbagi di dalam 54 Rukun Tetangga (RT),
14 Rukun Warga (RW) yang tergabung dalam 6 Dusun yaitu Suwaluhan,
Kalimalang, Leban, Ngudi, Lasah, dan Sumbersari.

Gambar 1. Peta Desa Tawangargo


Desa Tawangargo juga memiliki beberapa fasilitas yang dapat digunakan
oleh masyarakat setempat. Fasilitas yang ada di Desa Tawangargo merupakan
sarana dan prasarana yang digunakan para warga desa untuk melakukan segala
aktivitas berhubungan dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Berdasarkan
observasi yang dilakukan, terdapat beberapa fasilitas yang ada di Desa
Tawangargo yaitu diantara Masjid, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Posyandu, Apotik, dan Balai Desa. Semua fasilitas tersebut
digunakan masyarakat setempat dengan baik untuk kepentingan bersama.
38

Tabel 1. Fasilitas Desa Tawangargo

Fasilitas Jumlah
Masjid 7
Sekolah Dasar 4
Sekolah Menengah Pertama 1
Posyandu 7
Apotik 1
Balai Desa 1
Sumber : Profil Desa Tawangargo (2016)

Fasilitas yang ada di Desa Tawangargo ialah Masjid dengan jumlah 7


(tujuh). Masjid tersebut tersebar disetiap dusun yang termasuk dalam Desa
Tawangargo. Selain itu di Desa Tawangargo juga terdapat lembaga pendidikan
yakni Sekolah Dasar dengan jumlah 4 (empat) dan Sekolah Menengah Pertama
dengan jumlah 1 (satu). Desa Tawangargo pun memilik 7 (tujuh) posyandu dan 1
apotik yang siap melayani kesehatan masyarakat setempat. Serta terdapat 1 Balai
desa yang digunakan untuk kepentingan bersama dan kegiatan sosial yang
diadakan warga.

2. Dusun Sumbersari
Penelitian yang dilakukan berada di salah satu dusun dari Desa
Tawangargo yaitu Dusun Sumbersari. Dusun ini terletak di wilayah lereng
Gunung Arjuna dan termasuk kedalam wilayah UB Forest. Dusun Sumbersari
memiliki 28 KK (Kepala Keluarga) . Masyarakat Dusun Sumbersari rata-rata
memiliki tingkat pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Kebanyakan masyarakat pun berprofesi sebagai petani, buruh
tani, dan ada juga yang berprofesi sebagai pedagang.
Dusun Sumbersari juga memiliki fasilitas yang dapat mendukung kegiatan
masyarakat setempat. Fasilitas yang ada di Dusun Sumbersari merupakan sarana
dan prasarana yang digunakan para warga Dusun untuk melakukan segala
aktivitas berhubungan dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Selain itu fasilitas
ini juga meningkatkan kemampuan serta keberdayaan masyarakat Dusun
Sumbersari.
39

Tabel 2. Fasilitas Dusun Sumbersari

Fasilitas Jumlah
Masjid 1
Balai Dusun 1
Posyandu 1
Toilet Umum 3
Sumber: Profil Dusun Sumbersari (2016)

Fasilitas yang ada di Dusun Sumbersari ialah satu Masjid yang berada di
samping rumah Ketua RT Dusun Sumbersari. Fasilitas lain yang ada di Dusun
Sumbersari ialah balai dusun. Fasilitas Balai dusun biasanya digunakan untuk
kegiatan masyarakat setempat secara bersama-sama. Fasilitas lain adalah
posyandu yang digunakan sebagai tempat berobat apabila warga setempat
mengalami sakit. Selain itujuga terdapat fasilitas toilet umum yang dibangun oleh
pihak UB Forest dan berada di wilayah Dusun Sumbersari.

4.1.2 Kondisi Umum KHDTK UB Forest


Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) UB Forest terletak di
Desa Tawangargo, Donowarih dan Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso,
Kabupaten Malang. KHDTK UB Forest diresmikan pada tanggal 19 September
2016. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor: 676/MenLHK-Setjen/20155 tentang Penetapan
Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus, luas lahan pada Kawasan Hutan Lindung
dan Hutan Produksi yang terletak di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang,
Provinsi Jawa Timur ialah seluas 514 ha (hektar). Kondisi topografi/kelerengan di
KHDTK UB Forest dibagi menjadi tiga kelas lereng yaitu (a) 0-8% seluas 40,97
ha; (b) > 8-15% seluas 484,89 ha; dan(c) > 15% seluas 23,81 ha. Curah hujan
rata-rata pertahun ialah 250 mm dan keadaan suhu rata-rata : 27OC.
Kawasan hutan tersebut ditetapkan sebagai hutan pendidikan dan
pelatihan. Tingkat aksesbilitas menuju kawasan UB Forest cukup mudah karena
fasilitas jalannya telah diaspal, dengan jarak tempuh kurang lebih 5,3 km dari
jalan raya Karangploso - Kota Batu. Modal angkutan umum antara lain mobil dan
40

sepeda motor. Kawasan sekitar UB Forest terdapat masyarakat yang telah


berkeluarga. Oleh karena itu, sasaran pengelolaan UB Forest juga bermaksud
untuk membantu meningkatkan harkat dan martabatnya (dignity).

UB Forest merupakan salah satu hutan yang masih cukup baik tegakannya,
sehingga hutan ini mampu berfungsi sebagai penyeimbang iklim yang sejuk di
Malang. Selain itu UB Forest juga berfungsi sebagai penjaga tata air dan penyerap
polusi. Hal ini dinilai penting karena Malang merupakan kota wisata yang
menghasilkan polusi cukup besar terutama berasal dari kendaraan bermotor.
Potensi yang dimiliki oleh UB Forest begitu besar untuk para petani maupun
masyarakat setempat. Seperti yang diketahui, selain menjadi hutan pendidikan,
UB Forest juga merupakan hutan produksi yang dapat ditanami komoditas
tanaman seperti kopi yang dapat memenuhi kebutuhan serta memberi keuntungan
kepada petani atau masyarakat setempat. Skema pengelolaan dilakukan secara
multifungsi yaitu sebagai area konservasi, daerah wisata biologi, area penelitian
dan pengembangan, area pendidikan dan latihan, area sosiologi masyarakat sekitar
hutan, budaya, area hutan produksi, dan hutan ekonomi. Oleh karena itu,
mayoritas masyarakat yang berada di Dusun Sumbersari tergabung dalam
kelompok tani karena berprofesi sebagai petani dengan lahan garapan yang berada
di UB Forest.

- Vegetasi di KHDTK UB Forest

Luas areal lahan yang ditanami vegetasi hutan tanaman seluas 402 ha.
Terdapat beberapa jenis tanaman yang ada di hutan tanaman yakni pohon pinus
(Pinus merkusii), pohon mahoni (Swietenia mahagoni), dan pohon suren (Toona
surena). Namun hutan tanaman ini didominasi oleh pohon jenis Pinus. Sementara
luas areal lahan yang ditanami tanaman pertanian ialah seluas 70 ha. Jenis
tanaman yang ada di hutan tanaman pertanian ialah kopi.
Sedangkan vegetasi di Hutan Lindung KHDTK UB FOREST berupa
pohon, semak, dan perdua meliputi: Gintungan (Bischoffia javanica), Dadap
(Erythirma lithosperma), Anggrung (Trema orientalis), Ringin (Ficus benjamina),
Kesek (Muntingia calabura), Gondang (Ficus variegata), Bamboo (Bambusa
spp.), Tepus (Etlingera solaris), Pakis (Cycas spp.), Puspa (Schima wallicii),
41

Eukaliptus (Eucalyptus spp), Kaliandra (Calliandra callothyrsus), dll (Kustanti et.


al, 2016).
Tabel 3. Penggunaan Lahan KHDTK UB Forest

No. Penggunaan Lahan Luas (ha)

1. Hutan Lindung 42,72


2. Tanaman Kayu 402
3. Tanaman Pertanian 70
Total 514,72
Sumber : Master Plan UB Forest (2016)

4.2 Hasil dan Pembahasan


4.2.1 Karakteristik Umum Informan dan Key Informant

Penelitian ini terdiri dari informan yang merupakan anggota kelompok tani
di Dusun Sumbersari. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sembilan informan
yang ikut berpartisipasi dalam pengelolaan UB Forest. Karakteristik informan
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Karakteristik Umum Informan Anggota Kelompok Tani

Umur Keterangan
Informan Pendidikan Pendapatan
(tahun) (Kelompok Tani)

Informan 1 51 SD 3.500.000 Anggota


Informan 2 46 SD 1.500.000 Anggota
Informan 3 50 SD 5.000.000 Anggota
Informan 4 58 SD 2.500.000 Anggota
Informan 5 53 SD 2.500.000 Anggota
Informan 6 32 SD 2.500.000 Anggota
Informan 7 33 SD 5.000.000 Anggota
Informan 8 32 SD 2.500.000 Anggota
Informan 9 35 SD 1.500.000 Anggota
Sumber : Data Primer Diolah (2018)
42

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, usia informan


mulai dari 32 tahun hingga 58 tahun. Tingkat Pendidikan semua informan hanya
sampai Sekolah Dasar (SD). Hal ini dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat
di Dusun Sumbersari terhadap pentingnya pendidikan. Sementara Pendapatan
setiap informan berbeda-beda mulai dari 1.500.000 hingga 5.000.00. Hal ini
dikarenakan luas lahan pertanian yang dimiliki informan juga berbeda-beda.
Namun menurutinforman, pendapatan yang diperoleh setiap bulannya sebagai
petani masih kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga ada
beberapa informan yang juga mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pedagang
sehingga mendapatkan pendapatan tambahan.
Pemilihan informan diawali oleh rekomendasi dari key informant yang
telah ditetapkan. Peneliti mengambil informasi dari key informantbertujuan untuk
memvalidasi data hasil wawancara dengan informan. Ketua Kelompok tani dipilih
sebagai key informantkarena berkoordinasi secara langsung dengan pihak UB
Forest dan para petani di Dusun Sumbersari sehingga memiliki informasi yang
lengkap mengenai keterlibatan petani dalam pengelolaan Hutan. Sementara
Direktur UB Forest merupakan pihak yang memiliki hak untuk mengatur kelola
dan keputusan mengenai pengelolaan UB Forest. Karakteristik key informant
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Karakteristik Key Informant

Umur
Nama Pendidikan Keterangan
(tahun)
Gito 40 SD Ketua Kelompok Tani

Prof. Eko Ganis


54 S3 Direktur UB Forest
Sukaharsono
Sumber : Data Primer Diolah (2018)

4.2.2 Kondisi Masyarakat di Dalam Kawasan UB Forest (Magersaren)


Masyarakat Dusun Sumbersari termasuk masyarakat yang tinggal di dalam
kawasan hutan milik Negara. Istilah yang digunakan oleh Pehutani pada
masyarakat yang berada dalam kawasan hutan ialah Magersaren. Masyarakat
magersaren adalah buruh tani yang bekerja pada perhutani atau masyarakat yang
43

tinggal dalam kawasan hutan milik Negara dengan beban kerja pembersihan
lahan, penanaman, perawatan tanaman, dan pengamanan hutan.
Magersaren Sumbersari Desa Tawangargo Kecamatan Karangploso
memiliki jumlah KK sebanyak 28 dengan jumlah penduduk 96 orang.
Magersaren tersebut terletak di Petak 84 a luas baku 4,00 ha dan di Petak 90 a
luas baku 1,80 ha (total luas 5,80 ha). Luasan tersebut terdiri dari pemukiman dan
pekarangan. Mereka dulunya adalah orang dari penduduk desa yang tidak
memiliki tanah yang kemudian di mobilisasi oleh Mantri Perhutani untuk tinggal
di tengah hutan sebagai buruh tani bagi Perhutani.
Keberadaan masyarakat Magersaren ini sudah ada secara turun menurun di
dalam kawasan KHDTK UB Forest sejak jaman Belanda. Pihak Perhutani
mengizinkan mereka untuk tinggal di dalam kawasan hutan dengan ketentuan
tidak boleh membangun tempat tinggal secara permanen. Selain itu, masyarakat
Magersaren juga diwajibkan untuk memelihara tanaman pokok milik Perhutani.
Masyarakat Magersaren memiliki kegiatan pertanian yang beraneka ragam di
bawah tegakan utama pohon pinus. Mereka menanam tanaman pertanian yang
bersifat semusim yaitu cabe, kol, dan sayuran lainya. Sementara tamanan tahunan
yang ditanam oleh masyarakat Magersaren ialah tanaman kopi. Selain menggarap
lahan yang ada di desa setempat, sebagian besar mereka juga berprofesi sebagai
buruh penggarap lahan yang pemiliknya berupa pemilik modal dan berasal dari
luar desa. Setiap harinya mereka diupah Rp. 30.000 untuk tenaga kerja perempuan
(lebih kurang 8 jam kerja/hari) dan Rp.50.000,- untuk tenaga kerja laki-laki (lebih
kurang 8 jam kerja/hari).
Keberadaan masyarakat di dalam kawasan hutan ini akan dioptimalkan
sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing untuk membantu
perencanaan dan pengelolaan UB Forest. Masyarakat diharapkan dapat membantu
pihak UB Forest dalam menjalankan pengelolaan baik dari segi sosial, ekonomi,
maupun lingkungan. Selain itu, lokasi Dusun Sumbersari biasanya digunakan
pihak UB Forest untuk memfasilitasi para mahasiswa melakukan penelitian,
praktikum, dan kegiatan lainya yang menunjang pendidikan. Sehingga masyarakat
Magersaren Dusun Sumbersari turut membantu untuk memenuhi kecukupan
44

fasilitas yang dapat disediakan di dalam kawasan hutan seperti air, perkakas atau
alat kerja, dll.
Masyarakat di Dusun Sumbersari seluruhnya berprofesi sebagai petani.
Sehingga sejak dahulu di Dusun Sumbersari sudah didirikan organisasi kelompok
tani untuk memudahkan para petani berhubungan satu sama lain dan saling
memberikan informasi. Nama kelompok tani di Dusun Sumbersari ini yakni
Kelompok Tani Sumber Makmur. Kelompok tani di Dusun Sumbersari
Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang saat ini mengalami perbaruan sejak
empat bulan terakhir semenjak UB Forest diresmikan. Terdapat peralihan ketua
Kelompok Tani kepada Pak Gito. Jumlah anggota kelompok tani yang ada saat ini
yaitu 27 orang. Semua petani yang tergabung dalam kelompok tani menanam
tanaman jenis kopi dilahan garapan KHDTK UB Forest. Luas lahan yang dimiliki
masing masing petani pada kawasan UB Forest berbeda-beda. Mulai dari 0,5 ha
hingga 3 ha. Pembagian tersebut dibagi berdasarkan petak lahan yang diperoleh
setiap petani.

Ketua Kelompok Tani

Sekretaris Bendahara

Anggota
(Hingga 2018 terdiri dari 24 orang)

Skema 1.Struktur Organisasi Kelompok Tani Sumbersari


4.2.3Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus UB Forest
Penetapan pengelolaan hutan Universitas Brawijaya sebagai Kawasan
Hutan Dengan Tujuan Khusus merupakan salah satu bentuk kepedulian
pemerintah terhadap dunia pendidikan khususnya ilmu kehutanan yang
berkembang sangat dinamis baik secara biologi, ekologi, dan perkembangan
sosial ekonomi serta budaya masyarakat. Universitas Brawijaya mengemban tugas
sebagai agent pembaharu (agent of change) dalam pembangunan sumberdaya
alam khususnya hutan. Partisipasi masyarakat setempat dinilai sangat penting
45

untuk menunjang kelestarian pengelolaan dan kesejahteraan masyarakat sendiri


dalam pelaksanaan program pembangunan.
Hak pengelolaan hutan yang diberikan kepada pihak Universitas
Brawijaya meliputi hak untuk memasuki dan mengambil manfaat dari hutan
(access and withdrawalright); hak mengelola (management right); hak
mengeluarkan yang tidak berhak (exclussion right) dan tanpa hak untuk
memindahtangankan (transfer of right) bahkan untuk menjualnya (Kustanti, et.al,
2016). Berdasarkan ikatan hak (bundles of right) yang diberikan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kepada pihak Universitas
Brawijaya, maka sudah seharusnya pihak universitas menyusun berbagai program
dan aktivitas yang dapat menyatukan tujuan-tujuan Tridharma Perguruan Tinggi
dan pembangunan kehutanan secara terintegrasi. Vegetasi di Hutan Lindung
KHDTK UB FOREST berupa pohon, semak, dan perdua meliputi: Gintungan
(Bischoffia javanica), Dadap (Erythirma lithosperma), Anggrung (Trema
orientalis), Ringin (Ficus benjamina), Kesek (Muntingia calabura), Gondang
(Ficus variegata), Bamboo (Bambusa spp.), Tepus (Etlingera solaris), Pakis
(Cycas spp.), Puspa (Schima wallicii), Eukaliptus (Eucalyptus spp), Kaliandra
(Calliandra callothyrsus), dll (Kustanti,et. al, 2016).
UB forest terletak diantara ratusan masyarakat desa di sekitarnya. Karena
itu, tidak hanya digunakan untuk kepentingan instansi, UB Forest juga akan
berperan sebagai salah satu bentuk pensejahteraan masyarakat sekitarnya. Hal ini
dilakukan karena masyarakat sekitarsudah menjadikan tanah tersebut sebagai
sumber kehidupan mereka, seperti bertani atau berkebun. Maka dari itu selain
dimanfaatkan untuk kepentingan Universitas Brawijaya, juga untuk
mensejahterkan masyarakat setempat. Pengelolaan UB Forest dilakukan secara
multifungsi yaitu sebagai area konservasi daerah wisata biologi, penelitian dan
pengembangan, area pendidikan dan latihan, area sosiologi masyarakat sekitar
hutan, budaya, area hutan produksi, dan hutan ekonomi.Fungsi dan pengelolaan
UB Forest dapatdilihat dari tiga komponen utama yaitu sosial, ekonomi, dan
lingkungan.
46

a. Aspek Sosial
Ditinjau dari fungsi sosial yaitu terciptanya solidaritas masyarakat sekitar
hutan dan menghindari kesenjangan sosial di antara kelompok masyarakat. Oleh
karena itu pengelolaan dilakukan secara kolektif. Berdasarkan hasil wawancara,
kegiatan dalam aspek sosial sebagai tanda keguyuban atau perkumpulan yang
pernah dilakukan ialah rapat kelompok tani sekaligus sosialisasi mengenai UB
Forest. Hingga saat ini, rapat sudah diadakan sebanyak satu kali dan sosialisasi
sebanyak dua kali. Terkait info mengenai UB Forest tidak selalu disampaikan saat
rapat, namun juga saat ada kegiatan pengajian atau tahlilan rutin setiap minggu.
Pengajian dan tahlilan ini sudah dilakukan sejak dulu jauh sebelum ada peresmian
UB Forest. Seperti pernyataan dari Informan bernama Gito berikut ini
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan terkait, pembahasan pada rapat
yang sudah dilakukan yakni mengenai :

- Sosialisasi pengenalan UB Forest terhadap petani di Dusun Sumbersari


- Sosialisasi mengenai budidaya Kopi di UB Forest
- Rapat dan diskusi mengenai harga jual kopi

b. Aspek Ekonomi
Ditinjau dari fungsi ekonomi, masyarakat di sekitar hutan dapat menikmati
hasil dari hutan yang mereka kelola dengan harapan ada peningkatan ekonomi
yang stabil dan menciptakan lapangan kerja bagi generasi mendatang dengan pola
peningkatan pengelolaan hutan. Dalam aspek ekonomi, para petani mendapatkan
lahan dari UB Forest untuk ditanami komoditas pertanian yang layak dijual dan
dikonsumsi masyarakat. Semua anggota kelompok tani di UB Forest menanam
Kopi di lahan garapan area UB Forest. Masing masing petani mempunyai lahan
dengan luas yang berbeda-beda mulai dari 0,5 ha hingga ada yang mendapat 3 ha.
Jenis kopi yang ditanam pun beragam yaitu kopi arabika, kopi robusta, dan kopi
jawa. Kopi yang ditanam oleh petani biasanya akan dipanen setiap 4 bulan sekali,
namun ada juga yang 2 bulan sekali dan ada pula yang setahun sekali. Pembagian
hasil panen antara petani dengan UB Forest yakni dengan perbandingan 30 : 70
(30 untuk UB Forest dan 70 untuk petani). Hasil panen kopi ini nantinya akan
dijual kepada Pihak UB Forest dengan harga 4750/kg untuk kopi jenis robusta,
47

7000/kg untuk kopi jenis arabika dan jawa. Semua petani memberikan partisipasi
langsung untuk budidaya kopi tersebut yakni dengan memelihara tanaman kopi
yang tersedia hingga masa panen.

c. Aspek Lingkungan
Ditinjau dari fungsi lingkungan UB Forest berfungsi sebagai konservasi,
pengatur suhu lingkungan, pengatur kelembapan, pengatur cadangan air, tempat
berlindung berbiaknya barbagai satwa liar, penyedia oksigen, dan kebutuhan bagi
kehidupan manusiauntuk menghambat angin, mencegah erosi, penghasil buah dan
kayu serta sebagai paru paru bumi. UB Forest dinilai mampu menjadi hutan yang
berfungsi sebagai penyeimbang iklim di Malang dengan kemampuan untuk
menyerap polusi atau rosot. Seperti diketahui bahwa Malang merupakan kota
wisata yang mengahsilkan polusi cukup besar terutama polusi dari kendaraan
bermotor. Oleh karena itu, UB Forest dianggap penting keberadaanya sebagai
penyeimbang iklim untuk mengurangi polusi udara di Malang.
Namun sampai saat ini, pengelolaan aspek lingkungan di dalam kawasan
UB Forest yang dilakukan ialah hanya pelebaran jalan. Untuk mencegah adanya
kerusakan ataupun bencana yang mungkin terjadi, pemerintah daerah kota Malang
melakukan pembenahan area jalan (pelebaran jalan) menuju area Hutan
Universitas Brawijaya. Para anggota kelompok tani bersama sama membenahi
jalan yang rusak agar akses menempuh UB Forest lebih lancar. Fasilitas berupa
modal dan alat didapatkan para anggota kelompok tani dari pemerintah setempat.
Program dan akvititas yang disusun mencoba memadukan antara
kebutuhan pada aspek-aspek kondisi biologi kawasan hutan, kondisi ekologi, dan
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang berada pada sekitar dan
yang ada di dalam kawasan. Berdasarkan telaah pada kondisi hutan maka dalam
pengelolaannya dipilah menjadi dua blok yaitu Blok Pendidikan dan Latihan
Produksi (Blok I-Diklatduksi) pada Hutan Produksi (HP) dan Blok Pendidikan
dan Latihan Konservasi dan Ekoturisme (Blok II-Diklatkonserturis) pada Hutan
Lindung (Kustanti et.al, 2016).
Beberapa Strategi Prioritas Pengelolaan UB Forest berdasarkan Master
Plan UB Forest 2016 adalah sebagai berikut:
48

1. UB Forest mengoptimalkan kewenangan pengelolaan sumberdaya hutan dan


lingkungan serta mempunyai posisi tawar yang tinggi
2. Ketersediaan SDM UB Forest mengembangkan kerjasama Tridharma secara
nasional & internasional, pengelolaan industri sumberdaya hutan dan
lingkungan
3. Meningkatkan dukungan pemerintah pusat & daerah dan berbagai pihak dalam
hal pendanaan dan pengelolaan hutan berkelanjutan.
4. Peningkatan Teknologi Informasi & Komunikasi dalam pengelolaan UB Forest
5. Segera direalisasikan penataan kawasan hutan dan masyarakat penggarap
dengan aturan main yang jelas dan mengikat.
6. Mengembangkan interprenurship dalam pengelolaan UB Forest yaitu dengan:
1) mengurai praktek monopoli pemasaran hasil hutan, 2) meningkatkan
ekotourism berkelanjutan dan mengelola potensi kayu dan non kayu secara
berkelanjutan.
7. Menjaring satuan pengamanan hutan dari masyarakat lokal.
8. Sosialisasi secara berkala tentang kelembagaan pengelolaan hutan UB Forest
dan penegakan pelanggaran dan peraturan perundangan kehutanan bagi
pelanggar.

4.2.4 Tahapan Partisipasi dalam Pengelolaan UB Forest


1. Perencanaan
Pengelolaan yang direncanakan untuk UB Forest tentu dipersiapkan
dengan matang. Dalam proses perencaan nya pun Pihak UB Forest melakukan
berbagai tahapan mulai dari pembuatan Master Plan, Rapat, serta Sosialisasi
dengan masyarakat di kawasan UB Forest khususnya di Dusun Sumbersari.
Namun, dalam tahapan perencanaan, kelompok tani hanya terlibat dalam rapat
dan sosialisasi yang dilakukan. Anggota kelompok tani seluruhnya turut hadir
dalam rapat dan sosialisasi. Seperti pernyataan key informant berinisial GT
berikut:
“..oh kalau ada rapat hadir semua anggota nya mbak. Semua 27 orang itu
kumpul dan diskusi bersana. Ya begitu juga waktu sosialisasi kemaren
semua nya juga hadir biar semua bisa paham mengenai kebijakan di
hutan sekarang..”
49

Berdasarkan hasil wawancara, seluruh anggota kelompok tani di Dusun


Sumbersari yang berjumlah 27 orang turut hadir dalam kegiatan rapat dan
sosialisasi yang diadakan. Namun, dalam kegiatan tersebut hanya beberapa petani
saja yang memberikan tanggapan ataupun saran. Seperti pernyataan informan
berikut:

“…kalau rapat hanya sekedar diskusi mbak, biasanya kalau tidak disuruh
bertanya ya tidak akan bertanya pada diam saja. Ya hanya beberapa saja
lah, mungkin yang lainya sudah paham”

Kurangnya tanggapan maupun saran dari petani karena petani tidak


memiliki ide atau gagasan yang mendukung dalam forum rapat dan sosialisasi.
Sebagai masyarakat Magersaren, petani merasa hanya bisa menerima kebijakan
yang sudah ditetapkan oleh Pihak UB Forest. Hal lain yang menjadi latar
belakang terbatasnya tanggapan ataupun saran dari petani ialah tingkat pendidikan
yang rendah. Sehingga petani dinilai kurang memiliki wawasan maupun gagasan
yang mendukung pengelolaan UB Forest. Sementara itu, mengenai keputusan
yang ditetapkan untuk pengelolaan UB Forest seluruhnya diputuskan oleh Pihak
UB Forest sendiri. Hal ini dikarenakan hal kelola diberikan Negara seutuhnya
kepada pihak UB forest. Sehingga untuk menetapkan kebijakan pengelolaan Pihak
UB Forest memutuskan sendiri tanpa melibatkan masyarakat di kawasan UB
Forest.

Tabel 6. Partisipasi dalam tahap perencanaan

Bentuk Jumlah Jumlah Tingkat


No. Predikat
Partisipasi Anggota Partisipan Partisipasi
1. Harta Benda 27 - - Sangat Kurang
2. Tenaga 27 27 100% Sangat Baik
Tanggapan dan
3. 27 8 29,6 % Sangat Kurang
Saran
4. Keterampilan 27 - - Sangat Kurang
5. Sosial 27 27 100% Sangat Baik
Sumber : Data Primer diolah (2018)

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah petani yang memberikan bentuk


harta benda dan keterampilan dalam tahapan perencanaan ialah tidak ada.
50

Sementara Petani yang memberikan tenaga dan bentuk sosial ialah sebanyak 27
orang sehingga menunjukan tingkat partisipasi sebesar 100%. Dan petani yang
memberikan tanggapan maupun saran ialah sebanyak 8 orang dan menunjukan
tingkat partisipasi sebesar 29,6%.
2. Pelaksanaan
Pengelolaan dan pembangunan yang sedan dan sudah dilakukan di
kawasan UB Forest hingga saat ini ialah budidaya kopi dan perbaikan
infrastruktur. Seluruh kegiatan tersebut tentunya melibatkan kelompok tani
khususnya di Dusun Sumbersari. Para anggota kelompok Tani di Dusun
Sumbersari masing-masing mendapat lahan di kawasanUB Forest untuk ditanami
tanaman kopi. Mayoritas petani pun memilih kopi jenis arabika untuk ditanam
karena kopi arabika memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Namun saat ini, seluruh kopi yang dimiliki petani Dusun Sumbersari tidak
tumbuh maksimal. Hal ini dikarenakan lahan yang tertutup oleh naungan yang
terlalu rapat. Sehingga tanaman kopi tidak mendapat cahaya yang cukup. Oleh
karena itu, para petani tidak lagi merawat tanaman kopi di kawasan UB Forest.
Hanya sebagian petani saja yang masih melakukan perawatan seperti memotong
rumput, menggunting ranting, dan pemupukan. Bahkan ada beberapa petani yang
mengalami kerugian akibat tanaman kopi tidak menghasilkan. Sementara itu,
belum ada kebijakan khusus yang dilakukan oleh pemerintah ataupun Pihak UB
Forest terkait hal tersebut. Maka petani pun enggan untuk melakukan perawatan
untuk budidaya kopi di lahan UB Forest.

Tabel6. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan budidaya kopi


Bentuk Jumlah Jumlah Tingkat
No. Predikat
Partisipasi Anggota Partisipan Partisipasi
1. Harta Benda 27 8 29,6% Sangat kurang
2. Tenaga 27 8 29,6% Sangat kurang
Tanggapan
3. 27 8 29,6 % Sangat kurang
dan Saran
4. Keterampilan 27 - - Sangat kurang
5. Sosial 27 27 100% Sangat baik
Sumber : Data Primer diolah (2018)
51

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah petani yang memberikan bentuk


harta benda, tenaga dan tanggapan maupun saran ialah sebanyak 8 orang.
Sehingga menunjukan tingkat partisipasi sebesar 29,6%. Kemudian petani yang
memberikan bentuk partisipasi keterampilan ialah tidak ada. Sementara Petani
yang memberikan partisipasi dalam bentuk sosial ialah sebanyak 27 orang
sehingga menunjukan tingkat partisipasi sebesar 100%.

Pengelolaan lain yang sudah dilakukan di kawasan UB Forest yakni


pelebaran jalan menuju kawasan hutan. Pembangunan ini merupakan rencana dari
pemerintah yang dibuat untuk mempermudah akses jalan menuju hutan
dikarenakan jalan terlalu sempit. Dalam kegiatan ini, seluruh anggota kelompok
tani di Dusun Sumbersari juga ikut terlibat untuk membantu proses pengerjaan
hingga selesai selama 10 hari. Para petani memberikan tenaga untuk membantu
para pekerja lain agar proses perbaikan infrastruktur ini dapat berjalan lancar.
Selain tenaga, petani juga memberikan saran mengenai kondisi jalan yang ada di
kawasan UB Forest. Hal ini dikarenakan para petani sudah tinggal sejak lama di
kawasan hutan sehingga petani dinilai mengetahui tentang kondisi dan situasi di
sekitar dan di dalam kawasan UB Forest.

Tabel 7. Partisipasi dalam kegiatan perbaikan jalan

Bentuk Jumlah Jumlah Tingkat


No. Predikat
Partisipasi Anggota Partisipan Partisipasi
1. Harta Benda 27 - - Sangat Kurang
2. Tenaga 27 27 100% Sangat Baik
Tanggapan
3. 27 15 55,5 % Sangat Kurang
dan Saran
4. Keterampilan 27 - - Sangat Kurang
5. Sosial 27 - 100% Sangat Baik
Sumber : Data Primer diolah (2018)

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah petani yang memberikan bentuk


harta benda ialah tidak ada. Sementara Petani yang memberikan tenaga dan
bentuk sosial ialah sebanyak 27 orang sehingga menunjukan tingkat partisipasi
52

sebesar 100%. Dan petani yang memberikan tanggapan maupun saran ialah
sebanyak 15 orang dan menunjukan tingkat partisipasi sebesar 55,5%.

3. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring untuk pengelolaan UB Forest dilakukan sendiri oleh


pihak UB Forest dan juga masyarakat setempat. Kelompok tani di Dusun
Sumbersari merupakan masyarakat Magersaren yang artinya tinggal di kawasan
hutan. Oleh karena itu, tentunya setiap hari para masyarakat khususnya kelompok
tani juga mengawasi kondisi dan situasi di dalam kawasan UB Forest. Terkhusus
apabila ada proyek atau pembangunan yang sedang dijalankan. Apabila ada
kendala yang terjadi, maka ketua kelompok tani akan segera memberi informasi
kepada pihak UB Forest.

Sementara kegiatan evaluasi indikatornya adalah keterlibatan dalam


mengikuti kegiatan pertemuan evaluasi, mengidentifikasi masalah dan
keterlibatan memberikan kritik dan saran. Kegiatan evaluasi kadang dilakukan
satu bulan satu kali diikuti Ketua RT, dan Kelompok Tani. Namun kegiatan
pertemuan tidak rutin dilaksanakan dalam Pengelolaan UB Forest. Seperti
pernyataan key informant berinisial GT berikut:

“…ya paling kalau ada yang perlu diperbaiki, diberitahu lewat saya
mbak. nanti saya bertahu ke teman-teman lewat tahlilan…”

Tabel 8. Partisipasi dalam tahap monitoring dan evaluasi

Bentuk Jumlah Jumlah Tingkat


No. Predikat
Partisipasi Anggota Partisipan Partisipasi
1. Harta Benda 27 - - Sangat Kurang
2. Tenaga 27 27 100% Sangat Baik
Tanggapan
3. 27 8 29,6 % Sangat Kurang
dan Saran
4. Keterampilan 27 - - Sangat Kurang
5. Sosial 27 27 100% Sangat Baik
Sumber : Data Primer diolah (2018)

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah petani yang memberikan bentuk


harta benda dan keterampilan dalam tahapan perencanaan ialah tidak ada.
53

Sementara Petani yang memberikan tenaga dan bentuk sosial ialah sebanyak 27
orang sehingga menunjukan tingkat partisipasi sebesar 100%. Dan petani yang
memberikan tanggapan maupun saran ialah sebanyak 8 orang dan menunjukan
tingkat partisipasi sebesar 29,6%.

4.2.5 Bentuk Partisipasi Kelompok Tani dalam Pengelolaan UB Forest


Partisipasi dinilai sangat penting dalam proses pembangunan yang
dilakukan. Adanya partisipasi dari pihakmasyarakat, maka pembangunan dapat
berjalan dengan lancar. Hal ini sesusai dengan yang diungkapkan oleh Conyers
(2004) bahwa terdapat tiga alasan utama sangat pentingnya partisipasi masyarakat
dalam pembangunan, yaitu: (1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna
memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat
setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan dan proyek akan gagal,
(2) Masyarakat mempercayai program pembagunan jika dilibatkan dalam proses
persiapan dan perencanaannya, karena masyarakat lebih mengetahui seluk beluk
proyek dan merasa memiliki proyek tersebut, (3) Partisipasi merupakan hak
demokrasi masyarakat dalam keterlibatannya di pembangunan.
Berkaitan dengan hal yang telah dijelaskan, pengelolaan KHDTK UB
Forest yang bertujuan untuk mencapai visi misi yang telah direncanakan, salah
satunya ialah tidak lain untuk mensejahterakan masyarakat sekitar hutan maka
dibutuhkan bantuan dan keikutsertaan masyarakat untuk membantu pengelolaan
hutan setiap harinya. Khususnya juga untuk masyarakat di Dusun Sumbersari
yang berada di sekitar kawasan UB Forest. Masyarakat yang berada di Dusun
Sumbersari juga memiliki lahan garapan yang berada dikawasan UB Forest dan
bergabung dengan kelompok tani yang telah dibentuk. Jumlah anggota kelompok
tani yang ada di Dusun Sumbersari yakni sebanyak 27 orang. Semua petani
tersebut menanam tanaman kopi di area garapan sekitar UB Forest. Seperti yang
telah dijelaskan, dalam melakukan pengelolaan UB Forest, digolongkan menjadi 3
aspek yakni sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sehingga bentuk-bentuk partisipasi
petani dalam pengelolaan UB Forest pun dilihat dari setiap aspek tersebut.
Disetiap aspek tersebut juga akan dilihat bagaimana partisipasi masyarakat sesuai
dengan pernyataan Hamijoyo (2007) bahwa bentuk partisipasi dibagi partisipasi
buah pikiran, partisipasi tenaga, partisipasi harta benda, partisipasi keterampilan
54

dan kemahiran, serta partisipasi sosial. Adapun penjelasan mengenai bentuk


bentuk partisipasi petani dalam pengelolaan KHDTK UB Forest akan diuraikan
sebagai berikut:

1. Bentuk Partisipasi dalam Pengelolaan UB Forest aspek Sosial

Salah satu pengelolaan UB Forest yang melibatkan masyarakat khususnya


para petani di Dusun Sumbersari ialah dalam aspek Sosial. Huraerah (2008)
memaparkan bahwa partisipasi dalam kegiatan sosial adalah sesuatu yang
diberikan sebagai tanda keguyuban. Menurut KBBI arti dari kata keguyuban
adalah berasal dari kata dasar guyuh yang berarti perkumpulan yang bersifat
kekeluargaan, didirikan orang-orang yang sepaham (sedarah) untukmembina
persatuan (kerukunan) diantara para anggotanya. Menurut Hamijoyo (2007)
bentuk partisipasi yang dilakukan sebagai tanda paguyuban, misalnya menghadiri
arisan atau perkumpulan, gotong royong dan pemakaman. Berikut pernyataan key
informanberinisial GT terkaitan partisipasi aspek sosial:

“..kalau untuk kegiatan sosial atau perkumpulan yah paling kegiatan


rapat dan sosialisasi yang diadakan dulu itu mbak..kan ada sosilisasi
mengenai UB Forest sama rapat mengenai kopi. Baru itu saja…”
Berdasarkan hasil wawancara, kegiatan dalam aspek sosial sebagai tanda
keguyuban yang pernah dilakukan ialah rapat kelompok tani sekaligus sosialisasi
mengenai UB Forest. Hingga saat ini, rapat sudah diadakan sebanyak satu kali dan
sosialisasi sebanyak dua kali. Terkait info mengenai UB Forest tidak selalu
disampaikan saat rapat, namun juga saat ada kegiatan pengajian atau tahlilan rutin
setiap minggu. Pengajian dan tahlilan ini sudah dilakukan sejak dulu jauh sebelum
ada peresmian UB Forest. Seperti pernyataan dari key Informan berinisial GT
berikut ini:

“…ya kalau ada info tentang UB tidak selalu diadakan rapat mbak. Kalau
info-info biasa ya disampaikan melalui tahlilan tiap minggu saja. Tahlilan
ini sudah ada sejak dulu sebelum ada UB Forest. Ya kalau rapat formal
baru diadakan 3 kali.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan terkait, pembahasan pada


rapat yang sudah dilakukan yakni mengenai :

- Sosialisasi pengenalan UB Forest terhadap petani di Dusun Sumbersari


55

- Sosialisasi mengenai budidaya Kopi di UB Forest


- Rapat dan diskusi mengenai harga jual kopi

a. Partisipasi Harta Benda


Dalam pelaksanaan kegiatan rapat dan sosialisasi, para petani hanya
melakukan diskusi seperti biasa dengan duduk bersama di rumah warga atau di
pendopo kampung. Robiah dan Aziz (2018) mengungkapkan bahwa bentuk
partisipasi dengan menyumbangkan harta benda biasanya berupa alat kerja atau
peralatan yang dibutuhkan dalam usaha. Selain alat kerja, harta benda yang
dimaksud juga berupa materil yaitu uang. Harta benda dalam partisipasi ini
biasanya diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau
pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain, dan sebagainya.
Bentuk partisipasi harta benda kelompok tani dalam kegiatan rapat
maupun sosilisasi dinilai tidak ada. Hal ini dikarenakan rapat dan sosialisasi yang
diadakan tidak memerlukan fasilitasi apapun. Kegiatan diadakan di salah satu
rumah warga dan di pendopo kampung. Para petani pun duduk lesehan tanpa
tambahan fasilitas lain. Begitu pula dalam bentuk materil atau uang. Kegiatan
rapat dan sosialisasi ini tidak membutuhkan iuran apapun dari para petani karena
kegiatan ini tidak membutuhkan dana. Seperti pernyataan dari informan berinisial
TN berikut:

“..kalau rapat ya datang saja mbak, tidak ada keluar dana atau uang.
Rapat nya juga tidak lama karena kan biasanya diadakan saat malam
hari, jadi sudah waktu nya istirahat juga. Kadang juga saat hari libur tapi
tidak lama-lama juga.”
Hal ini diperkuat oleh pernyataan informan berinisial HD berikut:

“…tidak ada mengeluarkan dana kalau rapat. Ya cuma datang saja kalau
diundang, biasanya dirumah salah satu warga atau di pendopo itu. Mau
mengeluarkan dana ya untuk apa kan tidak perlu, warga disini kan juga
terbatas oleh modal”
Kegiatan rapat dan sosialisasi diadakan dengan cara sederhana tanpa harus
mengeluarkan dana atau pun fasilitas yang berat. Hal ini dilakukan agar tidak
menyusahkan para petani. Seperti yang diketahui bahwa para petani di Dusun
Sumbersari juga memiliki keterbatasan modal karena hanya bekerja sebagai buruh
56

tani. Pendapatan yang dimiliki petani pun dirasa masih kurang untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Sehingga untuk mengadakan kegiatan apa pun, pihak UB
Forest tidak pernah membebankan modal ataupun fasilitas yang berat terhadap
petani atau masyarakat Magersaren Dusun Sumbersari. Hal ini seperti yang di
ungkapkan oleh Soetrisno (2007) yang mengatakan partisipasi rakyat tidak hanya
diukur dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya, tetapi juga dengan ada
tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan
dibangun di wilayah mereka.Walaupun demikian, pihak UB Forest tetap
mengharapkan keikutsertaan langsung para petani dalam setiap kegiatan
pengelolaan hutan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan para petani Dusun
Sumbersari sudah tinggal didalam kawasan hutan sejak dahulu hingga sekarang
dan sudah memahami kondisi di dalam kawasan hutan. Sehingga para petani
diharapkan dapat membantu pihak UB Forest untuk mengelola hutan dengan baik.
Selain kegiatan rapat dan sosialisasi, petani juga turut memberikan bentuk
partisipasi untuk membantu mahasiswa yang sedang melakukan penelitian atau
praktikum. Biasanya ada beberapa mahasiswa yang membutuhkan tempat tinggal
sementara selama melakukan penelitian yang mendalam di UB Forest. Oleh
karena itu, petani juga turut membantu memberikan partisipasi dalam bentuk harta
benda yaitu tempat tinggal. Mahasiswa yang ingin tinggal sementara di dalam
kawasan UB Forest biasanya akan menginap di rumah warga. Seperti pernyataan
informan berinisial HM berikut :

“…kita juga biasanya menerima mahasiswa yang mau KKN. Itukan


biasanya butuh tempat tinggal, dan banyak yang menginap di rumah
warga…”
Mahasiswa yang membutuhkan tempat tinggal biasanya menginap
dirumah warga dalam jangka waktu tiga hari hingga satu bulan sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa itu sendiri. Selain itu, para petani juga memberikan bantuan
air kepada mahasiswa yang membutuhkan baik untuk penelitian, praktikum, dan
kebutuhan tubuh. Hal ini dilakukan petani sebagai bentuk partisipasi untuk ikut
membantu pihak UB Forest mendukung Tridharma Perguruan Tinggi dengan
memenuhi kebutuhan ilmu dan fasilitas pendidikan di dalam kawasan hutan. Para
petani menyadari bahwa mereka tinggal di tanah milik Negara yang saat ini
dikelola oleh pihak UB Forest, sehingga petani pun mempunyai rasa tanggung
57

jawab untuk membantu pihak-pihak yang membutuhkan bantuan di dalam


kawasan UB Forest.

Tabel 9. Partisipasi aspek sosial dalam bentuk Harta Benda

Bentuk Jumlah Jumlah Tingkat


No. Predikat
Partisipasi Anggota Partisipan Partisipasi
Sangat
1. Uang 27 - -
kurang
Tempat Tinggal Sangat
2. 27 5 18,5 %
untuk Mahasiswa kurang
Kebutuhan Air Sangat
3. 27 5 18,5 %
untuk Mahasiswa kurang
Sumber : Data Primer diolah (2018)

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah petani yang berpartisipasi untuk


memberikan uang ialah tidak ada. Sementara jumlah petani yang pernah
memberikan tempat tinggal untuk mahasiswa ialah 5 orang dan menunjukan
persentase sebesar 18,5%. Jumlah petani yang pernah memberikan air untuk
kebutuhan mahasiswa juga 5 orang dan menunjukan tingkat partisipasi sebesar
18,5%.

b. Partisipasi Tenaga

Partisipasi dalam bentuk tenaga sangat dibutuhkan untuk mengadakan


rapat dan sosialisasi mengenai pengelolaan UB Forest.Partisipasi tenaga
merupakan bentuk keterlibatan secara fisik dalam aktivitas untuk pelaksanaan
usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program (Khotim, 2004).
Partisipasi dalam bentuk tenaga dari petani ialah dengan adanya keikusertaan
langsung para petani dalam forum rapat dan sosialisasi. Adanya kehadiranpara
petani untuk ikut dalam forum rapat dan sosialisasi yang diadakan, dapat
membuktikan bahwa para petani sudah memberikan sedikit tenaganya. Hingga
saat ini, selama diadakan kegiatan rapat ataupun sosialisasi para petani di Dusun
Sumbersari selalu memberikan tenaganya untuk hadir mengikuti kegiatan yang
diadakan. Dari total 27 anggota kelompok tani, seluruhnya hadir mengikuti
kegiatan rapat dan dua kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan.
58

Tabel10.Partisipasi aspek sosial dalam bentuk Tenaga

Bentuk Jumlah Jumlah Tingkat


No Predikat
Partisipasi Undangan Partisipan Partisipasi

Hadir Sangat
1 27 27 100 %
Sosialisasi 1 baik
Hadir Sangat
2 27 27 100%
Sosialisasi 2 baik
Sangat
3 Rapat 1 27 27 100%
baik
Sumber : Data Primer diolah (2018)

Berdasarkan hasil wawancara dan data yang diperoleh, jumlah petani yang
ikut serta memberikan tenaganya untuk hadir dalam rapat dan sosialisasi ialah 27
orang dari 27 anggota sehingga menunjukan tingkat partisipasi sebesar
100%.Sesuai dengan pernyataan informan berinisial RD berikut:

“…kalau ada kegiatan rapat pasti semua nya diundang mbak. para petani
petani disini kalau diberitahu pasti datang semua. Kegiatan-kegiatan
rapat kemaren juga begitu…”
Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan key informant berinisial GTberikut:

“..oh kalau ada rapat hadir semua anggota nya mbak. Semua 27 orang itu
kumpul dan diskusi bersana. Ya begitu juga waktu sosialisasi kemaren
semua nya juga hadir biar semua bisa paham mengenai kebijakan di
hutan sekarang..”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh anggota kelompok tani ikut
memberikan tenaganya untuk hadir dalam rapat dan sosialisasi yang diadakan.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa seluruh petani memberikan tenaga untuk
aspek sosial pengelolaan UB Forest.Hal ini seperti yang diteliti oleh Yohanes
(2014) bahwa salah satu bentuk partisipasi yang dapat diberikan petani ialah
dengan mengikuti rapat ataupun mengikuti kegiatan sosial lainya yang
diselenggarakan di Desa.
Kondisi sosial para petani di Dusun Sumbersari masih sangat kuat dan erat
apabila ada undangan atau kegiatan yang menyangkut kepentingan bersama.
Sudah menjadi turun-temurun sejak dahulu saat pengelolaan hutan dilakukan oleh
Perhutani hingga sekarang di kawasan Dusun Sumbersari untuk saling bekerja
59

sama dalam berbagai bidang untuk kepentingan bersama seperti gotong royong
membersihkan selokan sekitar pemukiman, gotong royong menanam bunga, dan
lain-lain. Sehingga apabila ada kegiatan seperti rapat ataupun diskusi, semua
anggota yang diundang pasti akan turut hadir. Hal ini dilakukan sebagai upaya
dari para petani untuk mendapatkan informasi dan juga sarana untuk memperkuat
tali silaturahmi.

c. Partisipasi Buah Pikiran (Tanggapan dan Saran)


Dalam melaksanakan kegiatan sosial yaitu rapat dan sosialisasi,bentuk
partisipasi sangat diperlukan demi berlangsungnya kegiatan. Salah satu partisipasi
untuk kegiatan rapat dan sosialisasi yaitu tanggapan dan saran dari para peserta
rapat. Selama melakukan sosialisasi dan rapat, para petani dinilai kurang antusias
untuk ikut berdiskusi dengan memberikan tanggapa maupun saran. Seperti
pernyataan darikey informantberinisial EG berikut ini:

“…kalau rapat hanya sekedar diskusi mbak, biasanya kalau tidak disuruh
bertanya ya tidak akan bertanya pada diam saja. Ya hanya beberapa saja
lah, mungkin yang lainya sudah paham”

Kurangnya tanggapan maupun saran dari petani karena petani tidak


memiliki ide atau gagasan yang mendukung dalam forum rapat dan sosialisasi.
Sebagai masyarakat Magersaren, petani merasa hanya bisa menerima kebijakan
yang sudah ditetapkan oleh Pihak UB Forest. Hal lain yang menjadi latar
belakang terbatasnya tanggapan ataupun saran dari petani ialah tingkat pendidikan
yang rendah. Sehingga petani dinilai kurang memiliki wawasan maupun gagasan
yang mendukung pengelolaan UB Forest. Seperti pernyataan Pangestu (1995)
bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas partisipasi petani. Seperti pernyataan key informant berinisial EG
berikut:

“…kita tahu bahwa tingkat pendidikan mereka juga rendah. Jadi untuk
mengeluarkan ide atau gagasan juga terbatas sekali…”
Meskipun demikian, para petani tetap memahami dan mengikuti kegiatan
rapat yang dilakukan. Selama melakukan kegiatan sehari-hari pun petani tetap
mengikuti kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pihak UB Forest. Hal ini
dikarenakan, petani menyadari bahwa sebagai masyarakat yang tinggal di
60

kawasan hutan milik Negara (Magersaren) mereka wajib untuk mengikuti


peraturan dan kebijakan yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil wawancara, rapat yang dilakukan sendiri oleh kelompok
tani belum begitu rutin. Hal ini dikarenakan setiap petani mempunyai kesibukan
masing masing untuk berladang. Selain itu sebab lain ialah karena adanya
kepengurusan kelompok tani yang baru, sehingga ketua kelompok tani masih
mengurus tata keloladan manajemen terdahulu. Sehingga untuk mengadakan rapat
rutin dengan anggota kelompok tani belum berjalan secara rutin. Hal ini sesuai
dengan pernyataan informan berinisial WY berikut:

“..kalau untuk rapat rutin belum ada mbak. ya setiap petani nya kan sibuk
berladang, kalau malam digunakan untuk istirahat. Apalagi kelompok tani
sekarang masih tahap proses kepengurusan yang resmi, jadi belum rutin
melakukan rapat. Kadang kalau ada info ya diberitahukan lewat tahlilan
saja..”
Namun dikegiatan lain seperti membantu mahasiswa yang melakukan
penelitian ataupun praktikum, para petani turut serta membantu memberi arahan
apabila mahasiswa tidak mengetahui mengenai kondisi dan lokasi di dalam UB
Forest. Banyak mahasiswa yang bertanya apabila menjumpai petani di Dusun
Sumbersari mengenai kondisi tanaman kopi, kondisi lahan dan sebagainya. Para
petani pun memberikan tanggapan sebagai bahan masukan dan informasi kepada
mahasiswa terkait kondisi didalam kawasan hutan. Seperti pernyatan informan
berinisial HM berikut :

“…paling untuk membantu pendidikan mbak. kan banyak mahasiswa yang


datang ke hutan untuk penelitian, untuk praktikum, nah disitu para petani
juga memberikan informasi…”
Keberadaan petani sebagai masyarakat Magersaren ini turut membantu
pihak UB Forest untuk mendukung Tridarma Perguruan Tinggi. Para petani dapat
memberikan informasi kepada mahasiswa yang membutuhkan sebagai tambahan
ilmu dan bentuk implementasi dari ilmu yang didapatkan saat kuliah. Hal ini
dikarenakan para petani di Dusun Sumbersari sudah tinggal di dalam kawasan
hutan selama lebih dari 10 tahun, para petani juga memiliki lahan garapan di UB
Forest. Sehingga petani dianggap paham dan mengetahui informasi mengenai
kondisi di dalam kawasan UB Forest. Oleh karena itu, para mahasiswa dapat
61

memenuhi kewajiban pendidikan dengan adanya bantuan para petani sebagai


sumber informasi di dalam kawasan hutan UB Forest. Seperti pernyataan
informan berinisial RD berikut :

“…biasanya pasti banyak mahasiswa yang kesini. Bahkan bukan hanya


dari UB, tapi juga ada yg dari UM. Mereka Tanya-tanya mengenai cara
budidaya kopi, kondisi tanah dan lahan disini, trus vegetasi di hutan.
Seperti itu mbak..”
Informasi yang diberikan petani kepada mahasiswa ialah mengenai
aktifitas budidaya kopi yang dilakukan petani mulai dari perawatan hingga panen,
lalu kondisi tanah dan lahan di UB Forest, serta berbagai macam vegetasi yang
ada di UB Forest. Hal ini dilakukan sebagai bentuk partisipasi petani untuk
membantu para mahasiswa memenuhi kebutuhan ilmu dan pendidikan.

Tabel 11. Partisipasi aspek sosial dalam bentuk Buah Pikiran

Jumlah Jumlah Tingkat


No. Bentuk Partisipasi Predikat
Anggota Partisipan Partisipasi
Tanggapan dan Sangat
1. 27 8 29,6 %
saran saat rapat kurang
Informasi untuk Sangat
2. 27 10 37 %
Mahasiswa kurang
Sumber : Data Primer diolah (2018)

Berdasarkan hasil wawancara, jumlah petani yang memberikan tanggapan


maupun saran saat rapat atau sosialisasi hanyalah 8 orang. Hal ini menunjukan
persentase sebesar 29,6 %. Sementara jumlah petani yang memberikan informasi
kepada mahasiswa ialah 10 orang dan menunjukan persentase sebesar 37%.

d. Partisipasi Keterampilan
Selama melakukan pengelolaan aspek sosial yakni rapat dan sosialisasi,
petani tidak memerlukan kemahiran ataupun keterampilan khusus. Hal ini
dikarenakan untuk mengadakan rapat dan sosialisasi, para petani hanya berdiskusi
biasa tanpa melakukan kegiatan aktivitas lain yang mendukung. Sehingga bentuk
partisipasi keterampilan dalam kegiatan rapat maupun sosialisasi dari petani tidak
ada. Sesuai dengan pernyataan informan berinisial FZ berikut:
62

“…kalau untuk rapat yaa paling hanya diskusi seperti itu saja mbak.
saling tukar informasi, ya ngobrol seperti biasa nya. Gak perlu
keterampilan apa-apa…”
Berdasarkan hasil wawancara, dalam agenda rapat ataupun sosialisasi
yang diadakan memang tidak memerlukan keterampilan khusus. Begitu pula
apabila membantu mahasiswa di dalam kawasan UB Forest. Para petani hanya
memberi informasi dan wawasan mengenai kondisi di dalam kawasan hutan tanpa
memerlukan keterampilan dan kemahiran tambahan.

e. Partisipasi Sosial
Huraerah (2008) memaparkan bahwa partisipasi dalam kegiatan sosial
adalah sesuatu yang diberikan sebagai tanda keguyuban. Menurut KBBI arti dari
kata keguyuban adalah berasal dari kata dasar guyuh yang berarti perkumpulan
yang bersifat kekeluargaan, didirikan orang-orang yang sepaham (sedarah) untuk
membina persatuan (kerukunan) diantara para anggotanya. Sesuai dengan menurut
Hamijoyo (2007) bentuk partisipasi yang dilakukan sebagai tanda paguyuban,
misalnya menghadiri arisan atau perkumpulan, gotong royong dan pemakaman.
Berikut pernyataan infroman terkaitan partisipasi aspek sosial:

“..kalau untuk kegiatan sosial atau perkumpulan yah paling kegiatan


rapat dan sosialisasi yang diadakan dulu itu mbak..kan ada sosilisasi
mengenai UB Forest sama rapat mengenai kopi. Baru itu saja…”
Kegiatan dalam aspek sosial sebagai tanda keguyuban yang pernah
dilakukan ialah rapat kelompok tani sekaligus sosialisasi mengenai UB Forest.
Hingga saat ini, rapat sudah diadakan sebanyak satu kali dan sosialisasi sebanyak
dua kali. Terkait info mengenai UB Forest tidak selalu disampaikan saat rapat,
namun juga saat ada kegiatan pengajian atau tahlilan rutin setiap minggu.
Pengajian dan tahlilan ini sudah dilakukan sejak dulu jauh sebelum ada peresmian
UB Forest. Seperti pernyataan dari key informant berinisial GT berikut ini

“…ya kalau ada info tentang UB tidak selalu diadakan rapat mbak. Kalau
info-info biasa ya disampaikan melalui tahlilan tiap minggu saja. Tahlilan
ini sudah ada sejak dulu sebelum ada UB Forest. Ya kalau rapat formal
baru diadakan 3 kali.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan terkait, pembahasan pada
rapat yang sudah dilakukan yakni mengenai :
63

- Sosialisasi pengenalan UB Forest terhadap petani di Dusun Sumbersari


- Sosialisasi mengenai budidaya Kopi di UB Forest
- Rapat dan diskusi mengenai harga jual kopi

Namun hingga saat ini, rapat ataupun sosialisasi khusus yang dilakukan
untuk pengelolaan UB Forest kepada kelompok tani di Dusun Sumbersari hanya
dilakukan 3 kali. Biasanya untuk menyampaikan informasi tambahan, ketua
kelompok tani akan memberitahu lewat tahlilan yang diadakan setiap malam
jumat (hari Kamis). Kegiatan tahlilan tersebut memang sudah menjadi rutinitas
masyarakat Dusun Sumbersari yang dilakukan satu minggu sekali. Hal ini
dilakukan untuk memperkuat tali sillaturahmi dan nilai keagaman untuk
masyarakat setempat. Maka dari itu, apabila ada informasi tambahan dari pihak
UB Forest mengenai pengelolaan ataupun hal lainya terkait kawasan hutan akan
disampaikan oleh ketua kelompok tani di acara tahlilan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, partisipasi kelompok
tani dari aspek sosial ialah dengan memberikantenaga untuk kehadiran
rapatsebagai upaya mendapatkan informasi serta memberikan tanggapan dan
saran Namun hanya beberapa petani yang memberikan tanggapan dan saran, hal
ini dikarenakan rendah nya pendidikan dan status sebagai Magersaren sehingga
masyarakat menganggap hanya bisa menerima keputusan. Dalam aspek sosial
kelompok tani tidak memerlukan uang maupun alat kerja untuk berpartisipasi
karena pada aspek sosial ini kegiatan yang dilakukan adalah rapat dan sosialisasi
serta membantu mahasiswa yang melakukan penelitian ataupun praktikum. Hal ini
seperti yang di ungkapkan oleh Soetrisno (2007) yang mengatakan bahwa ukuran
tinggi rendahnya partisipasi rakyat tidak hanya diukur dengan kemauan rakyat
untuk menanggung biaya, tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut
menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka.
Adapun diagram yang menggambarkan bentuk partisipasi petani dalam
pengelolaan UB Forest Aspek Sosial dapat dilihat pada gambar berikut :
64

Pengelolaan Aspek Sosial


(Rapat dan Sosialisasi)

Bentuk Partisipasi

Buah Pikiran
Harta Benda Tenaga Sosial
1. Tanggapan dan saran Keterampilan
1. Alat dan uang (tidak Menghadiri Sosialisasi Hanya kegiatan Rapat
saat rapat hanya 8
ada) dan Rapat sebanyak 27 Tidak Ada dan Sosialisasi dihadiri
orang (29,6%)
2. Tempat tinggal dan orang (100%) 27 orang (100%)
2. Memberi informasi
Air untuk mahasiswa
(18,5%) untuk mahasiswa ialah
10 orang (37%)

Penyebab Penyebab Penyebab Penyebab Penyebab


1. Tidak memerlukan 1. Rendahnya Pendidikan 1. Kelompok Tani masih
Sebagai upaya Tidak memerlukan
2. Status sebagai dalam kepengurusan yang
alat dan uang mendapatkan informasi keterampilan khusus baru
Magersaren yang
2. Turut membantu Tri sudah tahu mengetahui dalam kegiatan yang 2. Sudah tradisi untuk
Darma Perguruan kondisi UB Forest dilakukan menghadiri apabila
Tinggi diundang

Gambar 2. Bentuk Partisipasi dalam Pengelolaan UB Forest Aspek Sosial


65

2. Bentuk Partisipasi dalam pengelolaan UB Forest aspek Ekonomi


Hutan Universitas Brawijaya juga dimanfaatkan sebagai hutan produksi.
Sesuai dengan pernyataan Iskandar (1992) masyarakat disekitar hutan dapat
menikmati hasil dari hutan yang mereka kelola dengan harapan ada peningkatan
ekonomi yang stabil dan menciptakan lapangan kerja. Para petani mendapatkan
lahan dari UB Forest untuk ditanami komoditas pertanian yang layak dijual dan
dikonsumsi masyarakat. Semua anggota kelompok tani di UB Forest menanam
Kopi di lahan garapan area UB Forest. Masing masing petani mempunyai lahan
dengan luas yang berbeda beda mulai dari 0,5 ha hingga adayang mendapat 3 ha.
Jenis kopi yang ditanam pun beragam yaitu kopi arabika, kopi robusta, dan kopi
jawa. Kopi yang ditanam oleh petani biasanya akan dipanen setiap 4 bulan sekali,
namun ada juga yang 2 bulan sekali dan ada pula yang setahun sekali.Pembagian
hasil panen antara petani dengan UB forest yakni dengan perbandingan 30 : 70
(30 untuk UB Forest dan 70 untuk petani). Hasil panen kopi ini nantinya akan
dijual kepada Pihak UB Forest dengan harga 4750/kg untuk kopi jenis robusta,
7000/kg untuk kopi jenis arabika dan jawa. Semua petani memberikan partisipasi
langsung untuk budidaya kopi tersebut yakni dengan memelihara tanaman kopi
yang tersedia hingga masa panen.
Namun saat ini, tanaman kopi di lahan garapan yang ada dalam UB Forest
tidak tumbuh dengan baik. Bahkan tanaman kopi dinilai sudah mulai rusak dan
kurang menghasilkan. Hal ini disebabkan oleh lahan yang tertutup oleh pohon
pinus. Sehingga pertumbuhan tanaman kopi tidak maksimal. Beberapa kali petani
mengalami kerugian akibat hasil panen yang tidak memuaskan. Oleh karena itu,
petani saat ini tidak lagi mengharapkan hasil panen dari komoditas kopi di lahan
garapan UB Forest. Petani sangat jarang memelihara kopi lagi karena dinilai tidak
akan menghasilkan apa apa. Berikut uraian mengenai bentuk partisipasi petani
dalam pengelolaan UB Forest aspek ekonomi :

a. Partisipasi Harta Benda


Salah satu partisipasi untuk mengelola lahan pertanian yang ada di UB
Forest ialah dalam bentuk harta benda. Robiah dan Aziz (2018) mengungkapkan
bahwa bentuk partisipasi dengan menyumbangkan harta benda biasanya berupa
alat kerja atau peralatan yang dibutuhkan dalam usaha. Perkakas ataupun
66

peralatan seperti cangkul, gunting rumput, sabit, mesin potong rumput sangat
dibutuhkan untuk proses budidaya tanaman kopi. Sehingga para petani juga
memberikan partisipasi dalam bentuk harta benda yaitu berupa peralatan untuk
proses budidaya, pemeliharaan, hingga panen tanaman kopiSelain perkakas, harta
benda yang dimaksud juga berupa materil atau uang yang dikeluarkan oleh
kelompok tani dalam pengelolaan UB Forest aspek ekonomi yaitu budidaya
tanaman kopi. Seperti proses budidaya kopi pada umumnya, alat atapun peralatan
yang dibutuhkan petani untuk budidaya kopi ialah cangkul dan sabit untuk
pemotongan gulma, gunting untuk memotong ranting pohon yang mati, serta
mesin potong rumput untuk memotong rumput.

Tabel 12. Partisipasi aspek ekonomi dalam bentuk Harta Benda

Jenis
Bentuk Jumlah Tingkat
Harta Penggunaan Predikat
Partisipasi Partisipan Partisipasi
Benda
Memotong Sangat
Harta Benda Sabit 10 37 %
gulma Kurang
Membersihka Sangat
Harta Benda Cangkul 8 29,6 %
n lahan kurang
Menggunting Sangat
Harta Benda Gunting 8 29,6 %
ranting Kurang
Mesin
Memotong Sangat
Harta Benda Potong 6 22,2 %
rumput Kurang
rumput
Sumber : Data Primer diolah (2018)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, petani yang berpartisipasi


untuk menggunakan sabit sebanyak 10 orang dan menunjukan persentase sebesar
37%. Kemudian petani yang menggunakan cangkul dan gunting sebanyak 8 orang
dan menunjukan persentase sebesar 29,6 %. Sementara petani yang menggunakan
mesin potong rumput sebanyak 6 orang dan menunjukan persentase sebesar
22,2%. Para petani tidak mengalami kesulitan perihal alat ataupun peralatan untuk
proses budidaya kopi. Hal ini dikarenakan para petani sudah menggeluti profesi
sebagai buruh tani lebih dari 10 tahun, sehingga setiap petani dinilai sudah
67

memiliki alat masing-masing untuk bertani setiap harinya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan informan berinisial HM berikut :

“…kalau untuk peralatan setiap orang pasti punya mbak. soalnya kan
disini semuanya memang ke ladang setiap hari, sudah berpuluh tahun
juga, jadi pasti setiap petani punya maisng-masing…”
Hingga saat ini, semua peralatan atau pun perkakas untuk budidaya di
lahan garapan UB Forest berasal dari modal masing-masing petani. Bantuan atau
fasilitasi khusus yang diberikan pihak UB Forest untuk para petani guna
membantu pengelolaan di lahan pertanian UB Forest ialah mesin pemotong
rumput. Namun mesin pemotong rumput yang disediakan hanya berjumlah enam
mesin. Hal ini dinilai petani belum cukup untuk membantu pengelolaan hutan
yang sangat luas. Seperti pernyataan key informant berinisial GT berikut :

“…alat pemotong rumput itu dari UB Forest mbak. ya dikasih ke kita


untuk membantu memotong rumput-rumput yang sudah tinggi. Tapi hanya
disediakan enam buah saja. Kalau dipikir-pikir ya dengan enam mesin ini
belum memadai untuk memotong rumput di hutan yang sleuas 500 hektar
ini…”
Selain dengan memberikan bentuk partisipasi alat kerja, petani juga
memberikan bentuk partisipasi dalam bentuk uang. Bentuk partisipasi ini sangat
dibutuhkan oleh para petani untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan tanaman
kopi di kawasan UB Forest. Sampai saat ini, uang yang sudah dikeluarkan petani
ialah untuk pemeliharaan kopi.
Tabel13. Partisipasi aspek ekonomi dalam bentuk uang

Bentuk Jumlah Tingkat


Nominal Keterangan Predikat
Partisipasi Partisipan Partisipasi
Pembelian
bahan bakar
50.000 Sangat
Uang mesin 6 22,2 %
(rupiah) Kurang
potong
rumput

Pembelian Sangat
115.000
Uang pupuk 5 18,5 % Baik
(rupiah)
phonska
Sumber : Data Primer diolah (2018)
68

Berdasarkan hasil wawancara dan data yang diperoleh, petani yang


berpartisipasi untuk membeli bahan bakar mesin potong rumput sebanyak 6 orang
dan menunjukan persentase sebesar 22.2%. Sementara petani yang membeli
pupuk phonska sebanyak 5 orang dan menunjukan persentase 18,5%. Para petani
mengeluarkan dana atau uang untuk pemeliharan tanaman kopi di lahan garapan
masing-masing. Pemeliharaan ini meliputi pemupukan dan pemotongan rumput.
Pemupukan menggunakan pupuk phonska seharga Rp 115.00/sak (50kg). Selain
itu, dana yang diperlukan petani juga untuk pembelian bahan bakar mesin
pemotong rumput bagi beberapa petani dengan harga Rp. 50.000 untuk 5 liter.
Namun dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, para
petani dinilai cukup kesulitan dalam hal ekonomi khusunya modal atau uang. Para
petani menjelaskan bahwa modal yang dibutuhkan untuk pemeliharan kopi tidak
murah. Pendapatan petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun di rasa
masih kurang. Sementara bantuan dari pihak instansi atau pemerinatah belum ada
hingga saat ini. Berdasarkan hasil wawancara petani yang ada di Dusun
Sumbersari, hanya 6 petani yang melakukan pemotongan rumput dengan mesin.
Kemudian hanya 5 orang petani yang melakukan pemupukan dengan pupuk
phonska. Petani yang tidak melakukan perawatan tersebut dikarenakan
keterbatasan dana dan karena adanya kerusakan pada tanaman kopi akibat lahan
yang tertutup. Kerusakan inilah yang membuat para petani enggan untuk merawat
kopi yang ada di lahan UB Forest. Seperti pernyataan informan berikut:

“…semua modal untuk pemeliharaan kopi ini dari masing-masing


petani. Kita sangat mengharapkan ada bantuan dari pihak instansi
ataupun pemerintah seperti subsidi pupuk atau lainya. Namun sampai
saat ini belum ada. Jadi semua modal murni dari petani. Apalagi
tanaman kopi di UB Forest sekarang sudah rusak, jadi para petani itu
tidak lagi merawat kopinya. Ya karena ujung-ujung nya akan rugi”
Berkaitan dengan hal tersebut, para petani sangat mengharapkan bantuan
dari pihak instansi ataupun pemerintah untuk membantu petani dalam hal
budidaya kopi. Apalagi saat ini, komoditas kopi di lahan UB Forest dianggap
sudah rusak dan tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan oleh
naungan yang terlalu rapat dan tertutup oleh pohon pinus sehingga pohon kopi
tidak tumbuh dengan baik. Tidak jarang para petani justru mengalami kerugian
yang menyebabkan berkurangnya pendapatan petani.
69

b. Partisipasi Tenaga
Hakekatnya partisipasi akan timbul apabila ada kesadaran dari setiap
individu yang melakukannya. Begitu pula dalam pengelolaan UB Forest. Para
petani akan memberikan tenaga nya untuk mengelola hutan disekitar pemukiman
mereka khususnya untuk lahan garapan yang didapatkan setiap petani. Dalam
memberikan bentuk partisipasinya, salah satu yang dapat dilihat ialah dalam
bentuk tenaga.
Meskipun saat ini tanaman kopi di lahan garapan UB Forest dinilai sudah
rusak, namun para petani masih beberapa kali memberikan perawatan terhadap
tanaman di lahan UB Forest seperti mencabuti gulma, menggunting batang kayu
yang rusak, pemupukan, panen, dan lain-lain. Hal ini dilakuan agar tanaman kopi
tetap hidup dan tidak mati. Saat ini kebanyakan dari petani di Dusun Sumbersari
memang jarang melakukan perawatan terhadap tanaman kopi di lahan UB Forest,
namun petani masih tetap memberikan tenaganya untuk sesekali merawat
tanaman kopi.

Tabel 14. Partisipasi aspek ekonomi dalam bentuk tenaga

Bentuk Jumlah Tingkat


No Keterangan Partisipasi Predikat
Partisipasi Partisipan
Memotong 37 % Sangat
1 Tenaga 10
gulma Kurang
Membersihkan 29,6 % Sangat
2 Tenaga 8
lahan kurang
Menggunting 29,6 % Sangat
3 Tenaga 8
ranting Kurang
Memotong 22,2 % Sangat
4 Tenaga 6
rumput Kurang
Sumber : Data Primer diolah (2018)

Berdasarkan hasil wawancara, petani yang berpartisipasi untuk memotong


gulma sebanyak 10 orang dan menunjukan persentase sebesar 37%. Kemudian
petani yang membersihkan lahan dan menggunting ranting sebanyak 8 orang dan
menunjukan persentase sebesar 29,6 %. Sementara petani yang memotong rumput
sebanyak 6 orang dan menunjukan persentase sebesar 22,2%. Kondisi lahan
70

garapan di UB Forest saat ini kurang menghasilkan. Tanaman kopi sudah rusah
karena tidak tumbuh dengan baik akibat lahan yang terlalu tertutup oleh pohon
pinus sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Oleh karena itu, para petani
sering mengalami kerugian. Akibatnyapara petani di Dusun Sumbersari
memutuskan untuk tidak terlalu mengharapkan hasil pertanian di lahan UB Forest.
Bahkan kebanyakan dari petani di Dusun Sumbersari tidaklagi merawat tanaman
kopi tersebut. Hanya beberapa petani yang masih melakukan pemeliharan
terhadap tanaman kopi di lahan UB Forest. Seperti pernyataan informan berinisial
TN berikut:

“…saya jarang mbak ke lahan UB Forest. Soalnyakan kopi nya itu sudah
rusak akibat lahan yang tertutup. Jadi tidak menghasilkan apa-apa.
Justru beberapa petani malah sempat rugi…”
Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari informan berinisial RD berikut:
“…kalau kopi di UB Forest itu saya jarang kesana, soalnya itu kan sudah
rusak. Jarang berbuah jadi kurang menghasilkan. Ya kalaupun dirawat
kadang-kadang kita rugi. Jadi kita menunggu kebijakan UB Forest saja
baik nya seperti apa”
Hingga saat ini para anggota kelompok tani belum melakukan tindakan
lebih lanjut untuk memperbaiki tanaman yang rusak. Hal ini dikarenakan petani
tidak berani mengambil keputusan tanpa ada kebijakan dari pihak UB Forest. Para
petani menyadari bahwa sebagai masyarakat Magersaren mereka tidak memiliki
hak untuk mengambil keputusan mengenai pengelolaan hutan. Sehingga anggota
kelompok tani masih bergantung kepada keputusan pihak UB Forest dan
Pemerintah setempat. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Watson (2008) bahwa
ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan merupakan hambatan dalam mewujudkan partisipasi atau
keterlibatan masyarakat secara aktif, karena rasa ketergantungan ini masyarakat
tidak memiliki inisiatif untuk melaksanakan pembangunan atau prakarsa mereka
sendiri.Oleh karena itu, bentuk partisipasi petani untuk aspek ekonomi dalam
bentuk tenaga hingga saat ini masih jarang dilakukan akibat adanya kerusakan
pada tanaman dan belum adanya kebijakan terkait naungan yang menutupi lahan
kopi petani dari pihak UB Forest maupun Pemerintah.
71

a. Partisipasi Buah Pikiran (Tanggapan atau Saran)


Bentuk partisipasi dalam bentuk tanggapan atau saran yang diberikan
petani untuk pengelolaan UB Forest aspek ekonomi dapat dilihat saat mengikut
rapat. Agenda rapat yang diadakan membahas mengenai harga jual kopi yang ada
di lahan garapan UB Forest.Para petani memberi tanggapan dan saran mengenai
harga jual yang layak untuk kopi yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil wawancara, hanya beberapa petani yang memberikan


tanggapan atau saran. Informan menyebutkan bahwa jumlah petani yang
memberikan tanggapan atau saran saat rapat mengenai harga jual kopi tidak lebih
dari 8 orang sehingga menunjukan persentase tingkat partisipasi sebesar 29,6%.
Para petani dinilai kurang antusias untuk memberikan buah pikiran nya dalam
forum rapat yang dilakukan. Seperti pernyataan key informant berinisial EG
berikut:

“…biasanya banyak yang diam saja.kalau tidak disuruh bertanya ya tidak


bertanya. Hanya beberapa lah yang memberi tanggapan terkait
pembagian hasilnya. Tidak lebih dari 8 orang..”
Beberapa petani di Dusun Sumbersari mengungkapkan bahwa mereka
memang hanya bisa menerima kebijakan yang telah ditetapkan. Maka dari itu
mereka jarang mengungkapkan tanggapan di dalam forum rapat. Para petani juga
sadar bahwa mereka adalah buruh tani yang mengelola tanah milik Negara, bukan
milik pribadi sehingga mereka hanya bisa menerima kebijakan yang sudah ada.
Meskipun saat ini lahan garapan petani di Dusun Sumbersari sulit untuk
berbuah akibat naungan yang tertutup, para petani belum dapat melakukan
tindakan apa pun. Petani hanya memberikan informasi kepada pihak UB Forest
bahwa kerusakan yang terjadi akibat adanya naungan yang terlalu rapat sehingga
menghambat pertumbuhan tanaman kopi. Hingga saat ini belum ada kebijakan
khusus terkait hal tersebut. Dengan demikian, para petani masih menunggu
kebijakan dari pihak UB Forest mengenai naungan yaitu pohon pinus yang
menutupi lahan komoditas kopi.

b. Partisipasi Keterampilan
Mengenai bentuk keterampilan, tidak semua anggota kelompok memiliki
kemahiran maupun keterampilan yang sama. Bentuk partisipasi keterampilan
72

dalam aspek ekonomi hampir sama dengan bentuk partisipasi tenaga. Hingga saat
ini belum ada keterampilan khusus yang dilakukan oleh anggota kelompok tani
untuk pengelolaan lahan. Keterampilan yang dilakukan anggota kelompok tani
hanya sebatas aktivitas budidaya kopi mulai dari perawatan hingga panen.Sesuai
dengan pernyataan informan berinisial HD berikut:

“…untuk perawatan saja masih jarang mbak..apalagi untuk membuat


membuat keterampilan. Kemampuan petani disini kan juga terbatas,
banyak yang lebih fokus ke lahan Perhutani, lebih menghasilkan…”
Hal ini diperkuat oleh pernyataan informan berinisial SS berikut :

“ …yaa kalau untuk cari cara memperbaiki tanaman kopi kita belum tau.
Satu satunya cara saat ini melakukan penjarangan pohon pinus, tapi itu
kan tergantung keputusan UB Forest. Kalau kita harus mencari cara lain,
kita tidak tau dan tidak punya modal juga…”
Berdasarkan hasil wawancara, para petani di Dusun Sumbersari tidak
memberikan bentuk keterampilan khusus terhadap pengelolaan lahan tanaman
kopi. Keterampilan yang diberikan hanya sebatas pengelolaan lahan yang itu pun
jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan petani merasa tanamankopi di lahan UB
Forest tidak memberikan hasil yang maksimal akibat tertutup oleh naungan lahan
yang rapat. Hal lain yang melatar belakangi terbatasnya kemampuan keterampilan
petani dalam pengelolaan lahan ialah pendapatan yang rendah. Sehingga petani
tidak mampu mengeluarkan modal yang besar untuk membuat suatu inovasi atau
gagasan untuk memperbaiki tanaman yang rusak.

c. Partisipasi Sosial
Bentuk partisipasi ini merupakan cerminan dimana setiap anggota akan
dianggap sebagai bagian dari kelompoknya. Seperti yang diuangkapkan oleh
Huraerah (2008) bahwa partisipasi sosial adalah suatu bentuk keikutsertaan
sebagai tanda keguyuban. Keguyuban yang dimaksud adalah kegiatan sebagai
tanda perkumpulan seperti arisan, rapat, pengajian, dan sebagainya. Berdasarkan
hasil wawancara, kegiatan perkumpulan dalam aspek ekonomi untuk pengelolaan
UB Forest ialah kegiatan rapat. Selama melakukan kegiatan ini para petani di
Dusun Sumbersari berkumpul dan berdiskusi mengenai harga jual kopi dengan
pihak UB Forest.
73

Seluruh anggota petani berjumlah 27 orang hadir dalam agenda rapat yang
dilakukan sehingga menunjukan persentase tingkat partisipasi sebesar 100%. Hal
ini menunjukan bahwa petani antusiasmengikuti kegiatan sosial sebagai tanda
keguyuban atau perkumpulan. Sudah menjadi budaya di Dusun Sumbersari untuk
turut hadir apabila ada undangan perkumpulan seperti sosialisasi, rapat, ataupun
tahlilan. Para anggota kelompok tani menilai bahwa hubungan tali silaturahmi
antar tetangga di Dusun Sumbersari masih sangat kuat. Sehingga apabila ada
kegiatan sosial yang dilakukan, semua anggota kelompok tani akan hadir.
Sementara hasil dari agenda rapat yang dilakukan ialah mengenai
pembagian panen antara petani dengan UB forest yakni dengan perbandingan 30 :
70 (30 untuk UB Forest dan 70 untuk petani). Hasil panen kopi ini nantinya akan
dijual kepada Pihak UB Forest dengan harga 4750/kg untuk kopi jenis robusta,
7000/kg untuk kopi jenis arabika dan jawa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, salah satu bentuk
partisipasi kelompok tani dari aspek ekonomi ialah harta benda berupa alat kerja
untuk keperluan perawatan kopi dan uang untuk membeli pupuk. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Soetrisno (2007) bahwa salah satu tolak ukur
partisipasi dari rakyat ialah dengan adanya kemauan rakyat untuk ikut
bertanggungjawab dalam pembiayaan pembangunan, baik berupa uang maupun
tenaga dalam melaksanakan proyek pembangunan pemerintah. Namun dalam
budidaya tanaman kopi di lahan UB Forest, petani banyak mengalami kerugian
dikarenakan tanaman mulai rusak sehingga petani saat ini enggan mengeluarkan
modal kembali untuk budidaya kopi kembali. Seperti yang telah diteliti oleh
Pakpahan (2011) bahwa masalah yang dihadapi oleh petani salah satu nya ialah
kekurangan modal atau akses dan permodalan yang terbatas. Selain itu, bentuk
partisipasi petani dalam aspek ekonomi ialah dengan keikutsertaan dalam agenda
rapat serta memberikan informasi terkait sebab dan akibat kerusakan tanaman
yang terjadi kepada pihak UB Forest. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Canter (1993) bahwa masyarakat dapat memberikan respon positif dalam
artian mendukung atau memberikan masukan terhadap program atau kebijakan
yang diambil oleh pemerintah, instansi atau pihak terkait. Adapun diagram yang
74

menggambarkan bentuk partisipasi petani dalam pengelolaan UB Forest aspek


ekonomi dapat dilihat pada gambar berikut :
75

Pengelolaan Aspek Ekonomi


(Budidaya Kopi)

Bentuk dan Tingkat


Partisipasi (%)

Harta Benda Tenaga Buah Pikiran Keterampilan Sosial


1. Sabit (37%), cangkul 1. Memotong Gulma (37%) Masih kurang dalam Tidak ada keterampilan Mengikuti rapat terkait
(29,6%), gunting (29,6%), 2. Membersihkan lahan memberikan tanggapan khusus, sama dengan harga jual kopi (100%)
mesin potong rumput) (29,6%) maupun saran dalam bentuk partisipasi
(22,2%) 3. Menggunting ranting
rapat (29,6%) tenaga
2. Uang untuk bahan bakar (29,6%)
(22,2%) dan pupuk (18,5%) 4. 4, Memotong rumput
(22,2 %)

Penyebab Penyebab Penyebab Penyebab


Penyebab Sebagai upaya merawat 1. Rendahnya Tidak memerlukan 1. Sarana memperoleh
Alat kerja dan uang kopi meskipun tanaman Pendidikan keterampilan khusus informasi
digunakan untuk sudah rusak 2. Status sebagai dalam kegiatan yang 2. Sudah tradisi untuk
merawat kopi Magersaren dilakukan hadir apabila
diundang

Gambar 2. Bentuk Partisipasi Kelompok Tani Dalam Pengelolaan UB Forest Aspek Ekonomi
76

3.Bentuk Partisipasi dalam pengelolaan UB Forest Aspek Lingkungan


Hutan berfungsi sebagai konservasi, untuk mencegah terjadinya bencana
seperti banjir, longsor, kekeringan dan kebakaran serta memberikan perlindungan
terhadap masyarakat disekitarnya (Iskandar, 1992). Maka dari itu untuk mencegah
adanya kerusakan ataupun bencana yang mungkin terjadi, pemerintah daerah kota
Malang melakukan pembenahan area jalan (pelebaran jalan)menuju area Hutan
Universitas Brawijaya. Para anggota kelompok tani bersama sama membenahi
jalan yang rusak agar akses menempuh UB Forest lebih lancar. Fasilitas berupa
modal dan alat didapatkan para anggota kelompok tani dari pemerintah setempat.

Hal lain yang berkaitan dengan lingkungan yakni pemeliharaan tanamanan


pokok UB Forest yaitu pohon pinus. Menurut petani, petani sudah mengusulkan
kepada UB Forest untuk menurunkan kebijakan mengenai pemeliharaan pohon
pinus seperti melakukan penjarangan, dan lain lain. Namun sampai saat ini pihak
UB Forest belum menurunkan kebijakan apa pun mengenai hal tersebut sehingga
para petani tidak berani untuk melakukan pemeliharaan terhadap pohon pinus.

a. Partisipasi Harta Benda


Proses pengerjaan untuk memperlebar jalan tentunya membutuhkan alat-
alat kerja khusus. Sesuai dengan yang diutarakan oleh Robiah dan Aziz (2018),
bahwa bentuk partisipasi dengan menyumbangkan harta benda biasanya berupa
alat kerja atau peralatan yang dibutuhkan dalam usaha.Namun dalam kegiatan ini
peralatan yang digunakan termasuk ke dalam alat-alat berat. Sehingga dalam
pengerjaan nya, Pemerintah mendatangkan khusus para pekerja yang menguasai
alat berat untuk membantu pelebaran jalan. Sehingga semua alat dan peralatan
yang digunakan berasal dan disediakan oleh pihak Pemerintah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dalam proses pengerjaan


untuk memperlebar jalan tersebut membutuhkan alat-alat berat jalan. Sesuai
dengan pernyataankey informant berinisial GT berikut:
“…oh kalau alat itu semua pihak pemerintah yang menyediakan. Mungkin
pemerintah memanggil tenaga khusus yang menguasai alat alat berat itu.
Mesin nya banyak mbak yang digunakan…”
Alat-alat yang digunakan untuk memperlebar jalan tersebut merupakan alat-alat
berat yang tidak dimiliki petani. Dalam tahap pengerjaan pun para petani tidak
77

membawa dan tidak menggunakan alat-alat pribadi yang dimiliki. Oleh karena itu,
partisipasi untuk aspek lingkungan dalam bentuk harta benda dari para petani
Sumbersari hingga saat ini tidak ada.Hal ini juga dikarenakan masyarakat Dusun
Sumbersari hanya berporfesi sebagai buruh tani sehingga tidak memiliki alat-alat
berat yang diperlukan untuk pembenahan jalan. Begitu pula dengan partisipasi
dalam bentuk uang.Apabila ditinjau dari segi materi untuk proses pelebaran jalan
tersebut, para petani tidak mengeluarkan dana sedikit pun.

Dana yang digunakan untuk perbaikan jalan tersebut berasal dari pihak
Pemerintah. Para masyarakat yang terlibat khususnya para petani di Sumbersari
tidak dipungut biaya sedikit pun. Hal ini dikarenakan pelebaran jalan yang
dilakukan adalah kawasan milik pemerintah dan pelebaran jalan murni rencana
dari pemerintah juga untuk pengelolaan infrastuktur dalam kawasan hutan.
Sehingga pelebaran jalan tersebut tidak memberatkan petani dalam bentuk uang.
Oleh karena itu, partisipasi petani untuk apsek lingkungan dalam bentuk uang
sampai saat ini tidak ada. Hal lain yang menjadi latar belakang tidak adanya
partisipasi petani dalam bentuk uang ialah karena minimnya pendapatan yang
dimiliki petani. Seperti yang telah diteliti oleh Pakpahan (2011) bahwa masalah
yang dihadapi oleh petani salah satu nya ialah kekurangan modal atau akses dan
permodalan yang terbatas. Para anggota kelompok tani merasa untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari pun masih kurang, sehingga petani tidak mampu apabila
mengeluarkan dana untuk pelebaran jalan yang dilakukan.

b. Partisipasi Tenaga
Partisipasi dalam bentuk tenaga untuk aspek lingkungan sangat dibutuhkan
agar proses pengerjaan dapat terselesaikan dengan baik. Sesuai dengan pernyataan
oleh Khotim (2014) bahwa partisipasi tenaga merupakan bentuk keterlibatan
secara fisik dalam aktivitas untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang
keberhasilan suatu program. Begitu pula dengan proses pengerjaan pelebaran
jalan yang dilakukan di kawasan UB Forest. Dalam proses pengerjaan seluruh
petani ikut membantu dengan memberikan tenaga nya dan bekerja dengan gotog
royong.
78

Berdasarkan hasil wawancara, seluruh anggota kelompok tani di dusun


Sumbersari yakni sebanyak 27 orang ikut serta membantu dengan memberikan
tenaganya untuk membantu pengerjaan infrastuktur tersebut yaitu pelebaran jalan.
Sehingga persentase tingkat partisipasi ialah sebesar 100%.Hal ini dilakukan atas
kesadaran para petani dan permintaan dari pemerintah untuk membantu proses
pelebaran jalan tersebut. Seperti yang diteliti oleh Septiofera, dkk (2016) bahwa
salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga yakni dengan ikut
membantu pembangunan fasilitas dan infrstruktur suatu Desa. Partisipasi para
petani ini dinilai penting karena pengerjaan ini dilakukan di kawasan UB Forest
yang juga berdekatan dengan lahan para masyarakat setempat. Sehingga para
petani ikut membantu pengelolaan aspek lingkungan dalam bentuk tenaga.
Sesuai yang diungkapkan Department for International Development
(DFID)bahwadiperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk
saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada,
khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia. Tenaga dari
para petani Dusun Sumbersari dianggap mampu membantu proses pengerjaan
pelebaran jalan. Kerja sama anatara pihak tenaga kerja pemerintah dan tenaga
kerja petani berjalan lancar dan dapat diselesaikan dalam waktu 10 hari.
Masyarakat Dusun Sumbersari dari dulu memang selalu mengutamakan kegiatan
gotong royong. Mereka masih memegang kuat prinsip kekeluargaan dan saling
membantu satu sama lain. Sehingga apabila ada kegiatan seperti pelebaran jalan
yang dilakukan, para petani di Dusun Sumbersari siap membantu proses
pengerjaan hingga selesai. Sampai saat ini jalan akses yang diperlebar sudah
dapat digunakan dengan baik oleh warga setempat.

c. Partisipasi Buah Pikiran (Tanggapan atau Saran)


Partisipasi dalam bentuk tanggapan atau saran disampaikan para petani
saat proses pengerjaan pelebaran jalan. Saat bergotong royong, para petani pun
ikut berdiskusi untuk tahap pengerjaan yang dilakukan dalam bentuk saran.
Apabila pihak pemerintah ataupun tenaga kerja yang lain tidak mengetahui
kondisi jalan yang ada, maka para petani akan memberikan saran mengenai
kondisi jalan selama ini. Seperti pernyataan informan berinisial SS berikut :
79

“…saat pelebaran jalan itu ya yang memberi tahu mengenai kondisi jalan
nya ya warga setempat mbak. Begitu juga para petani yang ikut
membantu..”
Hal ini diperkuat oleh pernyataan informan dari key informantberinisial
EGberikut:

“…ya paling mereka itu (petani) memberikan informasi saat mengenai


kondisi di dalam kawasan hutan. Soalnya kan yang hidup disana itu
mereka, sudah berpuluh-puluh tahun juga. Pasti mereka lebih tau
bagaimana kondisi nya terkhusus juga untuk infrasturktur nya…”
Berdasarkan hasil wawancara, para petani ikut memberikan saran dalam
proses pelebaran jalan yang dilakukan. Jumlah petani yang memberikan saran pun
mencapai 15 orang sehingga menunjukan persentase tingkat partisipasi sebesar
55,5%. Pemerintah dan pihak UB Forest menganggap bahwa warga setempatlah
yang lebih memahami mengenai kondisi dan situasi infrastruktur di dalam
kawasan hutan. Hal ini dikarenakan masyarakat setempat sudah tinggal dan hidup
di dalam kawasan hutan sejak lama dan lebih dari 10 tahun. Sehingga untuk
mengetahui kondisi di dalam kawasan hutan khususnya mengenai infrastruktur,
pihak pemerintah mencari informasi melalui masyarakat yang ada di dalam
kawasan UB Forest. Para petani pun dinilai cukup baik dalam memberikan saran
mengenai kondisi jalan yang ada disekitar lahan yang akan diperbaiki dan
diperlebar jalannya. Hal ini dapat dilihat bahwa dalam proses pengerjaan tersebut,
petani ikut membantu bekerja sama dengan tenaga kerja pemerintah dan dapat
terselesaikan dengan baik selama 10 hari. Sehingga sampai saat ini, jalan yang
diperlebar sudah dapat dilalui transportasi dengan lancar.

d. Partisipasi Keterampilan
Kemampuan keterampilan yang dimiliki setiap orang tentunya berbeda-
beda. Namun dalam hal pengelolaan UB Forest aspek lingkungan, bentuk
partisipasi keterampilan dari kelompok tani di Dusun Sumbersari hampir sama
dengan bentuk partisipasi tenaga. Hingga saat ini belum ada keterampilan khusus
yang dilakukan oleh anggota kelompok tani untuk pengelolaan lingkungan.
Keterampilan yang dilakukan anggota kelompok tani hanya sebatas aktivitas
pembenahan jalan yakni melakukan pelebaran jalan di salah satu area jalan
kawasan UB Forest. Seperti pernyataan informan berinisial HM berikut:
80

“…kalau keterampilan ya itu tadi mbak, membenahi jalan saja. Belum ada
buat yang macem-macem disini…”
Berdasarkan hasil wawancara, bentuk keterampilan yang diberikan petani
sama hal nya dengan bentuk tenaga. Petani membantu membenahi jalan untuk
diperlebar dan dilakukan secara gotong-royong. Dengan adanya arahan dari
tenaga kerja pemerintah, alat-alat yang mendukung, serta bantuan tenaga dari
petani, akhrinya pembenahan jalan dapat terselesaikan dengan baik selama 10
hari. Hingga saat ini akses jalan menuju kawasan hutan sudah dapat dilalui
dengan lancar.

e. Partisipasi Sosial
Bentuk Partisipasi sosial yang menggambarkan keguyuban atau
perkumpulan seperti rapat, arisan, ataupun tahlilan yang diberikan kelompok tani
dalam pengelolaan lingkungan hingga saat ini belum ada. Perkumpulan yang
dilakukan petani hanya sebatas gotong royong saat melakukan pelebaran jalan.
Sebelum melakukan gotong royong pelebaran jalan pun petani tidak pernah
mengadakan atau mengikuti rapat mengenai hal terkait. Keputusan mengenai
pelebaran jalan sudah diambil oleh pihak pemerintah setempat. Hal ini
dikarenakan kawasan yang dibenahi adalah kawasan milik Negara sehingga
keputusan ada di tangan pemerintah. Seperti penyataan informan berinisial RD
berikut:

“…kita juga tiba tiba ada informasi kalau jalan yang disana mau
diperlebar mbak.. tidak tahu kapan keputusan nya, tiba-tiba ada informasi
begitu dari pemerintah…”
Berdasarkan hasil wawancara, tidak ada rapat ataupun sosialisasi
mengenai kegaiatan pelebaran jalan yang dilakukan. Petani mendapat informasi
dari ketua kelompok tani bahwa akan ada kegiatan pelebaran jalan dan para petani
di Dusun Sumbersari diharapkan untuk ikut membantu. Oleh karena itu, para
kelompok tani di Dusun Sumbersari pun ikut serta membantu proses pelebaran
jalan hingga selesai selama 10 hari.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, salah satu bentuk


partisipasi yang diberikan petani dalam aspek lingkungan ialah berupa tenaga.
Seluruh dana dan alat alat kerja disediakan oleh pihak Pemerintah saat melakukan
81

pelebaran jalan sehingga para petani hanya memeberikan partisipasi dalam bentuk
tenaga. Semua petani dengan jumlah 27 orang dari Dusun Sumbersari ikut
membantu kegiatan pelebaran jalan yang dilakukan. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Sumodiningrat (2009) bahwa partisipasi masyarakat atau
partisipasi rakyat yang harus terdapat dalam proses pembangunan berkelanjutan
adalah denganmengikutsertakan semua anggota masyarakat dalam setiap tahap
pembangunan. Selain itu partisipasi yang diberikan petani juga berupa tanggapan
dan saran yang diutarakan saat proses pengerjaan pelebaran jalan.Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Canter (1993) bahwa masyarakat dapat
memberikan respon positif dalam artian mendukung atau memberikan masukan
terhadap program atau kebijakan yang diambil oleh pemerintah, instansi atau
pihak terkait.Adapun diagram yang menggambarkan bentuk partisipasi petani
dalam pengelolaan UB Forest Aspek Sosial dapat dilihat pada gambar berikut :
82

Pengelolaan Aspek Lingkungan


(Pelebaran Jalan Di Kawasan UB Forest)

Bentuk dan Tingkat


Partisipasi (%)

Harta Benda Tenaga Buah Pikiran Keterampilan Sosial


Membantu proses Memberikan saran Tidak ada keterampilan
Tidak ada pembenahan dan terkait kondisi jalan Tidak ada
khusus
pelebaran jalan (100%) yang akan dibenahi
(55,5%)

Penyebab Penyebab Penyebab Penyebab


Penyebab
1. Kesadaran untuk Para petani sangat Tidak memiliki dan
Alat kerja sudah saling membantu mengetahui kondisi memerlukan Keputusan diambil
disediakan oleh infrastruktur di kawasan keterampilan khusus seutuhnya oleh
2. Permintaan dari
pemerintah hutan karena sudah tinggal dari petani hanya pemerintah
pemerintah
sejak lama di kawasan sebatas tenaga
tersebut

Gambar 4. Bentuk Partisipasi Kelompok Tani dalam Pengelolaan UB Forest Aspek Lingkungan
83

4.2.6 Potensi Dampak Partisipasi Kelompok Tani dalam Pengelolaan UB


Forest
a. Aspek Sosial
Seperti yang diketahui, bahwa UB Forest baru diresmikan tahun
September 2016 lalu. Adanya pergantian kepengurusan dari pihak sebelumnya
kepada UB Forest membuat adanya visi dan misi serta kebijakan baru. Hal ini
yang harus diketahui oleh masyarakat setempat khususnya kepada para petani di
Dusun Sumbersari. Oleh karena itu diadakan sosialisasi serta rapat yang berkaitan
dengan UB Forest. Berdasarkan hasil wawancara, sosialisasi dan rapat yang telah
diadakan dapat terselenggara dengan baik dan lancar. Seluruh anggota kelompok
tani datang menghadiri kegiatan tersebut.

Salah satu bentuk partisipasi aspek sosial yang diberikan petani untuk
pengelolaan UB Forest ialah berupa tenaga untuk ikut serta dalam berlangsungnya
kegiatan sosialisasi danrapat yang diadakan. Selain itu bentuk partisipasi yang
diberikan ialah tanggapan serta saran dalam forum rapat dan sosialisasi. Dari
bentuk bentuk partisipasi yang diberikan petani dalam pengelolaan UB Forest
aspek sosial tersebut, terdapat beberapa dampak yang diberikan. Dampak yang
timbul cenderung positif dan bermanfaat bagi petani maupun pengelolaan UB
Forest yakniperubahan perilaku mengenai pemahaman petani mengenai UB
Forest. Pemahaman ini terkait tentang kepengurusan, tata kelola, dan kebijakan
pengelolaan yang ditetapkan saat ini. Sehingga petani berusaha untuk
menyesuaikan kehidupan sehari-hari dengan kebijakan yang telah ditetapkan UB
Forest. Dengan adanya pemahaman dari petani terkait UB Forest, maka dapat
membantu pihak UB Forest untuk mendukung dan bergotong royong mencapai
visi-dan misi terakit yang juga bermanfaat bagi masyarakat setempat.

Selain manfaat tersebut, adanya rapat dan sosialisasi yang diadakan


membuat hubungan antar anggota kelompok tani semakin erat. Berdasarkan hasil
wawancara, hubungan sillaturahmi di Dusun Sumbersari masih kuat hingga saat
ini. Sesuai dengan pernyataan informan berinisial TN berikut:

“…disini kalau hubungan bertetangga itu masih erat mbak. Jadi kalau
ada kumpul-kumpul semacam itu, pasti semua hadir. Ya biar menjaga
sillaturahmi juga…”
84

Oleh karena itu, dengan adanya rapat dan sosialisasi yang diadakan
menimbulkan dampak positif juga bagi petani. Para angggota kelompok tani dapat
terus menjaga tali silaturahmi dengan baik. Agar hubungan satu sama lain yang
saling bertetangga maupun tidak tetap harmonis.

Berdasarkan hasil penelitian, dampak partisipasi petani terhadap


pengelolaan UB Forest aspek sosial ialah timbulnya pemahaman para petani di
Dusun Sumbersari terkait kepengurusan dan kebijakan yang ditetapkan oleh UB
Forest. Seperti yang diungkapkan oleh Sumodingrat (2009) bahwa partisipasi
sebagai salah satu elemen pembangunan merupakan proses adaptasi masyarakat
terhadap perubahan yang sedang berjalan. Sosialisasi dan rapat yang diadakan di
Dusun Sumbersari menjadi salah satu adaptasi para petani terhadap kebijakan
baru yang ditetapkan oleh pihak UB Forest. Sementara dampak lain yang
ditimbulkan ialah semakin eratnya hubungan silaturahmi antar petani di Dusun
Sumbersari dengan adanya pertemuan yang diadakan.

b. Aspek Ekonomi
Mata pencaharian utama para warga di dusun sumbersari ialah menjadi
petani. Sebagai masyarakat yang berada disekitar UB Forest maka para petani pun
mendapatkan manfaat dan keuntungan untuk mengelola lahan sekitar UB Forest
untuk ditanami komoditas pertanian. Seluruh petani yang mendapatkan lahan
garapan di UB forest menanam kopi sebagai mata pencaharian mereka.
Kopi yang ditanam para petani pun bermacam-macam jenis diantaranya
arabika, robusta, dan jawa. Tapi hampir keseluruhan petani menanam kopi jenis
Arabika. Hasil Panen yang didapatkan nantinya akan dijual kembali kepada pihak
UB Forest dengan harga 4750/kg untuk kopi jenis robusta, 7000/kg untuk kopi
jenis arabika dan jawa. Hasil yang didapat pun tidak sepenuhnya kembali kepada
petani, namun ada pembagian kepada pihak UB forest yakni sebesar 30 :70 ( 30
untuk pihak UB Forest dan 70 untuk petani).
Namun saat ini, kopi yang ada di lahan garapan UB Forest dinilai sudah
rusak oleh para petani setempat. Hal ini disebebkan oleh naungan yaitu pohon
pinus yang ada di Hutan terlalu tertutup sehingga menyebabkan pohon kopi tidak
tumbuh dengan baik. Tidak jarang para petani mengalami kerugian akibat hasil
panen yang tidak maksimal. Sehingga untuk saat ini, para petani tidak berharap
85

terlalu banyak dengan lahan garapan di UB Forest akibat kerusakan yang terjadi.
Para informan yang diwawancarai, sudah jarang memelihara kopi yang ada di UB
Forest.Petani hanya sesekali megunjungi lahan untuk pemeliharaan seperti
menggunting ranting yang riusak, mencabuti gulma, dan pemupukan. Sehingga
hal ini menyebabkan penurunan produksi dan berkurang nya pendapatan oleh
petani dan UB Forest.
Bentuk partisipasi yang dilakukan petani dalam pengelolaan tanaman kopi
di lahan UB Forest hanya sebatas pemeliharaan biasa dan masih jarang dilakukan
karena adanya kerusakan yang terjadi. Hal ini menyebabkan belum terwujudnya
nilai ekonomi yang maksimal dari Hutan Universitas Brawijaya. Sehingga pihak
UB Forest pun belum dapat menerima hasil yang maksimal dari lahan garapan
yang ditanami komoditas kopi.
Namun bukan hanya pihak UB Forest, petani juga merasakan dampak
yang ditimbulkan. Enam petani sudah melakukan perawatan yang intensif untuk
tanaman kopi di lahan masing-masing, namun karena adanya lahan yang tertutup
maka pohon kopi belum berbuah dengan maksimal. Sehingga hal ini
menimbulkan kerugian bagi para petani. Seperti yang diungkapkan oleh Carley
dan Bustelo (dalam Laing 2016) bahwa dampak ekonomi dapat berupa perubahan
pendapatan, baik itu peningkatan maupun penurunan. Beberapa anggota
kelompok tani di Dusun Sumbersari justru mengalami kerugian dan penuruan
pendapatan akibat buah kopi yang rusak. Oleh karena itu, para petani yang lain
enggan untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap tanaman kopi
yang ada di lahan UB Forest. Para petani takut mengalami kerugian. Hal ini pun
menyebabkan petani tidak mendapatkan hasil apa-apa dari lahan garapan di UB
Forest.
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum dampak adanya bentuk
partisipasi petani terhadap pengelolaan UB Forest aspek ekonomi cenderung
negatif. Adanya kerusakan membuat para petani menjadi enggan untuk
memberikan perawatan rutin terhadap tanaman kopi yang ada. Dengan begitu
dapat dikatakan bahwa bentuk partisipasi petani dalam budidaya kopi hanya
sebatas pemeliharan tanaman dan masih jarang dilakukan. Sehingga tanaman kopi
belum menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Justru beberapa petani mengalami
86

kerugian akibat tanaman yang rusak saat panen. Sebagaimana ungkapan Siegel
dan Marconi (1989), jika partisipasi tidak diterapkan secara benar, partisipasi
dapat merusak motivasi dan menurunkan kemampuan untuk mencapai sasaran
yang diinginkan. Alasan lain mengapa partisipasi mungkin tidak berhasil adalah
tidak ada usaha serius yang dibuat untuk menjamin partisipasi dan kerjasama dari
para manajer tingkat bawah dan karyawan (Darlis, 2002). Agar partisipasi
menjadi efektif, partisipasi harus memiliki input riil terhadap keputusan. Hingga
saat ini belum ada kebijakan mengenai tindakan yang harus diambil terhadap
lahan kopi yang sangat tertutup. Sehingga belum ada tindak lanjut untuk
perbaikan budidaya kopi.

c.Aspek Lingkungan
Pengelolaan UB Forest untuk aspek lingkungan hingga saat ini ialah
membenahi jalan di kawasan sekitar hutan dengan memperlebar jalan tersebut.
Proses pengerjaan tersebut melibatkan warga setempat untuk ikut membantu dan
bergotong royong mengerjakan pelebaran jalan. Begitu pula dengan para petani di
Dusun Sumbersari. Mereka juga ikut memberikan bentuk partisipasi untuk
lingkungan sekitar UB Fores. Bentuk partisipasi yang diberikan petani yakni
dalam berupa tenaga untuk ikut serta membantu membenahi jalan. Dari 27
anggota kelompok tani di Dusun Sumbersari, seluruhnya ikut memberikan
partisipasi dalam bentuk tenaga untuk membenahi jalan.
Selain itu partisisipasi diberikan petani ialah dalam bentuk saran untuk
mengetahui kondisijalan yang ingin diperlebar. Apabila pihak UB Forest dan
tenaga kerja tidak mengetahui kondisi jalan di kawasan hutan, maka para petani
akan memberikan arahan dan saran mengenai kondisi di wilayah setempat.
Dengan adanya bantuan ataupun partisipasi dari anggota kelompok tani yang ada,
maka akan membantu dan memudahkan proses pengerjaan untuk membenahi
jalan tersebut.
Akibat bentuk partisipasi yang diberikan petani, maka timbul dampak
yang berpengaruh terhadap pengelolaan UB Forest maupun dampak yang
berpengaruh terhadap petani. Adapaun dampak positif yang ditimbulkan ialah
membantu dan memudahkan proses pengerjaan untuk membenahi jalan. Dengan
adanya bentuk partisipasi dari kelompok tani Dusun Sumbersari, pelebaran jalan
87

yang dilakukan dapat terselesaikan dalam waktu 10 hari. Saat ini akses jalan
menuju kawasan hutan pun menjadi lebih lancar. Hal ini akan memudahkan siapa
pun khususnya pihak UB Forest dan warga setempat untuk melintasi jalan menuju
hutan menjadi lebih mudah.
Sementara apabila dilihat dari dampak negatif akibat partisipasi petani
sampai saat ini tidak ada. Namun yang ada ialah dampak negatif akibat pelebaran
jalan yang dilakukan. Dampak tersebut adalah luasan lahan garapan beberapa
warga menjadi berkurang akibat terpotong oleh jalan yang diperlebar. Hal ini
dinilai sangat mengecewakan warga karena luasan lahan menjadi berkurang.
Seperti pernyataankey informantberinisial GT berikut:

“…akibat pelebaran jalan itu jadi ada beberapa lahan garapan warga
yang terpotong. Luas lahan nya jadi berkurang karena ada jalan itu.
Sebenarnya hal itu sangat disayangkan oleh warga sini…”
Seperti yang diungkapkan oleh Yunus (2008) bahwa beberapa akibat
adanya transformasi parsial terhadap lingkungan ialah hilangnya lahan pertanian,
serta penurunan produksi dan produktivitas lahan pertanian. Menurut anggota
kelompok tani dengan berkurangnya luas lahan garapan milik warga maka
pendapatan warga pun akan berkurang. Hal ini dikarenakan beberapa lahan yang
terpotong adalah lahan yang digunakan warga untuk bercocok tanam. Menurut
informan, hingga saat ini belum ada kebijakan khusus terkait hal tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum dampak partisipasi petani
terhadap pengelolaan UB Forest aspek lingkungan ialah proses pengerjaan
pelebaran jalan menjadi semakin mudah dan lancar karena dikerjakan secara
bergotong-royong sehingga jalan akses menuju hutan menjadi lancar. Hal I ni
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Darwis (2002) bahwa partisipasi juga
meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok dalam penetapan tujuan. Hal
lain yang ditimbulkan akibat adanya pelebaran jalan ialah luas lahan beberapa
petani menjadi berkurang akibat terpotong oleh jalan yang diperlebar.

Anda mungkin juga menyukai