Fasilitas Jumlah
Masjid 7
Sekolah Dasar 4
Sekolah Menengah Pertama 1
Posyandu 7
Apotik 1
Balai Desa 1
Sumber : Profil Desa Tawangargo (2016)
2. Dusun Sumbersari
Penelitian yang dilakukan berada di salah satu dusun dari Desa
Tawangargo yaitu Dusun Sumbersari. Dusun ini terletak di wilayah lereng
Gunung Arjuna dan termasuk kedalam wilayah UB Forest. Dusun Sumbersari
memiliki 28 KK (Kepala Keluarga) . Masyarakat Dusun Sumbersari rata-rata
memiliki tingkat pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Kebanyakan masyarakat pun berprofesi sebagai petani, buruh
tani, dan ada juga yang berprofesi sebagai pedagang.
Dusun Sumbersari juga memiliki fasilitas yang dapat mendukung kegiatan
masyarakat setempat. Fasilitas yang ada di Dusun Sumbersari merupakan sarana
dan prasarana yang digunakan para warga Dusun untuk melakukan segala
aktivitas berhubungan dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Selain itu fasilitas
ini juga meningkatkan kemampuan serta keberdayaan masyarakat Dusun
Sumbersari.
39
Fasilitas Jumlah
Masjid 1
Balai Dusun 1
Posyandu 1
Toilet Umum 3
Sumber: Profil Dusun Sumbersari (2016)
Fasilitas yang ada di Dusun Sumbersari ialah satu Masjid yang berada di
samping rumah Ketua RT Dusun Sumbersari. Fasilitas lain yang ada di Dusun
Sumbersari ialah balai dusun. Fasilitas Balai dusun biasanya digunakan untuk
kegiatan masyarakat setempat secara bersama-sama. Fasilitas lain adalah
posyandu yang digunakan sebagai tempat berobat apabila warga setempat
mengalami sakit. Selain itujuga terdapat fasilitas toilet umum yang dibangun oleh
pihak UB Forest dan berada di wilayah Dusun Sumbersari.
UB Forest merupakan salah satu hutan yang masih cukup baik tegakannya,
sehingga hutan ini mampu berfungsi sebagai penyeimbang iklim yang sejuk di
Malang. Selain itu UB Forest juga berfungsi sebagai penjaga tata air dan penyerap
polusi. Hal ini dinilai penting karena Malang merupakan kota wisata yang
menghasilkan polusi cukup besar terutama berasal dari kendaraan bermotor.
Potensi yang dimiliki oleh UB Forest begitu besar untuk para petani maupun
masyarakat setempat. Seperti yang diketahui, selain menjadi hutan pendidikan,
UB Forest juga merupakan hutan produksi yang dapat ditanami komoditas
tanaman seperti kopi yang dapat memenuhi kebutuhan serta memberi keuntungan
kepada petani atau masyarakat setempat. Skema pengelolaan dilakukan secara
multifungsi yaitu sebagai area konservasi, daerah wisata biologi, area penelitian
dan pengembangan, area pendidikan dan latihan, area sosiologi masyarakat sekitar
hutan, budaya, area hutan produksi, dan hutan ekonomi. Oleh karena itu,
mayoritas masyarakat yang berada di Dusun Sumbersari tergabung dalam
kelompok tani karena berprofesi sebagai petani dengan lahan garapan yang berada
di UB Forest.
Luas areal lahan yang ditanami vegetasi hutan tanaman seluas 402 ha.
Terdapat beberapa jenis tanaman yang ada di hutan tanaman yakni pohon pinus
(Pinus merkusii), pohon mahoni (Swietenia mahagoni), dan pohon suren (Toona
surena). Namun hutan tanaman ini didominasi oleh pohon jenis Pinus. Sementara
luas areal lahan yang ditanami tanaman pertanian ialah seluas 70 ha. Jenis
tanaman yang ada di hutan tanaman pertanian ialah kopi.
Sedangkan vegetasi di Hutan Lindung KHDTK UB FOREST berupa
pohon, semak, dan perdua meliputi: Gintungan (Bischoffia javanica), Dadap
(Erythirma lithosperma), Anggrung (Trema orientalis), Ringin (Ficus benjamina),
Kesek (Muntingia calabura), Gondang (Ficus variegata), Bamboo (Bambusa
spp.), Tepus (Etlingera solaris), Pakis (Cycas spp.), Puspa (Schima wallicii),
41
Penelitian ini terdiri dari informan yang merupakan anggota kelompok tani
di Dusun Sumbersari. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sembilan informan
yang ikut berpartisipasi dalam pengelolaan UB Forest. Karakteristik informan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Umur Keterangan
Informan Pendidikan Pendapatan
(tahun) (Kelompok Tani)
Umur
Nama Pendidikan Keterangan
(tahun)
Gito 40 SD Ketua Kelompok Tani
tinggal dalam kawasan hutan milik Negara dengan beban kerja pembersihan
lahan, penanaman, perawatan tanaman, dan pengamanan hutan.
Magersaren Sumbersari Desa Tawangargo Kecamatan Karangploso
memiliki jumlah KK sebanyak 28 dengan jumlah penduduk 96 orang.
Magersaren tersebut terletak di Petak 84 a luas baku 4,00 ha dan di Petak 90 a
luas baku 1,80 ha (total luas 5,80 ha). Luasan tersebut terdiri dari pemukiman dan
pekarangan. Mereka dulunya adalah orang dari penduduk desa yang tidak
memiliki tanah yang kemudian di mobilisasi oleh Mantri Perhutani untuk tinggal
di tengah hutan sebagai buruh tani bagi Perhutani.
Keberadaan masyarakat Magersaren ini sudah ada secara turun menurun di
dalam kawasan KHDTK UB Forest sejak jaman Belanda. Pihak Perhutani
mengizinkan mereka untuk tinggal di dalam kawasan hutan dengan ketentuan
tidak boleh membangun tempat tinggal secara permanen. Selain itu, masyarakat
Magersaren juga diwajibkan untuk memelihara tanaman pokok milik Perhutani.
Masyarakat Magersaren memiliki kegiatan pertanian yang beraneka ragam di
bawah tegakan utama pohon pinus. Mereka menanam tanaman pertanian yang
bersifat semusim yaitu cabe, kol, dan sayuran lainya. Sementara tamanan tahunan
yang ditanam oleh masyarakat Magersaren ialah tanaman kopi. Selain menggarap
lahan yang ada di desa setempat, sebagian besar mereka juga berprofesi sebagai
buruh penggarap lahan yang pemiliknya berupa pemilik modal dan berasal dari
luar desa. Setiap harinya mereka diupah Rp. 30.000 untuk tenaga kerja perempuan
(lebih kurang 8 jam kerja/hari) dan Rp.50.000,- untuk tenaga kerja laki-laki (lebih
kurang 8 jam kerja/hari).
Keberadaan masyarakat di dalam kawasan hutan ini akan dioptimalkan
sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing untuk membantu
perencanaan dan pengelolaan UB Forest. Masyarakat diharapkan dapat membantu
pihak UB Forest dalam menjalankan pengelolaan baik dari segi sosial, ekonomi,
maupun lingkungan. Selain itu, lokasi Dusun Sumbersari biasanya digunakan
pihak UB Forest untuk memfasilitasi para mahasiswa melakukan penelitian,
praktikum, dan kegiatan lainya yang menunjang pendidikan. Sehingga masyarakat
Magersaren Dusun Sumbersari turut membantu untuk memenuhi kecukupan
44
fasilitas yang dapat disediakan di dalam kawasan hutan seperti air, perkakas atau
alat kerja, dll.
Masyarakat di Dusun Sumbersari seluruhnya berprofesi sebagai petani.
Sehingga sejak dahulu di Dusun Sumbersari sudah didirikan organisasi kelompok
tani untuk memudahkan para petani berhubungan satu sama lain dan saling
memberikan informasi. Nama kelompok tani di Dusun Sumbersari ini yakni
Kelompok Tani Sumber Makmur. Kelompok tani di Dusun Sumbersari
Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang saat ini mengalami perbaruan sejak
empat bulan terakhir semenjak UB Forest diresmikan. Terdapat peralihan ketua
Kelompok Tani kepada Pak Gito. Jumlah anggota kelompok tani yang ada saat ini
yaitu 27 orang. Semua petani yang tergabung dalam kelompok tani menanam
tanaman jenis kopi dilahan garapan KHDTK UB Forest. Luas lahan yang dimiliki
masing masing petani pada kawasan UB Forest berbeda-beda. Mulai dari 0,5 ha
hingga 3 ha. Pembagian tersebut dibagi berdasarkan petak lahan yang diperoleh
setiap petani.
Sekretaris Bendahara
Anggota
(Hingga 2018 terdiri dari 24 orang)
a. Aspek Sosial
Ditinjau dari fungsi sosial yaitu terciptanya solidaritas masyarakat sekitar
hutan dan menghindari kesenjangan sosial di antara kelompok masyarakat. Oleh
karena itu pengelolaan dilakukan secara kolektif. Berdasarkan hasil wawancara,
kegiatan dalam aspek sosial sebagai tanda keguyuban atau perkumpulan yang
pernah dilakukan ialah rapat kelompok tani sekaligus sosialisasi mengenai UB
Forest. Hingga saat ini, rapat sudah diadakan sebanyak satu kali dan sosialisasi
sebanyak dua kali. Terkait info mengenai UB Forest tidak selalu disampaikan saat
rapat, namun juga saat ada kegiatan pengajian atau tahlilan rutin setiap minggu.
Pengajian dan tahlilan ini sudah dilakukan sejak dulu jauh sebelum ada peresmian
UB Forest. Seperti pernyataan dari Informan bernama Gito berikut ini
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan terkait, pembahasan pada rapat
yang sudah dilakukan yakni mengenai :
b. Aspek Ekonomi
Ditinjau dari fungsi ekonomi, masyarakat di sekitar hutan dapat menikmati
hasil dari hutan yang mereka kelola dengan harapan ada peningkatan ekonomi
yang stabil dan menciptakan lapangan kerja bagi generasi mendatang dengan pola
peningkatan pengelolaan hutan. Dalam aspek ekonomi, para petani mendapatkan
lahan dari UB Forest untuk ditanami komoditas pertanian yang layak dijual dan
dikonsumsi masyarakat. Semua anggota kelompok tani di UB Forest menanam
Kopi di lahan garapan area UB Forest. Masing masing petani mempunyai lahan
dengan luas yang berbeda-beda mulai dari 0,5 ha hingga ada yang mendapat 3 ha.
Jenis kopi yang ditanam pun beragam yaitu kopi arabika, kopi robusta, dan kopi
jawa. Kopi yang ditanam oleh petani biasanya akan dipanen setiap 4 bulan sekali,
namun ada juga yang 2 bulan sekali dan ada pula yang setahun sekali. Pembagian
hasil panen antara petani dengan UB Forest yakni dengan perbandingan 30 : 70
(30 untuk UB Forest dan 70 untuk petani). Hasil panen kopi ini nantinya akan
dijual kepada Pihak UB Forest dengan harga 4750/kg untuk kopi jenis robusta,
47
7000/kg untuk kopi jenis arabika dan jawa. Semua petani memberikan partisipasi
langsung untuk budidaya kopi tersebut yakni dengan memelihara tanaman kopi
yang tersedia hingga masa panen.
c. Aspek Lingkungan
Ditinjau dari fungsi lingkungan UB Forest berfungsi sebagai konservasi,
pengatur suhu lingkungan, pengatur kelembapan, pengatur cadangan air, tempat
berlindung berbiaknya barbagai satwa liar, penyedia oksigen, dan kebutuhan bagi
kehidupan manusiauntuk menghambat angin, mencegah erosi, penghasil buah dan
kayu serta sebagai paru paru bumi. UB Forest dinilai mampu menjadi hutan yang
berfungsi sebagai penyeimbang iklim di Malang dengan kemampuan untuk
menyerap polusi atau rosot. Seperti diketahui bahwa Malang merupakan kota
wisata yang mengahsilkan polusi cukup besar terutama polusi dari kendaraan
bermotor. Oleh karena itu, UB Forest dianggap penting keberadaanya sebagai
penyeimbang iklim untuk mengurangi polusi udara di Malang.
Namun sampai saat ini, pengelolaan aspek lingkungan di dalam kawasan
UB Forest yang dilakukan ialah hanya pelebaran jalan. Untuk mencegah adanya
kerusakan ataupun bencana yang mungkin terjadi, pemerintah daerah kota Malang
melakukan pembenahan area jalan (pelebaran jalan) menuju area Hutan
Universitas Brawijaya. Para anggota kelompok tani bersama sama membenahi
jalan yang rusak agar akses menempuh UB Forest lebih lancar. Fasilitas berupa
modal dan alat didapatkan para anggota kelompok tani dari pemerintah setempat.
Program dan akvititas yang disusun mencoba memadukan antara
kebutuhan pada aspek-aspek kondisi biologi kawasan hutan, kondisi ekologi, dan
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang berada pada sekitar dan
yang ada di dalam kawasan. Berdasarkan telaah pada kondisi hutan maka dalam
pengelolaannya dipilah menjadi dua blok yaitu Blok Pendidikan dan Latihan
Produksi (Blok I-Diklatduksi) pada Hutan Produksi (HP) dan Blok Pendidikan
dan Latihan Konservasi dan Ekoturisme (Blok II-Diklatkonserturis) pada Hutan
Lindung (Kustanti et.al, 2016).
Beberapa Strategi Prioritas Pengelolaan UB Forest berdasarkan Master
Plan UB Forest 2016 adalah sebagai berikut:
48
“…kalau rapat hanya sekedar diskusi mbak, biasanya kalau tidak disuruh
bertanya ya tidak akan bertanya pada diam saja. Ya hanya beberapa saja
lah, mungkin yang lainya sudah paham”
Sementara Petani yang memberikan tenaga dan bentuk sosial ialah sebanyak 27
orang sehingga menunjukan tingkat partisipasi sebesar 100%. Dan petani yang
memberikan tanggapan maupun saran ialah sebanyak 8 orang dan menunjukan
tingkat partisipasi sebesar 29,6%.
2. Pelaksanaan
Pengelolaan dan pembangunan yang sedan dan sudah dilakukan di
kawasan UB Forest hingga saat ini ialah budidaya kopi dan perbaikan
infrastruktur. Seluruh kegiatan tersebut tentunya melibatkan kelompok tani
khususnya di Dusun Sumbersari. Para anggota kelompok Tani di Dusun
Sumbersari masing-masing mendapat lahan di kawasanUB Forest untuk ditanami
tanaman kopi. Mayoritas petani pun memilih kopi jenis arabika untuk ditanam
karena kopi arabika memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Namun saat ini, seluruh kopi yang dimiliki petani Dusun Sumbersari tidak
tumbuh maksimal. Hal ini dikarenakan lahan yang tertutup oleh naungan yang
terlalu rapat. Sehingga tanaman kopi tidak mendapat cahaya yang cukup. Oleh
karena itu, para petani tidak lagi merawat tanaman kopi di kawasan UB Forest.
Hanya sebagian petani saja yang masih melakukan perawatan seperti memotong
rumput, menggunting ranting, dan pemupukan. Bahkan ada beberapa petani yang
mengalami kerugian akibat tanaman kopi tidak menghasilkan. Sementara itu,
belum ada kebijakan khusus yang dilakukan oleh pemerintah ataupun Pihak UB
Forest terkait hal tersebut. Maka petani pun enggan untuk melakukan perawatan
untuk budidaya kopi di lahan UB Forest.
sebesar 100%. Dan petani yang memberikan tanggapan maupun saran ialah
sebanyak 15 orang dan menunjukan tingkat partisipasi sebesar 55,5%.
“…ya paling kalau ada yang perlu diperbaiki, diberitahu lewat saya
mbak. nanti saya bertahu ke teman-teman lewat tahlilan…”
Sementara Petani yang memberikan tenaga dan bentuk sosial ialah sebanyak 27
orang sehingga menunjukan tingkat partisipasi sebesar 100%. Dan petani yang
memberikan tanggapan maupun saran ialah sebanyak 8 orang dan menunjukan
tingkat partisipasi sebesar 29,6%.
“…ya kalau ada info tentang UB tidak selalu diadakan rapat mbak. Kalau
info-info biasa ya disampaikan melalui tahlilan tiap minggu saja. Tahlilan
ini sudah ada sejak dulu sebelum ada UB Forest. Ya kalau rapat formal
baru diadakan 3 kali.”
“..kalau rapat ya datang saja mbak, tidak ada keluar dana atau uang.
Rapat nya juga tidak lama karena kan biasanya diadakan saat malam
hari, jadi sudah waktu nya istirahat juga. Kadang juga saat hari libur tapi
tidak lama-lama juga.”
Hal ini diperkuat oleh pernyataan informan berinisial HD berikut:
“…tidak ada mengeluarkan dana kalau rapat. Ya cuma datang saja kalau
diundang, biasanya dirumah salah satu warga atau di pendopo itu. Mau
mengeluarkan dana ya untuk apa kan tidak perlu, warga disini kan juga
terbatas oleh modal”
Kegiatan rapat dan sosialisasi diadakan dengan cara sederhana tanpa harus
mengeluarkan dana atau pun fasilitas yang berat. Hal ini dilakukan agar tidak
menyusahkan para petani. Seperti yang diketahui bahwa para petani di Dusun
Sumbersari juga memiliki keterbatasan modal karena hanya bekerja sebagai buruh
56
tani. Pendapatan yang dimiliki petani pun dirasa masih kurang untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Sehingga untuk mengadakan kegiatan apa pun, pihak UB
Forest tidak pernah membebankan modal ataupun fasilitas yang berat terhadap
petani atau masyarakat Magersaren Dusun Sumbersari. Hal ini seperti yang di
ungkapkan oleh Soetrisno (2007) yang mengatakan partisipasi rakyat tidak hanya
diukur dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya, tetapi juga dengan ada
tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan
dibangun di wilayah mereka.Walaupun demikian, pihak UB Forest tetap
mengharapkan keikutsertaan langsung para petani dalam setiap kegiatan
pengelolaan hutan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan para petani Dusun
Sumbersari sudah tinggal didalam kawasan hutan sejak dahulu hingga sekarang
dan sudah memahami kondisi di dalam kawasan hutan. Sehingga para petani
diharapkan dapat membantu pihak UB Forest untuk mengelola hutan dengan baik.
Selain kegiatan rapat dan sosialisasi, petani juga turut memberikan bentuk
partisipasi untuk membantu mahasiswa yang sedang melakukan penelitian atau
praktikum. Biasanya ada beberapa mahasiswa yang membutuhkan tempat tinggal
sementara selama melakukan penelitian yang mendalam di UB Forest. Oleh
karena itu, petani juga turut membantu memberikan partisipasi dalam bentuk harta
benda yaitu tempat tinggal. Mahasiswa yang ingin tinggal sementara di dalam
kawasan UB Forest biasanya akan menginap di rumah warga. Seperti pernyataan
informan berinisial HM berikut :
b. Partisipasi Tenaga
Hadir Sangat
1 27 27 100 %
Sosialisasi 1 baik
Hadir Sangat
2 27 27 100%
Sosialisasi 2 baik
Sangat
3 Rapat 1 27 27 100%
baik
Sumber : Data Primer diolah (2018)
Berdasarkan hasil wawancara dan data yang diperoleh, jumlah petani yang
ikut serta memberikan tenaganya untuk hadir dalam rapat dan sosialisasi ialah 27
orang dari 27 anggota sehingga menunjukan tingkat partisipasi sebesar
100%.Sesuai dengan pernyataan informan berinisial RD berikut:
“…kalau ada kegiatan rapat pasti semua nya diundang mbak. para petani
petani disini kalau diberitahu pasti datang semua. Kegiatan-kegiatan
rapat kemaren juga begitu…”
Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan key informant berinisial GTberikut:
“..oh kalau ada rapat hadir semua anggota nya mbak. Semua 27 orang itu
kumpul dan diskusi bersana. Ya begitu juga waktu sosialisasi kemaren
semua nya juga hadir biar semua bisa paham mengenai kebijakan di
hutan sekarang..”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh anggota kelompok tani ikut
memberikan tenaganya untuk hadir dalam rapat dan sosialisasi yang diadakan.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa seluruh petani memberikan tenaga untuk
aspek sosial pengelolaan UB Forest.Hal ini seperti yang diteliti oleh Yohanes
(2014) bahwa salah satu bentuk partisipasi yang dapat diberikan petani ialah
dengan mengikuti rapat ataupun mengikuti kegiatan sosial lainya yang
diselenggarakan di Desa.
Kondisi sosial para petani di Dusun Sumbersari masih sangat kuat dan erat
apabila ada undangan atau kegiatan yang menyangkut kepentingan bersama.
Sudah menjadi turun-temurun sejak dahulu saat pengelolaan hutan dilakukan oleh
Perhutani hingga sekarang di kawasan Dusun Sumbersari untuk saling bekerja
59
sama dalam berbagai bidang untuk kepentingan bersama seperti gotong royong
membersihkan selokan sekitar pemukiman, gotong royong menanam bunga, dan
lain-lain. Sehingga apabila ada kegiatan seperti rapat ataupun diskusi, semua
anggota yang diundang pasti akan turut hadir. Hal ini dilakukan sebagai upaya
dari para petani untuk mendapatkan informasi dan juga sarana untuk memperkuat
tali silaturahmi.
“…kalau rapat hanya sekedar diskusi mbak, biasanya kalau tidak disuruh
bertanya ya tidak akan bertanya pada diam saja. Ya hanya beberapa saja
lah, mungkin yang lainya sudah paham”
“…kita tahu bahwa tingkat pendidikan mereka juga rendah. Jadi untuk
mengeluarkan ide atau gagasan juga terbatas sekali…”
Meskipun demikian, para petani tetap memahami dan mengikuti kegiatan
rapat yang dilakukan. Selama melakukan kegiatan sehari-hari pun petani tetap
mengikuti kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pihak UB Forest. Hal ini
dikarenakan, petani menyadari bahwa sebagai masyarakat yang tinggal di
60
“..kalau untuk rapat rutin belum ada mbak. ya setiap petani nya kan sibuk
berladang, kalau malam digunakan untuk istirahat. Apalagi kelompok tani
sekarang masih tahap proses kepengurusan yang resmi, jadi belum rutin
melakukan rapat. Kadang kalau ada info ya diberitahukan lewat tahlilan
saja..”
Namun dikegiatan lain seperti membantu mahasiswa yang melakukan
penelitian ataupun praktikum, para petani turut serta membantu memberi arahan
apabila mahasiswa tidak mengetahui mengenai kondisi dan lokasi di dalam UB
Forest. Banyak mahasiswa yang bertanya apabila menjumpai petani di Dusun
Sumbersari mengenai kondisi tanaman kopi, kondisi lahan dan sebagainya. Para
petani pun memberikan tanggapan sebagai bahan masukan dan informasi kepada
mahasiswa terkait kondisi didalam kawasan hutan. Seperti pernyatan informan
berinisial HM berikut :
d. Partisipasi Keterampilan
Selama melakukan pengelolaan aspek sosial yakni rapat dan sosialisasi,
petani tidak memerlukan kemahiran ataupun keterampilan khusus. Hal ini
dikarenakan untuk mengadakan rapat dan sosialisasi, para petani hanya berdiskusi
biasa tanpa melakukan kegiatan aktivitas lain yang mendukung. Sehingga bentuk
partisipasi keterampilan dalam kegiatan rapat maupun sosialisasi dari petani tidak
ada. Sesuai dengan pernyataan informan berinisial FZ berikut:
62
“…kalau untuk rapat yaa paling hanya diskusi seperti itu saja mbak.
saling tukar informasi, ya ngobrol seperti biasa nya. Gak perlu
keterampilan apa-apa…”
Berdasarkan hasil wawancara, dalam agenda rapat ataupun sosialisasi
yang diadakan memang tidak memerlukan keterampilan khusus. Begitu pula
apabila membantu mahasiswa di dalam kawasan UB Forest. Para petani hanya
memberi informasi dan wawasan mengenai kondisi di dalam kawasan hutan tanpa
memerlukan keterampilan dan kemahiran tambahan.
e. Partisipasi Sosial
Huraerah (2008) memaparkan bahwa partisipasi dalam kegiatan sosial
adalah sesuatu yang diberikan sebagai tanda keguyuban. Menurut KBBI arti dari
kata keguyuban adalah berasal dari kata dasar guyuh yang berarti perkumpulan
yang bersifat kekeluargaan, didirikan orang-orang yang sepaham (sedarah) untuk
membina persatuan (kerukunan) diantara para anggotanya. Sesuai dengan menurut
Hamijoyo (2007) bentuk partisipasi yang dilakukan sebagai tanda paguyuban,
misalnya menghadiri arisan atau perkumpulan, gotong royong dan pemakaman.
Berikut pernyataan infroman terkaitan partisipasi aspek sosial:
“…ya kalau ada info tentang UB tidak selalu diadakan rapat mbak. Kalau
info-info biasa ya disampaikan melalui tahlilan tiap minggu saja. Tahlilan
ini sudah ada sejak dulu sebelum ada UB Forest. Ya kalau rapat formal
baru diadakan 3 kali.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan terkait, pembahasan pada
rapat yang sudah dilakukan yakni mengenai :
63
Namun hingga saat ini, rapat ataupun sosialisasi khusus yang dilakukan
untuk pengelolaan UB Forest kepada kelompok tani di Dusun Sumbersari hanya
dilakukan 3 kali. Biasanya untuk menyampaikan informasi tambahan, ketua
kelompok tani akan memberitahu lewat tahlilan yang diadakan setiap malam
jumat (hari Kamis). Kegiatan tahlilan tersebut memang sudah menjadi rutinitas
masyarakat Dusun Sumbersari yang dilakukan satu minggu sekali. Hal ini
dilakukan untuk memperkuat tali sillaturahmi dan nilai keagaman untuk
masyarakat setempat. Maka dari itu, apabila ada informasi tambahan dari pihak
UB Forest mengenai pengelolaan ataupun hal lainya terkait kawasan hutan akan
disampaikan oleh ketua kelompok tani di acara tahlilan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, partisipasi kelompok
tani dari aspek sosial ialah dengan memberikantenaga untuk kehadiran
rapatsebagai upaya mendapatkan informasi serta memberikan tanggapan dan
saran Namun hanya beberapa petani yang memberikan tanggapan dan saran, hal
ini dikarenakan rendah nya pendidikan dan status sebagai Magersaren sehingga
masyarakat menganggap hanya bisa menerima keputusan. Dalam aspek sosial
kelompok tani tidak memerlukan uang maupun alat kerja untuk berpartisipasi
karena pada aspek sosial ini kegiatan yang dilakukan adalah rapat dan sosialisasi
serta membantu mahasiswa yang melakukan penelitian ataupun praktikum. Hal ini
seperti yang di ungkapkan oleh Soetrisno (2007) yang mengatakan bahwa ukuran
tinggi rendahnya partisipasi rakyat tidak hanya diukur dengan kemauan rakyat
untuk menanggung biaya, tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut
menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka.
Adapun diagram yang menggambarkan bentuk partisipasi petani dalam
pengelolaan UB Forest Aspek Sosial dapat dilihat pada gambar berikut :
64
Bentuk Partisipasi
Buah Pikiran
Harta Benda Tenaga Sosial
1. Tanggapan dan saran Keterampilan
1. Alat dan uang (tidak Menghadiri Sosialisasi Hanya kegiatan Rapat
saat rapat hanya 8
ada) dan Rapat sebanyak 27 Tidak Ada dan Sosialisasi dihadiri
orang (29,6%)
2. Tempat tinggal dan orang (100%) 27 orang (100%)
2. Memberi informasi
Air untuk mahasiswa
(18,5%) untuk mahasiswa ialah
10 orang (37%)
peralatan seperti cangkul, gunting rumput, sabit, mesin potong rumput sangat
dibutuhkan untuk proses budidaya tanaman kopi. Sehingga para petani juga
memberikan partisipasi dalam bentuk harta benda yaitu berupa peralatan untuk
proses budidaya, pemeliharaan, hingga panen tanaman kopiSelain perkakas, harta
benda yang dimaksud juga berupa materil atau uang yang dikeluarkan oleh
kelompok tani dalam pengelolaan UB Forest aspek ekonomi yaitu budidaya
tanaman kopi. Seperti proses budidaya kopi pada umumnya, alat atapun peralatan
yang dibutuhkan petani untuk budidaya kopi ialah cangkul dan sabit untuk
pemotongan gulma, gunting untuk memotong ranting pohon yang mati, serta
mesin potong rumput untuk memotong rumput.
Jenis
Bentuk Jumlah Tingkat
Harta Penggunaan Predikat
Partisipasi Partisipan Partisipasi
Benda
Memotong Sangat
Harta Benda Sabit 10 37 %
gulma Kurang
Membersihka Sangat
Harta Benda Cangkul 8 29,6 %
n lahan kurang
Menggunting Sangat
Harta Benda Gunting 8 29,6 %
ranting Kurang
Mesin
Memotong Sangat
Harta Benda Potong 6 22,2 %
rumput Kurang
rumput
Sumber : Data Primer diolah (2018)
memiliki alat masing-masing untuk bertani setiap harinya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan informan berinisial HM berikut :
“…kalau untuk peralatan setiap orang pasti punya mbak. soalnya kan
disini semuanya memang ke ladang setiap hari, sudah berpuluh tahun
juga, jadi pasti setiap petani punya maisng-masing…”
Hingga saat ini, semua peralatan atau pun perkakas untuk budidaya di
lahan garapan UB Forest berasal dari modal masing-masing petani. Bantuan atau
fasilitasi khusus yang diberikan pihak UB Forest untuk para petani guna
membantu pengelolaan di lahan pertanian UB Forest ialah mesin pemotong
rumput. Namun mesin pemotong rumput yang disediakan hanya berjumlah enam
mesin. Hal ini dinilai petani belum cukup untuk membantu pengelolaan hutan
yang sangat luas. Seperti pernyataan key informant berinisial GT berikut :
Pembelian Sangat
115.000
Uang pupuk 5 18,5 % Baik
(rupiah)
phonska
Sumber : Data Primer diolah (2018)
68
b. Partisipasi Tenaga
Hakekatnya partisipasi akan timbul apabila ada kesadaran dari setiap
individu yang melakukannya. Begitu pula dalam pengelolaan UB Forest. Para
petani akan memberikan tenaga nya untuk mengelola hutan disekitar pemukiman
mereka khususnya untuk lahan garapan yang didapatkan setiap petani. Dalam
memberikan bentuk partisipasinya, salah satu yang dapat dilihat ialah dalam
bentuk tenaga.
Meskipun saat ini tanaman kopi di lahan garapan UB Forest dinilai sudah
rusak, namun para petani masih beberapa kali memberikan perawatan terhadap
tanaman di lahan UB Forest seperti mencabuti gulma, menggunting batang kayu
yang rusak, pemupukan, panen, dan lain-lain. Hal ini dilakuan agar tanaman kopi
tetap hidup dan tidak mati. Saat ini kebanyakan dari petani di Dusun Sumbersari
memang jarang melakukan perawatan terhadap tanaman kopi di lahan UB Forest,
namun petani masih tetap memberikan tenaganya untuk sesekali merawat
tanaman kopi.
garapan di UB Forest saat ini kurang menghasilkan. Tanaman kopi sudah rusah
karena tidak tumbuh dengan baik akibat lahan yang terlalu tertutup oleh pohon
pinus sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Oleh karena itu, para petani
sering mengalami kerugian. Akibatnyapara petani di Dusun Sumbersari
memutuskan untuk tidak terlalu mengharapkan hasil pertanian di lahan UB Forest.
Bahkan kebanyakan dari petani di Dusun Sumbersari tidaklagi merawat tanaman
kopi tersebut. Hanya beberapa petani yang masih melakukan pemeliharan
terhadap tanaman kopi di lahan UB Forest. Seperti pernyataan informan berinisial
TN berikut:
“…saya jarang mbak ke lahan UB Forest. Soalnyakan kopi nya itu sudah
rusak akibat lahan yang tertutup. Jadi tidak menghasilkan apa-apa.
Justru beberapa petani malah sempat rugi…”
Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari informan berinisial RD berikut:
“…kalau kopi di UB Forest itu saya jarang kesana, soalnya itu kan sudah
rusak. Jarang berbuah jadi kurang menghasilkan. Ya kalaupun dirawat
kadang-kadang kita rugi. Jadi kita menunggu kebijakan UB Forest saja
baik nya seperti apa”
Hingga saat ini para anggota kelompok tani belum melakukan tindakan
lebih lanjut untuk memperbaiki tanaman yang rusak. Hal ini dikarenakan petani
tidak berani mengambil keputusan tanpa ada kebijakan dari pihak UB Forest. Para
petani menyadari bahwa sebagai masyarakat Magersaren mereka tidak memiliki
hak untuk mengambil keputusan mengenai pengelolaan hutan. Sehingga anggota
kelompok tani masih bergantung kepada keputusan pihak UB Forest dan
Pemerintah setempat. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Watson (2008) bahwa
ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan merupakan hambatan dalam mewujudkan partisipasi atau
keterlibatan masyarakat secara aktif, karena rasa ketergantungan ini masyarakat
tidak memiliki inisiatif untuk melaksanakan pembangunan atau prakarsa mereka
sendiri.Oleh karena itu, bentuk partisipasi petani untuk aspek ekonomi dalam
bentuk tenaga hingga saat ini masih jarang dilakukan akibat adanya kerusakan
pada tanaman dan belum adanya kebijakan terkait naungan yang menutupi lahan
kopi petani dari pihak UB Forest maupun Pemerintah.
71
b. Partisipasi Keterampilan
Mengenai bentuk keterampilan, tidak semua anggota kelompok memiliki
kemahiran maupun keterampilan yang sama. Bentuk partisipasi keterampilan
72
dalam aspek ekonomi hampir sama dengan bentuk partisipasi tenaga. Hingga saat
ini belum ada keterampilan khusus yang dilakukan oleh anggota kelompok tani
untuk pengelolaan lahan. Keterampilan yang dilakukan anggota kelompok tani
hanya sebatas aktivitas budidaya kopi mulai dari perawatan hingga panen.Sesuai
dengan pernyataan informan berinisial HD berikut:
“ …yaa kalau untuk cari cara memperbaiki tanaman kopi kita belum tau.
Satu satunya cara saat ini melakukan penjarangan pohon pinus, tapi itu
kan tergantung keputusan UB Forest. Kalau kita harus mencari cara lain,
kita tidak tau dan tidak punya modal juga…”
Berdasarkan hasil wawancara, para petani di Dusun Sumbersari tidak
memberikan bentuk keterampilan khusus terhadap pengelolaan lahan tanaman
kopi. Keterampilan yang diberikan hanya sebatas pengelolaan lahan yang itu pun
jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan petani merasa tanamankopi di lahan UB
Forest tidak memberikan hasil yang maksimal akibat tertutup oleh naungan lahan
yang rapat. Hal lain yang melatar belakangi terbatasnya kemampuan keterampilan
petani dalam pengelolaan lahan ialah pendapatan yang rendah. Sehingga petani
tidak mampu mengeluarkan modal yang besar untuk membuat suatu inovasi atau
gagasan untuk memperbaiki tanaman yang rusak.
c. Partisipasi Sosial
Bentuk partisipasi ini merupakan cerminan dimana setiap anggota akan
dianggap sebagai bagian dari kelompoknya. Seperti yang diuangkapkan oleh
Huraerah (2008) bahwa partisipasi sosial adalah suatu bentuk keikutsertaan
sebagai tanda keguyuban. Keguyuban yang dimaksud adalah kegiatan sebagai
tanda perkumpulan seperti arisan, rapat, pengajian, dan sebagainya. Berdasarkan
hasil wawancara, kegiatan perkumpulan dalam aspek ekonomi untuk pengelolaan
UB Forest ialah kegiatan rapat. Selama melakukan kegiatan ini para petani di
Dusun Sumbersari berkumpul dan berdiskusi mengenai harga jual kopi dengan
pihak UB Forest.
73
Seluruh anggota petani berjumlah 27 orang hadir dalam agenda rapat yang
dilakukan sehingga menunjukan persentase tingkat partisipasi sebesar 100%. Hal
ini menunjukan bahwa petani antusiasmengikuti kegiatan sosial sebagai tanda
keguyuban atau perkumpulan. Sudah menjadi budaya di Dusun Sumbersari untuk
turut hadir apabila ada undangan perkumpulan seperti sosialisasi, rapat, ataupun
tahlilan. Para anggota kelompok tani menilai bahwa hubungan tali silaturahmi
antar tetangga di Dusun Sumbersari masih sangat kuat. Sehingga apabila ada
kegiatan sosial yang dilakukan, semua anggota kelompok tani akan hadir.
Sementara hasil dari agenda rapat yang dilakukan ialah mengenai
pembagian panen antara petani dengan UB forest yakni dengan perbandingan 30 :
70 (30 untuk UB Forest dan 70 untuk petani). Hasil panen kopi ini nantinya akan
dijual kepada Pihak UB Forest dengan harga 4750/kg untuk kopi jenis robusta,
7000/kg untuk kopi jenis arabika dan jawa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, salah satu bentuk
partisipasi kelompok tani dari aspek ekonomi ialah harta benda berupa alat kerja
untuk keperluan perawatan kopi dan uang untuk membeli pupuk. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Soetrisno (2007) bahwa salah satu tolak ukur
partisipasi dari rakyat ialah dengan adanya kemauan rakyat untuk ikut
bertanggungjawab dalam pembiayaan pembangunan, baik berupa uang maupun
tenaga dalam melaksanakan proyek pembangunan pemerintah. Namun dalam
budidaya tanaman kopi di lahan UB Forest, petani banyak mengalami kerugian
dikarenakan tanaman mulai rusak sehingga petani saat ini enggan mengeluarkan
modal kembali untuk budidaya kopi kembali. Seperti yang telah diteliti oleh
Pakpahan (2011) bahwa masalah yang dihadapi oleh petani salah satu nya ialah
kekurangan modal atau akses dan permodalan yang terbatas. Selain itu, bentuk
partisipasi petani dalam aspek ekonomi ialah dengan keikutsertaan dalam agenda
rapat serta memberikan informasi terkait sebab dan akibat kerusakan tanaman
yang terjadi kepada pihak UB Forest. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Canter (1993) bahwa masyarakat dapat memberikan respon positif dalam
artian mendukung atau memberikan masukan terhadap program atau kebijakan
yang diambil oleh pemerintah, instansi atau pihak terkait. Adapun diagram yang
74
Gambar 2. Bentuk Partisipasi Kelompok Tani Dalam Pengelolaan UB Forest Aspek Ekonomi
76
membawa dan tidak menggunakan alat-alat pribadi yang dimiliki. Oleh karena itu,
partisipasi untuk aspek lingkungan dalam bentuk harta benda dari para petani
Sumbersari hingga saat ini tidak ada.Hal ini juga dikarenakan masyarakat Dusun
Sumbersari hanya berporfesi sebagai buruh tani sehingga tidak memiliki alat-alat
berat yang diperlukan untuk pembenahan jalan. Begitu pula dengan partisipasi
dalam bentuk uang.Apabila ditinjau dari segi materi untuk proses pelebaran jalan
tersebut, para petani tidak mengeluarkan dana sedikit pun.
Dana yang digunakan untuk perbaikan jalan tersebut berasal dari pihak
Pemerintah. Para masyarakat yang terlibat khususnya para petani di Sumbersari
tidak dipungut biaya sedikit pun. Hal ini dikarenakan pelebaran jalan yang
dilakukan adalah kawasan milik pemerintah dan pelebaran jalan murni rencana
dari pemerintah juga untuk pengelolaan infrastuktur dalam kawasan hutan.
Sehingga pelebaran jalan tersebut tidak memberatkan petani dalam bentuk uang.
Oleh karena itu, partisipasi petani untuk apsek lingkungan dalam bentuk uang
sampai saat ini tidak ada. Hal lain yang menjadi latar belakang tidak adanya
partisipasi petani dalam bentuk uang ialah karena minimnya pendapatan yang
dimiliki petani. Seperti yang telah diteliti oleh Pakpahan (2011) bahwa masalah
yang dihadapi oleh petani salah satu nya ialah kekurangan modal atau akses dan
permodalan yang terbatas. Para anggota kelompok tani merasa untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari pun masih kurang, sehingga petani tidak mampu apabila
mengeluarkan dana untuk pelebaran jalan yang dilakukan.
b. Partisipasi Tenaga
Partisipasi dalam bentuk tenaga untuk aspek lingkungan sangat dibutuhkan
agar proses pengerjaan dapat terselesaikan dengan baik. Sesuai dengan pernyataan
oleh Khotim (2014) bahwa partisipasi tenaga merupakan bentuk keterlibatan
secara fisik dalam aktivitas untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang
keberhasilan suatu program. Begitu pula dengan proses pengerjaan pelebaran
jalan yang dilakukan di kawasan UB Forest. Dalam proses pengerjaan seluruh
petani ikut membantu dengan memberikan tenaga nya dan bekerja dengan gotog
royong.
78
“…saat pelebaran jalan itu ya yang memberi tahu mengenai kondisi jalan
nya ya warga setempat mbak. Begitu juga para petani yang ikut
membantu..”
Hal ini diperkuat oleh pernyataan informan dari key informantberinisial
EGberikut:
d. Partisipasi Keterampilan
Kemampuan keterampilan yang dimiliki setiap orang tentunya berbeda-
beda. Namun dalam hal pengelolaan UB Forest aspek lingkungan, bentuk
partisipasi keterampilan dari kelompok tani di Dusun Sumbersari hampir sama
dengan bentuk partisipasi tenaga. Hingga saat ini belum ada keterampilan khusus
yang dilakukan oleh anggota kelompok tani untuk pengelolaan lingkungan.
Keterampilan yang dilakukan anggota kelompok tani hanya sebatas aktivitas
pembenahan jalan yakni melakukan pelebaran jalan di salah satu area jalan
kawasan UB Forest. Seperti pernyataan informan berinisial HM berikut:
80
“…kalau keterampilan ya itu tadi mbak, membenahi jalan saja. Belum ada
buat yang macem-macem disini…”
Berdasarkan hasil wawancara, bentuk keterampilan yang diberikan petani
sama hal nya dengan bentuk tenaga. Petani membantu membenahi jalan untuk
diperlebar dan dilakukan secara gotong-royong. Dengan adanya arahan dari
tenaga kerja pemerintah, alat-alat yang mendukung, serta bantuan tenaga dari
petani, akhrinya pembenahan jalan dapat terselesaikan dengan baik selama 10
hari. Hingga saat ini akses jalan menuju kawasan hutan sudah dapat dilalui
dengan lancar.
e. Partisipasi Sosial
Bentuk Partisipasi sosial yang menggambarkan keguyuban atau
perkumpulan seperti rapat, arisan, ataupun tahlilan yang diberikan kelompok tani
dalam pengelolaan lingkungan hingga saat ini belum ada. Perkumpulan yang
dilakukan petani hanya sebatas gotong royong saat melakukan pelebaran jalan.
Sebelum melakukan gotong royong pelebaran jalan pun petani tidak pernah
mengadakan atau mengikuti rapat mengenai hal terkait. Keputusan mengenai
pelebaran jalan sudah diambil oleh pihak pemerintah setempat. Hal ini
dikarenakan kawasan yang dibenahi adalah kawasan milik Negara sehingga
keputusan ada di tangan pemerintah. Seperti penyataan informan berinisial RD
berikut:
“…kita juga tiba tiba ada informasi kalau jalan yang disana mau
diperlebar mbak.. tidak tahu kapan keputusan nya, tiba-tiba ada informasi
begitu dari pemerintah…”
Berdasarkan hasil wawancara, tidak ada rapat ataupun sosialisasi
mengenai kegaiatan pelebaran jalan yang dilakukan. Petani mendapat informasi
dari ketua kelompok tani bahwa akan ada kegiatan pelebaran jalan dan para petani
di Dusun Sumbersari diharapkan untuk ikut membantu. Oleh karena itu, para
kelompok tani di Dusun Sumbersari pun ikut serta membantu proses pelebaran
jalan hingga selesai selama 10 hari.
pelebaran jalan sehingga para petani hanya memeberikan partisipasi dalam bentuk
tenaga. Semua petani dengan jumlah 27 orang dari Dusun Sumbersari ikut
membantu kegiatan pelebaran jalan yang dilakukan. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Sumodiningrat (2009) bahwa partisipasi masyarakat atau
partisipasi rakyat yang harus terdapat dalam proses pembangunan berkelanjutan
adalah denganmengikutsertakan semua anggota masyarakat dalam setiap tahap
pembangunan. Selain itu partisipasi yang diberikan petani juga berupa tanggapan
dan saran yang diutarakan saat proses pengerjaan pelebaran jalan.Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Canter (1993) bahwa masyarakat dapat
memberikan respon positif dalam artian mendukung atau memberikan masukan
terhadap program atau kebijakan yang diambil oleh pemerintah, instansi atau
pihak terkait.Adapun diagram yang menggambarkan bentuk partisipasi petani
dalam pengelolaan UB Forest Aspek Sosial dapat dilihat pada gambar berikut :
82
Gambar 4. Bentuk Partisipasi Kelompok Tani dalam Pengelolaan UB Forest Aspek Lingkungan
83
Salah satu bentuk partisipasi aspek sosial yang diberikan petani untuk
pengelolaan UB Forest ialah berupa tenaga untuk ikut serta dalam berlangsungnya
kegiatan sosialisasi danrapat yang diadakan. Selain itu bentuk partisipasi yang
diberikan ialah tanggapan serta saran dalam forum rapat dan sosialisasi. Dari
bentuk bentuk partisipasi yang diberikan petani dalam pengelolaan UB Forest
aspek sosial tersebut, terdapat beberapa dampak yang diberikan. Dampak yang
timbul cenderung positif dan bermanfaat bagi petani maupun pengelolaan UB
Forest yakniperubahan perilaku mengenai pemahaman petani mengenai UB
Forest. Pemahaman ini terkait tentang kepengurusan, tata kelola, dan kebijakan
pengelolaan yang ditetapkan saat ini. Sehingga petani berusaha untuk
menyesuaikan kehidupan sehari-hari dengan kebijakan yang telah ditetapkan UB
Forest. Dengan adanya pemahaman dari petani terkait UB Forest, maka dapat
membantu pihak UB Forest untuk mendukung dan bergotong royong mencapai
visi-dan misi terakit yang juga bermanfaat bagi masyarakat setempat.
“…disini kalau hubungan bertetangga itu masih erat mbak. Jadi kalau
ada kumpul-kumpul semacam itu, pasti semua hadir. Ya biar menjaga
sillaturahmi juga…”
84
Oleh karena itu, dengan adanya rapat dan sosialisasi yang diadakan
menimbulkan dampak positif juga bagi petani. Para angggota kelompok tani dapat
terus menjaga tali silaturahmi dengan baik. Agar hubungan satu sama lain yang
saling bertetangga maupun tidak tetap harmonis.
b. Aspek Ekonomi
Mata pencaharian utama para warga di dusun sumbersari ialah menjadi
petani. Sebagai masyarakat yang berada disekitar UB Forest maka para petani pun
mendapatkan manfaat dan keuntungan untuk mengelola lahan sekitar UB Forest
untuk ditanami komoditas pertanian. Seluruh petani yang mendapatkan lahan
garapan di UB forest menanam kopi sebagai mata pencaharian mereka.
Kopi yang ditanam para petani pun bermacam-macam jenis diantaranya
arabika, robusta, dan jawa. Tapi hampir keseluruhan petani menanam kopi jenis
Arabika. Hasil Panen yang didapatkan nantinya akan dijual kembali kepada pihak
UB Forest dengan harga 4750/kg untuk kopi jenis robusta, 7000/kg untuk kopi
jenis arabika dan jawa. Hasil yang didapat pun tidak sepenuhnya kembali kepada
petani, namun ada pembagian kepada pihak UB forest yakni sebesar 30 :70 ( 30
untuk pihak UB Forest dan 70 untuk petani).
Namun saat ini, kopi yang ada di lahan garapan UB Forest dinilai sudah
rusak oleh para petani setempat. Hal ini disebebkan oleh naungan yaitu pohon
pinus yang ada di Hutan terlalu tertutup sehingga menyebabkan pohon kopi tidak
tumbuh dengan baik. Tidak jarang para petani mengalami kerugian akibat hasil
panen yang tidak maksimal. Sehingga untuk saat ini, para petani tidak berharap
85
terlalu banyak dengan lahan garapan di UB Forest akibat kerusakan yang terjadi.
Para informan yang diwawancarai, sudah jarang memelihara kopi yang ada di UB
Forest.Petani hanya sesekali megunjungi lahan untuk pemeliharaan seperti
menggunting ranting yang riusak, mencabuti gulma, dan pemupukan. Sehingga
hal ini menyebabkan penurunan produksi dan berkurang nya pendapatan oleh
petani dan UB Forest.
Bentuk partisipasi yang dilakukan petani dalam pengelolaan tanaman kopi
di lahan UB Forest hanya sebatas pemeliharaan biasa dan masih jarang dilakukan
karena adanya kerusakan yang terjadi. Hal ini menyebabkan belum terwujudnya
nilai ekonomi yang maksimal dari Hutan Universitas Brawijaya. Sehingga pihak
UB Forest pun belum dapat menerima hasil yang maksimal dari lahan garapan
yang ditanami komoditas kopi.
Namun bukan hanya pihak UB Forest, petani juga merasakan dampak
yang ditimbulkan. Enam petani sudah melakukan perawatan yang intensif untuk
tanaman kopi di lahan masing-masing, namun karena adanya lahan yang tertutup
maka pohon kopi belum berbuah dengan maksimal. Sehingga hal ini
menimbulkan kerugian bagi para petani. Seperti yang diungkapkan oleh Carley
dan Bustelo (dalam Laing 2016) bahwa dampak ekonomi dapat berupa perubahan
pendapatan, baik itu peningkatan maupun penurunan. Beberapa anggota
kelompok tani di Dusun Sumbersari justru mengalami kerugian dan penuruan
pendapatan akibat buah kopi yang rusak. Oleh karena itu, para petani yang lain
enggan untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap tanaman kopi
yang ada di lahan UB Forest. Para petani takut mengalami kerugian. Hal ini pun
menyebabkan petani tidak mendapatkan hasil apa-apa dari lahan garapan di UB
Forest.
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum dampak adanya bentuk
partisipasi petani terhadap pengelolaan UB Forest aspek ekonomi cenderung
negatif. Adanya kerusakan membuat para petani menjadi enggan untuk
memberikan perawatan rutin terhadap tanaman kopi yang ada. Dengan begitu
dapat dikatakan bahwa bentuk partisipasi petani dalam budidaya kopi hanya
sebatas pemeliharan tanaman dan masih jarang dilakukan. Sehingga tanaman kopi
belum menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Justru beberapa petani mengalami
86
kerugian akibat tanaman yang rusak saat panen. Sebagaimana ungkapan Siegel
dan Marconi (1989), jika partisipasi tidak diterapkan secara benar, partisipasi
dapat merusak motivasi dan menurunkan kemampuan untuk mencapai sasaran
yang diinginkan. Alasan lain mengapa partisipasi mungkin tidak berhasil adalah
tidak ada usaha serius yang dibuat untuk menjamin partisipasi dan kerjasama dari
para manajer tingkat bawah dan karyawan (Darlis, 2002). Agar partisipasi
menjadi efektif, partisipasi harus memiliki input riil terhadap keputusan. Hingga
saat ini belum ada kebijakan mengenai tindakan yang harus diambil terhadap
lahan kopi yang sangat tertutup. Sehingga belum ada tindak lanjut untuk
perbaikan budidaya kopi.
c.Aspek Lingkungan
Pengelolaan UB Forest untuk aspek lingkungan hingga saat ini ialah
membenahi jalan di kawasan sekitar hutan dengan memperlebar jalan tersebut.
Proses pengerjaan tersebut melibatkan warga setempat untuk ikut membantu dan
bergotong royong mengerjakan pelebaran jalan. Begitu pula dengan para petani di
Dusun Sumbersari. Mereka juga ikut memberikan bentuk partisipasi untuk
lingkungan sekitar UB Fores. Bentuk partisipasi yang diberikan petani yakni
dalam berupa tenaga untuk ikut serta membantu membenahi jalan. Dari 27
anggota kelompok tani di Dusun Sumbersari, seluruhnya ikut memberikan
partisipasi dalam bentuk tenaga untuk membenahi jalan.
Selain itu partisisipasi diberikan petani ialah dalam bentuk saran untuk
mengetahui kondisijalan yang ingin diperlebar. Apabila pihak UB Forest dan
tenaga kerja tidak mengetahui kondisi jalan di kawasan hutan, maka para petani
akan memberikan arahan dan saran mengenai kondisi di wilayah setempat.
Dengan adanya bantuan ataupun partisipasi dari anggota kelompok tani yang ada,
maka akan membantu dan memudahkan proses pengerjaan untuk membenahi
jalan tersebut.
Akibat bentuk partisipasi yang diberikan petani, maka timbul dampak
yang berpengaruh terhadap pengelolaan UB Forest maupun dampak yang
berpengaruh terhadap petani. Adapaun dampak positif yang ditimbulkan ialah
membantu dan memudahkan proses pengerjaan untuk membenahi jalan. Dengan
adanya bentuk partisipasi dari kelompok tani Dusun Sumbersari, pelebaran jalan
87
yang dilakukan dapat terselesaikan dalam waktu 10 hari. Saat ini akses jalan
menuju kawasan hutan pun menjadi lebih lancar. Hal ini akan memudahkan siapa
pun khususnya pihak UB Forest dan warga setempat untuk melintasi jalan menuju
hutan menjadi lebih mudah.
Sementara apabila dilihat dari dampak negatif akibat partisipasi petani
sampai saat ini tidak ada. Namun yang ada ialah dampak negatif akibat pelebaran
jalan yang dilakukan. Dampak tersebut adalah luasan lahan garapan beberapa
warga menjadi berkurang akibat terpotong oleh jalan yang diperlebar. Hal ini
dinilai sangat mengecewakan warga karena luasan lahan menjadi berkurang.
Seperti pernyataankey informantberinisial GT berikut:
“…akibat pelebaran jalan itu jadi ada beberapa lahan garapan warga
yang terpotong. Luas lahan nya jadi berkurang karena ada jalan itu.
Sebenarnya hal itu sangat disayangkan oleh warga sini…”
Seperti yang diungkapkan oleh Yunus (2008) bahwa beberapa akibat
adanya transformasi parsial terhadap lingkungan ialah hilangnya lahan pertanian,
serta penurunan produksi dan produktivitas lahan pertanian. Menurut anggota
kelompok tani dengan berkurangnya luas lahan garapan milik warga maka
pendapatan warga pun akan berkurang. Hal ini dikarenakan beberapa lahan yang
terpotong adalah lahan yang digunakan warga untuk bercocok tanam. Menurut
informan, hingga saat ini belum ada kebijakan khusus terkait hal tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum dampak partisipasi petani
terhadap pengelolaan UB Forest aspek lingkungan ialah proses pengerjaan
pelebaran jalan menjadi semakin mudah dan lancar karena dikerjakan secara
bergotong-royong sehingga jalan akses menuju hutan menjadi lancar. Hal I ni
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Darwis (2002) bahwa partisipasi juga
meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok dalam penetapan tujuan. Hal
lain yang ditimbulkan akibat adanya pelebaran jalan ialah luas lahan beberapa
petani menjadi berkurang akibat terpotong oleh jalan yang diperlebar.