Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANCAMAN, TANTANGAN DAN PELUANG


DALAM PENGELOLAANKAWASAN KONSERVASI

Disusun oleh

Kelompok 4

Undarisastra Dwi Putri L13118029


Madina Thariq Arifin L13118065
Asnur L13118130
Rifandi Tadende L13118182
Erni L13118441
Sri Wahyuningsih L13118454
Yudhistira L13118052
Indayani L13118122
Rizki Firmansyah L13118069
Indriani R A Kasad L13118057
Safina A. Karim L13118051
Herlina Tangkuna L13118023
Nidya Apriana L13117175
Sri Fajri Sundari L13117299

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ancaman, Tantangan dan Peluang” guna memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Kawasan
Konservasi dan Ekowisata ini.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Palu, 8 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR…………...………………….…………………………………………...ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….………iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kawasan Konservasi.........................................................................................................6
2.2 Ancaman Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi........................................................6
2.3 Tantangan Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi........................................................7
2.4 Peluang Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi.........................................................11

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................14
3.2 Saran...................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDADULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sangatlah kaya akan berbagai sumber daya alam, termasuk keanekaragaman hayati
yang terkandung di dalamnya. Dalam rangka melestarikan dan mengupayakan pemanfaatan
sumber daya alam tersebut dilakukan secara berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam
ditujukan pada dua hal yaitu pertama, pemanfaatan atau eksploitasi sumber daya alam dan kedua,
perlindungan atau konservasi.

Berbagai kebijakan dibuat oleh pemerintah antara lain dengan menetapkan kawasan-kawasan
tertentu yang dapat dijadikan sebagai kawasan yang dapat dieksplotasi, dan kawasan-kawasan
yang harus dilindungi. Namun bukan berarti kawasan-kawasan tertentu yang telah ditetapkan
sebagai kawasan yang dapat dieksploitasi, baik eksploitasi sumber daya alam hutan, tambang,
minyak dan gas, ataupun sumber daya laut, dapat dieksploitasi dengan semena-mena dan
melupakan perhatian aspek daya dukung lingkungan, kerusakan lahan, maupun upaya-upaya
rehabilitasi.

Dalam rangka perlindungan, berbagai kawasan kemudian ditetapkan sebagai kawasan lindung
ataupun kawasan konservasi. Seiring dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan
industrialisasi maka tekanan terhadap sumber daya alam menjadi semakin besar, karena tingkat
kebutuhan dan kepentingan terhadap sumber daya alam juga semakin tinggi. sementara suksesi
sumber daya alam yang dapat diperbaharui dari bekas eksploitasi Lahan, membutuhkan waktu
lama untuk dapat diperbaharui kembali.

Maka dari itu Pengkajian Terhadap Ancaman- Ancaman dan tatangan dalam pengelolaan
kawavasisan konser perlu diketahui agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah, begitu Pula
dengan Peluang-Peluang yang ada dalam pengelolaan kawasan konservasi perlu diketahui agar
dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejateraan masyarakat.

4
1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah Yang di Bahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa Pengertian dari Kawasan Konservasi!


2. Apa saja Ancaman-Ancaman Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi?
3. Apa Saja Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan konservasi?
4. Peluang-Peluang yang ada dalam pegelolaan kawasan Konservasi

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan Penulisan Makalah Ini adalah :

Agar Mahasiswa Dapat memahami Apa itu Kawasan Konservasi dan Pengeolaannya, serta
dapat melihat Ancaman, Tantangan dan Peluang yang terdapat dalam pengelolaan kawasan
konservasi, sehingga dapat melakukan ppengelolaan kawasan konsrvasi yang baik dan tepat

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kawasan Konservasi

Kawasan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Kawasan
Konservasi atau kawasan yang dilindungi ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan berbagai
macam kriteria sesuai dengan kepentingannya.

Tiap negara mempunyai kategori sendiri untuk penetapan kawasan yang dilindungi, dimana
masing-masing negara memiliki tujuan dan perlakuan yang mungkin berbeda-beda. Iistilah
hutan konservasi merujuk pada suatu kawasan hutan yang diproteksi atau dilindungi. Proteksi
atau perlindungan tersebut bertujuan untuk melestarikan hutan dan kehidupan yang ada di
dalamnya agar bisa menjalankan fungsinya secara maksimal.

2.2 Ancaman Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi

Indonesia sangatlah kaya akan berbagai sumber daya alam, termasuk keanekaragaman
hayati yang terkandung di dalamnya. Sementara itu dalam rangka perlindungan, berbagai
kawasan kemudian ditetapkan sebagai kawasan lindung ataupun kawasan konservasi untuk
mengelola keanekaragaman hat tersebut.

Seiring dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi maka


tekanan terhadap sumber daya alam menjadi semakin besar, karena tingkat kebutuhan dan
kepentingan terhadap sumber daya alam juga semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
kenyataan betapa pembukaan hutan, kegiatan pertambangan dan eksploitasi sumber daya alam
lainnya dari tahun ke tahun bukannya menurun, akan tetapi semakin besar.

Ancaman dalam pengelolaan kawasan konservasi tidak hanya muncul terhadap kawasan-
kawasan yang dianggap sebagai kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan eksploitasi saja,
akan tetapi juga tertuju kepada kawasan-kawasan yang ditetapkan dan ditunjuk sebagai kawasan
lindung ataupun kawasan konservasi.

6
Ancaman tersebut, disamping disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, juga disebabkan
oleh perusakan langsung, konversi lahan, penangkapan secara berlebihan spesies tertentu
ataupun pengenalan spesies eksotik. Untuk kawasan konservasi di Indonesia, ancaman yang juga
besar adalah kebakaran hutan yang terjadi setiap tahunnya. Pada tahun 1997-1998 misalnya
kebakaran hutan telah menyebabkan 627.280 hektar lahan terbakar musnah oleh api. Pada tahun
1983, kebakaran tersebut bahkan pernah mencapai 3,6 juta hektar hutan yang 496.000 hektar
diantaranya adalah kawasan lindung atau kawasan konservasi.

Ancamaman - Ancaman yang muncul tidak terlepas dari peran pemerintah selama ini
dalam mengelola kawasan konservasi. Hal ini disebabkan karena berbagai kebijakan dan
peraturan perundang-undangan yang ada justru memberi legitimasi eksploitasi sumber daya alam
secara besar-besaran, sementara upaya perlindungan dan konservasi bukanlah merupakan
prioritas yang setara.

2.3 Tantangan Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi

Dalam Pengelolaannya Kawasan Konservasi yang ditujukan untuk mengusahakan


kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia, mengalami banyak
hambatan dan Tantangan yang datang dari berbagai sektor. Berikut Adalah beberapa Tantangan
dalam pengelolaan kawasan Konsrvasi.

1. Persoalan-persoalan Pengelolaan

Pengelola kawasan-kawasan konservasi menghadapi berbagai persoalan yang kompleks dan


beragam. Persoalan dapat dikelompokkan ke dalam persoalan internal dan eksternal.

A. Persoalan Internal.

a. Sistem Perencanaan

 RencanaPengelolaan(RP)

7
Pengelolaan suatu kawasan konservasi didasarkan pada suatu RP yang berjangka 20-25
tahun, yang diterjemahkan ke dalam Rencana Karya Lima tahun (RKL), dan Rencana Karya
Tahunan (RKT). Persoalan yang pada umumnya muncul adalah sebagian besar kawasan
konservasi belum memiliki rencana pengelolaan tersebut.

Kelemahan dari RP secara eksternal adalah kurangnya proses konsultasi publik, sehingga
banyak pihak tidak memahami apa saja yang akan dikerjakan oleh Balai. Kelemahan kedua
adalah bahwa RKL yang lebih bersifat strategis jangka lima tahun didasarkan pada data dan
informasi yang masih lemah. Isu-isu strategis yang harus dikerjakan belum dapat
diidentifikasi. Kawasan belum ditetapkan zonasinya, batas kawasan masih belum mantap
(batas belum temu gelang, batas digugat pihak lain, pal batas hilang/dipindahkan/dirusak,
dan atau tidak diakui masyarakat). RKL tidak dijadikan dasar RKT dan sebagai dasar dalam
pengusulan anggaran. Kelemahan terdapat di daerah dan di pusat, karena pusat (Bagian
Program Anggaran) tidak (sempat) menganalisis usulan kegiatan UPT berdasarkan pada
dokumen RP, RKL, dan RKT yang sudah ada.

 Tata Batas dan Pemangkuan Kawasan

Tata kelola hutan dan lahan mengacu pada proses, mekanisme, aturan dan lembaga untuk
memutuskan bagaimana lahan dan hutan yang dikelola.Pemangku kepentingan yang terlibat
dalam proses ini adalah pemerintah, masyarakat lokal, adat (adat) kelompok, organisasi non-
pemerintah, dan sektor swasta.

Sistem tata kelola hutan dan lahan di Indonesia saat ini mengalokasikan berbagai tanggung
jawab kabupaten, provinsi dan pemerintah nasional untuk aspek perencanaan tata ruang,
konsesi lahan (misalnya untuk kegiatan penebangan dan pertambangan, dan kelapa sawit
dan hutan tanaman), perlindungan lingkungan, dan anggaran untuk pengelolaan
lingkunganKelemahan tata kelola hutan dalam banyak kasus adalah penegakan hukum yang
lemah, termasuk terjadinya tumpang tindih atau ketidakjelasan aturan yang ada, kemampuan
teknis dan peta yang akurat, kepemilikan lahan yang tidak jelas, kurangnya transparansi dan
partisipasi publik.

8
 Perencanaan Tata Ruang

Perencanaan tata ruang melibatkan mengalokasikan lahan Indonesia menjadi wilayah


yang ditetapkan untuk perlindungan dan untuk pembangunan. Sebagai contoh keputusan
lahan mana yang akan digunakan untuk perkebunan sawit atau lahan mana yang akan
menjadi hutan tanaman harus didasarkan pada alokasi tersebut. Pendekatan ini merupakan
dasar tata kelola lahan dan hutan untuk memastikan kegiatan penggunaan lahan sesuai dan
terdapat integrasi antara kegiatan pemanfaatan lahan yang berbeda

 Perizinan dan Sistem Perizinan

Sistem perizinan dilakukan guna memastikan bahwa kegiatan yang berlangsung di hutan
sesuai dengan lahan yang ditunjuk melalui rencana tata ruang, dan mematuhi undang-
undang lingkungan, peraturan dan kewajiban. Lisensi dan izin mengatur operasi untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat lokal, dan menghasilkan
pendapatan untuk kegiatan pemerintahSeringkali dua atau lebih lisensi konsesi tumpang
tindih dilokasi lahan yang sama karena peta yang tidak akurat.

Kurangnya koordinasi antar departemen pemerintah dan berbagai tingkat pemerintahan serta
kurangnya transparansi dalam proses perizinan penggunaan lahan menyebabkan pengelolaan
hutan dan lahan menjad tidak maksimal. Sebagai contoh izin konversi lahan sering
dialokasikan tidak tepat, seperti perkebunan kelapa sawit yang diizinkan untuk beroperasi
pada lahan hutan dengan nilai konservasi tinggi.

 Pengelolaan Anggaran

Pengelolaan keuangan yang transparan adalah syarat untuk pengelolaan hutan yang baik,
termasuk praktik penyaluran alokasi anggaran yang tepat dan pelaksanaan dan pengumpulan
dana.Lemahnya keterbukaan, transparansi dan praktik penganggaran yang buruk membuka
celah terhadap korupsi dalam perizinan dan perencanaan tata ruang yang menyebabkan
proses amat dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi dan politik pemegang kekuasaan dari
tingkat tinggi hingga tingkat lokal.  Tingginya mafia perizinan lahan untuk tujuan mencar

9
keuntungan akan menyebabkan kerugian dan dampak bagi upaya konservasi dan
perlindungan masyarakat setempat

b. Leadership dan Manajemen

Pola ini mensyaratkan kemampuan “leadership” dan kemampuan manajerial keproyekan


yang mencukupi. Dukungan kebijakan dari Pusat untuk merealisasikan konsep inipun harus
dilakukan secara konsisten dan komprehensif. Leader akan mengarahkan ke mana organisasi
akan di bawa untuk mencapai tujuan yang mana.

Dasar pemikiran dari kebijakan baru ini sangat sederhana. Terjadinya illegal logging,
perambahan kawasan, perburuan satwa, dan kebakaran hutan dan lahan, disebabkan karena
”absennya kehadiran staf di lapangan”. Jadi illegal logging, perambahan kawasan, perburuan
satwa, dan kebakaran lahan dan hutan hanya merupakan ”sympton” atau gejala. Penyakit
atau core problemnya adalah ”kawasan tidak dijaga”, atau tidak dikelola di tingkat lapangan.
Strategi penjagaan kawasan tentunya tidak akan pernah berhasil bila dilakukan secara
sepihak, karena jelas bahwa SDM, dana, dan sarana/prasarana tidak akan pernah mencukupi
sampai kapanpun. Oleh karena itu, strategi baru yang dikembangkan adalah ”kolaborasi”
multipihak. Arahan kebijakan ini telah dituangkan dalam Permenhut P.19/2004 tentang
”Kolaborasi Pengelolaan KPA/KSA. Diperlukan waktu 24 tahun (apabila dihitung dari
deklarasi 5 taman nasional pertama pada tahun 1980), untuk mendorong pola-pola baru
dalam pengelolaan kawasan konservasi, yang lebih inklusif dengan melibatkan para pihak.

B. Persoalan Eksternal

Dalam rentang waktu 38 tahun pembangunan nasional Indonesia, telah merubah wajah
ruang dan lahan, di hampir seluruh pulau kecuali Papua. Perubahan tutupan lahan di
Sumatera yang didominasi oleh sawit, HTI, dan kawasan terbuka open access, akan
berdampak langsung pada pola-pola tekanan ke dalam kawasan konservasi. Kawasan
konservasi menjadi lebih terbuka, mudah dijangkau, terpotong-potong (fragmented) karena
kepentingan pembangunan ruas jalan HPH, jalan tambang, jalan HTI, jalan transmigrasi,
perluasan kabupaten/kota,dan seterusnya.

a. Perebutan Ruang dan Aset Ekonomi

10
Kabupaten dan atau provinsi baru akan mendorong investasi yang cepat saji. Pada
umumnya, investasi perkebunan terutama sawit menjadi pilihan pertama, diikuti dengan
pertambangan baik yang terbuka dan tertutup. Muncullah tumpang tindih perijinan antara
kebun dengan HPH/HTI, tambang dengan HPH.HTI, dan seterusnya. Dalam kondisi
kompetisi ini, peran kawasan konservasi terus dipertanyakan. Perebutan atau lebih tepatnya
penyerobotan ruang atau kawasan konservasi untuk perambahan dengan motif ekonomi
telah lama terjadi .

b. Posisi Masyarakat Adat

Masyarakat khususnya masyarakat setempat, seharusnya diposisikan sebagai subyek dan


bagian dari solusi pengelolaan kawasan konservasi. Pola pengelolaan berbasis resort, akan
mendorong staf Balai untuk bekerja di tingkat lapangan dan bekerja dengan masyarakat.
Masyarakat setempat ikut terlibat dalam menjaga dan pengelolaan kawasan konservasi.
Permenhut P.19/2004 adalah payung untuk memulai melakukan berbagai inisiatif kemitraan.

c. Sinergitas Kemitraan

Dalam pengembangan kemitraan adalah bagaimana membangun Visi Bersama sebagai


dasar bagi program-program yang sinergis. Perbedaan titik padang terhadap isu-isu strategis
akan berdampak pada perbedaan prioritas program. Hal ini dapat menjadi salah satu kendala
tercapainya tujuan konservasi.

2.4 Peluang Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi

Upaya mengkonservasi suatu kawasan bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya


kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih
mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

Dari luasan kawasan hutan yang ada saat ini, sebagian berstatus hutan konservasi dengan luas
27.429.555,993 Yang terbagi kedalam 556 unit kawasan konservasi (KSA dan KPA), dimana seluas
5,32 juta hektar merupakan kawasan konservasi perairan atau sekitar 21%. Kawasan konservasi ini
berada pada kawasan hutan yang mewakili seluruh tipe ekosistem yang ada di wilayah Nusantara,
mulai dari ekosistem hutan hujan pegunungan tinggi, hutan hujan pegunungan rendah, hutan hujan

11
dataran rendah, hutan kerangas, hutan rawa, hutan gambut, karst, savana, hutan bakau, hutan pantai,
gumuk pasir, padang lamun, ekosistem terumbu karang, ekosistem danau air tawar. Dan sebanyak
6.381 desa berada di sekitar kawasan konservasi 4 (Ditjen KSDAE, 2018). Dengan itu pengelolaan
kawasan konservasi yang baik akan menghasilkan peluang yang bermanfaat bagi kesejateraan
masyarakat. Beberapa Peluang – Peluang tersebut meliputi :

A. Peluang Ekonomi

Potensi ekonomi kawasan konservasi dapat memberikan efek langsung terhadap peningkatan
kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia, utamanya masyarakat sekitar. Saat ini Kementerian
LHK mengepankan pendekatan pembangunan yang berkelanjutan dan mendukung kesejahteraan
masyarakat di kawasan konservasi melalui pemanfaatan jasa lingkungan seperti, obyek dan daya
tarik wisata alam (ODTWA), air, geothermal, dan karbon.Pemanfaatan potensi ekonomi kawasan
konservasi juga memberikan efek langsung terhadap peningkatan kesejahteraan dan mutu
kehidupan manusia.

B. Pelestarian spesies flora dan fauna

Konservasi adalah pengelolaan biosfer secara aktif yang bertujuan untuk menjaga
kelangsungan keanekaragaman flora dan fauna dan pemeliharaan keragaman genetik di dalam
suatu spesies, termasuk juga pemeliharaan fungsi biosfer seperti ekosistem. Dalam
pengelolaannya kawasan hutan konservasi dibagi ke dalam 2 kategori yakni: Kawasan Suaka Alam,
dan Kawasan Pelestarian Alam. Sementara perlindungan jenis satwa dan tumbuhan liar dibagi ke da-
lam kategori jenis yang dilindungi dan jenis yang tidak dilindungi .

C. Pemberdayaan dan Pningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Pada pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seperti pada pengelolaan taman na-
sional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dilaksanakan oleh Pemerintah. Untuk kegiatan
kepariwisataan dan rekreasi, pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan atas zona peman-
faatan taman nasional, atau atas blok pemanfaatan di taman hutan raya dan taman wisata alam
dengan mengikut sertakan rakyat.
. Peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya diarahkan
dan digerakkan oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna.

12
Dengan menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya di kalangan rakyat melalui pendidikan dan penyuluhan. Yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan yakni sebagai berikut.


1. Kawasan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi
pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
2. Terdapat beberapa tantangan dalam pengelolaan kawasan konservasi, diantaranya adalah
persoalan-persoalan pengelolaan yang mencakup persoalan internal dan eksternal.
3. Yang termasuk dalam persoalan internal diantaranya adalah leadership dan manajemen,
serta sistem perencanaan yang meliputi rencana pengelolaan, tata batas dan pemangkuan
kawasan, perencanaan tata ruang, perizinan dan sistem perizinan, pengelolaan anggaran.
4. Yang termasuk dalam persoalan internal diantaranya adalah perebutan ruang dan aset
ekonomi, posisi masyarakat adat, dan sinergitas kemitraan

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat ditujukan kepada :


Pemerintah agar kiranya,lebih meningkatkan upaya perlindungan dan konservasi, serta
menjadikannya sebagai prioritas untuk dapat dibuatkan kebijakannya berupa perundang-undang dan
lain sebagainya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Lingkungan Hidup Kota Binjai. 2017. “Pengertian Tujuan Manfaat dan Jenis Macam
konservasi. Diakses melalui :
https://dlhkotabinjai.wordpress.com/2017/06/29/pengertiantujuanmanfaat-dan-jenis-
macam-konservasi/. Pada : 3.8.2021
Indonesian Center for Environmental Law (ICEL). 2003. “Kajian Hukum dan Kebijakan
Pengelolaan Kawasan Konservasidi IndonesiaMenuju Pengembangan Desentralisasi dan
Peningkatan Peran serta Masyarakat”. NATURAL RESOURCESMANAGEMENT
PROGRAM.

Konservasi Wiratno. “Tantangan Pengelolaan Taman Nasional di Indonesia”. Diakses melalui :


https://konservasiwiratno.wordpress.com/tantangan-pengelolaan-taman-nasional-di-
indonesia/. Pada : 3.8 2021
Mongabay. 2012. “Bagaimana Tata Kelola Hutan Harusnya Dilakukan” diakses melalui :
https://www.mongabay.co.id/bagaimana-tata-kelola-hutan-harusnya-dilakukan/. pada :
8.3.2021

ReleaseInsider. 2016. “Potensi Ekonomi Kawasan Konservasi, Mesin Ekonomi Masa Depan”.
Diakses melalui: http://www.releaseinsider.com/potensi-ekonomi-kawasan-konservasi/ .
pada: 3.8.2021

15

Anda mungkin juga menyukai