Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TENTANG DEFORESTASI HUTAN DAN ILLEGAL LOGGING DI KEEROM


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki sumber daya
hutan terbesar. Akan tetapi, kekayaan hutan di Indonesia setiap tahunnya mengalami
penurunan. Penurunan tersebut disebabkan oleh laju deforestasi dan penebangan liar yang
masih begitu tinggi.

Deforestasi adalah kegiatan penebangan hutan atau tegakan pohon (stand of trees)


sehingga lahannya dapat dialihgunakan untuk penggunaan nir-hutan (non-forest use),
yakni pertanian, peternakan atau kawasan perkotaan. Sedangkan Illegal Logging adalah
kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang merupakan bentuk
ancaman faktual disekitar perbatasan yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas
setempat. Walaupun memiliki tujuan berbeda namun kedua hal ini sama-sama merusak
ekosistem yang sudah ada dan dapat mengganggu kehidupan mahkluk hidup di dalamnya
serta mengganggu kesehatan serta keselamatan manusia.

Papua salah satu bentuk dimana terjadinya deforestasi dan penebangan liar.
Dalam dua dekade terakhir hutan Papua menyusut 663.443 hektare. Sebanyak 29%
terjadi pada 2001-2010 dan 71% pada 2011-2019. Dengan luas kehilangan hutan tertinggi
pada 2015 seluas 89.881 hektare, rata-rata deforestasi Papua 34.918 hektare per tahun.
Serta maraknya penebangan liar yang sangat terorganisir dengan memanipulasi ijin palsu
agar bisa melakukan penebangan.

Kabupaten Keerom salah satu daerah yang juga menaikan tingkat deforestasi dan
penebangan liar di Papua meningkat. Terlihat dari SK Pelepasan Kawasan Hutan (PKH)
di Tanah Papua seluas 1.569.702 hektare, yang diterbitkan oleh Menteri Kehutanan
dalam periode 1992-2019. Tujuan utamanya untuk membuka perkebunan kelapa sawit
dengan luas 1.308.607 hektare, termasuk di Kabupaten Keerom. Beberapa waktu terakhir
ini juga daerah resapan air di sepanjang tiga sungai besar di wilayah Keerom yaitu Sungai
Skamto di barat, Sungai Tami di tengah, dan Sungai Bewani di timur, mengalami
kehilangan hutan resapan atau illegal logging yang tidak bertanggung jawab sehingga
waktu musim penghujan tiba banyak kayu-kayu bekas penebangan liar yang menghambat
aliran air dan hilangnya daerah resapan yang menyebabkan banjir di sekitaran arso 2
hingga arso 7.

Untuk itu solusi apa yang harus dilakukan pemerintah? Solusi untuk menurunkan
risiko banjir adalah menghentikan atau menertibkan pembalakan liar, permukiman baru,
pembukaan areal perkebunan dan areal pertanian semusim monokultur. Izin-izin untuk
pembukaan lahan sawit juga harus ditertibkan. Pemerintah harus melakukan penertiban
dengan seksama agar kerugian dan kehancuran bagi ekosistem dan terhadap manusia
terlebih orang asli papua dapat dihentikan.

1.2 FOKUS PENULISAN

Fokus yang diamati dalam penulisan makalah ini melalui studi literasi adalah :

 Perubahan lingkungan akibat Deforestasi hutan dan Illegal logging/penebangan


liar di Keerom.
 Faktor penyebab adanya Deforestasi hutan dan Illegal Logging di Keerom. Yaitu
dari dalam maupun dari luar.
 Langkah pencegahan dan pemulihan deforestasi hutan di Keerom.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Dari fokus tersebut dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

 Apa saja perubahan lingkungan akibat deforestasi hutan dan penebangan liar di
Keerom?
 Bagaimana dampak negatif dan positif bagi kehidupan sosial, ekonomi dan
budaya bagi masyarakat Keerom?
 Apa saja langkah pencegahan dan pemulihan bagi daerah deforestasi dan
penebangan liar di Keerom?

1.4 RUMUSAN TUJUAN

Rumusan tujuan penulisan adalah sebagai berikut :


 Dapat mengetahui perubahan yang terjadi akibat deforestasi hutan dan
penebangan liar.
 Masyarakat dapat dengan paham dampak dari deforestasi hutan dan penebangan
liar bagi kehidupan mereka dan bagi dunia.
 Masyarakat dapat mengerti bahwa deforestasi hutan dan penebangan liar adalah
kecurangan suatu pihak tertentu yang ingin mengambil dan merusak lingkungan
agar masyarakat tidak terjatuh di dan turut menjadi faktor deforestasi hutan dan
penebangan liar. Khususnya masyarakat Keerom.
 Dapat mengetahui keuntungan pemulihan daerah deforestasi dan penebangan
hutan.

1.5 BATASAN MASALAH

Batasan-batasan masalah yang digunakan :

 Mengenal deforentasi hutan dan penebangan liar di Keerom


 Deforestasi hutan di sini yaitu terhadap lahan sawit dan lahan pemukiman baru
yang menyebabkan hutan di tebang.
 Penebangan liar disini dibatasi dengan tidak adanya tebang pilih dan reboisasi.
Yang mana dilakukan illegal logging tanpa adanya tebang pilih.
 Pengambilan data makalah ini berdasarkan sumber dari berita yang kejadiannya
terjadi di Keerom.
 Masyarakat belum bisa memahami dan menyadari pentingnya pencegahan
deforentasi hutan dan mengembalikan hutan bekas penebangan liar.

BAB II

KERANGKA TEORI
2.1 DEFINISI/PENGERTIAN

Hak Asasi Manusia

Merupakan hak dasar atau hak pokok yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan bawaan sejak lahir sehingga orang lain tak memiliki hak untuk
melanggarnya. Manusia terikat dengan hukum. pengertian HAM adalah hak yang
dilindungi secara internasional (yaitu deklarasi PBB Declaration of Human Rights),
seperti hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak untuk memiliki, hak untuk mengeluarkan
pendapat. Hak Asasi Manusia di Indonesia telah diatur secara tegas pada konstitusi
negara yang selanjutnya diatur dalam Undang-undang No. 39 Tahun 1999.

Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Deforestasi

Deforestasi merupakan pengubahan area hutan menjadi lahan tidak berhutan


secara permanen, untuk aktivitas manusia. Secara tidak langsung, deforestasi mengubah
fungsi hutan yang awalnya untuk pelestarian lingkungan serta ekosistemnya menjadi
kepentingan manusia.

Reboisasi

Reboisasi adalah penanaman kembali hutan yang telah ditebang yang sudah
tandus atau gundul. Dalam bahasa Inggris, reboisasi dikenal dengan reforestation.
Cambridge Dictonary mendefinisikan reboisasi sebagai tindakan dari penanaman pohon
pada daerah dari lahan yang telah kosong atau rusak. Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 35 Tahun 2002 tentang DanaReboisasi, reboisasi adalah upaya penanaman jenis
pohon hutan pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong, alang-alang atau
semak belukar untuk mengembalikan fungsi hutan.

2.2 TANGGUNG JAWAB GEREJA


Gereja dalam hal ini bertanggung jawab untuk membantu pemerintah serta
mengemban tanggung jawab dari dalam firman Tuhan untuk mengingatkan manusia
dalam memelihara serta menjaga ciptaan Tuhan. (Kej.1:28-30).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif terlebih
dalam studi dokumentasi berita. Yang mana digunakan beberapa metode berikut juga
untuk melengkapi penelitian kuantitatif ini.

Metode evaluasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat program suatu
lembaga contohnya pemerintah sudah betul-betul atau belum menjalankan program yang
mereka buat dalam hal ini adalah deforestasi hutan dan penebangan liar.

Metode yang kedua yaitu deskriptif, dimana metode ini digunakan untuk
mendeskripsikan masalah utama dalam penelitian ini yaitu deforestasi hutan, penebangan
liar, peran masyarakat seperti apa, serta cara menanggulangi hal ini.

Kemudian studi kasus yaitu digunakan untuk melihat suatu daerah seperti Papua
saat ini yang tengah terjadi deforestasi besar dan ilegall loging dengan berbagai modus
yang menipu masyarakat.

3.2 SUMBER DATA

Sumber data yang digunakan merupakan sumber data penulisan makalah dan
sumber data penelitian kepustakaan yaitu Data-data yang diambil dalam penelitian ini
merupakan data sekunder yang diambil dari berbagai sumber seperti di dalam literatur,
internet dan merupakan data asli dengan menggunakan ketiga metode di atas, penelitian
ini bersumber dari data terpercaya, baik itu dari situs berita maupun dari blog para
pelindung hutan dan juga dari berita pemerintah.

3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data penelitian ini yaitu studi
pustaka. Dimana dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang relevan atau sesuai
yang dibutuhkan untuk penelitian dari buku, artikel ilmiah, berita, maupun sumber
kredibel lainnya yang reliabel dan juga sesuai dengan topik penelitian yaitu deforestasi
hutan.
3.4 TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
kuantitatif, dimana menggunakan sumber data yang ada untuk secara garis besar bisa
mendeskripsikan dampak dan perubahan pada Kabupaten Keerom akibat deforestasi
hutan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Berdasarkan data hasil analisis deforestasi di Tanah Papua, yang dikerjakan


Yayasan Auriga Nusantara. Total luas hilangnya hutan alam di pulau kaya sumber daya
alam ini dari tahun ke tahun angkanya terus bertambah. Luas hutan alam di Tanah Papua
sendiri tercatat sebesar kurang lebih 33.710.523,22 hektare. Namun dalam dua dekade
terakhir, sekitar 663.443 hektare hutan alam di sana diketahui lenyap.

Lenyapnya tutupan hutan alam itu 29 persen di antaranya terjadi pada 2001-2010
dan 71 persen lainnya terjadi dalam rentang waktu 2011-2019. Bila diambil rata-rata, per
tahunnya ada sekitar 34.918 hektare hutan alam hilang di Tanah Papua. Tertinggi terjadi
pada 2015, yang menghilangkan 89.881 hektare hutan alam.
Kemudian menurut data juga dari Terkait deforestasi, pada periode 2001-2010,
menurut data Koalisi Indonesia Memantau, dominan terjadi di Boven Digoel dan Mimika
di Provinsi Papua, serta Teluk Bintuni, Kaimana, dan Sorong di Provinsi Papua Barat.
Sedangkan periode 2011-2019 deforestasi dominan terjadi di Merauke, Boven Digoel,
Keerom, Nabire, dan Fakfak di Papua Barat.

Sehingga terkait dengan kabupaten Keerom terjadi banjir yang cukup parah
beberapa tahun terakhir ini. solusi untuk menghentikan banjir adalah dengan
menghentikan atau menertibkan pembalakan liar, permukiman baru, pembukaan areal
perkebunan, dan areal pertanian semusim monokultur. Izin-izin untuk pembukaan lahan
sawit juga harus ditertibkan.

Terkait perizinan, Koalisi Indonesia Memantau merilis data per 1992-2019 bahwa
Kementerian Kehutanan telah menerbitkan 72 Surat Keputusan terkait pelepasan
kawasan hutan (PKH) di Tanah Papua.

Sepanjang periode itu, Tanah Papua kehilangan 1.549.205 hektare hutan. Dari
1.549.205 tersebut, sektor pertanian merambah hutan seluas 1.461.577 hektare, dan
1.307.780 hektare hutan dari jumlah tersebut dialihfungsikan untuk areal kelapa sawit,
termasuk di Kabupaten Keerom.

Hal ini juga menjadi perhatian yang sangat penting bagi kabupaten Keerom
tentang perusahaan sawit yang ada. Dampaknya yaitu Sebagai akibat dari hadirnya PT.
Perkebunan Nusantara II, kebun Arso yang terfasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten
Jayapura kala itu, telah memunculkan konflik dan beragam masalah yang di alami
masyarakat hingga saat ini, diantaranya : hilangnya lokasi perburuan, hilangnya wilayah
tangkapan ikan, hilangnya dusun sagu sebagai sumber pangan lokal, hilangnya sumber
mata air dsb. serta aksi protes yang masih berlanjut hingga saat ini.

Analisis Penanggulangan

Untuk itu pemerintah keerom membuat dan mengatur RPHUP kabupaten keerom
dimana mengatur bagian blok hutan lindung yang di dalamnya terdapat sungai, telaga
maupun pepohonan, dan juga ada blok hutan produksi yang bisa digunakan untuk
produksi kayu dll.

Kemudian pemerintah juga telah menggagaskan program rehabilitasi dan


reboisasi hutan, terutama penanaman pohon MPTS (Multipurpose Tree Species) yang
memiliki berbagai manfaat harus digiatkan terus-menerus.

Melalui data dinas kehutanan kabupaten keerom “Dinas Kehutanan Keerom


selama ini penanaman pohon MPTS sudah dilakukan melalui. Dengan bencana banjir
penanaman ini akan terus kami lakukan dengan menambah kegiatan rehabilitas hutan dan
lahan di Keerom, sehingga membantu tutupan lahan untuk menyerap air,” jelasnya.

Selain itu, pengecekan outlet aliran sungai di bendungan Muaratami yang masih
menjadi perhatian karena akan berpengaruh kepada daerah aliran sungai (DAS) dan sub
DAS yang mengakibatkan aliran kembali ke dataran Arso. “Daerah hutan lindung dan
daerah penyangga tidak ada aktifitas apapun.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulannya Deforestasi adalah kegiatan penebangan hutan atau tegakan


pohon (stand of trees) sehingga lahannya dapat dialihgunakan untuk penggunaan nir-
hutan (non-forest use), yakni pertanian, peternakan atau kawasan perkotaan.

Pemerintah keerom dalam hal ini bersama dengan pihak gereja maupun
masyarakat wajib memperhatikan hal ini.

Dampak yang ditimbulkan sangat besar dan negatif bagi kehidupan manusia
maupun bagi ekosistem lingkungan hidup. Memang ada peningkatan ekonomi yang
terjadi namun tidak terlalu besar dibandingkan kerusakan yang terjadi untuk masa yang
akan datang. Seperti banjir, pemanasan global, tanah longsor dll.

Solusi untuk menghadapi hal ini yaitu dengan menertibkan ijin-ijin dari para
pengusaha maupun dengan menertibkan kembali penanaman atau reboisasi hutan.

5.2 SARAN

Saran dari saya adalah pemerintah harus lebih ketat dalam menertibkan ijin
penebangan pohon maupun perusahaan-perusahaan. Kemudian pemerintah harus
memperhatikan area reboisasi kembali hutan yang telah hilang.
DAFTAR PUSTAKA

- https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers/44826/deforestasi-terencana-
mengancam-tanah-adat-dan-lanskap-hutan-di-tanah-papua/
- https://www.menlhk.go.id/site/single_post/3606/laporan-tentang-deforestasi-di-
tanah-papua-pada-areal-pelepasan-kawasan-hutan
- https://lingkunganhidup.papua.go.id/berita/140/rapat-penilaian-dok-ukl-upl-renc-
kgtn-usaha-eksplorasi-pertambangan-pt-iriana-mutiara-idenburg.htm
- https://www.google.com/search?
q=peta+kawasan+hutan+keerom&safe=strict&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=
1d0ughgi8FwSIM%252CFRPJEZPTMPF-IM%252C_&vet=1&usg=AI4_-kR
- https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/teknik-analisa-data-apa-bagaimana-dan-
ragam-jenisnya
- https://penelitianilmiah.com/contoh-sumber-data/
- https://kumparan.com/berita-hari-ini/macam-macam-metode-penelitian-karya-
ilmiah-dan-penjelasannya-1vo1EmERqwY
- https://www.walhi.or.id/pelibatan-penyandang-dana-dalam-konflik-ptpn-ii-dan-
masyarakat-di-kabupaten-jayapura-keerom
- https://rri.co.id/jayapura/daerah/976283/bencana-banjir-keerom-tak-ada-kaitan-
dengan-aliran-sungai-hph-keerom?
utm_source=news_main&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General
%20Campaign
-

Anda mungkin juga menyukai