Anda di halaman 1dari 3

Keunikan Suku Elseng di Papua, dari Soal Adat Hingga Kepercayaan

RAGAM
By Redaksi On 18 Des 2018

Hengki
Yanggau, Kepala Suku Besar Elseng. (IST/Fitus Arung)

 192
 Share

KABARPAPUA.CO, Kota Jayapura – Suku Elseng di Kampung Bengwin, Distrik Kemtuk,


Kabupaten Jayapura, Papua masih memegang teguh adat istiadat dari leluhur mereka, salah
satunya kaum perempuan dari suku itu tak diperbolehkan tampil menjadi pemimpin.

“Tradisi kami unik, ada perlakuan khusus dengan kaum perempuan, antara lain tak dapat
berkeliaran dan tampil di depan umum untuk memimpin. Sebab ini dianggap menurunkan derajat
kaum laki-laki,” kata Kepala Suku Besar Elseng, Hengki Yanggau di Kantor Perhimpunan
Advokasi dan Kebijakan Hak Asasi Manusia (PAK-HAM) Papua di Padangbulan, Kota
Jayapura, belum lama ini.
Menurut Hengki, keunikan lain dari Suku Elsen yakni tak mempercayai Yesus sebagai putra
tunggal Allah, tapi hanya mempercayai Allah sebagai Tuhan dan keluhur mereka. “Bagi kami
Yesus sudah lahir dan ada yang kami tahu bahwa dunia yang berkuasa adalah Allah sendiri,”
kata Hengki.

Hengki juga mengatakan, dalam cerita adat Suku Elseng bahwa Yesus belum lahir dan benar-
benar ada. “Kami hanya menyebut Allah, kami berbicara dengan Allah bukan dengan Yesus,”
ujar Hengki.

Baca Juga >  Rasakan Segarnya Air di Wisata Pemandian Alam Kali Bak

Hengki juga mengaku tidak mengetahui tentang gereja, firman Tuhan dan Alkitab. “Kami hanya
tahu silsila adat, keturunan yang terdapat pada lima Suku Elseng dan dunia hanya berkuasa Allah
sendiri,” katanya.

Namun Hengki mengaku pihaknya tetap memiliki gereja yang diberi nama Gereja Dunia Damai.
“Yang melayani adalah tokoh adat sendiri bukan pendeta dan majelis. Kami tak boleh
diintervensi siapapun, karena kami punya keyakinan sendiri,” ungkapnya.

Menurut Hengki, keberadaan Suku Elseng cukup sulit dijangkau, pada umumnya  bermukim di
Waisamba, Aimbe, Skori, Bengwin, Kampung tua Semse Penemum, Kosu Sawa dan Skamto di
Arso serta sekitarnya. “Letaknya berbatasan dengan Kaureh, Senggi, Arso dan Suku Awi di Abe
Gunung,” katanya.

Jumlah Suku Elseng ini diperkirakan 100 jiwa, selain itu dalam Suku Elseng terdapat lima suku
lain yang hidup berdampingan, seperti Suku Semsei, Suku Poso, Suku Penemum, Suku Koya
dan Suku Yemel. “Suku Elseng mempunyai mitos yang kuat, dan percaya bahwa mereka
menjadi agen pendamai untuk Papua dan Indonesia pada umumnya,” jelas Hengki.
Baca Juga >  Murah Meriah Plesiran ke Nepal, Berminat?

Direktur PAK-HAM Papua, Mathius Murib mengaku, keberadaan Suku Elseng terjepit dengan
perubahan dan pengaruh baru dengan masuknya investor yang akan merubah hutan mereka
menjadi lahan sawit.

“Mereka mengingat dan menyadari bahwa tanah, hutan dan kayu rotan, mereka sudah dikuasai
oleh suku lain dan terancam menjadi hilang. Dalam perubahan dimaksud, Suku Elseng merasa
tak diperlakukan secara wajar dan tak adil,” ungkap Mathius.

Menurut Mathius, ancaman terhadap eksisten nilai budaya Suku Elseng antara lain, hilangnya
bahasa daerah, etika pergaulan kaum lelaki dan perempuan dan etika tidur anak usia muda dan
lain-lainnya.

Mathius juga mengatakan, masyarakat Suku Elseng berharap kepada pemerintah Kabupaten
Jayapura dapat melakukan pemetaan batas tanah dan hak ulayat Suku Elseng.

“Juga ada penguatan kapasitas kearifan lokal Suku Elseng, percepatan pembangunan mental oleh
agama dan pembangunan fisik, antara lain jalan, jembatan, gedung pelayanan umum, pendidikan,
kesehatan, air bersih dan listrik, Penanaman pohon kembali dan lindungi hutan sebagai kawasan
hutan lindung sebagai paru-paru dunia,” jelas Mathius. ***(Fitus Arung)

Anda mungkin juga menyukai