Anda di halaman 1dari 2

SINOPSIS SEMINAR PROPOSAL

KLEMENS MARIUS BT 221 17 079

I. Judul : “Pengembangan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Agung di Kota Kupang
Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku”
Usulan Dosen Pembimbing
 Ir. Robert Rayawulan, MT
 Budhy B. Lily, ST., MT
Menurut Departemen Sosial RI panti werdha adalah suatu tempat untuk
menampung lansia dan jompo terlantar dengan memberikan pelayanan sehingga
mereka merasa aman, tentram sengan tiada perasaan gelisah maupun
khawatir dalam menghadapi usia tua.
Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur (2017)
hanya terdapat 1 panti jompo yang berada di Kota Kupang. Panti jompo yang
dibentuk untuk melayani dan merawat para lansia, khususnya di Kota Kupang
adalah Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang. Lansia yang
masuk ke Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang harus
memenuhi beberapa kriteria yakni usia di atas 60 tahun, sehat jasmani dan
rohani, tidak berpenyakit menular, tidak diperhatikan keluarga, tinggal seorang
diri tanpa keluarga dan yang paling penting adalah kesukarelaan lansia untuk
tinggal di Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang tanpa
paksaan. Lansia yang memilih untuk tinggal di Panti Sosial Penyantunan Lanjut
Usia Budi Agung Kupang tersebut sebelumnya telah mendapatkan informasi dari
lingkungan sekitar karena sudah diadakan sosialisasi dibeberapa organisasi
maupun instansi tentang fasilitas dan aktivitas yang ada di Panti Sosial
Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang.
Dikutip dari Journal of Health and Behavioral Science (Vol.1, No.3,
September 2019, pp. 166~178) berdasarkan dengan hasil wawancara dengan
UPT Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang para lansia yang
memiliki riwayat penyakit-penyakit serius diantaranya penyakit jantung,
hipertensi dan diabetes. Para lansia mengaku bahwa mereka hanya bisa
berpasrah pada keadaan yang ada, walaupun terkadang merasa stres dengan
penyakit yang ada karena menghambat lansia untuk melakukan hal-hal yang
disenangi. Selain itu, secara psikologis ada lansia mengaku bahwa terkadang
masih merasa sedih karena sulit menerima kematian pasangannya, merindukan
keluarga yang jarang bahkan tidak pernah berkunjung, merasa sedih dan
mengeluh karena kondisi keuangan yang menurun. Sedangkan, secara sosial ada
lansia yang senang bergabung dengan lansia yang lain tetapi ada juga lansia yang
sering duduk sendiri tanpa mau bercerita dengan lansia yang lain, memilih
melakukan aktivitas mereka masing-masing, dan masih membicarakan lansia
yang lain. Kondisi-kondisi ini yang terjadi dalam keadaan yang bervariasi pada
lansia yang masih memiliki keluarga dan juga sudah tidak memiliki keluarga.
Berdasarkan kondisi-kondisi yang dialami oleh para lansia di Panti Sosial
Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang membuat saya berasumsi bahwa
para lansia belum merasakan kebahagiaan dan kenyamanan psikologis. Hal ini
ditinjau berdasarkan peraturan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia
Nomor : 106 / Huk / 2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Panti Sosial Di
Lingkungan Departemen Sosial Dan Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Standar
Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. Oleh karena itu saya melakukan kajian
ulang untuk pengembangan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Agung di Kota
Kupang sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan, kebahagiaan, kesehatan
fisik dan psikologis para lansia.

II. Judul : “Pusat Kerajinan Tenun Ikat Suku Lio di Kabupaten Ende” (Pendekatan
Arsitektur Vernakular)
Usulan Dosen Pembimbing :
 Ir. Philipus Jeraman, MT
 Yuliana B. Mberu, ST., MT
Suku Lio adalah suku tertua dan suku terbesar yang ada di Kabupaten Ende.
Masyarakat suku Lio pada umumnya menempati Kecamatan Wolowaru ,
mayoritas wilayah di Kecamatan Ndona, Kecamatan Ndona Timur, Kecamatan
Detusoko, Kecamatan Lio Timur, kecamatan Maurole, Kecamatan Detukeli,
Kecamatan Ndori, Kecamatan Kelimutu, beberapa wilayah di Kecamatan
Maukaro , Kecamatan Lepembusu Kelisoke, Kecamatan Kotabaru, Kecamatan
Wolojita dan Kecamatan Wewaria. Populasi masyarakat Lio mendominasi hampir
85 % wilayah kabupaten Ende. Suku lio juga menempati bagian barat wilayah
Kabupaten Sikka yakni: Kecamatan Paga, Kecamatan Mego, Kecamatan
Tanawawo, dan Kecamatan Magepanda.
Secara umum Kabupaten Ende terkenal dengan danau Kelimutu, beberapa
kampung adat dan juga kain tenun daerah. Kain tenun ikat ini biasanya
dikerjakan oleh perempuan-perempuan suku Lio di sela-sela aktivitasnya dan ada
juga yang menjadikannya sebagai pekerjaan utama. Untuk motif kain tenun ikat,
setiap daerah di suku Lio memiliki motif dan proses pengerjaan yang sedikit
berbeda. Untuk kain tenun ikat khas suku Lio memiliki dua jenis yaitu lawo untuk
perempuan dan ragi untuk laki-laki. Dari kedua jenis tenun ikat ini memiliki
masing-masing nama menurut motif untuk setiap kain yang dibuat misalnya
Lawo Nepa, Lawo Kelimara, Ragi Sura Te’a, Ragi Sura Bara, dll.
Diharapkan dengan pembangunan pusat kerajinan ini dapat lebih bisa
menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Ende Lio. Imbas positifnya ini
dapat meningkatkan pendapatan perempuan Suku Lio karena tidak perlu
bingung lagi harus menjual kemana hasil tenunannya. Selain itu, ini bisa
digunakan sebagai sarana wisata edukasi untuk mengenalkan kain tenun ikat
mulai dari proses awal pembuatan hingga menjadi sebuah kain yang utuh.

Anda mungkin juga menyukai