PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pengembangan Desa/Kelurahan Siaga aktif dirasakan mulai terbentuk sejak
memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau
penyakit , kesehatan Ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan
BAB II
DATA DASAR / GAMBARAN UMUM DESA / KELURAHAN
SIAGA AKTIF
Desa Ngile terbagi menjadi 5 (lima) Dusun :
1. Dusun Krajan
2. Dusun Bulu
3. Dusun Pagerjo
4. Dusun Jenggring
5. Dusun Sumberjo
Desa Ngile berada disebelah Utara dari ibukota Kecamatan Tulakan dengan jarak
tempuh ± 5 Km. Sedangkan jarak tempuh menuju Ibu Kota Kabupaten 23 Km yang
memerlukan waktu rata-rata 1 Jam dengan kendaraan ( sepeda motor dan Mobil )
dengan kondisi jalan yang beraspal.
4. Pokja Kadarsi
Membangun dan menciptakan kelompok keluarga sadar gizi bukan suatu yang
gampang untuk dilakukan, hal ini perlu peran dan dukungan masyarakat, banyak
kegiatan yang telah dilakukan oleh pokja Kadarsi Desa Siaga Sehat Berkarya Desa
Ngile diantaranya adanya suatu pemetaan kadarsi, pendataan kelompok kadarsi,
arisan pokja kadarsi yang dinamai dengan MILUR.
6. Pokja Intelegent
Pokja Intelegent sebenarnya adalah pokja surveilans, karena kalimat surveilans
belum begitu familier dimasyarakat maka Desa Siaga Sehat Berkarya Desa Ngile
Mengubah nama surveilans menjadi Pokja Intelegent agar masyarakat lebih bisa
menerima untuk penyederhanaan kata. Pokja Intelegent sedikit berbeda dengan
kegiatan surveilans Desa siaga yang ada di daerah lain, dimana pokja ini lebih
mengutamakan TINDAKAN dibandingkan PENGAMATAN, hal ini dikarena
karakteristik masyarakat Desa Ngile yang banyak merantau kedaerah endemis
malaria sehingga Pokja Intelegent ini lebih sering ikut berperan aktif dalam
menyukseskan Pacitan Bebas Malaria melalui program Elminasi Migrasi Malaria
bersama UPT Puskesmas Bubakan. Selain Tindakan, Pencatatan merupakan hal
yang tak kalah penting dalam kegiatan Pokja Intelegent baik berupa data
perantau,penyakit serta pemetaan wilayah.
7. Pokja HIV/AIDS
Tingginya angka penemuan kasus dan factor resiko penyakit HIV/AIDS di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Bubakan, dan Desa Ngile merupakan salah satu wilayah
penemuan kasus yang cukup tinggi dengan karakteristik masyarakatnya adalah
perantau, sehingga hal ini menuntut Desa Siaga Sehat Berkarya untuk membentuk
Pokja HIV/AIDS di Desa Ngile. Dengan adanya pendampingan edukasi masalah
penyakit HIV/AIDS terus menerus oleh petugas kesehatan kepada kader dan
masyarakat Desa Ngile, baik melalui pelatihan mudin dengan simulasi cara
tatalaksana pemulasaran jenazah HIV/AIDS ataupun bukan, sehingga sampai
terbentuknya kebijakan desa dalam membuat Peraturan Desa (Perdes) yang
mengatur proses pelaksanaan pemulasaran jenazah yang harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD), dan persamaan perlakuan pemulasaran jenazah baik
penderita HIV/AIDS ataupun bukan. Dalam hal ini desa tidak hanya memberikan
Perdes tetapi juga mendukung dana untuk keperluan APD dengan rincian 1 stel
untuk petugas (mudin) dan 3 stel untuk keluarga yang ikut memandikan jenazah
dimasing-masing dusun. Pelatihan edukasi dan sosialisai pun sering diadakan oleh
pokja HIV/AIDS baik ketika masyarakat perantau pulang kekampung halamannya
atau melalui wadah karang taruna yang ada di Desa Ngile. Selain Kegiatan diatas
Desa Ngile juga telah tergabung dalam organisasi dalam Komisi Penanggulangan
HIV/AIDS Kecamatan (KPAK).
Selain pokja-pokja yang ada di Desa Siaga Sehat Berkarya, ada juga
kegiatan UKBM lainnya yang menunjang kegiatan Desa Siaga Sehat Berkarya
diantaranya seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu), Taman Posyandu, Pos Malaria Desa (Posmaldes), Kelompok EDIPENI
boxasi, (pengelolaan limbah sampah organik dan an-organik), Kelompok Wanita
Mandiri (kreaktifitas bahan limbah dari plastik), Kelompok arisan telur kadarsi,
Masyarakat peduli PHBS, dan dalam waktu yang dekat akan terbentuk kelompok
Kolam ikan Desa Siaga Sehat Berkarya Desa Ngile, yang dalam hal ini telah dibina
oleh penyuluh perikanan dan didukung dengan telah tersedianya alat pengolahan
produk ikan yang diperbantukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Pacitan.
Publikasi Desa Siaga Sehat Berkarya tidak hanya digaungkan diwilayah Desa
Ngile tetapi telah dipublikasikan melalui situs-situs internet dengan
alamat wibesite.SIP Desa Siaga Ngile.com, publikasi ini hanya bertujuan untuk
saling berbagi ilmu dengan organisasi Desa Siaga yang ada di Indonesia, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan semangat dan ilmu-ilmu baru demi perkembangan
dan berkesinambungan kegiatan-kegaiatan yang ada di desa siaga. Secara tingkat
perkembangan Desa Siaga Sehat Berkarya Desa Ngile tahun 2015 berada pada
tingkat PURNAMA, dengan dukungan dana kegiatan dari Desa sebesar lima juta
rupiah dan pengaadaan APD mudin sebesar tiga juta rupiah, sedangkan untuk
partisipasi masyarakat berupa pengada an stiker/blangko PHBS modifikasi yang
perlembarnya seharga seribu rupiah yang digunaka setahun sekali.
Berdasarkan rasa solidaritas dan gotong royong masyarakat yang tinggi di
Desa Ngile terutama kepedulian masyarakat Desa Ngile terhadap Kesehatan, maka
ditahun 2015 Desa Ngile juga dijadikan pioner sebagai Desa Siaga Percontohan di
wilayah kerja UPT Puskesmas Bubakan, selain Desa Siaga Percontohan, pada
tahun yang bersama dengan selang beberapa bulan kemudian Desa Ngile juga
ditunjuk sebagai kandidat untuk mewakili lomba PHBS di tingkat Kabupaten Pacitan.
Dengan adanya Desa Siaga Sehat Berkarya di Desa Ngile diharapkan akan
lebih meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan sehingga derajat
kesehatan di wilayah Desa ngile dapat terwujud secara mandiri dimasyarakat.
BAB III
JENIS DAN HASIL KEGIATAN
DESA SIAGA SEHAT BERKARYA
PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA SEHAT BERKARYA
a. Hasil yang dicapai berdasarkan indikator antara lain :
I. Pokja Pemberdayaan
pokja ini dianggap sangat penting untuk menjembatani semua hasil
kegiatan-kegiatan yang ada dipokja-pokja lainnya serta hasil kegiatan
dikelompok masyarakat yang ada di desa Ngile, seperti kegiatan
karang taruna, kelompok EDIPENI untuk pembuatan
boxasi/kompos,hasil krajinan sampah, Pengelolalan hasil ikan. Semua
hasil kegiatan ini akan dipromosikan dan diolah dengan system
manajemen yang baik melalui pokja Pemberdayaan, dan pada
pertengahan tahun 2016 nanti Desa Siaga Sehat berkarya Desa Ngile
telah melakukan kerjasama dengan Dinas Perikan dan kelautan untuk
membentuk kelompok Kolam ikan Desa Siaga Sehat Berkarya, yang
pendahulunya telah berjalan adalah desa Gasang dan Losari.
II. Pokja KIA
Cakupan Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan mencapai
98 %, hal ini bisa dicapai karena adanya penyuluhan dan kesadaran
masyarakat yang cukup tinggi terhadap kesehatannya dan kepatuhan
warga melaksanakan Perdes No. 02 Tahun 2013 tentang Desa Sehat
yang salah satu programnya HAMIL PINTER dimana setiap ibu hamil
di wilayah Desa Ngile selain wajib memeriksakan kehamilannya di
sarana kesehatan terdekat di Desa Ngile yaitu di Pustu Ngile, ibu hamil
juga berhak setidak-tidaknya dalam masa kehamilannya melakukan
kontak dengan dokter di Puskesmas bubakan serta untuk
mendapatkan pemeriksaan ANC terpadu. Dengan Program Hamil
Pinter ini diharapkan kualitas deteksi dini untuk kasus resiko tinggi
pada ibu hamil dapat lebih di tingkatkan dan diharapkan dapat
membantu mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
V Pokja Intelegent
Capaian hasil pokja Intelegent cukup baik dengan ditandai adanya pemetaan
penyakit,bencana,dll serta adanya pembukuan khusus penduduk yang merantau
keluar pacitan sehingga memudahkan petugas puskesmas untuk mengadaan
kegiatan program survailans,pokja ini juga ikut berperan aktif dalam kegiatan
elminasi migrasi malaria, sehingga terbentuk Pos malaria Desa (Posmaldes) dan
kegiatan ini didukung dengan adanya perdes No.02 tahun 2013 tentang
kewajiban bagi perantau untuk melakukan pemeriksaan malaria di Posmaldes
atau difasilitas kesehatan. Tahun 2015
Tahun 2015 capaian penemuan kasus malaria Positif didesa ngile sebanyak 6
orang dengan suspek 92 orang dari 5 desa dan hamper 60 % berasal dari Desa
Ngile.
VI. Pokja HIV / AIDS
Titik berat Pokja ini adalah bagaimana cara efektif penanggulangan dan
pencegahan HIV/AIDS tidak semakin bertambah di Desa Ngile, capaian program
pokja ini di antaranya ada pelatihan Mudin bagi masing-masing dusun, sehingga
ketika ada indikasi yang mengarah ke HIV/AIDS ataupun bukan mudin telah siap
melakukan pemulasaran jenazah yang baik dan benar.
Adanya SK dan perdes untuk kegiatan pokja HIV/AIDS baik dari desa ataupun ke
anggotaan Komisi Penanggulangan IADS Kecamatan (KPAK), selain kegiatan ini
desa pun sangat mendukung kegiatan ini dengan dukungan dana untuk
pembelian Alat Pelindung Diri (APD).
N
INDIKATOR KETERANGAN
O
A Indikator Masukan
1. Dukungan kebijakan Penyelenggaraan PHBS selalu
penyelenggaraan PHBS : mendapatkan dukungan dari Tim
a. Desa, Kecamatan, Kab/Kota dan Penggerak PKK, baik dari Tim
Provinsi Penggerak PKK Desa, TP PKK
b. Desa, Kecamatan, Kab/Kota Kecamatan, TP PKK Kabupaten dan
c. Desa dan Kecamatan Propinsi.
d. Desa/Kelurahan
e. Tidak ada
2. Ruang lingkup dukungan kebijakan Ruang lingkup dukungan kebijakan
PHBS mencakup : PHBS mencakup 10 indikator, yaitu :
a. 9 – 10 Indikator 1. Persalinan
b. 7 – 8 Indikator 2. ASI
c. 4 – 6 Indikator 3. Nimbang Balita
d. 1 – 3 Indikator 4. Air Bersih
e. Tidak ada 5. Cuci Tangan
6. Jamban
7. Pemberantasan Sarang Nyamuk
8. Diet Sayur
9. Aktifitas Fisik
10. Tidak Merokok dalam Rumah
3. Pembiayaan kegiatan PHBS : Pembiayaan kegiatan PHBS berasal
a. Desa, Kecamatan, Kab/Kota dan dari swadaya masyarakat dan
Provinsi bantuan dari Pemerintah Desa,
b. Desa, Kecamatan, Kab/Kota bantuan TP PKK Kecamatan dan
c. Desa dan Kecamatan bantuan TP PKK Kabupaten.
d. Desa/Kelurahan
e. Tidak ada
4. Sumber pembiayaan kegiatan Masyarakat ikut berpartisipasi
PHBS : secara swadaya dalam pembiayaan
a. Swadaya masyarakat kegiatan PHBS yaitu berdasarkan
b. Swadaya masyarakat dan Perdes No. 2 Tahun 2013 Pasal 5
Swasta/Dunia Usaha warga wajib menyediakan tempat
c. Swadaya masyarakat, Anggaran sampah organik dan an organik.
Desa/APBD, Swasta/Dunia Usaha Perdes No. 2 Tahun 2013 Pasal 6
d. Swadaya masyarakat, Anggaran warga wajib menyediakan tempat
Desa/APBD, Swasta/Dunia Usaha, cuci tangan di depan rumah.
APBN
e. Tidak ada
5. Kader aktif membina PHBS di Di Desa Ngile terdapat 20 Kader
Rumah Tangga : Aktif yang membina PHBS. Hal
a. Lebih dari 15 kader tersebut dibuktikan dengan adanya
b. 11 – 15 kader Struktur Organisasi Desa Siaga.
c. 6 – 10 kader Selain itu juga adanya kader-kader
d. 1 – 5 kader aktif yang berada di Lapangan.
e. Tidak ada
6. Kader terlatih PHBS : Di Desa Ngile terdapat 20 Kader
a. 5 kader atau lebih terlatih terlatih PHBS yang setiap bulan
b. 3 – 4 kader terlatih mendapatkan bimbingan dan
c. 1 – 2 kader terlatih pelatihan dari UPT Puskesmas
d. Tidak terlatih setempat, hal ini bisa dibuktikan
dengan kegiatan Pengkajian PHBS
dan melakukan penyuluhan sesuai
dengan prioritas permasalahan yang
terdapat di Kartu PHBS setiap
rumah tangga.
7. Media penyuluhan PHBS : Dari semua indikator PHBS, semua
a. Ada, untuk 9-10 indikator PHBS ada Media Penyuluhannya, yaitu
b. Ada, untuk 7-8 indikator PHBS berupa Leaflet, spanduk, poster dan
c. Ada, untuk 4-6 indikator PHBS media peragaan.
d. Ada, untuk 1-3 indikator PHBS
e. Tidak ada
B. Indikator Proses
1. Pelatihan PHBS untuk Kader : Adanya Pelatihan yang diikuti oleh
a. Ada, untuk 5 kader atau lebih 20 Kader PHBS yang dibuktikan
b. Ada, untuk 1-2 kader dengan adanya Sertifikat dari UPT
c. Ada, untuk 3-4 kader Puskesmas.
d. Tidak ada pelatihan
2. Rencana Kegiatan Pembinaan Rencana Kegiatan Pembinaan
PHBS di rumah Tangga : PHBS di rumah tangga untuk setiap
a. Ada, untuk 9-10 indikator PHBS indikator PHBS masuk dalam
b. Ada, untuk 7-8 indikator PHBS Perencanaan Kerja di Desa Siaga
c. Ada, untuk 4-6 indikator PHBS yang dilaksanakan setiap 1 (satu)
d. Ada, untuk 1-3 indikator PHBS tahun sekali.
e. Tidak ada
3. Penyuluhan PHBS : Penyuluhan untuk setiap indikator
a. Ada, untuk 9-10 indikator PHBS PHBS dilaksanakan setiap
b. Ada, untuk 7-8 indikator PHBS pertemuan Forum Kader PHBS.
c. Ada, untuk 4-6 indikator PHBS
d. Ada, untuk 1-3 indikator PHBS
e. Tidak ada
4. Metode Penyuluhan yang Metode penyuluhan yang digunakan
dilakukan : diantaranya :
a. 4 jenis atau lebih - Demonstrasi
b. 3 jenis - Rool Play
c. 2 jenis - Ceramah
d. 1 jenis - Diskusi
e. Tidak ada
5. Pencatatan PHBS di Rumah Pencatatan PHBS dilakukan setiap 5
Tangga : (lima) tahun sekali untuk keseluruhan
a. Ada, untuk 76 – 100 seluruh KK dalam satu Desa dan untuk
rumah tangga setiap tahunnya diambil 20% dari
b. Ada, untuk 51 – 75 seluruh rumah total KK, hal itu sesuai dengan
tangga Permenkes.
c. Ada, untuk 26 – 50 seluruh rumah
tangga
d. Ada, untuk 1 – 25 seluruh rumah
tangga
e. Tidak ada
6. Kegiatan inovatif PHBS : Indikator PERSALINAN, kegiatan
a. Ada, untuk 9 – 10 indikator PHBS inovatif dari indikator ini adalah
b. Ada, untuk 7 – 8 indikator PHBS adanya Media Sosial yang berupa
c. Ada, untuk 4 – 6 indikator PHBS spanduk dan siaran Radio ARTAGA
d. Ada, untuk 1 – 3 indikator PHBS FM yang berisi ajakan untuk
e. Tidak ada melakukan Persalinan di Puskesmas
Pembantu atau tenaga kesehatan
terdekat dan Program HAMIL
PINTER sesuai dengan Perdes No.
02 Tahun 2013 tentang Desa Sehat.
Indikator ASI, adanya sarana
pendukung untuk mensukseskan ASI
Eksklusif dimasyarakat yaitu dengan
HALTE MENYUSUI ditempat umum
dan kewajiban ibu menyusui
memberikan ASI Eksklusifnya pada
bayi usia 0 – 6 bulan serta
memberikan perlakuan IMD ( Inisiasi
Menyusui Dini ) dan larangan
menjual susu formula untuk bayi usia
0-6 bulan di toko-toko se Desa Ngile
sesuai dengan Perdes No. 02 Tahun
2013.
BAB IV
INOVASI KEGIATAN
1. Indikator PERSALINAN, kegiatan inovatif dari indikator ini adalah adanya Media
Sosial yang berupa spanduk dan siaran Radio ARTAGA FM yang berisi ajakan
untuk melakukan Persalinan di Puskesmas Pembantu atau tenaga kesehatan
terdekat dan Program HAMIL PINTER sesuai dengan Perdes No. 02 Tahun 2013
tentang Desa Sehat.
2. Indikator ASI, adanya sarana pendukung untuk mensukseskan ASI Eksklusif
dimasyarakat yaitu dengan HALTE MENYUSUI ditempat umum dan kewajiban ibu
menyusui memberikan ASI Eksklusifnya pada bayi usia 0 – 6 bulan serta
memberikan perlakuan IMD ( Inisiasi Menyusui Dini ) dan larangan menjual susu
formula untuk bayi usia 0-6 bulan di toko-toko se Desa Ngile sesuai dengan Perdes
No. 02 Tahun 2013.
3. Indikator NIMBANG BALITA, adanya inovasi Tabungan KUDAPAT yaitu setiap
datang ke Posyandu ibu balita diharuskan untuk menabung sebesar Rp. 1.000,- dan
apabila selama 6 bulan berturut-turut balita selalu hadir di Posyandu, Tabungan bisa
diambil utuh, sebaliknya jika sekali saja tidak hadir, maka tabungan masuk ke Kas
Posyandu. Kewajiban menimbang balita ke posyandu diatur di Pasal 4 Perdes No.
02 Tahun 2013.
4. Indikator AIR BERSIH, diadakannya Penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan lingkungan tentang penggunaan air bersih dan untuk setiap hari Jum’at,
Pemerintah Desa Ngile melaksanakan Jum’at Bersih Sesuai Dengan Perdes No. 02
Tahun 2013, tentang Desa Sehat, yaitu dengan mengadakan gotong royong
membersihkan sumber-sumber air bersih dilingkungan masing-masing.
5. Indikator CUCI TANGAN, adanya penyuluhan dimasyarakat dan sekolah dan
adanya Promosi Sarana Cuci Tangan pakai sabun dengan memakai sumber daya
lokal yang mudah didapat berupa bambu dengan desain yang sederhana, sehingga
masyarakat mudah untuk mewujudkannya. Cuci tangan pakai sabun telah diatur
dalam Perdes Desa Ngile No. 02 Tahun 2013 tentang Desa Sehat.
6. Indikator JAMBAN, adanya kegiatan pemicu disetiap Dusun untuk mengubah
perilaku masyarakat menggunakan Jamban Sehat dan Rool Play jika tidak
menggunakan Jamban Sehat. Untuk meningkatkan kwalitas Jamban Sehat Semi
Permanen, Desa Ngile sekaligus melaksanakan PILAR STBM yaitu Pengelolaan
sampah rumah tangga dengan membentuk Bank Sampah yang hasil tabungan Bank
Sampah digunakan untuk tabungan pengadaan Jamban. Hal ini diatur sesuai
dengan Desa Ngile No. 03 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Program Sanitasi Total
dan Pemasaran Sanitasi ( StoPs ). Selain itu juga keberhasilan pemanfaatan
pekarangan kosong, selain ditanami sayuran, juga dimanfaatkan untuk peternakan
ayam. Hal ini Sesuai dengan Perdes Desa Ngile No. 04 tahun 2013 tentang Rumah
Pangan Lestari, warga mengadakan Arisan Telur, hasil arisan telur salah satunya
untuk meningkatkan kwalitas Jamban Semi Permanen.
7. Indikator Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), sesuai dengan Perdes Desa Ngile
No. 02 tahun 2013 tentang Desa Sehat, Desa Ngile mempunyai Kegiatan Jum’at
Bersi, yang salah satu kegiatannya adalah 3M Plus yaitu Menguras, Menutup dan
Mengubur tempat-tempat yang diperkirakan menjadi tempat berkembangnya jentik
nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk dengan memakai Rapelenan, kelambu dan
lain-lain. Dan untuk mengevaluasi kegiatan 3M Plus dengan pembuatan Kartu
Pemantauan Jentik Berkala yang ditempel disetiap rumah tangga yang harus diisi
secara jujur oleh masyarakat dan pembuatan media penyuluhan berupa bentuk
nyamuk dan perindukannya.
8. Indikator DIET SAYUR, untuk mensukseskan Program DIET SAYUR, Pemerintah
Desa Ngile berdasarkan Perdes No. 04 Tahun 2013 tentang Rumah Pangan Lestari,
pekarangan kosong di Desa Ngile wajib ditanami sayuran, sehingga bisa memenuhi
kebutuhan DIET SAYUR. Dan juga kader PHBS mengadakan penyuluhan FOOD
MODEL disetiap pertemuan posyandu.
9. Indikator AKTIFITAS FISIK, Berdasarkan Perdes No. 02 Tahun 2013 tentang Desa
Sehat, Bab V tentang Jum’at Bersih yang salah satu kegiatannya adalah setiap dua
minggu sekali diadakan Senam Kesegaran Jasmani ( senam lansia ) yang diadakan
di Halaman Balai Desa.
10. Indikator TIDAK MEROKOK DALAM RUMAH, berdasarkan Perdes No. 02 Tahun
2013 tentang Desa Sehat, dilarang merokok di dalam rumah yang salah satu
anggota keluarganya anak balita dan ibu hamil, dan larangan menjual rokok kepada
anak usia sekolah dan menyediakan sarana kawasan merokok yang disediakan
diluar rumah seperti Poskamling dan tersedianya tempat merokok dihalaman rumah.
11. Rambu-rambu, warna dan isyarat nada bunyi kentongan pada Ibu hamil resti atau
bumil normal dengan didukung dengan adanya Perdes No. 02 Tahun 2013 tentang
rambu,warna kentongan dan nada bunyi kentongan apabila ada kelahiran.
12. Pemantau Jentik Berkala Ibu balita (PJIB) yang di;akuan tiap minggu dan pada saat
kegiatan posyandu Balita wajib dibawah dan disetorkan ke Kader atau Bidan.
13. Pembuatan media sosial melalui Wibesite dengan alamat ; www.sip.desa siaga
ngile.com
14. Penanaman tanaman Obat Keluarga (Toga) disetiap balai dusun yang bekerjasama
dengan PKK.
15. Pembentukan kelompok pemberdayan untuk pengelolaan limbah rumah tangga
menjadi pupuk boxasi.
16. Pembentukan kelompok pemberdayan untuk pengelolaan limbah plastik menjadi
kreasi seni yang menjadi nilai jual.
17. Adanya dana simapan untuk kejadian musibah bencana melalui program Bangnana
sebesar seribu rupiah.
18. Perencanaan terbentuknya Kolam Desa Siaga Sehat Berkarya yang di motori oleh
Desa Gasang dan didukung oleh dinas perikanan dan kelautan (proses).
BAB V
PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN
N PERMASALAHAN SOLUSI
O
I POKJA PEMBERDAYAAN
Kader belum begitu paham mengenai Adanya pelatihan dari petugas
marketing dan pengelola hasil pokja kesehatan dari Puskesmas /
kantor Lingkungan Hidup
Setiap pertemuan Desa Siaga
selalu diberikan pembinaan
baik melalu pertemuan forum
kader, triwulan desa siaga
maupun pertemuan rutin
perangkat desa
Kerjasama Lintas Sektor
kecamatan dan dinas-dinas
Desa Siaga masih berorentasi disekitar terkait Pemberdayaan
masalah kesehatan dan belum Pembentukan kelompok Kolam
menyentuh masalah pemberdayaan Ikan Desa Siaga Sehat
untuk meningkatkan kesejahteran Berkarya yang bekerjasama
masyarakat dengan Dinas perikanan dan
Kelautan (proses)
II POKJA KIA
Ada beberapa wilayah yang sulit Diadakan pelatihan pengaadan
dijangkau menggunakan kendaraan roda ambulance desa dengan cara
empat ataupun roda dua simulasi pembuatan tandu
Pembinaan dari bidan dan
Belum begitu tertib dalam penempelan petugas kesehatan mengenai
stiker P4K manfaat dan fungsi di adakan
Penempelan Stiker P4K
Adanya reward dari
puskesmas yang dimasukkan
kedalam program BOK
Pemanfaat bahan potensi alam
yang ada dan murah meriah
yaitu pembuatan kentongan
Belum adanya rambu-rambu atau tanda dari bamboo yang diwarnai
dan peringatan bagi ibu hamil resti atau sesuai kondisi bumil
non resti Perdes nomor 02 tahun 2013
yang mengatur warna dan nada
bunyi kentongan apabila ibu
hamil membutuhkan
pertolongan
Ibu hamil bukan hanya untuk
ditandai, tapi segera untuk
ditolong
III POKJA KADARZI
Masyarakat belum mengutamakan gizi program MILUR (Minggu
itu penting, tetapi lebih berpikir makan Bertelur), Arisan telur setiap
yang penting kenyang apapun menunya Minggu Pon, hasil arisan
(walaupun belum memenuhi standar gizi) dimanfaatkan untuk menambah
gizi keluarga, hal ini berkat
pemanfaatan pekarangan
kosong selain untuk tanaman
sayur juga digunakan salah
satunya adalah untuk
peternakan ayam sesuai
dengan Perdes Desa Ngile
Nomor 04 tahun 2015 tentang
Rumah Pangan Lestari
IV POKJA SANITASI/PHBS
Masih ada masyarakat yang belum Sosialisasi mengenai
mengerti pemanfaat limbah sampah pemanfaat limbah sampah dan
rumah tangga dampak negative dan positif
limbah sampah rumah tangga
Pelatihan Pemanfaat limbah
sampah kepada masyarakat
yang bekerjasama antara dinas
kesehatan dengan kantor
lingkungan Hidup
Pameran kreasi seni dari
limbah sampah terutama plastik
Adanya perdes yang mengatur
area merokok
Dampak asap rokok didalam rumah Penyedia area merokok di
masih cukup mendominasi di tatanan lokasi Poskamling dan warung
rumah tangga makan
Sosialisasi Dampak merokok
didalam ruangan/rumah baik
melalui pertemuan ataupun
media radio setempat
VI POKJA INTELEGENT
Masih sering ditemukan kasus malaria Sosialisasi penyakit malaria
import dimasyarakat bagi para perantau
Perdes Nomor 02 tentang
kewajiban masyarakat perantau
kedaerah endemic untuk
memeriksakan diri cek malaria
Pembentukan Pos Malaria
Desa (Posmaldes)
Reaksi Cepat Elminasi migrasi
malaria rutin setahun 2 x baik di
desa maupun dusun
Pembagian selambu bagi Ibu
Hamil
Walaupun penderita Penyakit
DBD ditemukan bukan dari
Masih sering ditemukan kasus DBD wilayah desa Ngile, tetapi
import dimasyarakat kewaspadaan dini tetap
dilakukan dengan cara PSN,
minggu bebas Jentik dan
Pemeriksaan Jentik Berkala Ibu
Balita (PJIB)
VII POKJA HIV/AIDS
Masih ada Deskriminasi Penderita Sosialisasi Cara penularan
HIV/AIDS dimasyarakat HIV/AIDS dan dampak negative
Deskriminasi masyarakat
terhadap penderita HIV/AIDS
Adanya Perdes Nomor 02
tahun 2013 tentang persamaan
tata cara pemulasaran jenazah
HIV/AIDS dan jenazah
masyarakat biasa non ODHA
Perdes Nomor 02 tahun 2013
tentang penggunaan APD saat
Perlakuakan pemulasaran Jenazah pemulasaran Jenazah
tanpa alat pelindung diri (APD) Pengadaan APD yang
didukung oleh pemerintahan
Desa dengan pemberian dana
untuk pembelian APD dengan
rincian 1 paket untuk mudin dan
3 paket untuk keluarga yang
memandikan Jenazah, dan
diperuntukan dimasing-masing
dusun
BAB VI
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
B. PENUTUP