Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KUNJUNGAN PANTI SASANA TRESNA WERDHA

(STW) RIA PEMBANGUNAN

Disusun Oleh :

Nur Eliyun (J210160046)


Balqis Maharani (J210160048)
Hubby Millata (J210160050)
Indah Dwi Pramesti (J210160052)
Prihatin Dina Anggraini (J210160055)
Lucia Putri M (J210160084)

PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019/2020

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .....................................................................................................................3

B. Tujuan .................................................................................................................................4

C. Manfaat ...............................................................................................................................4

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah .............................................................................................................5

B. Komunikasi pada Lansia ......................................................................................................7

C. Kajian Teori dan Analisis Terkait Kasus .............................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................................12

B. Saran ..................................................................................................................................12

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena yang terjadi di kota besar saat ini, membuat sebagian masyarakat enggan
untuk mengurus kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia. Akhirnya dengan gampang
saja, mereka menitipkan kedua orang tuanya kepanti panti jompo disekitar. Alasan
mereka sangat sederhana, akibat terlalu sibuk dipekerjaan sehingga tidak mempunyai
waktu untuk mengasuh orang tuanya. Mereka menitipkan orang tuanya dengan maksud
supaya mendapatkan perawatan yang lebih dari setiap perawat ataupun pengurus panti
yang merawatnya. Tak heran di kota-kota besar yang padat dengan segala bentuk
aktivitasnya berdiri panti-panti yang khusus mengurusi lansia.
Saat ini telah banyak sekali panti-panti werdha yang didirikan demi terlaksananya
pelayanan kesejahteraan dan perawatan jasmani dan rohani para lanjut usia, salah satu
faktor atau latar belakang berdirinya panti jompo diantaranya karena adanya keluarga
yang memiliki lansia di keluarganya sedangkan keluarga tersebut memiliki banyak
pekerjaan, karena banyak pekerjaan atau kesibukan masing-masing adakalanya mereka
memutuskan untuk mengirim lansia yang bersangkutan ke panti jompo supaya kebutuhan
sehari hari, kesejahteraan, dan pemenuhan kebutuhan psikisnya menjadi terjamin. Fungsi
utama dari lembaga atau panti werdha ini adalah sebagai pemenuhan kebutuhan usia
lanjut yang meliputi perawatan, perlindungan dan kebutuhan fisik, spiritual, sosial, dan
psikologis hal itu dilakukan agar mereka dapat hidup secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam rutinitas kehidupan para lansia di panti werdha bukan hanya
beristirahat seperti tidur atau bersantai tetapi selalu diselingi dengan kegiatan-kegiatan
yang postif seperti senam bersama, pentas seni, pembekalan rohani, pembuatan kerajinan,
dan hal positif lainnya.
Melalui penulisan laporan ini, penulis akan berusaha mengobservasi dan
mengidentifikasi apakah para lansia di panti werdha tersebut telah menerima pelayanan-
pelayanan dari pihak panti, serta pendapat atau pola pikir mereka tentang kehidupan di
panti werdha tersebut.

3
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk memahami keseharian para lansia di panti
werdha, dan meneliti motivasi-motivasi mereka selama di panti werdha yang mendorong
para lansia memilih tetap bertahan di panti werdha dengan melalui komunikasi
interpersonal.
C. Manfaat Kunjungan
Menyediakan kesempatan bagi subjek atau responden, yakni para lansia itu sendiri
untuk mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupannya dengan metode
wawancara bebas yang dilakukan oleh mahasiswa. Dengan demikian beban pikiran atau
masalah yang tersimpan dapat lebih ringan karena secara teoritis apabila kita
mengeluarkan unek-unek atau permasalahan kepada orang lain maka permasalahan atau
keluh kesah yang dimilikipun akan terasa lebih ringan.

4
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah
Universitas Muhammadiyah Surakarta mengadakan kunjungan ke Sasana Tresna
Werdha (STW) Cibubur, Jakarta Timur pada tanggal 19 November 2019 guna memenuhi
mata kuliah Laboratorium Gerontik. Untuk kunjungan ini kami di sambut oleh kepala
Sasana Tresna Werdha yaitu Bapak Ibnu Abas dan Bapak Suparman. Kami semua
dikumpulkan di hall untuk diberi kata sambutan dan materi terkait STW dan bagaimana
kegiatan lansia yang ada disana. Untuk materi terkait lansia di jelaskan oleh Bapak Ibnu
Abas. Beliau menjelaskan bahwa STW sejak awal dibangun tidak diberikan nama “Panti”
karena orang Indonesia masih memandang negative kata tersebut dan pada akhirnya diberi
nama Sasana Tresna Werdha yang terletak di Cibubur. Lansia yang bertempat tinggal
disini harus memenuhi beberapa syarat yakni
1. Harus berumur lebih dari 60 tahun
2. Apabila suami istri diperbolehkan
3. Lansia yang tinggal di STW harus atas dasar keinginannya sendiri
4. Harus sehat, tidak memiliki penyakit menular, tidak gangguan jiwa dan tidak pikun
berat
5. Mandiri. Karena mereka akan melakukan activity daily living dengan mandiri
Selain itu, prinsip dari STW sendiri adalah saling menyayangi dan memberi perhatian
pada lansia yang ada meskipun mereka bukan orang tuanya sendiri. Dibuka pada 1984,
Sasana Tresna Werdha (STW) RIA Pembangunan yang dikelola oleh Yayasan Karya
Bhakti RIA Pembangunan dan diprakarsai oleh Hj. Siti Hartinah Soeharto atau Tien
Soeharto mulai melayani para lanjut usia ( lansia). Awalnya STW ini melayani para janda
pahlawan, pahlawan nasional, pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS), perintis
kemerdekaan dan orang-orang yang berjasa untuk negara lainnya yang membutuhkan
hunian selain rumah tinggal.
Adapun saat ini terdapat 65 lansia yang menghuni Rusun Lansia RIA Pembangunan.
Selain yang menghuni, STW RIA Pembangunan juga terdapat program day care yakni
pelayanan harian untuk lansia yang masih tinggal bersama keluarga di rumah. Program

5
day care ini meliputi pemeriksaan dan konsultasi kesehatan, bisa juga mengisi waktu
luang dengan bersosialisasi, belajar seni, dan keterampilan, diskusi, beribadah bersama
dan rekreasi. Program ini gratis bagi yang ingin mengikutinya.
Penghuni juga mendapat pelayanan kesehatan yang lengkap. Seperti, terdapat klinik
pratama yang melayani konsultasi dokter dan dokter spesialis, pelayanan asuhan
keperawatan, fisioterapi, farmasi, layanan kedaruratan dan observasi, dan rujukan. Ada
juga pelayanan sosial yakni, pembinaan mental spiritual sesuai keyakinan, senam, seni
tradisional, bernyanyi, keterampilan, melukis, berkebun, bincang-bincang antar kita
(BAKI), memanfaatkam hobi, wisata belanja, dan dharma wisata. Terdapat juga Respite
Care yakni, untuk penghuni lansia yang bisa tinggal sementara di rusun karena ditinggal
keluarga berpergian, transit pasca rawat di rumah sakit, dan persiapan menjadi penghuni
tetap.
Identitas dan permasalahan penghuni Panti Jompo Tresna Werdha Ria Pembangunan
yang saya wawancarai ini adalah sebagai berikut:
Nama : Zenab
Usia : ± 74 tahun
Asal : Palembang
Jenis Kelamin : Perempuan
Lama di Panti : ± 5 bulan

6
Oma Zenab berasal dari palembang dan tidak memiliki anak, sehingga ia dititipkan
oleh keponakannya ke Panti Sasana Tresna Werdha agar ada yang merawat. Ia bercerita
kalau keponakannya tersebut tidak menyukainya sehingga akhirnya keponakannya setuju
untuk menitipkannya ke Panti.
Tinggal di panti jompo nampaknya bukan merupakan keinginan dari Oma Zenab,
sehingga terlihat adanya emosi dan rasa tidak diinginkan oleh orang lain. Hal ini nampak
ketika bercerita dengan bahasa yang sedikit ketus, dan sering menghela napas panjang
dengan pandangan menerawang. Kondisi fisik dan memori dari subjek masih baik,
karena mampu mengingat dan menceritakan kembali dengan jelas cerita tentang masa
lalunya hingga saat sekarang.
B. Komunikasi pada Lansia
FASE ORIENTASI
Mahasiswa : assalamu’alaikum oma
Oma : wa’alaikumsalam
Mahasiswa : kami sedang berbicara dengan oma siapa ya?
Oma : Zaenab
Mahasiswa : usianya berapa oma ?
Oma : 83 tahun
Mahasiswa : perkenalkan kami mahasiswa keperawatan dari surakarta oma, disini
nanti kami akan melakukan pengkajian kepada oma tentang aktivitas sehari-hari oma
Oma : iya boleh, gak usah malu-malu
Mahasiswa : nanti kami akan memberikan beberapa pertanyaan kepada oma,
waktunya sekitar 15 menit. Apakah oma bersedia ?
Oma : iya
Mahasiswa : apakah ada yang ditanyakan oma ?
Oma : tidak ada
FASE KERJA
Mahasiswa : apakah oma bisa mengendalikan BAB oma ? atau oma perlu obat
perangsang BAB ?
Oma : bisa, kalau kebelet BAB saya akan ke kamar mandi

7
Mahasiswa : apakah oma bisa mengendalikan BAK oma ? Atau kadang-kadang
ngompol?
Oma : saya tidak pernah ngompol, jika terasa pipis saya pergi ke kamar mandi
Mahasiswa : apakah oma bisa mandi, keramas, dan gosok gigi sendiri ? atau
membutuhkan bantuan orang lain ?
Oma : bisa sendiri. Saya kalau jam 5 pagi sudah mandi
Mahasiswa : apakah oma bisa menggunakan WC secara mandiri ? melepas celana
sendiri, cebok, kemudian menyiram WC sendiri ?
Oma : saya bisa sendiri
Mahasiswa : apakah oma bisa mengambil makanan dan makan sendiri ? atau
membutuhkan bantuan orang lain oma ? oma bisa memotong buah sendiri ?
Oma : saya bisa sendiri mbak. Makan dan minum sendiri
Mahasiswa : apakah oma bisa berjalan jalan keluar dari kamar ?
Oma : bisa mbak. Saya sering mengikuti senam
Mahasiswa : apakah oma bisa memakai pakaian sendiri atau membutuhkan bantuan
orang lain ?
Oma : bisa sendiri mbak saya ambil pakaian di lemari
FASE TERMINASI
Mahasiswa : baik oma, oma tadi sudah menjawab beberapa pertanyaan dari kami.
Bagaimana perasaannya oma setelah kita berbincang-bincang ?
Oma : saya senang mbak karena ada yang mengajak ngobrol
Mahasiswa : iya oma, setelah kami simpulkan, oma termasuk dalam kategori mandiri
untuk aktivitas sehari-hari oma
Oma : iya mbak
Mahasiswa : apakah oma senang tinggal disini ?
Oma : senang mbak
Mahasiswa : wah bagus sekali ya oma
Mahasiswa : baik oma, kami sudah selesai. Kami pamit dulu ya oma karena setelah ini
kami akan kembali lagi ke solo. Semoga sehat selalu oma
Oma : iya mbak terimakasih

8
C. Kajian teori dan Analisis Terkait Kasus
1. Perkembangan Fisik
Gejala penting dari perkembangan fisik yang terjadi selama masa dewasa, yang
meliputi: Kesehatan Badan, Sensor dan Perseptual, serta Otak.
a. Kesehatan Badan
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan
dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduktif, yakni mulai
mengalami menopause. Pada umumnya menopause terjadi pada usia 50tahun.
Pada masa tua atau masa dewasa akhir, sejumlah perubahan fisik semakin terlihat
sebagai akibat dari proses penuaan. Diantara perubahan fisik yang paling kentara
pada masa tua ini terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan
beruban, kulit mengering dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut,
konfigurasi wajah berubah, tulang punggung menjadi bungkuk. Kekuatan dan
ketangkasan fisik berkurang, tulang menjadi rapuh. Sistem kekebalan tubuh
melemah, sehingga rentan terkena berbagai penyakit.
b. Perkembangan Sensori
Pada usia antara 40 – 59 tahun, daya akomodasi mata mengalami penurunan
paling tajam. Sementara itu, pendengaran juga mengalami penurunan pada usia
sekitar 40 tahun. Selanjutnya pada masa dewasa akhir, perubahan-perubahan
sensori fisik melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, dan
indera peraba. Berkurangnya ketajaman penglihatan dan melambatnya adaptasi
terhadap perubahan cahaya, bola mata menyusut dan lensa menjadi kurang jernih.
Demikian juga halnya dengan pendengaran, diperkirakan sekitar 75% dari orang
usia 75 – 79 tahun mengalami berbagai jenis masalah pendengaran, dan sekitar
15% dari populasi diatas usia 65tahun mengalami ketulian yang disebabkan
kemunduran selaput telinga (cochela). Penurunan dalam kepekaan terhadap rasa
dan bau, dalam hal ini kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih
lama dibanding kepekaan terhadap rasa manis dan asin (Santrock, 1995)
c. Perkembangan Otak
Pada usia tua neuron, unit-unit sel dasar dari sistem saraf menghilang.
Menurut hasil sejumlah penelitian, kehilangan neuron itu diperkirakan mencapai

9
50% selama tahun-tahun masa dewasa. Menurut Santrock diperkirakan bahwa 5%
- 10% dari neuron kita berhenti tumbuh saat mencapai usia 70 tahun. Hilangnya
sel-sel otak menyebabkan terjadinya erosi mental, yang sering disebut dengan
kepikunan (Senility).
2. Perkembangan Kognitif
Pada umumnya orang percaya bahwa proses kognitif (Belajar, Memori, dan
Intelegensi) mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia.
Akan tetapi, belakangan sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan
tentang terjadinya kemerosotan peroses kognitif bersamaan dengan penuruan
kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah stereotip budaya yang meresap dalam
diri kita.
a. Perkembangan Pemikiran Postformal
Sesuai dengan tahap perkembangan kognitif Piaget, pemikiran remaja berada
pada tahap operasional formal – tahap kemampuan berpikir secara abstrak dan
hipotesis. Orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis daripada remaja,
banyak orang dewasa tidak menggunakan pemikiran operasional formal sama
sekali. Dengan demikian, kemampuan kognitif terus berkembang selama masa
dewasa. Akan tetapi, bagaimana pun tidak semua perubahan kognitif pada masa
dewasa mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan beberapa kemampuan
kognitif mengalami kemerosotan seiring bertambahnya usia.
b. Perkembangan Memori
Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan usia dewasa
dan usia tua adalah penurunan daya ingat. Orang lansia memperlihatkan
kemunduran memori, kemunduran tersebut pun cenderung sebatas pada
keterbatasan tipe memori tertentu. Misalnya: kemunduran cenderung terjadi pada
keterbatasan memori episodik (memori yang berhubungan dengan pengalaman
tertentu di sekitar kehidupan kita), sementara memori semantik (yang
berhubungan dengan pengetahuan dan fakta-fakta umum) dan memori implisit
(memori bawah sadar) secara umum tidak mengalami kemunduran karena faktor
menua.

10
c. Perkembangan Intelegensi
Menurut Thorndike, kemampuan belajar orang dewasa mengalami
kemunduran sekitar 15% pada rentang usia 22 tahun s/d 42 tahun. Studi
Thorndike tersebut menunjukkan bahwa kemunduran kemampuan intelektual
pada orang dewsa tidak disebabkan oleh faktor usia melainkan faktor lain.
3. Perkembangan Psikososial
Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang
yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan
fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh
peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Oma Zenab dititpkan oleh
keponakannya karena tidak ada yang mengurusnya, menurut penuturan beliau bahwa
beliau tidak ingin tinggal di panti namun karena tidak memiliki anak beliau dititpkan oleh
keponakan. Selain itu keponakan lebih memilih menitipkan Oma Zenab dikarenakan
sibuk bekerja.
Panti Werdha menjadi pilihan yang baik untuk menikmati hari tua. Pandangan
masyarakat tentang Panti Werdha dan orang tua yang dititipkan di sana agaknya perlu
diluruskan. Orang tua yang dititipkan di Panti Werdha tidak berarti mereka terbuang,
mereka tetap memiliki keluarga yang merupakan bagian penting dari keberadaannya.
Di Panti Werdha mereka menemukan teman yang relatif sesuai dengannya dimana
mereka dapat berbagi cerira karena keberadaan lansia yang ada di panti memiliki karakter
dan problema yang berbeda-beda maka perlu penanganan khusus.
Di tempat ini mereka diberikan hal-hal yang positif seperti program-program
pelayanan sosial yang bisa memberikan kesibukan untuk mereka sebagai pengisian waktu
luang, diantaranya pemberian bimbingan sosial, bimbingan mental spiritual, penyaluran
bakat dan hobi, senam dan banyak kegiatan lainnya. Selain itu mereka juga mendapatkan
pelayanan dari para pekerja sosial untuk bisa menjalani hari-harinya dengan ceria.
B. Saran
Agar kunjungan ke panti sosial ini menjadi agenda rutin yang diadakan oleh Program
Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta supaya mahasiswa dapat
melihat serta mengobservasi beberapa gangguan psikologis secara langsung dan nyata.

12

Anda mungkin juga menyukai