Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat Nya,saya bisa menyelesaikan makalah ini.Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai bahan acuan dalam rangka penilaian tenaga kesehatan berprestasi tingkat provinsi Bengkulu
tahun 2019 yang berjudul ”Lansia yang sehat,mandiri dan produktif”.

Terimakasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Kepala Puskesmas, rekan-rekan di
Puskesmas Perawatan Batik Nau,Kepala Desa Air Manganyau Barat,keluarga dan kader serta
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, masukan, dukungan dan doa untuk penulis selama
penyusunan karya tulis dan Seleksi Tenaga Medis Teladan Tingkat Provinsi Bengkulu Tahun 2019.

Penulis sadar, Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan masukan yang bersifat membangun agar makalah ini dapat lebih baik dan
bermanfaat bagi kita semua. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keilmuan bagi
tenaga kesehatan khususnya diwilayah kecamatan Batik nau, sehingga mutu pelayanan kesehatan
terhadap lansia akan menjadi semakin baik.

Bengkulu, Februari 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Lansia merupakan sebuah siklus hidup manusia yang hampir pasti dialami setiap orang.
Secara alamiah, setiap manusia akan menjadi tua atau mengalami proses penuaan, proses ini tidak
dapat dihindari, apapun usaha yang dilakukan. Di Indonesia usia lanjut adalah mereka yang
berumur 60 tahun atau lebih dan merupakan kelompok penduduk yang menjadi fokus perhatian para
ilmuwan, masyarakat, dan pemerintah. Jumlah usia lanjut terus meningkat baik di Indonesia
maupun di dunia dan membawa serta berbagai permasalahan yang harus diantisipasi dan dicarikan
jalan keluarnya.

Berdasarkan hasil Susenas tahun 2016, jumlah Lansia di Indonesia mencapai 22,4 juta jiwa
atau 8,69% dari jumlah penduduk. Sementara menurut proyeksi BPS tahun 2015, pada tahun 2018
jumlah Lansia diperkirakan mencapai 9,3% atau 24,7 juta jiwa. Dengan jumlah Lansia yang
semakin besar, menjadi tantangan bagi kita semua agar dapat mempersiapkan Lansia yang sehat dan
mandiri sehingga nantinya tidak menjadi beban bagi masyarakat maupun negara, dan justru menjadi
asset sumber daya manusia yang potensial.

Kenyataan saat ini, setiap kali menyebut kata Lansia yang terbersit di benak kita adalah
seseorang yang tidak berdaya, dan memiliki banyak keluhan kesehatan. Secara ekonomi, penduduk
lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang
beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang
sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, sering kali dipersepsikan secara negatif sebagai
beban keluarga dan masyarakat. Padahal, Lansia sebenarnya dapat berdaya sebagai subyek dalam
pembangunan kesehatan.

Pengalaman hidup, menempatkan Lansia bukan hanya sebagai orang yang dituakan dan
dihormati di lingkungannya, tetapi juga dapat berperan sebagai agen perubahan (agent of change) di
lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya dalam mewujudkan keluarga sehat, dengan
memanfaatkan pengalaman yang sudah dimiliki dan diperkaya dengan pemberian pengetahuan
kesehatan yang sesuai.

Lansia yang sehat harus diberdayakan agar dapat tetap sehat dan mandiri selama mungkin.
Salah satu upaya untuk memberdayakan Lansia di masyarakat adalah melalui pembentukan dan
pembinaan Kelompok Lansia yang di beberapa daerah disebut dengan Posyandu Lansia atau
Posbindu Lansia. Melalui Kelompok ini, Lansia dapat melakukan kegiatan yang dapat membuat
mereka tetap aktif, antara lain: berperan sebagai kader di Kelompok Lansia,melakukan senam
Lansia, memasak bersama, termasuk membuat kerajinan tangan yang selain berperan sebagai
penyaluran hobi juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga.

Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang mengalami permasalahan fisik,
jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu masalah yang sangat mendasar adalah masalah
kesehatan akibat proses degeneratif. Data Riset Kesehatan (Riskesdas) tahun 2013, penyakit
terbanyak pada Lansia terutama adalah penyakit tidak menular (PTM) antara lain hipertensi,
osteoarthritis, masalah gigi dan mulut, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan diabetes
mellitus (DM).

Penanganan kasus penyakit tersebut di atas tidaklah mudah karena penyakit pada Lansia
umumnya merupakan penyakit degeneratif, kronis, multi diagnosis, yang penanganannya
membutuhkan waktu lama dan biaya tinggi, sehingga akan menjadi beban yang sangat berat bagi
masyarakat dan pemerintah termasuk bagi Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Karena itu
strategi pembangunan bidang kesehatan lebih mengutamakan promotif dan preventif dengan
dukungan pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas, termasuk dalam hal kesehatan
Lansia. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) serta Program Keluarga Sehat adalah beberapa
strategi unggulan yang sedang dijalankan Kemenkes.

Upaya untuk mempertahankan status gizi atau status kesehatan lansia merupakan dampak
meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Kondisi kesehatan lansia ditentukan oleh asupan
makanan baik secara jumlah dan nilai gizi yang terkandung dalam makanan, dengan bertambahnya
usia dan proses penuaan, timbul masalah yang berkaitan dengan masalah fisik, biologik, psikologik,
sosial, maupun penyakit degeneratif (Safithri, 2005).

Jumlah orang usia lanjut setiap tahun bertambah, hal ini dipengaruhi oleh pendidikan,
lingkungan dan pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat pada lansia seperti membiasakan
melakukan aktivitas fisik, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan kesehatan, status gizi dan penurunan fungsi organ tidak
berlangsung secara cepat (Deiby, 2013).

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh akibat dari konsumsi makanan dan zat gizi yang
digunakan. Status gizi pada lansia dipengaruhi oleh asupan makan, penyakit degeneratif dan infeksi,
usia, tingkat pendidikan, pendapatan dan pengetahuan. Sebagian besar status gizi lansia dipengaruhi
oleh perubahan saluran pencernaan yang meliputi rongga mulut, esofagus, lambung, dan usus
(Harinda, 2012).

Para Lansia kita harapkan menjadi Lansia yang sehat, aktif dan produktif. Jangan sampai
menjadi beban untuk keluarganya. Dan itu bisa dicapai dengan cara mengatur pola hidup, menjaga
kesehatan, melakukan aktivitas fisik,dan semangat serta tetap bisa berkarya di usia tua. Agar lansia
bisa tetap mandiri dan produktif, lansia harus sehat dan bergaul dengan sesama lansia. Tidak harus
dengan cara mengobrol intensif, tetapi juga bisa dengan ikut pengajian, arisan, atau kegiatan lain
yang dapat merangsang fungsi otaknya.

Didalam Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut,dan PP


nomor 43 tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Berdasarkan dasar hukum tersebut lansia berhak untuk mendapatkan
bantuan,bimbingan,pengawasan,perlindungan dan pertolongan secara individu maupun kelompok.
Pembinaan kelompok lansia bisa dibentuk dan dilakukan di Posyandu,pengajian,arisan dan kegiatan
PKK. Sarana posyandu lansia sudah ada diberbagai daerah diseluruh Indonesia,tetapi dalam
kegiatan posyandu lansia tidak hanya ada kegiatan pemeriksaan kesehatan lansia semata,dalam
wadah tersebut juga bisa dilakukan kegiatan senam lansia,pembentukan dana sehat yang dana nya
bisa dipergunakan untuk menambah kesejahteraan anggota kelompok lansia itu sendiri.

Posyandu lansia AGATHA adalah salah satu posyandu lansia di kecamatan batik
nau,Posyandu lansia yang terdapat di desa Air Manganyau Barat,tidak hanya lansia tetapi warga
yang masih pra-lansia pun bisa ikut bergabung dalam posyandu ini,dengan jumlah total seluruh
warga pra lansia dan lansia sebanyak 193 orang,laki-laki sejumlah 98 orang dan perempuan
sejumlah 95 orang. Kegiatan posyandu lansia ini diadakan setiap tanggal 25 setiap bulannya,dalam
wadah ini,setiap anggota posyandu akan diukur berat badan dan tensi nya,mendapat makanan
tambahan lansia,melakukan cek asam urat,gula darah dan kolesterol,konseling
kesehatan,penyuluhan,mengumpulkan dana sehat Rp 5000/bulan,dan melakukan senam
lansia,selain itu bagi kaum ibu-ibu bisa melakukan keterampilan membuat tas,tikar dan keranjang
dari sampah bekas. Kegiatan ini sangat positif dan sangat didukung oleh kepala puskesmas
perawatan batik nau,kepala desa beserta kader dan seluruh masyarakat air manganyau barat.

B.TUJUAN

1.Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat sehingga terbentuk


pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
2.Meningkatkan pelayanan dengan cara melakukan pendekatan kepada keluarga terdekat lansia
dan kepala desa agar posyandu lansia bisa terlaksana dengan baik dan aktif.
3.Berkembangnya Posyandu lanjut usia yang aktif melaksanakan kegiatan dengan kualitas yang
baik secara berkesinambungan.

C.RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan lansia?


2. Landasan hukum kesehatan lanjut usia?
3. Apa yang dimaksud posyandu lansia?
4. Apa tujuan posyandu lansia?
5. Apa manfaat Posyandu Lansia?
6. Siapa sasaran Posyandu Lansia?
7. Apa kegiatan Posyandu Lansia?
8. Bagaimana mekanisme pelayanan Posyandu lansia?
9. Apa Masalah kesehatan pada lansia?
10. Siapa kader posyandu lansia?
11. Apa arti dan manfaat senam lansia?
12. Bagaimana Penilaian Keberhasilam Upaya Pembinaan Lansia
13. Apa permasalahan pada posyandu lansia?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian dari lansia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses menua. Menurut Bernice Neugarten
(1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas
dengan keberhasilannya. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa
setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 65 tahun ke atas,
tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi
kehidupannya sehari-hari. Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun
merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami
berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis.

Berdasarkan UU Kes. No. 23 1992 Bab V bagian kedua Pasal 13 ayat 1 menyebutkan
bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, dan sosial.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia
banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :

a. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 – 59 tahun.


b. Lanjut usia (alderly) kelompok usia 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) kelompok usia 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) kelompok usia diatas 90 tahun

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode
di mana seseorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah
menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari
usia 55 tahun sampai meninggal.

2.LANDASAN HUKUM KESEHATAN LANJUT USIA

Deputi I Menkokesra
Empat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lanjut usia, yaitu :

1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.


Yang menjadi dasar pertimbangan dalam undang-undang ini, antara lain adalah ”bahwa
pelaksanaan pembangunan yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi
sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat,
sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah”.

Selanjutnya dalam ketentuan umum, memuat ketentuan-ketentuan yang antara


lain dimuat mengenai pengertian lanjut usia, yaitu seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas.Asas peningkatan kesejahteraan lanjut usia adalah keimanan, dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kekeluargaan, keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan dalam perikehidupan. Dengan arah agar lanjut usia tetap dapat
diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan
fungsi kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi
fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraannya.

Selanjutnya tujuan dari semua itu adalah untuk memperpanjang usia harapan
hidup dan masa produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya,
terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.Lanjut usia mempunyai hak yang sama
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk
meningkatkan kesejahteraan yang meliputi :
1.pelayanan keagamaan dan mental spiritual
2.pelayanan kesehatan
3.pelayanan kesempatan kerja
4.pelayanan pendidikan dan pelatihan
5.kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum
6.kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum
7.perlindungan sosial
8.bantuan sosial

Dalam undang-undang juga diatur bahwa Lansia mempunyai kewajiban, yaitu :

1.membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya dalam rangka menjaga martabat
dan meningkatkan kesejahteraannya;
2.mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan,
kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus;
3.memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus.

Siapa yang mempunyai tugas dan tanggungjawab ?


Pemerintah bertugas mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang
menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Sedangkan pemerintah, masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya
upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, meliputi :
1. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, antara lain adalah pembangunan
sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia.
2. Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya penyembuhan
(kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik.
3. Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan
perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.
4. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, yang dalam hal ini pelayanan
administrasi pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk
seumur hidup, memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik
pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan,
akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket untuk tempat rekreasi, penyediaan
tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus,
mendahulukan para lanjut usia.
Selain itu juga diatur dalam penyediaan aksesibilitas lanjut usia pada bangunan
umum, jalan umum, pertamanan dan tempat rekreasi, angkutan umum.
Ketentuan mengenai pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan diatur
lebih lanjut oleh Menteri sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
3. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia.
1. Keanggotaan Komisi Lanjut Usia terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat
yang berjumlah paling banyak 25 orang.
2. Unsur pemerintah adalah pejabat yang mewakili dan bertanggungjawab di bidang
kesejahteraan rakyat, kesehatan, sosial, kependudukan dan keluarga berencana,
ketenagakerjaan, pendidikan nasional, agama, permukiman dan prasarana
wilayah, pemberdayaan perempuan, kebudayaan dan pariwisata, perhubungan,
pemerintahan dalam negeri.
Unsur masyarakat adalah merupakan wakil dari organisasi masyarakat yang
bergerak di bidang kesejahteraan sosial lanjut usia, perguruan tinggi, dan dunia
usaha.
3. Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat dibentuk Komisi
Provinsi/Kabupaten/Kota Lanjut Usia.
4. Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia ditetapkan oleh Gubernur pada tingkat
provinsi, dan oleh Bupati/Walikota pada tingkat kabupaten/kota.
4.Keputusan Presiden Nomor 93/M Tahun 2005 Tentang Keanggotaan Komisi Nasional
Lanjut Usia.
a. Pengangkatan anggota Komnas Lansia oleh Presiden.
b. Pelaksanaan lebih lanjut dilakukan oleh Menteri Sosial
3.PENGERTIAN POSYANDU LANSIA

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi,2008)

Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di desa-desa
yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi warga yang sudah
berusia lanjut. Posyandu lansia adalah wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yg dilakukan
dari, oleh, dan untuk kaum usia yg menitikberatkan pd pelayanan promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative. Posyandu lansia merupakan upaya kesehatan
lansia yg mencakup kegiatan yankes yg bertujuan u/ mewujudkan masa tua yg bahagia dan
berdayaguna.

Posyandu lansia AGATHA adalah salah satu posyandu lansia di kecamatan batik
nau,Posyandu lansia yang terdapat di desa Air Manganyau Barat,tidak hanya lansia tetapi warga
yang masih pra-lansia pun bisa ikut bergabung dalam posyandu ini,dengan jumlah total seluruh
warga pra lansia dan lansia sebanyak 193 orang,laki-laki sejumlah 98 orang dan perempuan
sejumlah 95 orang. Kegiatan posyandu lansia ini diadakan setiap tanggal 25 setiap bulannya,dalam
wadah ini,setiap anggota posyandu akan diukur berat badan dan tensi nya,mendapat makanan
tambahan lansia,melakukan cek asam urat,gula darah dan kolesterol,konseling
kesehatan,penyuluhan,mengumpulkan dana sehat Rp 5000/bulan,dan melakukan senam
lansia,selain itu bagi kaum ibu-ibu bisa melakukan keterampilan membuat tas,tikar dan keranjang
dari sampah bekas. Kegiatan ini sangat positif dan sangat didukung oleh kepala puskesmas
perawatan batik nau,kepala desa beserta kader dan seluruh masyarakat air manganyau barat.

4.TUJUAN POSYANDU LANSIA

Menurut Erfandi (2008), Tujuan Posyandu Lansia secara garis besar adalah :

1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat, sehingga terbentuk


pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan, disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
5.MANFAAT POSYANDU LANSIA

Manfaat dari posyandu lansia adalahpengetahuan lansia menjadi meningkat, yang


menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu
mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga lebih percaya diri dihari tuanya.

6. Sasaran Posyandu Lansia


Sasaran posyandu lansia adalah :
1. Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60
tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas).
2. Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, organisasi sosial yang
bergerak dalam pembinaan usia lanjut, masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI, 2006).

7. Kegiatan Posyandu Lansia


Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui
lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dialami. Beberapa
kegiatan pada posyandu lansia adalah :
1. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
2. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama satu menit.
3. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes melitus).
4. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.
5. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan
pada pemeriksaan butir-butir diatas.
6. Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.
Selain itu banyak juga posyandu lansia yang mengadakan kegiatan tambahan seperti senam
lansia, pengajian, membuat kerajinan ataupun kegiatan silahturahmi antar lansia. Kegiatan
seperti ini tergantung dari kreasi kader posyandu yang bertujuan untuk membuat lansia
beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.

8. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Mekanisme pelayanan Posyandu Lansia tentu saja berbeda dengan posyandu balita pada
umumnya. Mekanisme pelayanan ini tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan
kesehatan di suatu wilayah penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia ini
dengan sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada pula yang hanya 3 meja.
1. Meja I :Pendaftaran
Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah terdaftar di
buku register langsung menuju meja selanjutnya.
2. Meja II :Pengukuran
Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah
3. Meja III :Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)
Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan darah, berat
badan, tinggi badan.
4. Meja IV :Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan.
5. Meja V :Pelayanan medis
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan :
pemeriksaan dan pengobatan ringan.

9. Masalah Kesehatan pada Lansia


Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang lain karena
penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit
dan proses menua yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti sel serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia menyatakan bahwa ada 14
yang menjadi masalah kesehatan pada lansia, yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan
sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.
2. Instability (tidak stabil/ mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor intrinsik (yang
berkaitan dengan tubuh penderita), baik karena proses menua, penyakit maupun ekstrinsik (yang
berasal dari luar tubuh) seperti obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibatnya akan
timbul rasa sakit, cedera, patah tulang yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan
menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjadi.
3. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan frekuensinya sering.
Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan
keluarganya. Hal ini akan membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan
tersebut, sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.
4. Intellectual Impairment (gangguan intelektual/ dementia), merupakan kumpulan gejala
klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga
menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
5. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia,
karena sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan
keterlambatan diagnosis dan pengobatan.
6. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalencence, skin
integrity (gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit), merupakan akibat dari
proses menua dimana semua panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak, saraf
dan otot-otot yang dipergunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh
dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
7. Impaction (konstipasi=sulit buang air besar), sebagai akibat dari kurangnya gerakan,
makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum, dan lainnya.
8. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya
kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul adalah depresi yang terselubung, dimana
yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri
pinggang, gangguan pecernaan, dan lain-lain.
9. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi,
isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena kemiskinan, gangguan panca indera;
sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan, dan
lainnya.
10. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka kemampuan tubuh untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan akan semaki berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka
tidak akan mempunyai penghasilan.
11. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang mempunyai
riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan
dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan.
12. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka mengalami sulit
untukmasuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun, tidur dengan banyak
mimpi, jika terbangun susah tidur kembali, terbangun didini hari-lesu setelah bangun di pagi
hari.
13. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat dari prose
menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat dari penyakit menahun, kurang gizi dan
lainnya.
14. Impotence (impotensi), merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan yang terjadi
paling sedikit 3 (tiga) bulan. Hal ini disebabkan karena terjadi hambatan aliran darah ke dalam
alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena proses menua
atau penyakit.
Data penyakit lansia di Indonesia (umumnya pada lansia berusia lebih dari 55 tahun) adalah
sebagai berikut:
1. Penyakit Cardiovascular
2. Penyakit otot dan persendian
3. Bronchitis, asma dan penyakit respirasi lainnya
4. Penyakit pada mulut, gigi dan saluran cerna
5. Penyakit syaraf
6. Infeksi kulit
7. Malaria
8. Lain-lain
(Anonim, 2008)
10. Kader Posyandu
Kader posyandu, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) adalah seseorang atau tim sebagai
pelaksana posyandu yang berasal dari dan dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi
ketentuan dan diberikan tugas serta tanggung jawab untuk pelaksanakan, pemantauan, dan
memfasilitasi kegiatan lainnya (Henniwati, 2008).

11. Senam Lansia

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang
dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (Santosa, 1994). Lansia seseorang individu laki-
laki maupun perempuan yang berumur antara 60-69 tahun. (Nugroho 1999:20)
Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana
yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemamp
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
 Manfaat Olahraga Bagi Lansia
Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia menurut Nugroho (1999; 157) antara lain :
1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia.
2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi)
3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalya sakit.
4. Sebagai Rehabilitas Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju
denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak
tubuh.
5. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan
kehilangan fungsional tersebut.
6. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia
dapatmengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri
koroner dan kecelakaan. (Darmojo 1999;81)

Senam lansia dilaksanakan disetiap satu bulan sekali pada saat dilakukan kegiatan
posyandu lansia yang dilaksanakan di 22 posyandu lansia yang ada.

 Komponen aktivitas dan kebugaran


Menurut Darmojo (1999:74) komponen aktivitas dan kebugaran terdiri dari:
1. Self Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah istilah untuk menggambarkan rasa percaya
atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Hal ini sangat berhubungan dengan
ketidaktergantungan dalam aktivitas sehari-hari. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang
usia lanjut mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas.
2. Latihan Pertahanan (resistence training) keuntungan fungsional atas latihan pertahanan
berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan yang bertahan, antara lain mengenai
kecepatan bergerak sendi, luas lingkup gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan. Yang
dihasilkan pada penelitian-penelitian dipanti jompo didapatkan bahwa latihan pertahanan yang
intensif akan meningkatkan kecepatan gart (langkah) sekitar 20% da kekuatan untuk menaiki
tangga sebesar 23-38%
3. Daya Tahan (endurance) daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja
dalam waktu yang relatif cukup lama. Pada lansia latihan daya tahan /kebugaran yang cukup
keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari latihan bertahan. Hasil akibat latihan
kebugaran tersebut bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (training specifik), sehingga
latihan kebugaran akan meningkatkan kekuatan berjalan lebih dengan latihan bertahan.
4. Kelenturan (flexibility) pembatasan atas lingkup gerak sendi, banyak terjadi pada lanjut usia
yang sering berakibat kekuatan otot dan tendon. Oleh karena itu latihan kelenturan sendi
merupakan komponen penting dari latihan atau olah raga bagi lanjut usia.
5. Keseimbangan-keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan lansia
sering jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan motork yang dihasikan oleh berbagai faktor,
diantaranya input sesorik dan kekuatan otot. Penurunan keseimbangan pada lanjut usia bukan
hanya sebagai akibat menurunya kekuatan otot atau penyakit yang diderita. Penurunan
keseimbangan bisa diperbaiki dengan berbagai latihan keseimbangan. Latihan yang meliputi
komponen keseimbangan akan menurukan insiden jatuh pada lansia

12. Penilaian Keberhasilam Upaya Pembinaan Lansia melalui Posyandu Lansia


Menurut Henniwati (2008), penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui kegiatan pelayanan
kesehatan di posyandu, dilakukan dengan menggunakan data pencatatan, pelaporan, pengamatan
khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari :
1. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah orang
masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya
2. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan pelayanan
kesehatan bagi lansia
3. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga
4. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
5. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia

13. Permasalahan pada Posyandu Lansia


Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan posyandu lansia, antara lain:
1. Umumnya lansia tidak mengetahui keberadaan dan manfaat dari posyandu lansia.
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu lansia jauh atau sulit dijangkau. Jarak posyandu yang
dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau
kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam
menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia.
3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang
ke posyandu lansia. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi
lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,
mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala
permasalahan bersama lansia.
Keluarga, bagi lansia merupakan sumber kepuasan. Data yang diambil oleh Henniwati (2008)
terhadap lansia berusia 50, 60 dan 70 tahun di Kelurahan Jambangan, menyatakan mereka ingin
tinggal ditengah-tengah keluarga. Mereka tidak ingin tinggal di Panti Werdha. Para lansia merasa
bahwa kehidupan mereka sudah lengkap, yaitu sebagai orang tua dan juga sebagai kakek dan
nenek, akan tetapi keluarga juga dapat menjadi frustasi bagi lansia. Hal ini terjadi jika ada
hambatan komunikasi antara lansia dengan anak atau cucu, dimana perbedaan faktor generasi
memegang peranan.
Ada juga lansia yang mempunyai kemandirian yang tinggi untuk hidup sendiri karena keinginan
untuk hidup tanpa merepotkan orang lain.
4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau sikap yang baik
terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti
kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang
adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan
pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
5. Kader Posyandu Lansia. Wahyuna (2008) melakukan penelitian kader di Posyandu Lansia
wilayah kerja Puskesmas Ngawi. Kader-kader tersebut hanya bertugas mencatat dan mengurusi
masalah konsumsi saja, selain itu kader juga bekerja tergantung perintah petugas kesehatan tanpa
ada pelatihan lebih lanjut sehingga peran kader dalam kegiatan tersebut belum optimal.
Kader juga harus mampu berkomunikasi dengan efektif, baik dengan individu atau kelompok
maupun masyarakat, kader juga harus dapat membina kerjasama dengan semua pihak yang
terkait dengan pelaksanaan posyandu, serta untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
lansia pada hari buka posyandu yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatn/ pengisian KMS,
penyuluhan dan pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya dan pemberian PMT, serta dapat
melakukan rujukan jika diperlukan (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Untuk meningkatkan citra diri kader, maka harus dipehatikan dalam hal sebagai berikut:
 Meningkatkan kualitas diri sebagai seorang yang dianggap masyarakat, yang dapat
memberi informasi terkini tentang kesehatan.
 Melengkapi diri dengan keterampilan yang memadai dalam pelayanan di Posyandu
 Membuat kesam pertama yang baik dan memperhatikan citra yang positif
 Menetapkan dan memutuskan perhatian secara cermat pada kebutuhan masyarakat
 Menampilkan diri sebagai bagian dari anggota masyarakat itu sendiri
 Mendorong keinginan masyarakat untuk datang ke Posyandu
(Departemen Kesehatan RI, 2006)

Anda mungkin juga menyukai