Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan kota selalu mengalami perkembangan dikarenakan adanya perubahan
jaman, perubahan ini selalu terjadi setiap waktu yang selalu menyangkut beberapa aspek
didalamnya seperti keberadaan peninggalan bersejarah. Yang dimaksud dengan
peninggalan bersejarah yaitu berupa bangunan, monument, atau benda – benda bersejarah
lainnya. Perkembangan kota sering kali terjadi karena adanya bentuk adaptasi dari pola
pemikiran manusia terhadap lingkungan yang pada akhirnya menjadi citra sebuah kota
baik saat ini maupun gambaran kota di masa – masa yang akan datang.
Sejarah sebuah kota akan mempengaruhi pola morfologi sebagai bentuk perubahan
social budaya dalam masyarakat. Selain itu perkembangan kota juga mempengaruhi
bentuk pola spasial (pola ruang) kota tersebut. Pola penggunaan lahan, langgam arsitektur
dan aktivitas masyarakat adalah variabel pembentukan karakter kawasan yang unik
(Kwanda, 2004). Dalam merumuskan sebuah konsep ruang dalam tatanan perkembangan
kota, terdapat makna yang terbentuk dari gabungan susunan ruang (space)ndan tempat
(place).
Kupang merupakan sebuah kota yang saat ini sedang berkembang, Kota Kupang juga
banyak meninggalkan catatan sejarah, tercatat dalam sejarah bahwa Kota kupang
merupakan salah satu kota bandar perdagangan rempah – rempah yang berada pada
pesisir pantai. Kota ini ditemukan oleh para pedagang cina pada abad ke-10. Kupang
merupakan bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit, Kupang merupakan
daerah yang turut mengekspor hasil hutan berupa kayu Cendana ke kerajaan Hindu-Jawa
dan juga ke Cina. Pada abad ke-17 suku Helong dan bangsa Portugis datang dan
menempati kota Kupang, hingga pada akhirnya bangsa Belanda datang menempati kota
Kupang dan melakukan pembangunan guna untuk mendukung aktivitas perdagangan.
Pada saat itu perkembangan yang terjadi di kota Kupang berpusat pada muara sungai
(sungai Selam) sebagai bandar dan pelabuhan utama kota Kupang yang saat ini berada
pada kelurahan LLBK (Lai – Lai bisi Kopan), kecamatan Kota Lama. Hal ini menunjukan
dengan jelas bahwa dinamika pertumbuhan kota Kupang sebenarnya berawal dari posisi
strategis yang berada pada Teluk Kupang dan dekat dengan muara sungai (Sungai Selam)
yang kemudian dimanfaatkan oleh bangsa asing sebagai pusat bandar perdagangan.

1
Perkembangan dan dinamika pertumbuhan Kota Kupang melewati empat era besar,
yaitu era penjajahan bangsa Portugis, Belanda, Inggris, dan pada akhirnya berada pada
era bangsa Jepang(Manu,2012). Perkembangan yang paling pesat terjadi pada saat masa –
masa penjajahan bangsa Belanda yang menjadikan kawasan Kota Tua Kupang menjadi
pusat perdagangan dan pusat pemerintahan sejak tahun 1657. Adanya penguasaan lahan
disekitar muara sungai Selam membuat Belanda akhirnya membentuk sebuah benteng
pertahanan dan membangun sebuah dermaga untuk kegiatan perdagangan dan
pemerintahan
Pada tahun 1999, status Kupang diresmikan menjadi ‘’kota’’ dan akhirnya memiliki
dampak yang sangat besar dan pesat. Adanya perubahan dan peralihan pusat kota ke
wilayah yang lain menimbulkan adanya perubahan besar secara fisik, terutama pada
bangunan – bangunan bersejarah. Hal ini dilihat dari ditemukannya beberapa bangunan –
bangunan bersejarah yang sudah rusak dan tidak difungsikan lagi. Beberapa diantaranya
difungsikan dan digunakan oleh sektor – sektor informal dan pedagang kaki lima yang
berjualan memakai gedung – gedung bersejarah dan tinggal menempati gedung – gedung
tersebut secara illegal. Adapun isu yang berkembang bahwa sebagian besar bangunan
bersejarah di kawasan kota tua Kupang akan digusur karena adanya desakan
pembangunan desain pusat perbelanjaan dan bangunan – bangunan modern. Selain faktor
pembangunan fisik, faktor yang menjadi permasalahan adalah kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap nilai – nilai estetika budaya juga perlahan mulai menggeser nilai –
nilai sejarah kota Kupang, hal ini menunjukan bahwa adanya intervensi dari luar yang
berusaha menghilangkan nilai – nilai sejarah yang ada pada kawasan kota tua Kupang
sehingga organisasi ruang yang telah ada dari dulu tidak dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan (kompasiana,2013).
Hal – hal tersebut menjadi sebuah polemik yang nyatanya bertolak belakang dengan
kebijakan pemerintah pusat yang berusaha merencanakan Kota Kupang sebagai salah satu
Kota Tua (pusaka) di Indonesia yang menjadi salah satu kawasan cagar budaya yang
memiliki nilai sejarah yang kuat. Jaringa Kota Pusaka Indonesia (JKPI) yang ditetapkan
oleh pemerintah pusat, mengkategorikan Kupang sebagai kota yang berpotensi sebagai
kota sejarah. Pemerintah kota Kupang telah menetapkan rencana struktur ruang dan
kebijakan perencanaan terkait kawasan kota tua Kupang dalam dokumen Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kupang pada tahun 2011 – 2031. Hal ini dilakukan untuk
merespon dan menanggapi secara fisik wajah Kota Kupang pasca terjadinya perpindahan
ibukota administrative.
2
Sebagai kota yang merupakan kota bandar atau kota pelabuhan yang potensial,
Kupang memiliki nilai sejarah yang besar dan cukup tinggi, terutama pada karakter –
karakter bangunan bersejarah. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman tentang identitas
kota sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Kevin Lynch (1960) bahwa kota yang
memliki struktur yang baik, akan mudah dikenal dan diingat, memiliki kesan yang kuat
yang memberi hasrat kepada pengunjung untuk datang dan berkunjung. Citra kawasan
Kota Tua Kupang mulai memudar dikarenakan adanya respon dari persepsi ekologi
masyarakat modern. Dimana komponen – komponen ini saling berhubungan dan
menggambarkan tindakan yang saat ini masyarakat lakukan, sehingga untuk mendapat
kembali citra Kota Kupang sebagai Kota sejarah dibutuhkan kepekaan dari masyarakat
terhadap ruang melalui kepekaan pelaku ruang (sense of place) di kota Tua Kupang. Jika
dibiarkan begitu saja maka identitas dari sejarah yang telah ada akan hilang perlahan –
lahan.
Sungai Selam merupakan salah satu bagian penting dalam perkembangan sejarah
Kota Lama Kupang, dimana pada sekitar sungai ini terdapat banyak bangunan –
bangunan yang kuat nilai sejarahnya (Kantor Pajak, Kantor Imigrasi, Wisma Selam,
Pelabuhan Lama, Pertokoan Cina, Klenteng Lay, Penjara Lama, Tugu Pancasila).
Keadaan sungai selam sekarang kurang mendapat perhatian dari pemerintah, dimana
bangunan – bangunan sejarah sudah tidak terurus dan Nampak rusak dimakan oleh waktu
serta dipenuhi dengan bangunan – bangunan rumah tinggal yang tidak layak yang
menambah kesan kumuh pada daerah sekitaran sungai Selam. Dengan pertimbangan
tersebut maka dirasa perlu untuk melakukan studi terkait Revitalisasi ruang di Kawasan
Kota Tua Kupang sepanjang Sungai Selam. Studi ini bertujuan untuk menghidupkan
kembali citra Kota Tua Kupang sebagai Kota Pusaka, sebagai bentuk respon masyarakat
yang terhadap ruang fisik di kawasan Kota Tua Kupang dan menemukan konsep yang
tepat untuk membangun identitas di Kawasan Kota Tua Kupang yang tergabung dengan
ruang fisik yang telah terlanjur ada saat ini.

3
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang terkait dengan perkembangan kota dan beberapa isu
yang sementara tengah berkembang di kawasan Kota Tua Kupang, maka dapat dirincikan
beberapa permasalahan penting yaitu sebagai berikut :
1. Kota Kupang memiliki banyak sejarah dalam perkembangannya, dimulai dari
masa pra colonial hingga masa kolonialisme tentunya meninggalkan banyak
bangunan – bangunan bersejarah namun tidak adanya tindakan nyata dari
pihak terkait untuk melakukan maintenance atau merevitalisasi situs – situs
sejarah yang ada
2. Kemajuan jaman yang terjadi sekarang turut membawa perubahan fisik di
Kota Kupang, dimana masalah ini membuat citra Kota Tua Kupang sebagai
Kota Sejarah semakin memudar. Hal ini dibuktikan dengan beberapa
bangunan sejarah yang sekarang sudah terbengkalai dan diabaikan. Padahal
keberadaan bangunan – bangunan tersebut dinilai memiliki bobot yang besar
yang dapat dijadikan dasar untuk mempertahankan Kota Tua Kupang sebagai
Kota Sejarah. Lokasi Kota Kupang yang strategis dinilai mudah merespon
kemajuan jaman, beredarnya isu yang berbicara tentang pembangunan Kota
Tua sebagai daerah pusat perbelanjaan merupakan salah satu ancaman terbesar
karena dinilai akan menghilangkan nilai – nilai sejarah yang ada pada Kota
Tua Kupang.
3. Perubahan ruang yang terjadi pada area Kota Tua Kupang selalu berubah –
ubah sesuai dengan keputusan pemimpin yang sementara menjabat dan
kekuasaan yang sementara berlaku.
4. Perbedaan etnis yang mendiami area Kota Tua Kupang menimbulkan pola
aktivitas yang berbeda – beda
5. Sungai Selam menjadi salah satu sungai yang memiliki nilai – nilai sejarah
yang besar namun pada kenyataanya di masa sekarang, sungai ini menjadi
salah satu sungai yang tidak mendapat perhatian lebih dari pemerintah dan
masyarakat sekitar. Padahal sungai Selam menjadi satu aksen penghubung dari
beberapa situs sejarah yang ada pada Kota Tua Kupang.

4
1.3. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah disebutkan, muncul sebuah pertanyaan besar yaitu
bagaimana ‘’Pemanfaatan Ruang di sepanjang sungai Selam Kota Tua Kupang’’, maka
perlu dirumuskan beberapa permasalahan yang dapat dikaji yaitu :
1. Bagaimana cara mempertahankan Citra Kota Tua Kupang sebagai Kota Sejarah di
sepanjang pesisir sungai Selam?
2. Bagaimana relasi pelaku ruang terhadap elemen – elemen ruang fisik di Kota Tua
Kupang pesisir Sungai Selam?
3. Bagaimana Cara mengelola Aktivitas yang sudah terlanjur ada dan berkembang di
sekitaran sungai Selam?
4. Bagaimana cara mengatasi permukiman sepanjang Sungai Selam yang tidak sesuai
dengan standar rumah tinggal layak huni?

1.4. Tujuan dan Sasaran


1.4.1 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penelitian ini terkait
dengan menemukan tema – tema identitas kawasan bersejarah di Kota Rua
Kupang dengan melihat kepekaan masyarakat terhadap ruang di kawasan
bersejarah dan mendapat jawaban terkait dengan ‘’Pemanfaatan Ruang di
sepanjang sungai Selam Kota Tua Kupang’’ adalah sebagai berikut :
a. Membangun konsep identitas ruang kawasan Kota Tua Kupang di
sepanjang Sungai Selam
b. Mengungkapkan elemen – elemen ruang Fisik yang menjadi citra Kota
Tua Kupang
c. Mengungkapkan relasi pelaku ruang dengan elemen – elemen fisik Kota
Tua Kupang
1.4.2 Sasaran
Sasaran dari Revitalisasi Daerah Kota Tua Kupang sepanjang Sungai Selam
yaitu sebagai berikut :
a. Masyarakat yang mendiami daerah sepanjang sungai Selam
b. Bangunan – bangunan bersejarah Kota Lama di sepanjang pesisir sungai
Selam

5
1.5. Ruang Lingkup / Batasan
1.5.1. Ruang Lingkup Substansial
a. Ruang Lingkup Materi/Substansial
Dalam melakukan kegiatan Revitalisasi bukan merupakan sebuah hal yang mudah dan
sederhana, karena dalam melakukan sebuah tindakan revitalisasi banyak hal dan
permasalahan yang kompleks yang harus diperhatikan bila ingin memvitalkan
kembali sebuah wilayah menjadi strategis kembali, banyak hal yang perlu
perencanaan yang matang yang tentu terhambat oleh berbagai masalah yang beragam
pula mulai masalah sosial, masalah perkembangan jaman, masalah politik, masalah
ekonomi, masalah teknis dan masih banyak hal lain yang dapat menjadi kendala
dalam melakukan revitalisasi suatu kawasan Oleh karena itu, akibat keterbatasan
waktu maka tindakan Revitalisasi yang bererkaitan dengan judul ‘’ STUDI
REVITALISASI KAWASAN SEPANJANG SUNGAI SELAM KOTA LAMA
KOTA KUPANG’ kali ini akan ditekankan pada beberapa aspek yang akan menjadi
batasan dalam penulisan ini yakni aspek yang berkaitan dengan Aspek Arsitektur
yang lebih difokuskan pada pola penataan Ruang luar berskala besar seperti bubungan
antar ruang,tata guna lahan, elemen pendukung lansekap, dan bentuk penataan kota
dimana akan menghasilkan produk berupa masterplan kawasan pesisir pantai dan
kawasan pertokan yang berada di sekitar pesisir pantai Kota Lama Kupang dimana
dalam penulisan kali ini studi yang akan dlakukan mengacu pada tujuh (7) elemen
fisik kota:
- Pemanfaatan Tanah (Land Use)
- Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)
- Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)
- Ruang Terbuka (Open Space)
- Jalur Pejalan Kaki (pedestrian Ways)
- Dukungan Aktivitas (Activiity Support)
- Petanda (Signature)

1.5.2. Ruang Lingkup Spasial


Lokasi yang akan dijadikan sebagai objek Revitalisasi kali ini terletak pada
kecamatan Kota Lama, kawasan sekitar sunga Selam, dimulai dari kawasan sekitar
Penjara Lama sampai Tugu Selam, Dermaga Lama

6
1.5.3. Batasan
Lokasi yang akan dijadikan sebagai objek Revitalisasi kali ini terletak pada
kecamatan Kota Lama, kawasan sekitar sunga Selam, dimulai dari kawasan sekitar
Penjara Lama sampai Tugu Selam, Dermaga Lama

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka batasan masalah meliputi beberapa hal
antara lain:
 Ruang lingkup dan batasan dari penulisan ini adalah pada perencanaan dan perancangan
kawasan sungai Selam.
 Terbatas Pada Perencanaan Lanscape dan Stiteplan area kawasan sungai Selam Kota
Lama kota Kupang
 Studi sebgai pembanding revitalisasi kawasan kali ini berpatokan dan mengacu pada
tujuh (7) elemen fisik Kota.
 perencanaan Revitalisasi Kawasan Pesisir pantai ini akan membahas tentang kajian
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) pada lokasi yang akan dilakukan
revitalisasi kawasan sekitar sungai Selam hanya akan dibahas secara sederhana dan tidak
mendalam
 Pengembangan meliputi antara lain perencanaan site plan kawasan, penataan kawasan
dan pengembangan sarana dan prasarana demi menunjang wisata kususnya wisata Kota
Tua Kupang.
1.6. Kerangka Berpikir

Ide/Gagasan
Kajian konseptual perencanaan dan
perancangan
Revitalisasi kawasan sepanjang
sungai selam
Kota lama
Di kota kupang
Masalah

Identifikasi Masalah Rumusan Masalah

Tujuan dan Sasaran

Metode Penelitian
7
Studi Pustaka

Data

Data Primer Data Sekunder

Analisa

Konsep

1.7. Sistematika Penulisan


BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan dan
sasaran, ruang lingkup dan batasan, metode dan teknik, kerangka berpikir, dan
sistematika penulisan
BAB II : LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Pustakan dan teori mengenai judul dan tema yang di ambil, mengenai
teori revitalisasi, peremajaan kawasan bersejarah dan teori-teori kawasan
perkotaan
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Meliputi tinjauan umum kota kupang dan tinjauan khusus pada lokasi
perencanaan Kota Lama Kupang
BAB IV : GAMBARAN UMUM LOKASI
Meliputi Tinjauan umum Lokasi, Sosial Budaya, Kesenian, Sarana dan
Prasarana, Struktur Organisasi Pengelola, Lokasi Perencanaan, dan Data
Kunjungan Wisata.
BAB V : KONSEP PERANCANGAN
Meliputi Organisasi Penelitian, Jadwal Penelitian dan Biaya Penelitian

8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pemahaman judul
‘’ STUDI REVITALISASI KAWASAN SEPANJANG SUNGAI SELAM
KOTA LAMA KOTA KUPANG’’
2.1.1 Pengertian
 Studi : Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah : Penelitian ilmiah ; Kajian ; Telaahan (Sugono,
Dendy,dkk Edisi ke -4 , 2008 – 1377)
 Revitalisasi : menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
: membuat sesuatu agar lebih hidup dan lebih giat
kembali (Sugono, Dendy, dkk. Edisi ke-4 2008-1226)
 Kawasan : menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
: Daerah (sekitar); Lingkungan (Sugono, Dendy, dkk.
Edisi ke-4 2008-653)
 Kota Lama :
 Kota
(1) daerah permukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang
merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan
masyarakat. (2) daerah pemusatan penduduk dengan kepadatan
tinggi serta fasilitas moderen dan sebagian besar penduduknya
bekerja diluar pertanian. (3) dinding (tembok) yang
mengelilingi tempat pertahanan. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia QTmedia).

 Lama
waktu yang panjang, kuno, sejak dahulu kala. Sisa dari
kebudayaan lama; tua, tidak baru. (kamus lengkap bahasa
indonesia, tim prima pena;403)
 Sepanjang :
 Sungai :

2.1.2 Interpretasi Judul


Dari pengertian judul di atas maka ingin dijelaskan bahwa judul diatas memiliki
arti dan tujuan yakni guna merevitalisasikan atau memvitalkan kembali fungsi

9
kawasan Kota Lama Kupang sebagai Kota Sejarah dan meningkatkan kembali
Citra Kota Kupang bersama dengan pelaku Fisik Kota Lama di sepanjang area
Sungai Selam yang menunjang aktivitas perekonomian masyarakat disekitarnya.
2.1.3 Pembanding Judul Sejenis
 Revitalisasi Kawasan Kota Lama sebagai Kawasan Wisata di Kota Makassar oleh
Jayanti Mandasari dan Ihsan Latief, Prodi Pengembangan Wilayah dan Kota,
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, tahun 2013.
 Arah Kebijakan Revitalisasi Pantai Losari Kota Makasar (khisis Reklamasi
Pantai) oleh Kaharuddin, Program Studi Pasca Sarjana perencanaan Wilayah dan
Kota, Program Pascasarjana Universitas 45 Makasar, tahun 2014 di download 24
April 2017
 Skripsi Peremajaan Kawasan Kampung Solor Di Kota Kupang oleh Vira G.
Pratiwi Joenan, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universita Katolik
Widya Mandira Kupang, 2009
 Skripsi Revitalisasi Kawasan Kota Lama Lai-Lahi Bissi Koepan oleh Maurit
Simorangkir, ,Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universita Katolik
Widya Mandira Kupang, 2011
Bila untuk kedua judul pertama di atas merupakan tindakan revitalisasi
dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi kota lama namun menjadikan objek
wisata semata sedangkan pada kedua penulisan lainya lebih pada revitalisasi
sebagai kawasan perdagangan makan pada perencanaan saya melakukan tidakan
rivtalisasi dengan tujuan mengembalikan kembali kota lama kupang kembali
menjadi pusat pariwisata dan pusat perdagangan di kota kupang dimana kedua
sector yakni sector Ekonomi perdagangan dan Sektor Pariwisata yang saling
mendukung satu sama lain guna sehingga mampu tercapainya keingginan untuk
kembali memvitalkan fungsi kota lama Kupang sebagai destinasi wisata unggulan
dan usat bisnis dan pedagangan kembali seperti masa jayanya.

10
2.2 Pemahaman Tentang Obyek Perencanaan
a. Pemahaman Tentang Obyek Perencanaan
1. Teori Revitalisasi
2. Teori Kevin Lyinc – Image Of The City
 Path ( Jalur )
Path merupakan elemen paling penting dalam citra kota. Jika identitas
elemen ini tidak jelas, maka kebanyakan orang akan meragukan citra
kota secara keseluruhan. Path merupakan rute sirkulasi yang
biasanya digunakan untuk melakukan pergerakan secara umum, yakni
jalan-jalan, gang, jalan transit dan sebagainya. Path akan mempunyai
identitas yang lebih baik jika memiliki tujuan yang besar seperti tugu,
alun-alun,dan lain-lain.
 Edge ( Tepian )
Edge merupakan elemen linear yang tidak dipakai/dilihat sebagai path.
Edge berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi
sebagai pemutus linear misalnya pantai, tembok topografi, dsb. Edge
merupakan pengakhiran dari sebuah distrik atau batasan sebuah distrik
dengan distrik lainnya.
 District ( kawasan )
District merupakan kawasan kota dalam skala dua dimensi. sebuah
kawasan district memiliki cirri khas yang mirip ( bentuk, pola dan
wujudnya ) dan khas pula dalam batasnya, dimana orang harus merasa
memulai atau mengakhirinya
 Node ( Simpul )
Node merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah
dan aktifitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktifitas
lain. Misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang
taman, square, dsb. Node mempunyai identitas yang lebih baik jika
tempatnya memiliki bentuk yang jelas ( karena lebih mudah diingat )
serta tampilan berbeda dari lingkungannya.
 Landmark ( Tengeran )
Landmark merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang
tidak masuk ke dalamnya karena bisa dilihat dari luar letaknya. Landmark

11
adalah elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonojol
dari kota, misalnya gunung, gedung tinggi, tempat ibadah, dsb. Beberapa
landmark hanya mempunyai arti di daerah kecil, tetapi landmark lain
memiliki arti untuk keseluruhan kota dan bisa dilihat dimana-mana.
Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena membantu
orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan membantu sesorang
untuk mengenali suatu daerah.

Kelima elemen akan berfungsi dan berarti secara bersamaan dalam satu
jaringan interaksi yang besar. Namun tidak berarti dengan memiliki kelima
elemen ini sebuah kota langsung mempunyai citra yang baik. Oleh karena itu
harus diperhatikan kualitas formulasi kelima elemen tersebut dengan yang
lain. Dalam analisis dan perancangan kota, kualitas bentuk liama elemen
tersebut harus dicari dan ditingkatkan.

3. Tujuh (7) Elemen Bentuk Fisik Perkotaan Menurut Hamid Shirvani


 Pemanfaatan Tanah (Land Use)
Pemanfaatan tanah menentukan rencana-rencana dasar dua dimensi
dimana nantinya ruang tiga dimensi dibentuk dan fungsi-fungsi
diselenggarakan. Keputusan-keputusan pemanfaatan tanah membentuk
hubungan antara sirkulasi/parkir dan kepadatan kegiatan/pemanfaatan
dalam daerah perkotaan.

Ada 2 masalah utama dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam


pemanfaatan tanah antara lain :

 Kekurangan keanekaragaman pemanfaatan dalam suatu daerah


perkotaan
 Gagal mempertimbangkan faktor lingkungan fisik dan alamiah
 Kegagalan dalam pemeliharaan dan perbaikan infrastrutur perkotaan.
Yang menjadi kunci persoalan untuk pertimbangan dalam keputusan-
keputusan dalam pemanfaatan tanah di masa depan adalah mencampur
pemanfaatan di dalam daerah perkotaan untuk mengembangkan tenaga 24
jam dengan memperbaiki sirkulasi melalui fasilitas yang biasa dan
pemanfaatan infrastruktur yang lebih baik, analisa berdasarkan lingkungan

12
alamiah; dan perbaikan sistem-sistem infrastruktur dengan rencana-rencana
dan operasi-operasi pemeliharaan yang perlu.

 Bentuk Dan Masa bangunan


Prinsip-prinsip teknik dasar perkotaan yang ditampilkan Imerelgen (1965)
mempersatukan banyak persoalan kritis yang berhubungan dengan bentuk
dan massa bangunan yang meliputi :

 ” Skala ” berhubungan dengan pandangan manusia, sirkulasi bangunan-


bangunan tetangga dan ukuran lingkungan
 ” Ruang Perkotaan ” sebagai elemen utama desain perkotaan dan
kepentingan artikulasi oleh bentuk-bentuk skala dan jenis-jenis ruang
perkotaan
 ” Massa Perkotaan ” yang mencakup bangunan-bangunan, permukaan
tanah dan benda dalam ruang yang dapat diatur
Karena itu langkah yang perlu dalam mendefinisikan bentuk dan massa
bangunan adalah identifikasi prinsip-prinsip dan pemikiran di balik bentuk
fisik perkotaan.

 Parkir dan Sirkulasi


 Parkiran
Masalah perparkiran mempunyai 2 pengaruh langsung terhadap kualitas
lingkungan itu sendiri antara lain :

 Kelangsungan aktifitas kota ( dimana masalah parkir amatlah penting )


 Menimbulkan visual impact ( bentrokan visual ) terhadap bentuk fisik
dan struktur kota
Oleh karena itu dua hal penting yang harus selalu diperhatikan dalam suatu
perancangan kota yakni masalah akses ke pemilikan-pemilikan pribadi dan
parkiran serta menciptakan daerah parkir yang memadai dan tidak
mengganggu pemandangan adalah penting bagi keberhasilan suatu upaya
perencanaan kota.

Sebenarnya ada bermacam-macam cara untuk menangani masalah parkir


tanpa harus menciptakan lapangan-lapangan parkir antara lain :

13
 Dengan merancang suatu garasi parker di bagian-bagian kota dimana
gedung-gedung yang dibangun ternyata tidak menyediakan tempat
parkir. Sebaiknya konstruksi ini disertai dengan peraturan yang
mengharuskan penyediaan tempat parkir sebagai bagian dari peraturan
yang mengharuskan penyediaan tempat parkir sebagai bagian dari
perencanaan gedung di masa datang. Ground level dari garasi dapat
dimanfaatkan sebagai took demi keberlangsungan aktifitas di jalanan.
 Pendekatan kedua yakni dengan program multiguna yang
memaksimumkan pemanfaatan tempat parkir dengan suatu program
yang memungkinkan berbagai pemakaian dan berbagai orang pada
berbagai waktu.
 Pendekatan ketiga dengan menerapkan “ parkir sistem paket” ; bisnis
yang melibatkan banyak orang ( atau beberapa bisnis sekaligus ) bisa
meminta distrik parkir khusus atau menyisihkan beberapa blok sebagai
tempat parkir terpisah yang dapat digunakan sepanjang hari.
 Pendekatan terakhir yakni dengan penyediaan tempat parkir di
pinggiran kota ( urban – edge parking ).
 Sirkulasi
Sementara itu elemen sirkulasi sendiri dalam upaya perencanaan kota
menawarkan suatu alat yang ampuh dalam membangun lingkungan kota.
Elemen ini bisa membentuk, mengarahkan, bahkan mengendalikan pola
aktifitas ( dan pengembangan ) sebuah kota, misalnya kapan sebuah jalan
umum, jalur pejalan kaki serta sistem transit lainnya bertemu dan
memfokuskan aktifitas. Elemen ini juga bisa berperan sebagai dasar dari
perencanaan kota itu sendiri, menentukan dan mengakarakterisir bentuk
kota sebagai bagian-bagian terpisah, daerah aktifitas dan lain-lain.

Teknik yang digunakan untuk menciptakan sebuah sistem sirkulasi


yang baik antara lain berdasarkan tiga ( 3 ) prinsip utama yakni : Pertama,
jalanan itu sendiri haruslah merupakan elemen ruang terbuka yang enak
dipandang. Petunjuk-petunjuk perencanaan yang disarankan untuk
mencapai kriteria ini adalah :

 Menjaga lansekap dari elemen-elemen visual yang tidak diinginkan

14
 Mengatur ketinggian dan jarak- dari- jalan ( setback ) bagi bangunan-
bangunan yang ada di pinggir jalan
 Jalur parkir yang benar dan tanaman pembatas
 Menekankan lingkungan alamiah di sekitar jalan.
Prinsip Kedua yakni bahwa jalan harus mampu memberi mampu memberi
orientasi bagi pengemudi dan membuat lingkungannya mudah dikenali.
Teknik-teknik khusus untuk mencapai hal ini antara lain :

 Menciptakan landscape palette atau kwas lansekap yang menonjolkan


lingkungan distrik-distrik dan kampong-kampung di pinggir jalan
 Menciptakan suatu ‘ pemandangan jalan’ yang lengkap dengan asesori
dan lampu-lampunya.
 Memasukkan ke dalam masterplan, suatu sistem jalan yang lengkap
dengan pohon-pohon pembatas selain memanfaatkan landmark dan
pemakaian lahan-lahan di sekitar jalan sebagai suatu patokan visual
 Memisahkan urutan pentingnya jalan berdasarkan streetscape, jalur kiri
, setback, penggunaan lahan di sekitar jalan dan lain-lain.
Prinsip Ketiga yakni sector umum dan swasta harus bekerja sama untuk
mencapai tujuan itu.

Pada dasarnya tujuan utama dari banyak kecenderungan yang banyak


terjadi akhir-akhir ini dalam masalah perencanaan transportasi meliputi :

 Mengembangkan mobilitas di bagian-bagian kota yang berperan


sebagai pusat bisnis
 Menghambat pemakaian kendaraan pribadi
 Mendorong pemakaian kendaraan umum
 Mengembangkan akses ke pusat-pusat bisnis
 Ruang Terbuka
Ruang terbuka dapat didefinisikan sebagai semua lansekap ( jalan, trotoar
dan semacamnya) taman, dan ruang rekreasi di daerah perkotaan. Ruang
terbuka merupakan elemen penting dalam perencanaan kota, dan tentu saja
amat menentukan dalam perencanaan. Meskipun demikian, dahulu ruang
terbuka biasanya dirancang setelah bentuk bangunan dan arsitekturnya
selesai. Karena itu ruang terbuka lebih mirip sebagai tambahan dan bukannya

15
bagian integral dari proses desain. Jadi masalah utamanya disini adalah
bahwa sebuah ruang terbuka haruslah dianggap sebagai bagian integral dari
perencanaan sebuah kota.

 Jalur Pejalan Kaki


Perencanaan bagi para pejalan kaki bagi desan jalan perkotaan sangat lama
terabaikan. Seandainya daerah-daerah perbelanjaan dipinggir kota
memperhatikan kemudahan-kemudahan bagi pejalan kaki dan kendaraan,
mereka akan memiliki kelebihan-kelebihan dibanding pusat perbelanjaan
yang ada di tengah kota. Jalur pejalan kaki adalah elemen penting dalam
perencanaan kota dan bukan sekedar bagian dari program mempercantik
kota.

Fungsi jalur pejalan kaki secara keseluruhan antara lain :

 Mengurangi ketergantungan akan mobil di tengah kota


 Menaikkan frekuensi perjalanan ke tengah kota, membantu lingkungan
dengan menciptakan suatu sistem berskala manusia (human scale
system)
 Mendorong aktifitas perdagangan
Menolong meningkatkan kualitas udara
 Dukungan Aktivitas
Dukungan aktivitas meliputi semua penggunaan dan kegiatan yang
membantu memperkuat ruang-ruang umum di perkotaan,karena aktivitas dan
ruang-ruang fisik selalu merupakan pelengkap satu sama lain. Dukungan
aktivitas ini tidak hanya berarti terlengkapnya jalur-jalur pejalan kaki dan
plasa-plasa. Diperlukan juga pertimbangan terhadap fungsi utama dan
penggunaan dari elemen-elemen kota yang bisa menghidupkan seperti
misalnya pasar swalayan, taman-taman rekreasi, pusat pemerintahan,
perpustakaan umum,dll. Tujuannya adalah untuk menempatkan poros-poros
aktivitas utama di tempat paling fungsional, memadukannya dengan
penggunaan-penggunaan komplementer dan kemudian menghubungkannya
satu sama lain dengan sebuah jalur pejalan kaki yang aman dan memang
dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan para pejalan kaki.

 Tanda ( Signage)

16
Dipandang dari sudut perancangan kota, sudah semestinya ukuran dan mutu
desain papan-papan reklame yang ada diatur juga agar tercipta suatu
keserasian, dampak visual yang tidak berlebihan dan sekaligus mengurangi
kesemrawutan dan persaingan dengan rambu lalu lintas dan publik yang
memang diperlukan. Tanpa mengabaikan pentingnya rambu-rambu bisnis di
suatu daerah, kita juga harus memperhatikan kualitas dari lingkungan fisik
yang harus dimiliki. Rambu-rambu yang terdesain baik turut mendukung
karakter dari penampilan gedung sekaligus, menghidupkan jalanan, selain
memberikan informasi barang dan jasa bisnis pribadi.

Salah satu pendekatan dalam menciptakan kriteria fungsional bagi papan-


papan reklame adalah dengan mengatur ukurannya. Adapun petunjuk-
petunjuk khusus yang diusulkan dalam pemasangan papan-papan reklame
antara lain :

 Penggunaan papan-papan reklame yang mencerminkan sifat-sifat khas


dari daerah tersebut
 Jarak antar papan relame yang memadai untuk menjamin visibilitas
sekaligus menghindarkan kesemrawutan dan ’overcrowding’
 Penggunaan papan reklame yang sesuai dengan arsitektur tempatnya
berdiri
 Membatasi papan-papan reklame yang bercahaya
 Melarang pemasangan papan-papan reklame raksasa yang mendominasi
pemandangan dari daerah-daerah pejalan kaki.
b.
2.3 Pemahaman Tema
Dari judul Studi Revitalisasi Kawasan Pesisir Pantai Kota Lama Kota Kupang makan
mengambil tema yang sesuai yakni “Revitalisasi Arsitektur dan Lingkungan”.
Pengertian dari tema itu sendiri adalah sebagai berikut :
 Revitalisasi
Revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan memvitalkan sesuatu. (kamus
lengkap bahasa indonesia, tim prima pena;555).
 Arsitektur
Arsitektur adalah metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan.
(kamus lengkap bahasa indonesia, tim prima pena;66).

17
Secara umum berdasarkan para ahli, arsitektur dapat disimpulkan sebagai ilmu
yang memadukan seni dan juga teknologi ruang atau bangunan dengan
memperhatikan fungsi, struktur dan estetika.

2.4

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Pengumpulan Data


 Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh melalui pengamatan
secara langsung seperti observasi lapangan dan wawancara

1. Data ukuran site, data jenis vegetasi dan kondisi topografi, geologi
sehingga menunjang analisa site dan kelayakan studi lokasi;
2. Wawancara secara langsung dengan Narasumber yakni Penduduk sekitar
tentang pemahaman obyek perencanaan kali ini dimana dengan tujuan
mendapat gambaran kebutuhan masyarakat, hubungan dan pola ruang,
fasilitas utama maupun penunjang, aktivitas, serta berbagai aktifitas lain
yang dapat menjadi informasi yang menunjang bagi hasil penelitian

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data Primer


No Jenis Data Sumber Data Metoda Analisis
1. Dokumentasi Kamera Pengambilan data Kebutuhan bangunan dan
berupa foto pribadi secara primer, dengan pengolahan tapak
memberikan surat
keterangan
pengambilan data
2. Wawancara Hasil rekaman Pengambilan data Kebutuhan bangunan dan
secara primer, dengan pengolahan tapak
memberikan surat
keterangan
pengambilan data
(sumber : analisa pribadi)
 Data Sekunder

Untuk Kebutuhan Data Sekunder yang dibutuhkan yakni antara lain meliputi
1. Data Mengenai Peraturan yang Berlaku yakni atara lain peraturan
Mengenai Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) kota Kupang
2. Peraturan Mengenai Pemanfaatan Fungsi lahan Kota Kupang khususnya
Pada Obyek Perencanaan yakni pada area Kota Lama Kota Kupang

19
3. Data-Data berupa catatan tertulis baik secara kuantitatif maupun kualitatif
mengenai keadaan sosial budaya masyarakat, peta kondisi wilayah seperti
pola penggunaaan lahan, jaringan utilitas, transportasi, dan jenis tanah,
tinggi permukaan air laut pada saat pasang Naik Maupun Pasang Surut dan
Lain sebagainya

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

No Jenis Data Sumber Data Metoda Analisis


1. Data RTRW BAPPEDA Pengambilan data Lokasi Studi
Kota Kupang Kota Kupang secara sekunder,
dengan
memberikan
surat keterangan
pengambilan data
2. Data Dinas Pengambilan data Lokasi Studi
Administrasi Pekerjaan secara sekunder,
dan Umum dan dengan
Geografis Penataan memberikan
Ruang, Dinas surat keterangan
Perumahan, pengambilan data
Kawasan
Permukiman
dan
Lingkungan
Hidup
3. Data Jumlah Badan Pusat Pengambilan data Kebutuhan
Masyarakat Statistik Kota secara sekunder, besaran dan
Kupang dengan luasan bangunan,
memberikan jumlah dan
surat keterangan klasifikasi lansia
pengambilan data
4. Buku Perpustakaan, Meminjam Fungsi, Ruang,
panduan toko buku (di dengan kebijakan Sirkulasi
(literatur) kota Kupang), yang dipakai oleh
yang internet, serta perpustakaan,
membahas skripsi dan membeli dan
lingkup jurnal ilmiah menggunakan
tentang yang relevan internet

20
Kawasan ,
Revitalisasi,
Sejarah Kota
Tua
(sumber : analisa pribadi)
3.2. Teknik Analisa Data
1.2.1 Analisa Kualitatif
Analisa Kualitatif meliputi hubungan sebab akibat dalam kaitannya
dengan penciptaan lingkungan yang memiliki hubungan dengan Panti Sosial
Tresna Werdha yang dikaitkan dengan pendekatan arsitektur perilaku.
 Hubungan ruang sesuai dengan zoning yang ditetapkan yang dikaitkan
dengan kebiasaan dan dan kebutuhan (ketergantungan) lansia.
 Pengaruh ruang terhadap kenyamanan dan keamanan pengguna.
 Bentuk dan tampilan disesuaikan dengan prinsip-prinsip pendekatan
arsitektur perilaku.
 Kualitas lingkungan yang mendukung bangunan dan pola aktivitas
pengguna.
1.2.2 Analisa Kuantitatif
Analisa ini dilakukan dengan membuat perhitungan – perhitungan
berdasarkan studi atau standar yang telah ditentukan ataupun sumber lain yang
berkaitan dengan kebijakan atau standar dalam merencanakan panti werdha
untuk mendapatkan sebuah besaran atau luasan ruang serta kebutuhan ruang
yang direncanakan.
Analisa ini diorientasikan pada :
 Jumlah pengguna : pengelola dan penghuni.
 Dimensi ruang, baik ruang dalam maupun ruang luar.
 Fasilitas, perabot yang digunakan pada objek perencanaan sesuai dengan
aktifitas dan fungsi dari bangunan.
 Proporsi bentuk dan tampilan bangunan.

21
BAB IV
TINJAUAN OBJEK PERENCANAAN

4.1 Lokasi
Yang dipilih sebagai sebuah objek penelitian yakni Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Agung Kupang. Lokasi penelitian terletak di Jalan Rambutan, Kelurahan Oepura,
Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, dengan batas-batas wilayah Panti Sosial Tresna
Werdha Kota Kupang sebagai berikut :
 Utara : Pemukiman Warga
 Selatan : Jalan Rambutan
 Timur : Jalan Lingkungan
 Barat : Pemukiman Warga

Kota Kupang, secara geografis terletak antara, 10° 36’ 14° – 10° 39’ 58° LS dan 123°
32’ 23° – 123° 32’ 23° - 123° 37’ 01° BT, dengan batas fisik sebagai berikut: Utara :
dengan Teluk Kupang Selatan : dengan Kec. Kupang Barat Kab. Kupang Timur : dengan
Kec. Kupang Tengah dan Kupang Barat Kab. Kupang Barat : dengan Kec. Kupang Barat
Kab. Kupang dan Selat Semau.

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Kupang


(sumber : RTRW Kota Kupang)

22
Gambar 4.2 Lokasi Perancangan
(sumber : Google earth)

4.2 Fisik Dasar


4.2.1 Iklim
 Musim
Di Kota Kupang, sebagaimana daerah lainnya di NTT khususnya daratan
Timor dikenal hanya dua musim saja yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan
tidak banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim kemarau. Sebaliknya
pada bulan Desember – Maret arus angin yang datang dari benua Asia dan
Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan.
Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa
peralihan Mei–Juni dan November– Desember. Wilayah Kota Kupang pada
umumnya mempunyai iklim dan curah hujan yang tidak merata. Curah hujan pada
daerah-daerah lain relatif rendah.
 Suhu dan Kelembaban Udara
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya
tempat tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2012
rata-rata suhu udara minimum di Kota Kupang adalah 20,0°C – 24,0°C. Suhu
udara maksimum terjadi pada bulan Nopember (34,8°C) dan suhu udara minimum
terjadi pada bulan Agustus (20,0oC). Di tahun 2012, Kelembaban tertinggi pada

23
bulan Januari dan Maret (88%) dan terendah pada bulan Agustus (62%) dengan
kelembaban udara tahunan rata-rata 74,5 %. Perkembangan rata-rata temperatur
udara periode 2008-2012 berkisar antara 24,3 oC -29,7 oC
 Curah Hujan dan Keadaan Angin
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,
keadaan topografi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah
curah hujan jadi beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata
curah hujan selama tahun 2017 tertinggi adalah pada bulan Februari (469.8 m3)
dan terendah adalah bulan April (18m3)
4.2.2 Topografi
Secara topografi Kota Kupang terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan
perbukitan. Untuk daerah terendah terletak pada ketinggian 0-50 meter dari
permukaan laut rata-rata, sedangkan daerah tertinggi terletak di bagian selatan
dengan ketinggian antara 100-350 meter dari permukaan laut. Daerah pantai
merupakan kawasan di bagaian utara yang berbatasan langsung dengan teluk
Kupang dengan kemiringan antara 0% sampai 2%, daerah dataran rendah
merupakan kawasan di bagian pesisir, dengan kemiringan antara 2-5%.
4.2.3 Geologi
Pembentukan tanah terdiri dari bahan keras dan bahan non vulkanis. Bahan-
bahan mediteran, litosol terdapat di kecamatan Alak, Maulafa, Oebobo, Kota
Raja, Kota Lama. Permukaan terdiri dari batu karang dan tidak rata serta tanah
berwarna merah dan hitam.

4.3 Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Agung


Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur (2017) hanya terdapat
1 panti jompo yang berada di Kota Kupang. Panti jompo yang dibentuk untuk melayani
dan merawat para lansia, khususnya di Kota Kupang adalah Panti Sosial Penyantunan
Lanjut Usia Budi Agung Kupang. Lansia yang masuk ke Panti Sosial Penyantunan Lanjut
Usia Budi Agung Kupang harus memenuhi beberapa kriteria yakni usia di atas 60 tahun,
sehat jasmani dan rohani, tidak berpenyakit menular, tidak diperhatikan keluarga, tinggal
seorang diri tanpa keluarga dan yang paling penting adalah kesukarelaan lansia untuk
tinggal di Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang tanpa paksaan.
Lansia yang memilih untuk tinggal di Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung

24
Kupang tersebut sebelumnya telah mendapatkan informasi dari lingkungan sekitar karena
sudah diadakan sosialisasi dibeberapa organisasi maupun instansi tentang fasilitas dan
aktivitas yang ada di Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang.
Lansia yang memilih tinggal di Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung
Kupang diseleksi dengan mencari tahu keadaan lansia, keadaan keluarga dan juga
lingkungan sekitar. Setelah diseleksi dan memenuhi kriteria maka lansia bisa tinggal di
Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang. Lansia yang sudah masuk ke
Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang, membuat surat pernyataan
yang didalamnya berisi tentang kesediaan lansia melakukan orientasi selama tiga bulan.
Hal ini dilakukan untuk melihat penyesuaian diri lansia di dalam Panti Sosial
Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang. Jika lansia tidak bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang, maka
akan dilakukan terminasi yakni mengembalikan lansia ke lingkungan awal dimana lansia
tinggal. Para lansia yang telah melewati masa orientasi selama 3 bulan, dianggap sudah
merasakan kenyamanan di tempat tersebut, mampu melibatkan diri, bukan hanya untuk
suatu kegiatan tetapi juga melibatkan diri secara total dalam suatu hubungan relasi
bersama para lansia lainnya di lingkungan Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi
Agung Kupang.
PANTI Jompo Budi Agung binaan UPT Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Kupang, di
Jalan Rambutan, Kelurahan Oepura, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang saat ini
memiliki 62 penghuni. puluhan Lansia ini dibina, dirawat, didampingi dan tinggal di 11
wisma dengan daya tampung 3-9 orang. Wisma-wisma ini terletak di lingkungan UPT
Kesejahteraan Sosial dan rata-rata warga lanjut usia yang menetap di Panti Jompo ini
berusia di atas 60 tahun dan paling banyak berasal dari Kabupaten TTS. Daya tampung
atau kuota di Panti Budi Agung ini sebanyak 85 orang namun saat ini yang terdata
sebanyak 62 orang yang tinggal dan menghuni di panti Budi Agung ini. (Victory News,
28 Agustus 2020)
Hasil wawancara awal dan observasi yang didapatkan peneliti dari UPT Panti Sosial
Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang, dari tanggal 07 Februari-13 Februari 2018
ditemukan bahwa secara fisik, lansia yang ada di Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia
Budi Agung Kupang mengalami perubahan fisik sesuai dengan tahap perkembangan.
Data rekam medik lansia yang didapatkan adalah 1 orang mengalami luka- luka
ditubuhnya, 4 orang menderita penyakit jantung, 4 orang menderita penyakit diabetes,
dan 37 orang mengalami hipertensi. Para lansia yang mengalami sakit terkhususnya yang
25
mempunyai riwayat penyakit jantung, tidak dilibatkan pada kegiatan rekreasi dan
olahraga. Para lansia yang memiliki riwayat penyakit-penyakit ini, mengaku bahwa
mereka hanya bisa berpasrah pada keadaan yang ada, walaupun terkadang merasa stres
dengan penyakit yang ada karena menghambat lansia untuk melakukan hal-hal yang
disenangi. Selain itu, secara psikologis ada lansia mengaku bahwa terkadang masih
merasa sedih karena sulit menerima kematian pasangannya, merindukan keluarga yang
jarang bahkan tidak pernah berkunjung, merasa sedih dan mengeluh karena kondisi
keuangan yang menurun.

4.4 Tinjauan Arsitektur Perilaku

4.4.1 Kajian Arsitektur dan Perilaku


Dalam Anthoius & Egam (2011:56), Menurut John Locke, salah satu took
emperis, pada waktu lahir menusia tidak mempunyai “warna mental”. Warna ini
didapat dari pengalaman. Bicara tentang arsitektur perilaku maka kita perlu
mengetahui lebih dahulu “psikologi”. Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang
tingkah laku dan pengetahuan psikis (jiwa) manusia. Sedangkan jiwa diartikan
sebagai jiwa yang memateri, jiwa yang meraga, yaitu tingkah laku manusia (segala
aktivitas, perbuatan dan penampilan diri) sepanjang hidupnya. Lingkungan sungguh
dapat mempengaruhi manusia secara psikologi, adapun hubungan antara lingkungan
dan perilaku adalah sebagai berikut:
 Lingkungan dapat mempengaruhi prilaku-lingkungan fisik membatasi apa yang
dilakukan manusia.
 Lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku-lingkungan fisik dapat
menentukan bagaimana kita harus bertindak
 Lingkungan membentuk kepribadian
 Lingkngan akan mempengaruhi citra diri

Perilaku mencakup perilau yang kasat mata seperti makan, menangis, memasak,
melihat, bekerja dan perilaku yang tidak kasat mata, seperti fantasi, motivasi, dan
proses yang terjadi sewaktu seseorang diam aatau secara fisik tidak bergerak. Sebagai
objek studi emperis, perilaku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (Anthonius &
Egam, 2011:57)

26
 Perilaku itu sendiri kasatmata, tetapi penyebab terjadinya perilaku secara langsung
mungkin tidak dapat diamati.
 Perilaku mengenal berbagai tingkatann, yaitu perilaku sederhana dan stereotip,
seperti perilaku binatang bersel satu, perilaku kompleks seperti perilaku sosial
manusia, perilaku sederhana, seperti reflex, tetapi ada juga yang melibatkan
proses mental biologis yang lebih tinggi.
 Perilaku bervariasi dengan klasifikasi: kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang
menunjukkan pada sifat rasional, emosional, dan gerakan fisik dalam berperilaku.
 Perilaku bisa didasari dan bisa juga tidak didasari.

4.4.2 Prinsip-Prinsip Dalam Tema Arsitektur Perilaku Prinsip tema arsitektur


perilaku yang harus diperhatikan dalam penerapan tema arsitekur perilaku yaitu
perancangan fisik ruang yang mempunyai variable-variable yang berpengaruh
terhadap perilaku pengguna, yaitu: (Anthonius & Egam, 2011:58- 59)
 Ukuran dengan bentuk ruang yang tidak tepat akan mempengaruhi psikologi dan
tingkah laku penggunanya. Ukuran ruang disesuaikan dengan kebutuhan
pengguna, dimana ukuran ruangan tersebut disesuaikan dengan aktivitas dan
kebutuhan penggunna dalam satu ruangan tersebut.
 Perabot dan pentaannya. Perabot dibuat untuk memenuhi tujuan fungsional dan
penataannya mempengaruhi perilaku pengguan. Penataan perabot dalam ruang
disesuaikan dengan kebutuhan serta aktivitas pengguna ruang.
 Warna, memiliki peran penting dalam penciptan suasana ruang dan mendukung
perilaku-perilaku tertentu. Warna berpengaruh terhadap tanggapan psikologi dan
berpengaruh terhadap kualitas ruang. Warna yang digunakan dalam ruangan harus
memiliki nilai positif yang dapat merubah atau mempengaruhi perilaku negative.
Tabel 2.2 Perbandingan Warna
KESADARAN KESAN DARI RANGSANGAN
WARNA
DARI JARAK KEHANGATAN MENTAL
Ungu Sangat jauh Dingin Penuh ketenangan
Hijau Sangat jauh Dingin ke netral Sangat tenang
Merah Dekat Hangat Sangat merangsang
Orange Sangat Dekat Sangat hangat Merangsang
Kuning Dekat Sangat hangat Merangsang

27
Coklat Sangat Dekat Netral Merangsang
ungu Sangat Dekat Dingin Agresif, menekan
(sumber : Antonius & Egan, 2011)

 Suara, Temperatur dan pencahayaan. Unsur – unsur ini mempunyai andil dalam
mempengaruhi kondisi ruang dan penggunanya.
1) Suara yang keras dapat mengganggu ketenangan seseorangg. Agar tidak
menggagu dengan suara keras, maka ruang dibuat kedap suara agar suara
tidak mengganggu ketenangan orang lain.
2) Temeratur berpengaruh dengan kenyamanan pengguna ruang, dimana suhu
ruang sangat memengaruhi kenyamanan ruang (thermal comfort untuk orang
Indonesia ialah antara 2,540 C– 28,90C) 64 3) Pencahayaan dapat
mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Ruang yang cenderung minim
pencahayaannya membuat orang menjadi malas dan jika terlalu terang dapat
menyebabkan silau dan menyakitkan mata.
3) Pencahayaan dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Ruang yang
cenderung minim pencahayaannya membuat orang menjadi malas dan jika
terlalu terang dapat menyebabkan silau dan menyakitkan mata.

28
BAB V
RENCANA PENELITIAN

5.1 Organisasi Penelitian


5.1.1 Pembimbing Seminar Proposal
 Pembimbing 1
Nama : Benediktus Boli, ST., MT
Jabatan : Dosen Arsitektur
Hubungan Kerja : Dosen Pembimbing 1
Alamat : Fakultas Teknik Unwira
 Pembimbing 2
Nama : Yuliana Bhara Mberu, ST., MT
Jabatan : Dosen Arsitektur
Hubungan Kerja : Dosen Pembimbing 2
Alamat : Fakultas Teknik Unwira

5.1.2 Penulis/Pelaksana Penelitian


Nama : Klemens Marius BT
No. Regis : 221 17 079
Jabatan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Teknik/Arsitektur
Semester : VIII (Delapan)
Alamat : Tuak Daun Merah (TDM) III
5.1.3 Pembimbing Akademik
Nama : Budhy B. lily, ST., MT
Jabatan : Dosen arsitektur
Alamat : Fakultas Teknik Unwira

29
5.2 Jadwal Penelitian
Tabel 5.1 Tabel Jadwal Penelitian
Waktu
No Tahap Kegiatan April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penentuan Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Survey Data
4. Olah Data dan Analisa
5. Penyusunan Laporan Hasil
(Sumber : Analisa Pribadi)

5.3 Biaya Penelitian


Tabel 5.1 Tabel Kebutuhan Biaya Penelitian

No Kegiatan Biaya (Rp) Keterangan

1 Penentuan Judul 50.000,00 Pengajuan Judul


Pengadaan Literatur dan Referensi Buku, E-book
2 500.000,00
Pengadaan Literatur (Sumber Internet)
Tahap Penelitian
Pengetikan Data,
3 (Pengumpulan,Pengolahan 500.000,00
Transportasi, Konsumsi
dan Pengetikan Data)
Penulisan Proposal, Laporan Pengetikan,Asistensi &
4 300.000,00
Hasil Penjilidan
5 Lain-lain 300.000,00 Biaya tak terduga

Jumlah 1.950.000,00

Terbilang : Satu Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah


(Sumber : Analisa Pribadi)

30
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan


Lanjut Usia

Agnestiani Batzeba Mbeo, M. K. P. Abdi Keraf , Dian Lestari Anakaka, Journal of


Health and Behavioral Science “Kebahagiaan Lansia Di Panti Sosial”, Vol.1, No.3,
September 2019, pp. 166~178

Hurlock, B. Elizabeth, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Rentang


Kehidupan, Erlangga, Jakarta, 1996.

Mangoenprasodjo, A. Setiono, Mengisi Hari Tua dengan Bahagia, Pradipta


Publishing, Jakarta, 2005

IW Parwata, · 2017, Modul Ajar Studio Perancangan Arsitektur 2 Universitas


Warmadewa, data diperoleh melalui internet : http://repository.warmadewa.ac.id/id/
eprint/294 /4/4.%20b uku%20DEA2%20(lengkap).pdf

Andrea Safitri, Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura “Panti


Sosial Tresna Werdha Kota Pontianak”, Volume 3 / Nomor 1 / Maret 2015

Wahdaniar Mustarim, 2018. Panti Sosial Tresna Werdha Di Makasar Dengan


Pendekatan Arsitektur Perilaku. Skripsi. Program Sarjana Arsitektur Jurusan Teknik
Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Benbow MSW William. 2014. Benbow Best Practice Design Guedilines Nursing
Home.

Anthonius N.Tandal, Egam Pingkan.P. 2011. Arsitektur Berwawasan Perilaku


(Behaviorisme).Jurnal. Universitas Sam Ratulangi Manado.

DSG Design Standars for Nursing Home, Version 03. 2015.


31
Panero Julius. Human Dimension & Interior Space. Whitney Library of Design.1979

Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Nusa Tenggara Timur. 2017. Review Rencana
Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kota Kupang Tahun 2017-
2021

32

Anda mungkin juga menyukai