Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Teori Kota dan Pemukiman

22-Januari-2019

Morfologi Kota
(Studi Kasus : Morfologi Kota Jakarta )
“Febby Aprilian Hutapea” ( NIM : 1670121005 )

Abstrak. Pertumbuhan dan perkembangan kota berbanding lurus dengan


perkembangan kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan politik yang melatar
belakanginya. Perkembangan kota juga disertai pertambahan jumlah penduduk,
baik oleh pertumbuhan alamiah maupun pertumbuhan non alamiah yang
mengarah pada bentukan pola morfologi kota.

Pendahuluan

Kota akan selalu tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan


kehidupan sosial- budaya, ekonomi dan politik yang melatar belakanginya.
Perkembangan kota merupakan hasil karya dari konstruksi pemikiran manusia baik
dalam tataran adaptasi terhadap lingkungan maupun adjustment. Budaya
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan images dari citra kota dapat
berubah. Masyarakat kota dengan latar belakang tertentu dari pola hidup tradisional
hingga modern mempengaruhi perubahan dalam bentukan kota. Faktor kemantapan
budaya masyarakat dalam mempertahankan penetrasi budaya luar (pengaruh
akulturasi dan asismilasi budaya) dan intensitas pengaruh perubahan merupakan
dua faktor yang sangat menentukan proses perkembangan kota. Di samping itu
faktor-faktor alamiah seperti keadaan geografis, struktur tanah dan sebagainya
mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kota
(Wikantiyoso,1995). Nielsen (2005), mengungkapkan bahwa terdapat tiga faktor
yang berperan penting dalam proses pertumbuhan kota, yakni ekologi, teknologi dan
organisasi sosial. Perkembangan kota tersebut merupakan proses berkesinambungan
yang erat kaitannya dengan perubahan sosial-budaya masyarakat. Keberadaan
kota tidak lepas dari sejarah awal perkembangan, kondisi saat ini, serta wajah kota
di masa yang akan datang.

Kota Jakarta

- Kota Jakarta terletak di barat laut PulauJawa dengan jumlah penduduk 9.607.787
jiwa pada Tahun 2010.
- Jakarta pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-
1619), Batavia atau Jaccatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972).
Ekspansi lahan dalam pembangunan Kota Batavia
A. Perkembangan Morfologi Kota Jakarta (1)

• Periode penjajahan Portugis (1610) – Pada masa ini telah datang berbagai bangsa lain
yang menetap di Jayakarta – Dimulai dengan membangun tepian sungai Ciliwung
sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian pada masa pemerintahan Jayawikarta. –
Dibangunnya gudang- gudang Portugis dan Inggris serta pada pusat kerajaan Jayakarta
yang terdapat pada sisi barat sungai Ciliwung.

B. Perkembangan Morfologi Kota Jakarta (2)


• Periode penjajahan Belanda (1619) – Ditandai dengan datangnya bangsa Belanda yang
diperbolehkan membangun Benteng pertahanan dan membuat pemukiman untuk warga
Belanda. – Untuk memperkuat posisi pemerintahan kolonial dan memperlancar
pertumbuhan ekonomi, dibangun infrastruktur kota Batavia diantaranya pelabuhan, pusat
pemerintahan, pemukiman, benteng pertahanan militer, pusat hiburan, pusat perbelanjaan
dan sarana transportasi berupa kanal-kanal.

C. Perkembangan Morfologi Kota Jakarta (3)

Membangun kota batavia dengan pola grid

– Belanda mulai membangun kota Bentengnya berdasarkan kota Amsterdam yang


menggunakan kanal-kanal dan jalan yang berbentuk grid.
– Pada perkembangan selanjutnya grid-grid yang dibentuk oleh kanal- kanal tersebut
dinyatakan tidak sehat karena timbul wabah malaria dan pes sehingga Benteng
Kasteel Batavia kemudian dihancurkan oleh Daendles, yang kemudian difungsikan
untuk menimbuni kanal-kanal yang sudah dangkal. Rencana Kota Batavia dengan
pola Grid

Kanal Batavia 1940 Kanala Kota Tua- sekarang


D. Perkembangan Morfologi Kota Jakarta (4)

Rencana pembangunan Koningsplein Kondisi sekarang Monumen Nasional

– Deandles membuka sebidang tanah yang diberi nama Koningsplein di bagian selatan
kota yang lambat laun terjadi perubahan yang tidak teratur karena adanya
penambahan bangunan bangunan, rel-rel kereta api, penggunaan lahan sebagai pasar
tahunan atau Jaarmarkt atau Pasar Gambir.

E. Perkembangan Morfologi Kota Jakarta (5)

Kondisi sekarang Jl. Jendral Sudirman

• Periode Pasca Kemerdekaan (Tahun 1970)

- Dimulai ketika Ali Sadikin sebagai Gubernur Jakarta membangun Jakarta agar
menjadi setara dengan kota-kota besar di dunia.
- Munculnya proyek-proyek pembangunan seperti Taman Ismail Marzuki, Museum
Fatahillah, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol,
Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, Kota satelit Pluit, dan pelestarian budaya
Betawi di Condet.
- Pada masa ini Poros Medan Merdeka- Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan
sebagai pusat bisnis kota, menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-
Jatinegara.

Pemindahan poros yang dilakukan oleh Gubernur Ali Sadikin

• Periode Gubernur Sutiyoso (1997- 2007) - Kepadatan penduduk meningkat tajam -


Jakarta menjadi kawasan metropolitan bersama dengan Bogor- Depok-Tangerang-
Bekasi - Beberapa proyek ikonik antara lain: Bus Rapid Transit (BRT) dan
pembangunan kembali banjir kanal

• Periode Gubernur Fauzi Bowo- sekarang Jakarta harus melakukan penataan kembali
terkait masalah-masalah yang muncul akibat tekanan urbanisasi

Visuaisasi perubahan morfologi Kota Jakarta dari waktu ke waktu

Abad 18 Kota Tua Jakarta


Kesimpulan

Pertumbuhan kota Jakarta memiliki sejarah perjalanan yang Panjang selama 481
tahun sehingga merupakan salah satu kota yangtertua di Indonesia. Perkembangan kota tua
ini memang sangat cepat dengan keanekaragaman dan ciri khas yang unik sehingga
memilikisejarah yang berbeda dengan kota lain. Sejak awal terbentuknya kota Jakarta sekitar
500 tahun yang lalu dari berdirinya kerajaan sunda.Banyak perubahan yang terjadi akibat
kedatangan bangsa asing ini, mulai dari berkembangnya kota menjadi pusat
perdangaganinternasional. Serta sejarah lahir dan terbentuknya kota Jakarta dan kekuasan
pemerintahan yang diambil alih oleh belanda sehinggaperubahan nama kota Jakarta menjadi
Batavia. Kota Batavia merupakan kota benteng karena dikelilingi oleh tembok-tembok tinggi.
Dalamperkembangannya. Akan tetapi setelah kekuasaan pemerintahan jatuh ke tangan jepang
nama Batavia berubah kembali menjadi Jakartasetelah kedaulatan kembali diberikan kepada
Indonesia. Kemudian penetapan kota Jakarta menjadi Ibukota Negara Republik Indonsia.
Hal inilantas membuat keadaan kota Jakarta menjadi terus berkembang dengan pesat dengan
berdirinya gedung-gedung pemerintahan. Sejaktahun 1966, Jakarta berkembang dengan
mantap menjadi sebuah metropolitan modern dengan bentuk kota yang tidak teratur

Anda mungkin juga menyukai