Anda di halaman 1dari 14

MORFOLOGI

KOTA

Dosen :

Altim Setiawan, S.T.,M.T.

Rezki Awalia, S.T.,M.T

Oleh :

-Devitha Sari L F231 18 083

-Frengki Werokita F231 18 104

-Lucky Hidayat F231 18 146

-Moh Alif Insan kamil sahi F231 18 149

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS TEKNIK ARSITEKTUR

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


Kata Pengantar

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Berkat Limpahan dan Rahmad-Nya
kamidapat menyelesaikan Laporan ini. Yang merupakan salah satu bagian dari mata kuliah
Morfologi Kota pada kuliah Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Laporan ini adalah salah
satu tugas kelompok yang mengidentifikasikan mengenai bentuk suatu kota termasuk
identifikasi sejarah, faktor maupun ciri/karakteristik. Kami mengambil tema Kota Tokyo

Semua terkait pembahasannya akan di jelaskan di dalam laporan ini. Kami sangat
berterimakasih oleh dosen pembimbing kami yaitu bapak Altim Setiawan, S.T.,M.T. dan ibu
Rezki Awalia, S.T.,M.T serta sumber-sumber terkait dalam pembuatan laporan ini. Laporan ini
sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami sangat memohon kritikan dari para pembaca
untuk perbaikan makalah kami di kemudian hari.

Palu

Kelompok
Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................................2

Daftar Isi..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4

1.1 Latar Belakang.....................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................6

2.1 Sejara Kota Tokyo................................................................................6

2.2 Faktor Terbentuknya Kota Tokyo........................................................8

2.3 Karakteristik Kota Tokyo...................................................................13

BAB III PENUTUP.............................................................................................14

Daftar Pustaka......................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Morfologi kota adalah penelusuran proses dan faktor-faktor perkembangan suatu
kawasan melalui sejarahnya akibat dari perubahan struktur ruang kawasan yang
berkaitan dengan artefak-artefak di dalam kawasan yang ada pada dasarnya menyangkut
kualitas figurasi dalam konteks bentuk dari pembatas ruang, bentuk figurasi tersebut
dapat dihubungkan melalui unsur tata ruang individual, plot, jalan-blok, dan pola jalan
(street plan/layout plan), dan unsur tata bangunan berupa bangunan dan ruang terbuka di
dalamnya. Sedangkan tipologi sebagai klasifikasi watak atau karakteristik dari formasi
objek-objek bentukan fisik kota dalam skala lebih kecil.
Kota akan selalu tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan
kehidupan social budaya, ekonomi dan politik yang melatar belakanginya.
Perkembangan kota merupakan hasil karya dari konstruksi pemikiran manusia baik dalam
tataran adaptasi terhadap lingkungan maupun adjustment. Budaya merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan images dari citra kota dapat berubah. Masyarakat kota dengan
latar belakang tertentu dari pola hidup tradisional hingga modern mempengaruhi
perubahan dalam bentukan kota. Faktor kemantapan budaya masyarakat dalam
mempertahankan penetrasi budaya luar (pengaruh akulturasi dan asismilasi budaya) dan
intensitas pengaruh perubahan merupakan dua faktor yang sangat menentukan proses
perkembangan kota. Di samping itu faktor-faktor alamiah seperti keadaan geografis,
struktur tanah dan sebagainya mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan kota (Wikantiyoso,1995). Perkembangan kota sangat berkaitan
dengan fungsi waktu, hal ini mengingatkan kita pada masa lampau yaitu aspek
kesejarahan memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk morfologi kota
(Mumford,1967). Bentuk kota bukan hanya sekedar produk, tetapi juga merupakan
proses akumulasi menifestasi fisik dari kehidupan non fisik, yang dipengaruhi oleh sistem
nilai dan norma-norma yang berlaku pada masa pembentukannya (Danisworo,1989).
Dapat juga dikatakan sebagai urban artifact, kota dalam perjalanan sejarahnya telah dan
akan membentuk suatu pola morfologi sebagai implementasi bentuk perubahan sosial-
budaya masyarakat yang membentuknya. Selanjutnya ketika berbicara mengenai dua hal
yang telah dijelaskan di atas, yaitu perkembangan dan bentuk kota. Maka perkembangan
dan bentuk kota merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan di dalam melihat
suatu kondisi perkotaan dalam hal ini ditinjau dari pola morfologi kota.
Morfologi Kota Tokyo, merupakan salah satu kota yang terus mengalami
perubahan pun perkembangan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, kami melakukan
identifikasi literatur sejara terbentuk, faktor terbentuk dan ciri kota Tokyo dan
perubahannya

1.2Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Sejarah Terbentuknya Kota Tokyo
1.2.2 Apa saja faktor yang mempengaruhi bentuk Kota
1.2.3 Bagaimana ciri/karakteristik Kota Tokyo

1.3Tujuan
1.3.1 Mengetahui Sejarah Terbentuknya Kota Tokyo
1.3.2 Mengetahui Apa saja faktor yang mempengaruhi bentuk Kota
1.3.3 Mengetahui ciri/karakteristik Kota Tokyo
BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah Kota Tokyo

Tokyo asalnya merupakan desa perikanan kecil yang bernama Edo. Pada tahun 1457, Ota
Dōkan membangun Istana Edo. Pada tahun 1590, Tokugawa Ieyasu berbasis di Edo, dan setelah
menjadi shogun pada tahun 1603, kota ini menjadi pusat administrasi tentaranya untuk seluruh
negara. Pada zaman Edo, Edo menjadi salah satu kota terbesar di dunia dengan jumlah penduduk
mencapai sejuta orang menjelang abad ke-18. Edo menjadi ibukota de facto di Jepang meskipun
kaisar tinggal di Kyoto, ibu kota kerajaan. Setelah sekitar 263 tahun, pemerintah shogun
digulingkan di bawah bendera pemulihan pemerintahan kaisar. Pada tahun 1869, ketika Kaisar
Meiji pindah ke Edo di usia 17 tahun, Tokyo sudah menjadi pusat politik dan kebudayaan
negara, kemudian dijadikan ibu kota kerajaan de facto oleh istana sementara bekas Istana Edo
menjadi Istana Kerajaan. Kota Tokyo didirikan lalu tetap menjadi ibu kota negara sehingga
status kotanya dicabut pada tahun 1943 untuk digabungkan dengan "Wilayah Metropolitan"
Tokyo.

Tokyo mengalami dua bencana hebat pada abad ke-20, tetapi untungnya kota ini dapat
pulih dari keduanya. Salah satunya adalah gempa bumi Kantō 1923 yang menyebabkan 140.000
penduduk tewas atau hilang, dan yang kedua adalah Perang Dunia II, ketika Tokyo dibom
bertubi-tubi pada tahun 1944 dan 1945, menyebabkan 75.000 hingga 200.000 orang tewas dan
separuh kota hancur. Setelah perang, Tokyo dibangun kembali, dan berkilauan di mata dunia
ketika Olimpiade Musim Panas 1964 diadakan di kota ini. Zaman 1970-an menyaksikan
pembangunan pencakar langit seperti Sunshine 60, konstruksi bandara baru yang kontroversial
di Narita (yang agak jauh dari perbatasan kota) pada tahun 1978, dan peningkatan jumlah
penduduk hingga sekitar 11 juta (dalam lingkungan wilayah metropolitan). Jaringan kereta
bawah tanah dan komuter Tokyo menjadi salah satu yang tersibuk di dunia karena semakin
banyak orang yang pindah ke wilayah Tokyo. Pada 1980-an, harga properti melangit dalam
penggelembungan harga aset Jepang. Setelah gelembung itu meledak pada 1990-an, banyak
perusahaan, bank, dan banyak orang yang terikat utang hipotik, sehingga terjadilah resesi besar
yang membuat era 1990-an sebagai "dekade hilang" di Jepang, tetapi kemudian berangsur-
angsur membaik.
2.2 Bentuk Kota

Tokyo adalah kota yang sangat mengedepankan konsep fungsi campuran atau mixed
used. Pada bulan November 1988, dalam sebuah simposium menandai seabad peraturan tata
kota Tokyo, para praktisi dan akademisi di bidang Perencanaan Kota dari berbagai negara
mengeluarkan maklumat bahwa pemisahan peruntukan lahan kota secara tegas perlu dihindari.
Kota-kota di Jepang memang tidak menganut pola penggunaan lahan secara tegas. Namun
justru inilah yang mendorong terciptanya ruang komunitas yang lengkap, hidup dan penuh
vitalitas. Sesuai dengan prinsip rizome, kota membentuk komunitas-komunitas yang mampu
mencukupi diri sendiri. Konsep fungsi campuran yang dipadu dengan kepadatan tinggi dalam
kurun waktu yang panjang juga telah terbukti membuat kota-kota di Jepang mampu bertahan
sebagai kota yang aman dan nyaman. Bentuk kota tokyo adalah Orthogonal Gridiron :
Merupakan penyebaran dari pertumbuhan yang sama secara umum tanpa adanya perbedaan yang
berarti dan mempunyai pusat lokal utama. Bentuk ini biasanya digunakan untuk kota yang
daerahnya datar.

Arsitektur di Tokyo sebagian besar dibentuk oleh sejarah Tokyo. Dua kali dalam sejarah
Tokyo telah ditinggalkan dalam keadaan tinggal reruntuhan: pertama saat gempa bumi Kanto
1923 melanda dan kemudian setelah pengeboman besar-besaran dalam Perang Dunia II. Karena
itu, lansekap kota Tokyo sebagian besar terdiri dari arsitektur modern dan kontemporer, dan
bangunan tua dalam jumlah jarang. Tokyo menampilkan banyak bentuk arsitektur modern yang
terkenal secara internasional termasuk Tokyo International Forum, Asahi Beer Hall, Mode
Gakuen Cocoon Tower, NTT Docomo Yoyogi Building dan Rainbow Bridge. Tokyo juga
memiliki dua menara khas : Tokyo Tower, dan Tokyo Skytree baru, yang merupakan menara
tertinggi di Jepang dan dunia, dan struktur tertinggi kedua di dunia setelah Burj Khalifa di Dubai.
Tokyo juga memiliki banyak taman dan kebun. Ada empat taman nasional di Prefektur Tokyo,
termasuk Taman Nasional Fuji-Hakone-Izu, yang mencakup semua Kepulauan Izu.

Munculnya bentuk suatu kota karena dipengaruhi oleh beberapa factor pendukung.
Menurut Sujarto (1989) faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan yang bekerja pada suatu
kota dapat mengembangkan dan menumbuhkan kota pada suatu arah tertentu. Ada 3 faktor
utama yang sangat menentukan pola perkembangan dan pertumbuhan kota :
1. Faktor manusia, yaitu menyangkut segi-segi perkembangan penduduk kota
baik karena kelahiran maupun karena migrasi ke kota. Segi-segi
perkembangan tenaga kerja, perkembangan status sosial dan perkembangan
kemampuan pengetahuan dan teknologi.
2. Faktor kegiatan manusia, yaitu menyangkut segi-segi kegiatan kerja,
kegiatan fungsional, kegiatan perekonomian kota dan kegiatan hubungan
regional yang lebih luas.
3. Faktor pola pergerakan, yaitu sebagai akibat dari perkembangan yang 
disebabkan oleh kedua faktor perkembangan penduduk yang disertai
dengan perkembangan fungsi kegiatannya akan menuntut pola
perhubungan antara pusat-pusat kegiatan tersebut. Selain itu juga terdapat
beberapa aspek yang mempengaruhi bentuk suatu kota seperti aspek
topografi, religius, pemerintahan dan sebagainya. Di bawah ini akan
dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kota terhadap Kota
Tokyo :
 Topografi
Tokyo terbagi dalam dua bagian, yaitu Tokyo Daratan dan Tokyo
Kepulauan. Tokyo Daratan terletak di barat laut Teluk Tokyo dan
membentang sepanjang 90 km (56 mi) dari timur ke barat dan 25 km
(16 mi) dari utara ke selatan. Ketinggian rata-rata di Tokyo adalah 40 m
(131 ft). Tokyo Kepulauan terletak di tenggara Tokyo Daratan, terdiri
dari Kepulauan Izu dan Kepulauan Ogasawara, yang membentang lebih
dari 1000 km (620 mi) menuju Samudra Pasifik.

 Potensi Sumber daya alam


- Potensi Kehutanan
- Potensi perikanan
- Petensi latah pertania
- Potensi pertambangan
 Religius
agama di Tokyo menurut Kementerian Pendidikan Jepang
Shinto sekitar 107 juta orang, agama Buddha sekitar 89 juta orang, 
Kristen Protestan dan Kristen Katolik sekitar 3 juta orang, serta agama
lain-lain sekitar 10 juta orang (total seluruh penganut agama : 290 juta
orang).

 Budaya
Tokyo memiliki banyak museum. Museum Nasional Tokyo, museum
terbesar di negara itu dan diperuntukkan khusus untuk seni Jepang
tradisional :  Museum Nasional Seni Barat dan Kebun Binatang Ueno.
Museum lainnya termasuk Museum Nasional Sains dan Inovasi
Baru di Odaiba : Museum Edo-Tokyo di Sumida, Tokyo Sumida yang
melintasi Sungai Sumida dari pusat Tokyo : Museum Nezu di Aoyama :
dan Perpustakaan Parlemen Jepang, Arsip Nasional, dan Museum
Nasional Seni Modern dengan koleksi-koleksi seni modern Jepang serta
lebih 40.000 film-film Jepang dan asing yang berada di dekat Istana
Kekaisaran. Di Tokyo juga ada banyak teater pementasan, termasuk
teater milik negara dan swasta untuk drama Jepang. Seperti Teater Noh
Nasional untuk noh dan Kabuki-za untuk Kabuki. Orkestra simfoni dan
bermacam-macam organisasi musik mendendangkan musik modern
dan trdisional. Tokyo juga menjadi tuan rumah acara musik
pop dan rock Jepang dan internasional di berbagai tempat, dari klub
malam hingga arena terkemuka internasional seperti Nippon Budokan.

 Ekonomi
Tokyo merupakan satu dari tiga pusat keuangan dunia dan menjadi
rumah dari beberapa bank investasi terbesar di dunia dan perusahaan
asuransi, dan berfungsi sebagai hub untuk industri transportasi,
penerbitan, elektronik dan penyiaran Jepang. Selama pertumbuhan
ekonomi Jepang yang terpusat setelah Perang Dunia II, banyak
perusahaan besar memindahkan kantor pusat mereka dari kota-kota
seperti Osaka ke Tokyo, dalam upaya untuk mengambil keuntungan dari
akses yang lebih dekat dengan pemerintah pusat. Tren ini mulai
melambat karena pertumbuhan populasi yang berkelanjutan di Tokyo
dan tingginya biaya hidup di sana. Economist Intelligence Unit menilai
Tokyo sebagai kota dengan biaya hidup tertinggi di dunia selama 14
tahun berturut-turut hingga tahun 2006. Tokyo muncul sebagai pusat
keuangan internasional (IFC) terkemuka pada 1960-an. Tokyo
mendapat peringkat sebagai pemilik pusat keuangan paling kompetitif
kelima di dunia. Bursa Saham Tokyo adalah bursa saham terbesar
Jepang, dan terbesar ketiga di dunia menurut kapitalisasi pasar, dan
keempat terbesar menurut akuisisi saham. Pada tahun 1990 di akhir
masa penggelembungan harga aset Jepang, Tokyo memiliki lebih dari
60% nilai pasar saham dunia.
2.3 Karakteristik Kota Tokyo

Kota Tokyo, mempunyai segudang daya tarik mulai dari yang kuno hingga yang
modern. Di Asakusa, kawasan kota tua di Tokyo, Anda akan menemui deretan bangunan dengan
arsitektur peninggalan leluhur. Kota tersebut sebelumnya bernama Edo. Kini, Asakusa
merupakan tempat untuk berburu suvenir dan berbagai penganan tradisional Jepang. Kawasan
lain adalah Harajuku. Semula kawasan ini berfungsi sebagai kawasan penyangga Kuil Meiji.
Namun dalam perjalanan waktu kota itu berubah menjadi pusat mode Tokyo. Setiap ruas jalan di
Harajuku tak ubahnya seperti catwalk yang di kiri-kanannya terdapat sejumlah butik. Parade
mode di tempat ini kian lengkap dengan hadirnya sebuah mal baru. Tempat lainnya yang
terkenal adalah Shibuya. Kota ini dikenal dengan kehidupan malamnya yang tetap ramai hingga
dini hari. Tokyo pada malam hari yang bermandikan cahaya dari kota ini
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Tokyo

https://www.liputan6.com/global/read/138457/daya-tarik-kota-tokyo

https://www.cheria-travel.com/2018/05/terungkap-sejarah-kota-metropolitan.html

https://www.slideshare.net/ShahnazAcrydiena1/morfologi-wilayah-kota

https://media.neliti.com/media/publications/4413-ID-realitas-dan-tatanan-urban-kota-kota-di-
jepang.pdf

http://rhynaafriana22.blogspot.com/2013/11/urban-form-bentuk-kota_2668.html

https://www.geologinesia.com/2019/05/sumber-daya-alam-jepang.html

Anda mungkin juga menyukai