Anda di halaman 1dari 31

TEORI PERANCANGAN KOTA

Teori Linkage
ROBERT TACIK
Trancik, Roger. Finding Lost Space. Van
Nostrand Reinhold Company: USA,
1986.

Pertemuan 9
Merancang adalah suatu tindakan untuk
menstrukturkan ruang-ruang perkotaan,
sehingga dapat tercipta tatanan, (order;
pengaturan yang logis, dapat dipahami dari
berbagai elemen dan keterkaitannya),
keindahan (beauty, kualitas yang menyenangkan
indera), dan skala (scale, perbandingan elemen-
elemen dibandingkan manusia yang memberi
rasa nyaman bagi Iingkungan).
Dasar proses perancangan menurut Trancik (1986) adalah:
1. Mempelajari kawasan yang akan dirancang
– mempelajari pertumbuhan dan perubahan,
– mempelajari morfologi kawasan
2. Analisis keruangan
– analisis ruang dan massa di kawasan
– analisis karakter kawasan
3. Identifikasi lost space dan upaya menstrukturkan kembali
4. Perancangan kawasan, dengan beberapa arahan:
– menjaga kontinui pelingkup jalan.
– menghargai siluet bangunan dan lanskap,
– menghindari massa bangunan yang tidak sesuai kawasan,
– menyesuaikan atau melengkapi bahan/material,
– menghargai ritme fasad dan elemen keruangan yang ada, tingkatkan
penggunaan ruang publik.
Dalam merancang, menurut Trancik (1986),
perlu mempertimbangkan:
• Menghargai struktur utama kawasan,
• Menghargai pola-pola karakteristik kawasan,
• Menghargai genius loci, mengartikan suatu
tempat, sebagai suatu tempat hidup,
• Partisipasi kreatif terhadap public domain dan
privat domain dalam kaitannya sebagai suatu
shared environment.
1. Urban spatial design theory
2. The Image of the City
TEORI PERANCANGAN
RUANG PERKOTAAN
(urban spatial design theory)
Pemahaman

• Roger Trancik  mengidentifikasi teori


perancangan ruang perkotaan (urban
spatial design theory) berdasarkan
penelitian-penelitian tentang ruang
• Urban spatial design theory terdiri dari:
1. Figure-ground theory
2. Linkage theory
3. Place theory
Teori perancangan ruang perkotaan
menurut Roger Trancik
Figure Urban Pola / struktur
Ground Fabric ruang

Linkage Visual -
System Connections
struktural

Place Meaning
Teori perancangan ruang perkotaan
menurut Roger Trancik
2 . TEORI LINKAGE
Teori Linkage
• Kota dengan segala kegiatannya
membutuhkan sesuatu untuk membuat
dinamika kegiatannya berjalan dan warga di
dalamnya tidak tersesat  penghubung
• Linkage (penghubung) organisasi garis yang
menghubungkan bagian di dalam kota
• Linkage artinya berupa garis semu yang menghubungkan antara
elemen yang satu dengan yang lain, nodes yang satu dengan nodes
yang lain, atau distrik yang satu dengan yang lain.
• Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian, ruang
terbuka yang berbentuk segaris dan sebagainya.
• Linkage Theory merupakan bentukan kota tidak lepas dari adanya
jaring-jaring sirkulasi (network circulation).
• Network yang ada dapat berupa jalan, jalur pedestrian, ruang
terbuka yang berbentuk linier ataupun bentuk-bentuk yang secara
fisik menjadi penghubung antar bagia kota/kawasan.
• Dalam perancangan teori jaringan ini berguna sebagai salah satu
titik acuan dalam mengorganisasi system pergerakan (Tracik, 1973)
• Fungsi Linkage: mengontrol ide dalam menyusun bangunan dan
ruang saat merancang
Elemen Linkage
Analisis linkage adalah alat yang baik untuk :
• Memperhatikan dan menegaskan hubungan-hubungan dan
gerak aktivitas pada sebuah
• ruang perkotaan.
• Kelemahan analisis linkage adalah :
• Kurangnya perhatian dalam mendefinisikan ruang perkotaan
secara spasial dan
• kontekstual.
Sebuah linkage perkotaan dapat diamati dengan cara dan
pendekatan yang berbeda, terdapat 3 (tiga) pendekatan linkage
perkotaan:
• Linkage yang visual,
• Linkage yang struktural,
• Linkage bentuk yang kolektif.
Linkage Visual
Dalam linkage yang visual dua atau lebih fragmen kota
dihubungkan menjadi satu kesatuan yang secara visual,
mampu menyatukan daerah kota dalam berbagai skala.
Pada dasarnya ada 2 pokok perbedaan antara linkage
visual, yaitu:
• Yang menghubungkan dua daerah secara netral,
• Yang menghubungkan dua daerah, dengan
mengutamakan satu daerah
Arc De Triomphe – Paris
Linkage yang bersifat fokus
memusatkan suatu kawasan, memiliki
fungsi dan arti khusus dalam kota
karena bersifat dominan dan
menonjol dari lingkungan sekitarnya.

Jalan Sudirman Jakarta


Linkage bersifat netral karena
menghubungkan fungsi-fungsi yang
relatif sama, pusat perdagangan
Linkage visual menghasilkan hubungan visual : garis, koridor,
sisi, sumbu dan irama.
• Elemen garis menghubungkan secara langsung dua tempat
dengan satu deretan massa, baik berupa bangunan maupun
deretan pepohonan yang memiliki massivitas.
• Elemen koridor dibentuk oleh dua deretan massa yang
membentuk sebuah ruang.
• Elemen sisi menghubungkan suatu kawasan dengan satu
massa, tetapi tidak perlu diwujudkan dalam bentuk massa
yang tipis seperti garis.
• Elemen sumbu mirip dengan koridor tetapi lebih banyak
mengunakan axes untuk menonjolkan bagian yang dianggap
penting.
• Elemen Irama menghubungkan dua tempat dengan variasi
massa dan ruang (ulang, varian, kontras, dan lainnya).
Linkage Struktural
Menggabungkan dua atau lebih bentuk struktur kota menjadi satu
kesatuan tatanan.
• Menyatukan kawasan kawasan kota melalui bentuk jaringan
struktural yang lebih dikenal dengan collage (Colin Rowe dalam
Zahnd) atau disebut dengan istilah pattern atau pola struktur
kota.
• Tidak setiap kawasan memiliki arti struktural sama dalam kota,
sehingga cara menghubungkannya secara hierarkis juga dapat
berbeda.

Linkage struktural pada dasarnya bertujuan :


• Menggabungkan dua atau lebih kawasan sesuai dengan pola yang
• diinginkan.
• Menggabungkan dua kawasan dengan menonjolkan kawasan
tertentu
Fungsi linkage struktural di
dalam kota adalah sebagai
stabilisator dan koordinator di
dalam lingkungannya, karena
setiap kolase perlu diberikan
stabilitas tertentu serta
distabilisasikan lingkungannya.
Hal ini dapat dilakukan dengan
memprioritaskan sebuah daerah
yang menjelaskan
lingkungannya dengan suatu
struktur, bentuk, wujud, atau
fungsi yang memberikan
susunan tertentu didalam
prioritas penataan kawasan

3 (tiga) elemen linkage struktural


D://Vero/Juta/Akademik/Bahankuliah/Peranc.Kota elemen linkage struktural
D://Vero/Juta/Akademik/Bahankuliah/Peranc.Kota elemen linkage struktural
D://Vero/Juta/Akademik/Bahankuliah/Peranc.Kota elemen linkage struktural
Linkage Kolektif
Linkage kolektif menunjukkan hubungan menyeluruh yang
bersifat kolektif dari ciri khas dan organisasi wujud fisik
(spatial) kota, karena kota memiliki banyak wilayah yang
mempunyai makna terhadap hubungan dari dalam (internal)
maupun dari luar (eksternal), yaitu dari dirinya sendiri
maupun dari lingkungannya.

Dalam tipe ini, linkage dikembangkan secara organis.


Tipe Spatial Linkage
Compositional Form Megaform Group Form

grhakreasigeometri.blogspot.com
Tipe Spatial Linkage
• Compositional Form (bentuk
komposisi) komposisi yang terdiri dari
bangunan-bangunan tunggal dengan
pola tidak teratur (abstrak)  terkait
tipe Fungsionalis (1920-an) yang
menganut bentuk murni (asli), mengalir,
tidak terikat
Bentuk ini tercipta dari bangunan yang berdiri
sendiri secara 2 dimensi.
Dalam tipe ini, hubungan ruang jelas walaupun
tidak secara langsung
Contoh

Kompleks Apartemen di Bern, Swiss (Zahnd, 2006)

Kompleks Perumahan di Brasil (Zahnd, 2006)


Tipe Spatial Linkage

• Megaform (bentuk raksasa)


komponen bangunan-bangunan
raksasa/sarana disatukan oleh bingkai
yang lebih besar pada sebuah jaringan
yang saling berhubungan
• Linkage pada bentuk ini secara fisik
terlihat sebagai struktur, yaitu jari gan
jalan untuk kendaraan berkecepatan
tinggi
D://Vero/Juta/Akademik/Bahankuliah/Peranc.Kota
Tipe Spatial Linkage

• Group Form (bentuk kelompok)


penambahan kumpulan/kelompok
elemen ruang pada organisasi kota-kota
tua/kota-kota kecil
• Linkage pada bentuk ini tercipta secara
alami
Kota kecil di sebuah pegunungan, Italia
(nicholasnigro.blogspot.com)
Permukiman sebuah kota kecil di Jepang
(Zahnd, 2006)
Daftar pustaka

• Lynch, Kevin. The Image of the City. The MIT


Press: USA, 1960.
• Trancik, Roger. Finding Lost Space. Van Nostrand
Reinhold Company: USA, 1986.
• Zahnd, Markus. Perancangan Kota Secara
Terpadu. Kanisius: Yogyakarta dan
Soegijapranata University Press: Semarang,
2006.

Anda mungkin juga menyukai