DOSEN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
JURUSAN ARSITEKTUR
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaan dan
bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Masalah Lingkungan pada
Kawasan Pertambangan.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu memberi materi dan bahasan hingga tersusunnya makalah. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat positif bagi kita semua.
Penyusun memohon maaf bila terdapat kekurangan dalam penulisan ini, untuk itu kritik dan
saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah di waktu mendatang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia menjadi salah satu negara pemilik pertambangan terbesar di dunia.
Menurut Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009, Usaha pertambangan dikelompokkan atas
pertambangan mineral, dan pertambangan batubara. Pertambangan mineral digolongkan atas
pertambangan mineral radioaktif, pertambangan mineral logam, pertambangan mineral bukan
logam dan pertambangan batuan.
Emas adalah salah satu logam yang tergolong logam mulia karena sifatnya yang tahan
korosi (berkarat) dan beroksidasi. Emas juga merupakan logam berharga karena memiliki nilai
komoditas dan nilai dagang yang relatif tinggi. Dalam sejarah peradaban manusia, emas
digunakan sebagai salah satu mata uang atau alat tukar. Oleh karena itu, emas merupakan salah
satu jenis bahan tambang utama di dunia. Meskipun dewasa ini banyak negara di dunia yang
tidak lagi menggunakan emas dalam sistem keuangannya, emas masih memiliki nilai dagang
yang tinggi karena masih banyak digunakan untuk berbagai macam perhiasan dan juga
beberapa industri lainnya.
Di provinsi Papua dekat dengan Puncak Jaya gunung Jayawijaya, terdapat sebuah area
penambangan yang bernama Tambang Grasberg. Tambang ini merupakan tambang emas
terbesar di dunia. Tambang Grasberg dikelola oleh PT Freeport Indonesia yang 90.64%
sahamnya dimiliki oleh perusahaan Freeport-McMoRan yang berbasis di Amerika Serikat,
sedangkat sisa 9.36% sahamnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Selain memiliki
keuntungan bagi negara, penambangan emas juga memiliki dampak negatif, salah satunya yaitu
dampak bagi lingkungan sekitar dan bagi masyarakat. Untuk itu, makalah ini dibuat untuk
membahas lebih lanjut mengenai permasalahan lingkungan yang terdapat pada kawasan
pertambangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan masalah lingkungan yang terjadi di lingkungan pertambangan
2. Menyebutkan dampak permasalahan lingkungan pertambangan terhadap lingkungan dan
masyarakat sekitar
3. Membandingkan 2 permasalahan lingkungan pada kawasan pertambangan
4. Menjelaskan cara menanggulangi permasalahan lingkungan di kawasan pertambangan
Suatu pertambangan yang lokasinya jauh dari masyarakat atau daerah industri bila dilihat dari
sudut pencemaran lingkungan lebih menguntungkan daripada bila berada dekat dengan
permukiman masyarakat umum atau daerah industri. Selain itu jenis suatu tambang juga
menentukan jenis dan bahaya yang bisa timbul pada lingkungan. Akibat pencemaran
pertambangan batu bara akan berbeda dengan pencemaran pertambangan mangan atau
pertambangan gas dan minyak bumi. Keracunan mangan akibat menghirup debu mangan akan
menimbulkan gejala sukar tidur, nyeri dan kejang – kejang otot, ada gerakan tubuh diluar
kesadaran, kadang-kadang ada gangguan bicara dan impotensi.
Melihat ruang lingkup pembangunan pertambangan yang sangat luas, yaitu mulai dari
pemetaan, eksplorasi, eksploitasi sumber energi dan mineral serta penelitian deposit bahan
galian, pengolahan hasil tambang dan mungkin sampai penggunaan bahan tambang yang
mengakibatkan gangguan pad lingkungan, maka perlua adanya perhatian dan pengendalian
terhadap bahaya pencemaran lingkungan dan perubahan keseimbangan ekosistem, agar sektor
yang sangat vital untuk pembangunan ini dapat dipertahankan kelestariannya.
Dalam pertambangan dan pengolahan minyak bumi misalnya mulai eksplorasi, eksploitasi,
produksi, pemurnian, pengolahan, pengangkutan, serta kemudian menjualnyatidak lepas dari
bahaya seperti bahaya kebakaran, pengotoran terhadap lingkungan oleh bahan-bahan minyak
yang mengakibatkan kerusakan flora dan fauna, pencemaran akibat penggunaan bahan-bahan
kimia dan keluarnya gas-gas/ uap-uap ke udara pada proses pemurnian dan pengolahan.
Kerusakan lingkungan di pertambangan yaitu :
1) Pembukaan lahan secara luas
Dalam masalah ini biasanya investor membuka lahan besar-besaran, ini menimbulkan
pembabatan hutan di area tersebut.
2) Menipisnya SDA yang tidak bisa diperbarui.
Hasil petambangan merupakan Sumber Daya yang Tidak Dapat diperbarui lagi. Ini
menjadi kendala untuk masa-masa yang akan datang.
3) Masyarakat dipinggir area pertambangan menjadi tidak nyaman.
Biasanya pertambangan membutuhkan alat-alat besar yang dapat memecahkan telinga.
Dan biasanya kendaraan berlalu-lalang melewati jalanan warga, dan terkadang warga
menjadi tidak nyaman.
4) Pembuangan limbah pertambangan yang tidak sesuai tempatnya.
Kebanyakan pertambangan banyak membuang limbah tidak sesuai tempatnya.
Biasanya mereka membuangnya di kali, sungai, ataupun laut. Limbah tersebut tak
jarang dari sedikit tempat pertambangan belum difilter. Hal ini mengakibatkan
rusaknya lingkungan perairan.
5) Pencemaran udara atau polusi udara.
Di saat pertambangan memerlukan api untuk meleburkan bahan mentah, biasanya
penambang tidak memperhatikan asap yang di buang ke udara. Hal ini mengakibatkan
rusaknya lapisan ozon.
.
2.4 Cara Menanggulangi Permasalahan Lingkungan Di Kawasan Pertambangan
1. Pencegahan pencemaran adalah tindakan mencegah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia agar kualitasnya tidak turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Dalam
bentuk;
- Remediasi, yaitu kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan
lebih mudah, terdiri atas pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan
off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang
aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya, tanah tersebut disimpan di bak/tangki yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya, zat pencemar dipompakan keluar dari
bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah.
- Bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air).
- Penggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas perlu dilakukan agar dapat
mengurangi pencemaran Hg.
- Perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam
menyusun kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Sebelum
dilaksanakannya, kegiatan penambangan sudah dapat diperkirakan dahulu dampaknya
terhadap lingkungan. Kajian ini harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik
dan terus-menerus implementasinya, bukan sekedar formalitas kebutuhan administrasi.
- Penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan B3 lainnya perlu dilakukan.
Bagi tenaga kesehatan perlu ada pelatihan surveilans risiko kesehatan masyarakat
akibat pencemaran B3 di wilayah penambangan.
2. Upaya Pengelolaan Lingkungan
- Perlu dilakukan penggalian tanah secara berjenjang (trap-trap)
- Perlu dibangun check-dam untuk mencegah pelumpuran pada saluran pengairan umum
(drainase) maupun saluran induk, yakni kali Anafre.
- Kali kecil yang digunakan airnya oleh pendulang untuk memisahkan emas dengan
tanah harus dipasang bronjong kawat, guna memperlambat erosi pada tebing sungai.
- Perlu dilakukan upaya reklamasi, seperti melakukan reboisasi di areal bekas
penggalian.
- Setelah melakukan penggalian jangan meninggalkan lubang penggalian begitu saja,
sebaiknya lubang penggalian ditimbun terlebih dahulu sebelum pindah ke tempat lain
3. Program pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup, meliputi kegiatan;
- Pemantauan kualitas lingkungan
- Koordinasi penertiban kegiatan pertambangan tan izin (PETI).
- Pengelolaan B3 dan limbah B3
4. Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam,
meliputi kegiatan;
- Konservasi sumberdaya air dan pengendalian kerusakan sumber-sumber air.
- Peningkatan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan konservasi sumber daya
alam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aktivitas pertambangan yang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan berbagai kerusakan
lingkungan seperti kerusakan tanah,air,hutan, dan laut, selain itu juga memiliki dampak
terhadap manusia seperti masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan
penggunaannya. Adapun pencegahan pencemaran dapat dilakukan dalam bentuk;
Pertama, remediasi, yaitu kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah, terdiri atas pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site
meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah
itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Kedua, bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi
zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Ketiga, penggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas perlu dilakukan agar dapat
mengurangi pencemaran Hg.
Keempat, perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam menyusun
kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Sebelum dilaksanakan, kegiatan
penambangan sudah dapat diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan. Kajian ini
harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan terus-menerus implementasinya,
bukan sekedar formalitas kebutuhan administrasi.
Kelima, penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan B3 lainnya perlu dilakukan.
Bagi tenaga kesehatan perlu ada pelatihan surveilans risiko kesehatan masyarakat akibat
pencemaran B3 di wilayah penambangan.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan penambangan kita juga perlu memperhatikan pengelolaan
lingkungan agar tidak berdampak buruk. Dengan demikian tidak hanya keuntungan finansial
saja yang kita dapatkan tetap kesehatan kita juga tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pertambangan
http://kitacerdas.com/jenis-jenis-barang-tambang-di-indonesia/
http://rusniar26.blogspot.com/2015/06/kerusakan-lingkungan-akibat-kegiatan.html
http://simlingkungan.minerba.esdm.go.id/forumasgm/?p=798
https://www.researchgate.net/publication/316173136_UPAYA_DINAS_LINGKUNGAN_HIDUP_D
ALAM_PENGENDALIAN_PENCEMARAN_DAN_KERUSAKAN_LINGKUNGAN_AKIBAT_P
ERTAMBANGAN_EMAS_TANPA_IZIN_DI_KABUPATEN_SUMBAWA
http://apitmoti.blogspot.com/p/pertambangan-freeport-dan-kerusakan.html
https://kilasmaluku.fajar.co.id/topik/pt-gbu/