Anda di halaman 1dari 20

PERANCANGAN RUANG LUAR – I

ELEMEN – ELEMEN TOWNSCAPE

NAMA: THEO FIDELIS TARIGAN

NIM: 170406134

KELAS: C
DOSEN PEMBIMBING: IR. SRI GUNANA SEMBIRING, MT

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
TOWNSCAPE

1. Pengertian Townscape

Menurut Gordon Cullen (1961) Townscape adalah seni yang terdapat secara visual dalam
penataan bangunan-bangunan, jalan, serta ruang yang menghiasi lingkungan perkotaan. Definisi lain
dari townscape adalah salah satu cara yang dapat digunakan dari segi fisik visual untuk mengenali
bentuk fisik suatu kota. Selain itu, townscape juga dapat diidentifikasi melalui bentuk penataan atau
desain dari bangunan-bangunan dan jalan yang ditangkap berdasar berbagai tingkatan emosional
masing-masing pengamat. Konsep townscape ini menjadi dasar bagi para arsitek, perencana, dan
pihak-pihak yang memperhatikan wajah kota.

Bentuk fisik ruang kota dipengaruhi dan ditentukan oleh bentuk dan massa bangunan.
Keterkaitan itu dirasakan secara psikologis maupun secara fisik oleh pengamat bentuk fisik ruang kota
serta bentuk dan massa bangunan tersebut. Selain itu, keterkaitan juga dapat dilihat secara visual pada
kualitas bentuk kota yang ditentukan oleh bentuk dan ukuran ruang kota serta penataannya. Empat hal
yang ditekankan Cullen pada bukunya adalah:

• Serial Vision

Serial vision adalah gambaran-gambaran visual yang ditangkap oleh pengamat yang terjadi saat
berjalan dari satu tempat ke tempat lain pada suatu kawasan. Rekaman pandangan oleh pengamat itu
menjadi potongan-potongan gambar yang bertahap dan membentuk satu kesatuan rekaman gambar
kawasan bagi pengamat. Biasanya, akan ada kemiripan, suatu benang merah, atau satu penanda dari
potongan-potongan pandangan tersebut yang memberi kepastian pada pengamat bahwa dia masih
berada di satu kawasan yang sama.

Sumber: Cullen, 1991 1


PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• Place

Place adalah perasaan yang dimiliki pengamat secara emosional pada saat berada di suatu
tempat tertentu. Place dipengaruhi oleh batas-batas yang ada pada suatu tempat tersebut

• Content

Content adalah isi dari suatu kawasan yang mempengaruhi perasaan seseorang terhadap
keadaan lingkungan kota tersebut. Content tergantung oleh dua faktor yaitu pada tingkat kesesuaian
(conformity) dan tingkat kreativitas (creativity).

• The Functional Tradition

The functional tradition adalah kualitas di dalam elemen-elemen yang membentuk


lingkungan perkotaan yang juga memiliki segi ekonomis, efisien dan efektif.

2. Elemen – elemen Townscape

Townscape meliputi elemen-elemen :


1. Junction 5. Containment
2. Line 6. Features
3. Width
4. Overhead

2.1. Junction
• T-Junction

T-Junction berupa penutupan pemandangan yang memberi rasa tertentu pada suatu tempat.
Persimpangan T-Junction ini dapat pula diartikan sebagai pertigaan. Dalam T- Junction ini terdapat
beberapa pertemuan jalan dan aktivitas. Pada umumnya, T-Junction berupa suatu jalan kecil yang
terhubung ke jalan yang lebih besar.

Sumber: Cluskey, 1979

2
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• Y-Junction

Y-Junction berfungsi untuk memberikan alternatif pilihan jalan atau membagi jalan menjadi
dua arah yang menuju tempat yang berbeda. Y-Junction ini mampu membangkitkan pemandangan
dan penjelajahan yang menarik perhatian. Oleh karena itu, orang tidak akan merasa jenuh untuk
melewati jalan tersebut.

Sumber: Cluskey, 1979


• Multiple Views

Multiple views merupakan persimpangan jalan dimana terdapat dua gang atau lebih yang
saling berdekatan, sehingga menimbulkan keingintahuan orang untuk melihat keadaan di sekitarnya
serta dapat membandingkan bentuk dan karakter suatu gang tersebut secara bersamaan.

Sumber: Cluskey, 1979

3
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
2.2. Line (Garis)

Line (garis) merupakan salah satu dari enam kategori roadform, yang terdiri dari curve
(tikungan), angles (sudut), the pivot (poros), deviation (penyimpangan), deflection (pembelokan), dan
level change (peubahan tingkatan).

• Curve (Tikungan)

Penutupan pemandangan seseorang dari struktur bangunan dan juga merupakan jalan yang
mempunyai bentuk melengkung, sehingga tidak dapat menjangkau pandangan yang lebih jauh
kedepan.

Sumber: Cluskey, 1979

• Angle (Sudut)

Garis yang berupa tikungan yang berbentuk seperti patahan serta terjadi perubahan sudut garis
arah jalan yang memperlihatkan sisa-sisa pemandangan yang panjang dan sebagian tertutup, sehingga
kita mengalami kesulitan untuk memiliki jangkauan pandangan ke depan yang luas dan leluasa.

Sumber: Cluskey, 1979

4
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• The Pivot (Poros)

Adanya poros/pusat pada suatu bangunan, sehingga jalan nampak menjadi bagian yang menyatu
dan saling mengikat dengan bangunan lain di sekitarnya atau terkesan seperti berputar atau berbentuk
lingkaran.

Sumber: Cluskey, 1979

• Deviation (Penyimpangan)

Adanya sebuah simpangan kecil yang memisahkannya ke dalam tempat yang berbeda.

Sumber: Cluskey, 1979

5
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• Deflection (Pembelokan)

Sebuah struktur yang sumbunya merupakan sebuah sudut ke arah utama pada sebuah rute, yang
dapat muncul untuk membelokan pengguna ke arah yang baru juga merupakan rute dalam suatu gang
yang didalamnya masih terdapat beberapa percabangan gang lainnya yang menuju arah yang
berlainan tempat.

Sumber: Cluskey, 1979

• Level Change (Perubahan Tingkat)

Level change merupakan perubahan tingkatan dari posisi yang lebih tinggi ke posisi yang
rendah yang juga dipengaruhi oleh keadaan topografi suatu kawasan tersebut atau perubahan lebar
jalan dari posisi terbuka ke posisi yang tertutup, sehingga justru dapat menambah keunikan dari suatu
kawasan.

Sumber: Cluskey, 1979

6
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
2.3. Width (Lebar)

Width (lebar) merupakan suatu komponen townscape yang dilihat dari lebar sempitnya jalan
yang terbentuk oleh karakter dan struktur bangunan yang berada di sekitanya. Width terdiri dari enam
tipe komponen, yaitu fluctuation (pergerakan), narrowing (penyempitan), funelling (penyempitan
bertahap), widening (pelebaran), constriction (penekanan), dan wing (penghalangan).

• Fluctuation (Pergerakan)

Adanya pergerakan dalam keterhubungan antar ruang, misalnya dari tempat sempit keluar
menuju tempat terbuka. Jadi, suatu jalan mengalami suatu pelebaran ke arah samping, karena di
bagian tengah jalan tersebut digunakan sebagai ruang terbuka (taman, boulevard, dan lain-lain), tetapi
setelah melewati ruang terbuka tersebut, maka jalan kembali menyempit. Dan, hal ini terulang
beberapa kali.

Sumber: Cluskey, 1979

• Narrowing (Penyempitan)

Narrowing ditandai dengan adanya bangunan yang menjorok keluar dari garis bangunan yang
memberikan makna penyempitan permukaan jalan. Selain itu, narrowing juga dapat terjadi akibat
adanya kegiatan atau aktivitas di sekitar jalan, misalnya aktivitas perdagangan, sehingga
menyebabkan lebar jalan menjadi semakin menyempit.

7
Sumber: Cluskey 1979 PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• Funelling (Penyempitan Bertahap)

Funelling dapat diartikan sebagai penyempitan lebar ruang atau jalan secara bertahap.
Jadi,semakin lama jalan yang dilalui, maka lebarnya akan menjadi semakin menyempit, seperti
memasuki suatu jalan yang awalnya lebar kemudian lama kelamaan menjadi menyempit.

Sumber: Cluskey 1979

• Widening (Pelebaran)

Widening berupa pergerakan dari tekstur ruang sempit ke ruang yang besar. Jalan yang kita
lalui awalnya sempit kemudian semakin lama akan menjadi semakin lebar, sehingga membuat
perasaan kita menjadi lebih lapang dan tidak lagi merasa terkurung.

Sumber: Cluskey, 1979

8
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• Constriction (Penekanan)

Diketahui bahwa terjadinya penyempitan ruang dari yang lebar menjadi menyempit juga
merupakan kesan visual yang kontras terlihat sehingga dengan terjadinya pemberhentian/penyempitan
ruang akan menimbulkan rasa seakan menekan

Sumber: Cluskey, 1979

2.4. Overhead (Atas)

Overhead terdiri dari tujuh tipe, yaitu the chasm (lorong), the collonade (barisan tiang), the
overhang, the arch (lengkungan), the bridge, the maw, dan going trough

• The Chasm

The chasm merupakan suatu lorong sempit panjang yang dapat memberi kesan menakutkan
ataupun menyenangkan, tergantung dari persepsi dan pandangan masing-masing individu terhadap
lorong tersebut. The chasm terbentuk oleh adanya dua atau lebih bangunan yang didirikan dengan
menyisakan ruang bagi orang untuk dapat melakukan pergerakan.

Sumber: Cluskey, 1979 9


PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• The Colonnade

The colonnade merupakan elemen barisan tiang atau kolom berupa pilar-pilar sebagai penyangga
bangunan yang sejajar dengan garis jalan, dan mampu menimbulkan kesan yang indah, sehingga
mampu menimbulkan perasaan ketertarikan dan penasaran orang-orang untuk masuk ke dalam
bangunan.

Sumber: Cluskey, 1979


• The Overhang

The overhang merupakan bagian bangunan yang menjorok keluar sehingga ruang di
bawahnya dapat dimanfaatkan bagi orang sekitarnya, seperti: ruang untuk aktivitas berdagang juga
ruang bagi pejalan kaki untuk menghindari panas dan lain-lain.

Sumber: Cluskey, 1979

10
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• The Arch

The arch adalah pintu masuk suatu tempat yang memiliki bentuk melengkung dan indah. The
arch ini merupakan suatu simbol yang unik dan kuat untuk menarik orang untuk memasuki bangunan
atau suatu kawasan tertentu.

Sumber: Cluskey, 1979

• The Bridge

Merupakan jembatan penghubung antara suatu tempat ke tempat lainnya, the bridge juga dapat
digunakan dalam berbagai cara yang berbeda, seperti aktivitas berjalan di bawah jembatan,
penekanan keterpisahan ruang, efek penampakan bangunan pada saat turun dari lengkungan.

Sumber: Cluskey, 1979

11
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• The Maw

The maw merupakan terowongan gelap yang tertutup atau pintu masuk di dalam bangunan yang
dapat di jalani untuk menghubungkan ke tempat lain, seperti subway, terowongan bawah tanah, dll.

Sumber: Cluskey, 1979

• Going Through

Going trough merupakan bukaan dalam sebuah struktur bangunan di lintasan jalan. Jadi,
terdapat suatu bangunan yang didirikan di atas jalan, dimana masyarakat dapat melintas atau
melakukan aktivitas di bawah bangunan tersebut (sejenis terowongan)

Sumber: Cluskey, 1979

2.5. Containment (Penahanan)

Containment atau yang biasa dikenal sebagai pengurungan memiliki empat komponen, antara
lain closure (penutupan), enclosure, going into, dan dead end.

12
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• Closure (Penutupan)

Suatu bentukan massa mengelilingi atau membatasi ruang (seolah membentuk ruang
tersendiri). Misalnya, suatu jalan yang pingir jalan tersebut berupa deretan bangunan yang menutupi
ruang terbuka. Closure mampu menimbulkan rasa bosan bagi yang melihatnya, karena kita hanya
melihat bangunan saja di sepanjang jalan dan tidak terdapat pemandangan lain yang dapat menarik
perhatian.

Sumber: Cluskey, 1979

• Enclosure

Enclosure merupakan suatu ruang terbuka yang cukup lapang untuk melakukan berbagai
macam aktivitas. Enclosure dapat berupa taman, jalan yang sangat luas, dan lain sebagainya.

Sumber: Cluskey, 1979

13
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• Going Into

Going into merupakan pintu gerbang yang menunjukan pengurungan. Jadi, setelah kita
memasuki pintu, maka seolah-olah kita memiliki perasaan terkurung. Namun, di tengah bangunan
tersebut berupa ruang terbuka yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai macam aktivitas.
Misalnya, stadion Senayan yang digunakan untuk menggelar berbagai macam pertandingan olahraga,
lapangan sepak bola Jati diri (Semarang), dan lain-lain.

Sumber: Cluskey, 1979

14
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• Dead End

Dead end merupakan gang buntu, yang merupakan akhir dari sebuah jalan. Dead end ini
biasanya terletak di kawasan permukiman dimana terdapat jalan-jalan kecil yang tidak terhubung
dengan jalan yang lain. Seseorang yang memasuki gang buntu harus kembali lagi ke jalan awal,
karena tidak terdapat jalan untuk memutar keluar dari jalan tersebut.

Sumber: Cluskey, 1979

2.6. Feature (Ciri)

Ada delapan tipe features, diantaranya adalah hinting, enticing, isolation, framing, vistas,
incident, puctuation, dan landmark.

• Hinting

Hinting merupakan salah satu dari beberapa tampilan konfigurasi, yang hasilnya membantu
seseorang agar dapat memasuki sebuah ruang yang tidak hanya memberikan sebuah tanda jalan
masuk

Sumber: Cluskey, 1979


15
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• Enticing

Enticing merupakan suatu poin petunjuk atau bagian dari sebuah bangunan (seperti menara)
yang menarik perhatian orang untuk mencapainya, tetapi tidak dapat dicapai secara langsung. Orang
yang ingin pergi ke bangunan tersebut harus memutar melalui jalan lain terlebih dahulu, sehingga
memerlukan waktu yang lebih lama

Sumber: Cluskey, 1979

• Isolation

Isolation merupakan sebuah efek yang dramatis yang dapat dicapai karena melalui suatu jalan
yang terisolasi, dimana di sekitar jalan tersebut terdapat bangunan yang berbeda dengan bangunan
yang lain (memiliki bentuk jenis bangunan yang berbeda).

Sumber: Cluskey, 1979


16
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• Framing

Framing dapat diartikan sebagai bingkai. Framing dapat berupa bangunan-bangunan yang
seolah membingkai landmark dari suatu kota. Elemen townscape ini berfungsi untuk membuat suatu
jalan menarik untuk dilewati, karena jalan tersebut sebagai akses menuju ke landmark. Apabila kita
menelusuri jalan tersebut, maka beberapa saat kemudian kita akan sampai pada landmark yang dituju.

Sumber: Cluskey, 1979

• Vistas

Vistas merupakan suatu jalan dimana di pinggir jalan tersebut terdapat bangunan-bangunan
sebagai batas jalan. Vistas berfungsi untuk memperlihatkan pemandangan atau panorama kota yang
berada di hadapan kita. Apabila kita melewati jalan tersebut, maka suatu saat kita akan mencapai
pemandangan yang ada di hadapan kita.

Sumber: Cluskey, 1979

17
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• Punctuation

Punctuation digunakan untuk menunjukan akhiran dari suatu ruang dan permulaan bagi ruang
yang lain.

Sumber: Cluskey, 1979

• Incident

Incident merupakan pemandangan yang dapat kita lihat di sebuah jalan, dan mampu menarik
perhatian bagi orang yang sedang berada di jalan tersebut, seperti menara, lonceng, dan lain
sebagainya.

Sumber: Cluskey, 1979

18
PERANCANGAN RUANG LUAR - I
• Landmark

Landmark adalah bangunan atau elemen penting yang merupakan ciri khas, identitas suatu
daerah. Landmark membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan membantu orang
mengenali suatu daerah. Landmark seringkali diidentikkan dalam perwujudan tugu dan gapura.
Namun, landmark juga dapat berupa bangunan, pegunungan, dan sejenisnya. Bangunan ini dapat
menjadi landmark apabila terletak pada lokasi yang penting dan mempunyai bentuk yang berarti pula.
Secara tidak langsung, dapat dikatakan bahwa harus ada bangunan-bangunan lain yang kurang
penting, supaya sebuah bangunan dapat menonjol dalam pemandangan kota

Sumber: Cluskey, 1979

Big Ben Clock Tower, Inggris

19
PERANCANGAN RUANG LUAR - I

Anda mungkin juga menyukai