Anda di halaman 1dari 79

UJIAN TENGAH SEMESTER

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2

ANALISIS KAWASAN PERUMAHAN SUNRISE GARDEN


DI KOTA MEDAN

NAMA : THEO FIDELIS TARIGAN

NIM : 170406134
DOSEN : IR. SRI GUNANA SEMBIRING, MT

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


79
BAB I

PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan


Pemukiman. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
lingkungan. Perumahan merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang memiliki kaitan
yang sangat erat dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di suatu lokasi sedikit
banyak mencerminkan karakteristik masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut,
(Abrams, 1664 : 7).

Tentunya dalam perumahan terdapat elemen – elemen pendukung seperti elemen


townhouse. Tentunya elemen townhouse ini akan mendukung aktivitas manusia dan
sebagai elemen dalam terwujudnya suatu lingkungan perumahan. Seperti di dalam
komplek tersebut terdapat perkerasan yang baik bagi jalan, vegetasi yang asri untuk
menyegarkan dan membuat indah lingkungan sekitar, fasilitas umum yang ada dalam
townhouse seperti tempat bermain, olahraga, kolam berenang dan lain – lain. Bagaimana
akses menuju townhouse, utilitas seperti apa yang ada pada townhouse. Hal tersebut
adalah pendukung dari suatu perumahan dalam terwujudnya townhouse.

Tetapi, pada setiap perumahan di Kawasan Medan ada beberapa elemen tersebut
yang tidak disediakan pengelola terhadap perumahan dan sebagian pengelola menyediakan
semuanya pada suatu kawasan perumahan.

Dari permasalahan tersebut, berikut kawasan yang diulas yang apakah elemen
townhouse tersebut terwujud dalam kawasan perumahan “Sunrise Garden” Jalan Bunga
Sedap Malam IX / Ngumban Surbakti, Perumahan Sunrise Garden Selayang,
Sempakata, Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara, 20131”

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


1
BAB II

DESKRIPSI PROYEK

Nama Perumahan : Perumahan Sunrise Garden

Lokasi Perumahan : Jalan Bunga Sedap Malam IX / Ngumban Surbakti, Perumahan Sunrise
Garden Selayang, Sempakata, Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera
Utara, 20131

Sunrise Garden

Jumlah : ± 20 – 30 unit.
Luas : ± 2940 𝑀2 (42 M x 70 M)
Tinggi : 1 lantai

Dengan denah rumah “Kopel” pada


setiap rumah. Organiasi bentuk
perumahan ini adalah cluster

Batas – batas:

Utara : Kawasan Permukiman


Timur : Kawasan Permukiman
Selatan : Kawasan Permukiman
Barat : Kawasan Permukiman
Utara 2 jenis tipe rumah pada perumahan:

• Tipe 60 (6m x 19m) dengan 3


kamar tidur dan 1 kamar mandi
Sumber: Google Earth • Tipe 45 (5m x 13m) dengan 2
kamar mandi dan 1 kamar tidur
Keterangan: Listrik : 1300 Watt/Unit
Sumber air : PDAM
: lokasi perumahan
Sesuai dengan brosur yang diperoleh 1
: rumah yang disuvey unit rumah dibanderol dengan harga 200
juta (2016)

Keterangan:

: lokasi perumahan

: rumah yang dipilih

Brosur Perumahan Sunrise Garden

Ilustrasi Perumahan Sunrise Garden


PERANCANGAN RUANG LUAR – 2
2
BAB III
STUDI LITERATUR
3.1. Pengertian Townhouse

Sumber: google

Townhouse adalah kompleks hunian di tengah kota yang berisi rumah-rumah yang dibangun
secara teratur dengan jumlah terbatas.

Biasanya kompleks tersebut memiliki sistem tertutup (cluster) atau one gate system, atau
satu pintu masuk dan keluar, dilengkapi dengan fasilitas bersama seperti kolam renang, taman
bermain (play ground), ruang terbuka hijau, club house, dan lain-lain serta memiliki sistem
keamanan yang lebih baik daripada perumahan pada umumnya.

Bisnis townhouse merupakan bisnis yang sangat menguntungkan, apalagi di kota


metropolitan seperti Jakarta, dimana permintaan (demand) terhadap properti residensial (hunian)
sangat tinggi.

Kondisinya adalah permintaan properti yang tinggi tidak diimbangi persediaan yang sepadan
sehingga harga properti menjadi sangat tinggi. Persediaan tanah yang semakin sempit di tengah
kotalah yang menjadi alasannya.

Konsumen townhouse pada umumnya adalah kaum menengah yang saat ini sedang
bertumbuh di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Makassar, Medan, Semarang,
Bandung dan lain-lain.

Kelompok ekonomi menengah, begitu orang menamainya. Mereka terdiri dari para eksekutif
di perusahaan dan entrepreneur usia muda yang sedang mendaki menuju usia mapan yang tidak

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


3
terlalu sensitif terhadap pembelanjaan uang mereka, secara penghasilan mereka sangat mencukupi
untuk menunjang gaya hidup (lifestyle) yang mereka inginkan.

Bagi mereka, kenyamanan dan kepuasan lebih penting daripada jumlah uang yang
dikeluarkan untuk mendapatkan itu semua.

Mereka mendambakan hunian yang dekat dengan tempat mereka beraktifitas sehari-hari.
Hunian vertikal memang kadang menjadi pilihan, tetapi tak dapat disangkal hunian rumah tapak
(landed house) masih menjadi primadona pilihan utama, jika mereka boleh memilih.

Karena sudah menjadi tipikal orang Indonesia yang masih senang bersosialisasi antar sesama
sambil menikmati lingkungan yang asri di mana mereka tinggal, di mana kondisi ini tidak mereka
dapatkan jika tinggal di apartemen.

Keuntungan dari Townhouse adalah:

• Townhouse menawarkan kenyamanan dan fasilitas yang sama dengan single family house
kecuali adanya halaman samping.
• Townhouse merupakan hunian independen yang memiliki kavlingnya sendiri.
• Karena susunannya yang berderet dan ada pengulangan fungsi, maka pada fasad/ tampak
depan dan tata letak ruang (denah) tipikal mengalami pengulangan pula.
• townhouse dapat saja menempati kavling yang sempit sehingga menjadi populer akhir- akhir
ini karena keterbatasan lahan di daerah perkotaan

Kelemahan dari Townhouse adalah”

• Akses keluar yang jauh jika townhouse tersebut memiliki lahan yang luas
• Kurangnya sosialisasi antar penghuni lain (tetangga) karena masyarakat kota yang sibuk
• Garasi atau carport yang terbatas atau cukup untuk 1 mobil saja
• Akses akan kebutuhan sehari – hari yang jauh, jikalau area townhouse memberi fasilitas
tersebut, maka dapat mempermudah penghuni dalam memenuhi kebutahan sehari – hari
seperti; supermarket, restaurant, dan lain – lain

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


4
Townhouse Amerika = row house+car port pribadi

Townhouse New Zealand, Amerika, dan Eropa = unit

Townhouse Row House

Row houses, Glockengasse, Erfurt, Germany

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


5
Row houses, Amsterdam

Row houses, Amsterdam

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


6
3.1.2. Pembentukan Townhouse

Sumber: google
Rumah-rumah yang masing-masing memiliki kavling sendiri-sendiri bergabung membentuk
cluster housing dengan pengurangan ukuran front yard dan back yard, serta peniadaan halaman
samping. Namun, sekuens ruang yang dimulai masuk dari front yard, kemudian bergerak melewati
unit rumah, dan keluar pada private garden (back yard) tetap dipertahankan.

3.1.3. Standard Towhouse

Standar Perancangan berdasarkan Timesaver Standards for Residential Development:

1. Kriteria Pembangunan

• Kepadatan
• Area Kavling
• Lokasi
• Tapak Proyek
• Ukuran Unit
• Ketinggian Struktur
• Jalan Masuk ke Unit Rumah Tinggal
• Luas Tapak Proyek
• Cakupan Bangunan
• Bagian Depan Jalan

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


7
2. Garis Sempadan dan Pekarangan (Garis sempadan, persyaratan pekarangan, jarak antara
kumpulan townhouse)

3. Parkir dan Jalan Masuk (Area yang dibutuhkan, lokasi, konstruksi)

4. Potongan dari Pinggir Jalan (Curb Cuts) (Right of way)

5. Ruang Terbuka (Area terbuka yang diperlukan, perawatan area umum)

6. Bangunan Tambahan (Tidak boleh ada bangunan tambahan)

7. Utilitas dan Pelayanan (Air bersih, pengolahan sampah dan limbah)

8. Peraturan Tambahan (Pengubahan,penataan lansekap)

3.1.4. Townhouse Sebagai Rumah Tinggal

A. Sasaran:

• Pasangan muda tanpa anak (Tipe satu kamar/ tipe studio)


• Pasangan dengan anak usia balita (Tipe dua kamar, 1 kamar double dan 1 kamar single)
• Pasangan dengan anak usia remaja/menuju dewasa (Tipe tiga kamar, 1 kamar double, 2
kamar single)
• Pasangan usia pensiun tanpa anak (Tipe satu kamar/ tipe studio)

B. Jenis-jenis Townhouse

• Hunian tunggal (single family housing)


• Hunian bersama (multifamily housing)

C. Fasilitas

• Kantor pemasaran & pengelola


• Laundry
• Restoran
• Fasilitas Olahraga
• Ruang Serbaguna
• Convenient Store/Minimarket
• Childcare Center
• Masjid
• Fasilitas pelengkap (satpam, tempat penampungan sampah, gardu listrik)
PERANCANGAN RUANG LUAR – 2
8
Di Amerika, beberapa definisi menyatakan town house sama dengan row house, namun
memiliki perbedaan yaitu tersedianya car port pribadi pada townhouse. Townhouse menawarkan
kenyamanan dan fasilitas yang sama dengan single family house kecuali adanya halaman samping.

™ Di Australia, New Zealand, Eropa, townhouse sama dengan row house; yaitu berupa
kompleks-kompleks kecil terdiri dari rumah-rumah yang dindingnya menyatu dan bisa memiliki
fungsi bangunan bersama, misalnya garasi bersama. Target pasar biasanya pelajar, pasangan muda
atau golongan ekonomi menengah.

Pengertian umum townhouse pada beberapa kasus di Indonesia dan Singapore merujuk pada
hunian kelas atas dengan kelengkapan fasilitas komersial, hiburan dan komunitas dalam satu
kompleks terpadu dengan hunian yang relatif terisolasi dari lingkungan sekitarnya. Jadi pengertian
townhouse disini tidak seperti di Eropa, yang hanya merupakan rowhouse.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


9
3.2. Aturan Perumahan

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 32/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS
KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG
BERDIRI SENDIRI

Paragraf Kedua
Sarana di Lisiba Yang Berdiri Sendiri
Pasal 144

Penyusunan rencana rinci tata ruang Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi
standard pembangunan sarana/fasilitas pemerintahan, pendidikan, pelayanan kesehatan,
perbelanjaan, tempat ibadah, ruang Rekreasi dan Kebudayaan, dan olah raga dan lapngan
terbuka serta ruang terbuka hijau untuk pengembangan Lisiba yang Berdiri Sendiri.

Pasal 145

(1) Pembangunan fasilitas pemerintahan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi
standar perencanaan fasilitas pemerintahan di Lisiba yang Berdiri Sendiri.

(2) Stándar fasilitas pemerintah sebagaimana disebut pada ayat (1) untuk fasilitas tingkat
kawasan dengan penduduk ± 2500 jiwa adalah:

a. Pos hansip, balai pertemuuan ± 300 m2

b. Parkir umum ± 100 m2

(3) Stándar fasilitas pemerintahan sebagaimana disebut pada ayat (1) untuk fasilitas tingkat
kelompok dengan penduduk ± 30.000 jiwa adalah:

a. Kantor kelurahan ± 500 m2

b. Pos polisi ± 200 m2

c. Kantor pos pembantu ± 100 m2

d. Pos pemadam kebakaran ± 200 m2

e. Parkir umum dan M.C.K ± 1000 m2

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


10
f. Bioskop 1(satu) ± 2000 m2

(4) Stándar fasilitas pemerintahan sebagaimana disebut pada ayat (1) untuk fasilitas

tingkat kelompok dengan penduduk ± 240.000 jiwa adalah:

a. Kantor kecamatan ± 1000 m2

b. Kantor polisi ± 300 m2

c. Kantor pos cabang ± 500 m2

d. Kantor telepon ± 300 m2

e. Pos pemadam kebakaran ± 300 m2

f. Parkir umum ± 4000 m2

Pasal 152

(1) Ruang terbuka hijau adalah ruang dalam kawasan atau kota dalam bentuk area atau
kawasan atau dalam bentuk jalur, dimana dalam penggunaannya bersifat terbuka tanpa
bangunan.

(2) Pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuhan-tumbuhan


secara alamiah atau budidaya tanaman.

(3) Persyaratan dan stándar fasilitas ruang terbuka hijau (RTH) Lisiba yang Berdiri Sendiri
adalah 15 m2 per jiwa dengan lokasi menyebar.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


11
Paragraf Ketiga
Utilitas Umum di Lisiba Yang Berdiri Sendiri
Pasal 153
(1) Penyusunan rencana rinci tata ruang Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi
standar pembangunan utilitas umum air minum, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi,
jaringan gas, dan kran kebakaran untuk pengembangan Lisiba yang Berdiri Sendiri.

(2) Standar pembangunan utilitas umum air minum, jaringan listrik, jaringan
telekomunikasi, jaringan gas, dan kran kebakaran untuk pengembangan Lisiba yang
Berdiri Sendiri sama dengan standar pembangunan prasarana di Kasiba, sebagaimana
disebut dalam pasal 81 sampai dengan pasal 86.

Paragraf Kedua

Prasarana Drainase Lisiba Yang Berdiri Sendiri

Pasal 157

(1) Setiap Lisiba yang Berdiri Sendiri harus dilengkapi dengan jaringan drainase atau
sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga
lingkungan perumahan bebas dari genangan air.

(2) Persyaratan pembangunan prasarana jaringan drainase di Lisiba yang Berdiri Sendiri
sama dengan persyaratan pembangunan prasarana jaringan drainase di Kasiba
sebagaimana disebutkan dalam pasal 97 sampai dengan pasal 101.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


12
Paragraf Kedua
Prasarana Drainase Lisiba Yang Berdiri Sendiri
Pasal 157
(1) Setiap Lisiba yang Berdiri Sendiri harus dilengkapi dengan jaringan drainase atau
sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga
lingkungan perumahan bebas dari genangan air.

(2) Persyaratan pembangunan prasarana jaringan drainase di Lisiba yang Berdiri Sendiri
sama dengan persyaratan pembangunan prasarana jaringan drainase di Kasiba
sebagaimana disebutkan dalam pasal 97 sampai dengan pasal 101.

a. kapasitas minimum tempat sampah rumah tangga ± 0.02 m3 berdasarkan jumlah orang
dan banyaknya buangan sampah untuk seluruh kota ± 0,002 m3/orang/hari;

b. persyaratan bahan yang digunakan merupakan bahan yang tidak mudah rusak dan
merupakan bahan kedap air;

c. memiliki tutup yang rapat atau ditutup dengan baik;

d. ekonomis dan mudah diperoleh/dibuat;

e. mudah dan cepat dikosongkan.

(3) Persyaratan tempat pengumpulan sampah di Lisiba yang Berdiri Sendiri adalah :

a. kapasitas tempat sampah lingkungan minimum bervolume ± 2 m3;

b. jumlah rumah yang dilayani ± 200 rumah;

c. penempatan tempat sampah lingkungan pada lokasi berjarak ± 150 m.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


13
3.3. Topografi

Mungkin kita sering mendengar istilah topografi. Hal ini pada umumnya sering kita dengar
jika berhubungan dengan subjek geografi atau jenis ilmu yang memang mempelajari tentang bumi.
Oleh karena itu, tak heran jika bahasan tentang topik yang satu ini cukup sering kita temukan sejak
bangku SMP, sebab perkenalan secara dasarnya sudah diberikan sejak itu.

Keberadaan istilah ini ternyata tak hanya dipakai dalam bidang pelajaran geografi. Ada juga
sejumlah orang yang bergerak di bidang serupa dan menggunakan istilah tersebut. Misal seperti
sejumlah orang yang bergerak di bidang pemberian bantuan pada korban bencana alam, ilmuwan,
peneliti, dan sebagainya. Mereka pun menggunakan istilah ini dalam pekerjaannya.

Setelah mengetahui gambaran singkat di atas, tak ada salahnya bagi kita untuk mengetahui
apa yang dimaksud dengan pengertian atau definisi dari topografi. Dengan begitu, kita pun akan
lebih mudah untuk memahami dan mendapat gambaran umum mengenai hal ini, sehingga dalam
pembahasan lebih lanjut akan bisa ditarik kesimpulan yang baik dan tepat.

Mudahnya, topografi jika dilihat dari tinjauan ilmiah merupakan studi yang membahas
bentuk permukaan bumi serta beberapa objek lain seperti asteroid, planet, dan satelit alami. Selain
itu, ilmu ini juga bisa menyangkut pengaruh manusia terhadap lingkungan dan vegetasi serta
budaya lokal yang termasuk dalam ilmu pengetahuan sosial.

Tanah yang menurun menurut topografi perumahan

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


14
Rumah yang mengikuti bentuk tanah yang menurun
Sumber: google

Rumah yang mengikuti bentuk tanah yang menurun


Sumber: google
PERANCANGAN RUANG LUAR – 2
15
Pada umumnya, ilmu ini menyuguhkan identifikasi jenis bahan, relief permukaan, dan
model tiga dimensi. Maka dari itu, tak heran jika istilah yang satu ini sering kali digunakan dalam
beberapa bahasan mengenai tanah, relief permukaan bumi, sampai pada sejumlah budaya lokal
yang diterapkan pada satu daerah, baik secara umum maupun khusus.

Dulunya istilah ilmu ini digunakan sejak zaman Yunani kuno, kemudian berlanjut sampai
dengan Romawi kuno untuk menggambarkan detail suatu tempat. Asal mulanya berasal dari kata
topos yang memiliki arti tempat serta graphia yang artinya tulisan. Objek ilmu ini yaitu tentang
posisi suatu bagian.

Secara umum, ilmu ini erat kaitannya dengan koordinat secara horizontal, misalnya seperti
garis lintang dan bujur. Sedangkan secara vertikal, topografi menjurus pada ketinggian. Jenis lahan
yang diidentifikasi pun menjadi salah satu bagian dari studi yang satu ini.

Beberapa alasan menjadi dasar dari studi ini. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan
penerapan cabang ilmu ini dengan cakupan luas. Beberapa di antaranya seperti eksplorasi geologi,
perencanaan militer, pekerjaan umum, konstruksi sipil, serta proyek reklamasi yang membutuhkan
studi ini secara lebih detail.

Berbagai hal mengenai definisi dan gambaran topografi seperti di atas menjadi satu bukti
bahwa ilmu yang satu ini memang sudah luas cakupannya. Selain itu, ada banyak sekali hal yang
bisa menjadi bagian dari cabang ilmu ini, sehingga kita pun bisa menggolongkan beberapa hal
tersebut sebagai bahasannya, sesuai dengan yang sudah dijelaskan di atas.

Setelah mengetahui beberapa gambaran umum dari definisi di atas, maka tak ada salahnya
jika kita mengenal apa saja yang menjadi bentuk topografi agar lebih mudah untuk mendapat
gambarannya. Beberapa di antaranya adalah lembah, bukit, jurang, dataran pantai, aliran lava,
gunung api, dan juga scarf faulth atau garis patahan.

Beberapa bentuk tersebut dihasilkan dari adanya proses erosi serta pengendapan yang
mengarah ke atas. Hal ini disebut dengan bentuk positif, sedangkan yang tertekan ke bawah
merupakan bentuk negatif.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


16
Ada beberapa kriteria yang menjadi ciri khas beberapa bentuk topografi. Berikut ini adalah
beberapa kriteria yang bisa kita ketahui.

1. Bentuk umum yang mencakup bidang datar serta profil yang menjadi penentu arah.

2. Pengenalan permukaan.

3. Struktur pada bagian dalam.

4. Adanya bidang dakung pada topografi di sekitarnya.

5. Menjadi konstruksi pengendapan dengan cara mencirikan fragman atau bentuk kasar.

Berbagai macam bahasan tentang definisi dan beberapa bentuk topografi seperti yang ada di
atas sekiranya akan menjadi gambaran umum yang mudah untuk dipahami. Kita bisa mendapat
gambaran umumnya, sehingga akan lebih mudah dalam membayangkan cabang ilmu ini secara
umum baik dari segi definisi, penerapan, sampai beberapa bentuknya.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


17
3.4. Sistem Plumbing

Sistem plumbing adalah suatu sistem penyediaan atau pengeluaran air ke tempat-
tempat yang dikehendakai tanpa ada gangguan atau pencemaran terhadap daerah-daerah
yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan penghuni dalam masalah air.

Jenis peralatan plumbing:

• Peralatan untuk penyediaan air bersih


• Peralatan untuk pembuangan air kotor
• Dan peralatan lain yang berhubungan dengan rencana pemipaan

Sumber: google

Dalam perencanaaan pelaksanaan plumbing harus diperhatikan syarat-syarat dari


bahan plumbing, yaitu:

• Tidak menimbulkan bahaya kesehatan


• Tidak menimbulkan gangguan suara
• Tidak menimbukan radiasi
• Tidak merusak perlengkapan bangunan
• Instalasi harus kuat dan bersih
• Mutu bahan harus memenuhi syarat

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


18
Sistem pemipaan plumbing

• Sistem horizontal
Ada dua sistem yang dipakai untuk sistem pemipaan horizontal, yaitu:

a. Pemipaan yang menuju satu titik akhir, keuntungannya adalah pemakaian bahan yang
lebih efisien dan kerugiannya adalah daya pancar pada titik kran air tidak sama.

b. Pemipaan yang melingkar / membentuk ring. Pemipaan ini menuntut penggunaan


bahan pipa yang banyak, dan daya pancara air kesemua titik akan menghasilkan air
yang sama.

Sistem pipa horizontal


Sumber: google

• Sistem vertikal
Pendistribusian air dengan sistem vertikal adalah dengan menampung air lebih dulu
pada tangki air (ground reservoir) kemudian dialirkan dengan menggunkan pompa
untuk langsung ke titik-titik kran yang diperlukan. Sistem ini ebih menguntungkan
pada penggunaan pipa, tetapi sering mengalami kesulitan kalau sumber tenaga untuk
pompa mengalami pemadaman.

Sistem pipa vertikal


Sumber: google
PERANCANGAN RUANG LUAR – 2
19
3.4.1. Air Buangan

Air buangan atau air kotor adalah air bekas pakai yang dibuang. Air buangan dapat
dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan hasil penggunaannya.

• Air buangan bekas mencuci, mandi, dan lain-lain(grey water)


• Air limbah, yaitu yang berasal dari limbah atau kotoran.
• Air hujan, yaitu air yang jatuh keatas permukaan tanah bangunan.

Sumber: google
3.4.2. Bak kontrol

Bak kontol merupakan bak berlubang lengkap dengan tutup diatasnya yang
umumnya perlu ditempatkan pada belokan saluran atau pada saluran tertutup setiap
panjang sekian meter dan juga bak control perlu di tempatkan jika ada perubahan ukuran
saluran dan kemiringan saluran.

Bak control berfungsi untuk mempermudah perawatan dan mencegah terjadinya


sumbatan pada saluran dan dapat dengan mudah menemukan titik apabila terjadi
penyumbatan.

Sumber: google

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


20
3.4.3. Pencahayaan/ Penerangan

3.4.3.1. Matahari
Matahari adalah sumber cahaya atau penerangan alami yang paling mudah didapat
dan banyak manfaatnya. Cahaya matahari yang masuk kedalam bangunan juga harus
cukup dan tidak berlebihan. Tujuan pemanfaatan cahaya matahari sebagai penerangan
alami adala

• Menghemat energi dan biaya operasional bangunan.


• Menciptakan ruang yang sehat.

Sumber: google

Pencahayaan alami dalam rumah


Sumber: google

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


21
3.4.3.2. Cahaya Buatan
Cahaya buatan dikelola atau diperoleh dari perusahaan listrik adalah Perusahaan
Listrik Negara (PLN) yang menyelenggarakan dan menyiapkan suatu tenaga pembangkit
listrik dengan sistem pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)

Pencahayaan buatan dalam rumah


Sumber: google

Pencahayaan buatan malam hari di jalan umum


Sumber: google

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


22
3.5. Vegetasi

Taman atau Lanskap adalah suatu tempat, wadah atau ruang rekonstruksi yang sengaja ditata
untuk berbagai tujuan yang didasari atas persyaratan fungsi, bentuk dan estetika, yang dijiwai oleh
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam
lingkungannya. Ciri khas Lansekap tidak saja tercermin dari segi arsitektural, fungsi dan
estetikanya saja, melainkan juga dari penempatan elemen tamannya yang sesuai dengan keinginan
perancang.

Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu
ekosistem. Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan
tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk, tekstur dan warna

selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus
berkembang sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Hakim dan Hardi, 2004: 98). Demikian juga
pemilihan jenis‐jenis tanaman yang sesuai habitatnya dapat mempengaruhi efektivitas fungsi RTH,
misalnya dalam kemampuannya untuk menekan pencemaran udara, menyerap debu, mengurangi
bau, meredam kebisingan, mengurangi erosi tanah, penahan angin dan hujan secara menyeluruh.

Karakteristik fisik tanaman dapat dilihat dari bentuk batang dan percabangannya, bentuk
tajuk, massa daun, massa bunga, warna, tekstur, aksentuasi, skala ketinggian dan kesendiriannya.
Persyaratan umum tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan antara lain tanaman yang
disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota, mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal
(tanah tidak subur, udara dan air yang tercemar), tahan terhadap vandalism, akar dalam dan tidak
mudah tumbang, tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural, dapat
menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota, prioritas menggunakan vegetasi
endemik atau lokal dan keanekaragaman hayati. Pemilihan vegetasi untuk taman publik harus
memperhatikan karakter serta kriteria‐kriteria kesesuaiannya sehingga diharapkan mampu memicu
suasana kota yang bersih dan teduh. Selain itu pemilihan vegetasi tersebut sebaiknya harus
disesuaikan dengan kriteria kesesuaian yang meliputi fungsi awal taman publik, estetika,
ekosistem, jenis tanah, iklim/klimatologi kawasan, pemeliharaan (maintenance) serta biologi
tanaman pengisi taman tersebut.

3.5.1. Tinjauan Taman Publik

Ruang terbuka hijau di perkotaan memiliki berbagai macam bentuk, salah satu bentuk dari
ruang tersebut adalah taman, baik yang bersifat aktif maupun pasif. Taman merupakan suatu areal
tertentu yang berfungsi sebagai pelengkap keindahan kota. Selain menyejukan mata, taman juga
berfungsi sebagai paru‐paru kota, tempat beristirahat warga masyarakat dan rekreasi. Taman umum
(park) ini merupakan salah satu kawasan hijau buatan manusia yang dibangun diwilayah
PERANCANGAN RUANG LUAR – 2
23
perkotaan, selain kebun binatang, kebun raya botani dan sebagainya. Taman dapat diartikan
sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil
rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.

Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik tersendiri, baik menurut bentuk, warna dan
teksturnya. Tekstur daun dapat pula dijadikan bahan pertimbangan dalam suatu komposisi taman.
Sedangkan menurut Darmawan (2009: 48‐50), taman umum/publik dapat berupa lapangan/taman
di pusat kota dengan skala pekayanan yang beragam sesuai dengan fungsinya, bentuknya berupa
zona ruang terbuka yang memiliki empat macam tipe yaitu taman nasional, taman pusat kota,
taman lingkungan dan taman kecil. Taman‐ taman yang ada dapat dibedakan sifatnya menjadi dua,
yaitu :

a) Bersifat privat, taman yang bersifat privat dimiliki oleh masing‐masing unit hunian yang
ada di suatu perumahan.
b) Bersifat publik, setiap area ruang terbuka (taman blok) yang luasnya diatas 1000 m2
diterapkan sebagai fasilitas taman aktif, meeting point, pedestrian, taman duduk/bermain
atau Childern Play Ground.

3.5.2. Sarana Ruang terbuka, Taman dan Lapangan Olah Raga oleh Badan Standarisasi
Nasional

Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai
suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang
Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan dalam Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988, yang menyatakan
"Ruang terbuka hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau
budidaya tanaman, dalam pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi
ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan.

3.5.3. Jenis Sarana

Penggolongan sarana ruang terbuka hijau di lingkungan perumahan berdasarkan kapasitas


pelayanannya terhadap sejumlah penduduk. Keseluruhan jenis ruang terbuka hijau tersebut adalah:

a) Setiap unit RT ≈ kawasan berpenduduk 250 jiwa dibutuhkan minimal 1 untuk taman
yang dapat memberikan kesegaran pada kota, baik udara segar maupun cahaya matahari,
sekaligus tempat bermain anak-anak;
b) Setiap unit RW ≈ kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan sekurang-kurangnya satu
daerah terbuka berupa taman, di samping daerah-daerah terbuka yang telah ada pada tiap
kelompok 250 penduduk sebaiknya, yang berfungsi sebagai taman tempat main anak-anak
dan lapangan olah raga kegiatan olah raga;
PERANCANGAN RUANG LUAR – 2
24
c) Setiap unit Kelurahan ≈ kawasan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan taman dan
lapangan olahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan penduduk di area terbuka, seperti
pertandingan olah raga, upacara serta kegiatan lainnya;
d) Setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki
sekurangkurangnya 1 (satu) lapangan hijau terbuka yang berfungsi sebagai tempat
pertandingan olah raga (tenis lapangan, bola basket dan lain-lain), upacara serta kegiatan
lainnya yang membutuhkan tempat yang luas dan terbuka;
e) Setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki
sekurangkurangnya 1 (satu) ruang terbuka yang berfungsi sebagai kuburan/pemakaman
umum
f) Selain taman dan lapangan olah raga terbuka, harus disediakan jalur-jalur hijau sebagai
cadangan/sumber-sumber alam, sekaligus berfungsi sebagai filter dari polusi yang dihasilkan
oleh industri, dengan lokasi menyebar.
g) Diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan kereta api, dan jalur
pengaman bagi penempatan utilitas kota, dengan lokasi menyebar;
h) Pada kasus tertentu, mengembangkan pemanfaatan bantaran sungai sebagai ruang
terbuka hijau atau ruang interaksi sosial (river walk) dan olahraga.

3.4.4. Kebutuhan lahan

Kebutuhan luas lahan ruang terbuka hijau berdasarkan kapasitas pelayanan sesuai jumlah
penduduk, dengan standar 1 m2 /penduduk. Kebutuhan lahan tersebut adalah:

a) Taman untuk unit RT ≈ 250 penduduk, sekurang-kurangnya diperlukan 250 m2 atau


dengan standar 1 m2 /penduduk.
b) Taman untuk unit RW ≈ 2.500 penduduk, dibutuhkan minimal 1.250 m2 atau dengan
standar 0,5 m2 /penduduk yang lokasinya dapat disatukan dengan pusat kegiatan RW
lainnya, seperti balai pertemuan, pos hansip dan sebagainya.
c) Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kelurahan ≈ 30.000 penduduk, diperlukan lahan
seluas 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2 /penduduk.
d) Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kecamatan ≈ 120.000 penduduk, diperlukan
lahan seluas 24.000 m2 (2,4 hektar) atau dengan standar 0,2 m2 /penduduk.
e) Dibutuhkan jalur hijau seluas 15m2 / penduduk yang lokasinya menyebar; dan
f) Besarnya lahan kuburan/pemakaman umum tergantung dari sistem penyempurnaan yang
dianut sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Acuan perhitungan luasan
berdasarkan angka kematian setempat dan/atau sistem penyempurnaan.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


25
3.5. Perkerasan

Lingkungan perumahan harus disediakan jaringan jalan untuk pergerakan manusia dan
kendaraan, dan berfungsi sebagai akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat. Dalam
merencanakan jaringan jalan, harus mengacu pada ketentuan teknis tentang pembangunan
prasarana jalan perumahan, jaringan jalan dan geometri jalan yang berlaku, terutama mengenai tata
cara perencanaan umum jaringan jalan pergerakan kendaraan dan manusia, dan akses
penyelamatan dalam keadaan darurat drainase pada lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu
pedoman teknis jaringan jalan diatur dalam Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem
Jaringan dan Geometri Jalan), Dirjen Cipta Karya, 1998.

3.5.1. Menurut Fungsi Jalannya Terbagi Atas:

A. Jalan Primer

Menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi dalam satuan wilayah pengembangan


menghubungkan secara menerus kota jenjang satu, kota jenjang ke dua, kota jenjang di bawahnya
sampai ke persil. Menghubungkan kota jenjang ke satu dengan kota jenjang ke satu antar satuan
wilayah pengembangan.

B. Jalan Sekunder

Menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kedua,


fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke perumahan.

3.5.2. Menurut Volume Jalan, terbagi atas:

A. Arteri Primer

Menghubungkan kota jenjang ke satu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota
jenjang ke satu dengan ciri-ciri sebagai berikut:

• Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam.


• Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
• Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas rata-rata.
• Jumlah jalan masuk ke arteri primer dibatasi secara efisien dan di desain sedemikian rupa
sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud diatas masih tetap terpenuhi.
• Persimpangan pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi
ketentuan.
• Tidak terputus walaupun memasuki kota

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


26
Pengaturan lalu lintas yang dapat dilakukan antara lain berupa:

• Pengurangan/pembatasan hubungan langsung ke jalan arteri primer


• Penambahan Jalur Lambat
• Penyediaan Jembatan Penyeberangan
• Pemisah jalur oleh marka atau oleh pemisah tertentu
• Pengurangan/pembatasan peruntukan parker

B. Arteri Sekunder

Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder I atau menghubungkan kawasan


sekunder I dengan kawasan sekunder II. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30
km/jam, Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. Lalu
lintas tidak terganggu, Persimpangan dengan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan.

C. Kolektor Primer

Menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota
jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
40 km/jam. Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan. Tidak terputus walaupun memasuki kota. Apabila
terdapat dua atau lebih jalan Kolektor Primer yang menghubungkan ibukota propinsi dengan
ibukota Kabupaten/Kotamadya atau antar ibukota Kabupaten/Kotamadya maka pada dasarnya
hanya satu yang ditetapkan statusnya sebagai jalan propinsi.

D. Kolektor Sekunder

Menghubungkan kawasan sekunder II dengan kawasan sekunder II atau menghubungkan


kawasan sekunder II dengan kawasan sekunder III. Didesain berdasarkan kecepatan rencana yang
paling rendah 20 km/jam

E. Lokal Primer

Menghubungkan kota jenjang ke satu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang kedua
dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


27
3.5.3. Menurut Kelas Jalan, terbagi atas:

Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi
dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat
dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan
teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan.
Adapun kelas-kelas jalan tersebut terdiri dari :

• Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
mm, dan muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 10 ton
• Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm
dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 10 ton
• •Jalan Kelas IIIA, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 mm, dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton
• Jalan kelas II B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi
12.000 mm, dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton
• Jalan kelas III C, yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 mm
dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton

3.5.4. Potongan Melintang

Desain geometrik potongan melintang jalan meliputi bagian-bagian sebagai berikut : badan
jalan dan daerah jalan, jumlah dan lebar jalur, median, bahu jalan yang diperkeras, fasilitas
perjalanan (trotoar), kerb, dan lain-lain. Kebutuhan lebar badan jalan minimum adalah 3,5 meter,
dengan maksud agar lebar jalur lalu lintas dapat mencapai 3 meter sehingga dengan demikian pada
keadaan darurat dapat dilewati ambulans, mobil pemadam kebakaran, dan kendaraan khusus
lainnya.

Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan, badan
jalan hanya diperuntukkan bagi arus lalu lintas dan pengamanan terhadap konstruksi jalan. Secara
geometris lebar badan jalan dan daerah jalan yang meliputi daerah milik jalan (Damija), daerah
manfaat jalan (Damaja) dan daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) pada masing-masing fungsi jalan
sebagaimana diatur pada Undang-undang Nomor diuraikan pada tabel berikut ini :

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


28
Standar Lebar Badan dan Daerah Jalan:

Sumber : Undang-undang Nomor 26 tahun 1985

Daerah manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan, ruang yang dimaksud hanya
diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar
lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian gorong-gorong, perlengkapan jalan dan bangunan
pelengkap lainnya.

Daerah milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi
tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, diperuntukkan bagi daerah manfaat jalan dan pelebaran jalan
maupun penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengaman
jalan.

Daerah pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan diluar daerah milik jalan yang
dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan yang diperuntukkan bagi
pandangan bebas bagi pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan. Batas luar Dawasja diukur
dengan jarak ke setiap sisi dari as jalan sesuai dengan persyaratan klasifikasi fungsional jalan yang
bersangkutan, dalam hal jembatan lebar Dawasja diukur dari tepi luar pangkal jembatan.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


29
3.5.5. Material / Perkerasan Jalan

Material adalah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membangun atau merahabilitasi dan
memelihara konstruksi jalan dan jembatan, mulai dari pembentukan tanah dasar, agregat
pendukung pembentuk badan jalan, dan pembentuk lapisan permukaan jalan baik berupa
perkerasan fleksibel maupun perkerasan baku.

A. Perkerasan lentur

Terdapat 6 tujuan dasar dari aplikasi perkerasan lentur:

1) Mendukung beban lalu lintas


2) Melindungi tanah dasar dari air
3) Memperkecil kemungkinan pelepasan butir pada permukaan
4) Memberikan tekstur permukaan yang memadai
5) Lentur terhadap lapis tanah dasar
6) Tahan terhadap cuaca

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


30
Kelebihan jalan aspal:

• Jalan lebih halus, mulus, dan tidak bergelombang sehingga enak dalam berkendara.
• Warna hitam aspal mempengaruhi psikologi pengendara menjadi lebih teduh dan nyaman
• Untuk penggunaan pada jalan dengan lalu lintas kendaraan ringan, jalan aspal lebih murah
dibanding konstruksi jalan beton.
• Proses perawatan lebih mudah karena tinggal mengganti pada area yang rusak saja, dengan
cara mengganti dengan yang baru pada area jalan yang rusak.

Kekurangan jalan aspal:

• Tidak tahan terhadap genangan air, sehingga memerlukan saluran drainase yang baik untuk
proses pengeringan jalan aspal pasca hujan atau banjir
• Pada struktur tanah yang buruk harus dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu sebelum
ditumpangi oleh konstruksijalan aspal.

B. Pekerasan Kaku

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat
(slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas
tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi
karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis
permukaan.

Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari
kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan
lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan
lapis permukaan.

Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban,
maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah
kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya
berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.

Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan,
yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali
terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja
(working platform) untuk pekerjaan konstruksi.
PERANCANGAN RUANG LUAR – 2
31
Kelebihan Jalan Beton:

• Dapat menahan beban kendaraan yang berat


• Tahan terhadap genangan air dan banjir
• Biaya perawatan lebih murah dibanding jalan aspal
• Dapat digunakan pada struktur tanah lemah tanpa perbaikan struktur tanahnya terlebih
dahulu
• Pengadaan material lebih mudah didapat

Kekurangan jalan beton:

• Kualitas jalan beton sangat bergantung pada proses pelaksanaannya misal pengeringan
yang terlalu cepat dapat menimbulkan keretakan jalan, untuk mengatasi hal ini dapat
menambahkan zat kimia pada campuran beton atau dengan menutup beton pasca
pengecoran dengan kain basah untuk memperlambat proses pengeringan
• Untuk penggunaan pada jalan rayadengan kapasitas berat kendaraan yang tinggi, maka
biaya konstruksi jalan beton lebih mahal dibanding jalan aspal, namun lebih murah pada
masa perawatan.
• Kehalusan dan gelombang jalan sangat ditentukan pada saat proses pengecoran sehingga
diperlukan pengawasan yang ketat.
• Proses perbaikan jalan dengan cara menumpang pada konstruksi jalan beton yang lama,
sehingga menaikan ketinggian elevasi jalan, sehingga terkadang elevasi jalan lebih tinggi
dibanding rumah di sampingnya.
• Warna beton membuat suasana jalan menjadi keras dan gersang shingga menimbulkan
efek kehati-hatian bagi pengendara di atasnya.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


32
C. Perkerasan Menggunakan Paving Block

Jenis perkerasan jalan lainnya yaitu paving block , yang terbuat dari campuran pasir dan
semen ditambah atau tanpa campuran lainnya ( abu batu atau lainnya ). Paving block atau blok
beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari
campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan atau tanpa
bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut.

Sedangkan menurut SK SNI T-04-1990-F, paving block adalah segmen-segmen kecil yang
terbuat dari beton dengan bentuk segi empat atau segi banyak yang dipasang sedemikian rupa
sehingga saling mengunci (Dudung Kumara, 1992; Akmaluddin dkk. 1998).

Keuntungan dari Paving Block:

• Pelaksanaannya mudah dan tidak memerlukan alat berat serta dapat diproduksi secara
masal;
• Pemeliharaannya mudah dan dapat dipasang kembali setelah dibongkar;
• Tahan terhadap beban statis, dinamik dan kejut dan
• Tahan terhadap tumpahan bahan pelumas dan pemanasan oleh mesin kendaraan.

Kelemahan Paving Block

• Mudah bergelombang bila pondasinya tidak kuat dan kurang nyaman untuk kendaraan
dengan kecepatan tinggi. Sehingga perkerasan paving block hanya cocok untuk
mengendalikan kecepatan kendaraan di lingkungan permukiman dan perkotaan yang padat.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


33
Mutunya dan standar yang disyaratkan :

• mempunyai bentuk yang sempurna,


• tidak retak-retak dan cacat,
• bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan tangan.

Bentuk Dan Ukuran:

• Berdasarkan bentuknya paving block dapat dibedakan menjadi dua yaitu bentuk segi
empat dan segi banyak.
• Ketebalan 6 cm, 8 cm dan 10 cm,
• Warna umumnya abu-abu atau sesuai dengan pesanan konsumen.
• Toleransi ukuran yang disyaratkan adalah ± 2 mm untuk ukuran lebar bidang dan ± 3 mm
untuk tebalnya serta kehilangan berat bila diuji dengan natrium sulfat maksimum 1%.

3.6.Signage

3.6.1.Pengertian Signage

Signage adalah suatu rancangan atau penggunaan lambang-lambang dan simbol-simbol


untuk mengkomunikasikan sebuah informasi kepada kelompok audience tertentu, signage biasanya
digunakan untuk tujuan pemasaran dan jenis promosi lainnya. Sebuah signage juga berarti
sekumpulan tanda atau lambang. Istilah signage tercatat mulai populer digunakan antara tahun
1975 sampai 1980.

Signs (bentuk tunggal dari signage) adalah segala jenis tampilan grafis yang dirancang untuk
menampilkan informasi kepada seorang audience tertentu. Hal ini secara khusus juga termasuk
informasi penunjuk arah (wayfinding) yang diletakkan pada jalan, bagian dalam ataupun luar
bangunan. Signs memiliki beragam bentuk dan ukuran tergantung pada lokasi serta tujuan
penggunaan, mulai dari spanduk (banners), billboards dan mural sampai dengan yang berbentuk
sederhana seperti marka jalan, papan nama dan papan informasi. Perkembangan terbaru, signage
juga dapat menggunakan digital ataupun elektronik display.

Beberapa arti sign antara lain (Riri Suryantini, 2001) :

• Sebuah tampilan publik atau sebuah pesan


• Sebuah persepsi yang mengindikasikan sesuatu sebagai petunjuk yang terlihat bahwa
sesuatu telah terjadi
• •Tingkah laku atau gerakan sebagai bahasa isyarat

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


34
Secara umum signage berarti segala macam bentuk komunikasi yang mengandung sebuah
pesan.

3.6.2.Tujuan dan Fungsi Signage

Tujuan utama dari signage adalah untuk menghadirkan informasi secara konsisten sehingga
individu akan belajar untuk melihat pada beberapa tempat tertentu untuk mengenalinya dengan
mudah dan mengikutinya dengan percaya diri. Secara umum, signage dapat dikelompokkan
berdasarkan beberapa fungsi berikut:

• Information : signage dapat berupa media penyampaian informasi tentang layanan dan
fasilitas-fasilitas, seperti peta, direktori maupun papan instruksi.
• Orientation : untuk memberi tahu kedudukan atau posisi tepat seseorang dalam suatu
kawasan agar manusia tahu arah selanjutnya untuk menuju ke tempat yang diinginkan.
• Direction : sebagai penunjuk lokasi dari penyedia layanan, fasilitas, area publik dan
fasilitas sosial, seperti papan penunjuk arah
• Identification : sebagai penanda fasilitas, seperti nama dan nomor ruangan, penanda kamar
kecil dan lantai
• Safety and Regulatory : signage dapat berupa media penyampaian peraturan ataupun
petunjuk keselamatan, seperti penanda bahaya, pintu darurat, rambu lalu lintas maupun
papan peraturan dan tata tertib.
• Decoration : untuk memperindah atau meningkatkan penampilan suatu bangunan baik
secara umum maupun khusus. Contohnya adalah bendera, spanduk, dan lainnya

Signage berbeda dari label ataupun labeling, yang mana lebel bertujuan menyampaikan
informasi tertentu tentang sebuah produk.

3.6.3.Tipe Signage

• Banners signs

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


35
• Canopy signs • Wall signs

• Changeable-copy signs • Window signs

• Electronic message center

• Suspended signs

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


36
3.6.4.Jenis – Jenis Signage

• Signage Nama Toko merupakan ujung tombak brand secara keseluruhan, pilihlah
semuanya dengan kualitas nomor satu dari bahan dan team produksinya.
• Directory Signage/Penunjuk Arah sebagai penunjuk arah yang biasa tergantung di plafon
atau berdiri dengan ketinggian maksimal sampai eye level.
• Produk biasanya peletakkannya sesuai dengan perjanjian dari supplier.

3.6.5. Aspek – Aspek Signage

Penggunaan signage sebagai alat untuk memberitahukan informasi kepada orang lain harus
memperhatikan berbagai aspek yang membuat keberadaannya dapat disadari dan berfungsi dengan
baik. Aspek –aspek yang seharusnya menjadi syarat signage yang baik, antara lain :

• Tingkat kemudahan bagaimana signage dapat dilihat oleh manusia. Hal yang mendukung
yaitu : penempatan, penggunaan warna dan material, bentuk, pemasangan, peletakan
kumpulan sign yang teratur dan sebagainya yang berkaitan dengan signage secara
keseluruhan.
• Informasi yang ditunjukan oleh signage tersebut dapat dimengerti. Hal ini bergantung pada
susunan kalimat dan isi kalimat yang mudah dimengerti atau tidak.
• Dapat dibaca secara jelas, seperti kemampuan sebuah kata utama muncul dan mencolok
atau menarik perhatian dibandingkan backgroundnya. Hal ini bergantung pada format
penyampaian informasinya, seperti typeface (karakter huruf), atau jenis font yang berbeda-
beda dalam penulisannya, dan yang lainnya.

3.6.6.Kategori Siganage

Signage Jalan Raya

Signage jalan raya atau rambu lalu lintas dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis.
Seperti yang tercantum pada Lampiran 1 dari Konvensi “Road Sign andSignals”, Wina, Austria,
tahun 1968, rambu lalu lintas dibagi menjadi delapan kategori tanda:Danger warning signs, Priority
signs, Prohibitory or restrictive signs, Mendatory signs, Special regulation signs, Information,
facilities, or service signs, Direction, position, or indication signs, danAdditional panels

Seiring dengan perkembanganya jaman, pengategorian signage jalan raya atau rambu lalu
lintas dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


37
• Pertama, Oriental Signage. Signage ini bersifat melokasikan pengguna dalam sebuah
lingkungan dan menginformasikan keberadaan tempat secara jelas dan berupa peta secara
keseluruhan.
• Kedua, Informational Signage. Signageini memberikan informasi berupa instruksi
tentangyang boleh dan tidakboleh dilakukan.
• Ketiga, Directional Signage. Signage yang berfungsi mengarahkan; merupakan navigasi
yang paling penting.Meskipun bukan yang paling utama dalam sign system, cukup
memengaruhi keseluruhan fungsi signage.Signage ini bersifat menunjukkan secara harfiah
(misal: ke kiri, ke kanan, atas, bawah), yang secara umum menngunakan simbol anak panah.
• Keempat, Identificational Signage,yang menunjukkan identitas suatu gedung atau lokasi.
• Kelima, Stationary Signage; signage peraturan untuk menginformasikan larangan khusus
pada suatu tempat yang biasanya digunakan khusus oleh pemilik atau pengelola suatu
tempat. Peraturan atau larangan ini dimaksudkan untuk tindakan pencegahan dan
perlindungan dari suatu bahaya tertentu,seperti peringatan hukum, peraturan keamanan,
traffic control devices, pintu keluar darurat, dansebagainya.
• Keenam, Ornamental signage. Tujuan utama dari signage ini adalahuntuk menambah
estetika dari suatu bangunan atau tempat, hingga dapat menghasilkan efek yang
mengesankan pada suatu lingkungan.Contohnya adalah umbul-umbul, spanduk, bendera, dll.

Skema Warna

Signage Secara umum, negara-negara belahan dunia, termasuk Indonesia mengadopsi sistem
skema warna signage jalan raya sistem Amerika sebagai berikut : Merah dengan putih untuk tanda
berhenti dan tindakan terlarang, seperti dilarang parkir, dilarang masuk, dilarang berhenti, dll;
Hijau denga huruf putih untuk tanda informasi, seperti arah, jarak dan tempat-tempat; Cokelat
dengan putih untuk tanda tempat bersejarah,daerah ski dan tempat berkemah; Biru dengan putih
tempat layanan seperti rumah sakit, rest area, bensin, penginapan, dll; Putih dengan hitam (atau
merah) untuk tanda peraturan seperti batas kecepatan, dll; Kuning dengan huruf atau simbol hitam
untuk tanda peringatan seperti jalan menurun, tanjakan, percabangan jalan, dll.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


38
3.6.7.Perancnagan Signage Dengan Pendekatan Faktor Manusia

Pada dasarnya manusia adalah makhluk biophysics-psyche, socio culture, spiritual


cosmologis transcendental dengan kelima inderanya.Oleh karena itu, setiap perancangan harus
mengacu pada sifat karakteristik manusia sebagai pengguna.Demikian juga mengenai perancangan
dari tanda, persepsi dari tanda dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikologis, seperti kualitas
penglihatan, kemampuan membaca, ingatan/memori, sensitifitas warna, dan sikap/kelakuan. Ketika
semua keberagaman muncul dari individu masing-masing dan berada di luar kendali seorang
desainer, maka ia sebaiknya memiliki pemahaman secara umum mengenai bagaimana faktor-faktor
ini akan memengaruhi tanggapan dari pengguna jalan terhadap tanda.

Penduduk kota rata-rata telah dikondisikan oleh pendekatan tanda selama bertahun-tahun.
Beberapa pengguna jalan mungkin akan memberikan tanggapan negatif ketika diperlihatkan terlalu
banyak tanda, tetapi kebanyakan lebih bersikap netral terhadap rambu secara umum. Ada begitu
banyak tanda yang akan ditanggapi oleh seseorang karena sudah menjadi kebiasaan. Ia akan
memberikan reaksi dengan berhenti dan berjalan sesuai dengan tanda lalu lintas dan pada rambu
lainnya sering tanpa disadari. Reaksi otomatis ini memberikan kesadaran yang lebih bebas untuk
mengumpulkan informasi dan memberikan keputusan.

Pada saat seorang pengguna jalan mengendarai atau berjalan melewati kota untuk mencari
informasi, ia akan mengamati lingkungan di sekitarnya. Tanda beserta dengan elemen-elemen lain
yang berada di dalam wilayah pengamatannya akan dilihat secara umum dengan caranya sendiri,
kecuali mereka membutuhkan informasi khusus. Maka mereka akan lebih fokus mencari informasi
yang dibutuhkannya. Seorang desainer harus mengetahui reaksi dasar tersebut dan menyadari
bahwa tanda yang dibuat untuk pengguna jalan tersebut bersaing dengan berbagai elemen lain di
lingkungannya. Ketika sebuah lingkungan khusus dapat dikendalikan secara visual oleh seorang
desainer, maka perhatian dari pengguna jalan terhadap sign system dan keefektivitasannya dapat
ditingkatkan secara dramatis.

Pemahaman Faktor Manusia

Setiap sudut pandang atau persepsi dari pengguna jalan dan tanggapannya terhadap tanda
dikondisikan oleh karakteristik khusus manusia secara biophysics-psyche, socio culture, spiritual
cosmologis transcendental dengan kelima inderanya. Oleh karena itu, setiap perancangan harus
mengacu pada apa yang disebut sebagai faktor manusia.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


39
3.6.8.Faktor Fisik

Wilayah Penglihatan secara Normal (Normal Field of Vision)

Ilmu pengetahuan mengindikasi bahwa wilayah penglihatan normal atau sudut pandang yang
sesuai untuk tanda berada pada sudut pandang 60°. Area di luar sudut pandang tadi tidak efisien
karena akan terlihat kurang detail. Ketika benar adanya bahwa wilayah penglihatan dapat diperluas
dengan menengokkan atau mendongakkan kepala, rata-rata pengguna jalan menolak untuk
memberikan usaha yang lebih demi melihat sesuatu di luar sudut pandangnya. Sebagai contoh, bila
sebuah tanda diletakkan pada langit-langit yang tinggi sehingga garis pandang penglihatan dari
mata pengguna jalan hingga titik horisontalnya mencapai lebih dari 30°, hal ini akan mempersulit
atau berlebihan. Umumnya, para pengguna jalan tidak memiliki kebiasaan untuk mendongakkan
kepala mereka untuk melihat tanda, mereka juga tidak akan menggerakkan kepala mereka di luar
kebiasaan untuk melihat sesuatu secara khusus di luar sudut pandang mereka. Konsistensi dari
ketinggian tanda yang dibuat pada sistem akan mempermudah pengguna jalan untuk melihat untuk
mencari informasi di berbagai tempat.

Konsistensi Ketinggian Signage Jalan Raya

Ketajaman Visual (Visual Acuity)

Pengguna jalan mengamati berdasarkan kemampuan mereka untuk melihat secara jelas.

Kecepatan Membaca (Reading Rate)

Dari semua kemampuan umum membaca, ada begitu banyak kecepatan membaca dari
masing-masing pengguna jalan. Dari seseorang dengan kecepatan membaca sekitar 125 kata per
menit, hingga 500-600 kata per menit.Faktor-faktor seperti umur, kepandaian, dan pendidikan
memengaruhi kecepatan membaca. Rata-rata kecepatan membaca pada umumnya adalah 250 kata
per menit. Berdasarkan pada kecepatan membaca ini, tanda sebagai pengantar atau penyampai
pesan yang hanya dapat dilihat sepersekian detik saja, sebaiknya tidak memuat lebih dari enam
sampai delapan item singkat. Penyampaian pesan dengan batas maksimal jumlah item singkat

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


40
Keterbacaan (Legibility)

Studi tentang jarak mengindikasi bahwa di bawah cahaya matahari normal, seseorang
dengan kemampuan melihat 20/20 dapat melihat huruf setinggi 1 inci (25 milimeter) sesuai dengan
standar tabel Snellen yang digunakan oleh optometris pada jarak 50 kaki (15 meter). Akan tetapi,
laboratorium ideal seperti ini harus dimodifikasi untuk keterbacaan desain tanda.

Ketinggian Penglihatan Mata (Eye Level)

Rata-rata ketinggian dari penglihatan seseorang diukur dari tanah ketika ia berdiri adalah
sekitar 5 kaki, 6 inci (1.7 meter); ketika sedang duduk, ketinggian penglihatannya adalah sekitar 4
kaki, 3 inci (1.3 meter); ketika sedang mengemudi kendaraan, ketinggian penglihatannya adalah
sekitar 4 kaki, 6 inci (1.4 meter). Ketinggian penglihatan mata dari seorang pengguna jalan yang
sedang mengendarai mobil truk jauh lebih tinggi dari pada seorang pengemudi mobil biasa dan
sebaiknya disesuaikan dengan kendaraan-kendaraan khusus yang berkaitan dengan masalah tanda
yang akan didesain.

Area penglihatan pengendara dari dalam mobil

Ketinggian Kata (Letter Heights)

Di dalam menentukan salinan ketinggian huruf untuk tanda khusus kendaraan melibatkan
faktor-faktor tambahan: terutama kecepatan laju kendaraan dan waktu yang dibutuhkan untuk
mengenali dan membaca tanda.

Peninjauan Kebutuhan dari Usia Lanjut dan Orang-orang Kurang Mampu secara Fisik
(Meeting Needs of Aging and Physically Disabled People)

Pada era bertambahnya populasi usia lanjut dan orang-orang cacat secara fisik, fasilitas
umum yang digunakan oleh mereka meningkat jangkauan kebutuhannya. Untuk memenuhi
kebutuhan umum, maka jangkauan penglihatan untuk ketinggian huruf berkisar dari 1 inci hingga

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


41
25 kaki (7.5 meter), berdasarkan huruf kapital jenis Helvetica. Hal ini disesuaikan dengan panduan
lebih praktis untuk tanda bagi pejalan kaki.

3.6.9.Faktor Psikologis

Hubungan Dasar Bentuk (Figure-Ground Relationship)

Para psikolog mengacu pada hubungan dasar bentuk. Mereka membicarakan mengenai
bentuk dan pola dilihat berdasarkan latar belakangnya. Bentuk digambarkan oleh sisi, dan sisi
merupakan persepsi dari garis batas/kontur. Apapun yang berpengaruh terhadap persepsi jelas dari
garis batas/kontur akan memberikan efek pula untuk pengenalan objek. Konsep dasar bentuk juga
berkaitan dengan jarak negatif antara huruf ke huruf memberikan pengaruh pada persepsi dan
pengenalan bagi huruf dan bentuk. Pada saat memahami proses membaca, kita secara sadar
menyusun huruf-huruf tersebut menjadi kata-kata. Kita juga mempelajari bagaimana memisahkan
seluruh kata-kata tersebut berdasarkan bentuknya. Para psikolog menyebutnya ‘pengisian persepsi’
(perceptual filling in) atau ‘pengaturan bentuk’ (figural organization). Apabila huruf-huruf
dikumpulkan bersama sehingga mereka saling berdekatan atau terpisah secara berlebihan, jarak
negatif dapat memengaruhi titik tertentu yang pengenalan terhadap sebuah kata secara keseluruhan
akan berantakan.

Implikasi Warna (Implications of Color)

Para individu biasanya memiliki pertimbangan yang beragam pada kemampuan mereka
untuk memisahkan dan mengingat warna. Kemungkinan hanya ada enam warna yang berbeda,
tidak termasuk putih dan hitam – merah, kuning, biru, hijau, tangerine/oranye, cokelat – yang dapat
dipisahkan dengan mudah dan diingat oleh orang normal. Di luar dari keterbatasannya, warna
dapat digunakan sebagai elemen kedua untuk mengidentifikasi atau sebagai alat/sarana untuk
mengirimkan tanda/sandi (coding) pada situasi tertentu dimana jumlah warna yang digunakan
sangat terbatas.Sebagai contoh, warna biasanya digunakan untuk mewarnai kolom atau dinding
pada lahan parkir untuk mempermudah identifikasi tingkat atau lantai yang berbeda. Aplikasi
penanda ini tidak membutuhkan ingatan warna ketika digantikan oleh angka dan huruf.

Warna dapat membangkitkan mood atau perasaan tertentu; kualitas warna yang positif ini
biasanya banyak digunakan pada grafis dinding, desain interior, dan pencahayaan. Warna-warna
tertentu dapat menjadi cara yang memberikan pengaruh kuat pada tanda; seseorang telah
dikondisikan untuk memahami bahwa warna-warna tertentu, merah misalnya, merupakan pertanda
dari bahaya atau darurat karena pengalaman dari mesin api, lampu merah yang berkedip, atau tanda
lalu lintas. Warna merah digunakan sebagai latar belakang dari tanda berhenti hampir di semua
negara, warna merah telah dikondisikan sebagai penanda untuk perintah ‘berhenti’ (stop), namun
PERANCANGAN RUANG LUAR – 2
42
tidak dapat digunakan secara khusus sendiri untuk tempat berhenti. Sama kasusnya dengan reaksi
kita melihat warna kuning sebagai warna peringatan, mungkin karena kita sudah terbiasa
melihatnya selama bertahun-tahun digunakan sebagai tanda lalu lintas dan tanda di wilayah
konstruksi.

Aplikasi khusus dari warna menghasilkan fenomena visual yang menarik ketika digunakan
pada seni optik (op-art) atau grafis, namun menjadi masalah ketika digunakan pada sistem
penandaan. Ketika dua warna komplementer dengan kekuatan intensitas warna yang sebanding
digunakan secara bersamaan, maka dalam kasus huruf dan latar belakang, akan terjadi
kebingungan terhadap maksud yang ingin disampaikan.

Gambar 6 Berbagai Figure-ground dan Implikasi Warna dalam Signage Jalan Raya

3.6.10. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Ada sejumlah faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi bagaimana seseorang akan


memahami tanda khusus. Yang terpenting adalah bahwa hal ini berkaitan dengan kualitas,
intensitas, dan warna dari cahaya sekitarnya yang jatuh pada tanda tersebut; gangguan secara fisik
dari garis penglihatan antara pengamat dan tanda; serta lingkungan visual yang ada di belakang
atau sekitar tanda tersebut.

Untuk beberapa bagian terpenting, faktor-faktor lingkungan ini di luar kendali dari desainer,
akan tetapi mereka terkait dengan faktor-faktor desain yang sebenarnya dapat dikendalikan.
Pencahayaan buatan dapat digunakan untuk meningkatkan persepsi tanda. Tanda dapat digantikan
untuk meningkatkan garis pandang. Hampir semua elemen desain dari tanda dapat dikurangi untuk
meningkatkan keterbacaan tanda, sebagai kompensasi untuk mengimbangi lingkungan visual yang
kurang memadai’.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


43
Pencahayaan Sekitar (Ambient Lighting)

Pencahayaan normal yang berada di lingkungan sekitar, atau disebut dengan ambient
lighting merupakan pertimbangan utama.Tingkat pencahayaan lingkungan sekitar yang ditemukan
oleh kebanyakan pengamat untuk menemukan tanda yang tidak bercahaya (nonilluminated sign)
adalah minimal 25 cahaya lilin. Akan tetapi untuk melihat tanda eksterior yang tidak bercahaya
(nonilluminated sign) di malam hari, cahaya sekitar yang dilihat adalah sekitar 2 buah cahaya lilin
saja, akibat dari kemampuan dari pengamatan mata yang berkurang di kegelapan.

Sejalan dengan menurunnya tingkat cahaya sekitar, maka kontras antara kata-kata dan latar
belakang tanda akan bertambah. Pada tanda yang tidak bercahaya (nonilluminated sign). Hal ini
dapat dicapai dengan menggunakan kata-kata dengan warna terang di atas panel yang gelap, atau
kebalikannya. Jika tulisan atau latar belakang tanda akan dibuat kembali dengan warna, seorang
desainer sebaiknya melakukan tes terlebih dahulu untuk warna yang akan digunakan sesuai dengan
tempat penggunaannya, agar lebih meyakinkan dan pasti. Pesan yang ditulis dengan warna putih di
atas latar belakang warna kuning muda dimana cahaya sekitarnya rendah, tentunya akan
mengakibatkan ketidakterbacaan akibat kurangnya kontras warna. Tulisan berwarna putih di atas
latar belakang hitam atau kebalikannya akan menghasilkan kontras warna yang baik dan mudah
untuk dibaca dengan cahaya secukupnya. Di luar dari kontras tulisan dan latar belakang, penelitian
juga mengindikasi bahwa ketajaman visual dapat meningkat secara keseluruhan dengan
meningkatnya tingkat pencahayaan.Selain itu juga, kecepatan seseorang untuk mengenali tanda
dan tulisan tanda meningkat seiring dengan meningkatnya pencahayaan. Akan tetapi, warna-warna
cerah yang diletakkan di atas tanda berwarna akan mengurangi keterbacaan bila kontrasnya hanya
sedikit antara tulisan dan latar belakang.

Bila cahaya sekitar masih kurang memadai, tanda dapat dibuat lebih terbaca dengan
pencahayaan dari dalam. Hal ini tentunya sangat dibutuhkan untuk tanda eksterior yang dibaca
pada malam hari bila tidak ada sumber cahaya lain di sekitarnya atau bila hal tersebut dibutuhkan
untuk membuat tulisan lebih menyolok atau dramatis. Akan tetapi, pencahayaan dari dalam yang
berlebihan dapat mengurangi keterbacaan dengan menciptakan ‘halo effect’ dari huruf-huruf terang
di atas latar belakang gelap. Fenomena visual ini akan membuat huruf-huruf tampak lebih besar
atau lebih besar pada malam hari daripada siang hari. Hal ini dapat diperbaiki dengan mengurangi
intensitas dari sumber cahaya dalam atau memodifikasi lebarnya huruf, atau bisa juga
mengkombinasi keduanya.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


44
Spot merah sepanjang pinggiran jalan sebagai illuminated sign

Garis Penglihatan (Sight Lines)

Dasar dari faktor manusia lebih dipentingkan pada peletakan tanda tersebut pada ketinggian
penglihatan mata (eye-level) rata-rata. Hal ini jelas terlihat pada tanda bagi pejalan kaki yang
diletakkan sesuai dengan tingkat penglihatan mereka. Akan tetapi, hal tersebut merupakan jawaban
dasar untuk mempermudah masalah yang ada. Hal yang terpenting adalah untuk mengingat bahwa
tanda seharusnya diletakkan untuk menghindari gangguan garis penglihatan normal.

Seorang desainer harus memiliki empati, mencoba untuk meletakkan dirinya di posisi
pengamat/pengguna tanda tersebut. Ia harus mempertimbangkan masalah tanda satu persatu sesuai
dengan kegunaannya. Beberapa pertanyaan yang harus dipertimbangkan adalah: Apakah tanda
tersebut dapat dilihat oleh orang lain secara umum di luar pengamat dengan tinggi rata-rata?
Apakah tanda tersebut dapat lihat dari sudut pandang tertentu hingga garis penglihatan normal?
Apakah tanda tersebut berada di luar wilayah penglihatan normal? Apakah latar belakang dari
tanda tersebut, bagaimana dengan lingkungan sekitarnya, pencahayaannya? Apakah tanda-tanda
lainnya atau ciri khas arsitektur di sekitarnya akan memengaruhi garis penglihatan dari pengamat?
Apakah pohon-pohon atau unsur alam lainnya akan tumbuh dan berkembang sehingga nantinya
akan mengganggu tanda yang diletakkan di sana? Apakah kendaraan yang diparkir akan
mengganggu tanda yang dipasang tersebut pada waktuwaktu tertentu? Apakah tanda dapat dilihat
oleh baik pengemudi kendaraan maupun pejalan kaki dan dapat dibaca oleh keduanya? (tingkat
ketinggian penglihatan seorang pengemudi kendaraan tentunya berbeda dengan pejalan kaki)

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


45
Gambar: Unsur alam dan lingkungan perlu dipertimbangkan guna menghindari gangguan
penglihatan pengendara

Latar Belakang Tanda

Ada beberapa kondisi latar belakang yang dapat memengaruhi persepsi. Salah satunya
adalah permukaan dinding dimana huruf satu persatu dituliskan, sesuai dengan penjelasan
sebelumnya pada ‘Hubungan Dasar-Bentuk’ (Figure-Ground Relationship). Kondisi lainnya dapat
merupakan pengalihan pemandangan di balik panel tanda yang dipasang secara bebas. Hal ini juga
dapat mengakibatkan keterlibatan visual dengan pesan tanda, kecuali bila panel tanda didesain
sesuai dan cukup besar untuk mengalihkan pesan dari pengalihan visual lainnya.

Bayangan yang jatuh oleh karena tekstur kasar yang dihasilkan oleh cahaya matahari akan
menghasilkan pola, dan cover dinding yang dicetak juga dapat menghasilkan efek yang hampir
sama. Seorang desainer sebaiknya membiasakan diri untuk menghindari penggunaan pemotongan
huruf sambung yang ditulis pada pola wallpaper gulungan, karena huruf tersebut akan bertabrakan
dengan latar belakang untuk menarik perhatian. Salah satunya harus menghindari penggunaan
huruf dari jenis tertentu agar tidak berlawanan dengan pola geometris (seperti garis-garis hitam dan
putih); pola seperti itu dapat mengakibatkan visual vibration yang akan mengurangi unsur
keterbacaan huruf. Untuk keterbacaan secara optimal pada pemasangan tanda, yang dimana sering
terlihat berlawanan dengan latar belakang yang membingungkan, sebuah panel tanda atau dinding
yang sederhana akan menciptakan latar belakang yang positif untuk bentuk huruf.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


46
3.6.11. Pesanan Tanda Dapat Mempengaruhi Persepsi

Simbol dapat Bersifat Ambigu

Secara mayoritas, manusia lebih berorientasi verbal atau lisan, menyerap hampir seluruh
informasi melalui kata-kata, dengan sebagian kaum minoritasnya lebih cepat bereaksi pada tanda
visual seperti simbol. Hal ini mengindikasi bahwa hampir semua sign system membutuhkan pesan
secara verbal. Fasilitas di lokasi jalan raya sering menggunakan simbol untuk memperkuat pesan
secara lisan atau agar bisa berdiri sendiri. Jika simbol digunakan berdiri sendiri, sebaiknya simbol
tersebut dapat diterima secara umum atau menyeluruh.

Gambar : Contoh penggunaan beberapa simbol pada signage jalan raya tol

Tanda panah sering digunakan untuk menggantikan kata pada tanda penunjuk, dan kita telah
dikondisikan untuk bereaksi pada tanda penunjuk yang menggunakan tanda panah. Berdasarkan
pada kebiasaan, kita dapat mengerti dengan jelas sebuah tanda yang bertuliskan ‘restroom,’ yang
diikuti oleh sebuah tanda panah yang menunjuk ke arah kamar kecil (restroom). Namun tanda
panah dapat bersifat ambigu pula. Sebuah bangunan dengan beberapa lantai, seperti rumah sakit,
biasanya mengharuskan tanda penunjuk arah yang tergantung di langit-langit.

Di sebuah persimpangan koridor, tanda panah mengindikasi arah kanan dan kiri dapat
dimengerti dengan jelas; kesulitannya akan muncul ketika penunjuk arah ‘terus’ (ahead) juga
ditunjukkan dengan tanda panah. Ketika tanda tersebut berada di arah yang tepat mengikuti alur,
beberapa desainer membuat tanda panah turun, sedangkan beberapa orang lainnya menunjukkan
arah sebaliknya (tanda panah naik). Akan muncul kebingungan tentang bagaimana menentukan
arah yang benar – panah ke atas atau panah ke bawah – khususnya bila ada anak tangga, escalator,
atau elevator yang berada disekitarnya, karena hal ini bisa menimbulkan pemahaman yang berbeda
bagi pengguna tanda. Mereka dapat mengartikannya berbeda, bukan arah lurus (terus) namun
dianggap ada di lantai atas atau lantai berikutnya.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


47
Tampaknya hampir semua pengguna rambu telah memahami bahwa tanda panah yang
menunjuk ke arah bawah mengindikasi ‘turun’ di satu situasi tertentu dan ‘lanjut’ pada situasi
lainnya. Penggunaan tanda panah pada signage jalan raya tol umumnya digunakan sebagai
pemandu batas jalur jalan, pemandu arah tempat, peringatan jalur bercabang, arah jalur dalam
beberapa jalur yang biasa terdapat di area gerbang tol, dan arah putar balik di berbagai area khusus
jalan raya tol.

Gambar: Contoh pengggunaan beberapa tanda panah di lokasi jalan raya tol

Tulisan Kata-kata

Karena adanya beberapa kalimat khusus yang bersifat ambigu atau menjadi subyek untuk
interpretasi pribadi, harus diciptakan kriteria tertentu untuk mengurangi kemungkinan tanda yang
menyesatkan. Untuk memperjelas sign system agar lebih mudah dimengerti, beberapa kriteria yang
harus dicantumkan pada tulisan adalah: Konsisten, Sesingkat mungkin agar lebih mudah untuk
dibaca, Memiliki sama arti bagi siapapun yang membacanya (tidak bersifat ambigu),
Menyampaikannya dengan positif.

Gambar: Pesan tulisan yang singkat dan jelas dalam signage jalan raya tol

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


48
Dengan mempertimbangkan cakupan luas dari faktor manusia yang dibahas di bab ini,
seorang desainer akan segera menyadari bahwa tidak ada sign system yang dapat disampaikan
sama persis untuk semua orang. Akan tetapi, kendala yang dipaksakan oleh batasan faktor dan
lingkungan akan membantu menjelaskan masalah penandaan tersebut, dan target yang spesifik dari
sistem tersebut didesain agar mudah tersampaikan.

Keterbacaan dari Tanda yang Ditujukan bagi Pengendara

Keterbacaan dari tanda yang dilihat dari kendaraan yang sedang bergerak ditentukan oleh
beberapa hal yang tercantum berikut sesuai dengan urutan prioritasnya: (1) Kecepatan berkendara
dan jumlah dari jalur lalu lintas, keduanya dipengaruhi oleh kecepatan waktu. (2) Penentuan jarak
peletakan tanda agar dapat dikenali dengan mudah. (3) Klasifikasi lingkungan (wilayah komersial,
industri, perumahan, atau pertanian). (4) Jarak penglihatan, di antara sudut pandang atau di luar
sudut pandang. (5) Pertimbangan dari segi desain grafis, seperti jenis huruf yang dipilih; jarak
antarhuruf; jumlah kata yang digunakan, penamaan, atau tanda per suku kata; warna; jumlah kata
untuk informasi yang disampaikan (sebaiknya tidak lebih dari enam); wilayah dari tanda muka
secara keseluruhan; pencahayaan dan sumber cahaya; dan pengelompokan lainnya, serta elemen
desain dasar.

Hal yang paling penting untuk dipertimbangkan di dalam mendesain tanda/rambu untuk
pengendara adalah: jarak tanda untuk menentukan unsur keterbacaan ketika kendaraan diparkir;
dan kecepatan waktu bereaksi pada saat kendaraan sedang melaju – waktu yang dibutuhkan oleh
pengendara untuk melihat tampilan yang ingin disampaikan, membaca pesan, dan tanggapan
terhadap pesan tersebut.

Hasil penelitian terdahulu dengan melakukan percobaan di lapangan telah menunjukkan


bahwa waktu yang dibutuhkan oleh pengendara untuk melihat tanda, membaca, dan
menanggapinya terkait dengan jumlah jalur lalu lintas sebagai berikut: 2-jalur jalan, 8detik; 4-jalur
jalan, 10detik; 6- jalur jalan, 11detik; jalan bebas hambatan, 12 detik. Semakin cepat sebuah mobil
melaju, semakin jauh jarak tempuhnya ketika pengendara bereaksi terhadap pesan, maka semakin
besar pesan tersebut harus dibuat. Hal tersebut telah dibuktikan dengan baik bahwa setiap jarak 50
kaki (15 meter) terpisah dari pengamat ke objeknya, maka tinggi huruf yang dibutuhkan adalah 1
inci (2.5 milimeter). Untuk lebih yakin agar tanda dapat dibaca, maka huruf kapital Helvetica
setinggi 1 inci direkomendasikan untuk setiap jarak 30 kaki (9 meter).

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


49
Dikarenakan adanya batasan sampai mana seseorang dapat melihat dan mengingat pada saat
ia sedang berkendara, maka jumlah informasi yang ingin dikomunikasikan padanya pada saat ia
sedang berkendara di jalan menjadi sangat penting. Hal dan informasi tersebut disampaikan dalam
bentuk simbol, kata, huruf, atau bentuk yang tertentu. Secara maksimal, untuk informasi, enam hal
saja sudah lebih dari cukup untuk membantu pengendara melihat apa yang dibutuhkan. Terlebih
lagi, enam hal tersebut sudah lebih dari cukup untuk digunakan dan diserap oleh pengendara dari
sebuah tanda/rambu jalan.

Contoh dari kasus ukuran tanda atau rambu yang dibutuhkan terkait dengan kecepatan dan
jarak tempuh dapat dilihat di skema berikut.

Gambar : Contoh ukuran tanda/rambu yang dibutuhkan terkait kecepatan dan jarak
tempuh

Tinggi Huruf

Sebagai tambahan untuk pemilihan jenis huruf, jarak, dan penggunaan huruf besar,
ketinggian huruf juga bergantung pada jumlah kalimat atau baris kata, kecepatan yang terkait
dengan jarak tempuh kendaraan, dan jarak lateral antara pengamat dengan tanda. Sebagai
contohnya, ada tiga baris kalimat, batas kecepatannya adalah 35 mil per jam, dan jarak lateral
adalah 15 kaki (4.6 meter). Untuk menghitung tinggi huruf yang dibutuhkan, ikuti langkah-langkah
berikut: (1) Tambahkan angka 6 pada jumlah kata atau baris kalimat, 3 + 6 = 9. (2) Kalikan dengan
batas kecepatan yang diperoleh dari langkah pertama, 35 x 9 = 315. (3) Bagi 100 dengan angka
yang diperoleh dari hasil perkalian langkah kedua, 315 / 100 = 3.15. (4) Bagi 10 dengan jarak
lateral, 15 / 10 = 1.5. (5) Tambahkan hasil yang diperoleh pada langkah ketiga dan keempat, 3.15 +
1.5 = 4.65. (6) Hasil ini merupakan perkiraan minimum dari tinggi huruf yang harus digunakan,
4.65”. (7) Bila dibutuhkan, tinggi huruf dapat dibulatkan ke angka terdekat (pembulatan ke atas
atau pembulatan ke bawah), 5” atau 4.5”.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


50
Faktor sosial kultur

Terdapat berbagai perbedaan sistem pelaksanaan penempatan signage sisi lalu lintas di
berbagai negara yang dipengaruhi oleh aspek sosial kultural dari masing-masing negara. Sebagai
contoh dapat dilihat di berbagai negara seperti Amerika, Eropa, sebagai bangsa dengan mayoritas
masyarakatnya beraktivitas dengan dominasi tangan kiri, hal ini berpengaruh pada tatanan
perancangan produk otomotif dan pelaksanaan sistem lalu lintasnya. Jalur lalu lintas yang
digunakan adalah jalur kanan, hingga sisitem signage sisi jalan raya ditempatkan pada sisi kanan
jalan raya. Lain halnya dengan kondisi lalu lintas di Indonesia. Mayoritas masyarakatnya
beraktivitas dengan dominan tangan kanan, lebih menerapkan sistem lalu lintas dengan
pengggunaan jalur kiri, hingga penempatan signage sisi diletakkan di sisi kiri jalan raya.

Gambar : Sistem penempatan signage sisi di sisi kanan jalan raya di salah satu kota di
Jerman dan Alaska, Amerika

Gambar: Sistem penempatan signage sisi di sisi kiri jalan raya, di jalan raya tol Bintaro

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


51
Nilai karakteristik produk

Karakteristik setiap produk memiliki diferensiasi nilai/value. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
perbedaan kondisi, kepentingan, dan waktu suatu produk tersebut digunakan. Perkembangan dan
perubahan waktu mampu mengubah tampilan dan karakteristik dari suatu produk. Hasil elaborasi
antara teori Mayall dengan teori Ahadiat, hubungan antara value dan karakteristik produk dapat
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat Essential, Important dan Desirable. Untuk selanjutnya,
ketiga tingkatan ini dibandingkan dengan aspek muatan artefak dari suatu produk dan aspek sifat-
sifat manusianya.

Berdasarkan teori tersebut di atas, signage jalan raya merupakan suatu produk dengan
tingkat value Essential dan Important yang tinggi, tidak demikian untuk tingkat Desirable.
Demikian juga untuk tingkat fungsi praktis utiliter dan nilai-nilai simbolik berada di tingkatan
tinggi dengan ekspresi estetik yang cukup mendukung. Pada aspek sifat-sifat manusia, produk ini
sangat berkaitan erat dengan ketiga faktor manusia, yaitu faktor biophisic, psycho dan socio
culture.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


52
3.6.12. Kesimpulan

Berdasarkan semua bahasan yang ada, maka dapat semakin dipahami bahwa suatu
perancangan fasilitas objek pada suatu lingkungan tertentu senantiasa harus mengacu pada
faktorfaktor yang menjadi substansi-substansi penting dalam proses pertimbangan, perencanaan
dan perancangannya.

Faktor manusia sebagai pengguna memegang peranan penting dalam perolehan solusi terbaik
berupa “good design solution” untuk masyarakat pengguna. Hubungan interaksi dengan berbagai
unsur seperti ekologi, topografi, dan budaya sangat terkait dengan masalah manusia itu sendiri
sebagai mahluk bio physics, psychologis, socio cultursl spiritual transcendental. Hal ini
berpengaruh pada tingkat keterkaitan nilai dan karakteristik suatu objek.

Signage jalan raya sebagai penginformasi dan pengarah manusia di lingkunagn jalan raya harus
mampu menginformasikan secara jelas dan tepat setiap pesan yang ingin disampaikan. Pemahaman
aspek grafis, rancang bentuk, warna, penempatan, kondisi lingkungan dan pengguna harus
dipahami dan diselaraskan dengan baik. Tingkat Essential dan Important yang mencakup fungsi
utiliter praktis, nilai simbolik sangat memegang peran, disertai pula dengan kelayakan ekspresi
estetik sebagai faktur pendukung. Standardisasi internasional yang telah ditetapkan sebaiknya
dapat menjadi acuan perancangan sistem signage.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu perancangan signage jalan raya yang baik adalah
yang mampu mengatasi masalah informasi, komunikasi di lingkungannya, dimana proses
perancangannya harus melalui suatu pertimbangan yang holistik , mulai dari pertimbangan sifat-
sifat manusia, muatan artefak dan lingkungannya. “Good design" menjadi tanggung jawab
sekaligus pencapaian terakhir yang mutlak harus mampu dicapai oleh seorang desainer yang baik

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


53
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Perumahan Sunrise Garden Terhadap Hirarki Jalan

Sumber: Google Earth

Keterangan:

: Jalan Primer

: jalan sekunder

: jalan tersier (gang sitepu)

Alur sirkulasi menuju perumahan yaitu:

Terdapat jalan primer sebelum menuju jalan sekunder ke komplek perumahan yaitu Jalan
Ngumban Surbakti atau disebut juga Jalan Lintas Sumatera. Jalan ini terletak pada utara
perumahan komplek “Sunrise Garden”. Jalan Lintas Sumatera adalah jalan raya yang
membentang dari Utara sampai Selatan Pulau Sumatera. Jalan tersebut memiliki panjang 2.508
km (Banda Aceh - Pelabuhan Bakauheni, Provinsi Lampung). Pola jalan menuju komplek
perumahan adalah pola spinal. Dari jalan primer menuju sekunder

Setelah dari Jalan primer, Jalan Ngumban Surbakti menuju Jalan sekunder yaitu Jalan
Bunga Sedap Malam IX (penanda: Gereja Mawar Sharon Sedap Malam) atau bisa dari jalan
Bunga Sedap Malam VII.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


54
Setelah dari Jalan Bunga Sedap Malam terdapat simpang Jalan yang tidak diketahui nama
jalannya, tetapi jalan tersebut dinamakan orang sekitar mengikuti jalan primer yaitu jalan
Ngumban Surbakti dan Jalan tersebut terhubung ke Jalan Jalan Bunga Sedap Malam VII.

Akses strategis:

• Dekat dengan jalan kota (Lintas Sumatera)


• Dekat dengan jalan laying akses ke Kuala Namu
• Dekat dengan Ring Road
• Dekat dengan area komersial dan pendukung kebutuhan sehari – hari
• Dekat dengan kantor BASARNAS

Entrance Perumahan “Sunrise Garden

Exit Perumahan “Sunrise Garden

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


55
4.2. Analisis Perumahan Sunrise Garden Terhadap Aksesbilitas dan Sirkulasi

Jl. Ngumban Surbakti

Utara

Lokasi

Sumber: Pribadi

Untuk mencapai lokasi yaitu perumahan “Sunrise Garden” dimulai dari jalan kota yaitu jJlan
Ngumban Surbakti atau disebut juga dengan Jalan Lintas Sumatera lalu menuju jalan Bunga Sedap
Malam IX setalah itu bertemu dengan pertigaan jalan yang disebut Jalan Bunga Sedap Malam.
Akses menuju lokasi dari jalan Bunga Sedap Malam terdapat 3 jalan yaitu melalui gang Sitepu,
Jalan Torong dan Jalan yang tidak diketahui namanya dari sumber google earth dan google map
tetapi penduduk sekitar menyebutnya Jalan Bunga Sedap Malam.

Ketika saya melakukan survey lokasi jalan yang saya pilih adalah jalan yang berada di Gang
Sitepu. Jalan di gang tersebut sempit hanya 2 – 2,5 m untuk sirkulasi pengendara. Ketika mobil
lewat harus ada dari salah satu mobil yang mengalah untuk melewati jalan. Tetapi akses yang
mudah adalah melewati Jalan Bunga Sedap Malam dan dari jalan tersebut langsung mendapatkan
tujuan lokasi yaitu perumahan “Sunrise Garden”.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


56
Untuk transportasi sendiri menuju lokasi sangatlah minim, di jalan kota atau disebut Jalan
Ngumban Surbakti, transportasi umum sangat sedikit yaitu angkutan umum bernomor 57, tetai
angkot tersebut tidak dapat mengakses lokasi yang dituju karena jurusan perjalanan angkot tersebut
bukanlah untuk Jalan yang melewati Jalan Bunga Sedap Malam atau Jalan yang melewati lokasi
hanya akses jalan kota yaitu Jalan Ngumban Surbakti.

Untuk memasuki Jalan sekunder tersebut tersedia becak tepat di depan jalan Bunga Mawar
IX atau dikiri jalan kota, Jalan Ngumban Surbakti. Becak tersebut akan mengantar sampai di lokasi
tujuan. Adapun akses jalan lain adalah dengan transportasi online atau masyarakat umum sebut
OJOL (Ojek Online; Grab, Gojek) atau transportasi online lainnya seperti taxi dan mobil.

Pada akses jalan keluar dan masuk pada area ini diterapkan “Two Gate System” artinya jalan
keluar dan masuk berbeda. Pengguna bisa masuk dari pintu masuk yang ada di utara dan keluar
dari selatan. Tetapi akses yang mudah untuk langsung ke jalan kota adalah yang meghadap utara
pintu masuk yaitu Jalan Ngumban Surbakti atau Jalan Bunga Sedap Malam

Entarnce yang bisa dijadikan pintu keluar


dan masuk yang langsung kearah jalan
Bunga Seda malam atau Jalan Ngumban
Surbakti

Sumber: Pribadi

Entarnce yang bisa dijadikan pintu keluar


selatan. Disebalah kiri dan kanan pintu
tersebut terdapat 2 perumahan yang
merupakan bagian dari “Sunrise Garden”

Sumber: Pribadi

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


57
4.3. Unit Perumahan

Dari brosur yang didapatkan


secara online tampak semua unit
perumahan yang ada di “Sunrise
Garden” tampak seperti rumah
minimalis dan sederhana dengan
estetika warna khas hijau.

Gaya bangunan minimalis


tersebut sebenarnya terinspirasi
dari gaya hidup Zen, dari Jepang. Sumber:OLX

Orang beranggapan bayangan kata “bergaya minimalis” adalah kecil dan sederhana. Andra
Matin beranggapan semakin sedikit benda yang digunakan atau dimiliki, semakijn tenanglah hidup
seseorang

Sumber: Pribadi

Sesuai dengan brosur yang beredar online, tampak rumah dari perumahan “Sunrise
Garden” identik dengan warna hijaunya dan bentuk rumah cluster, artinya setiap rumah memiliki
bentuk yang sama hanya sebagian rumah yang berbeda ukuran, sesuai dengan berapa banyak
pengguna yang tinggal dan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna masing - masing. Tipe
rumah yang tersedia adalah tipe 45 dan 60 sesuai dengan yang tertera dalam brosur

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


58
Tipe Rumah 60
Sumber: google
Tipe Rumah 45
Sumber: google

Tipe rumah yang tersedia adalah tipe rumah 45 dan 60. Sesuai dengan denah tipe rumah
dengan 3 kamar tidur dengan 1 kamar mandi dan tipe 60 dengan 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi.
Tentunya rumah tipe 60 adalah tipe yang terbesar pada perumahan “Sunrise Garden” dengan
ukuran tanah 6 x 19 M dan tipe 45 dengan ukuran tanah 5 x 13 M, dan diberi ruang sirkulasi pada
setiap perumahan. Harga rumah dibanderol senilai 200 juta pada tahun 2016. Ketika melakukan
survey lapangan tidak adalagi rumah yang kosong artinya rumah tersebut laku dan sudah dihuni
oleh pengguna
PERANCANGAN RUANG LUAR – 2
59
Sumber: Pribadi
Sistem Penghawaan/Pengkondisian ruang:

• Penghawaan alami, sedikit untuk di area komplek karena tanaman sangat minim dan
tanaman ditanam sendiri oleh pengguna, tetapi bagi rumah yang menghadap Utara jalan
Bunga Sedap Malam / Jalan Ngumban Surbakti cukup karena dikanan kiri jalan terdapat
pepohonan
• Buatan : AC (dalam rumah)

Sistem Jaringan Air

• Air bersih : PDAM


• Air kotor dan Limbah : ke saluran pembuangan, septictank.

Jaringan Listrik

• PLN ±1300 watt

Pembuangan Sampah

• Tersedia tempat sampah di setiap unit yang akan di kumpulkan oleh petugas dan di buang
ke TPS kota

Keamanan

• Security 24 jam dengan penerangan Jalan Komplek

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


60
Orientasi
• Selatan – Utara

Luas perumahan: ± 3.200m² (±15-20 rumah)

• Tipe Perumahan
1) Tipe 45 (5x13) 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi
2) Tipe 60 (6x19) 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi

4.4. Analisis Terdapat Rumah Yang di Survey

Unit rumah yang dipilih adalah rumah yang


paling ujung dekat exit perumahan. Denah
rumah ini adalah kopel yaitu 2 rumah 1
dinding. Bangunan ini memiliki 2 rumah tapi
memiliki 1 pagar dan tidak memiliki tembok
pemisah seperti rumah lainnya pada komplek
“Sunrise Garden”. Ini dikarenakan pengguna
hunian adalah saudara kandung. Oleh karena
itu tembok pemisah dihilangkan untuk
menjalin hubungan keluarga yang dekat.
Tetapi dalam 1 pagar memiliki 2 pintu masuk
yaitu kiri dan kanan rumah.

Sumber: Pribadi

Rumah ini adalah tipe 60 dan memiliki organisasi bentuk terklaster, memiliki 3 kamar
tidur dan 1 kamar mandi. Fasad rumah ini tampak seprti fasad rumah minimalis lainnya dan
tidak terlalu monoton seperti tidak adanya corak – corak atau ukiran dan warna hijau sesuai
dengan ciri khas perumahan “Sunrise Garden”. Elemen pendukung ruang luar seperti vegetasi
juga tidak terdapat pada rumah ini. Pada teras terdapat perombakan seperti kanopi sebagai
carport.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


61
4.5. Analisis Topografi Perumahan Sunrise Garden

Topografi Perumahan “Sunrise


Sumber: Pribadi
Garden”
Topografi pada kawasan perumahan “Sunrise Garden” cenderung datar dan sedikit
bergelombang. Topografi juga merupakan salah satu elemen pendukung “townhouse”. Tetapi pada
perumahan ini tidak ditemukannya macam – macam topografi seperti jalanannya bergelombang
atau yang lainnya melainkan cenderung datar. Tidak ada yang tampak menarik dari segi topografi
yang ada di perumahan. Hanya jalan lurus yang datar pada area komplek.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


62
4.6. Analisis Standarisasi (Utilitas) Perumahan Townhouse Sebagai Rumah Tinggal
4.6.1. Penzoning dan Denah

Sumber: google

Sesuai dengan studi literatur bahwa standarisi sebuah rumah tinggal townhouse adalah
memiliki kamar tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang tamu, ruang makan, garis
sempadan, parker, system plumbing, dan listrik

Pada perumahan “Sunrise Garden” hal tersebut sudah memenuhi kriteria akan townhouse
sebagai rumah tinggal. Mulai dari zonasi denah dan system plumbing dan elektrikal yang terpenuhi
bagi penghuni rumah. Tetapi untuk parkir tidak terlalu cukup jika pengunjung yang datang ke area
hunian tetapi pihak pengelola sudah merencankan jika suatu saat parkir tidak terpenuhi makan
lapangan BASARNAS bisa digunakan sebagai kantong parkir

Zoning dibedakan atas zona public untuk ruang keluarga, privat untuk kamar tidur dan
ruang keluarga, semi privat untuk kamar mandi dan dapur.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


63
4.6.2. Air Bersih

Area komplek rumah yang harus diairi air


bersih oleh PDAM sebagai salah satu
standarisasi townhouse sebagai rumah
tinggal. Air bersih merupakan kebutuhan
terpenting manusia untuk kelangsungan
hidupnya

Sumber: Pribadi

Sumber air bersih berasal dari PDAM


Tirtanadi. Air ke meteran air yang harus
dialirkan sesuai dengan bentuk alur
perumahan disamping yaitu mengalirkan
air bersih ke 20 – 30 rumah yang di
perumahan “Sunrise Garden”. Tidak ada
ditemukan tangki air pada perumahan ini.

Air yang berasal dari meteran air dari


PDAM dialirkan ke semua rumah untuk

Sumber: Pribadi keperluan rumah tangga

Meteran air pada perumahan


Sumber: Pribadi PERANCANGAN RUANG LUAR – 2
64
4.6.3. Limbah Air Kotor (Gray Water)

Saluran pembuangan air kotor dengan ukuran


sekitar 30 cm di sebelah jalan. Saluran ini di
salurkan ke saluran kota.

Tetapi pada area dalam komplek tidak terdapat


parit kecil, parit tersebut telah tertutup oleh
perkerasan paving blok komplek, lalu dibuang
Sumber: Pribadi
ke parit kota yang ada diluar komplek atau parit
kiri jalan

Sumber: Pribadi

Pada area komplek terdapat bak control yang di


bagian entrance atau pintu masuk. Bak control
untuk mempermudh dan mencegah terjadinya
sumbatan pada saluran air

Sumber: Pribadi

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


65
4.6.4. Septictank (Black Water)

Sumber: Pribadi
Untuk septictank area perumahan terdapat disepanjang jalan komplek, lalu air dibuang ke
riol kota. Ukuran septic tank untuk rumah tinggal seperti gambar dibawah ini. Septic tank biasnya
diberi jarak jikalau pada perumahan menggunakan sumur bor, biasanya jarak septictank dengan
sumur bor sekitar 5M

Standard septictank rumah tinggal

Badan jalan area komplek perumahan

Ilustrasi gambar alur septictank pada perumahan “Sunrise Garden”

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


66
4.6.5. Pencahyaan
4.6.5.1. Pencahayaan Alami

Lokasi

Utara

Sumber: Pribadi

Pencahayaan alami pada area komplek ini


sangatlah cukup. Sinar matahari yang masuk
kedalam rumah juga seimbang. Arah orientasi
perumahan ini adalah Utara-Selatan.
Walaupun dibagian barat terasa panas terdapat
vegetasi yang mengurangi hawa panas pada
sore hari

Sumber: Pribadi

Sumber: Pribadi
PERANCANGAN RUANG LUAR – 2
67
4.6.5.2. Pencahayaan Buatan
Sumber Listrik PLN terdapat pada entrance dan
exit perumhan lalu dialirkan ke seluruh rumah
yang ada di komplek “Sunrise Garden”. 1 unit
rumah mendaptkan sekitar 1300 Watt daya listrik,
karena kawasan tersebut adalah rumah sederhana
yaitu rumah dengan tipe 45 dan 60.

PLN mengalirkan arus listrik ke 20 – 30 rumah.

Sumber: Pribadi

Terdapat sumber listrik pada entrance dan exit perumhan untuk mengalirkan ke dalam rumah
dalam perumahan dan kiri kanan peerumahan. Untuk area penerangan dalam komplek pada
malam hari, terdapat lampu jalan untuk menerangi jalan pada area komplek. Panjang jalan
komplek sekitar ±50 M

Keterangan:

: sumber listrik PLN

Sumber: Pribadi
PERANCANGAN RUANG LUAR – 2
68
Sumber: Pribadi

Pada area komplek perumahan cahaya buatan pada teras cukup rumah dan tentunya pada
hunian. Karena pencahayaan sadalh salah satu standarisasi pembentukan elemen townhouse. Pada
teras rumah masing” warga juga terdapat pencahayaan buatan untuk menambah cahaya pada area
perumahan agar tidak gelap

Sumber: Pribadi

Untuk area komplek sendiri dilengkapi fasilitas lampu jalan. Area komplek tidak terasa
gelap pada malam hari dan memudahkan akses pengguna pada malam hari

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


69
4.7. Perkerasan

Gambar: Perkerasan pada “Sunrise Garden”


Sumber: Pribadi
Perkerasan pada perumahan “Sunrise Garden” yang digunkan adalah jenis paving block
dan perkerasan ini terbilang cukup baik dan tidak ditemukannya perkerasan yang bolong
tetapi pada perkerasan terdapat sedikit gelombang dan tidak semuanya datar, tetapi hal
tersebut tidak terlalu berdampak pada pengguna jalan disekitar komplek. Dengan ketebalan
6 x 8 x 10 cm

Berdasarkan tinjuan literature yang digunakan maka,

Keuntungan dari Paving Block:

• Pelaksanaannya mudah dan tidak memerlukan alat berat serta dapat diproduksi secara
masal;
• Pemeliharaannya mudah dan dapat dipasang kembali setelah dibongkar;
• Tahan terhadap beban statis, dinamik dan kejut dan
• Tahan terhadap tumpahan bahan pelumas dan pemanasan oleh mesin kendaraan.

Kelemahan Paving Block

• Mudah bergelombang bila pondasinya tidak kuat dan kurang nyaman untuk kendaraan
dengan kecepatan tinggi. Sehingga perkerasan paving block hanya cocok untuk
mengendalikan kecepatan kendaraan di lingkungan permukiman dan perkotaan yang padat.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


70
Mutunya dan standar yang disyaratkan :

• mempunyai bentuk yang sempurna,


• tidak retak-retak dan cacat,
• bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan tangan.

Bentuk Dan Ukuran:

• Berdasarkan bentuknya paving block dapat dibedakan menjadi dua yaitu bentuk segi
empat dan segi banyak.
• Ketebalan 6 cm, 8 cm dan 10 cm,
• Warna umumnya abu-abu atau sesuai dengan pesanan konsumen.
• Toleransi ukuran yang disyaratkan adalah ± 2 mm untuk ukuran lebar bidang dan ± 3 mm
untuk tebalnya serta kehilangan berat bila diuji dengan natrium sulfat maksimum 1%

Ruas jalan pada area komplek perumahan. Dan akses parkir dengan lebar jalan 5M
Sumber: Pribadi

Walaupun ada sedikit di kiri dan kanan jalan yang kurang baik seperti paving block
yang naik dan tidak rata tetapi selebihnya pada tengah jalan paving block cukup baik

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


71
Untuk perkerasan aspal sebagai pendukung akses
pengendara cukup baik di jalan menghadap
entrance yaitu jalan Bunga Sedap Malam /
Ngumban Surbakti. Tetapi lebar jalan yang
sempit sekitar 3-4 M, membuat pengendara
mobil harus memakan sedikit jalan bagi pejalan
kaki.

Sumber: Pribadi

4.8.Vegetasi

Gambar: Vegetasi pada Peumahan Sunrise Garden


Sumber: Pribadi

Sumber: Pribadi
PERANCANGAN RUANG LUAR – 2
72
Dari photo hasil photo survey yang dilakukan sangatlah kurang akan vegetasi yang ada di
area komplek ini. Tidak ada pepohonon pada area komplek karena memang jalan yang tidak terlalu
besar, jikalau ditanam lebar jalan akan berkurang.

Berbeda halnya pada area jalan yang


menghadap perkerasan aspal (arah
Utara entrance) terdapat sedikit tanaman
kecil dan rerumputan lia. Pepohonan
yang ada terdapat diri kanan jalan

Sumber: Pribadi

Sumber: Google

Saran penulis bagi vegetasi bagi “Sunrise Garden” adalah menanam tanaman kecil yang
menambah estetika suatu ruang luar. Seperti bunga kertas, tanaman boxwood atau bamboo pada
bagian entrance untuk mengurangi karbon monoksida dari asap pengendara mobil dan motor.
Vegetasi merupakan perangkat lunak sebagai pendukung elemen ruang luar townhouse

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


73
4.9.Signage dan Fasilitas

Sumber: Pribadi
Pada perumhan “Sunrise Garden” sangat minim ditemukannya signage, karena
perumahan yang kecil. Sesuai dengan studi literature yang digunakan signage yang
digunakan adaalah signage kata – kata. Seperti pada entrance terdapat signage yang
menyatakan “Sunrise Garden”. Fasilitas pendukung seperti taman bermain atau tempat
berolahraga tidak ada ditemukan.

Sumber: Pribadi

Sebenarnya tidak diketahui mana entrance dan mana exit dari segi signage. Tidak
ada signage yang emnyatakan mana area exit dan area keluar yang ditemukan pada bagian
selatan hanyalah “maaf, bukan jalan umum” dan pagar.

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


74
Sumber: Pribadi

Hal yang lain adalah signage untuk penomoran rumah pada area komplek. Ditemukannya
penomoran area komplek untuk mempermudah akses bagi orang yang ingin berkunjung
kerumah penghuni. Signage yang digunakan merupakan angka.

4.10. Keamanan

Sumber: Pribadi

Keamanan pada komplek “Sunrise Garden” dirasa sudah cukup karena memiliki pos satpam
pada perumahan ini. Tidak sembarang orang yang bisa masuk ke dalam area komplek kecuali
saudara dekat atau penghuni rumah yang ada di dalam komplek dan jikalau ingin masuk ke dalam,
harus meminta izin kepada satpam yang ada di pos satpam tersebut

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


75
4.11. Hal Yang Berubah

Adapun hal yang berubah dari awal


desain pamphlet adalah warna cat pada
perumahan dan kanopi yang ditambah
untuk carport, karena pada denah tidak
ditemukannya garasi, yang ada hanyalah
carport

Sumber: OLX

Ini adalah rumah yang sesuai dengan


brosur yang didapat, warna cat pada
tampak depan adalah warna hijau,
yang berbeda adalah kanopi sebagai
penutup atap untuk carport

Sumber: Pribadi

Salah satu rumah yang berbeda


dengan yang lain adlah cat warna
yang bewarna coklat dan terdapat
kanopi sebagai penutup atap carport
dan pagar yang tinggi. Ini adalah unit
rumah yang disurvey oleh penulis

Sumber: Pribadi

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


76
BAB IV
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Bahwa dari analisis yang dilakukan dengan tinjau literature yang di dapat perumahan
“Sunrise Garden” Jalan Bunga Sedap Malam IX / Ngumban Surbakti, Perumahan
Sunrise Garden Selayang, Sempakata, Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera
Utara, 20131” masih sangat kurang didukung oleh elemen townhouse bahkan hamper
tidak ditemukan adanya elemen tersebut. Tetapi sebagai standarisasi townhouse sebagai
rumah tinggal, “Sunrise Garden” sudah memenuhi standard tersebut hanya saja fasilitas
pendukungnya yang kurang seperti area makan, tempat berolahraga dan area lainnya.
Walapun seperti itu, kawasan tersebut tetap layak huni, hanya elemen penunjang
townhouse masih sedikit diterapkan pada kawasan perumahan tersebut. Jikalau pengelola
peka terhadap kebutuhan akan pengguna dan lingkungan sekitar maka elemen townhouse
bisa terwujud pada area komplek tersebut.

5.2. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang studi literature dengan sumber – sumber
yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


77
DAFTAR PUSTAKA

[1] https://media.neliti.com/media/publications/214104-penetapan-fungsi-dan-kesesuaian-
vegetasi.pdf

[2] http://distarum.jambikota.go.id/wp-content/uploads/2013/12/SNI-03-1733-2004-Tata-
cara-perencanaan-lingkungan.pdf

[3] http://rustam2000.wordpress.com/ruang-terbuka-hijau

[4] Jurnal Reka Karsa

[5] Jurnal Online Institut Teknologi Nasional / Telaah Penerapan Kriteria Sustainable Site
pada Perumahan Ditinjau dari Aspek Ruang Terbuka Hijau

[6] Peraturan Derah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Detail Tata
Ruang Dan Peraturan Zonasi Kota Medan Tahun 2015 - 203

[7] http://distarum.jambikota.go.id/wp-content/uploads/2013/12/SNI-03-1733-2004-Tata-
cara-perencanaan-lingkungan.pdf

[8] menurut Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985 tentang klasifikasi jalan

[9] Keputusan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesi Nomor 325
Tahun 2013 Tentang Penetapan Standar Kompentensi Kerja Nasional Indonesia Kategori
Konstruksi Golongan Pokok Konstruksi Bangunan Sipil Golongan Konstruksi Jalan dan
Rel Kereta Api Sub Golongan Konstruksi Jalan Rel Kereta Api Kelompok Usaha
Konstruksi Jalan Raya Jabatan Kerja Ahli Material Jalan

[10] http://muse-enterprise.blogspot.com/2012/04/jenis-jalan-dan-perbandingannya-
aspal.html?m=1

[11] https://www.marka-rupa.com/single-post/2016/12/26/Apa-itu-Signage
(MARKARUPA)

[12] https://enggarsumberilmu.blogspot.com/2017/03/pengertian-tujuan-dan-jenis-
signage.html (Sumur ilmu)

[13] http://etheses.uin-malang.ac.id/2236/6/08410099_Bab_2.pdf (Universitas Islam


Negeri Malang)

PERANCANGAN RUANG LUAR – 2


78

Anda mungkin juga menyukai