DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmatNya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Survey Perumahan
Kawasan Sunrise Garden ini.
Tak lupa saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang membantu saya dalam
membuat laporan ini, khususnya Ibu Ir. Sri Gunana Sembiring MT, selaku dosen pembimbing
mata kuliah Perancangan Ruang Luar 2 ini. Sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
dengan judul ”Survey Perumahan Kawasan Sunrise Garden”.
Demikian dalam penulisan laporan ini tentu masih banyak kelemahan dan
kekurangannya, untuk itu saya meminta saran dan kritik yang membangun agar tugas ini dapat
lebih baik lagi, semoga laporan ini bermanfaat.
Penulis
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
BAB II DESKRIPSI PROYEK .................................................................................................... 2
BAB III STUDI LITERATUR ..................................................................................................... 3
3.1. Pengertian Townhouse ................................................................................................ 3
3.1.2. Pembentukan Townhouse ..................................................................................... 7
3.1.3. Standard Townhouse .............................................................................................. 7
3.1.4. Townhouse Sebagai Rumah Tinggal...................................................................... 8
3.2. Aturan Perumahan ....................................................................................................... 10
3.3. Topografi ..................................................................................................................... 14
3.4. Sistem Plumbing ......................................................................................................... 18
3.4.1. Air Buangan .......................................................................................................... 20
3.4.2. Bak Kontrol ........................................................................................................... 20
3.4.3. Pencahayaan/Penerangan ...................................................................................... 21
3.4.3.1. Matahari ......................................................................................................... 21
3.4.3.2. Cahaya Buatan ............................................................................................... 22
3.5. Vegetasi ....................................................................................................................... 23
3.5.1. Tinjauan Taman Publik ......................................................................................... 23
3.5.2. Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olahraga oleh Badan Standarisasi
Nasional ................................................................................................................. 24
3.5.3. Jenis Sarana ........................................................................................................... 24
3.5.4. Kebutuhan Lahan .................................................................................................. 25
3.6. Perkerasan ................................................................................................................... 26
3.6.1. Menurut Fungsi Jalannya Terbagi Atas ................................................................ 26
3.6.2. Menurut Volume Jalan, Terbagi Atas ................................................................... 26
3.6.3. Menurut kelas Jalan, Terbagi Atas ........................................................................ 28
3.6.4. Potongan Melintang .............................................................................................. 28
3.7. Material/Perkerasan Jalan ........................................................................................... 30
3.8. Signage ........................................................................................................................ 34
3.8.1. Pengertian Signage ................................................................................................ 34
3.8.2. Tujuan Dan Fungsi Signage .................................................................................. 35
3.8.3. Tipe Signage.......................................................................................................... 35
3.8.4. Jenis – Jenis Signage ............................................................................................. 37
3.8.5. Aspek – Aspek Signage......................................................................................... 37
3.8.6. Kategori Signage ................................................................................................... 37
3.8.7. Perancangan Signage dengan Pendekatan Manusia .............................................. 39
3.8.8. Faktor Fisik ........................................................................................................... 40
3.8.9 Faktor Psikologis .................................................................................................... 42
3.8.10. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ................................................... 43
3.8.11. Pesanan Tanda Dapat Mempengaruhi Persepsi................................................... 47
PENDAHULUAN
Tetapi, pada setiap perumahan di Kawasan Medan ada beberapa elemen tersebut yang
tidak disediakan pengelola terhadap perumahan dan sebagian pengelola menyediakan semuanya
pada suatu kawasan perumahan.
Dari permasalahan tersebut, berikut kawasan yang diulas yang apakah elemen townhouse
tersebut terwujud dalam kawasan perumahan “Marindal Mulia Residence” di Jalan Pelajar,
Marindal Satu, Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
Sumber : penulis
Batasan Perumahan:
Jalan masuk komplek Perumahan Marindal Mulia Residence ini terbilang cukup lebar,
yaitu sekitar 10 meter ( 5 meter jalan masuk dan 5 meter jalan keluar
5 METER
5 METER
7 unit dibangun di area depan perumahan dan langsung menghadap ke JL. Pelajar.
Sedangkan 3 unit lagi berada di area dalam komplek . dari 10 unit yang ada, hanya 7 yang sudah
ditempati, 3 lainnya masih kosong.
Rumah Tipe 60
Terdapat 23 unit untuk rumah tipe 60, dan keseluruhannya terletak di area dalam
komplek. Jalan komplek yang cukup luas yaitu memiliki lebar sekitar 10 meter mempermudah
mobil parkir dan lalu lalang. Ada beberapa rumah yang memiliki perbedaan ukuran dengan tipe
60 yang lainnya, ini disebabkan oleh faktor kontur tanah pada permukaan rumah yang dibangun.
serta tak sedikit pula warga yang sudah merombak bentuk asli dari pembangunan awal, dan ada
juga yang menambah kanopi , dll , untuk tujuan perlindungan ataupun estetika.
Rumah Tipe 45
Terdapat 36 unit untuk tipe 45, tipe ini adalah tipe dengan unit terbanyak di perumahan
marindal mulia residence ini. unutk rumah yang letaknya berada di ujung blok, terdapat jatah
tanah lebih, yang membuat adanya perbedaan ukuran dengan yang lainnya. Sama seperti tipe
tipe yang lainnya, warna dasar dari rumah tipe ini yaitu rata rata merah – krem – putih.
STUDI LITERATUR
Paragraf Kedua
Sarana di Lisiba Yang Berdiri Sendiri
Pasal 144
Penyusunan rencana rinci tata ruang Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi standard
pembangunan sarana/fasilitas pemerintahan, pendidikan, pelayanan kesehatan, perbelanjaan,
tempat ibadah, ruang Rekreasi dan Kebudayaan, dan olah raga dan lapngan terbuka serta ruang
terbuka hijau untuk pengembangan Lisiba yang Berdiri Sendiri.
Pasal 145
(1) Pembangunan fasilitas pemerintahan di Lisiba yang Berdiri Sendiri harus memenuhi standar
perencanaan fasilitas pemerintahan di Lisiba yang Berdiri Sendiri.
(2) Stándar fasilitas pemerintah sebagaimana disebut pada ayat (1) untuk fasilitas tingkat
kawasan dengan penduduk ± 2500 jiwa adalah:
(3) Stándar fasilitas pemerintahan sebagaimana disebut pada ayat (1) untuk fasilitas tingkat
kelompok dengan penduduk ± 30.000 jiwa adalah:
(4) Stándar fasilitas pemerintahan sebagaimana disebut pada ayat (1) untuk fasilitas
Pasal 152
(1) Ruang terbuka hijau adalah ruang dalam kawasan atau kota dalam bentuk area atau kawasan
atau dalam bentuk jalur, dimana dalam penggunaannya bersifat terbuka tanpa bangunan.
(2) Pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuhan-tumbuhan secara
alamiah atau budidaya tanaman.
(3) Persyaratan dan stándar fasilitas ruang terbuka hijau (RTH) Lisiba yang Berdiri Sendiri
adalah 15 m2 per jiwa dengan lokasi menyebar.
(2) Standar pembangunan utilitas umum air minum, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi,
jaringan gas, dan kran kebakaran untuk pengembangan Lisiba yang Berdiri Sendiri sama dengan
standar pembangunan prasarana di Kasiba, sebagaimana disebut dalam pasal 81 sampai dengan
pasal 86.
Paragraf Kedua
Pasal 157
(1) Setiap Lisiba yang Berdiri Sendiri harus dilengkapi dengan jaringan drainase atau sistem
pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan
perumahan bebas dari genangan air.
(2) Persyaratan pembangunan prasarana jaringan drainase di Lisiba yang Berdiri Sendiri sama
dengan persyaratan pembangunan prasarana jaringan drainase di Kasiba sebagaimana disebutkan
dalam pasal 97 sampai dengan pasal 101.
Paragraf Kedua
Prasarana Drainase Lisiba Yang Berdiri Sendiri
Pasal 157
(1) Setiap Lisiba yang Berdiri Sendiri harus dilengkapi dengan jaringan drainase atau sistem
pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan
perumahan bebas dari genangan air.
a. kapasitas minimum tempat sampah rumah tangga ± 0.02 m3 berdasarkan jumlah orang dan
banyaknya buangan sampah untuk seluruh kota ± 0,002 m3/orang/hari;
b. persyaratan bahan yang digunakan merupakan bahan yang tidak mudah rusak dan merupakan
bahan kedap air;
(4) Persyaratan tempat pengumpulan sampah di Lisiba yang Berdiri Sendiri adalah :
Sistem plumbing adalah suatu sistem penyediaan atau pengeluaran air ke tempat-tempat
yang dikehendakai tanpa ada gangguan atau pencemaran terhadap daerah-daerah yang dilaluinya
dan dapat memenuhi kebutuhan penghuni dalam masalah air.
❖ Sistem horizontal
Ada dua sistem yang dipakai untuk sistem pemipaan horizontal, yaitu:
yang lebih efisienm dan kerugiannya adalah daya pancar pada titik kran air tidak sama.
b. pemipaan yang melingkar / membentuk ring. Pemipaan ini menuntut penggunaan bahan pipa
yang banyak, dan daya pancara air kesemua titik akan menghasilkan air yang sama.
❖ Sistem vertikal
Pendistribusian air dengan sistem vertikal adalah dengan menampung air lebih dulu pada
tangki air (ground reservoir) kemudian dialirkan dengan menggunkan pompa untuk langsung
ke titik-titik kran yang diperlukan. Sistem ini ebih menguntungkan pada penggunaan pipa,
tetapi sering mengalami kesulitan kalau sumber tenaga untuk pompa mengalami pemadaman.
Untuk pemipaan pada setiap unit yang berada di Marindal Mulia Residence menggunakan
sistem horizontal, hal ini dilihat dari tidak terdapatnya tangki-tangki air di setiap unit rumah yang
ada di perumahan tersebut. Sumber utama air bersih keseluruhan berasal dari PDAM.
Air buangan atau air kotor adalah air bekas pakai yang dibuang. Air buangan dapat dibagi
menjadi beberapa bagian sesuai dengan hasil penggunaannya.
Pada perumahan Marindal Mulia Residence aliran grey water mengarah langsung terhadap
aliran parit yang telah tersedia dengan ukuran rata-rata 20cm samapai yang terlebar 34 cm.
Sumber: pribadi
❖ Air hujan, yaitu air yang jatuh keatas permukaan tanah bangunan.
Untuk mengatasi masalah air hujan yang menggenang atau mengalir pada area atap,
diberikan talang air untuk mendistribusikan air menuju aliran pembuangan yang telah tersedia.
Sumur resapan pada area perumahan Marindal Mulia Residence terletak dibagian belakang
perumahan tersebut, dan berda tepat di bagian belakang pojok kanan perumahan dengan
kedalaman kurang lebih 3 meter dan berdiameter 60cm
(Sumber: pribadi)
Pada area perumahan tersebut, pengadaan bak kontrol tidak cukup memadai dengan
mengetahui terdapat saluran pembuangan grey water yang tertutup oleh paving blok atau jalan
yang tersedia.
Akibat dari terdapatnya saluran yang tertutupi seperti pada gambar yang diperoleh dari
hasil survey dan analisa adalah mempersulit mengetahui apabila adanya sampah atau hal-hal lain
yang mungkin saja akan mengganggu proses pendistribusian grey water menuju aliran kota.
2.3.4.1. Matahari
Matahari adalah sumber cahaya atau penerangan alami yang paling mudah didapat dan banyak
manfaatnya. Tujuan pemanfaatan cahaya matahari sebagai penerangan alami adalah:
Titik lampu
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, lahan yang diterangin oleh lampu seperti pada
gambar tersebut juga memiliki fungsi sebagai lapangan. Sehingga penggunaan lampu yang
seperti itu dapat membantu pencahayaan yang lebih maksimal apabila, lapangan tersebut
dipergunakan saat malam hari. Dan penggunaan lampu seperti pada gambar hanya terdapat pada
lahan yang berfungsi sebagai lapangan tersebut saja.
Penggunaan lampu jalan untuk area Marindal Mulia Residence tersebut menggunakan lampu
jenis mercury, sehingga pencahayan pada malam hari sedikit terbantu dengan adanya kampu
jalan tersebut,.
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
23
2.4. Vegetasi
Taman atau Lanskap adalah suatu tempat, wadah atau ruang rekonstruksi yang sengaja ditata
untuk berbagai tujuan yang didasari atas persyaratan fungsi, bentuk dan estetika, yang dijiwai
oleh hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam
lingkungannya. Ciri khas Lansekap tidak saja tercermin dari segi arsitektural, fungsi dan
estetikanya saja, melainkan juga dari penempatan elemen tamannya yang sesuai dengan
keinginan perancang.
Landscape terdiri dari fitur yang terlihat dari luas dari tanah, termasuk elemenelemen fisik
alam seperti (es tertutup) gunung, bukit, badan air seperti sungai, danau, kolam dan laut, unsur-
unsur hidup tutupan lahan, termasuk vegetasi asli, manusia, termasuk berbagai unsur bentuk
penggunaan lahan, bangunan dan struktur, dan elemen fana seperti pencahayaan dan kondisi
cuaca. Pada suatu perumahn taman atau ruang terbuka hijau sangat penting sekali dibuat karena
sebagai penghijauan pada kawasan perumahan tersebut. Dan juga pada beberapa kawasan
perumahan taman bisa dijadikan noods area perumahan tersebut. Taman atau ruang terbuka hijau
ini juga bisa dimanfaatkan sebagai area untuk bermain dan juga area untuk kumpul-kumpul
bersama. Ada juga yang mempunyai taman atau ruang terbuka hijau yang luas dijadikan sebagai
sarana olahraga untuk kawasan perumahan tersebut.
Taman kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau kota. Keberadaan taman ini merupakan
infrastruktur penunjang yang harus disediakan bagi warga kota. Sebagai bagian dari ruang
terbuka kota, maka keberadaannya selain sebagai penunjang ekologis kota (daerah resapan air
hujan, penghijauan dan paru‐paru kota), juga berfungsi untuk menunjang aktivitas sebagai
tempat rekreasi. Bentuk setiap taman berbeda‐beda. Hal ini disesuaikan dengan konsep taman
dengan jenis/karakteristik suatu taman yang berbeda dengan taman lain. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menciptakan keanekaragaman taman dan sebagai penanda atau ciri khas
setiap blok pada suatu kawasan.
Pada dasarnya dalam perancangan lansekap (desain lansekap) ada dua aspek yang harus
dipertimbangkan, yaitu fungsi dan estetika. Aspek fungsi memberikan penekanan pada
penggunaan atau pemanfaatan dari benda/elemen yang dirancang, sedangkan aspek estetika
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
24
ditekankan pada usaha untuk menghasilkan suatu keindahan visual (Hakim dan Hardi, 2004: 22).
Fungsi awal dari perancangan taman antara lain sebagai pengarah jalan, sebagai peneduh,
penunjang keindahan kota, sebagai tempat bermain yang dilengkapi dengan sarana bermain
anak‐anak, penciri kawasan dan sebagainya.
Bentuk setiap taman berbeda‐beda. Hal ini disesuaikan dengan konsep taman dan jenis
taman/karakteristik yang berbeda dengan taman lain. Dimaksudkan untuk menciptakan
keanekaragaman taman dan sebagai penanda atau ciri khas setiap blok pada suatu kawasan.
Fungsi dan kebutuhan dari suatu ruang berkaitan dengan peran keberadaanya dalam konteks
kota, karakter aktivitas serta karakter fungsi khusus kawasan sekitarnya. Untuk mendapatkan
sebuah taman yang mendukung berbagai manfaatnya maka tidak dapat lepas dari keberadaan
vegetasi yang sengaja ditanam di areal suatu taman. Adanya fungsi setiap ruang pada kota ini
disebabkan karena adanya kebutuhan warga kota untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang
segala aktivitas warga kotanya.
Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu
ekosistem. Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang.
Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk, tekstur dan warna
selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus
berkembang sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Hakim dan Hardi, 2004: 98). Demikian juga
pemilihan jenis‐jenis tanaman yang sesuai habitatnya dapat mempengaruhi efektivitas fungsi
RTH, misalnya dalam kemampuannya untuk menekan pencemaran udara, menyerap debu,
mengurangi bau, meredam kebisingan, mengurangi erosi tanah, penahan angin dan hujan secara
menyeluruh.
Karakteristik fisik tanaman dapat dilihat dari bentuk batang dan percabangannya, bentuk
tajuk, massa daun, massa bunga, warna, tekstur, aksentuasi, skala ketinggian dan kesendiriannya.
Persyaratan umum tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan antara lain tanaman yang
disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota, mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal
(tanah tidak subur, udara dan air yang tercemar), tahan terhadap vandalism, akar dalam dan tidak
mudah tumbang, tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural, dapat
menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota, prioritas menggunakan vegetasi
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
25
endemik atau lokal dan keanekaragaman hayati. Pemilihan vegetasi untuk taman publik harus
memperhatikan karakter serta kriteria‐kriteria kesesuaiannya sehingga diharapkan mampu
memicu suasana kota yang bersih dan teduh. Selain itu pemilihan vegetasi tersebut sebaiknya
harus disesuaikan dengan kriteria kesesuaian yang meliputi fungsi awal taman publik, estetika,
ekosistem, jenis tanah, iklim/klimatologi kawasan, pemeliharaan (maintenance) serta biologi
tanaman pengisi taman tersebut.
Ruang terbuka hijau di perkotaan memiliki berbagai macam bentuk, salah satu bentuk dari
ruang tersebut adalah taman, baik yang bersifat aktif maupun pasif. Taman merupakan suatu
areal tertentu yang berfungsi sebagai pelengkap keindahan kota. Selain menyejukan mata, taman
juga berfungsi sebagai paru‐paru kota, tempat beristirahat warga masyarakat dan rekreasi. Taman
umum (park) ini merupakan salah satu kawasan hijau buatan manusia yang dibangun diwilayah
perkotaan, selain kebun binatang, kebun raya botani dan sebagainya. Taman dapat diartikan
sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya
hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.
Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik tersendiri, baik menurut bentuk, warna dan
teksturnya. Tekstur daun dapat pula dijadikan bahan pertimbangan dalam suatu komposisi
taman. Sedangkan menurut Darmawan (2009: 48‐50), taman umum/publik dapat berupa
lapangan/taman di pusat kota dengan skala pekayanan yang beragam sesuai dengan fungsinya,
bentuknya berupa zona ruang terbuka yang memiliki empat macam tipe yaitu taman nasional,
taman pusat kota, taman lingkungan dan taman kecil. Taman‐ taman yang ada dapat dibedakan
sifatnya menjadi dua, yaitu :
a. Bersifat privat, taman yang bersifat privat dimiliki oleh masing‐masing unit hunian
yang ada di suatu perumahan.
b. Bersifat publik, setiap area ruang terbuka (taman blok) yang luasnya diatas 1000 m2
diterapkan sebagai fasilitas taman aktif, meeting point, pedestrian, taman
duduk/bermain atau Childern Play Ground.
a) setiap unit RT ≈ kawasan berpenduduk 250 jiwa dibutuhkan minimal 1 untuk taman
yang dapat memberikan kesegaran pada kota, baik udara segar maupun cahaya matahari,
sekaligus tempat bermain anak-anak;
c) setiap unit Kelurahan ≈ kawasan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan taman dan
lapangan olahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan penduduk di area terbuka, seperti
pertandingan olah raga, upacara serta kegiatan lainnya;
f) selain taman dan lapangan olah raga terbuka, harus disediakan jalur-jalur hijau sebagai
cadangan/sumber-sumber alam, sekaligus berfungsi sebagai filter dari polusi yang dihasilkan
oleh industri, dengan lokasi menyebar.
g) diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan kereta api, dan jalur
pengaman bagi penempatan utilitas kota, dengan lokasi menyebar;
Kebutuhan luas lahan ruang terbuka hijau berdasarkan kapasitas pelayanan sesuai jumlah
penduduk, dengan standar 1 m2 /penduduk. Kebutuhan lahan tersebut adalah:
b) taman untuk unit RW ≈ 2.500 penduduk, dibutuhkan minimal 1.250 m2 atau dengan
standar 0,5 m2 /penduduk yang lokasinya dapat disatukan dengan pusat kegiatan RW lainnya,
seperti balai pertemuan, pos hansip dan sebagainya.
c) taman dan lapangan olah raga untuk unit Kelurahan ≈ 30.000 penduduk, diperlukan
lahan seluas 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2 /penduduk.
d) taman dan lapangan olah raga untuk unit Kecamatan ≈ 120.000 penduduk, diperlukan
lahan seluas 24.000 m2 (2,4 hektar) atau dengan standar 0,2 m2 /penduduk.
e) dibutuhkan jalur hijau seluas 15m2 / penduduk yang lokasinya menyebar; dan
Pada Perumahan Marindal Mulia Residence ini, dari 100% lahan yg ada, hanya sekiatar
10% dari lahan yg dibuat untuk ruang terbuka hijau. Vegetasi pohon hanya terdapat pada bagian
depan perumahan , yaitu sebagai pembatas jalan masuk dan jalan keluar. Dan juga terdapat
ruang terbuka yaitu berupa lapangan olahraga voli dan badminton yang sengaja dibuat, tetapi
tidak di fungsikan sebagaimana semestinya.
Taman‐ taman yang ada dapat dibedakan sifatnya menjadi dua, yaitu :
a. Bersifat privat, taman yang bersifat privat dimiliki oleh masing‐masing unit hunian
yang ada di perumahan marindal mulia residence
Pada awal pembangunan,pihak developer dengan sengaja menanam bibit pohon
manga pada taman bagian depan unit marindal mulia residence. Dengan tujuan
penghijauan pada area depan rumah.
Pada beberapa taman rumah, pemilik memilih untuk tidak menebang pohon manga tsb
dan menggantinya dengan jenis vegetasi lain.
PERANCANGAN
Taman rumah yang ditanami vegetasi jenis lain ( Sumber: pribadi ) RUANG LUAR - 2
31
b. Bersifat publik, setiap area ruang terbuka (taman blok) yang luasnya diatas 1000 m2
diterapkan sebagai fasilitas taman aktif, meeting point, pedestrian, taman
duduk/bermain atau Childern Play Ground.
Warga marindal mulia residence biasanya menggunakan area lapangan olahraga yang tidak
terpakai sebagai taman aktif dan meeting point. Tidak jauh dari lapangan tersebut, terdapat
sebuah area kecil untuk bermain anak / children play ground yang dibangun berdasarkan inisiatif
dari warga perumahan marindal mulia residence.
Pemilihan vegetasi sebaiknya harus disesuaikan dengan kriteria kesesuaian yang meliputi
fungsi awal taman publik, estetika, ekosistem, jenis tanah, iklim/klimatologi kawasan,
pemeliharaan (maintenance) serta biologi tanaman pengisi taman tersebut.
Pada perumahan marindal mulia residence ini, vegetasi yang ditumbuhi adalah vegetasi jenis
pohon manga. Selain berfungsi untuk penghijauan, pohon mangga yang diletakkan di tengah
jalan perumahan membuat area tersebut terasa lebih teduh dan sejuk.
Tetapi penanaman pohon manga pada area ini hanya difungsikan sebagai penghijauan dan
pembatas jalan, tidak terdapat fungi taman publik dan estetika pada area penanaman pohon
manga pada Perumahan tersebut.
B. Jalan Sekunder
Menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kedua,
fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke perumahan.
A. Arteri Primer
Menghubungkan kota jenjang ke satu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota
jenjang ke satu dengan ciri-ciri sebagai berikut:
• Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam.
• Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
• Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas rata-rata.
• Jumlah jalan masuk ke arteri primer dibatasi secara efisien dan di desain sedemikian rupa
sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud diatas masih tetap terpenuhi.
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
34
• Persimpangan pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi
ketentuan.
• Tidak terputus walaupun memasuki kota.
B. Arteri Sekunder
Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder I atau menghubungkan
kawasan sekunder I dengan kawasan sekunder II. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 30 km/jam, Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-
rata. Lalu lintas tidak terganggu, Persimpangan dengan pengaturan tertentu harus dapat
memenuhi ketentuan.
C. Kolektor Primer
Menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan
kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 40 km/jam. Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-
rata. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan. Tidak terputus walaupun memasuki kota.
Apabila terdapat dua atau lebih jalan Kolektor Primer yang menghubungkan ibukota propinsi
dengan ibukota Kabupaten/Kotamadya atau antar ibukota Kabupaten/Kotamadya maka pada
dasarnya hanya satu yang ditetapkan statusnya sebagai jalan propinsi.
D. Kolektor Sekunder
Menghubungkan kawasan sekunder II dengan kawasan sekunder II atau menghubungkan
kawasan sekunder II dengan kawasan sekunder III. Didesain berdasarkan kecepatan rencana
yang paling rendah 20 km/jam
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
35
E. Lokal Primer
Menghubungkan kota jenjang ke satu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang
kedua dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga.
• Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm, dan
muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 10 ton
• Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm dan
muatan sumbu terberat yang diijinkan 10 ton
• Jalan Kelas IIIA, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 mm, dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton
• Jalan kelas II B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 mm, dan
muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton
• Jalan kelas III C, yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 mm dan
muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton
Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan,
badan jalan hanya diperuntukkan bagi arus lalu lintas dan pengamanan terhadap konstruksi jalan.
Secara geometris lebar badan jalan dan daerah jalan yang meliputi daerah milik jalan (Damija),
daerah manfaat jalan (Damaja) dan daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) pada masing-masing
fungsi jalan sebagaimana diatur pada Undang-undang Nomor diuraikan pada tabel berikut ini :
Daerah manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi,
dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan, ruang yang dimaksud
hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan,
trotoar lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian gorong-gorong, perlengkapan jalan dan
bangunan pelengkap lainnya.
Daerah milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi
tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, diperuntukkan bagi daerah manfaat jalan dan pelebaran jalan
maupun penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengaman
jalan.
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
37
Daerah pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan diluar daerah milik jalan
yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan yang
diperuntukkan bagi pandangan bebas bagi pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan. Batas
luar Dawasja diukur dengan jarak ke setiap sisi dari as jalan sesuai dengan persyaratan klasifikasi
fungsional jalan yang bersangkutan, dalam hal jembatan lebar Dawasja diukur dari tepi luar
pangkal jembatan.
A. Perkerasan lentur
• Jalan lebih halus, mulus, dan tidak bergelombang sehingga enak dalam berkendara.
• Warna hitam aspal mempengaruhi psikologi pengendara menjadi lebih teduh dan nyaman
• Untuk penggunaan pada jalan dengan lalu lintas kendaraan ringan, jalan aspal lebih murah
dibanding konstruksi jalan beton.
• Proses perawatan lebih mudah karena tinggal mengganti pada area yang rusak saja, dengan
cara mengganti dengan yang baru pada area jalan yang rusak.
• Tidak tahan terhadap genangan air, sehingga memerlukan saluran drainase yang baik untuk
proses pengeringan jalan aspal pasca hujan atau banjir
• Pada struktur tanah yang buruk harus dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu sebelum
ditumpangi oleh konstruksijalan aspal.
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat
(slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas
tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi
karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis
permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari
kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan
perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis
pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung
beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen
adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi
hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu
antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali
terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja
(working platform) untuk pekerjaan konstruksi.
• Dapat digunakan pada struktur tanah lemah tanpa perbaikan struktur tanahnya terlebih dahulu
• Kualitas jalan beton sangat bergantung pada proses pelaksanaannya misal pengeringan yang
terlalu cepat dapat menimbulkan keretakan jalan, untuk mengatasi hal ini dapat menambahkan
zat kimia pada campuran beton atau dengan menutup beton pasca pengecoran dengan kain basah
untuk memperlambat proses pengeringan
• Untuk penggunaan pada jalan rayadengan kapasitas berat kendaraan yang tinggi, maka biaya
konstruksi jalan beton lebih mahal dibanding jalan aspal, namun lebih murah pada masa
perawatan.
• Kehalusan dan gelombang jalan sangat ditentukan pada saat proses pengecoran sehingga
diperlukan pengawasan yang ketat.
• Proses perbaikan jalan dengan cara menumpang pada konstruksi jalan beton yang lama,
sehingga menaikan ketinggian elevasi jalan, sehingga terkadang elevasi jalan lebih tinggi
dibanding rumah di sampingnya.
• Warna beton membuat suasana jalan menjadi keras dan gersang shingga menimbulkan efek
kehati-hatian bagi pengendara di atasnya.
Jenis perkerasan jalan lainnya yaitu paving block , yang terbuat dari campuran pasir dan
semen ditambah atau tanpa campuran lainnya ( abu batu atau lainnya ). Paving block atau blok
beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari
campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan atau tanpa
bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut.
Sedangkan menurut SK SNI T-04-1990-F, paving block adalah segmen-segmen kecil yang
terbuat dari beton dengan bentuk segi empat atau segi banyak yang dipasang sedemikian rupa
sehingga saling mengunci (Dudung Kumara, 1992; Akmaluddin dkk. 1998).
• Pelaksanaannya mudah dan tidak memerlukan alat berat serta dapat diproduksi secara masal;
• Tahan terhadap tumpahan bahan pelumas dan pemanasan oleh mesin kendaraan.
• Mudah bergelombang bila pondasinya tidak kuat dan kurang nyaman untuk kendaraan dengan
kecepatan tinggi. Sehingga perkerasan paving block hanya cocok untuk mengendalikan
kecepatan kendaraan di lingkungan permukiman dan perkotaan yang padat.
• bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan tangan.
• Berdasarkan bentuknya paving block dapat dibedakan menjadi dua yaitu bentuk segi
empat dan segi banyak.
• Toleransi ukuran yang disyaratkan adalah ± 2 mm untuk ukuran lebar bidang dan ± 3 mm
untuk tebalnya serta kehilangan berat bila diuji dengan natrium sulfat maksimum 1%.
Jalan komplek Marindal mulia residence ini termasuk pada jalan tersier pada elemen
townscape.
12.20 meter
9 meter
5.3 meter
Maka jalanan pada perumahan ini termasuk jenis jalan Kolektor Sekunder kelas II B,
yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 mm, dan muatan sumbu terberat
yang diijinkan 8 ton dan melaju paling rendah 20 km/jam.
• Pelaksanaannya mudah dan tidak memerlukan alat berat serta dapat diproduksi secara masal,
sehingga ini lebih mudah di pakai untuk perumahan sederhana seperti marindal mulia residence
ini.
• Pemeliharaannya mudah dan dapat dipasang kembali setelah dibongkar, tentunya dalam suatu
perumahan, akan adanya perubahan/ penambahan fasilitas yang dilakukan developer perumahan
itu sendiri ataupundari masyarakat komplek tsb, sehinga material yang mudah dibongkar pasang
adalah material yang tepat untuk suatu perumahan
• Tahan terhadap tumpahan bahan pelumas dan pemanasan oleh mesin kendaraan.
Tetapi ada kekurangan juga pada pemakaian pavin blok pada perumahan ini, yaitu
Mudah bergelombang bila pondasinya tidak kuat. Dengan tanah dasar yang memiliki topografi
yang signifikan, maka terdapat bebrapa spot yang jalannya sudah bergelombang.
Jalan bergelombang
Tujuan utama dari signage adalah untuk menghadirkan informasi secara konsisten sehingga
individu akan belajar untuk melihat pada beberapa tempat tertentu untuk mengenalinya dengan
mudah dan mengikutinya dengan percaya diri. Secara umum, signage dapat dikelompokkan
berdasarkan beberapa fungsi berikut:
• Information : signage dapat berupa media penyampaian informasi tentang layanan dan
fasilitas-fasilitas, seperti peta, direktori maupun papan instruksi.
• Orientation : untuk memberi tahu kedudukan atau posisi tepat seseorang dalam suatu
kawasan agar manusia tahu arah selanjutnya untuk menuju ke tempat yang diinginkan.
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
48
• Direction : sebagai penunjuk lokasi dari penyedia layanan, fasilitas, area publik dan
fasilitas sosial, seperti papan penunjuk arah
• Identification : sebagai penanda fasilitas, seperti nama dan nomor ruangan, penanda
kamar kecil dan lantai
• Safety and Regulatory : signage dapat berupa media penyampaian peraturan ataupun
petunjuk keselamatan, seperti penanda bahaya, pintu darurat, rambu lalu lintas maupun
papan peraturan dan tata tertib.
• Decoration : untuk memperindah atau meningkatkan penampilan suatu bangunan baik
secara umum maupun khusus. Contohnya adalah bendera, spanduk, dan lainnya
Signage berbeda dari label ataupun labeling, yang mana lebel bertujuan menyampaikan
informasi tertentu tentang sebuah produk.
• Wall signs
Penggunaan signage sebagai alat untuk memberitahukan informasi kepada orang lain
harus memperhatikan berbagai aspek yang membuat keberadaannya dapat disadari dan
berfungsi dengan baik. Aspek –aspek yang seharusnya menjadi syarat signage yang baik,
antara lain :
• Tingkat kemudahan bagaimana signage dapat dilihat oleh manusia. Hal yang mendukung
yaitu : penempatan, penggunaan warna dan material, bentuk, pemasangan, peletakan
kumpulan sign yang teratur dan sebagainya yang berkaitan dengan signage secara
keseluruhan.
• Informasi yang ditunjukan oleh signage tersebut dapat dimengerti. Hal ini bergantung
pada susunan kalimat dan isi kalimat yang mudah dimengerti atau tidak.
• Dapat dibaca secara jelas, seperti kemampuan sebuah kata utama muncul dan mencolok
atau menarik perhatian dibandingkan backgroundnya. Hal ini bergantung pada format
penyampaian informasinya, seperti typeface (karakter huruf), atau jenis font yang
berbeda-beda dalam penulisannya, dan yang lainnya.
2.6.6. Kategori Siganage
Signage jalan raya atau rambu lalu lintas dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis.
Seperti yang tercantum pada Lampiran 1 dari Konvensi “Road Sign andSignals”, Wina, Austria,
tahun 1968, rambu lalu lintas dibagi menjadi delapan kategori tanda:Danger warning signs,
Priority signs, Prohibitory or restrictive signs, Mendatory signs, Special regulation signs,
Information, facilities, or service signs, Direction, position, or indication signs, danAdditional
panels.
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
51
Seiring dengan perkembanganya jaman, pengategorian signage jalan raya atau rambu lalu
lintas dikelompokkan menjadi sebagai berikut. Pertama, Oriental Signage. Signage ini bersifat
melokasikan pengguna dalam sebuah lingkungan dan menginformasikan keberadaan tempat
secara jelas dan berupa peta secara keseluruhan. Kedua, Informational Signage. Signageini
memberikan informasi berupa instruksi tentangyang boleh dan tidakboleh dilakukan. Ketiga,
Directional Signage. Signage yang berfungsi mengarahkan; merupakan navigasi yang paling
penting.Meskipun bukan yang paling utama dalam sign system, cukup memengaruhi keseluruhan
fungsi signage.Signage ini bersifat menunjukkan secara harfiah (misal: ke kiri, ke kanan, atas,
bawah), yang secara umum menngunakan simbol anak panah. Keempat, Identificational
Signage,yang menunjukkan identitas suatu gedung atau lokasi. Kelima, Stationary Signage;
signage peraturan untuk menginformasikan larangan khusus pada suatu tempat yang biasanya
digunakan khusus oleh pemilik atau pengelola suatu tempat. Peraturan atau larangan ini
dimaksudkan untuk tindakan pencegahan dan perlindungan dari suatu bahaya tertentu,seperti
peringatan hukum, peraturan keamanan, traffic control devices, pintu keluar darurat,
dansebagainya. Keenam, Ornamental signage. Tujuan utama dari signage ini adalahuntuk
menambah estetika dari suatu bangunan atau tempat, hingga dapat menghasilkan efek yang
mengesankan pada suatu lingkungan.Contohnya adalah umbul-umbul, spanduk, bendera, dll.
Skema Warna
Signage Secara umum, negara-negara belahan dunia, termasuk Indonesia mengadopsi sistem
skema warna signage jalan raya sistem Amerika sebagai berikut : Merah dengan putih untuk
tanda berhenti dan tindakan terlarang, seperti dilarang parkir, dilarang masuk, dilarang berhenti,
dll; Hijau denga huruf putih untuk tanda informasi, seperti arah, jarak dan tempat-tempat;
Cokelat dengan putih untuk tanda tempat bersejarah,daerah ski dan tempat berkemah; Biru
dengan putih tempat layanan seperti rumah sakit, rest area, bensin, penginapan, dll; Putih dengan
hitam (atau merah) untuk tanda peraturan seperti batas kecepatan, dll; Kuning dengan huruf atau
simbol hitam untuk tanda peringatan seperti jalan menurun, tanjakan, percabangan jalan, dll.
Setiap sudut pandang atau persepsi dari pengguna jalan dan tanggapannya terhadap tanda
dikondisikan oleh karakteristik khusus manusia secara biophysics-psyche, socio culture, spiritual
cosmologis transcendental dengan kelima inderanya. Oleh karena itu, setiap perancangan harus
mengacu pada apa yang disebut sebagai faktor manusia.
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
53
2.6.8. Faktor Fisik
Wilayah Penglihatan secara Normal (Normal Field of Vision)
Ilmu pengetahuan mengindikasi bahwa wilayah penglihatan normal atau sudut pandang
yang sesuai untuk tanda berada pada sudut pandang 60°. Area di luar sudut pandang tadi tidak
efisien karena akan terlihat kurang detail. Ketika benar adanya bahwa wilayah penglihatan dapat
diperluas dengan menengokkan atau mendongakkan kepala, rata-rata pengguna jalan menolak
untuk memberikan usaha yang lebih demi melihat sesuatu di luar sudut pandangnya. Sebagai
contoh, bila sebuah tanda diletakkan pada langit-langit yang tinggi sehingga garis pandang
penglihatan dari mata pengguna jalan hingga titik horisontalnya mencapai lebih dari 30°, hal ini
akan mempersulit atau berlebihan. Umumnya, para pengguna jalan tidak memiliki kebiasaan
untuk mendongakkan kepala mereka untuk melihat tanda, mereka juga tidak akan menggerakkan
kepala mereka di luar kebiasaan untuk melihat sesuatu secara khusus di luar sudut pandang
mereka. Konsistensi dari ketinggian tanda yang dibuat pada sistem akan mempermudah
pengguna jalan untuk melihat untuk mencari informasi di berbagai tempat.
Keterbacaan (Legibility)
Studi tentang jarak mengindikasi bahwa di bawah cahaya matahari normal, seseorang
dengan kemampuan melihat 20/20 dapat melihat huruf setinggi 1 inci (25 milimeter) sesuai
dengan standar tabel Snellen yang digunakan oleh optometris pada jarak 50 kaki (15 meter).
Akan tetapi, laboratorium ideal seperti ini harus dimodifikasi untuk keterbacaan desain tanda.
Rata-rata ketinggian dari penglihatan seseorang diukur dari tanah ketika ia berdiri adalah
sekitar 5 kaki, 6 inci (1.7 meter); ketika sedang duduk, ketinggian penglihatannya adalah sekitar
4 kaki, 3 inci (1.3 meter); ketika sedang mengemudi kendaraan, ketinggian penglihatannya
adalah sekitar 4 kaki, 6 inci (1.4 meter). Ketinggian penglihatan mata dari seorang pengguna
jalan yang sedang mengendarai mobil truk jauh lebih tinggi dari pada seorang pengemudi mobil
biasa dan sebaiknya disesuaikan dengan kendaraan-kendaraan khusus yang berkaitan dengan
masalah tanda yang akan didesain.
Di dalam menentukan salinan ketinggian huruf untuk tanda khusus kendaraan melibatkan
faktor-faktor tambahan: terutama kecepatan laju kendaraan dan waktu yang dibutuhkan untuk
mengenali dan membaca tanda.
Peninjauan Kebutuhan dari Usia Lanjut dan Orang-orang Kurang Mampu secara Fisik (Meeting
Needs of Aging and Physically Disabled People)
Pada era bertambahnya populasi usia lanjut dan orang-orang cacat secara fisik, fasilitas
umum yang digunakan oleh mereka meningkat jangkauan kebutuhannya. Untuk memenuhi
kebutuhan umum, maka jangkauan penglihatan untuk ketinggian huruf berkisar dari 1 inci
hingga 25 kaki (7.5 meter), berdasarkan huruf kapital jenis Helvetica. Hal ini disesuaikan dengan
panduan lebih praktis untuk tanda bagi pejalan kaki.
Para psikolog mengacu pada hubungan dasar bentuk. Mereka membicarakan mengenai
bentuk dan pola dilihat berdasarkan latar belakangnya. Bentuk digambarkan oleh sisi, dan sisi
Para individu biasanya memiliki pertimbangan yang beragam pada kemampuan mereka
untuk memisahkan dan mengingat warna. Kemungkinan hanya ada enam warna yang berbeda,
tidak termasuk putih dan hitam – merah, kuning, biru, hijau, tangerine/oranye, cokelat – yang
dapat dipisahkan dengan mudah dan diingat oleh orang normal. Di luar dari keterbatasannya,
warna dapat digunakan sebagai elemen kedua untuk mengidentifikasi atau sebagai alat/sarana
untuk mengirimkan tanda/sandi (coding) pada situasi tertentu dimana jumlah warna yang
digunakan sangat terbatas.Sebagai contoh, warna biasanya digunakan untuk mewarnai kolom
atau dinding pada lahan parkir untuk mempermudah identifikasi tingkat atau lantai yang berbeda.
Aplikasi penanda ini tidak membutuhkan ingatan warna ketika digantikan oleh angka dan huruf.
Warna dapat membangkitkan mood atau perasaan tertentu; kualitas warna yang positif ini
biasanya banyak digunakan pada grafis dinding, desain interior, dan pencahayaan. Warna-warna
tertentu dapat menjadi cara yang memberikan pengaruh kuat pada tanda; seseorang telah
dikondisikan untuk memahami bahwa warna-warna tertentu, merah misalnya, merupakan
pertanda dari bahaya atau darurat karena pengalaman dari mesin api, lampu merah yang
berkedip, atau tanda lalu lintas. Warna merah digunakan sebagai latar belakang dari tanda
berhenti hampir di semua negara, warna merah telah dikondisikan sebagai penanda untuk
perintah ‘berhenti’ (stop), namun tidak dapat digunakan secara khusus sendiri untuk tempat
berhenti. Sama kasusnya dengan reaksi kita melihat warna kuning sebagai warna peringatan,
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
57
mungkin karena kita sudah terbiasa melihatnya selama bertahun-tahun digunakan sebagai tanda
lalu lintas dan tanda di wilayah konstruksi.
Aplikasi khusus dari warna menghasilkan fenomena visual yang menarik ketika digunakan
pada seni optik (op-art) atau grafis, namun menjadi masalah ketika digunakan pada sistem
penandaan. Ketika dua warna komplementer dengan kekuatan intensitas warna yang sebanding
digunakan secara bersamaan, maka dalam kasus huruf dan latar belakang, akan terjadi
kebingungan terhadap maksud yang ingin disampaikan.
Gambar 6 Berbagai Figure-ground dan Implikasi Warna dalam Signage Jalan Raya
Pencahayaan normal yang berada di lingkungan sekitar, atau disebut dengan ambient lighting
merupakan pertimbangan utama.Tingkat pencahayaan lingkungan sekitar yang ditemukan oleh
kebanyakan pengamat untuk menemukan tanda yang tidak bercahaya (nonilluminated sign)
adalah minimal 25 cahaya lilin. Akan tetapi untuk melihat tanda eksterior yang tidak bercahaya
(nonilluminated sign) di malam hari, cahaya sekitar yang dilihat adalah sekitar 2 buah cahaya
lilin saja, akibat dari kemampuan dari pengamatan mata yang berkurang di kegelapan.
Sejalan dengan menurunnya tingkat cahaya sekitar, maka kontras antara kata-kata dan latar
belakang tanda akan bertambah. Pada tanda yang tidak bercahaya (nonilluminated sign). Hal ini
dapat dicapai dengan menggunakan kata-kata dengan warna terang di atas panel yang gelap, atau
kebalikannya. Jika tulisan atau latar belakang tanda akan dibuat kembali dengan warna, seorang
desainer sebaiknya melakukan tes terlebih dahulu untuk warna yang akan digunakan sesuai
dengan tempat penggunaannya, agar lebih meyakinkan dan pasti. Pesan yang ditulis dengan
warna putih di atas latar belakang warna kuning muda dimana cahaya sekitarnya rendah,
tentunya akan mengakibatkan ketidakterbacaan akibat kurangnya kontras warna. Tulisan
berwarna putih di atas latar belakang hitam atau kebalikannya akan menghasilkan kontras warna
yang baik dan mudah untuk dibaca dengan cahaya secukupnya. Di luar dari kontras tulisan dan
latar belakang, penelitian juga mengindikasi bahwa ketajaman visual dapat meningkat secara
keseluruhan dengan meningkatnya tingkat pencahayaan.Selain itu juga, kecepatan seseorang
untuk mengenali tanda dan tulisan tanda meningkat seiring dengan meningkatnya pencahayaan.
Akan tetapi, warna-warna cerah yang diletakkan di atas tanda berwarna akan mengurangi
keterbacaan bila kontrasnya hanya sedikit antara tulisan dan latar belakang.
Bila cahaya sekitar masih kurang memadai, tanda dapat dibuat lebih terbaca dengan
pencahayaan dari dalam. Hal ini tentunya sangat dibutuhkan untuk tanda eksterior yang dibaca
pada malam hari bila tidak ada sumber cahaya lain di sekitarnya atau bila hal tersebut dibutuhkan
untuk membuat tulisan lebih menyolok atau dramatis. Akan tetapi, pencahayaan dari dalam yang
berlebihan dapat mengurangi keterbacaan dengan menciptakan ‘halo effect’ dari huruf-huruf
terang di atas latar belakang gelap. Fenomena visual ini akan membuat huruf-huruf tampak lebih
besar atau lebih besar pada malam hari daripada siang hari. Hal ini dapat diperbaiki dengan
mengurangi intensitas dari sumber cahaya dalam atau memodifikasi lebarnya huruf, atau bisa
juga mengkombinasi keduanya.
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
59
Spot merah sepanjang pinggiran jalan sebagai illuminated sign
Dasar dari faktor manusia lebih dipentingkan pada peletakan tanda tersebut pada ketinggian
penglihatan mata (eye-level) rata-rata. Hal ini jelas terlihat pada tanda bagi pejalan kaki yang
diletakkan sesuai dengan tingkat penglihatan mereka. Akan tetapi, hal tersebut merupakan
jawaban dasar untuk mempermudah masalah yang ada. Hal yang terpenting adalah untuk
mengingat bahwa tanda seharusnya diletakkan untuk menghindari gangguan garis penglihatan
normal. Seorang desainer harus memiliki empati, mencoba untuk meletakkan dirinya di posisi
pengamat/pengguna tanda tersebut. Ia harus mempertimbangkan masalah tanda satu persatu
sesuai dengan kegunaannya. Beberapa pertanyaan yang harus dipertimbangkan adalah: Apakah
tanda tersebut dapat dilihat oleh orang lain secara umum di luar pengamat dengan tinggi rata-
rata? Apakah tanda tersebut dapat lihat dari sudut pandang tertentu hingga garis penglihatan
normal? Apakah tanda tersebut berada di luar wilayah penglihatan normal? Apakah latar
belakang dari tanda tersebut, bagaimana dengan lingkungan sekitarnya, pencahayaannya?
Apakah tanda-tanda lainnya atau ciri khas arsitektur di sekitarnya akan memengaruhi garis
penglihatan dari pengamat? Apakah pohon-pohon atau unsur alam lainnya akan tumbuh dan
berkembang sehingga nantinya akan mengganggu tanda yang diletakkan di sana? Apakah
kendaraan yang diparkir akan mengganggu tanda yang dipasang tersebut pada waktuwaktu
tertentu? Apakah tanda dapat dilihat oleh baik pengemudi kendaraan maupun pejalan kaki dan
Gambar: Unsur alam dan lingkungan perlu dipertimbangkan guna menghindari gangguan
penglihatan pengendara
Ada beberapa kondisi latar belakang yang dapat memengaruhi persepsi. Salah satunya adalah
permukaan dinding dimana huruf satu persatu dituliskan, sesuai dengan penjelasan sebelumnya
pada ‘Hubungan Dasar-Bentuk’ (Figure-Ground Relationship). Kondisi lainnya dapat merupakan
pengalihan pemandangan di balik panel tanda yang dipasang secara bebas. Hal ini juga dapat
mengakibatkan keterlibatan visual dengan pesan tanda, kecuali bila panel tanda didesain sesuai
dan cukup besar untuk mengalihkan pesan dari pengalihan visual lainnya.
Bayangan yang jatuh oleh karena tekstur kasar yang dihasilkan oleh cahaya matahari akan
menghasilkan pola, dan cover dinding yang dicetak juga dapat menghasilkan efek yang hampir
sama. Seorang desainer sebaiknya membiasakan diri untuk menghindari penggunaan
pemotongan huruf sambung yang ditulis pada pola wallpaper gulungan, karena huruf tersebut
akan bertabrakan dengan latar belakang untuk menarik perhatian. Salah satunya harus
menghindari penggunaan huruf dari jenis tertentu agar tidak berlawanan dengan pola geometris
(seperti garis-garis hitam dan putih); pola seperti itu dapat mengakibatkan visual vibration yang
akan mengurangi unsur keterbacaan huruf. Untuk keterbacaan secara optimal pada pemasangan
tanda, yang dimana sering terlihat berlawanan dengan latar belakang yang membingungkan,
sebuah panel tanda atau dinding yang sederhana akan menciptakan latar belakang yang positif
untuk bentuk huruf.
Secara mayoritas, manusia lebih berorientasi verbal atau lisan, menyerap hampir seluruh
informasi melalui kata-kata, dengan sebagian kaum minoritasnya lebih cepat bereaksi pada tanda
visual seperti simbol. Hal ini mengindikasi bahwa hampir semua sign system membutuhkan
pesan secara verbal. Fasilitas di lokasi jalan raya sering menggunakan simbol untuk memperkuat
pesan secara lisan atau agar bisa berdiri sendiri. Jika simbol digunakan berdiri sendiri, sebaiknya
simbol tersebut dapat diterima secara umum atau menyeluruh.
Gambar : Contoh penggunaan beberapa simbol pada signage jalan raya tol
Tanda panah sering digunakan untuk menggantikan kata pada tanda penunjuk, dan kita telah
dikondisikan untuk bereaksi pada tanda penunjuk yang menggunakan tanda panah. Berdasarkan
pada kebiasaan, kita dapat mengerti dengan jelas sebuah tanda yang bertuliskan ‘restroom,’ yang
diikuti oleh sebuah tanda panah yang menunjuk ke arah kamar kecil (restroom). Namun tanda
panah dapat bersifat ambigu pula. Sebuah bangunan dengan beberapa lantai, seperti rumah sakit,
biasanya mengharuskan tanda penunjuk arah yang tergantung di langit-langit. Di sebuah
persimpangan koridor, tanda panah mengindikasi arah kanan dan kiri dapat dimengerti dengan
jelas; kesulitannya akan muncul ketika penunjuk arah ‘terus’ (ahead) juga ditunjukkan dengan
tanda panah. Ketika tanda tersebut berada di arah yang tepat mengikuti alur, beberapa desainer
membuat tanda panah turun, sedangkan beberapa orang lainnya menunjukkan arah sebaliknya
(tanda panah naik). Akan muncul kebingungan tentang bagaimana menentukan arah yang benar
– panah ke atas atau panah ke bawah – khususnya bila ada anak tangga, escalator, atau elevator
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
62
yang berada disekitarnya, karena hal ini bisa menimbulkan pemahaman yang berbeda bagi
pengguna tanda. Mereka dapat mengartikannya berbeda, bukan arah lurus (terus) namun
dianggap ada di lantai atas atau lantai berikutnya. Tampaknya hampir semua pengguna rambu
telah memahami bahwa tanda panah yang menunjuk ke arah bawah mengindikasi ‘turun’ di satu
situasi tertentu dan ‘lanjut’ pada situasi lainnya. Penggunaan tanda panah pada signage jalan raya
tol umumnya digunakan sebagai pemandu batas jalur jalan, pemandu arah tempat, peringatan
jalur bercabang, arah jalur dalam beberapa jalur yang biasa terdapat di area gerbang tol, dan arah
putar balik di berbagai area khusus jalan raya tol.
Gambar: Contoh pengggunaan beberapa tanda panah di lokasi jalan raya tol
Tulisan Kata-kata
Karena adanya beberapa kalimat khusus yang bersifat ambigu atau menjadi subyek untuk
interpretasi pribadi, harus diciptakan kriteria tertentu untuk mengurangi kemungkinan tanda yang
menyesatkan. Untuk memperjelas sign system agar lebih mudah dimengerti, beberapa kriteria
yang harus dicantumkan pada tulisan adalah: Konsisten, Sesingkat mungkin agar lebih mudah
untuk dibaca, Memiliki sama arti bagi siapapun yang membacanya (tidak bersifat ambigu),
Menyampaikannya dengan positif.
Gambar: Pesan tulisan yang singkat dan jelas dalam signage jalan raya tol
Keterbacaan dari tanda yang dilihat dari kendaraan yang sedang bergerak ditentukan oleh
beberapa hal yang tercantum berikut sesuai dengan urutan prioritasnya: (1) Kecepatan
berkendara dan jumlah dari jalur lalu lintas, keduanya dipengaruhi oleh kecepatan waktu. (2)
Penentuan jarak peletakan tanda agar dapat dikenali dengan mudah. (3) Klasifikasi lingkungan
(wilayah komersial, industri, perumahan, atau pertanian). (4) Jarak penglihatan, di antara sudut
pandang atau di luar sudut pandang. (5) Pertimbangan dari segi desain grafis, seperti jenis huruf
yang dipilih; jarak antarhuruf; jumlah kata yang digunakan, penamaan, atau tanda per suku kata;
warna; jumlah kata untuk informasi yang disampaikan (sebaiknya tidak lebih dari enam);
wilayah dari tanda muka secara keseluruhan; pencahayaan dan sumber cahaya; dan
pengelompokan lainnya, serta elemen desain dasar.
Hal yang paling penting untuk dipertimbangkan di dalam mendesain tanda/rambu untuk
pengendara adalah: jarak tanda untuk menentukan unsur keterbacaan ketika kendaraan diparkir;
dan kecepatan waktu bereaksi pada saat kendaraan sedang melaju – waktu yang dibutuhkan oleh
pengendara untuk melihat tampilan yang ingin disampaikan, membaca pesan, dan tanggapan
terhadap pesan tersebut.
Hasil penelitian terdahulu dengan melakukan percobaan di lapangan telah menunjukkan
bahwa waktu yang dibutuhkan oleh pengendara untuk melihat tanda, membaca, dan
menanggapinya terkait dengan jumlah jalur lalu lintas sebagai berikut: 2-jalur jalan, 8detik; 4-
jalur jalan, 10detik; 6- jalur jalan, 11detik; jalan bebas hambatan, 12 detik. Semakin cepat sebuah
mobil melaju, semakin jauh jarak tempuhnya ketika pengendara bereaksi terhadap pesan, maka
semakin besar pesan tersebut harus dibuat. Hal tersebut telah dibuktikan dengan baik bahwa
setiap jarak 50 kaki (15 meter) terpisah dari pengamat ke objeknya, maka tinggi huruf yang
dibutuhkan adalah 1 inci (2.5 milimeter). Untuk lebih yakin agar tanda dapat dibaca, maka huruf
kapital Helvetica setinggi 1 inci direkomendasikan untuk setiap jarak 30 kaki (9 meter).
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
64
Dikarenakan adanya batasan sampai mana seseorang dapat melihat dan mengingat pada saat
ia sedang berkendara, maka jumlah informasi yang ingin dikomunikasikan padanya pada saat ia
sedang berkendara di jalan menjadi sangat penting. Hal dan informasi tersebut disampaikan
dalam bentuk simbol, kata, huruf, atau bentuk yang tertentu. Secara maksimal, untuk informasi,
enam hal saja sudah lebih dari cukup untuk membantu pengendara melihat apa yang dibutuhkan.
Terlebih lagi, enam hal tersebut sudah lebih dari cukup untuk digunakan dan diserap oleh
pengendara dari sebuah tanda/rambu jalan.
Contoh dari kasus ukuran tanda atau rambu yang dibutuhkan terkait dengan kecepatan dan
jarak tempuh dapat dilihat di skema berikut.
Gambar : Contoh ukuran tanda/rambu yang dibutuhkan terkait kecepatan dan jarak tempuh
Tinggi Huruf
Sebagai tambahan untuk pemilihan jenis huruf, jarak, dan penggunaan huruf besar,
ketinggian huruf juga bergantung pada jumlah kalimat atau baris kata, kecepatan yang terkait
dengan jarak tempuh kendaraan, dan jarak lateral antara pengamat dengan tanda. Sebagai
contohnya, ada tiga baris kalimat, batas kecepatannya adalah 35 mil per jam, dan jarak lateral
adalah 15 kaki (4.6 meter). Untuk menghitung tinggi huruf yang dibutuhkan, ikuti langkah-
langkah berikut: (1) Tambahkan angka 6 pada jumlah kata atau baris kalimat, 3 + 6 = 9. (2)
Kalikan dengan batas kecepatan yang diperoleh dari langkah pertama, 35 x 9 = 315. (3) Bagi 100
dengan angka yang diperoleh dari hasil perkalian langkah kedua, 315 / 100 = 3.15. (4) Bagi 10
dengan jarak lateral, 15 / 10 = 1.5. (5) Tambahkan hasil yang diperoleh pada langkah ketiga dan
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
65
keempat, 3.15 + 1.5 = 4.65. (6) Hasil ini merupakan perkiraan minimum dari tinggi huruf yang
harus digunakan, 4.65”. (7) Bila dibutuhkan, tinggi huruf dapat dibulatkan ke angka terdekat
(pembulatan ke atas atau pembulatan ke bawah), 5” atau 4.5”.
Terdapat berbagai perbedaan sistem pelaksanaan penempatan signage sisi lalu lintas di
berbagai negara yang dipengaruhi oleh aspek sosial kultural dari masing-masing negara. Sebagai
contoh dapat dilihat di berbagai negara seperti Amerika, Eropa, sebagai bangsa dengan mayoritas
masyarakatnya beraktivitas dengan dominasi tangan kiri, hal ini berpengaruh pada tatanan
perancangan produk otomotif dan pelaksanaan sistem lalu lintasnya. Jalur lalu lintas yang
digunakan adalah jalur kanan, hingga sisitem signage sisi jalan raya ditempatkan pada sisi kanan
jalan raya. Lain halnya dengan kondisi lalu lintas di Indonesia. Mayoritas masyarakatnya
beraktivitas dengan dominan tangan kanan, lebih menerapkan sistem lalu lintas dengan
pengggunaan jalur kiri, hingga penempatan signage sisi diletakkan di sisi kiri jalan raya.
Gambar : Sistem penempatan signage sisi di sisi kanan jalan raya di salah satu kota di Jerman dan Alaska, Amerika
Gambar: Sistem penempatan signage sisi di sisi kiri jalan raya, di jalan raya tol Bintaro
Karakteristik setiap produk memiliki diferensiasi nilai/value. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
perbedaan kondisi, kepentingan, dan waktu suatu produk tersebut digunakan. Perkembangan dan
perubahan waktu mampu mengubah tampilan dan karakteristik dari suatu produk. Hasil elaborasi
antara teori Mayall dengan teori Ahadiat, hubungan antara value dan karakteristik produk dapat
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat Essential, Important dan Desirable. Untuk
selanjutnya, ketiga tingkatan ini dibandingkan dengan aspek muatan artefak dari suatu produk
dan aspek sifat-sifat manusianya.
Berdasarkan teori tersebut di atas, signage jalan raya merupakan suatu produk dengan tingkat
value Essential dan Important yang tinggi, tidak demikian untuk tingkat Desirable. Demikian
juga untuk tingkat fungsi praktis utiliter dan nilai-nilai simbolik berada di tingkatan tinggi
dengan ekspresi estetik yang cukup mendukung. Pada aspek sifat-sifat manusia, produk ini
sangat berkaitan erat dengan ketiga faktor manusia, yaitu faktor biophisic, psycho dan socio
culture.
2.6.12. Kesimpulan
Berdasarkan semua bahasan yang ada, maka dapat semakin dipahami bahwa suatu
perancangan fasilitas objek pada suatu lingkungan tertentu senantiasa harus mengacu pada
faktorfaktor yang menjadi substansi-substansi penting dalam proses pertimbangan, perencanaan
dan perancangannya.
Faktor manusia sebagai pengguna memegang peranan penting dalam perolehan solusi terbaik
berupa “good design solution” untuk masyarakat pengguna. Hubungan interaksi dengan berbagai
unsur seperti ekologi, topografi, dan budaya sangat terkait dengan masalah manusia itu sendiri
sebagai mahluk bio physics, psychologis, socio cultursl spiritual transcendental. Hal ini
berpengaruh pada tingkat keterkaitan nilai dan karakteristik suatu objek.
Signage jalan raya sebagai penginformasi dan pengarah manusia di lingkunagn jalan raya
harus mampu menginformasikan secara jelas dan tepat setiap pesan yang ingin disampaikan.
Pemahaman aspek grafis, rancang bentuk, warna, penempatan, kondisi lingkungan dan pengguna
harus dipahami dan diselaraskan dengan baik. Tingkat Essential dan Important yang mencakup
fungsi utiliter praktis, nilai simbolik sangat memegang peran, disertai pula dengan kelayakan
Marindal Mulia Residence menyediakan signage berupa pemberi orientasi serta penunjuk
jalan, guna memudahkan para penghuni dalam akses berkendara.
Sign yang berupa peringatan juga ditempatkan di pagar yang berdekatan dengan pos
keamanan berfungsi memudahkan satpam dalam proses penjagaan.
Para penghuni Marindal Mulia Residence memiliki inisiatif membuat signege berupa nomor
PERANCANGAN RUANG LUAR - 2
rumah mereka, berguna sebagai pemberi identitas pada setiap rumah. 70
2.7. Fasilitas
Arti definisi/pengertian fasilitas umum adalah fasilitas yang diadakan untuk kepentingan
umum Contoh dari fasilitas umum (fasum) adalah seperti jalan, angkutan umum, saluran air,
jembatan, fly over, under pass, halte, alat penerangan umum, jaringan listrik, banjir kanal,
trotoar, jalur busway, tempat pembuangan sampah, dan lain sebagainya.
Arti definisi/pengertian fasilitas sosial adalah fasilitas yang diadakan oleh pemerintah
atau pihak swasta yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum dalam lingkungan
pemukiman. Contoh dari fasilitas sosial (fasos) adalah seperti puskemas, klinik, sekolah, tempat
ibadah, pasar, tempat rekreasi, taman bermain, tempat olahraga, ruang serbaguna, dan lain - lain
Jika kita lihat dari pengertian yang ada memang sepertinya tidak jauh berbeda. Menurut
kamus besar bahasa indonesia, fasum dan fasos memiliki arti yang berbeda. Menurut saya
pribadi fasum adalah fasilitas dasar yang dibutuhkan manusia untuk hidup, sedangkan fasos
adalah fasilitas yang dibutuhkan masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas sosial
kemasyarakatan. Arti definisi dan perbandingan antara fasum dan fasos ini lebih mengarah
kepada pendapat pribadi. Jadi mohon maaf apabila ada yang kurang atau ada yang salah. Kurang
lebihnya mohon maaf, terima kasih.
Fasilitas umum dan fasilitas sosial adalah milik bersama yang harus dijaga dan dirawat
dengan baik agar bisa selalu dimanfaatkan secara maksimal untuk jangka panjang. Warga
masyarakat dapat saling bahu-membahu untuk membangun dan atau memperbaiki fasum fasos
sendiri jika memang sangat diperlukan tanpa bergantung kepada pemerintah. Tanpa adanya
fasilitas umum dan fasilitas sosial yang memadai akan membuat hidup menjadi lebih sulit.
Fasilitas umum maupun fasilitas sosial buatan pemerintah yang dirusak orang-orang yang
tidak bertanggung jawab akan merugikan masyarakat secara umum. Fasum dan fasos yang
disediakan oleh pemerintah dibiayai oleh dana yang sebagian besar didapat dari pajak dan
retribusi. Pajak dan retribusi dikumpulkan oleh pemerintah dari masyarakat, sehingga fasilitas
umum dan fasilitas sosial merupakan milik masyarakat umum
Pada perumahan Marindal Mulia Residence terdapat fasilitas bagi pengguna tetapi tidak
terlalu begitu memadai. Hanya area bermain anak seperti plosotan, ayunan sedrhana dan
lapangan kecil untuk bermain bulu tangkis atau sepak bola. Hanya fasilitas sederhana saja yang
ada pada kawasan perumahan tersebut seperti gambar dibawah
Lapangan kecil
(Sumber: pribadi)
3.1. Kesimpulan
Bahwa dari analisis yang dilakukan dengan tinjau literature yang di dapat Perumahan
Marindal Mulia Residence yang berada di Jalan Pelajar Pelajar, Marindal Satu, Patumbak,
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara masih kurang didukung oleh elemen townhouse tetapi
kawasan tersebut tetap layak huni, hanya elemen penunjang townhouse masih sedikit diterapkan
pada kawasan perumahan tersebut. Jikalau pengelola peka terhadap kebutuhan akan pengguna
dan lingkungan sekitar maka elemen townhouse bisa terwujud pada area komplek tersebut.
3.2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang studi literature dengan sumber – sumber yang lebih
banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan
[1] https://media.neliti.com/media/publications/214104-penetapan-fungsi-dan-kesesuaian-
vegetasi.pdf
[2] http://distarum.jambikota.go.id/wp-content/uploads/2013/12/SNI-03-1733-2004-Tata-cara-
perencanaan-lingkungan.pdf
[3] http://rustam2000.wordpress.com/ruang-terbuka-hijau
[5] Jurnal Online Institut Teknologi Nasional / Telaah Penerapan Kriteria Sustainable Site pada
Perumahan Ditinjau dari Aspek Ruang Terbuka Hijau
[6] Peraturan Derah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Dan
Peraturan Zonasi Kota Medan Tahun 2015 - 203
[7] http://distarum.jambikota.go.id/wp-content/uploads/2013/12/SNI-03-1733-2004-Tata-cara-
perencanaan-lingkungan.pdf
[8] menurut Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985 tentang klasifikasi jalan
[9] Keputusan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesi Nomor 325 Tahun
2013 Tentang Penetapan Standar Kompentensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Konstruksi
Golongan Pokok Konstruksi Bangunan Sipil Golongan Konstruksi Jalan dan Rel Kereta Api Sub
Golongan Konstruksi Jalan Rel Kereta Api Kelompok Usaha Konstruksi Jalan Raya Jabatan
Kerja Ahli Material Jalan
[10] http://muse-enterprise.blogspot.com/2012/04/jenis-jalan-dan-perbandingannya-
aspal.html?m=1
[12] https://enggarsumberilmu.blogspot.com/2017/03/pengertian-tujuan-dan-jenis-signage.html
(Sumur ilmu)