Oleh
ELSA PRISKA SEPTIANDINI
0063384032
Menyetujui,
apt. Nur Adin Ekawati, S. Farm. apt. Lailul Dian Mastuti, S.Farm.
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMK Brawijaya Tulungagung Kakomli Farmasi Klinis dan Komunitas
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat mampu menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan
di Rumah Sakit Era Medika pada tanggal 08 Januari – 03 Februari 2024 dengan sebaik-baiknya.
Laporan ini dibuat sebagai bukti pelaksanaan PKL yang sudah dikerjakan di Rumah Sakit
Umum Era Medika. PKL ini merupakan suatu hal yang benar-benar dapat memberikan modal
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman para siswa serta meningkatkan kemampuan dalam
menerapkan profesinya kepada masyarakat. Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat
dilaksanakan dengan sebaik- baiknya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, dan pada
kesempatan ini diucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Yoan Ratna Sari, S.E., selaku Kepala Sekolah SMK Brawijaya Tulungagung yang telah
memberikan kesempatan untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
2. Isro' Khoirun Ni’mah, S.Pd., selaku Ketua Pelaksana Praktik Kerja Lapangan (PKL).
3. apt. Ika Yuanasari, S.Farm., selaku Kepala Kompetensi Jurusan Farmasi Klinis dan
Komunitas di SMK Brawijaya Tulungagung.
4. apt. Nur Adin Ekawati, S.Farm., selaku guru pembimbing selama PKL.
5. dr. Edward Narzali selaku Direktur Rumah Sakit Era Medika.
6. apt. Lailul Dian Mastuti, S.Farm., selaku pembimbing sekaligus selaku kepala Instalansi
Farmasi Rumah Sakit Umum Era Medika
7. Segenap para karyawan/asisten apoteker di Rumah Sakit Umum Era Medika yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan selama PKL berlangsung.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu segala saran
dan kritik demi kesempurnaan dari laporan ini sangat diharapkan. Semoga laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini bisa bermanfaat bagi pembacanya.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
..11
3.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Farmasi Klinik di RS.............................................12
20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................29
LAMPIRAN...........................................................................................................................30
21
ii
i
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di rumah sakit.
Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan obat dan
kesehatan. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
yang menunjang pelayanan kesehatan bermutu. Hal tersebut di perjelaskan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk farmasi
klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Penyelenggaraan Praktik Kerja Lapangan (PKL) bertujuan untuk :
1. Menjadikan tenaga kefarmasian yang kompeten dan siap berkompetisi di dunia kerja.
2. Mengetahui pelayanan dan alur perbekalan farmasi di Rumah Sakit.
3. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya.
4. Meningkatkan pengetahuan mengenai tugas kefarmasian di dunia kerja
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut WHO (World Health Organization), Rumah sakit adalah bagian internal dari
suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif)
kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan
pusat penelitian medik.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 tentang rumah
sakit, adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
pendekatan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Rumah sakit
adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata
dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah Sakit juga merupakan institusi yang dapat
memberi keteladan dalam budaya hidup bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan
(Depkes RI, 2003).
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan
bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat,
aman, dan terjangkau.
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
2. Pelayanan farmasi klinik
Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai meliputi:
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai kebutuhan. Pemilihannya
berdasarkan:
a) Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi
b) Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
telah ditetapkan
c) Pola penyakit
d) Efektifitas dan Keamanan
e) Pengobatan berbasis bukti
f) Mutu
g) Harga dan Ketersediaan di pasaran
2. Perencanaan kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat
jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-sadar perencanaan yang telah ditentukan antara
lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan :
a) Anggaran yang tersedia
5
b) Penetapan prioritas
c) Sisa persediaan
d) Data pemakaian periode yang lalu
e) Waktu tunggu pemesanan dan rencana pengembangan
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah,
dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai antara lain :
a) Bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisa
b) Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MDS)
c) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar
d) Masa kadaluarsa (expired date) minimal dua tahun kecuali untuk Sediaan
Farmasi, dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik.
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerajhan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan deangan baik.
5. Penyimpanan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian
(stabilitas, keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai). Metode
penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara
alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In
First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. PenyimpananSediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP yang penampilan dan penamaan yang mirip
(LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi
penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan
6
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat
penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu,
stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
7. Pemusnahan dan penarikan
Penarikan sediaan Farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang- undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala
BPOM. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
8. Pengendalian
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan
Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit. Tujuan pengendalian persediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk :
a) Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit
b) Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluarsa dan kehilangan serta
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
7
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan intruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi obat bertujuan
untuk mencegah terjadinya informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di Rumah Sakit dan pihak lain diluar Rumah Sakit.
d. Rekonsiliasi Obat
kesalahan obat seperti obat tidak diberikan, kesalahan dosis, dan
memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien.
Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan juga memiliki
bagian-bagian fungsi sendiri, meliputi:
1) Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga
6) Memberi konseling kepada pasien atau keluarga
7) Melakukan pencampuran obat suntik
8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
9) Melakukan penanganan obat kanker
10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
11) Melakukan pencatatan dan pelaporan disetiap kegiatan
Rumah Sakit Era Medika pada awalnya adalah Laboratorium Klinik yang didirikan
oleh dr. Aries Rudiyanto dan dr. Erawati pada tahun 1999, kemudian pada tahun 2000
mendirikan Apotik Ngunut Farma dan pada tahun yang sama dibangun sebuah Balai
Pengobatan dan Rumah Bersalin (BPRB) / BKIA dr. Erawati yang merupakan cikal bakal
Rumah Sakit Era Medika dan mulai dioperasikan pada 2 Februari 2001.
RS Era Medika merupakan salah satu rumah sakit swasta dari 13 rumah sakit yang
berada di wilayah Tulungagung. Rumah sakit Era Medika dikelola dibawah nauangan PT Era
Medika yang berada di Kec. Ngunut Kab Tulungagung, dan merupakan rumah sakit yang
berstatus rumah sakit umum yang telah terakreditasi dengan lulus predikat Tingkat
Paripurna. Rumah Sakit Era Medika juga merupakan salah satu rumah sakit tipe C yang
memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang didukung oleh layanan dokter spesialis
serta ditunjang dengan fasilitas medis lainnya.
c) Mengutamakan etika & profesionalisme di dalam lingkungan kerja yang ramah bagi
pasien.
d) Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi pasien
e) Membina hubungan yang baik dan ikut berkontribusi bersama masyarakat.
B. Pembagian Shift
Pembagian Shift Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini berlangsung selama 1 bulan di
mulai tanggal 8 Januari s.d 3 Februari 2024. Praktik Kerja Lapangan (PKL) memiliki jadwal
yang berbeda beda, dengan pembagian shift sebagai berikut:
1. Shift Pagi : Pukul 07.00 – 14.00 WIB
2. Shift Sore : Pukul 14.00 – 21.00 WIB
3. Shift Malam : Pukul 21.00 – 07.00 WIB
13
4) Ruang Bersalin
5) Ruang Operasi
6) Rehabilitasi Medik
7) Bidan dan Perawat
8) Dokter Umum
NO KELAS JUMLAH
1. VVIP/Super VVIP 5
2. VIP 7
3. Kelas I 12
4. Kelas II 14
5. Kelas III 53
6. ICU 4
7. Isolasi 2
8. Isolasi Tanpa Tekanan Negatif 4
15
2.2.8. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi di RS Era Medika
Gudang Farmasi
Nurul Istikomah & Octaviani Puji Astutik
16
BAB III
PEMBAHASAN
Melakukan pengambilan obat sesuai resep dari dokter kemudian obat diberi etiket
yang bertujuan untuk mengetahui aturan pakai obat. Ada 2 macam etiket yaitu etiket
putih dan etiket biru. Etiket putih untuk pemakaian oral seperti sirup, puyer, tablet, dan
kapsul sedangkan etiket biru untuk pemakaian luar seperti bedak, salep, tetes mata dan
tetes telinga.
b) Meracik obat
Peracikan obat dilakukan ketika mendapat resep racikan, bisa dari tablet atau kapsul
yang dibuat menjadi kapsul lagi atau puyer (serbuk). Kegiataan ini membutuhkan waktu
yang lebih lama karena memerlukan ketelitian dalam pengambilan obat atau dalam
peracikan obatnya.
18
d) FIFO ( First In First Out) adalah cara penyimpanan obat dimana obat yang pertama
masuk, maka harus pertama dikeluarkan.
e) Penyimpanan obat High Alert
a. High alert medication disimpan di laci atau lemari di area yang terkunci dan
terpisah dari produk lain.
b. Setiap high alert medication diberikan label “High-Alert” yang berwarna merah
pada sisi depan kemasan tanpa menutupi informasi yang ada pada kemasan.
c. Setiap elektrolit konsentrat disimpan di farmasi, kecuali NaHCO3 8.4% di simpan
juga di ICU, dan UGD. MgSO4 ≥ 20% disimpan di farmasi, emergency kit di
UGD dan ruang bersalin.
d. Obat anestesi disimpan di tempat yang hanya bisa diakses oleh dokter, perawat
dan staf farmasi
e. Obat sitostatika, Insulin dan heparin hanya disimpan di farmasi atau di area yang
terkunci di mana obat diresepkan.
f. Dextrose ≥ 20% hanya disimpan di Farmasi, UGD, ICU dan troli emergensi.
g. Penyimpanan obat NORUM dipisahkan, tidak diletakkan bersebelahan, dan harus
diberikan label “LASA”.
f) Penyimpanan Obat LASA
a. Obat LASA disimpan sebagaimana obat lainnya yaitu berdasarkan dosis obat,
bentuk sediaan dan alfabetis namanya.
b. Obat LASA tidak boleh diletakkan berdekatan satu sama lain (diberi jarak 2 kotak
antar LASA setipe) dan harus diberi penandaan stiker LASA
g) Obat Narkotika dan Psikotropika disimpan di lemari khusus yang terbuat dari kayu,
lemari tersebut memiliki dua kunci berbeda, yang satu dibawa oleh apoteker dan yang
satu dibawa oleh tenaga teknik kefarmasian yang diberi wewenang oleh apoteker.
Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika di sembunyikan.
6. Pendistribusian
Pemusnahan di RSU Era Medika dilakukan setiap 1 tahun sekali setiap akhir tahun.
Dan untuk metode pemusnahan penarikan yang ada di Rumah Sakit Era Medika adalah
19
dengan pihak ke-3 (langsung dengan PT PRIA Putra Reatu Ibu Abadi).
8. Pengendalian
9. Administrasi
1. Pengkajian Resep
Pengkajian resep di RS Era Medika dilakukan sebelum resep dilayani. Pengkajian
resep harus sesuai persyaratan administrasi, farmasetik, dan klinis.
Persyaratan administrasi meliputi:
a) Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien
b) Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c) Tanggal Resep dan ruangan/unit asal Resep
Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Rumah Sakit Era Medika merupakan pembicaraan
satu arah yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat
mengenai penggunaan obat dengan baik kepada pasien. PIO dilakukan untuk pasien rawat
inap dan rawat jalan. Untuk pasien rawat jalan PIO diberikan saat apoteker sedang KIE
kepada pasien, sedangkan untuk pasien rawat inap PIO dilakukan saat visite apoteker ke
pasien.
5. Konseling
21
Konseling obat adalah suatu aktivitas tanya jawab atau wawancara antara apoteker dan
pasien, juga pemberian nasehat atau saran terkait terapi obat dari apoteker kepada pasien
dan/atau keluarganya.
6. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan apoteker kepada pasien jrawat inap bersama
dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Kegiatan ini dilakukan oleh Apoteker RSU Era
Medika setiap hari bersama dokter Rumah Sakit.
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien.
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat untuk menemukan Efek Samping
Obat (ESO) sedini mungkin, meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak
dikehendaki, dan mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan proses pemberian Obat
selama pasien dirawat di ruang rawat inap sampai dengan pasien pulang. Pelayanan farmasi
rawat inap di RS Era Medika menggunakan sistem ODD (One Daily Dose) yaitu
pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan Medis habis pakai berdasarkan
resep perorangan yang digunakan dalam 1 hari. Tujuan dari pelayanan farmasi rawat inap
dilakukan untuk melayani pasien selama menjalani proses pengobatan di Rumah Sakit.
Berikut adalah prosedur dari Pelayanan farmasi rawat inap di RS Era Medika :
a) Dokter menulis resep.
b) Resep pasien diantarkan oleh perawat yang bertugas ke Instalasi Farmasi.
c) Resep diterima oleh IFRS dan selanjutnya melakukan skrining resep meliputi skrining
administratif dan skrining farmasetik.
d) Kerjakan instruksi dokter yang tercantum pada resep, buat etiket, entry kan obat ke
komputer SIM Rumah Sakit.
e) Siapkan obat sesuai dengan resep dokter, tempelkan etiket obat yang dibuat. Lakukan
pencatatan dan prosedur administrasi lainnya sesuai dengan keperluan.
f) Skrining obat yang sudah selesai dikerjakan sebelum diserahkan kepada perawat.
g) Obat diserahkan kepada perawat yang bertugas. Lalu obat diserahkan ke pasien
22
MENYERAHKAN
PENYIAPAN
CPO/RESEP ENTRY RESEP
OBAT
RAWAT INAP
PENYERAHAN
PENGECEKAN
OBAT KE
OBAT
PERAWAT
2. Celecoxib 100 mg & 200 mg Meredakan nyeri & bengkak pada berbagai kondisi
7. Piracetam 400 mg & 800 mg Mengatasi masalah otak & gangguan syaraf
23
2) Srining Resep Sebanyak 3 Resep Per Hari
1. TREMENZA
Sesudah makan
24
(ISO HAL 415)
2. SANMOL
Efek samping : Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan
hati, reaksi hipersensitivitas.
Sesudah makan
Obat High Alert adalah obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan
terjadi kesalahan atau kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang berisiko tinggi
menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Obat yang tergolong
kewaspadaan tinggi adalah obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
(Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA),
elektrolit konsentrasi tinggi, obat-obat sitostatika serta obat yang digunakan di IGD
dan ICU.
2) Penyimpanan Obat High Alert
h. High alert medication disimpan di laci atau lemari di area yang terkunci dan
terpisah dari produk lain.
i. Setiap high alert medication diberikan label “High-Alert” yang berwarna merah
pada sisi depan kemasan tanpa menutupi informasi yang ada pada kemasan.
j. Setiap elektrolit konsentrat disimpan di farmasi, kecuali NaHCO3 8.4% di simpan
juga di ICU, dan UGD. MgSO4 ≥ 20% disimpan di farmasi, emergency kit di UGD
dan ruang bersalin.
25
k. Obat anestesi disimpan di tempat yang hanya bisa diakses oleh dokter, perawat dan
staf farmasi
l. Obat sitostatika, Insulin dan heparin hanya disimpan di farmasi atau di area yang
terkunci di mana obat diresepkan.
m. Dextrose ≥ 20% hanya disimpan di Farmasi, UGD, ICU dan troli emergensi.
n. Penyimpanan obat NORUM dipisahkan, tidak diletakkan bersebelahan, dan harus
diberikan label “LASA”.
NO NAMA OBAT
Notisil
1.
Pioglitazone 15 mg
2.
Tiaryt
3.
Atropin Sulfat
4.
Cordaron
5.
Dopamin Inj
6.
Lovenox 0,6
7.
Lidocain HCL
8.
Norephineprin
9.
Nicardipin
10.
2. Obat LASA
1) Pengertian Obat LASA (Look Alike Sound Alike)
Adalah obat-obatan yang memiliki nama, rupa, dan ucapan yang mirip dan perlu
diwaspadai agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan obat (Dispersing Error) oleh
apoteker.
2) Penyimpanan Obat LASA
c. Obat LASA disimpan sebagaimana obat lainnya yaitu berdasarkan dosis obat,
bentuk sediaan dan alfabetis namanya.
d. Obat LASA tidak boleh diletakkan berdekatan satu sama lain (diberi jarak 2 kotak
antar LASA setipe) dan harus diberi penandaan stiker LASA
26
NAMA OBAT NAMA OBAT LOOK ALIKE
TABLET
Amlodipine 5 mg Amlodipine 10 mg
Candesartan 8 mg Candesartan 16 mg
Captopril 12,5 mg Captopril 25 mg
Clindamicin 150 mg Clindamicin 300 mg
Glimepiride 2 mg Glimepiride 3 mg & 4 mg
Lisinopril 5 mg Lisinopril 10 mg
Meloxicam 7,5 mg Meloxicam 15 mg
Methylpredmisolon 4 mg Methylprednisolon 8 mg & 16 mg
Valsartan 80 mg Valsartan 160 mg
Flunarizine 5 mg Flunarizine 10 mg
INJEKSI
Cefotaxim Ceftriaxon
Citicolin Ondancentron 4 mg
Metocloperamide Lidocain
3. Skrining Resep
SKRINING ADMINISTRASI
PERSYARATAN FARMASETIK
Skrening Resep Ada/Tidak Keterangan
Flunarizine :Tablet
Bentuk Sediaan Ada
Mecobalamin : Tablet
Flunarizine :10 mg
Kekuatan Sediaan Ada
Mecobalamin : 500 mg
28
PERSYARATAN KLINIS
Flunarizine : Mengantuk,nafsu
makan berkurang
Efek samping Tidak
Mecobalamin : Anoreksia, mual atau
diare
Alergi Tidak -
1.FLUNARIZINE 10 MG
Kontra indikasi : Penderita dengan riwayat depresi mental, sindroma parkinson dan
gangguan akstra piramidal lain. Penderita yang sedang diobati B-
blocker.
Efek samping : Mengantuk, nafsu makan dan berat badan bertambah, gangguan
ekstrapiramidal depresi mental, mulut kering, dan galakton (jarang), saluran
cerna, insomnia, ansietas,nyeri otot, ruam kulit.
Dosis : Dosis max sehari 10 mg. Migrain profilaksis : Penderita <65 tahun, sehari
10 mg, malam hari, penderita >65 tahun, sehari 5 mg, bila terjadi efek
samping atau setelah 2 bulan pengobatan tidak ada perbaikan pemberian
obat harus dihentikan.
Sesudah makan
2. MECOBALAMIN
29
Indikasi : Neuropati Perifer dan anemia megaloblastik yang disebabkan kekurangan
CYANOCOBALAMIN.
Efek Samping : Gastrointestinal dengan gejala-gejala : anoreksia, mual atau diare dapat terjadi
dengan frekuensi yang jarang, Dermatologi, ruam pada kulit mungkin terjadi
tetapi jarang, Lain-lain : Penggunaan Mekobalamin jangka panjang dengan
dosis yang lebih besar tidak dianjurkan pada penderita yang pekerjaannya
berhubungan dengan merkuri atau senyawanya.
Dosis : 1 x sehari 1 tablet
Sesudah makan
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di RS Era Medika pada tanggal 08 Januari
sampai dengan tanggal 03 Februari 2024, di Instalasi Farmasi RS Era Medika sudah
melakukan alur pengelolaan perbekalan farmasi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 72 Tahun 2016. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Era Medika dapat
memberikan pelayanan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan yang meliputi
(Pasien BPJS dan Umum). Dapat memperoleh pengetahuan tentang jenis-jenis obat,
pelaksanaan farmasi klinis, dan bagamaina cara penyimpanan obat di Instalasi Farmasi RS Era
Medika berdasarkan bentuk sediaan, alfabetis, dan FIFO (First In First Out).
4.2 SARAN
31
DAFTAR PUSTAKA
Permenkes No.58. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 tahun 2014 tentang Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan
Permenkes No.72. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Permenkes No.72. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No.72 tahun 2016 tentang Rumah Sakit
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Undang – Undang RI No.44. 2009. Undang – Undang Republik Indonesia tentang Rumah Sakit.
Jakarta : Presiden Republik Indonesia
Depkes RI, 2003. Departemen Kesehatan Republik Indonesia tentang Budaya Hidup Bersih dan
Sehat Serta Kebersihan Lingkungan. Jakarta: Depkes RI
32
LAMPIRAN
33
Gambar 3. Resep OKT
34
Gambar 6. Etiket Obat Dalam
35
Gambar 9. Rak Sirup
36
Gambar 12. Obat di dalam Lemari Pendingin
37
Gambar 15. Almari Obat Narkotika dan Psikotropika
38
Gambar 17. Tas Emergency
39
Gambar 20. Copy Resep
40
Gambar 22. Lembar Penerimaan Barang Unit
41
Gambar 24. Kartu Stok Obat Umum
42