Disusun Oleh :
Elyawati P07131219011
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Studi Kelayakan Penerimaan Bahan
Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin ini tepat pada
waktunya.
Kami juga berterima kasih kepada Rusmini Yanti, SKM., MS, selaku Dosen
pembimbing Praktikum ini.
Pada laporan ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan, mengenai isi maupun
pemakaian bahasanya, sehingga kami memohon saran yang bersifat membangun untuk
penelitian selanjutnya. Mudah-mudahan proposal ini bermanfaat bagi para pembaca serta
menambah pengetahuan bagi kita semua, terutama bagi kami pribadi, dan kiranya Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia Nya kepada kita semua.
Aamiiin.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................……....1
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 4
3
2.14 Prinsip Hygiene Sanitasi.............................................................................................
..................................................................................................................................14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................
..............................................................................................................................................20
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
tercapainya tingkat kesehatan yang bersifat promotif dan preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
Melihat pertimbangan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 715/MENKES/SK/V/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi jasa boga yaitu
bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang dikelola usaha jasa
boga yang tidak memenuhi persyaratan hygiene sanitasi, agar tidak membahayakan
kesehatan, disempurnakan sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah.
Tujuan umum pembangunan kesehatan adalah mengusahakan kesempatan yang
lebih luas bagi setiap penduduk untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dengan mengusahakan pelayanan yang luas dan merata. Sistem
penyelenggaraan makanan merupakan program terpadu dan terintegrasi dan subsistemnya
adalah perencanaan anggaran belanja, perencanaan menu, perencanaan bahan makanan,
perencanaan sarana dan prasarana, pembelian bahan makanan, penerimaan bahan
makanan, penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan bahan
makanan, distribusi makanan, pencatatan dan pelaporan (Depkes, 2006 dalam
Kusumastuti, 2009).
Penyelenggaraan makanan merupakan suatu rangkaian kerja yang melibatkan
tenaga manusia, peralatan, material, dana, dan berbagai sumber daya lainnya. Tujuan dari
penyelenggaraan makanan untuk mendapatkan kualitas serta cita rasa makanan yang
disajikan dapat memuaskan konsumen dan dapat menekan biaya penyelenggaraan
makanan pada taraf yang wajar serta tidak mengurangi kualitas pelayanan (Rotua dan
Siregar, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2013) yang dimaksud penyelenggaraan makanan rumah
sakit adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan
bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan
dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta
evaluasi.
Tujuan penyelenggaraan makanan rumah sakit yaitu untuk menyediakan makanan
yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh
konsumen guna mencapai status gizi yang optimal (Kemenkes RI, 2013). Menurut Bakrie
(2018) tujuan penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah menyediakan makanan yang
sesuai dengan kebutuhan gizi pasien dalam upaya mempercepat penyembuhan penyakit
serta memperpendek masa rawat, menyediakan makanan bagi karyawan rumah sakit
6
untuk memenuhi kebutuhan gizi selama bertugas, dan mencapai efektifitas dan efisiensi
penggunaan biaya makanan secara maksimal.
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah konsumen atau pasien
maupun karyawan. Sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan
penyelenggaraan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga pasien). Dalam
penyelenggaraan makanan rumah sakit, standar masukan (input) meliputi biaya, tenaga,
sarana dan prasarana, metode, peralatan. Sedangkan standar proses meliputi penyusunan
anggaran belanja bahan makanan setahun, perencanaan menu, perencanaan kebutuhan
bahan makanan harian dan bulanan, pengadaan/pembelian, penerimaan dan penyimpanan
bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan makanan dan pendistribusian
makanan. Sedangkan standar keluaran (output) adalah mutu makanan dan kepuasan
konsumen. manajemen penyelenggaraan makanan berfungsi sebagai sistem dengan tujuan
untuk menghasilkan makanan yang berkualitas baik (Salmawati,2016).
Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah hasil analisis dan penjelasan kelayakan
dari segala aspek yang akan mendasari pendirian atau pengembangan suatu Rumah Sakit,
terkait dengan penentuan Rencana Kerja Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit yang baru
akan dilakukan maupun lanjutan dari yang sudah ada dalam melakukan rencana
pengembangan atau peningkatan kelas dari suatu Rumah Sakit.
Mutu dan keamanan suatu produk makanan sangat bergantung pada mutu dan
keamanan bahan baku yang digunakan (Kemenkes,2013). Kegiatan dalam
penyelenggaraan makanan yang berfungsi untuk mengontrol kualitas bahan makanan
adalah penerimaan bahan makanan.
Penerimaan bahan makanan merupakan salah satu bagian dari kegiatan
penyelenggaraan makanan di rumah sakit. Penerimaan bahan makanan adalah suatu
kegiatan yang meneliti, memeriksa, mencatat, serta melaporkan bahan makanan yang
diterima sesuai dengan daftar pesanan dan spesifikasi dalam surat kontrak (Surat
Perjanjian Jual Beli) baik dari segi macam, jumlah, kualitas bahan makanan serta waktu
penerimaannya (Permenkes, 2013).
Dalam melakukan kegiatan penerimaan bahan makanan harus sesuai dengan
prinsip yang ada yaitu harga bahan makanan yang tercatat dalam faktur pembelian harus
sesuai dengan harga bahan makanan yang tercantum dalam penawaran bahan makanan.
Mutu dan jumlah bahan makanan yang diterima harus sama dengan spesifikasi bahan
makanan yang diminta pada saat kontrak pengertian bahan makanan dan harus sama
7
dengan jumlah bahan makanan yang ditulis dalam faktur pembelian atau sesuai dengan
daftar permintaan institusi (Bakri, dkk., 2018).
Sebagian besar proses kegiatan penerimaan bahan makanan yang ada di RSUD
yaitu memeriksa, meneliti, mencatat, memutuskan, dan melaporkan waktu penerimaan,
macam jumlah, serta spesifikasinya menurut permintaan/pesanan.
Penerimaan bahan makanan merupakan bagian penting dalam menyelenggarakan
makanan di RSUD Ulin Banjarmasin karena pada saat penerimaan bahan makanan harus
sangat diperhatikan untuk mengetahui mutu makanan dan bahan makanan yang kita pesan
sesuai dengan bahan makanan yang kita terima. Dari permasalahan tersebut dalam
penelitian ini kami akan melihat gambaran kegiatan penerimaan bahan makanan di RSUD
Ulin Banjarmasin.
8
h. Untuk mengetahui bagaimana pelaporan penerimaan bahan makanan di RSUD
Ulin Banjarmasin
i. Untuk mengetahui alur dalam penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin
j. Untuk mengetahui syarat petugas penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin
k. Untuk mengetahui tugas pokok dari penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin
l. Untuk mengetahui prinsip hygiene sanitasi pada ruang penerimaan dan
tenaga/karyawan di ruang penerimaan bahan makanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
pencatatan, pelaporan, dan evaluasi. Penyelenggaraan makan di RS dilaksanakan dengan
tujuan untuk menyediakan makanan yang berkualitas baik dan jumlahnya yang sesuai
dengan kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien atau klien yang
membutuhkannya (Aritonang, 2012).
Sasaran penyelenggaraan makanan dirumah sakit adalah pasien. Sesuai dengan
kondisi Rumah Sakit dapat juga dilakukan penyelenggaraan bagi pengunjung (pasien
rawat jalan atau keluarga pasien). Pemberian makanan yang memenuhi gizi seimbang
serta habis termakan merupakan salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan
memperpendek hari rawat inap. (PGRS, 2006)
Pelayanan makanan juga merupakan komponen yang cukup besar dalam
pembiayaan rumah sakit sehingga perlu dikelola secara baik agar bermanfaat secara
berdaya guna dan berhasil guna adanya perubahan orientasi nilai dan perkembangan
pemikiran yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mengakibatkan suatu rumah sakit sebagaiindustri pelayanan jasa dituntut dapat
memberikan kepuasan pelanggan atau pasiennya.
10
2.2 Pengertian Penerimaan Bahan Makanan
Penerimaan bahan makanan merupakan suatu kegiatan yang meliputi memeriksa,
meneliti, mencatat, memutuskan, dan melaporkan tentang macam dan jumlah bahan
makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan, serta waktu
penerimaannya. Tujuannya agar diterimanya bahan makanan sesuai dengan daftar
pesanan, waktu pesan, dan spesifikasi yang ditetapkan.
Penerimaan bahan makanan merupakan salah satu bagian dari kegiatan
penyelenggaraan makanan di rumah sakit. Penerimaan bahan makanan adalah suatu
kegiatan yang meneliti, memeriksa, mencatat, serta melaporkan bahan makanan yang
diterima sesuai dengan daftar pesanan dan spesifikasi dalam surat kontrak (Surat
Perjanjian Jual Beli) baik dari segi macam, jumlah, kualitas bahan makanan serta waktu
penerimaannya (Permenkes, 2013).
11
2.5 Syarat Penerimaan Bahan Makanan
Berikut syarat-syarat penerimaan bahan makanan :
a. Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan jumlah
bahan makanan yang akan diterima
b. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan.
12
penerimaan idealnya harus dekat dengan pintu pengiriman bahan makanan. (Nursiah
Mukrie,1990).
13
Diterima dan diperiksa oleh :
14
2.11 Alur Penerimaan Bahan Makanan
Bahan Makanan datang dari Rekanan
Sesuai Spesifikasi
Di timbang
Di simpan
15
d. Untuk memeriksa mutu bahan makanan digunakan. Standard Purchase
Specification (SPS), yaitu standar yang telah disepakati oleh pihak pembeli dan
penjual yang memuat kesepakatan tentang karakteristik bahan yang dipesan,
misalnya, jenis ukuran, berat, warna, serta bentuknya.
16
b. Dinding
Dinding dapur sebainya dibuat dari bahan yang tahan panas dan dilapisi
dengan keramik agar mudah membersihkannya. Sesuai denagan keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1098/Menkes/
SK/ VII/ 2003, bahwa:
i. Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering / tidak menyerap air
dan mudah dibersihkan.
ii. Bila permukaan dinding kena percikan air maka setinggi 2 (dua) meter
dari lantai dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak
menahan debu dan berwarna terang.
iii. Dinding harus dapat memantulkan cahaya yang cukup bagi ruangan.
Semua kabel dan pipa atau instalasi pipa uap harus berada dalam
keadaan terbungkus atau tertanam dalam instalai atau dinding.
c. Ventilasi
Ventilasi terbagi dua, yaitu ventilasi alami dan buatan. Ventilasi terbagi
dua, yaitu ventilasi alami dan ventilasi buatan. Ventilasi alami yaitu aliran udara
yang masuk melalui pintu, jendela ataupun lubang angin yang sengaja dibuat.
Ventilasi buatan yaitu dengan menggunakan alat khusus untuk
mengalirkan udara, seperti kipas angin, mesin penghisap dan AC (air
contidion)”. Selain itu, ventilasi juga harus dilapisi dengan kawat kasa agar
makanan yang dihasilkan terhindar dari gangguan binatang serangga yang dapat
menularkan bibit dan kumanpenyakit.
Ventilasi harus cukup sehingga dapat mengeluarkan asap, baumakanan,
bau uap lemak, bau air, dan panas. Untuk itu dapat digunakan “exhause fan” pada
tempat – tempat tertentu. Ventilasi harus dapat mengatur pergantian udara
sehingga ruangan tidak terasa panas, tidak terjadi kondensasi uap air atau lemak
pada lantai, dinding dan langit - langit. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1098/ Menkes/SK/ VII/ 2003, persyaratan ventilasi adalah sebagai
berikut:
i. Bagunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi
dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman.
ii. Sejauh mungkin ventilasi harus cukup (+ 20% dari luas lantai), untuk :
a) mencegah udara dalam ruangan terlalu panas, b) mencegah
17
terjadinya kondensasi uap air atau lemak pada lantai, diding atau
langit-langit.
iii. Membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan.
d. Pencahayaan
Cahaya yang baik sangat penting bagi penyelengaraan makanan. Ada dua
bentuk pencahayaan, yaitu cahaya yang berasal dari matahari dan cahaya buatan
yang berasal dari energy listrik. Sesuai dengan Keputusa Menteri Kesehatan
RI Nomor 715/ Menkes/ Sk/ V/ 2003, bahwa :
a. Intensitas cahaya harus cukup untuk mendapatkan pemeriksaan dan
pembersihan serta melakukan pekerjaan secra efektif.
b. Di setiap ruangan tempat pengolahan makanan dan tempat mencuci
tangan, intensitas pencahayaan sedikitnya 200 lux pada titik 90cm dari
lantai.
c. Semua pncahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya
tidak menimbulkan bayangan.
d. Cahaya terang dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle
meter).
e. Plafon
Langit-langit sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan
memiliki bidang permukaan yang rata. Persyratan langit- langit berdasarkan
keputusan Menteri Kesehatan Republi Indonesia nomor 098/ Menkes/ SK/ VII/
2003, bahwa : “a) Bidang langit-langit harus mentupi atap bangunan, b)
Permukaan langit-langit rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan, c) Tinggi
langit-langit tidak kurang dari 2,4 meter di atas lantai dan tidak terdapat lubang”.
Langit-langit harus tertutup, dilengkapi dengan bahan peredam suara untuk
bagian tertentu dan disediakan cerobong asap. Langit-langit dapat diberi warna
agar serasi dengan warna dinding. Jarak antara lantai dengan langit-langit harus
tinggi agar udara panas dapat bersirkulasi dengan baik. Cara membersihkannya
adalah dengan menggunakan sikat bulat bertangkai panjang pembersihannya
dilakukan satu kali dalam sebulan dimana pada saat kegiatan di dapur tidak
beroperasi.
2.14.2 Prinsip Hygiene Sanitasi pada Tenaga/Karyawan di Ruang Penerimaan Bahan
Makanan
a. Jari dan Tangan
18
Tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang vital untuk mengerjakan
sesuatu dalam penyelenggaraan makanan. Melalui tangan juga makanan banyak
terkontaminasi, karena tangan merupakan jembatan yang memindahkan bakteri
kepada makanan, oleh karena itu kebersihan tangan dan jari tangan perlu
mendapatkan prioritas yang tinggi.
Penyelenggara makanan yang menderita luka ditangan tetapi tidak infeksi
diperbolehkan bekerja tetapi harus mengenakan sarung tangan karet (hand glove)
dan jika bekerja mengunakan tangan dalam mengolah suatu bahan makanan
langsung juga diharapkan untuk menggunakan sarung tangan karena kulit
manusia tidak pernah bebas dari bakteri, bahkan kulit yang bersihpun masih
membawa bakteri. Akan tetapi, bila kulit tidak bersih, maka jumlah dan macam
organisme akan lebih banyak.
Dalam proses distribusi makanan, personal hygiene juga perlu dijaga
dengan mencuci tangan sebelum membagikan makanan. Untuk meningkatkan
kesehatan, digunakan sarung tangan bila mengambil makanan menggunkan
tangan langsung. Sarung tangan digunakan hanya sekali pakai saja karena sarung
tangan yang dipakai akan kotor dan mungkin mengalami kerusakan sehingga
terjadi kontak antara bagian luar dan bagian dalam sarung tangan itu. Sarung
tangan yang digunakan untuk membagikan makanan pada instalasi gizi terbuat
dari bahan plastik yang cukup tebal sehingga tidak mudah sobek saat digunakan
dan kesehatan saat membagikan makanan dapat terjamin. petugas yang
menyelenggarakan makanan juga harus melaksanakan hal– hal yang perlu
diperhatikan sebagai berikut :
1. Kuku dipotong pendek, sebab dalam kuku akan terkumpul kotoran yang
menjadi sumber kuman penyakit yang mencemari makanan.
2. Cincin, karena bakteri-bakteri yang tertinggal di cincin tidak mungkin dapat
dibersihkan saat bekerja.
3. Jam tangan, karena akan uap yang dihasilkan oleh panas makanan akan
bercampur dengan bahan stainless jam dan akan mengakibatkan
kontaminasi pada makanan yang sedang diolah.
4. Tangan yang terluka harus ditutup atau dibalut dengan bahan steril dan
sebaiknya jangan menyentuh makanan.
5. Jangan meraba-meraba hidung, mulut, rambut dan bagian tubuh lainya
selama mengolah makanan.
19
b. Kepala dan Rambut
Penjamah makanan pria diwajibkan memakai topi atau penutup kepala agar
rambut rontok tidak jatuh dan berterbangan ke makanan yang sedang diolah.
penjamah makanan pria perlu memperhatikan kesehatan, maka dari itu juru
masak harus memperhatikan hal sebgai berikut : “1) Jangan berambut panjang,
karena rambut panjang tampaknya tidak rapi dan sulit dijaga kebersihannya. 2)
Rambut perlu dikeramas setiap hari. 3) Topi harus selalu dipakai pada waktu
bekerja agar rambut tidak terjatuh kedalam makanan”.
Penjamah makanan wanita dapat menggunakan penutup kepala berupa
jilbab atau topi yang dapat menutupi seluruh rambut atau dapat juga
menggunakan harnet. Penjamah makanan mengunakan masker untuk menutupi
mulut dan hidung pada saat melakukan pekerjaan untuk mencegah penularan
penyakit infeksi saluran pernapasan yang dapat menular kepada orang lain
melalui makanan yang diolah. Orang sehat pun sebetulnya masih membawa
milyaran mikroorganisme di dalam mulut dan hidung. Akan tetapi kebanyakan
mikroorganisme ini tidak berbahaya, meskipun ada pula beberapa jenis bakteri
yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia.
c. Pakaian Pelaksana Gizi
Pakaian yang digunakan pelaksana gizi di dalam instalasi gizi harus pakaian
khusus. Pakaian di dapur dipilih yang dapat melindungi tubuh pada waktu
memasak, mudah dicuci, berwarna terang (umumnya berwarna putih), pakaian
tersebut dari bahan yang kuat dan dapat menyerap keringat. pakaian ini
dilengkapi dengan celemek yaitu pakaian pelindung tubuh yang biasanya di kenal
dengan sebutan epron. Pada pakaian kerja ini biasanya dibagian tangan kanan
terdapat sebuah kantong yang berfungsi sebagai tempat pisau kecil, sedangkan di
pakaian pelindung (Epron), kantong berfungsi sebagai tempat penyimpan sendok
cicip atau tempat napkin kecil.
d. Sepatu Kerja Pelaksana Gizi
Salah satu yang penting diperhatiakan oleh penjamah makanan adalah
pengunaan sepatu. Sepatu kerja yang digunakan untuk bekerja di dapur
hendaknya berbahan dasar kulit atau karet. Hal ini untuk
menghindarkan kecelakaan kerja, seperti terjatuh akibat lantai yang licin.
Bagi petugas wanita, mengunkan sepatu hak tinggi maksimal 3 cm dari dasar
sepatu. “a) pengunaan sepatu dengan ukuran yang sesuai dan bertumit rendah.
20
agar tidak licin, ringan dan enak dipakai selama bekerja. b) mengunakan kaos
kaki yang diganti setiap hari. c) kuku jari kaki harus dipotong pendek”.
21
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Alat Penerimaan Bahan Makanan
No Nama Gambar
2. Meja kerja
22
4. Timbangan biasa
5. Baskom stainless
6. Tempat sayur
7. Tampah besar
23
8. Tempat pencucian bahan makanan
9. Rak
24
11. Lemari snack
12. Keranjang
25
2. Lakukan penimbangan, perhitungan sesuai jumlah dalam surat Permintaan
(SP) dan menilai kualitas bahan makanan sesuai spesifikasi.
3. Kembalikan bahan makanan yang tidak sesuai dengan penerimaan.
Spesifikasi
4. Jika ada kekurangan bahan akan langsung diminta kepada pihak penyedia
bahan, dan jika penyedia tidak mampu memenuhi ahli gizi akan mencari
langsung barang yang di butuhkan.
5. Salurkan bahan makanan :
a. Sayur ke persiapan sayur
b. Buah ke persiapan buah
c. Bumbu ke persiapan bumbu
6. Lakukan pencatatan penerimaan bahan Makanan.
Standar Prosedur Penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin Banjarmasin ini
sudah sesuai dengan Standar penerimaan bahan makanan dari Pedoman Pelayanan
Gizi Rumah Sakit (PGRS). Standar menurut PGRS ialah :
a. Bahan makanan diperiksa, sesuai dengan pesanan dan ketentuan
spesifikasi bahan makanan yang dipesan.
b. Bahan Makanan di kirim kegudang penyimpananan sesuai dengan
jenis barang atau dapat langsung ketempat pengolahan Makanan
(PGRS, 2013)
3.4 Syarat Penerimaan Bahan Makanan
Syarat penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin Banjarmasin sudah sesuai
dengan kriteria yaitu :
a. Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan jumlah
bahan makanan yang akan diterima
b. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan
3.5 Etika Penerimaan Bahan Makanan
a. Bertanggung jawab
b. Mengambil keputusan dengan tepat, cepat dan teliti
c. Mempunyai keahlian memilih dan menilai spesifikasi bahan makanan yang
baik
d. Jujur
e. Ramah
3.6 Letak Ruang Penerimaan Bahan Makanan
26
Letak ruang dalam penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin Banjarmasin
yaitu terletak di gedung instalasi gizi bagian belakang, ruang penerimaan
bersebelahan dengan ruang persiapan, gudang kering dan gudang basah. Letaknya
dapat dicapai dengan kendaraan, ruangan cukup luas untuk memeriksa bahan
makanan yang diterima serta dilengkapi dengan timbangan sejajar dengan lantai,
kereta pengangkut bahan makanan, meja kerja, dan beberapa kontainer yang
dianggap perlu, sesuai dengan kemampuan volume bahan makanan yang diterima.
Lantai memiliki permukaan yang rata dan tata letak lantai 10 cm. Ruangan jarak
penerimaan dekat dengan pintu pangiriman bahan makanan.
3.7 Pencatatan Penerimaan Bahan Makanan
Pencatatan penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin Banjarmasin yaitu
setiap petugas sudah mempunyai catatan laporan harian, bahan makanan dibeli
sesuai dengan kebutuhan, setiap hari datang, dan setiap hari juga bahan makanan
itu habis petugas mencatat bahan makanan yang akan diterima secara teliti,
sisitematik dan teratur karena hal tersebut menjadi salah satu faktor penting sebagai
dokumentasi tertulis mengenai jumlah dan mutu bahan makanan yang diterima.
3.8 Pengawasan Penerimaan Bahan Makanan
Kegiatan pengawasan di bagian penerimaan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin sudah sesuai dengan teori yaitu :
a. Bahan dari luar di inspeksi untuk menjaga kebersihan, bebas bau, tidak
terkontaminasi
b. Bahan-bahan yang tidak sesuai harus segera di retour kepada pengirimnya.
c. Kedatangan pengiriman bahan harus diketahui terlebih dahulu, perjanjian harus
dibuat dengan seksama sebelumnya.
Pada poin b, bahan yang tidak sesuai spesifikasi akan segera dikembalikan
kepada rekanan. Untuk bahan makanan basah yang dikembalikan akan diantar
kembali oleh rekanan di hari yang sama. Dan untuk bahan makanan kering bisa
dikembalikan hari itu juga atau paling lambat keesokan harinya.
Untuk poin c, di antara rekanan dan petugas sudah memiliki perjanjian untuk
pengiriman. Penerimaan dilakukan di ruang penerimaan yang terletak di belakang
Instalasi Gizi RSUD Ulin Banjarmasin pada pagi hari mulai pukul 07.00 WITA
sampai pukul 10.00 WITA. Bahan makanan sayur mayur dan lauk nabati waktu
penerimaannya pada pukul 07.00 WITA, lauk hewani diterima pada pukul 08.00
WITA dan penerimaan untuk buah pada pukul 09.00 WITA. Akan tetapi saat
27
dilakukannya kunjungan ini, rekanan datang lebih cepat dari jadwal yang sudah
disepakati. Seperti sayur mayur dan lauk nabati datang pada pukul 6.42 pagi, dan
lauk hewani datang pada pukul 7.30 pagi.
Untuk bahan makanan basah penerimaan dilakukan setiap hari dan hanya satu
kali saja, bahan makanan basah ini untuk pemasakan makan siang, makan sore dan
makan pagi besok harinya. Sedangkan bahan makanan kering dilakukan
penerimaan sebulan sekali yaitu tepat pada awal bulan, tetapi jika ada kekurangan
maka petugas langsung melakukan pemesanan tanpa harus menunggu satu bulan.
Tetapi saat kami melakukan pengamatan di RSUD Ulin Banjarmasin tidak ada
penerimaan bahan makanan kering datang, karena pemesanan dan penerimaan
dilakukan setiap satu bulan sekali.
28
kemasan)
Sesuai spesifikasi
29
Lantai Lantai ruang penerimaan
di RSUD Ulin
Banjarmasin terbuat dari
semen dan dilapisi
karpet anti licin dan
mudah dibersihkan.
Dinding Tembok yang mudah
dibersihkan
30
b. Memeriksa kembali bahan makanan yang sudah di beli
c. Menimbang kembali bahan makanan yang sudah di beli
d. Menyortir bahan makanan yang sudah di timbang sesuai dengan spesifikasi
e. Mencatat semua bahan makanan yang diterima
f. Membuat berita acara penerimaan bahan makanan
g. Bahan makanan yang sudah di sortir dikirim ke ruang persiapan dan
penyimpanan
3.13 Prinsip Hygiene Sanitasi
Prinsip hygiene dan sanitasi untuk penerimaan di RSUD Ulin Banjarmasin
belum mengkhususkan untuk menggunakan tahapan hygiene seperti menggunakan
sarung tangan, masker, dan lain-lain karena belum ada titik kritis yang
memungkinkan untuk timbulnya suatu penyakit karena masih ada tahapan-tahapan
selanjutnya. Untuk itu di bagian persiapan mulai menggunakan sarung tangan,
masker, celemek, dan lain-lain.
4.13.1 Prinsip Hygiene Sanitasi pada Ruang Penerimaan Bahan Makanan
31
Tempat sampah Di ruang penerimaan terdapat
tempat sampah yang di lapisi
a. Lantai
plastik sampah
Lantai ruang penerimaan di RSUD Ulin Banjarmasin terbuat dari semen yang
di lapisi karpet anti licin, fungsinya agar lantai mudah dibersihkan dan tidak
membahayakan pekerja/petugas penerimaan.
32
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/
Menkes/ SK/VII/ 2003, “permukaan lantai rapat air dan halus, kelandaian cukup,
tidak licin dan mudah dibersihkan”.
b. Dinding
Dinding ruang penerimaan di RSUD Ulin Banjarmasin sudah sesuai dengan
keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/Menkes/SK/VII/2003, yaitu :
i. Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering / tidak menyerap air
dan mudah dibersihkan.
ii. Bila permukaan dinding kena percikan air maka setinggi 2 (dua) meter
dari lantai dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak
menahan debu dan berwarna terang.
iii. Dinding harus dapat memantulkan cahaya yang cukup bagi ruangan.
Semua kabel dan pipa atau instalasi pipa uap harus berada dalam
keadaan terbungkus atau tertanam dalam instalai atau dinding.
c. Ventilasi
Ventilasi di ruang penerimaan di RSUD Ulin Banjarmasin itu berupa kaca
sejenis jendela yang bisa dibuka dan ditutup, sehingga dapat mengeluarkan asap,
bau makanan, bau uap lemak, bau air, dan panas. Untuk itu dapat digunakan
“exhause fan” pada tempat–tempat tertentu. Ventilasi harus dapat mengatur
pergantian udara sehingga ruangan itu tidak terasa panas, tidak terjadi kondensasi
uap air atau lemak pada lantai, dinding dan langit - langit.
d. Pencahayaan
Pencahayaan di ruang penerimaan di RSUD Ulin Banjarmasin sudah cukup
yaitu berasal dari lampu dan cahaya matahari. Cahaya yang baik sangat penting
bagi penyelengaraan makanan. Ada dua bentuk pencahayaan, yaitu cahaya yang
berasal dari matahari dan cahaya buatan yang berasal dari energy listrik.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 715/ Menkes/ Sk/ V/
2003, bahwa :
e. Intensitas cahaya harus cukup untuk mendapatkan pemeriksaan dan
pembersihan serta melakukan pekerjaan secra efektif.
f. Di setiap ruangan tempat pengolahan makanan dan tempat mencuci
tangan, intensitas pencahayaan sedikitnya 200 lux pada titik 90 cm dari
lantai.
33
g. Semua pncahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya
tidak menimbulkan bayangan.
h. Cahaya terang dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle
meter).
e. Plafon
Langit-langit di ruang penerimaan di RSUD Ulin Banjarmasin terbuat dari
bahan yang mudah dibersihkan dan memiliki bidang permukaan yang rata.
Persyratan langit- langit berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republi
Indonesia nomor 098/ Menkes/ SK/ VII/ 2003, bahwa : “a) Bidang langit-langit
harus mentupi atap bangunan, b) Permukaan langit-langit rata, berwarna terang
dan mudah dibersihkan, c) Tinggi langit-langit tidak kurang dari 2,4 meter di atas
lantai dan tidak terdapat lubang”.
34
Pakaian yang digunakan
Pakaian Pelaksana petugas penerimaan adalah
Gizi pakaian dinas yang berwarna
putih.
Petugas penerimaan
Sepatu Kerja
menggunakan sandal jepit
Pelaksana Gizi
karet dan kaos kaki.
35
4. Tangan yang terluka harus ditutup atau dibalut dengan bahan steril dan sebaiknya
jangan menyentuh makanan.
5. Jangan meraba-meraba hidung, mulut, rambut dan bagian tubuh lainya selama
mengolah makanan.
36
KESIMPULAN
Secara umum, proses penerimaan, alur, syarat, etika, hygiene sanitasi, tata ruang,
pencatatan, pengawasan, serta pelaporan penerimaan bahan makanan yang diselenggarakan
di Instalasi Gizi Rumah Sakit Ulin Banjarmasin telah sesuai dengan teori maupun buku
PGRS, 2013 yang menjadi landasan atau perbandingan dalam penulisan laporan studi
kelayakan ini. Hanya saja pada syarat petugas instalasi gizi di rumah sakit ulin masih belum
ada syarat khusus petugasnya sehingga masih belum memenuhi standar.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
Salmawati, temu. 2006. Penyelenggaraan makanan, tingkat kecukupan dan status gizi
penderita skizofrenia di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Bogor : Institut
Pertanian Bogor
Widyati, Retno.2002. Higiene & Sanitasi Umum dan Perhotelan. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
39
LAMPIRAN
Dokumentasi Kunjungan
40
Penerimaan snack Ruang Penerimaan BM
41