SKRIPSI
Oleh
Indah Purba
141101037
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Usia 0-6 Bulan 0-
arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
terhormat:
2. Ibu Sri Eka Wahyuni S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas
3. Ibu Cholina T. Siregar S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil Dekan II
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Wakil Dekan III
iv
9. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah
10. Para staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang
11. Kepada kedua orang tua saya Ayahanda Jufri Purba dan ibunda Firmayani
Sinaga dan kakak saya Fitri Purba yang telah memberikan do’a, nasehat,
ini.
13. Sahabat-sahabat saya Febriani, Pipin, Indri, Fitri, yang telah memberikan
14. Teman satu dosen pembimbing saya Selly Vera dan Nurul Atiqah, yang
Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, semoga Allah SWT yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan
kasih karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan Ilmu Pengetahuan
khususnya profesi Keperawatan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini
Penulis
vi
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................ i
Halaman Pernyataan Orisinalitas ................................................................... ii
Halaman Pengesahan Hasil Sidang Skripsi..................................................... iii
Prakata ............................................................................................................. iv
Daftar Isi.......................................................................................................... vii
Daftar Skema................................................................................................... ix
Daftar Tabel..................................................................................................... x
Abstrak ........................................................................................................... xi
vii
viii
Halaman
ix
Halaman
Tabel 3.1 Defenisi Operasional ......................................................... 33
Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden di wilayah kerja
Puskesmas Tapian Dolok .................................................. 41
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pemberian MP-ASI di wilayah
kerja Puskesmas Tapian Dolok ......................................... 42
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu dalam Pemberian
MP-ASI Kepada Bayi ....................................................... 43
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Ibu dalam
Pemberian MP-ASI Kepada Bayi ..................................... 44
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu dalam Pemberian MP-
ASI Kepada Bayi............................................................... 44
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Ibu dalam
Pemberian MP-ASI Kepada Bayi ..................................... 45
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tradisi Keluarga Ibu dalam
Pemberian MP-ASI Kepada Bayi ..................................... 45
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kategori Tradisi Ibu dalam
Pemberian MP-ASI Kepada Bayi ..................................... 46
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami dalam Pemberian
MP-ASI Kepada Bayi ....................................................... 47
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Kategori Dukungan Suami Kepada
Ibu dalam Pemberian MP-ASI Kepada Bayi .................... 45
ABSTRAK
xi
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan paling ideal baik secara fisiologis
maupun secara biologis untuk diberikan kepada bayi diawal kehidupannya, ASI
sanggup memenuhi kebutuhan gizi seorang bayi untuk masa hidup 4-6 bulan
pertama. Anak yang minum ASI akan menghisap ASI dalam jumlah serta
mungkin diberi ASI atau disusukan setelah lahir, kemudian dilanjutkan dengan
pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, selanjutnya pemberian ASI
makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi
atau anak yang berusia lebih dari 6 bulan guna memenuhi kebutuhan zat gizi
selain dari ASI. Hal ini dikarenakan ASI hanya mampu memenuhi duapertiga
kebutuhan bayi pada usia 6-9 bulan, dan pada usia 9-12 bulan memenuhi setengah
Pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan hanya mencapai 40%
bayi di dunia, sedangkan 60% bayi lainnya ternyata telah mendapatkan MP-ASI
saat usianya dibawah 6 bulan. Hal ini menggambarkan bahwa pemberian ASI
negara masih tinggi (WHO, 2017). Pemberian ASI eksklusif kepada bayi di
negara berkembang cukup tinggi negara Kamboja tahun 2010 mencapai 74% dan
(SDKI) didapatkan cakupan ASI Ekslusif pada bayi di bawah 6 bulan pada tahun
2013 yaitu 42%. Untuk wilayah Provinsi Sumatera Utara cakupan ASI ekslusif
pemberian ASI ekslusif masih sangat jauh dari target nasional yaitu sebesar 85%
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan pada bulan Februari
tahun 2015, jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah 5.687 (39,8%) dari
20.297 bayi yang terdata dan pemberian MP-ASI kepada bayi usia 0-6 bulan yaitu
60,2%. Keadaan ini menunjukkan bahwa pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6
bulan masih tinggi. Data Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Tapian Dolok
bulan adalah 134 orang diantaranya memberikan ASI eksklusif sebanyak 49 orang
ini menunjukkan bahwa ibu lebih dominan memberikan MP-ASI sebelum bayi
berusia 6 bulan.
mengenal tanda bayi siap makan seperti kepala sudah tegak, duduk dengan
mencoba meraih makanan. Perilaku ibu memberikan MP-ASI dini dapat berupa
makanan padat seperti buah pisang yang dilumatkan. MP-ASI ini diberikan oleh
orang tua karena mereka berfikir bahwa kondisi bayi yang kecil dan kurus harus
banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek, dan panas dibandingkan bayi yang
hanya mendapatkan ASI eksklusif. Selain itu pemberian makanan padat secara
kali lebih sering terkena diare dibandingkan dengan bayi yang hanya diberikan
Bayi yang mendapat MP-ASI kurang dari empat bulan akan mengalami
risiko gizi kurang lima kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapatkan MP-
ASI pada umur empat-enam bulan setelah dikontrol oleh asupan energi. Jenis
risiko positif dengan faktor risiko negatif selama empat bulan dilaporkan bahwa
pemberian MP-SI terlalu dini (di bawah empat bulan) berpengaruh pada gangguan
Dampak negatif dari pemberian MP-ASI dini tersebut sesuai dengan riset
yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan
selama 21 bulan diketahui bahwa bayi ASI parsial lebih banyak yang terserang
diare, batuk-pilek, dan panas daripada bayi ASI predominan. Semakin bertambah
umur bayi, frekuensi terserang diare, batuk, pilek, dan panas semakin meningkat
(Anies, 2007). Salah satu faktor risiko yang menjadi penyebab utama kematian
pada anak mengalami diare yaitu 25,2% dan ISPA yaitu 15,5%. Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia menjelaskan bahwa anak mengalami penyakti diare dan
ISPA salah satu penyebabnya adalah pemberian MP-ASI dini (Permenkes RI.
2013).
Pemberian MP-ASI dini kepada bayi berkaitan dengan tradisi atau suku
bangsa. Ibu bersuku Melayu memberikan air tajin (air nasi) agar perkembangan
otak anak menjadi lebih bagus. Ibu bersuku Batak memberikan madu dan teh
manis, air tajin dan susu khusus BBLR bagi ibu dengan sosial ekonomi tinggi atas
dasar saran dari ketua adat dan dukun setempat. Sebagian besar ibu memberikan
madu dan teh manis dengan alasan madu dapat mempercepat pengeluaran lendir
ditenggorokan, dan adanya kepercayaan tutur kata anak menjadi baik saat dewasa.
Ibu bersuku Minang pada usia sebulan mempunyai kebiasaan memberikan bubur
tepung, bubur nasi dan pisang dan lain-lain bahkan ada pula yang memberikan
kesehatan agar ibu dan keluarga lebih memahami bahaya, dampak dan risiko
pemberian MP-ASI dini kepada bayi. Peran tenaga kesehatan sebagai pemberi
usia 0-6 bulan. Menurut teori Green (1980) menjelaskan bahwa perilaku
dan faktor pendorong (peraturan, tenaga kesehatan, dan dukungan keluarga). Oleh
karena itu upaya untuk mengubah perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI kepada
bayi usia 0-6 bulan tidak mudah untuk dilakukan. Perubahan perilaku yang tidak
didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi tidak akan bertahan lama
(Notoatmodjo, 2012).
pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan masih tinggi disebabkan oleh berbagai
dukungan suami, tradisi, Maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul tentang
ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tapian Dolok
Kabupaten Simalungun.
adalah sebagai berikut: “Bagaimana faktor predisposisi dan pendorong ibu dalam
pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tapian
1. Bagaimana faktor predisposisi ibu dalam pemberian MP-ASI oleh ibu kepada
2. Bagaimanan faktor pendorong ibu dalam pemberian MP-ASI kepada bayi usia
0-6 bulan?
makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
pada bayi usia 0-6 bulan yang telah diberikan makanan pendamping ASI.
TINJAUAN PUSTAKA
diberikan kepada bayi atau anak disampin ASI untuk memenuhi kebutuhan
gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan, dan merpakan makanan
harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksud
2009).
yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Pengenalan dan
memenuhi kebutuhan gizi bayi sebanyak 60% pada bayi usia 6-12 bulan. Sisanya
harus dipenuhi dengan makanan lain yang cukup jumlahnya dan baik gizinya.
Oleh sebab itu, pada usia 6 bulan ke atas bayi membutuhkan tambahan gizi lain
asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Proses ini
bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah
bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas
Pada enam bulan pertama kehidupan bayi, ASI saja cukup untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi bagi si buah hati. Setelah berusia di atas 6 bulan,
kebutuhan energi dan nutrisi bagi bayi. MP-ASI ini diberikan pada periode
pengetahuan orangtua yang baik mengenai makanan pendamping ASI karena jika
diberikan dengan jumlah, komposisi dan waktu yang tidak tepat dapat
MP-ASI dapat mulai diberikan jika bayi sudah menunjukkan tanda siap
makan. Kebanyakan bayi normal menunjukkan tanda–tanda siap makan pada usia
6 bulan. Tanda bayi siap makan, yaitu kepala sudah tegak, duduk dengan bantuan,
kalori dan zat gizi yang lebih sedikit dibandingkan semangkuk bubur kental untuk
volume yang sama. Tekstur makanan dinaikkan secara bertahap. Setelah bubur
saring, dapat dinaikkan menjadi bubur kasar tidak disaring, finger food, makanan
lunak dengan lauk cincang, dan terakhir makanan keluarga (Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2016).
sebagai berikut: a) Melengkapi zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi
energi dan protein yang tinggi, memiliki suplementasi yang baik yaitu
mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, dapat diterima
dengan baik oleh masyarakat, harganya relatif murah, sebaiknya dapat diproduksi
dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal, dan jenis MP-ASI disesuaikan
Adapun jenis dan bentuk MP-ASi yang diberikan kepada bayi yaitu:
1. Makanan utama, yaitu ASI dan susu formula sebagai pengganti ASI.
jenis makanan baru dan sebagai sumber vitamin. Berikan buah sesuai
kebutuhan bayi. Pada awal, biasanya yang bersifat air atau sari seperti : sari
jeruk, sari tomat, dan lainya yang bersifat tidak asam. Pada usia 6 bulan sudah
Kebanyakan bayi akan menyukai biskuit rasa manis tapi sebagian lagi akan
4. Kue atau makanan lain Pada usia sekitar 6 bulan jenis kue lain dapat diberikan
5. Bubur susu merupakan salah satu makanan pelengkap utama bayi dan
berperan sebagai sumber nutrisi, air, kalori, protein, sedikit lemak dan mineral.
Yang perlu diperhatikan adalah komposisi utamanya harus terdiri dari tepung,
6. Nasi tim sering diberikan pada bayi berusia 6 bulan sampai berusia 9 bulan.
Komposisi nasi tim terdiri dari beras atau kentang, protein dari hewan (hati
ayam, daging, telur, ikan tawar, ikan laut, udang). Sayuran yang diberikan
Menurut Depkes RI (2010) pemberian MP-ASI pada anak yang tepat dan
atau anak, terutama bila kontak dengan daging, telur, atau ikan mentah, dan
sebelum memberi makanan pada bayi atau anak. Selain itu, juga mencuci
2. Mencuci bahan makanan (sayuran, beras, ikan, daging, dan lain-lain) dengan
air mengalir sebelum diolah menjadi makanan yang akan diberikan kepada
4. Peralatan makan bayi atau anak, seperti mangkuk, sendok, dan cangkir, harus
berdasarkan tahapan usia anak dan jangan menyimpan makanan yang tidak
dihabiskan bayi atau anak. Ludah yang terbawa oleh sendok bayi atau anak
sebagai berikut:
yang tidak mendasar terhadap pemberian MP-ASI yang membuat para ibu tidak
melakukan pemberian ASI eksklusif kepada bayi mereka dalam periode 6 bulan
meliputi:
1. Rasa takut bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup dan atau kualitasnya
buruk. Hal ini diakaitkan dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang
terlihat encer dan menyerupai air. Ibu harus memahami bahwa perubahan pada
komposisi ASI akan terjadi ketika bayinya mulai menghisap putting mereka.
3. Teknik pemberian ASI yang salah. Jika bayi tidak digendong dan dipeluk
dengan posisi tepat, kemungkinan ibu akan mengalami nyeri, lecet pada
putting susu, pembekalan payudara dan mastitis karena bayi tidak mampu
meminum ASI secara efektif. Hal ini akana berakibat ibu menghentikan
pemberian ASI.
cairan seperti air teh dan air putih dapat meningkatkan risiko diare pada bayi.
Bayi akan mendapatkan ASI yang lebih rendah dan frekuensi menyusui yang
sayang bayi akan meningkatkan inisisasi dini ASI terhadap bayi. Sebaliknya
tidak adanya fasilitas rumah sakit dengan rawat gabung dan disediakannya
bahwa formula PASI lebih unggul daripada ASI sehingga ibu akan lebih
Kepercayaan atau mitos yang beredar atau sering terjadi dalam pemberian
1. Berikan sumber karbohidrat saja, tunda pemberian daging sampai usia 8-10
protein (daging, ayam, telur, dan ikan), sayuran, dan buah-buahan dapat
diberikan sejak usia 6 bulan. Penundaan pemberian ikan dan telur sampai usia
2. Hati merupakan organ yang pebuh racun, jangan diberikan pada bayi.
Fakta : Hati aman diberikan pada bayi, bahkan mengandung zat besi yang
Fakta : Bayi memiliki periode emas untuk belajar makan seperti belajar
Fakta : Di bawah usia 1 tahun, bayi sebaiknya diberikan gula dan garam
sesdikit mungkin. Bayi boleh diberikan gula dan garam jika dengan pemberian
gula dan garam dapat membuat bayi mau makan (Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2016).
pendamping ASI pada usia 4 bulan, dan hampir semua ibu-ibu sudah mulai
memberikan padat seperti nasi tim, biskuit, dll tanpa saran dari medis. Total dari
410 bayi, terdapat 34% bayi diberikan makanan pendamping ASI sebelum usia 6
Indonesia baru 14%, itupun diberikan hanya sampai bayi berusia empat bulan
(Wargiana, 2013).
dengan akibat produksi ASI berkurang. Selain itu pengenalan serelia dan sayur-
sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerpan zat besi dan ASI, walaupun
konsentrasi zat besi dalam ASI rendah, tetapi lebih mudah diserap oleh tubuh
bayi. Pemberian makanan dini seperti pisang, nasi didaerah pedesaan di Indonesia
terkena infeksi.
memberikan makanan adalah resiko utama dari pemberian makanan yang terlalu
dini pada bayi. Konsekuensi pada usia-usia selanjutnya adalah kelebihan berat
badan ataupun kebiasaan makan yang tidak sehat. Kandungan natrium dalam ASI
yang cukup rendah (±15 mg/100 ml), namun jika masukan dari diet bayi dapat
hipertensi. Selain itu, belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada umur
2.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI Bayi 0-6 Bulan
pengetahuan serta dorongan sikap dan motivasi ibu tentang ASI eksklusif dan
MP-ASI serta dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dalam keluarga dan
terlihat dari diberikannya susu formula dan makanan pendamping ASI dari
pabrikan atau lokal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu memberikan
makanan tambahan pada bayi antara lain faktor kesehatan bayi, faktor kesehatan
masyarakat.
atau mendorong seseorang untuk berperilaku yang berasal dari orang lain
formula, tindakan oleh petugas kesehatan untuk memisahkan ibu dari bayinya
setelah ibu melahirkan bayi setelah beberapa jam kelahirannya, maupun dari
pihak keluarga.
1. Umur
sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Usia dewasa
awal merupakan usia bagi seseorang untuk dapat memotivasi diri memperoleh
pola pikir seseorang. Klasifikasi umur terdiri dari: (a) Umur ≤ 20 tahun (b) Umur
2. Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau
dan pelatihan (Priyoto, 2014). Pendidikan dapat mengubah pola pikir dalam
rendah. Untuk mengukur tingkat pendidikan ibu dapat dibagi dalam tiga kategori
(Notoatmodjo, 2012).
mempunyai hubungan positif dengan usia bayi saat pertama menerima MP-ASI,
yang berarti semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin tepat usia
pendidikan ibu maka semakln dini usia pemberian MP-ASI. Hasil analisa data
dengan uji Spearman Rank untuk mengetahui korelasi antara tingkat pendidikan
ibu dengan usia bayi saat pertama menerima MP-ASl diperoleh nilai r=0,346
dengan nilai p=0,005. 0leh karena nilai p<0,05 dan r berada antara 0-0,5, maka
ada hubungan positif yang lemah antara tingkat pendidikan ibu dengan usia bayi
3. Pekerjaan
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah dan banyak
tantangan (Priyono, 2014). Status pekerjaan juga menjadi salah satu alasan
pemberian MP-ASI dini. Status pekerjaan yang semakin baik dan sosial ekonomi
keluarga yang meningkat inilah yang menyebabkan dan memudahkan ibu untuk
penurunan jumlah ASI eksklusif. Petugas kesehatan saat ini mulai banyak yang
melakukan pemberian susu formula dan produk bayi lainnya tanpa berdasarkan
Sulistyani, 2013).
keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nauli (2012) menyatakan bahwa
usia kurang dari enam bulan, semakin baik perekonomian keluarga maka daya
perekonomian keluarga, maka daya beli akan makanan tambahan lebih sukar.
MP-ASI dini dimana proporsi ibu-ibu yang bekerjanya >10 jam (40.2%) memiliki
proporsi MP-ASI dini lebih tinggi dibandingkan proporsi ibu-ibu yang bekerjanya
4. Pengetahuan
pengetahuan kurang dan baik dengan pemberian makanan pendamping ASI dini
Pemberian makanan pendamping ASI dini tertinggi adalah pada ibu dengan
(2012), bahwa pengetahuan (dalam hal ini pemberian makanan pendamping ASI
ada pengaruh secara bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian
MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan di wilayah binaan Puskesmas Sidomulyo
Pekanbaru. Hasil analisis diperoleh pula nilai RP=2,425, artinya ibu yang
memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori “tidak baik” memiliki risiko sebesar
2,425 kali untuk memberikan MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan.
5. Sikap
Sikap merupakan reaksi tertutup dan belum merupakan suatu tindakan atau
hubungan antara sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi di
Dimana dengan sikap yang tidak baik maka responden dalam pemberian MPASI
6. Tradisi
terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada bayi yang
berbagai etnik (suku bangsa Indonesia) berbeda antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya. Pola ini merupakan salah satu cerminan dari kebiasaan makan
hubungan antara sosial budaya (tradisi) dengan usia bayi saat pertama menerima
MPASI, yang artinya usia pertama pemberian MP-ASI adalah 4 bulan. Hal ini
disebabkan karena sosial budaya (tradisi) daerah setempat sudah baik. Mubin
kepada bayi.
suami sebagai orang terdekat ibu yang tinggi terhadap pemberian MP-ASI
menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan bayi. Hal ini jelas bahwa jika
keluarga/suami memberikan peran atau dukungan yang baik akan mendorong ibu
untuk tidak memberikan MP-ASI kepada bayi mereka saat usia 0-6 bulan, untuk
itu informasi tentang MP-ASI bukan hanya diberikan kepada ibu-ibu saja tetapi
Ibu yang suaminya mendukung pemberian ASI eksklusif atau dengan kata
lain mendukung untuk tidak memberika MP-ASI dini pada bayi cenderung
memberikan ASI eksklusif sebesar 2 kali lebih besar daripada ibu yang suaminya
Air Susu Ibu (ASI) adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh
unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti
inflamasi.Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin,
2007). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam
organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang
bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam
ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya air susu ibu saja tanpa tambahan
cairan atau makanan lain. Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat
meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya.
Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI Eksklusif serta lamanya
Selain itu pentingnya ASI Eksklusif juga terlihat pada acara dunia yaitu
Pekan ASI Sedunia, The World Alliance For Breast Feeding Action (WABA)
memilih tema Mother Support: Going For the Gold. Makna tema tersebut adalah
suatu gerakan untuk mengajak semua orang meningkatkan dukungan kepada ibu
untuk memberikan bayi-bayi mereka makanan yang berstandar emas yaitu ASI
Menurut Maritalia (2012) bahwa kandungan gizi dari ASI sangat khusus
dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. Komposisi
ASI tidak selalu sama, disesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat dan usia
bayi, sehingga ada yang disebut kolostrum, ASI peralihan, dan ASI matur.
Komposisi ASI juga bervariasi dari awal hingga akhir menyusui. Foremilk (ASI
awal) adalah ASI bening yang diproduksi pada awal penyusuan, serta banyak
mengandung laktosa dan protein. Hindmilk (ASI akhir) adalah ASI yang lebih
putih pekat, diproduksi pada akhir penyusuan, banyak mengandung lemak yang
sangat diperlukan sebagai sumber tenaga dan pembentukan otak. ASI dibedakan
dalam tiga stadium yaitu kolostroum, ASI peralihan dan ASI mature.
1. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu ibu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini
disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca
vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI
matur. Selain itu, kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.
Protein utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang
virus, jamur dan parasit. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.
Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak
terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir.
sebagai berikut : a) Sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir sehingga
mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka
2. ASI Transisi/Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume
air susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar
3. ASI mature
ASI mature disekresi pada hari ke sepuluh dan hari seterusnya. ASI mature
menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima
menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer dan mempuyai kandungan
rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya, air air
susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi dan
membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan
kelahiran, pemulihan status gizi yang lebih baik sebelum kehamilan berikutnya.
UNICEF dan WHO membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif
4. Mengurangi perdarahan, serta konservasi zat besi, protein dan zat lainnya,
Manfaat ASI bagi keluarga dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu:
1. Aspek Ekonomi
ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk
lainnya yang dirasakan keluarga bahwa bayi yang mendapatkan ASI lebih
1. Aspek Psikologis
keluarga.
2. Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja, kapan saja.
Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus
3. Bagi Negara
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin
status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa
anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran
lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi
anak sakit. Anak yang mendapatkan ASI lebih jarang dirawat di rumah
Handayani, 2011).
ASI adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi.
Meski demikian, tidak semua ibu mau menyusui bainya karena berbagai alasan.
Dilain pihak ada juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami banyak
kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar. Banyak
hal yang dapat memengaruhi produksi ASI. Produksi dan pengeluaran ASI
dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin memengaruhi jumlah produksi ASI,
dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi yang dihasilkan
juga baik. Namun demikian, untuk meproduksi ASI diperlukan hormon oksitosin
yang kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi. Semakin sering puting susu
dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula pengeluaran ASI (Wulandari &
Handayani, 2011).
Ibu memberikan ASI kepada bayi usia 0-6 bulan dapat dinilai mendapat
1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI
2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan warna menjadi lebih
3. Bayi akan buang Buang Air Kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari.
7. Pertumbuhan Berat Badan (BB) bayi dan Tinggi Badan (TB) bayi sesuai
8. Perkembangan motorik bayi (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentang
usianya).
9. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan
cukup.
10. Bayi menyusu dengan kuat, kemudian melemah dan tertidur pulas (Maritalia,
2012).
KERANGKA PENELITIAN
dan pendorong ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-6
Faktor Predisposisi:
- Usia
- Pendidikan
- Pekerjaan Pemberian Makanan
- Pengetahuan Pendamping ASI pada
Bayi Usia 0-6 Bulan
- Sikap
Faktor Pendorong:
- Dukungan suami
Skema 3.1 Kerangka Penelitian Faktor Predisposisi dan Pendorong Ibu dalam
Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Usia 0-6 Bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Tapian Dolok Pematangsiantar
Tahun 2018
31
Defenisi Skala
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Tinggi
(Perguruan
tinggi)
(Depdiknas,
2003)
Bekerja
Kuisioner data
demografi
Pengetahuan:
Dukungan
Suami:
Kuesioner
sebanyak 9
pernyataan.
Pilihan
jawaban
menggunakan
skala
Guttman.
Bila
menjawab
Ya=1, dan
tidak= 0
Baik (≥50%)
2 Faktor Faktor yang Nominal
Pendorong memperkuat atau Kurang baik
mendorong (<50%)
seseorang untuk
berprilaku yang
berasal dari orang
lain seperti suami
METODOLOGI PENELITIAN
pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang mempunyai bayi
4.2.2 Sampel
n
n=
1 n. e 2
Dimana :
n = Jumlah populasi
e = error margin 5% (0,05)
35
95
n=
1 95. 0,052
n = 76,8
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 77 orang ibu.
tujuan dan proses pelaksanaan penelitian kepada calon responden. Jika responden
menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian maka peneliti tidak akan memaksa
informasi resfonden dijamin peneliti, hanya akan di beri kode tertentu dan peneliti
informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja
ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu : 1. kuesioner
pendorong pemberian MP-ASI pa. a usia 0-6 bulan dengan jumlah pertanyaan
sebanyak 38 pertanyaan.
Pembuatan kuesioner ini mengacu pada parameter yang sudah dibuat oleh peneliti
Pada penelitian ini digunakan uji validitas yaitu apakah instrumen tersebut
dapat diwakili faktor yang ingin diteliti, yang dilakukan oleh dosen Keperawatan
apa yang harus diukur, mendapatkan data yang relevan dengan apa yang diukur.
Pada penelitian ini digunakan conten validity, yaitu apakah item-item instrumen
tersebut dapat mewakili faktor yang ingin diteliti, sehingga dapat diketahui
mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur
secara konsisten sasaran yang akan diukur. Uji reliabilitas ini dilakukan kepada 30
orang responden dengan kriteria yang sama dengan sampel. Uji reliabilitas
izin dari kepala puskesmas untuk melakukan penelitian sesuai dengan kriteria
responden sesuai dengan kriteria yang telah dibut sebelumnya, apabila peneliti
pemberian MP-ASI. Waktu diperlukan 10-15 menit, bila ada pernyataan yang
responden (editing). Kemudian data diberi kode secara manual sebelum diolah
a. Analisis Univariat
variabel penelitian. Pada penelitian ini, analisa data dengan menggunakan metode
ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tapian Dolok
2018 sampai 19 Agustus 2018. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi
ibu dalam pemberian MP-ASI kepada bayi, faktor pendorong ibu dalam
oleh peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Tapian Dolok. Menurut Mangkat (2016)
bahwa pengkategorian umur ibu memberikan MP-ASI Dini yaitu a) <25 tahun, b)
25-35 tahun dan c) >35 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur
bekerja sebanyak 56 orang dan berpendapatan perbulan Rp. 1 juta- Rp. 1,9 juta
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
bayi menurut Muhin (2008) yaitu 0-3 bulan dan 4-6 bulan dengan mayoritas
menjadi 3 bagian yaitu: pengetahuan, sikap dan tradisi yang dianut responden.
A. Pengetahuan
B. Sikap
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Dalam Pemberian MP-ASI Kepada
bayi
kategori baik sebesar dengan presntase 41,6 dan kurang baik 45 dengan presentase
58,4%.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Ibu Dalam Pemberian MP-
ASI Kepada bayi
No Sikap Frekuensi Presentase
1. Baik 32 41,6
2. Kurang baik 45 58,4
Total 77 100,0
c. Tradisi
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tradisi Keluarga Ibu dalam Pemberian
MP-ASI Kepada Bayi
No. Tradisi keluarga Frekuensi Presentase
1. Pemberian pisang di bawah usia <6
bulan merupakan tradisi di keluarga
a. Ya 50 64,9
b. Tidak 27 35,1
Pemberian susu botol merupakan
alternatif ketika bayi <6 bulan sering
2. menangis
a. Ya
b. Tidak
Pececap (madu, sari buah, gula, dll) 55 71,4
merupakan tradisi yang biasa terjadi 22 28,6
3. di keluarga ibu
a. Ya
b. Tidak
Di keluarga ibu ada budaya 44 57,1
pemberian minum air gula atau air 33 42,9
4. tajin kepada bayi
a. Ya
b. Tidak
54 70,1
23 29,9
wilayah kerja Puskesma Tapian Dolok menunjukkan hasil baik dengan frekuensi
baik 31 dengan frekuensi 40,3% dan kategori kurang baik sebesar 46 dengan
pendorong Ibu yaitu dukungan suami dalam Pemberian MP-ASI Kepada Bayi
Kepada bayi
bulan
a. Ya 25 32,5
b. Tidak 52 67,5
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar ibu memberikan MP-ASI
frekuensi sebanyak 3 kali sehari. Bayi juga diberikan susu formula sebanyak
49,4% dengan alasan agar bayi kenyang lebih lama. Tetapi pada pemberian MP-
ASI pada bayi usia 0-6 bulan mayoritas bayi mengalami gangguan pencernaan
seperti diare dan mencret. Maka peneliti akan membahas tentang faktor
predisposisi dan pendorong ibu dalam pemberian makanan pendamping asi pada
bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tapian Dolok Kabupaten
A. Faktor Predisposisi
1. Usia
tahun yaitu 63.6% dari total sampel. Hal ini menggambarkan bahwa usia
responden tergolong usia produktif. Usia ibu pada penelitian tidak berpengaruh
terhadap pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan. Usia produktif tidak menjadi
penghalang ibu untuk memberikan MP-ASI pada bayi 0-6 bulan, seharusnya MP-
ASI diberikan kepada bayi diatas usia 6 bulan. Penelitian ilmiah menunjukkan
bahwa anak – anak yang diberikan makanan pendamping ASI setelah berumur 6
bulan umumnya lebih cerdas dan memiliki daya tahan tubuh lebih kuat,
mengurangi resiko terkena alergi akibat makanan dan sebaliknya jika makanan
pendamping ASI diberikan terlalu dini justru dapat meningkatkan angka kematian
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Usmiyati dan Maulida pada tahun
2017 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan perilaku
pemberian MPASI secara dini yang ditunjukkan dengan nilai p < 0,05 yaitu 0,3.
hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku
2. Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mayoritas pernah
menamatkan pendidikan SMA lebih dari setengah sampel yaitu 70.1% dari total
sampel. Hal ini menggambarkan bahwa pola pikir responden cenderung dengan
kondisi mudah memahami informasi tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-
6 bulan daripada tamatan SMP atau SD. Ini berarti tidak ada kaitan antara perilaku
memiliki perilaku pemberian MP-ASI yang lebih tinggi dengan responden yang
memiliki tingkat pendidikan SD. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Wawan
memiliki pengetahuan yang luas bila terpapar informasi media dan akan
3. Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mayoritas tidak memiliki
pekerjaan yang rutin untuk membantu perekonomian keluarga yaitu 72.7% dari
bersama dengan bayi atau lebih banyak meluangkan waktu untuk bersama dengan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kusmiyati dkk pada tahun
2014 menunjukkan bahwa bayi yang diberikan MP-ASI pada usia 6 bulan,
sebagian besar (64%) disumbang oleh ibu yang tidak bekerja dibandingkan
dengan ibu yang bekerja yakni 36%. Hasil uji statistik Chi-Square pada tingkat
kepercayaan 95% (α = 0,05) didapatkan nilai p = 0.052 (α < 0.05), secara statistik
artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan pemberian
MP-ASI.
4. Pengetahuan
30 orang dan presentase 39,0%. Banyaknya para ibu yang memberikan makanan
pendamping ASI kurang dari 6 bulan pada bayi saat ini dapat menyebabkan
dampak negatif terhadap kesehatan bayi seperti bayi menjadi mudah terkena
penyakit pada saluran pencenaan seperti diare bahkan dapat meningkatkan angka
Rusmiyati, dkk pada tahun 2014, menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai
pengetahuan baik sebagian besar (96%) memberikan MP-ASI pada bayi umur > 6
bulan, dibandingkan ibu yang mempunyai pengetahuan kurang yakni hanya 4%.
Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)
didapatkan nilai p = 0.005 (α < 0.05), secara statistik artinya ada hubungan yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Heryanto (2017) yang menunjukkan bahwa
proporsi responden dengan pengetahuan kurang yang bayinya sudah diberi MP-
ASI dini sebanyak 16 (64%) responden, lebih besar dibandingkan dengan proporsi
responden dengan pengetahuan baik yang bayinya sudah diberi MP-ASI dini yaitu
7 (26,9%) responden. Hasil uji statistik chi square diperoleh p value 0,017. Hal ini
Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada pengaruh antara
5. Sikap
yang kurang baik terhadap pemberian MP-ASI. Hal ini dibuktikan dari jawaban
penyakit seperti diare, mencret, sembelit, dll dan responden tidak berusaha agar
bayi diberi MP-ASI setelah usia di atas 6 bulan. Kondisi jelas terlihat bahwa sikap
responden mendukung bahwa pemberian MP-ASI dapat diberikan pada usia bayi
di bawah 6 bulan.
baik bila diberi MP-ASI. Padahal bayi dalam usia tersebut memiliki sistem
pencernaan yang kurang kuat dalam mencerna makanan dapat menyebabkan bayi
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun
ekstern sehingga manifestasinya tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara realitas
sikap ibu, Kristianto dkk (2010) menjelaskan bahwa banyak ibu yang
beranggapan bahwa bayinya kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan
meskipun tidak ada relevansinya. Banyak yang beranggapan hal ini benar padahal
karena belum sempurna sistem pencernaannya harus bekerja lebih keras untuk
mengolah makanan. Bayi terlihat lebih kenyang apabila diberi susu formula atau
MP-ASI karena makanan tersebut sulit dicerna oleh bayi. ASI memang lebih
mudah dicerna dan kapasitas lambung bayi kecil sekali, sehingga bayi yang diberi
ASI eksklusif akan lebih sering menyusu daripada yang diberi susu formula atau
dari para ibu bahwa kandungan gizi ASI kurang baik sehingga lebih memilih susu
formula.
pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan. Penelitian ini sesuai dengan hasil
6. Tradisi
responden bahwa pemberian pisang di bawah usia <6 bulan merupakan tradisi di
keluarga sehingga ada kebiasaan dalam keluarga bahwa bayi dapat diberikan
Responden juga mengatakan bahwa jika anak menangis artinya bayi tidak
memberikan susu formula kepada bayi agar bayi dapat kenyang. Bayi yang
keluarga.
menjadi tradisi yang sangat kuat di kalangan masyarakat yang didasari atas
sari buah, gula dan lainnya kepada bayi agar bayi mengenal rasa berbagai
minum air gula atau air tajin kepada bayi. Biasanya adat ini dilakukan pada bayi
saudara lainnya. kebiasaan ini sudah menjadi turun temurun dan kurang dan
kurang berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kalau pun ada
atau bayi mengalami suatu gejala keluhan, keluarga memiliki persepsi bahwa bayi
merangkak, duduk dan membicara sendiri dengan bahasa yang kurang dipahami.
mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan.
D. Faktor Pendorong
1. Dukungan suami
responden bahwa suami menyarankan bayi diberikan MP-ASI agar cepat besar.
Hal ini mungkin disebabkan suami merasa iba atau kasihan kepada responden
karena keseringan memberikan ASI kepada bayi, dimana responden juga harus
mengurus anggota keluarga lainnya. Hal ini terbukti dari jawaban responden yang
mengatakan bahwa suami pernah membeli susu formula untuk keperluan bayi
kalau ibu merasa letih menyusui. Rasa iba dan kasihan lebih kuat mendorong
tidak cukup, maka bayi perlu diberi makanan pendamping disebabkan selain bayi
tidak rewel lagi. Menurut Ramadani dan Hadi (2010) bahwa ibu yang suaminya
mendukung pemberian ASI eksklusif atau dengan kata lain mendukung untuk
tidak memberikan MP-ASI dini pada bayi cenderung memberikan ASI eksklusif
sebesar 2 kali lebih besar daripada ibu yang suaminya kurang mendukung
Jika suami tidak memberikan peran atau dukungan akan dorongan kepada
ibu untuk memberikan MP-ASI kepada bayi mereka saat usia 0-6 bulan, maka
untuk itu penting memberikan informasi kesehatan tentang MP-ASI bukan hanya
diberikan kepada ibu-ibu saja tetapi suami dan keluarga. Suami juga diharapkan
tidak membeli susu formula kepada bayi tetapi mendorong dan memberikan
bulan.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ,Faktor predisposisi ibu
dalam memberikan MP-ASI berdasarkan umur ibu yaitu 23-35 tahun, tamatan
SMA 54 orang, tidak bekerja sebanyak 56 orang. Pengetahuan ibu cenderung baik
tentang MP-ASI, tetapi sikap tidak baik, tradisi keluarga mendukung memberikan
berdasarkan dukungan suami mendukung pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Praktek Keperawatan
MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan. Oleh karena itu diharapkan kepada pihak
terkait agar memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu memiliki bayi usia 0-6 bulan
secara rutin dan membuat baliho atau spanduk tentang manfaat tentang
MP-ASI secara dini kepada bayi usia pada sat ibu yang berkunjung memeriksa
sebelum bayi berusia > 6 bulan, dan diharapkan untuk memberi penyuluhan dan
kepada istri untuk tidak memberikan MP-ASI secara dini dengan tidak membeli
58
-ASI dini.
Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian yang telah dilakukan ini dapat
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, 2011. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Ibu terhadap Pemberian
MP-ASI pada Anak Usia 0-6 Bulan di Kota Langsa. FKM-USU.
Arini FA, Sofianita NI, Ilmi IMB, 2017. Pengaruh Pelatihan Pemberian MP ASI
Kepada Ibu dengan Anak Baduta di Kecamatan Sukmajaya Kota Depok
Terhadap Pengetahuan dan Perilaku Pemberian MP ASI. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan, Vol.13, No. 1:80-89.
Astuti AD., 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian
Makanan Pendamping ASI Dini pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Mlati II Sleman. Universitas Gadjah Mada. Diperoleh
dari:http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?act=view&buku_id=86220
& mod =penelitian_detail& sub =Penelitian Detail &typ =html.
Afriyani R, 2016. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian MP-ASI
pada Bayi Usia 0-6 bulan di e BPM Nurtila Palembang. Jurnal Kesehatan,
Volume VII, Nomor 2, : 260-265.
Anies, I. 2007. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini
terhadap Gangguan Pertumbuhan Bayi dengan Berat Lahir Normal Sampai
Umur Empat Bulan. Disertasi. Depok:FKM-UI.
Biro Pusat Statistik (BPS), 2018
Depkes RI, 2010. Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Jakarta:
Depkes RI.
Gibney M.J., et al. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2016. Memberi Makan pada Bayi, Kapan,
Apa dan Bagaimana. Diperoleh dari: http://www.idai.or.id/artikel/klinik
/pengasuhan-anak/memberi-makan -pada-bayi-kapan-apa-dan-bagaimana.
Kemenkes RI, 2014. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Pekan ASI Internasional.
Pusat Data Informasi Kementerian Kesehatan RI. Kemenkes RI: Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Medan, 2015. Laporan ASI Eksklusif. Medan.
Kusmiyati, Adam A. dan Pakaya S., 2014. Hubungan Pengetahuan, Pendidikan
Dan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP–
ASI) pada Bayi di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado.
Jurnal Ilmiah Bidan. Vol 2, No 2. Juli–Desember 2014.
Krisnatuti D., Yenrina, R., 2008. Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Puspa
Swara.
Kristianto Y. & Yusiana M.A., 2012. Analisis faktor yang mempengaruhi perilaku
ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini di Posyandu
Mawar I Desa Karangrejo. Jurnal Penelitian Akademi Kesehatan
Rajekwesi Bojonegoro. Vol. 5 nomer 3 Januari-April 2012.
Kristianto, Y., & Sulistyani, T., 2013. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu
Dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Umur
Proverawati A. dan Asfuah S., 2009. Buku Azar Gizi Untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medica.
Purwitasari, D., 2009. Buku Ajar Gizi dalam Kesehtan Reproduksi Teori dan
Praktikum. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahman. 2014. Determinan yang Berhubungan dengan Pemberian MP-ASI Pada
Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Lalombaa Kecamatan Kolaka
Kabupaten Kolaka. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin.
Ramadani, Mery & Hadi, Ella Nurlela, 2010. Dukungan Suami dalam Pemberian
ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar kota Padang,
Sumatera Barat.
Riksani R., 2013. Variasi Olahan Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Dunia
Kreasi.
Permenkes RI., 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Roesli U., 2012. Panduan Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:
Pustaka Bunda.
Roesli, U., 2008. Mengenal ASI Eksklusif, Jakarta: Trubus Agriwidya.
Setiadi, 2013. Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 2.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Simbolon DC., 2015. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Ketepatan
Pemberian MP-ASI pada Bayi di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang
Hataran Kabupaten Simalungun. Diperoleh dari: http://download.
Portalgaruda .org/article.php.
Simbolon, D., 2012. Budaya Ibu Suku Rejang Mengancam Kelangsungan Hidup
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (Mother Culture Threaten Low Birth
Weight Survival Rate). Diperoleh dari ttps://www.academia.edu.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Wargiana R., 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status Gizi Bayi
Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten
Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 1 (no. 1): 47-53.
2017 2018
No Uraian Kegiatan
Sep Okt Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt
Pengajuan judul
penelitian dan
1.
penyusunan Bab
1
2. Menyusun Bab 2
3. Menysun Bab 3
4. Menyusun Bab 4
Menyerahkan
5. proposal
penelitian
Sidang proposal
6.
penelitian
Revisi proposal
7.
penelitian
Uji validasi
8.
instrumen
INFORMED CONCENT
Faktor Predisposisi dan Pendorong Ibu dalam Pemberian Makanan
Pendamping ASI pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Tapian Dolok Kabupaten Simalungun
Medan, ………2018
Responden
(..........................)
KUESIONER PENELITIAN
I. Karakteristik Responden
1. Apakah anak ibu telah diberikan makanan pendamping atau selain ASI
selama ini ?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya lanjut ke pertanyaan berikutnya:
5. Alasan ibu memberikan makanan tambahan selain ASI pada bayi 0-6 bulan ?
a. Agar bayi cepat besar c. Agar bayi kenyang lebih lama
b. Agar bayi tidak rewel d. ASI tidak mencukupi
6. Apakah bayi ibu pernah mengalami gejala atau penyakit seperti diare,
mencret, sembelit dan lainnya ?
a. Ya
b. Tidak
II1. Faktor Predisposisi Ibu dalam Pemberian MP-ASI kepada bayi
A. Pengetahuan
1. Apakah itu ASI eksklusif ?
a. Pemberian ASI kepada bayi dengan ditambah susu formula untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
b. Pemberian ASI kepada bayi mulai bayi lahir sampai usia 6 bulan tanpa
diberikan makanan lain
c. Pemberian ASI kepada bayi sampai usia 1 tahun .
9. Pertumbuhan bayi usia 0-6 akan lebih baik (optimal) jika diberikan ?
a. ASI saja hingga usia 6 bulan
b. ASI dan susu formula mulai bayi berusia 4 bulan
c. ASI ditambah vitamin dan susu formula
B. Sikap
No Pernyataan ya Tidak
C. Tradisi
No Pertanyaan Ya Tidak
A. Dukungan Suami
Prendorong Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Usia 0-6
pendampig ASI pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tapian
penelitian ini dan tidak akan disebarluaskan ataupun digunakan untuk tujuan yang
merugikan Anda sebagai partisipan. Identitas anda akan dirahasiakan dan tidak
sepenuhnya.
Peneliti,
(Indah Purba)
MASTER DATA
Kar.Responden Pem.MP-ASI Pengetahuan Jlh Sikap
No % Ktg No
ur Pndk pkj pndpt sb ub jkb 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 1 1 2 2 2 1 0 3 4 1 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 4 44 3 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0
2 2 2 1 1 2 2 1 0 3 3 0 2 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 5 56 2 1 1 0 0 1 1 0 0 2 0
3 2 2 1 2 2 2 2 0 2 3 0 3 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 5 56 2 1 1 0 0 1 0 1 0 3 0
4 1 1 1 2 2 2 2 0 3 2 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 5 56 2 1 1 0 0 1 0 0 0 4 0
5 2 2 1 1 2 2 2 0 1 3 0 4 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 4 44 3 1 1 0 0 1 0 0 0 5 0
6 3 2 1 2 2 1 2 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 100 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1
7 2 2 2 2 2 1 2 0 4 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 3 33 3 1 1 0 0 1 1 0 0 7 0
8 2 4 2 3 2 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 7 78 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
9 2 2 1 2 2 2 2 0 3 3 1 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 11 3 1 1 0 0 1 1 0 0 9 0
10 1 2 2 2 1 2 1 0 3 3 0 3 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 5 56 2 1 1 1 1 1 1 0 0 10 0
11 2 2 1 1 2 2 2 0 2 2 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 5 56 2 1 1 0 0 1 1 1 0 11 0
12 2 1 1 2 2 1 2 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 7 78 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1
13 3 4 1 1 2 2 1 0 4 3 0 4 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 5 56 2 1 1 0 0 0 0 0 0 13 0
14 2 2 1 2 2 2 2 0 4 2 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 2 22 3 1 1 0 0 1 0 1 0 14 0
15 2 2 2 3 1 1 2 0 3 4 0 2 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 22 3 1 1 1 1 1 1 0 0 15 0
16 2 2 1 2 2 2 2 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 89 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 1
17 2 2 1 2 2 2 1 0 3 3 0 2 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 5 56 2 1 1 1 1 1 1 0 0 17 0
18 2 1 1 1 2 2 2 0 1 3 0 4 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 6 67 2 1 1 0 0 1 0 0 0 18 0
19 3 2 1 2 2 1 2 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 100 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19 1
20 1 2 1 1 2 2 2 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 100 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 1
21 1 2 1 2 2 1 1 0 3 3 0 4 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 5 56 2 1 1 0 0 1 0 0 0 21 0
22 2 1 1 2 2 2 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 89 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 1
23 2 2 1 2 2 2 2 0 3 4 0 2 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 5 56 2 1 1 0 0 1 1 0 0 23 0
24 2 1 2 2 2 2 2 0 2 3 1 3 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 3 33 3 1 1 0 0 1 0 1 0 24 0
25 2 2 1 1 2 2 2 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 89 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 1
26 1 2 2 3 2 2 2 0 3 2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 6 67 2 1 1 0 0 1 1 0 0 26 0
27 2 2 2 2 2 2 1 1 0 4 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 100 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 1
KR20 = ((n/n-1)x(vt-∑pq)/vt))
Ket :n = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Vt = variasi total
P = banyaknya pertanyaan yang mendapat skor 1
2 1 1 0 0 23 26 11 21 19 22 30 30 4 27 jumlah
0,067 0,033 0,033 0 0 0,767 0,867 0,37 0,7 0,633 0,733 1 1 0,133 0,9 P
0,933 0,967 0,967 1 1 0,233 0,133 0,63 0,3 0,367 0,267 0 0 0,867 0,1 Q
0,062 0,032 0,032 0 0 0,179 0,116 0,23 0,21 0,232 0,196 0 0 0,116 0,09 Pq
19 jumlah
1,497 sigma pq
1,289 Var
7,233 mean
0,868 kr20
NIM : 141101002
Simalungun
2. Pelaksanaan Penelitian
Nama Jumlah Harga Satuan Total
Perbanyak inform consent 75 Rp. 100 Rp. 7.500
Perbanyak kuesioner 75 Rp. 100 Rp. 7.500
Total Rp. 15.000
RIWAYAT HIDUP
A. Identitias
Nama : Indah Purba
Tempat /Tgl Lahir : Pematangsiantar, 26 September 1996
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Abdul Hakim No. 32 Medan
Email : indah.purba123@gmail.com
No. Telp : 085262418622
Orang Tua
Ayah : Jufri Purba
Ibu : Firmayani Sinaga
B. Riwayat Pendidikan
No. Nama Pendidikan Tahun