Anda di halaman 1dari 95

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA


BAYI KURANG DARI 6 BULAN DI DESA
TOGIDEU KECAMATAN SIROMBU
KABUPATEN NIAS BARAT

SKRIPSI

OLEH :

DWI ALVANITA WARUWU


NIM: 2192030

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN NON REGULER


FAKULTAS KEBIDANAN INSTITUT KESEHATAN
MEDISTRA LUBUK PAKAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa, atas segala rahmat dan karunia

Nya. Sehiangga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian

Ilmiah ini dengan judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian

Makanan Pendamping ASI pada Bayi Kurang dari 6 Bulan Di Desa Togideu

Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat Tahun 2022.

Proses penulisan proposal penelitian ini tidak terlepas dari dukungan dan

motivasi dari semua pihak. Pada kesempatan ini peneliti juga ingin mengucapkan

terimakasih kepada pembimbing yakni Ftr. Raynald Ignasius Ginting, S.Fis,

M.Biomed, yang senantiasa meluangkan waktu dan kesabaran membimbing

peneliti mulai dari penyusunan proposal penelitian ilmiah ini sampai dengan dapat

diajukan dan diuji kehadapan komisi penguji.

Penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada

1. Bapak Drs. Johannes Sembiring, MPd.,M.Kes selaku Bapak Ketuan

Yayasan Medistra Lubuk Pakam

2. Bapak Rahmad Gurusinga, S.Kep,NS.,M.Kep selaku Rektor Institut

Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

3. Ibu Bd. Desiria Yosepha Ginting, S.Si.T.,M.Kes selaku Dekan

Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakan

4. Ibu Bd. Ika Nur Saputri, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi

Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

ii
5. Ibu Bd. Titin Novayanti, SST, M.Keb selaku Sekretaris Program

Studi Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

6. Bapak Ftr. Raynald Ignasius Ginting, S.Fis, M.Biomed selaku Dosen

Pembimbing

7. Seluruh staf dosen dan pegawai pada Fakultas Kebidanan Non

Reguler

8. Kepada Orangtua dan keluarga yang telah banyak memberi dukungan

baik dalam bentuk moril, material, dan spiritual

Peneliti menyadari bahwa Proposal Penelitian Ilmiah ini masih kurang

sempurna, baik dari segi isi, bahasa dan penulisan. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan Proposal Penelitian

Ilmiah ini.

Akhir kata, peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan Proposal Penelitian Ilmiah

ini.

Lubuk Pakam, Juli 2022

Peneliti

Dwi Alvanita Waruwu

iii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
DAFTAR SKEMA..................................................................................... vi
DAFTAR TABEL...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. viii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 5
1. Tujuan Umum................................................................. 5
2. Tujuan Khusus................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian................................................................ 6
1. Manfaat Teoritis............................................................. 6
2. Manfaat Praktis............................................................... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)................... 7
1. Pengertian MP-ASI......................................................... 7
2. Manfaat dan Tujuan MP-ASI.......................................... 8
3. Waktu Pemberian MP-ASI.............................................. 9
4. Syarat-syarat pemberian MP-ASI.................................... 10
5. Jenis MP-ASI................................................................... 11
6. Tahapan Pemberian MP-ASI.......................................... 12
7. Cara Pemberian MP-ASI................................................. 16
8. Dampak Pemberian MP-ASI Terlalu Dini (< 6 bulan)... 17
B. Makanan Pertama Yang Diberikan Pada Bayi Usia
0-6 Bulan.............................................................................. 18
1. Air Susu Ibu (ASI)......................................................... 18
2. Susu Formula.................................................................. 19
C. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian
MP-ASI Pada Bayi < 6 Bulan.............................................. 20
1. Faktor Pengetahuan......................................................... 20
2. Faktor Pendidikan............................................................ 24
3. Faktor pekerjaan.............................................................. 26
4. Faktor Dukungan keluarga.............................................. 27

iv
D. Kerangka Teori Penelitian..................................................... 28
E. Kerangka Konsep Penelitian................................................. 29
F. Hipotesis Penelitian............................................................... 29

BAB III : METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian.................................................. 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................ 31
C. Populasi dan Sampel............................................................ 32
D. Defenisi Operasional ........................................................... 33
E. Aspek Pengukuran Data....................................................... 35
F. Metode Pengumpulan Data................................................... 36
G. Metode Pengolahan Data..................................................... 37
H. Metode Analisis Data........................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR SKEMA

Skema 2.2 : Kerangka Teori Penelitian............................................... 28


Skema 2.3 : Kerangka Konsep Penelitian............................................ 29

DAFTAR TABEL

vi
Tabel 2.1 Contoh Jadwal Pemberian MP-ASI Menurut Umur Bayi,
Jenis Makanan Dan Frekuensi Pemberian.................................... 15
Tabel 3.1 Waktu Penyusunan dan Jadwal Penelitian................................... 31
Tabel 3.2 Defenisi Operasional..................................................................... 33

DAFTAR LAMPIRAN

vii
Lampiran 1 : Pengantar Kuesioner Penelitian
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 1 : Lembar Kuesioner dan Lembar Checklist
Lampiran 1 : Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 2 : Surat Balasan Studi Pendahuluan

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Bayi usia 0-24 bulan sering diistilahkan dengan periode emas

sekaligus periode kritis, pada periode ini bayi memerlukan gizi yang optimal

dan sesuai dengan umur untuk tumbuh kembangnya. World Health

Organization (WHO) dan United Nations Children's Fund (UNICEF) telah

merekomendasikan standar emas pemberian makan pada bayi yaitu menyusui

bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan didahului

dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah lahir, mulai umur 6

bulan dapat berikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan

teruskan menyusui hingga anak berumur 2 tahun (Depkes RI, 2012 di dalam

Heryanto, 2017).

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi

sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti

dengan makanan atau minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral. ASI

eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi dan juga merupakan

sumber nutrisi utama bayi. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh,

dengan komposisi ASI yang sempurna sesuai dengan kebutuhan bayi usia 0-6

bulan, walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya,

bayi tetap akan tumbuh optimal (Kemenkes RI, 2016).

7
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak World

Health Organization (WHO) dan United Nations Children's Fund (UNICEF)

merekomendasikan sebaiknya menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir

sampai dengan umur 6 bulan didahului dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

segera setelah lahir, makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak

berumur 6 bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur dua

tahun. Penerapan pola pemberian makan ini akan meningkatkan status gizi

bayi dan anak serta mempengaruhi derajat kesehatan selanjutnya. Namun

demikian, saat ini penerapan pola pemberian makan terbaik untuk bayi lahir

sampai 2 (dua) tahun tersebut belum dilaksanakan dengan baik khususnya

dalam hal pemberian ASI eksklusif (Kemenkes RI, 2016).

Penelitian WHO (2017), menyatakan bahwa hanya 40% bayi di dunia

yang mendapatkan ASI eksklusif sedangkan 60% bayi lainnya ternyata telah

mendapatkan MP-ASI saat usianya kurang dari 6 bulan (Wulandari, et all,

2020). Berdasarkan data Riskesdas 2017 di Indonesia bayi yang mendapat

ASI eksklusif hanya 30,2% sedangkan yang tidak mendapat ASI eksklusif

(69,8%), bayi yang mendapat MP-ASI usia 6-24 bulan sebanyak 30,2% dan

yang mendapat MP-ASI dini sebanyak 69,8% (Widiastuti, dkk, 2020).

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah

makanan/minuman yang mengandung zat gizi, yang diberikan kepada bayi

atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan zat gizi selain ASI. MP-

ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Peranan

MP-ASI sama sekali bukan menggantikan ASI melainkan hanya untuk


melengkapi ASI. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara

bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi.

Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk

pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat

pada periode ini, tetapi sangat diperlukan hygienitas dalam pemberian MP-

ASI tersebut. Sanitasi dan hygienitas MP-ASI yang rendah memungkinkan

terjadinya kontaminasi mikroba yang dapat meningkatkan risiko atau infeksi

lain pada bayi. (Sulistyoningsih, 2011).

Makanan Pendamping ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan (MP-

ASI dini) adalah pemberian makanan/minuman selain air susu ibu (ASI) yang

diberikan kepada bayi sebelum berusia 6 bulan. Pemberian MP-ASI dini

sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman.

Pemberian MP-ASI dini pada bayi usia dibawah 6 bulan di Indonesia

menurut Measure Demograpic and Health Survey (M. DHS) 2013, bayi yang

mendapat MP-ASI dini usia 0-1 bulan sebesar 49,3%, pada usia 2-3 bulan

51%, dan usia 4-5 bulan sebesar 73%. Menurut Kemenkes RI (2013) jenis 3

makanan prelakteal yang paling banyak diberikan kepada bayi baru lahir

yaitu susu formula sebesar (79,8%), madu (14,3%), dan air putih (13,2%).

(Oktova, 2017)

Dalam Akmal Hakim (2014) menyatakan bahwa MP-ASI diberikan

kepada bayi saat berusia lebih dari 6 bulan karena bayi pada usia ini sudah

memiliki 4 sistem imunitas yang cukup kuat untuk melindungi dari macam

penyakit dan sistem cerna yang lebih sempurna sehingga dapat mengurangi
risiko alergi terhadap makanan. Data dari Pusat Pengembangan Gizi dan

Makanan Departemen Kesehatan, melaporkan bahwa lebih dari 50% bayi di

Indonesia mendapatkan makanan pendamping ASI pada usia kurang dari 1

bulan.

Risiko yang terjadi apabila bayi diberikan MP ASI dini sebelum usia

6 bulan dapat meningkatkan risiko terjadinya alergi, yang disebabkan oleh

sel-sel sekitar usus yang belum siap untuk menerima kandungan dari

makanan sehingga menimbulkan alergi. Dapat juga meningkatkan risiko

infeksi hal ini disebabkan sistem kekebalan tubuh bayi yang berusia kurang

dari enam bulan belum optimal dengan pemberian makanan selain ASI , sama

hal nya dengan memberi peluang pada bakteri untuk menyerang dan

menginfekksi tubuh bayi (Riskani, 2012).

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Februari

2022 di Desa Togideu Kecamatan Sirobu, jumlah ibu-ibu yang memiliki bayi

kurang dari 6 bulan yaitu sebanyak 32 orang. Peneliti telah melakukan

wawancara kepada 3 orang ibu yang memiliki bayi kurang dari 6 bulan, dari 3

orang tersebut terdapat 1 orang ibu yang belum memberikan makanan

pendamping ASI pada bayinya, sedangkan 2 orang lainnya sudah

memberikan makanan pada bayinya seperti bubur sun, bubur yang disaring,

pisang yang dikerok, dan air putih, alasannya karena ibu merasa bayi akan

kekurangan gizi jika hanya diberikan ASI saja, bayi yang sering rewel dan

juga karena ibu harus pergi bekerja misalnya ke ladang. Berdasarkan hasil

wawancara, ibu yang memiliki bayi kurang dari 6 bulan lebih sering
mengalami diare, hal ini terjadi karna belum siapnya usus bayi untuk

mencerna makanan tambahan selain ASI, akibatnya bayi mengalami diare

karena usus tidak dapat mencerna makanan tambahan yang diberikan pada

bayi kurang dari 6 bulan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-

ASI pada bayi kurang dari 6 bulan di Desa Togideu Kecamatan Sirombu

Kabupaten Nias Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemberian MP ASI pada bayi kurang dari 6 bulan?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemberian MP ASI pada bayi kurang dari 6 bulan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pemberian MP-ASI pada bayi kurang dari 6 bulan di

Desa Togideu Kecamatan Sirombu.

b. Untuk mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan dengan

pemberian MP-ASI pada bayi kurang dari 6 bulan.

c. Untuk mengetahui hubungan antara faktor pendidikan dengan pemberian

MP-ASI pada bayi kurang dari 6 bulan.


d. Untuk mengetahui hubungan antara faktor pekerjaan dengan pemberian

MP-ASI pada bayi kurang dari 6 bulan.

e. Untuk mengetahui hubungan antara faktor dukungan keluarga dengan

pemberian MP-ASI pada bayi kurang dari 6 bulan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang

telah digali peneliti pada saat perkuliahan serta dapat mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan pemberian MP ASI pada bayi kurang

dari 6 bulan.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan

dan masukan bagi pihak pelayanan kesehatan tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemberian MP ASI pada bayi kurang dari 6 bulan.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki bayi kurang

dari 6 bulan dalam pemberian MP-ASI pada bayi.

4. Bagi Pendidikan

Untuk menambah referensi bacaan serta meningkatkan

pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa, pembaca pada umumnya, dan

bagi peneliti selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

1. Pengertian MP-ASI

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan

yang diberikan kepada bayi usia 6 sampai 24 bulan. Makanan

diperkenalkan secara bertahap, besarnya porsi diberikan berangsur-angsur

bertambah dan teksturnya juga bertahap dari cair, saring, lembek hingga

padat (Hidayati 2014). Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk

menggantikan ASI melainkan hanya untuk melengkapi ASI (IDAI, 2014).

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan

atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau

anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI

merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Semakin

meningkatnya usia bayi, maka kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah

karena tumbuh kembang, sedangkan ASI yang Dihasilkan kurang

memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari

ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan Pemberian MP-ASI harus

dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan

kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam

hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan

perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini

(Mufida, et all, 2015).


2. Manfaat dan Tujuan Pemberian MP-ASI

MP-ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi yang harus jadi

pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukan

bahwa makanan pendamping ASI berguna untuk menutupi kekurangan

zat-zat gizi yang terkandung dalam ASI ( Waryana, 2015).

Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan

zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi

kebutuhan bayi secara terus menerus, dengan demikian makanan tambahan

diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada

anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI (Mufida, et all, 2015).

Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah:

 Melengkapi zat gizi ASI yang sudah ada

 Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam

makanan dengan berbagai rasa dan bentuk.

 Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.

 Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi

tinggi (IDAI, 2014).

3. Waktu Pemberian MP–ASI

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2014 dan Americanof

Pediatrics menyarankan agar bayi diberikan ASI Eksklusif selama

sedikitnya 6 bulan. Jika bayi berusia 6 bulan, kemungkinan besar ia akan

menunjukkan tanda-tanda siap makan. Disaat inilah ibu dapat mulai

memperkenalkan MP-ASI. Sebelum saat itu tiba, ASI sudah menyediakan


semua kalori dan nutrisi yang dibutuhkan, oleh karena itu berikan

sebanyak yang bayi mau (Mufida, et all, 2015). Secara umum kesiapan

bayi menerima makanan pendamping dengan hal-hal berikut :

a. Bayi mulai memasukkan tangan ke mulut dan mengunyahnya

b. Bayi merespon dan membuka mulutnya saat disuapi makanan.

c. Hilangnya refleks menjulurkan lidah.

d. Bayi lebih tertarik pada makanan daripada botol susu atau ketika

disodorkan puting susu.

e. Bayi rewel atau gelisah padahal sudah diberi beri ASI atau susu

formula sebanyak 4-5 kali sehari.

f. Bayi sudah bisa duduk sambil disanggah dan sudah mampu

menegakkan kepalanya (Waryana, 2015).

4. Syarat-syarat Pemberian MP-ASI

WHO dan Global Strategy for Feeding Infant and Young Children

(2003) dalam IDAI (2014) merekomendasikan agar pemberian MP-ASI

memenuhi 4 syarat, yaitu:

a. Tepat waktu (timely), artinya MP-ASI harus diberikan saat ASI

eksklusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

b. Adekuat, artinya MP-ASI memiliki kandungan energi, protein, dan

mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan

mikronutrien bayi sesuai usianya.

c. Aman dan hygienis, artinya proses persiapan dan pembuatan MP-ASI

menggunakan cara, bahan, dan alat yang aman serta hygienis.


d. Diberikan secara responsif (properly fed), artinya MP-ASI diberikan

dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang anak.

Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus dapat

mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif dalam

jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri

yang disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan seorang anak.

Menurut Waryana (2015), pemberian makanan pendamping ASI

sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.

b. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan

mineral dalam jumlah yang cukup.

c. Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik

d. Harga relatif cukup

e. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara

lokal

f. Bersifat padat gizi

g. Kandungan serat atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah

yang sedikit.

5. Jenis MP-ASI
a. Berdasarkan tekstur dan kepadatannya, makanan pendamping ASI

terdiri dari :

1) MP-ASI cair: air tomat, air jeruk, air teh dan sebagainya.

2) MP-ASI dihaluskan: aneka buah-buahan seperti pisang, pepaya,

dan kentang yang dihaluskan (diblender), bubur saring atau nasi

tim, dan sebagainya.

3) MP-ASI padat: bubur padat, roti, finger food (jenis makanan kecil

seukuran jari yang mudah digenggam jemari bayi), biskuit, dan

sebagainya (Evelin & Nanang, 2010).

b. Berdasarkan cara membuatnya, makanan pendamping ASI dibedakan

atas:

1) MP-ASI instan, yaitu berupa produk dalam kemasan buatan pabrik,

seperti bubur susu instan aneka rasa, finger food, roti, dan

sebagainya.

2) MP-ASI olahan: makanan pendamping ASI yang diolah sendiri

oleh para ibu dirumah dengan aneka kreasi dan variasi. Sangat

bermanfaat jika para ibu mampu dan sempat membuat sendiri

aneka makanan pendamping ASI ini, sebab pemilihan bahan dan

cara pengolahan dapat lebih terjamin (Evelin & Nanang, 2010).

6. Tahapan Pemberian MP-ASI

Makanan pendamping ASI harus diberikan secara bertahap, baik

dari sisi tekstur maupun jumlah porsi makanannya serta disesuaikan

dengan perkembangan sistem pencernaan, kebutuhan nutrisi, dan usia


bayi. Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan

kemampuan bayi bayi menerima makanan meningkat, maka makanan bayi

atau anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 4 tahap yaitu:

a. Makanan bayi umur 0-6 bulan

1) Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI

terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI

saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, ASI adalah

makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan

ibu, dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara

ibu dan anak

2) Berikan kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental

dan berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat

gizi dan zat kekebalan yang tinggi.

3) Berikan ASI dari kedua payudara

Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah

ke payudara lainnya, ASI diberikan 8-10 kali setiap hari.

b. Makanan bayi umur 6-9 bulan

1) Pemberian ASI diteruskan

2) Usia 6-7 bulan : Pada usia 6 bulan, sistem pencernaan bayi sudah

berkembang dan sudah siap untuk menerima makanan. Berikan

makanan yang lembut seperti bubur saring, bubur susu, atau pure
buah. Tambahkan ASI 3-4 sdm pada makanan bayi agar tidak

merasa asing dengan makanan tersebut. Kenalkanlah bayi

dengan satu jenis makanan saja. Hal ini untuk menghindari

reaksi alergi dan penolakan karena sistem pencernaan yang

masih belum sempurna.

3) Usia 7-9 bulan : Pada usia 7-9 bulan, ketertarikan bayi terhadap

makanan menjadi semakin besar. Sistem pencernaannya juga

sudah semakin berkembang, diikuti dengan pertumbuhan gigi.

Makanan lunak dan sedikit bertekstur sudah mulai bisa

diperkenalkan. Tujuannya adalah untuk merangsang

pertumbuhan gigi dan melatih bayi menggigit dan mengunyah.

b. Makanan bayi umur 9-12 bulan

1) Pemberian ASI diteruskan

2) Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan

keluarga secara bertahap, karena merupakan makanan peralihan

ke makanan keluarga

3) Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti bubur kacang

hijau, buah dan lain-lain.

4) Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan

makanan, seperti lauk pauk dan sayuran secara berganti-gantian.

c. Makanan bayi umur 12-24 bulan

1) Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI

sudah berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang


berkualitas tinggi.

2) Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya

3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap

kali makan. Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali

sehari.

3) Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan

bahan makanan. Misalnya nasi diganti dengan mie, bihun, roti,

kentang dan lain-lain. Hati ayam diganti dengan telur, tahu,

tempe dan ikan. Bayam diganti degan daun kangkung, wortel dan

tomat. Bubur susu diganti dengan bubur kacang ijo, bubur sum-

sum, biskuit dan lain-lain.

4) Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba.

Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit (Mufida,

et all, 2015).

Tabel 2.1
Jadwal Pemberian MP-ASI Menurut Umur Bayi, Jenis Makanan Dan
Frekuensi Pemberian
Umur bayi Jenis makanan Takaran/ hari

0-6 bulan - ASI - Kapan diminta

Kira-kira 6 - ASI - Kapan diminta


bulan
- Sari buah - 1-2 kali

- Bubur tepung beras merah

Kira-kira 7 - ASI - Kapan diminta


bulan
- Buah-buahan - 3-4 kali

- Hati ayam atau kacang-kacangan

- Beras merah atau ubi

- Sayuran (wortel, bayam)

- Air tajin

Kira-kira 9 - ASI - Kapan diminta


bulan
- Buah-buahan - 4-6 kali

- Bubur, roti

- Daging/kacang-kacangan/ ayam/ikan

- Beras merah/kentang/ labu/jagung

> 12 bulan - ASI - Kapan diminta

- Makanan pada umumnya, - 4-6 kali

termasuk telur

Sumber : Sulistyoningsih 2011 dalam Hajrah 2016

7. Cara Pemberian Makanan Pendamping ASI


Pemberian makanan pendamping ASI merupakan suatu cara untuk

mengenal makanan baru selain ASI kepada bayi. Oleh karena itu, cara

pemberian makanan tersebut perlu diperhatikan agar makanan itu tidak

menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi. Agar makanan dapat

diberikan secara efisien maka cara pemberian yang baik adalah:

a. Siapkan makanan dan minuman untuk bayi. Jangan lupa kenakan

celemek pada bayi sehingga makanan yang tumpah tidak langsung

mengotori bajunya.

b. Sebaiknya, dudukkan bayi pada kursi makan bayi. Pastikan bayi duduk

dengan aman dan nyaman di kursi.

c. Lakukan pemberian makanan dalam suasana interaksi yang

menyenangkan. Tatap mata bayi ketika menyuapinya. Bicaralah pada

bayi tentang apa saja. Misalnya, tentang nama makanan yang ia santap,

tentang rasanya, maupun tentang bahan-bahannya, seluruh perkataan

anda saat menyuapi bayi, sebenarnya juga wahana melatih bayi untuk

bicara. Sebab, perkataan anda akan terekam dalam memori otak bayi.

Bayi pun semakin terlatih mendengar pembicaraan yang akan

meningkatkan kemampuan bicaranya kelak.

d. Suapi bayi sedikit-sedikit. Jangan tergesa-gesa. Tujuannya agar bayi

tidak tersedak memuntahkannya.

e. Jika bayi tidak mau disuapi lagi, jangan dipaksa. Mungkin ia sudah

kenyang atau ada rasa yang tidak disukai dari makanan itu (Evelin &

Nanang, 2010).
8. Dampak Pemberian MP–ASI terlalu dini (< 6 bulan)

a) Dampak jangka pendek

1) Bayi kehilangan nutrisi ASI : Konsumsi MP-ASI membuat bayi

kenyang dan enggan minum ASI. Hal ini dapat mengakibatkan

kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi.

2) Menurunkan kemampuan isap : Hingga usia 6 bulan, mulut bayi

hanya mampu membuat gerakan mengisap. Jika mulutnya dipaksa

untuk mengunyah, maka frekuensi dan intensitas mengisapnya

menurun bahkan hilang.

3) Memicu diare : Perut bayi usia di bawah 6 bulan hanya bisa

mencerna ASI. Jika diberi MP-ASI, maka kemungkinan besar sel-

sel usus tidak mampu mengolah zat–zat makanan. Kondisi ini

dapat menimbulkan gangguan pencernaan dan diare.

4) Memicu anemia : Pengenalan MP-ASI yang terlalu dini dapat

memengaruhi penurunan penyerapan zat besi dari ASI sehingga

menyebabkan bayi menderita anemia.

b) Dampak jangka panjang

1) Obesitas : Penambahan ekstra kalori yang belum diperlukan dapat

membuat bayi menderita obesitas.

2) Hipertensi : Asupan garam natrium dari MP-ASI yang tinggi, lebih

dari yang di butuhkan bayi, dapat mengarah pada hipertensi di

kemudian hari.

3) Arteriosklerosis : Ini adalah bentuk gangguan pada pembuluh


darah arteri akibat dari konsumsi kolesterol serta lemak berlebihan

dari MP-ASI.

4) Alergi makanan : Ketika sistem kekebalan usus bayi belum siap

menerima MP- ASI, maka resiko reaksi alergi lebih kerap terjadi

(Astrid dan Savitri, 2016).

B. Makanan Pertama Yang Diberikan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan

1. Air Susu Ibu (ASI)

ASI merupakan makanan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan

gizi bayi untuk tumbuh kembang yang optimal. Pemberian ASI dimulai

kurang dari 1 jam setelah lahir (inisiasi meyusu dini) sampai umur 6 bulan

atau disebut dengan ASI ekslusif yaitu pemberian ASI saja pada bayi

tanpa suplemen makanan yang lain. Pemberian ASI saja pada bayi selama

6 bulan dapat memenuhi semua kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan.

Setelah bayi berusia 6 bulan, bayi diperkenalkan dengan makanan

pendamping ASI dan ASI tetap diberikan sampai umur 2 tahun (IDAI,

2014).

2. Susu Formula Bayi

Susu formula bayi adalah susu formula adalah susu yang dibuat

dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga dapat

dipakai sebagai pengganti ASI. Menurut Riordan dan Auerbach (2000)

dalam Damaris (2018), PASI merupakan sumber makanan yang sangat

dibutuhkan oleh bayi apabila seorang ibu mempunyai masalah fisik

(ketidakseimbangan dan pembedahan payudara sebelumnya). Susu


formula sebenarnya tidak dianjurkan untuk bayi, namun ada beberapa

keadaan yang tidak memungkinkan ibu untuk menyusui bayinya dan harus

di beri susu formula, antara lain sebagai berikut (Khasanah, 2013 didalam

Damaris, 2018):

a. Berhubungan dengan kesehatan ibu. Seperti ibu yang menderita sakit

tertentu (kanker, Hb rendah) dan ibu yang menderita HIV/AIDS dan

hepatitis

b. Air susu ibu tidak keluar sama sekali sehingga satu-satunya makanan

yang dapat menggantikan ASI adalah susu sapi

c. Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau bayi masih memerlukan ASI

d. ASI keluar, tetapi jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi bayi

sehingga perlu tambahan seperti susu formula

e. Ibu kecanduan narkotika dan zat adiktif lainnya atau (NAPZA)

f. Adanya anggapan bayinya menolak atau diare karena minum ASI dan

sebagainya, meskipun kasus ini jarang terjadi.

C. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI pada bayi


kurang dari 6 bulan

1. Faktor Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh

melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010). Semakin baik pengetahuan

seseorang maka semakin baik pula pemahaman dan penerimaan akan hal

baru atau informasi yang ia dapatkan. Secara garis besarnya dibagi dalam

6 tingkat pengetahuan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa

makanan pendamping ASI sangat penting bagi pertumbuhan anak,

tahu manfaat dan tujuan diberikannya makanan pendamping ASI ,

makanan pendamping ASI sebaiknya mulai diberikan pada bayi diatas

6 bulan, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa

orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan misalnya: apa

tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa dampak diberikan makanan

pendamping ASI tidak diberikan sesuai usia, bagaimana cara

pemberian makanan pendamping ASI, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

mengintrepretasikan secara benar tantang objek yang diketahui

tersebut. Misalnya ibu yang memahami tahapan pemberian makanan

pendamping ASI, bukan hanya sekedar menyebutkan tahapan sesuai

usia bayi, tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus diberikan

secara bertahap dan sebagainya.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seorang ibu yang

telah paham tentang proses pemberian makanan pendamping ASI, ia

harus tahu kapan waktu dalam pemberian makanan pendamping ASI,

ibu yang telah paham mengenai makanan pendamping ASI, ia akan

memberikan makanan pendamping ASI sesuai dengan jadwal, dan

seterusnya.

d. Analisis (analysis)

Analis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai

pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram


(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat

menyebutkan mengapa makanan pendamping ASI perlu dilakukan

secara bertahap, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau

meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tantang hal-hal yang

telah dibaca atau didengar mengenai makanan pendamping ASI, dan

dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya,

seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita

malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat diberikan

makanan pendamping ASI pada bayi, dan sebagainya. (Notoatmodjo,

2010).

Menurut Notoadmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi


pengetahuan meliputi: Pendidikan, informasi/ media massa, Pekerjaan,

Sosial, budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia.

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpresentasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif,

yaitu :

a. Baik : Jika responden menjawab pertanyaan dengan skor 76%-100%

b. Cukup : Jika responden menjawab pertanyaan dengan skor 56%-75%

c. Kurang : Jika responden menjawab benar pertanyaan skor < 56%.

2. Faktor Pendidikan

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Undang-Undang Nomor 20

tentang Sistem Pendidikan Nasional Nasional Bab I Ketentuan Umum

Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan

pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta

didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa jenjang pendidikan

formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,

dan pendidikan tinggi.

a. Pendidikan Dasar
Pendidikan Dasar adalah pendidikan umum yang lamanya

sembilan tahun, diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah

Dasar atau sederajat dan tiga tahun di Sekolah Menegah Pertama

atau sederajat.

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan Menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan

bagi lulusan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial

budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan

lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Lama

pendidikan yaitu tiga tahun, bentuk satuan pendidikan menengah

terdiri atas:

1) Sekolah Menengah Umum

2) Sekolah Menengah Kejuruan

3) Sekolah Menengah Keagamaan : Madrasah Aliyah

c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan Tinggi merupakan kelanjutan pendidikan

menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik

dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan

menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.

Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan yang dijalani


seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir

dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat

mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk

menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan Individu yang

berpendidikan lebih rendah. Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih

sadar tentang keunggulan ASI serta dampak negatif dari pemberian MP-

ASI dini pada bayinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang

diperoleh, semakin tinggi pula pengetahuan tentang pemberian MP-ASI

yang tepat yaitu pada usia 6-24 bulan.

3. Faktor Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang

dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan

atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu

yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar

yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi (Badan Pusat

Statistik, 2013). Status pekerjaan ibu juga mempengaruhi pemberian MP-

ASI dini, kesibukan ibu rumah tangga yang sering keluar rumah untuk

bekerja sering kali mengabaikan tugas ibu untuk menyusui anaknya

sehingga pemberian ASI ekslusif pada bayinya kurang maksimal.

Pemberian makanan pendamping ASI dan susu formula dijadikan jalan

alternatif dengan anggapan anak tetap mendapat asupan nutrisi yang

cukup. Selain itu ibu yang bekerja terlalu sibuk cenderung memiliki

waktu yang lebih sedikit untuk memperoleh informasi tentang pemberian


MP-ASI yang tepat, yang berdampak pada tidak terpenuhinya pemberian

MP-ASI yang sesuai pada anak sesuai umurnya.

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu

sehingga bagi ibu-ibu yang bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga. Semakin banyak waktu yang tersisa untuk

melakukan pekerjaan maka semakin besar kesempatan untuk

memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Jadi variabel

pekerjaan besar pengaruhnya terhadap MP ASI dini di zaman emansipasi

wanita seperti saat ini karena banyaknya wanita yang nemilih untuk

bekerja (Rahman, 2015 Dalam Oktaria, 2018).

4. Faktor Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya yang bersifat mendukung selalu

siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dalam hal ini

penerima dukungan keluarga akan mendapatkan bantuan dalam menjaga

anak, merawat anak dan membantu dalam memberikan makanan

pendamping ASI yangbaik dan sehat. Dukungan keluarga didefinisikan

sebagai segala bentuk bantuan verbal dari orang terdekat seperti suami,

orang tua dan mertua yang memberikan dukungan pemberian MP-ASI

(Mahayu 2014 dalam Ekasari, 2018).

Dukungan keluarga yang baik terhadap pemberian ASI ekslusif

atau keluarga yang tidak mendukung pemberian makanan pendamping

ASI sebelum bayi berusia 6 bulan, maka semakin baik sikap ibu dalam
memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan tidak

memberikan makanan pendamping ASI kepada bayi saat berusia kurang

dari 6 bulan. Tetapi jika keluarga justru mendukung dan menganjurkan

untuk memberikan makanan selain ASI sebelum bayi berusia 6 bulan

juga akan mendorong ibu untuk memberikan makanan selain ASI pada

bayi sebelum usia 6 bulan. Informasi tentang ASI dan MP-ASI bukan

hanya diberikan kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada suami dan

keluarga, sehingga mereka juga memperoleh pengetahuan tentang ASI

dan MP-ASI yang tepat.

D. Kerangka Teori
Syarat pemberian MP ASI :
1. Tepat waktu
2. Adekuat
3. Aman dan Hygienis
4. Diberikan secara Gambar 2.2 Kerangka Teori penelitian
responsif
(IDAI 2014, Astrid dan Savitri, 2016,
Notoatmodjo 2010, Ekasari 2018)

Dampak Pemberian MP–


ASI terlalu dini (< 6 bulan)
Faktor-faktor yang
1. Jangka Pendek
berhubungan
a. Kehilangan nutrisi dengan
pemberian
b. Menurunkan MP ASI
1. Pengetahuan
kemampuan isap
c. Diare 2. Pendidikan
d. Anemia3. Pekerjaan
E. Kerangka Konsep Penelitian
4. Dukungan Keluarga
2. Jangka Panjang
a.Variabel
ObesitasIndependen Variabel Dependen
b. Hipertensi
c. Arteriosklerosis 1. Pengetahuan
d. Alergi makanan 2. Pendidikan Pemberia
3. Pekerjaan pada
4. Dukungan
keluarga <6b

Gambar 2.3 Kerangka Konsep penelitian

F. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan faktor pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI

pada bayi kurang dari 6 bulan

2. Ada hubungan faktor pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI pada

bayi kurang dari 6 bulan


3. Ada hubungan faktor pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI pada

bayi kurang dari 6 bulan

4. Ada hubungan faktor dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI

pada bayi kurang dari 6 bulan


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini bersifat analitik yang bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang behubungan pemberian makanan

pendamping ASI pada bayi kurang dari 6 bulan, dengan pendekatan cross

sectional yaitu suatu penelitian yang dilakukan dalam sekali waktu saja

dan tidak ada pengulangan dalam pengambilan data (Notoatmodjo, 2012).

B. Lokasi dan Waktu

1. Tempat Penelitian

Tempat yang dipilih menjadi tempat penelitian ini adalah di Desa

Togideu, Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias Barat.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah suatu yang harus dilakukan karena dapat

memberikan rencana secara jelas, pelaksanaan, dan penyusunan

laporan penelitian waktu yang digunakan dalam penelitian ini.

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2022.


Tabel 3.1 Tabel rencana waktu penyusunan dan pelaksanaan

penelitian

Bulan
Uraian Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
No
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusuna
n Judul dan
pengumpul
1 an jurnal
terkait
Judul
Penelitian
Penyusuna
2
n Bab I
Penyusuna
3
n Bab II
Penyusuna
4
n BAB III
5 Penelitian

C. Populasi dan Sempel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi

kurang dari 6 sebanyak 32 ibu di Desa Togideu.

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2012) sampel adalah objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi penelitian.

Rumus pengambilan sampel dapat dihitung dengan menggunakan

rumus dari slovin yaitu :

N
n= 2
1+ N ( d )
Keterangan :

N = Besar populasi
N = Besar sampel
D = Tingkat kepercayaan (0,12)

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan. Teknik

pengambilan besar sampel menggunakan teknik accidental sampling yaitu

dengan pengambilan sampel atau responden yang kebetulan ada dan

bersedia untuk menjadi respoden pada saat penelitian. Teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini menggunakan accidental sampling .

D. Defenisi Operasional Variabel

Sanusi (2014) mendefenisikan variabel penelitian adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian

ditarik kesimpulannya.
A. Defenisi Operasional

Tabel 3.2 Defenisi Operasional Variabel

Defenisi
Variabel Alat ukur Hasil ukur Skala
No Operasional

Variabel
dependent:
1. Pemberian Pemberian Kuesioner Nominal
MP-ASI makanan 1. Tidak diberi
Kurang dari pendamping ASI MP-ASI
6 bulan (selain ASI dan kurang dari
susu formula) 6 bulan
pada bayi dibawah 2. Diberi MP-
usia 6 bulan ASI kurang
dari 6 bulan

Variabel 1. Baik :
independent: dikatakan jika
2. Pengetahua Segala sesuatu Kuesioner responden Ordinal
n yang di ketahui menjawab
ibu tentang pertanyaan
Makanan dengan skor
pendamping ASI 76%-100%
pada bayi 2. Cukup :
dikatakan jika
responden
menjawab
dengan skor
56%-75%
3. Kurang :
dikatakan jika
responden
dapat
menjawab
pertanyaan
dengan benar
skor < 56%
3. Pendidikan Jenjang Lembar Ordinal
1. Pendidikan
pendidikan Check-list
Tinggi: PT
terakhir yang telah
2. Pendidikan
diselesaikan ibu
Menengah:
(SMA,
SMK, MA)
3. Pendidikan
Dasar :
(SD/SMP)
4. Tidak
sekolah/bel
um tamat
SD

4. Pekerjaan kegiatan ibu Lembar 1. Bekerja: Nominal


dalam menambah Check-list (Petani,
penghasilan PNS,
keluarga Wiraswasta,
dll.)
2. Tidak
Bekerja:
IRT
5. Dukungan Dukungan, saran Kuesioner 1. Mendukung Nominal
keluarga dan motivasi yang :
diberikan oleh Apabila
suami, orang tua keluarga
dan anggota mendukung
keluarga lainnya pemberian
kepada ibu MP-ASI <
terhadap 6 bulan.
pemberian Skor ≤ 50
makanan %
pendamping ASI 2. Tidak
pada bayi < 6 mendukung
bulan :
Apabila
keluarga
tidak
mendukung
pemberian
MP-ASI <
6 bulan.
Skor > 50%

E. Aspek Pengukuran Data

Dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari Instrumen yang

disusun oleh peneliti dengan mengacu pada kerangka konsep dan tinjauan

pustaka. Instrument pengumpulan data dilakukan dengan memberikan

lembar checklist dan kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan

memberikan kepada ibu kuesioner dan Lembar Check-list penelitian

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian makanan

pendamping ASI pada bayi kurang dari 6 bulan. Dalam penelitian ini data

yang dikumpulkan berasal dari:

1. Data primer: yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden

dengan memberikan kuesioner dan lembar checklist yang diisi langsung

oleh responden.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh langsung dari institusi tempat

penelitian berupa jumlah ibu-ibu yang memiliki bayi usia kurang dari 6

bulan.

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan ini berisikan kegiatan data meliputi :


a. Mengajukan surat perizinan penelitian dari Inkes Medistra Lubuk

Pakam, kemudian surat perizinan diberikan ke tempat penelitian

yaitu Desa Togideu untuk mendapatkan izin melakukan penelitian

di wilayah tersebut pada bulan Maret-April 2022.

b. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan lembar

checklist dan lembar kuesioner yang akan diajukan kepada

responden

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan pendekatan dan identifikasi penelitian pada ibu yang

memiliki bayi kurang dari 6 bulan dengan lampiran permohonan ijin

menjadi responden, penjelasan sebelum persetujuan (PSP) untuk

mengikuti penelitian, dan persetujuan menjadi responden.

b. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

c. Setelah ibu setuju untuk berpartisipasi menjadi responden dalam

penelitian, peneliti memastikan legalitas persetujuan dengan

penandatanganan surat persetujuan (informed consent)

d. Memberikan lembar kuesioner kepada responden

e. Mendampingi responden selama melakukan pengisian data diri dan

pengisian kuesioner

f. Melakukan pengecekan kembali pada lembar kuesioner yang telah

diisi

g. Mengumpulkan kuesioner yang telah terisi, sebelumnya mengoreksi

sekilas mengenai kelengkapan data yang telah diisi responden


h. Peneliti mengucapkan terimakasih dan memberikan souvenir

kepada responden

G. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan setelah pengumpulan data selesai

dilakukan dengan maksud agar data yang dikumpulkan memiliki sifat

yang jelas.

1. Editing

Kegitan ini untuk pengecekan isi lembar observasi apakah jawaban

yang ada pada lembar observasi sudah lengkap, jelas dan relevan.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode nomor (angka) terhadap

data yang diatas beberapa kategori.

3. Entry

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak kode sesuai dengan pernyataan

yang ada

4. Tabulating

Mentabulasi data sesuai dengan kelompok-kelompok data yang telah

ditentukan.

5. Cleaning

Merupakan pengecekan kembali data yang sudah ditabulasikan dan

dilakukan pembersihan data kembali dari kesalahan saat mentabulasi

data.

6. Pengolahan data
Setelah data diolah, data akan disatukan dalam bentuk tabel.

H. Metode Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian yaitu variabel independent dan variabel dependent

menggunakan tabel distribusi frekuensi:

f
P¿ × 100%
N

Keterangan :

P = Presentasi

f = Jumlah jawaban yang benar

N = Jumlah skor maksimal

100 = Konstanta

2. Analisis Bivarait

Analisis bivariat adalah analisis yang bertujuan untuk melihat

hubungan anatara variabel independent dan variabel dependent dengan

menggunakan uji kai kuadrat (chi square) dengan tingkat kepercayaan

95% menggunakan statistical product and service solution (SPSS).


BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Data Demografi

Jumlah penduduk Desa Togide’u Kecamatan Sirombu Kabupaten

Nias Barat sebanyak 828 jiwa. Terdiri atas laki-laki 430 jiwa dan

perempuan 398 jiwa dan terdiri dari 229 kepala keluarga (KK).

2. Data Geografi

Peneletian ini dilakukan di Desa Togide’u Kecamatan Sirombu

Kabupaten Nias Barat dengan luas wilayah 60 hektar. Batas wilayah yaitu:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Onolimbu Raya Kecamatan

Mandrehe Barat Kabupaten Nias Barat

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Tugalagawu Kecamatan Sirombu

Kabupaten Nias Barat

c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sirombu Kecamatan Sirombu

Kabupaten Nias Barat

d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tugala Kecamatan Sirombu

Kabupaten Nias Barat.


A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai Faktor-faktor yang Berhubungan

Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia < 6 bulan di Desa Togideu, dimana data

yang dikumpulkan pada Juni-Juli 2022 dengan jumlah responden 32 orang,

diuraikan sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat dimaksudkan untuk mendeskripsikan masing-

masing variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sebagai

berikut :

a. Pemberian MP-ASI pada bayi < 6 bulan

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian
MP-ASI pada bayi < 6 bulan Di Desa Togideu
Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat

Pemberian MP-ASI Persentase


No. Frekuensi
pada bayi < 6 bulan (%)

1. Tidak diberi 10 31,2

2. Diberi 22 68,8

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 32

responden, responden yang tidak memberikan MP-ASI pada bayi < 6

bulan sebanyak 10 responden (31,2%) dan responden yang

memberikan MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 22 responden

(68,8%).

b. Pengetahuan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Di Desa Togideu Kecamatan Sirombu
Kabupaten Nias Barat

Persentase
No. Pengetahuan Frekuensi
(%)

1. Baik 6 18,8

2. Cukup 4 12,5

3 Kurang 22 68,7
Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 32

responden, responden berpengetahuan baik sebanyak 6 responden

(18,8%), responden berpengetahuan cukup sebanyak 4 responden

(12,5%) dan responden berpengetahuan kurang sebanyak 22

responden (68,7%).

c. Pendidikan
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Di Desa Togideu Kecamatan Sirombu
Kabupaten Nias Barat

Persentase
No. Pendidikan Frekuensi
(%)

1. Pendidikan Tinggi 3 9,4

2 Pendidikan Menengah 9 28,1


3 Pendidikan Dasar 20 62,5
4 Tidak/ belum tamat SD 0 0

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat diketahui bahwa dari 32

responden, responden berpendidikan tinggi sebanyak 3 responden

(9,4%), responden berpendidikan menengah sebanyak 9 responden

(28,1%), responden berpendidikan dasar sebanyak 20 responden

(62,5%) dan responden yang tidak sekolah/belum sekolah sebanyak 0

responden.

d. Pekerjaan

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di Desa Togideu Kecamatan Sirombu
Kabupaten Nias Barat

Persentase
No. Pekerjaan Frekuensi
(%)

Bekerja (PNS, Wiraswasta,


1. 23 71,9
Tani)

Tidak Bekerja
2. 9 28,1
(IRT)

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat diketahui bahwa dari 32

responden, responden bekerja sebanyak 23 responden (71,9%) dan

responden tidak bekerja sebanyak 9 responden (28,1%).

e. Dukungan Keluarga
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan keluarga
Di Desa Togideu Kecamatan Sirombu
Kabupaten Nias Barat

No. Dukungan Keluarga Frekuensi Presentase (%)

1. Mendukung 18 56,2

2. Tidak mendukung 14 43,8

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 32

responden, dukungan keluarga responden mendukung pemberian MP-

ASI < 6 bulan sebanyak 18 responden (56,2%) dan dukungan keluarga

responden tidak mendukung pemberian MP-ASI < 6 bulan sebanyak

14 responden (43,8%).

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dimaksudkan untuk melihat hubungan kedua

variabel, yaitu hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen dengan menggunakan tabel silang sebagai berikut :


a. Hubungan Antara Pengetahuan ibu Dengan Pemberian MP-ASI
pada bayi < 6 bulan.
Tabel 5.7
Tabel Silang Pengetahuan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Pada
Bayi < 6 Bulan Di Desa Togideu
Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat

Pemberian MP-ASI Pada


Bayi < 6 Bulan P
N Total
Pengetahuan value
o. Tidak diberi Diberi

F % F % F %

1. Baik 4 66,7 2 33,3 6 100

2. Cukup 3 75 1 25 4 100
0.006
3 Kurang 3 13,6 19 86,4 22 100
Total 10 31,2 22 68,8 32 100

Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dari 6 responden

berpengetahuan baik, yang tidak memberi MP-ASI pada bayi < 6

bulan sebanyak 4 orang (66,7%) dan yang memberi MP-ASI pada

bayi < 6 bulan sebanyak 2 orang (33,3%). Dari 4 responden

berpengetahuan cukup, yang tidak memberi MP-ASI pada bayi < 6

bulan sebanyak 3 orang (75%) dan yang memberi MP-ASI pada bayi

< 6 bulan sebanyak 1 orang (25%). Sedangkan dari 22 responden

berpengetahuan kurang yang tidak memberi MP-ASI pada bayi < 6

bulan sebanyak 3 orang (13,6%) yang memberi MP-ASI pada bayi < 6

bulan sebanyak sebanyak 19 orang (86,4%).


Berdasarkan uji statistik Chi Square didapat p<α (0.006<0,05).

Hal ini menunjukkan secara statistik ada hubungan antara

pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi < 6 bulan di

Desa Togideu Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat.

b. Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dengan Pemberian MP-ASI


Pada Bayi < 6 Bulan.
Tabel 5.8
Tabel Silang Pendidikan Dengan Pemberian MP-ASI Pada Bayi <
6 Bulan Di Desa Togideu Kecamatan Sirombu
Kabupaten Nias Barat

Pemberian MP-ASI Pada


Bayi < 6 Bulan Total P
No. Pendidikan
Tidak diberi Diberi Value

F % F % F %

Pendidikan
1. 2 66,7 1 33,3 3 100
Tinggi

Pendidikan
2 5 55,6 4 44,4 9 100
Menengah
Pendidikan 0,035
3 3 15 17 85 20 100
Dasar
Tidak/belum
4 0 0 0 0 0 0
tamat SD

Total 10 31,2 22 68,8 32 100

Dari tabel 5.8 dapat diketahui dari 3 responden berpendidikan

tinggi, yang tidak memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 2

orang (66,7%) yang memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 1
orang (33,3%). Dari 9 responden berpendidikan menengah, yang

tidak memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 5 orang (55,6%)

dan yang memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 4 orang

(44,4%). Dari 20 responden berpendidikan dasar yang tidak memberi

MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 3 orang (15%) dan yang

memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 17 orang (85%).

Berdasarkan uji statistik Chi Square didapat p<α (0.035<0,05).

Hal ini menunjukkan secara statistik ada hubungan antara pendidikan

ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi < 6 bulan di Desa Togideu

Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat.

c. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian MP-ASI


Pada Bayi < 6 Bulan.
Tabel 5.9
Tabel Silang Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian MP-ASI Pada
Bayi < 6 Bulan Di Desa Togideu Kecamatan Sirombu
Kabupaten Nias Barat

Pemberian MP-ASI Pada


Bayi < 6 Bulan Total
N P
Pekerjaan
o. Tidak diberi Diberi Value

F % F % F %

1 Bekerja 4 17,4 19 82,6 23 100

Tidak 0.013
2 6 66,7 3 33,3 9 100
Bekerja

Total 10 31,2 22 68,8 32 100


Dari tabel 5.9 dapat diketahui bahwa dari 23 responden bekerja,

yang tidak memberikan MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 4

orang (17,4%) dan yang memberikan MP-ASI pada bayi < 6 bulan

sebanyak 19 orang (82,6%). Dari 9 responden tidak bekerja, yang

tidak memberikan MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 6 orang

(66,7%) dan yang memberikan MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak

3 orang (33,3%).

Berdasarkan uji statistik Chi Square Fisher's Exact Test di dapat

p<α (0.013<0,05). Hal ini menunjukkan secara statistik ada hubungan

antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi < 6 bulan

di Desa Togideu Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat.

d. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Pemberian MP-


ASI Pada Bayi < 6 Bulan.
Tabel 5.10
Tabel Silang Dukungan Keluarga Dengan Pemberian MP-ASI
Pada Bayi < 6 Bulan Di Desa Togideu Kecamatan Sirombu
Kabupaten Nias Barat

Pemberian MP-ASI Pada


Bayi < 6 Bulan Total
Dukungan P
No.
Keluarga Tidak diberi Diberi Value

F % F % F %

1. Mendukung 1 5,6 17 94,4 18 100

Tidak
2. 9 64,3 5 35,7 14 100 0,001
mendukung

Total 10 31,2 22 68,8 32 100


Dari tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 18 responden dengan

dukungan keluarga mendukung pemberian MP-ASI < 6 bulan, yang

tidak memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 1 orang (5,6%)

dan yang memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 17 orang

(94,4%). Dari 14 orang responden dengan dukungan keluarga tidak

mendukung pemberian MP-ASI < 6 bulan, yang tidak memberi MP-

ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 9 orang (64,3%) dan yang memberi

MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 5 orang (35,7%) memberikan

MP-ASI pada bayi < 6 bulan.

Berdasarkan uji statistik Chi Square Square Fisher's Exact Test

didapat p<α (0.001<0,05). Hal ini menunjukkan secara statistik ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI pada

bayi < 6 bulan di Desa Togideu Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias

Barat.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk

menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemberian MP-ASI pada bayi < 6 bulan di Desa

Togideu Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat.


1. Hubungan Faktor Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian MP-ASI Pada

Bayi < 6 Bulan Di Desa Togideu Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias

Barat.

Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dari 6 responden

berpengetahuan baik, yang tidak memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan

sebanyak 4 orang (66,7%) dan yang memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan

sebanyak 2 orang (33,3%). Dari 4 responden berpengetahuan cukup, yang

tidak memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 3 orang (75%) dan

yang memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 1 orang (25%).

Sedangkan dari 22 responden berpengetahuan kurang yang tidak memberi

MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 3 orang (13,6%) yang memberi

MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak sebanyak 19 orang (86,4%).

Berdasarkan uji statistik Chi Square didapat p<α (0.006<0,05). Hal ini

menunjukkan secara statistik ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan

pemberian MP-ASI pada bayi < 6 bulan di Desa Togideu Kecamatan

Sirombu Kabupaten Nias Barat.

Hasil kuesioner menunjukan dari 10 pertanyaan, soal nomor 1 dan

nomor 7 adalah soal yang paling banyak dijawab benar oleh responden.

Soal no.1 (sebanyak 28 orang) tentang pengertian makanan pendamping

ASI. Responden mengatakan bahwa makanan pendamping ASI adalah

makanan seperti bubur saring, sun, dan pisang kerok yang diberikan pada
bayi sambil diberikan ASI. Makanan pendamping ASI adalah makanan

atau minuman yang dikenalkan pada bayi usia 6-24 bulan (Mufida, et all,

2015). Soal no. 7 (sebanyak 30 orang) tentang apakah ASI tetap diberikan

walaupun bayi mendapatkan makanan pendamping ASI. Responden

mengatakan bahwa setelah bayi diberi MP-ASI bayi tetap disusui untuk

menambah gizi bayi dan agar bayi tidak terus-terusan merasa lapar.

Setelah bayi berusia 6 bulan bayi diberikan MP-ASI untuk memenuhi

nutrisinya dan pemberian ASI tetap diteruskan agar bayi dapat beradaptasi

dengan makanan baru yang di konsumsinya. Sesuai dengan anjuran WHO

bahwa pemberian ASI diteruskan hingga usia 2 tahun (Heryanto, 2012).

Hasil kuesioner menunjukan dari 10 pertanyaan, soal nomor 3,4 9

dan 10 adalah soal yang lebih banyak dijawab tidak benar oleh responden.

Soal no.3 (sebanyak 22 orang) tentang tujuan pemberian MP-ASI,

responden beranggapan bahwa tujuan dari pemberian MP-ASI hanya agar

bayi tidak rewel sedangkan tujuan dari pemberian MP-ASI salah satunya

adalah untuk mengembangkan kemampuan bayi dalam menerima

berbagai rasa makanan (IDAI, 2014). Soal no.4 (sebanyak 18 orang)

tentang usia bayi dapat diberi MP-ASI, responden mengatakan bahwa

bayi dapat diberikan MP-ASI kapan saja bayi membutuhkan meskipun

usianya masih di bawah enam bulan. Pemberian MP-ASI dilakukan

setelah bayi berusia 6 bulan sedangkan pada bayi 0-6 bulan hanya

diberikan ASI saja atau ASI ekslusif, pemberian MP-ASI yang terlambat

dapat membuat bayi kekurangan nutrisi (Mufida, et all, 2015).


Soal no.9 (sebanyak 19 orang) tentang pengaruh jika pemberian

MP-ASI dilakukan sebelum usia 6 bulan, responden beranggapan bahwa

tidak ada pengaruh negatif bila bayi diberikan MP-ASI sebelum enam

bulan, justru sebaliknya bayi tidak rewel dan lebih ceria. Resiko

pemberian MP-ASI sebelum usia enam bulan adalah kenaikan berat

badan yang terlalu cepat (risiko obesitas), alergi terhadap salah satu zat

gizi dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi

(Usmiyati dan Maulida, 2017). Soal no.10 (sebanyak 21 orang) tentang

tahapan pemberian MP-ASI, responden beranggapan bahwa makanan

dapat diberikan pada bayi sesuai dengan keinginan bayi tanpa

memperhatikan tekstur yang penting bayi mau makan. Pemberian MP-

ASI harus diberikan secara bertahap, baik dari sisi tekstur maupun jumlah

porsi makanannya serta disesuaikan dengan perkembangan sistem

pencernaan, kebutuhan nutrisi, dan usia bayi. Tujuannya agar bayi dapat

mencerna makanan pendamping ASI dengan baik dan tidak menimbulkan

efek negatif bagi kesehatan bayi (Mufida, et all, 2015). Pemberian MP-

ASI pada bayi bertahap yaitu dimulai dari pemberian makanan cair,

makanan lunak, makanan lembek, makanan agak kasar dan makanan

keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 6 responden

berpengetahuan baik, mayoritas tidak memberikan MP-ASI < 6 bulan

sebanyak 4 orang (66,7%). Menurut Notoatmodjo (2012) bahwa

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk


tindakan seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Pengetahuan yang didasari pemahaman yang tepat

akan menimbulkan pemahaman yang positif sehingga akhirnya tumbuh

satu bentuk perilaku yang diharapkan. Semakin baik pengetahuan ibu

maka pemahaman tentang waktu yang tepat pemberian MP-ASI juga

semakin baik yaitu setelah bayi berusia enam bulan. Dari hasil penelitian

terdapat minoritas ibu berpengetahuan baik dengan memberikan MP-ASI

pada bayi < 6 bulan sebanyak 2 orang (33,3%), penyebabnya adalah

faktor pekerjaan dan dukungan keluarga, ibu yang bekerja tidak punya

cukup waktu untuk menyusui bayinya dan tradisi dalam keluarga yang

mendukung pemberian MP-ASI < 6 bulan akan mendorong ibu

memberikan MP-ASI pada bayi di bawah usia enam bulan.

Berdasarkan hasil penelitian dari 4 reponden berpengetahuan

cukup, mayoritas tidak memberikan MP-ASI < 6 bulan sebanyak 3 orang

(75%). Ibu berpengetahuan cukup dapat memahami waktu pemberian

MP-ASI yang tepat pada bayi yaitu setelah usia 6 bulan. Namun, dari

hasil penelitian masih terdapat minoritas responden memberikan MP-ASI

< 6 bulan sebanyak 1 orang (25%), penyebabnya adalah tingkat

pengetahuan cukup tidak sebaik pemahaman orang berpengetahuan baik.

Tingkat pengetahuan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dimana

semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan untuk belajar,


memahami, dan menerapkan waktu dan cara pemberian MP-ASI yang

tepat pada bayi juga semakin baik.

Berdasarkan hasil penelitian dari 22 responden, mayoritas

memberikan MP-ASI < 6 bulan sebanyak 19 orang (86,4%). Ibu

berpengetahuan kurang cenderung memberikan MP-ASI sebelum bayi

berusia enam bulan karena tidak mampu memahami bahwa waktu

pemberian MP-ASI yang baik adalah setelah bayi berusia enam bulan.

Hasil penelitian juga menunjukan terdapat minoritas responden

berpengetahuan kurang dengan tidak memberikan MP-ASI < 6 bulan

sebanyak 3 orang (13,6%), penyebabnya adalah dukungan keluarga untuk

tidak memberikan MP-ASI < 6 bulan, apabila keluarga tidak mendukung

ibu untuk memberi MP-ASI sebelum usia enam bulan maka ibu juga akan

termotivasi untuk memberi MP-ASI setelah bayi berusia enam bulan.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh

melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010). Semakin baik pengetahuan

seseorang maka semakin baik pula pemahaman dan penerimaan akan hal

baru atau informasi yang didapatkan.

Pengetahuan responden di Desa Togideu Kecamatan Sirombu

Kabupaten Nias Barat. masih tergolong kurang, hal ini disebabkan oleh
ketidaktahuan tentang MP-ASI serta waktu dan cara pemberian MP-ASI

yang tepat pada bayi. Responden sudah mengenalkan makanan tambahan

mulai umur 2 bulan dengan alasan agar bayi tidak rewel, dan berat badan

bayi akan bertambah tanpa mengetahui tentang resiko pemberian

makanan tambahan yang terlalu dini pada bayi. Pemberian makanan

tambahan pada bayi < 6 bulan juga sudah menjadi kebiasaan umum bagi

ibu-ibu yang memiliki bayi karena tradisi dalam keluarga bahwa bayi di

bawah usia 6 bulan sudah bisa diberi makanan keluarga.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Priharyanti

Wulandari, Dwi Retnaningsih dan Rahayu Winarti tahun 2019 dengan

judul hubungan pengetahuan dengan pemberian MP-ASI dini pada ibu

yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan. Hasil penelitian menunjukan ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian MP-ASI

dini pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan

Ghisikdrono Semarang dimana presentase terbanyak adalah ibu dengan

pengetahuan baik sebanyak 34 ibu (43,6%) yang tidak memberikan MP-

ASI dini, karena semakin baik pengetahuan ibu mengenai waktu dan cara

pemberian MP-ASI yang tepat pada bayi maka ibu tidak memberi MP-

ASI dibawah usia 6 bulan.

Menurut asumsi peneliti dari penelitian yang telah dilakukan

kepada 32 responden, ibu yang berpengetahuan kurang lebih banyak

memberi MP-ASI pada bayi dibawah usia enam bulan dari pada ibu yang

berpengetahuan baik. Semakin baik pengetahuan ibu maka tidak


memberikan MP-ASI < 6 bulan, sebaliknya jika pengetahuan ibu kurang

tentang waktu dan cara pemberian MP-ASI yang tepat pada bayi akan

menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan selain ASI sebelum

mencapai usia enam bulan.

2. Hubungan Faktor Pendidikan Ibu Dengan Pemberian MP-ASI Pada

Bayi < 6 Bulan Di Desa Togideu Kecamtan Sirombu Kabupaten Nias

Barat

Dari tabel 5.8 dapat diketahui dari 3 responden berpendidikan

tinggi, yang tidak memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 2

orang (66,7%) yang memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 1

orang (33,3%). Dari 9 responden berpendidikan menengah, yang tidak

memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 5 orang (55,6%) dan

yang memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 4 orang (44,4%).

Dari 20 responden berpendidikan dasar yang tidak memberi MP-ASI

pada bayi < 6 bulan sebanyak 3 orang (15%) dan yang memberi MP-

ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 17 orang (85%). Berdasarkan uji

statistik Chi Square didapat p<α (0.035<0,05). Hal ini menunjukkan

secara statistik ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian

MP-ASI pada bayi < 6 bulan di Desa Togideu Kecamatan Sirombu

Kabupaten Nias Barat.

Berdasarkan uji statistik Chi Square didapat p<α (0.035<0,05).

Hal ini menunjukkan secara statistik ada hubungan antara pendidikan


ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi < 6 bulan di Desa Togideu

Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat.

Berdasarkan hasil penelitian dari 3 responden berpendidikan

tinggi, mayoritas tidak memberi MP-ASI < 6 bulan sebanyak 2 orang

(66,7%). Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan yang dijalani

seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir dan

umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru

dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah. Ibu

yang berpendidikan tinggi akan lebih sadar tentang keunggulan ASI serta

dampak negatif dari pemberian MP-ASI dini pada bayinya. Semakin

tinggi tingkat pendidikan formal yang diperoleh, semakin tinggi pula

pengetahuan tentang pemberian MP-ASI yang tepat yaitu pada usia 6-24

bulan. Hasil penelitian juga menunjukan terdapat minoritas responden

berpendidikan tinggi dengan memberikan MP-ASI < 6 bulan sebanyak 1

orang (33,3%), faktor penyebabnya adalah pekerjaan responden.

Responden bekerja sebagai sekretaris di kantor dimana harus ke kantor

dari pagi sampai siang, sedangkan bayi dititipkan kepada keluarga. Bayi

diberikan susu formula dan makanan tambahan oleh keluarga karena ibu

tidak punya cukup waktu untuk menyusui bayinya.

Berdasarkan hasil penelitian dari 9 responden berpendidikan

menengah, mayoritas responden tidak memberi MP-ASI < 6 bulan

sebanyak 5 orang (55,6%). Ibu berpendidikan menengah juga memiliki

pengetahuan yang cukup baik tentang waktu dan cara pemberian MP-ASI
yang tepat pada bayi yaitu setelah usia enam bulan. Hasil penelitian juga

menunjukan terdapat minoritas responden berpendidikan menengah

dengan memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 4 orang (44,4%).

Penyebabnya adalah dari segi pengetahuan responden tentang MP-ASI

yang masih kurang, responden yang bekerja sebagai petani sehingga

tidak punya cukup waktu untuk menyusui bayinya, dan dukungan

keluarga responden yang menganjurkan pemberian MP-ASI < 6 bulan

akan mendorong ibu untuk memberi MP-ASI sebelum usia enam bulan.

Berdasarkan hasil penelitian dari 20 responden berpendidikan

dasar, mayoritas memberi MP-ASI < 6 bulan sebanyak 17 orang (85%).

Menurut Arum (2017) dalam Yulianto (2019) tingkat pendidikan yang rendah

sangat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menerima suatu informasi,

sehingga sulit untuk merubah cara berfikirnya, saat bayi yang belum berusia 6

bulan menangis setelah diberikan ASI, hal ini berarti bayi masih belum

kenyang, sehingga mereka berusaha untuk memberikan makanan tam bahan

seperti bubur, buah dan lain-lain hal ini disebabkan karena kurangnya

pemahaman ibu tentang waktu dan cara pemberian MP-ASI yang tepat

pada bayi. Semakin tinggi pendidikan ibu maka pengetahuan tentang

MP-ASI juga semakin baik. Penyebab lainnya yaitu kebiasaan keluarga

bahwa bayi di bawah usia enam bulan sudah dapat diberi makanan

tambahan agar berat badan bayi bertambah. Dari hasil penelitian juga

terdapat minoritas responden berpendidikan dasar dengan tidak memberi

MP-ASI < 6 bulan sebanyak 3 orang (15%), hal ini didukung oleh faktor

dukungan keluarga. Apabila dari anggota keluarga lebih mendukung ibu


untuk menyusui secara ekslusif dan tidak memberi MP-ASI < 6 bulan

maka ibu juga akan termotivasi untuk menyusui bayinya dan

memberikan MP-ASI pada bayi setelah usia enam bulan.

Pendidikan responden di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa mayoritas berpendidikan dasar. Tingkat

pendidikan ibu juga mempengaruhi pengetahuan yang didapat tentang

waktu dan cara pemberian MP-ASI yang tepat pada bayi. Semakin tinggi

pendidikan ibu maka pengetahuan tentang MP-ASI juga semakin baik,

informasi yang diperoleh menambah pengetahuan ibu untuk tidak

memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan. Pendidikan membantu seseorang

untuk menerima informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi,

misalnya memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) di usia bayi

memasuki enam bulan.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susianti Widastuti,

dkk 2019 tentang Hubungan Pendidikan, Pengetahuan Dan Budaya

Terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini. Hasil penelitian

menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu

dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi dimana ibu yang

berpendidikan rendah memiliki tingkat pemahaman yang rendah tentang

pemberian MP-ASI sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan ibu

maka cenderung untuk tidak memberikan MP-ASI dini.

Menurut asumsi peneliti dari penelitian yang telah dilakukan

kepada 32 responden, ibu yang berpendidikan dasar lebih banyak


memberi MP-ASI pada bayi sebelum usia 6 bulan dari pada ibu yang

berpendidikan tinggi. Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi tingkat

pengetahuan ibu tentang MP-ASI, semakin tinggi pendidikan formal ibu,

maka semakin baik pula pengetahuannya tentang waktu dan cara

pemberian MP-ASI yang tepat pada bayi yaitu setelah usia enam bulan.

1. Hubungan Faktor Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian MP-ASI Pada

Bayi < 6 Bulan Di Desa Togideu Kecamtan Sirombu Kabupaten Nias

Barat

Dari tabel 5.9 dapat diketahui bahwa dari 23 responden bekerja,

yang tidak memberikan MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 4 orang

(17,4%) dan yang memberikan MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 19

orang (82,6%). Dari 9 responden tidak bekerja, yang tidak memberikan

MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 6 orang (66,7%) dan yang

memberikan MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 3 orang (33,3%).

Berdasarkan uji statistik Chi Square Fisher's Exact Test didapat p<α

(0,013>0,05). Hal ini menunjukkan secara statistik ada hubungan antara

pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi < 6 bulan di Desa

Togideu Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat.

Berdasarkan hasil penelitian dari 23 responden bekerja, mayoritas

memberi MP-ASI < 6 bulan sebanyak 19 orang (82,6%). Pekerjaan

responden di Desa Togideu Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat.

sebagian besar adalah petani dimana setiap hari harus ke kebun untuk

mencukupi kebutuhan keluarga. Ibu yang sering berpergian tidak punya


cukup waktu untuk menyusui bayinya, kemudian bayi juga dititipkan

kepada keluarga untuk dijaga sehingga pemberian makanan tambahan

menjadi salah satu cara agar kebutuhan bayi terus terpenuhi saat berada

di luar rumah (Maulidanita. 2020). Kebanyakan juga responden tidak

mau memerah ASI dikarenakan oleh anggapan bahwa ASI akan cepat

basi jika diperas dan dimasukan kedalam botol susu dan tidak baik untuk

diberikan untuk bayi. Hasil penelitian juga menunjukan terdapat

minoritas responden bekerja dengan tidak memberi MP-ASI < 6 bulan

sebanyak 4 orang (17,4%). Penyebabnya adalah pendidikan menengah

dan pendidikan tinggi responden yang berpengaruh pada tingkat

pengetahuan responden tentang MP-ASI juga semakin baik, dan

kesediaan anggota keluarga dalam membantu pekerjaan ibu sehingga ibu

masih punya waktu untuk menyusui dan tidak memberi MP-ASI.

Berdasarkan hasil penelitian dari 9 responden tidak bekerja,

mayoritas yang tidak memberi MP-ASI < 6 bulan sebanyak 6 orang

(66,7%). Ibu yang tidak bekerja diluar rumah atau ibu rumah tangga lebih

banyak waktu dekat dengan bayi, dapat lebih sering menyusui bayinya

dan tidak memberi makanan tambahan untuk bayi. Hasil penelitian juga

menunjukan terdapat minoritas responden tidak bekerja dengan memberi

MP-ASI < 6 bulan sebanyak 3 orang (33,3%). Hal ini disebabkan oleh

dukungan keluarga, anjuran keluarga untuk memberi MP-ASI pada bayi

sebelum usia 6 bulan akan mendorong ibu untuk memberi MP-ASI < 6
bulan, pendidikan dasar responden juga berpengaruh pada kurangnya

pengetahuan ibu tentang ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi.

Sejalan dengan penelitian Riska Maulidanita tahun 2020 tentang

faktor yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping ASI

pada bayi 0-6 bulan hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian makanan

pendamping ASI pada bayi 0-6 bulan. Hal ini dikarenakan banyak ibu

yang tidak menyepatkan waktu untuk menyusui bayinya pada saat kerja.

ibu memilih memberikan makanan pendamping untuk bayinya. Alasan

ibu dikarenakan para ibu yang bekerja meninggalkan anaknya di rumah

bahkan dititipkan kepada orang lain untuk dijaga, sehingga sangat tidak

mungkin ibu memberikan ASI pada bayinya dan terpaksa memberikan

MP-ASI secara dini.

Menurut asumsi peneliti dari penelitian yang telah dilakukan

kepada 32 responden, ibu yang bekerja lebih banyak memberikan MP-

ASI daripada ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Ibu yang

bekerja di luar rumah tidak punya cukup waktu untuk menyusui bayinya

sehingga memberikan makanan pendamping ASI agar kebutuhan bayi

terus terpenuhi. Sedangkan ibu yang tidak bekerja diluar rumah

mempunyai banyak waktu untuk menyusui bayinya dan tidak memberi

MP-ASI sebelum usia enam bulan.


2. Hubungan Faktor Dukungan Keluarga Dengan Pemberian MP-ASI

Pada Bayi < 6 Bulan Di Desa Togideu Kecamtan Sirombu

Kabupaten Nias Barat

Dari tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 18 responden dengan

dukungan keluarga mendukung pemberian MP-ASI < 6 bulan, yang tidak

memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 1 orang (5,6%) dan yang

memberi MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 17 orang (94,4%). Dari

14 orang responden dengan dukungan keluarga tidak mendukung

pemberian MP-ASI < 6 bulan, yang tidak memberi MP-ASI pada bayi <

6 bulan sebanyak 9 orang (64,3%) dan yang memberi MP-ASI pada bayi

< 6 bulan sebanyak 5 orang (35,7%) memberikan MP-ASI pada bayi < 6

bulan. Berdasarkan uji statistik Chi Square Fisher's Exact Test didapat

p<α (0.001<0,05). Hal ini menunjukkan secara statistik ada hubungan

antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI pada bayi < 6

bulan di Desa Togideu Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat.

Berdasarkan hasil penelitian dari 18 dukungan keluarga responden

yang mendukung pemberian MP-ASI pada bayi < 6 bulan mayoritas

memberi MP-ASI < 6 bulan sebanyak 17 orang (94,4%). Kurangnya

dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif berdampak pada

pemberian MP-ASI pada bayi, sebaliknya ibu yang mendapatkan

motivasi atau dukungan dari keluarga secara psikologis akan memiliki

semangat dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayinya serta dapat

merespon saraf-saraf yang dapat memperlancar produksi ASI (Afriyani


2016). Pemberian MP-ASI < 6 bulan di Desa Togideu Kecamatan

Sirombu Kabupaten Nias Barat.sudah menjadi tradisi dan kebiasaan

dalam keluarga. Keluarga justru lebih mendukung dan menganjurkan ibu

untuk memberikan makanan tambahan pada bayi sebelum usia 6 bulan.

Dukungan berupa anjuran itu biasanya didapat dari anggota

keluarga tertua misalnya ibu mertua. Kebiasaan tersebut masih ada

didasarkan pada pengalaman zaman dahulu dimana bayi di bawah usia 6

bulan sudah bisa diberi makanan tambahan tanpa tahu resiko yang

ditimbulkan. Hasil penelitian juga menunjukan terdapat minoritas

dukungan keluarga responden mendukung pemberian MP-ASI < 6 bulan

dengan tidak memberi MP-ASI < 6 bulan sebanyak 1 orang (5,6%), hal

ini dapat disebabkan karena tingkat pendidikan responden tinggi dan

pengetahuan tentang MP-ASI juga baik sehingga ibu mampu menolak

anjuran dan dukungan keluarga untuk memberi MP-ASI < 6 bulan.

Berdasarkan hasil penelitian dari 14 dukungan keluarga

responden yang tidak mendukung pemberian MP-ASI pada bayi < 6

bulan, mayoritas tidak memberi MP-ASI < 6 bulan sebanyak 9 orang

(64,3%). Ibu yang suaminya mendukung pemberian ASI eksklusif atau

dengan kata lain mendukung untuk tidak memberika MP-ASI dini pada

bayi cenderung memberikan ASI eksklusif sebesar 2 kali lebih besar

daripada ibu yang suaminya kurang mendukung pemberian ASI eksklusif

dimana bayinya tidak memndaptkan MP-ASI dini (Ramadani dan Hadi,

2010 dalam Afriyani 2016). Hasil penelitian juga menunjukan terdapat


minoritas dukungan keluarga responden tidak mendukung pemberian

MP-ASI < 6 bulan dengan memberi MP-ASI < 6 bulan sebanyak 5 orang

(35,7%), hal ini dapat disebabkan oleh faktor pekerjaan ibu. Ibu bekerja

sebagai petani dan harus pergi ke ladang setiap harinya sedangkan bayi

dititipkan kepada keluarga dan untuk memenuhi kebutuhan bayi saat ibu

berada di luar rumah maka bayi diberi susu formula dan makanan

tambahan.

Sejalan dengan penelitian Tutik Ekasari tahun 2018 tentang

pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian makanan pendamping

ASI pada bayi usia kurang 6 bulan hasil penelitian menunjukan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

pemberian makanan pendamping ASI dini dimana ibu yang mendapatkan

dukungan keluarga untuk memberikan makanan pendamping ASI di

bawah usia 6 bulan lebih banyak memberikan MP-ASI dini dari pada

ibu-ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga terhadap pemberian

makanan pendamping ASI di bawah usia 6 bulan. Pemberian MP-ASI

yang terlalu dini ini biasanya karena anjuran orang tua terutama nenek

(mertua atau orang tua dari ibu yang menyusui). Alasan umumnya karena

bayi menangis terus meskipun telah disusui dan akhirnya diberi susu

formula, air putih, teh manis dan lain-lain.

Menurut asumsi peneliti dari penelitian yang telah dilakukan

kepada 32 responden. keluarga yang mendukung pemberian MP-ASI

pada bayi < 6 bulan akan mendorong ibu untuk memberi MP-ASI pada
bayi sebelum usia 6 bulan daripada keluarga yang tidak mendukung

pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan. Dukungan keluarga yang baik

adalah dukungan untuk memotivasi ibu untuk menyusui bayi selama 6

bulan dan memberikan MP-ASI setelah usia 6 bulan.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti hanya meneliti empat faktor yang berhubungan dengan pemberian

MP-ASI pada bayi < 6 bulan yaitu faktor pengetahuan, pendidikan,

pekerjaan dan dukungan keluarga. Sedangkan di lapangan masih ada

beberapa faktor lain seperti faktor kecukupan ASI, puting lecet, dan bayi

yang tidak mau menyusu.

D. Implikasi Terhadap Pelayanan dan Penelitian Kebidanan

Dari hasil penelitian ini telah diketahui beberapa faktor yang

berhubungan dengan pemberian MP-ASI pada bayi < 6 bulan. Pemberian

MP-ASI pada bayi secara dini dapat menyebabkan diare, alergi dan

menggganggu pertumbuhan bayi. Hasil penelitian ini tidak hanya untuk

diketahui, diharapkan bagi ibu-ibu untuk berpartisipasi dalam posyandu agar

bisa mendapatkan informasi tentang ASI dan MP-ASI. Hasil penelitian ini

juga dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan

kegiatan penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi tentang

pentingnya ASI ekslusif bagi bayi 0-6 bulan dan tentang pemberian MP-ASI

pada bayi setelah usia 6 bulan.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang Faktor-faktor yang Berhubungan

dengan Pemberian MP-ASI pada Bayi < 6 bulan di Desa Togideu Kecamatan

Sirombu Kabupaten Nias Barat dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Mayoritas responden memberikan MP-ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak

22 responden (68,8%) dan minoritas responden tidak memberikan MP-

ASI pada bayi < 6 bulan sebanyak 10 responden (31,2%).

2. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI pada

bayi < 6 bulan dengan p<α (0,006<0,05).

3. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI pada

bayi < 6 bulan dengan p<α (0,035<0,05).

4. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi

< 6 bulan dengan p<α (0,013<0,05).

5. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI pada

bayi < 6 bulan dengan p<α (0,001<0,05).


B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari peneliti, maka peneliti memberikan saran

sebagai berikut :

1. Bagi Responden

Diharapkan bagi ibu untuk selalu berpartisipasi dalam mengikuti

penyuluhan yang disampaikan oleh tenaga kesehatan serta aktif dalam

mencari informasi yang berkaitan dengan MP-ASI dan ASI Eksklusif,

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Kader atau petugas kesehatan agar melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu

yang mempunyai bayi tentang ASI dan MP-ASI dan memberi pemahaman

bahwa tidak ada nutrisi terbaik selain ASI pada bayi 0-6 bulan. Sehingga

cakupan ASI ekslusif juga dapat tercapai.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pendidikan, keterampilan dan

latihan bagi mahasiswi Kebidanan sehingga memiliki pengetahuan tentang

ASI ekslusif dan MP-ASI yang dapat diinformasi dan diterapkan bagi

masyarakat khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti faktor lain yang

berhubungan pemberian MP-ASI pada bayi < 6 bulan seperti puting lecet

dan kecukupan ASI dengan menggunakan metode yang berbeda untuk

menyempurnakan penelitian ini dan mengaplikasikan kepada masyarakat

khususnya ibu hamil, ibu nifas, menyusui dan pasangan usia subur.
MASTER TABEL
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI < 6 BULAN
DI DESA TOGIDEU KECAMATAN SIROMBU KABUPATEN NIAS BARAT

Pengetahuan Dukungan Keluarga


No. Res Pnddkn Pkrjn Jmlh % Kode Sk
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 DK1 DK2 DK3 DK4 DK5 DK6 DK7 DK8 DK9 DK1 0
1 3 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 5 50 3 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1
2 3 2 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 5 50 3 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
3 3 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 5 50 3 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1
4 3 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 4 40 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 3 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 5 50 3 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0
6 3 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 4 40 3 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1
7 3 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 5 50 3 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
8 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1
9 3 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 5 50 3 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1
10 3 2 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 4 40 3 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1
11 3 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 50 3 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1
12 3 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 40 3 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1
13 3 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 4 40 3 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0
14 2 2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 7 70 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
15 3 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 4 40 3 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
16 2 2 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 70 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
17 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1
19 3 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7 70 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
20 3 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3 30 3 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1
21 3 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 40 3 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1
22 3 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 5 50 3 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1
23 2 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 80 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
24 2 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 5 50 3 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
25 2 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 7 70 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 3 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 3 30 3 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1
27 3 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 5 50 3 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 3 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 4 40 3 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1
30 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1
31 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 3 30 3 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1
32 2 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 3 30 3 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1
28 19 10 14 19 17 30 17 13 11

Ket: Pendidikan : Pekerjaan : Pengetahuan : Dukungan Keluarga


1. perguruan tinggi 1. Bekerja (PNS, petani. Wiraswasta,1. Baik (76-100%) 1. Mendukung ( ≤ 50%
2. SMA/SMK sdrjat 2. Tidak bekerja (IRT) 2. Cukup (56-75%) 2. Tidak mendukung (>
pemberian MP-ASI < 6 bulan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak diberi 10 31.2 31.2 31.2
diberi 22 68.8 68.8 100.0
Total 32 100.0 100.0

pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 6 18.8 18.8 18.8
cukup 4 12.5 12.5 31.2
kurang 22 68.8 68.8 100.0
Total 32 100.0 100.0

pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pendidikan tinggi 3 9.4 9.4 9.4
pendidikan menengah 9 28.1 28.1 37.5
pendidikan dasar 20 62.5 62.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid bekerja (petani, wiraswasta,
23 71.9 71.9 71.9
PNS)
tidak bekerja (IRT) 9 28.1 28.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

dukungan keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid mendukung 18 56.2 56.2 56.2
tidak mendukung 14 43.8 43.8 100.0
Total 32 100.0 100.0
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan * pemberian MP-


32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
ASI < 6 bulan

pendidikan * pemberian MP-


32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
ASI < 6 bulan

pekerjaan * pemberian MP-ASI


32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
< 6 bulan

dukungan keluarga * pemberian


32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
MP-ASI < 6 bulan
Pengetahuan * pemberian MP-ASI < 6 bulan

pemberian MP-ASI < 6 bulan

tidak diberi diberi Total


pengetahuan Baik Count 4 2 6
Expected Count 1.9 4.1 6.0
% within pengetahuan 66.7% 33.3% 100.0%
% within pemberian MP-ASI <
40.0% 9.1% 18.8%
6 bulan
% of Total 12.5% 6.2% 18.8%
Cukup Count 3 1 4
Expected Count 1.2 2.8 4.0
% within pengetahuan 75.0% 25.0% 100.0%
% within pemberian MP-ASI <
30.0% 4.5% 12.5%
6 bulan
% of Total 9.4% 3.1% 12.5%
Kurang Count 3 19 22
Expected Count 6.9 15.1 22.0
% within pengetahuan 13.6% 86.4% 100.0%
% within pemberian MP-ASI <
30.0% 86.4% 68.8%
6 bulan
% of Total 9.4% 59.4% 68.8%
Total Count 10 22 32
Expected Count 10.0 22.0 32.0
% within pengetahuan 31.2% 68.8% 100.0%
% within pemberian MP-ASI <
100.0% 100.0% 100.0%
6 bulan
% of Total 31.2% 68.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. Point


Value df (2-sided) sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 10.244a 2 .006 .006
Likelihood Ratio 10.087 2 .006 .011
Fisher's Exact Test 9.694 .004
Linear-by-Linear
8.116b 1 .004 .005 .005 .004
Association
N of Valid Cases 32
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,25.
b. The standardized statistic is 2,849.

Pendidikan * pemberian MP-ASI < 6 bulan


pemberian MP-ASI < 6 bulan

tidak diberi diberi Total


pendidikan pendidikan tinggi Count 2 1 3
Expected Count .9 2.1 3.0
% within pendidikan 66.7% 33.3% 100.0%
% within pemberian
20.0% 4.5% 9.4%
MP-ASI < 6 bulan
% of Total 6.2% 3.1% 9.4%
pendidikan Count 5 4 9
menengah
Expected Count 2.8 6.2 9.0
% within pendidikan 55.6% 44.4% 100.0%
% within pemberian
50.0% 18.2% 28.1%
MP-ASI < 6 bulan
% of Total 15.6% 12.5% 28.1%
pendidikan dasar Count 3 17 20
Expected Count 6.2 13.8 20.0
% within pendidikan 15.0% 85.0% 100.0%
% within pemberian
30.0% 77.3% 62.5%
MP-ASI < 6 bulan
% of Total 9.4% 53.1% 62.5%
Total Count 10 22 32
Expected Count 10.0 22.0 32.0
% within pendidikan 31.2% 68.8% 100.0%
% within pemberian
100.0% 100.0% 100.0%
MP-ASI < 6 bulan
% of Total 31.2% 68.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 6.684a 2 .035 .046
Likelihood Ratio 6.657 2 .036 .060
Fisher's Exact Test 6.591 .043
Linear-by-Linear
6.003b 1 .014 .020 .017 .013
Association
N of Valid Cases 32
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,94.
b. The standardized statistic is 2,450.

Pekerjaan * pemberian MP-ASI < 6 bulan


pemberian MP-ASI < 6 bulan

tidak diberi diberi Total


pekerjaan bekerja (petani, Count 4 19 23
wiraswasta,
Expected Count 7.2 15.8 23.0
PNS)
% within pekerjaan 17.4% 82.6% 100.0%
% within pemberian MP-
40.0% 86.4% 71.9%
ASI < 6 bulan
% of Total 12.5% 59.4% 71.9%
tidak bekerja Count 6 3 9
(IRT)
Expected Count 2.8 6.2 9.0
% within pekerjaan 66.7% 33.3% 100.0%
% within pemberian MP-
60.0% 13.6% 28.1%
ASI < 6 bulan
% of Total 18.8% 9.4% 28.1%
Total Count 10 22 32
Expected Count 10.0 22.0 32.0
% within pekerjaan 31.2% 68.8% 100.0%
% within pemberian MP-
100.0% 100.0% 100.0%
ASI < 6 bulan
% of Total 31.2% 68.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 7.311a 1 .007 .013 .013
Continuity Correction b
5.197 1 .023
Likelihood Ratio 7.039 1 .008 .030 .013
Fisher's Exact Test .013 .013
Linear-by-Linear
7.082c 1 .008 .013 .013 .012
Association
N of Valid Cases 32
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
2,81.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -2,661.

Dukungan keluarga * pemberian MP-ASI < 6 bulan


pemberian MP-ASI < 6 bulan

tidak diberi diberi Total


dukungan mendukung Count 1 17 18
keluarga
Expected Count 5.6 12.4 18.0
% within dukungan
5.6% 94.4% 100.0%
keluarga
% within pemberian
10.0% 77.3% 56.2%
MP-ASI < 6 bulan
% of Total 3.1% 53.1% 56.2%
tidak Count 9 5 14
mendukung
Expected Count 4.4 9.6 14.0
% within dukungan
64.3% 35.7% 100.0%
keluarga
% within pemberian
90.0% 22.7% 43.8%
MP-ASI < 6 bulan
% of Total 28.1% 15.6% 43.8%
Total Count 10 22 32
Expected Count 10.0 22.0 32.0
% within dukungan
31.2% 68.8% 100.0%
keluarga
% within pemberian
100.0% 100.0% 100.0%
MP-ASI < 6 bulan
% of Total 31.2% 68.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 12.643a 1 .000 .001 .001
Continuity Correction b
10.057 1 .002
Likelihood Ratio 13.776 1 .000 .001 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
12.248c 1 .000 .001 .001 .001
Association
N of Valid Cases 32
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
4,38.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -3,500.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010) 'Prosedur penelitian suatu pendekatan pratik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Damaris, Y. (2018) 'Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan Berat Badan
Bayi 1-6 Bulan Di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang'.
[skripsi]. Politeknik Kesehatan Kemenkes Ri Medan : Prodi D-IV
Jurusan Kebidanan Medan.
Depdiknas RI. (2003) 'Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional'.
Dinkes provinsi sumatra utara. (2019) ‘Profil kesehatan provinsi sumatra utara
tahun2018.
Ekasari, T. (2018) 'Pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian makanan
pendamping asi (mp-asi) pada bayi usia kurang dari 6 bulan: jurnal
ilmu kesehatan,volume 1, no. 2, februari 2018: page 62-66
Eveline, dan Nanang. (2010) 'Paduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Jakarta:
PT. Wahyu Media.
Hajrah, (2016) ‘Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pemberian
Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) Dini Di Rb. Mattiro Baji
Kabupaten Gowa. [KTI], Jurusan Kebidanan, Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (Uin) Alauddin
Makassar
Heryanto, E. (2017) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian
Makanan Pendamping ASI Dini’, Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu
Kesehatan.
Hidayati, NL. (2014) '1000 Hari Emas Pertama dari Persiapan kehamilan sampai
Balita.Yogyakarta: Andi Offset
Ikatan Dokter Anak Indonesia, (IDAI). (2014) ‘Penuntun Diet Untuk Anak:
Jakarta, Edisi ke 3
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016) Pusat Data dan Informasi
Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta Selatan : Kementerian
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Pusat Data dan Informasi
Situasi Gizi. Jakarta Selatan : Kementerian Kesehatan RI.
Mufida L., Widyaningsih T.D., Malignan J.M,. (2015) 'Prinsip Dasar Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (Mp-Asi) Untuk Bayi 6-24 Bulan : kajian
pustaka: Jurnal pangan dan agroindustri. Vol. 3 No 4 September 2015
page.1646-1651,
Notoadmodjo, S. (2014) 'Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:
Rineka cipta
Oktova.(2017). Determinan Yang Berhubungan Dengan Pemberian Mp-Asi Dini
Pada Bayi Usia 0-6 Bulan. Jurnal Kesehatan, Volume Viii, Nomor 1,
April 2017
Savitri, Astrid. (2016) 'Super Komplit 365 Hari MPASI+.Yogyakarta,55187 :
Penerbit Idesegar.
Sulistyoningsih, Hariyani. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Undang-undang Nomor 20. (2003) Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
(https://ilmu-pendidikan.net/pendidikan/peraturan/jenjang-pendidikan-
formal-di-indonesia-uu-sisdiknas-2003
Waryana, (2015) 'Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihana. Cetakan
Pertama, hal 85-88.
Widiastuti, S. W., Marini, M. and Yanuar, A. (2020) ‘Hubungan Pendidikan,
Pengetahuan Dan Budaya Terhadap Pemberian Makanan
Pendamping Asi Dini Di Puskesmas Ciruas Kabupaten Serang Tahun
2019’, JOURNAL EDUCATIONAL OF NURSING(JEN).
LAMPIRAN

PENGANTAR
KUESIONER PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Dwi Alvanita Waruwu

NIM : 2192030

Jurusan : Sarjana Kebidanan

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan

proses belajar di program studi sarjana kebidanan. Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian MP-ASI Pada

Bayi kurang dari 6 Bulan Di Desa Togideu.

Saya mengharapkan kesediaan saudara menjadi responden dalam

penelitian ini, dengan bersikap sukarela, senang hati dan jujur menjawab seluruh

pertanyaan. Informasi yang akan anda berikan dan semua data yang ada dalam

kuesioner akan dijaga kerahasiaannya. Akhir kata saya ucapkan banyak

terimakasih atas kesediaan saudari dan kerjasamanya.

Peneliti

(Dwi Alvanita Waruwu)


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI

RESPONDEN

Setelah mendapat penjelasan yang cukup tentang tujuan penelitian, saya

yang bertanda tangan dibawah ini :

No. Responden :

Umur :

Bersedia berpatisipasi menjadi responden peneliti dengan judul “Faktor-

faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian MP-ASI Pada Bayi Kurang Dari 6

Bulan Di Desa Togideu

Demikian pernyataan ini saya sampaikan dengan sebenarnya tanpa ada

paksaan dari siapapun.

Sirombu, Juni 2022

Responden Peneliti

( ) ( Mei Karniatni Laoli )


KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI PADA
BAYI KURANG DARI 6 BULAN

I. Petunjuk Pengisian Kuesioner


1. Isi identitas terlebih dahulu
Identitas Responden
No. Responden :
Umur anak saat ini :
Pendidikan : Perguruan Tinggi
SMA/SMK/sederajat
SMP/SD/sederajat
Tidak sekolah/Belum tamat SD

Pekerjaan : Tidak Bekerja (IRT)


Bekerja (PNS, Wiraswasta, Petani, dll)

II. Kuesioner pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI


 Petunjuk pengisian kuesioner
1. Isilah pertanyaan dengan jelas.
2. Bacalah pertanyaan dengan baik untuk menentukan jawaban yang dipilih.
3. Tanyakan kepada peneliti yang kurang dimengerti
4. Pilihlah salah satu jawaban dengan member tanda silang (x) pada lembar
jawaban yang dianggap benar.

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI KURANG DARI 6 BULAN


1. Apakah bayi diberikan makanan pendamping ASI (selain ASI dan Susu
formula) sebelum 6 bulan ?
Tidak Ya
PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI
1. Apakah pengertian Makanan Pendamping ASI ?
a. MP ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi,
diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi
kebutuhan gizi selain ASI
b. Makanan pengganti ASI
c. Makanan yang diberikan pada bayi usia di bawah 6 bulan
2. Apakah manfaat dari pemberian MP-ASI?
a. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak
b. Agar anak cepat besar
c. Agar anak menjadi pintar nantinya
3. Apakah tujuan dari pemberian MP-ASI?
a. Agar anak cepat kenyang
b. Anak tidak rewel
c. Untuk mengembangkan kemampuan bayi dalam menerima berbagai rasa
makanan
4. Berapakah usia bayi dapat diberikan MP-ASI?
a. Di bawah 6 bulan
b. Di atas 6 bulan
c. Kapan saja bayi mau
5. Apakah syarat-syarat pemberian MP-ASI ?
a. Tepat waktu, mengandung gizi, aman dan bersih
b. Porsi banyak
c. Sesuai dengan selera anak
6. Apakah tanda-tanda jika bayi sudah siap menerima makanan padat?
a. Bayi menangis terus-menerus
b. Bayi tidak mau menyusu
c. Bayi mampu menjaga kepalanya tetap dalam posisi tegap
7. Apakah ASI tetap diberikan walaupun bayi mendapatkan Makanan
Pendamping ASI?
a. Tidak perlu
b. Tetap diberikan
c. MP-ASI saja
8. Apakah salah satu contoh makanan yang merupakan Makanan Pendamping
ASI?
a. Gula dan buah
b. Bubur saring, bubur sun dan pisang kerok
c. Nasi dan daging
9. Apakah pengaruh jika pemberian Makanan Pendamping ASI dilakukan
sebelum usia 6 bulan?
a. Bayi menjadi sering rewel
b. Anak akan sering mencret, alergi dan berat badan menurun
a. Bayi menjadi lebih ceria
10. Apakah tahapan yang dalam tepat pemberian makanan pendamping ASI pada
bayi?
a. Dimulai dari makanan cair (murni), makanan lunak (bubur susu), makanan
lembek (tim saring), makanan agak kasar dan makanan padat.
b. Dimulai dari pemberian nasi, pisang, nasi tim dan nasi biasa
c. Disesuaikan dengan selera anak
DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN MAKANAN
PENDAMPING ASI PADA BAYI KURANG DARI 6 BULAN

 Petunjuk pengisian ;
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan sesuai dengan
pendapat ibu dengan memberi tanda check-list ().

NO. PERNYATAAN YA TIDAK

Keluarga menginformasikan kepada ibu bahwa MP-ASI


1.
diberikan pada bayi mulai usia 6 bulan

Keluarga membantu ibu mencari informasi (di media


2. seperti booklet, internet dan lain-lain) tentang MP-ASI
yang baik dan tepat pada bayi

Keluarga ikut mendampingi ibu konsultasi ke


3. petugas kesehatan untuk memperoleh informasi
tentang MP-ASI
Keluarga menegur/memarahi ibu jika tidak menyusui bayi
4.
dan malah memberikan MP-ASI

Keluarga berdiskusi dengan ibu tentang perencanaan


5.
pemberian MP-ASI pada bayi saat berusia 6 bulan

Keluarga menyemangati ibu untuk terus menyusui


6. bayinya dan tidak memberikan MP-ASI hingga usia 6
bulan

Keluarga memberikan menyampaikan kepada ibu resiko


7
memberikan MP-ASI terlalu dini

Keluarga tidak menyetujui keputusan ibu untuk


8
memberikan MP-ASI pada bayi sebelum usia 6 bulan

Keluarga membantu pekerjaan ibu seperti pekerjaan


9 rumah, sehingga ibu punya waktu untuk menyusui bayi
dan tidak memberikan MP-ASI

Keluarga menyediakan makanan yang bergizi agar ibu


dan bayi selalu dalam keadaan sehat dan ASI yang
10
dikeluarkan lancar sehingga ibu tidak merasa bayi
kekurangan ASI
JAWABAN KUESIONER PENGETAHUAN IBU TENTANG
MP-ASI
1. A
2. A
3. C
4. B
5. A
6. C
7. B
8. B
9. B
10. A

Anda mungkin juga menyukai