Proposal Penelitian Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar S1 Kebidanan
Oleh :
Mona Sriwulan
NPM : 6221492
Puji syukur tercurah limpahkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang
telah memberikan berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan proposal penelitian ini yang
berjudul Pengaruh Pijat Oksitosin dan Rolling Massage terhadap produksi Asi Ibu
Nifas 7 Hari di Puskesmas Campaka Tahun 2022 dengan baik dan tepat waktu.
Laporan proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan kelulusan di Institut Kesehatan Rajawali Bandung Jurusan Ilmu
Kebidanan. Dalam penyusunan laporan proposal penelitian ini penulis telah
mendapatkan banyak bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Tonika Tohri, S.Kp.,M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung sekaligus pembimbing utama.
2. Erni Hernawati,S.S.T.,Bd., M.M.,M.Keb selaku Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung
3. Lia Kamila, S.S.T.,Bd.,M.Keb selaku Penanggung Jawab Program Studi
Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bandung dan sekaligus penguji
yang telah memberikan masukan, saran kepada penulis.
4. Maria A.D Barbara, S.S.T.,M.Kes selaku dosen pembimbing pendamping riset
kebidanan yang telah memberikan arahan, bimbingan, dukungan, nasihat,
waktu dan sarannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian ini dengan baik.
5. Seluruh civitas akademik Institut Kesehatan Rajawali
6. Suami tercinta yang selalu setia mendampingi, member motivasi dan dukungan
secara materil maupun moril guna kelancaran penyelesaian proposal penelitian
ini.
7. Kedua orang tua tercinta serta anak – anakku tersayang dengan penuh kasih
saying telah memberikan doa, dukungan dan motivasi guna kelancaran
proposal penelitian ini.
8. Rekan – rekan mahasiswa seangkatan S1 Kebidanan Alih Jenjang angkatan
2022 atas segala bantuan dan kerjasamanya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. iv
DAFTAR TABEL................................................................................... v
DAFTAR BAGAN.................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................... 7
1.3 Rumusan Masalah............................................................................. 9
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................... 9
1.5 Hipotesis Penelitian........................................................................... 9
1.6 Manfaat Penelitian............................................................................. 10
ii
3.6 Teknik Pengumpulan data dan Prosedur Penelitian.......................... 48
3.7 Pengolahan dan analisis data............................................................. 49
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 52
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan............................................................................................ 66
5.2 Saran.................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
s
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................ 29
v
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka teori
Bagan 3.1 Kerangka penelitian
Bagan 3.2 Kerangka penelitian Quasi Eksperimen
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
bulan yang di recall terdapat1.287.130 bayi usia < 6 bulan yang mendapat ASI
Eksklusif, sehingga dapat disimpulkan bahwa capaian indikator bayi usia < 6
bulan mendapat ASI Eksklusif sebesar 69,7%. Capaian ini sudah memenuhi target
tahun 2021, yaitu sebesar 45%, meskipun sudah mengalami kenaikan dan tercapai
target tahun 2021 tetapi masih diperlukan upaya untuk meningkatkan pemberian
ASI ekslusif karena masih belum mencapai target nasionall sebesar 80 % dan
target WHO sebesar 70 %. (Kemenkes, 2020)
Pemerintah Indonesia telah mengatur dalam Peraturan Pemerintah No. 33
Tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu Eksklusif pasal 6 bahwa setiap ibu
yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang
dilahirkannya sehingga perlu menjadi perhatian tentang pemberian ASI dan upaya
yang dapat dilakukan untuk tetap meningkatkan produksi ASI. Berdasarkan data
profil kesehatan Indonesia tahun 2020 menunjukkan data cakupan ASI ekslusif
sebesar 66,06 % dan cakupan Jawa Barat menunjukkan data 83,5 %. Sedangkan
di kabupaten Cianjur sebesar 71,03 % dengan target Nasional sebesar 50% pada
tahun 2022 (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Cianjur tahun 2021) berdasarkan
data tersebut menunjukkan angka yang cukup baik tetapi di Puskesmas Campaka
berdasarkan hasil observasi pada ibu nifas yang melahirkan di Puskesmas
Campaka masih ditemukan permasalahan ibu nifas dalam menyusui bayi dan
berdasarkan hasil studi pendahuluan dilapangan pada bulan Oktober 2022
menunjukkan 6 dari 10 ibu nifas tidak memberikan ASI pada hari pertama
melahirkan dikarenakan ASI tidak keluar dengan lancar. Kegagalan yang muncul
pada ibu nifas yang tidak memberikan ASI dikarenakan ibu mengalami hambatan
pada proses tahapan pengeluaran ASI sehingga ibu kurang memhami apa saja
yang dapat membantu proses keluar ASI lebih banyak sehingga perlu dilakukan
intervensi tambahan selain dari kecukupan nutrisi ibu selama masa nifas.
(observasi peneliti)
Cakupan ASI merupakan salah satu tujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sehingga apabila cakupan ASI terutama ASI Ekslusif tidak
tercapai menjadi masalah yang perlu diperhatikan agar produksi ASI tidak
bermasalah dan factor lain yang mempengaruhi pemberian ASI tidak dialami oleh
4
setiap ibu pada masa nifas. Masalah yang sering di alami oleh ibu adalah produksi
ASI yang tidak lancar sehingga peru diberikan berbagai intervensi untuk
meningkatkan produksi ASI. Target capaian pemberian ASI ekslusif di
kabupaten/kota di Jawa Barat pada bayi < 6 bulan pada tahun 2023 mencapai 73%
sehingga harapannya setiap kabupaten/kota di Jawa Barat termasuk kabupaten
Cianjur perlu memperhatikan dengan seksama agar cakupan ASI Ekslusif tersebut
dapat tercapai. Capaian ASI Ekslusif pada bayi 6 bulan pada data tahun 2021 dari
LB3 Gizi menunjukkan di pusksesmas Campaka sebesar 67,90 % dengan
presentase terendah mencapai 39,53 % di Desa Campaka.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ASI
sehingga masalah penurunan produksi ASI dapat terselesaikan. Upaya tersebut
berupa pemberian intervensi melalui farmakologi atau non farmakologi. Salah
satu upaya farmakologi yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian obat
metoklopramid dan domperidone. Berdasarkan hasil penelitian (Vincencius dan
Michael, 2016) menjelaskan domperidone merupakan golongan antagonis
reseptor dopamine D2 yang memiliki manfaat lain selain sebagai prokinetik dan
antimietik yaitu sebagai galactogogue yang bekerja secara efektif dalam
meningkatkan produksi ASI melalui kerjanya sebagai penghambat reseptor
dopamin. Dosis yang dianjurkan untuk domperidone sebagai galactogugue yaitu
30mg/hari namun, dalam penggunaan obat domperidone perlu diperhatikan
tentang efek samping yang muncul dalam penggunaan obat yang berkepanjangan
karena FDA (Food and drug Administration) pernah menarik obat tersebut dari
pasaran tahun 2004 karena efek samping yang digunakan dalam dosis yang tinggi
sehingga perlu diperhatikan penggunaan pada obat tersebut. (Vincencius, 2016).
Dalam penelitian lain oleh (Narastri, Hajar, Fidia,dkk, 2020) menjelaskan terkait
penggunaan galaktagog (obat kimia dan herbal) pada ibu menyusui yang paling
sering digunakan adalah galaktagog herbal seperti daun katuk, kelabet dan jamu
gejah dengan presentase mencapai 85,4% sedangkan galaktagog kimia meliputi
domperidone dan metoklopramid tetapi selain galaktagog kimia dan herbal
terdapat 7,3 % dari 96 responden yang diteliti menggunakan kombinasi
galaktagog herbal dan galaktagog kimia, namun penggunaan galaktagog herbal
5
dan kimia memiliki efek samping yang dirasakan seperti bau badan, kenaikan
berat badan sakin kepala dan konstipasi pada 1% bayi meskipun efek samping
tersebut hanya pada beberapa galaktagog.
Sedangkan upaya lain secara non farmakologis yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan produksi ASI dalam hasil penelitian Tria Jania (2022)
tentang studi literature terkait manajemen non farmakologi untuk meningkatkan
kelancaran ASI pada ibu Nifas adalah pijat oksitosin, pijat marmet, pijat
punggung, dengan menggunakan aromaterapi, konsumsi jantung pisang dan
rolling massage. Selain itu dalam buku Asuhan Kebidanan pada masa pandemic
covid 19 oleh Brivian dkk (2021) menjelaskan tentang metode non farmakologis
lain yang dapat dilakukan sebagai upaya peningkatan produksi ASI yaitu melalui
Hypnobreasfeeding. Metode hypnoteray ini dilakukan dengan menanamkan
sugesti dialam bawah sadarnya untuk meyakinkan ibu bahwa sang ibu mampu
menyusui bayinya secara ekslusif. Pada hasil penelitian Lailatul dan Nely (2022)
menjelaskan bahwa rolling massage berpengaruh terhadap kelancaran
pengeluaran ASI dengan uji statistic Wilcoxon nilai p value sebesa 0,000 di
Puskesmas Parit deli pada 20 responden. Cara kerja rolling massage pada
kelancaran produksi ASI dipengaruhi dari sensasi nyaman yang dirasakan ibu dari
tindakan pijat tersebut sehingga rasa nyaman ibu membuat rangsangan pada
pengeluaran hormone endorphin serta menstimulasi reflex oksitosin.
Hasil penelitian lain oleh (Kholisotin, Zainal dan Lina, 2019) tentang
pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI menunjukkan terdapat
pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI dengan nilai p value sebesar
0,001. Hasil penelitian lain menjelaskan (Kurniyati, 2018) menjelaskan bahwa ada
efek penggunaan lavender dalam pijat oksitosin terhadap produksi ASI. Elif Dagli
(2021) menjelaskan hasil penelitian bahwa music dan pijat oksitosin memili efek
positif pada peningkatan ASI dan kecemasan ibu sedangkan Emmy (2021) telah
melakukan penelitian tentang penggunan VCO (Virgin Coconut Oil) pada rolling
massage menunjukkan perbedaan yang signifikan pada produksi ASI
dibandingkan dengan rolling massage tanpa VCO. Beberapa hasil penelitian
tersebut tentang upaya non farmakologis rolling massage dan pijat oksitosin tidak
6
Saat ibu mengalami kesulitan dan hambatan perlu dilakukan upaya untuk
mengurangi atau menyelesaikan masalah yang dialami oleh ibu saat menyusui
karena terbukti pada data cakupan ASI di Indonesia tahun 2020 menunjukkan
data cakupan ASI ekslusif sebesar 66,06 % dan cakupan Jawa Barat
menunjukkan data 83,5 %. Sedangkan di kabupaten Cianjur sebesar 71,03 %
berdasarkan data tersebut menunjukkan angka yang cukup baik tetapi
dilapangan masih ditemukan permasalahan ibu nifas dalam menyusui bayi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan bulan Oktober pada ibu nifas di
Puskesmas Campaka didapatkan pada 6 ibu nifas ASI tidak keluar dengan
lancar karena ASI tidak keluar sama sekali pada hari pertama. Observasi
dilakukan dengan melihat apakah ibu sudah menyusukan ASI nya kepada
bayi dan 6 ibu pada bulan Oktober pada saat diminta menyusui ASI nya tidak
ada keluaran ASI.
Berdasarakan hasil studi pendahuluan kepada bidan di Puskesmas
Campaka didapatkan hasil analisa hari pertama pasca melahirkan ibu tidak
menyusui bayi dikarenakan ASI tidak keluar. Selain itu peneliti melakukan
wawancara kepada ibu nifas untuk mengetahui apakah ibu merasa payudara
kencang, ada keluaran dari payudara atau tidak dan pada 6 ibu yang
mengalami masalah kelancaran ASI tidak merasakan hal tersebut sehingga
ASI tidak keluar dari payudara ibu. Upaya yang dilakukan oleh bidan pada
kasus ibu yang tidak dikeluarkan ASI nya yang pertama dengan memberikan
perawatan payudara dan mengajarkan tekhnik menyusui yang benar serta
memberikan konseling makanan apa saja yang harus dimakan ibu untuk
meningkatkan produksi ASI seperti sayur katuk, minum air putih, jika
memang ibu mengalami masalah produksi asi berkepanjangan dianjurkan
untuk menggunakan ekstraksi daun katuk sehingga untuk penanganan pijat
oksitosin dan rolling massage belum dilakukan secara optimal di Puskesmas.
Hal ini perlu menjadi perhatian karena ASI merupakan makanan yang
mengandung nutrisi yang sangat baik untuk bayi sehingga produksi ASI harus
terus lancar. Upaya untuk produksi ASI dapat dilakukaan melalui berbagai
cara salah satunya melalui pijat oksitosin dan rolling massage karena secara
9
alamiah pijat membuat rileks pada ibu dan melancarkan aliran sarafserta
saluran ASI pada kedua payudara.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana Pengaruh pijat oksitosin dan
rolling massage terhadap produksi asi ibu nifas 7 hari di puskesmas campaka
tahun 2022”?.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh pijat oksitosin dan rolling massage
terhadap produksi asi ibu nifas 7 hari di puskesmas Campaka tahun 2022.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Untuk mengetahui rata – rata produksi ASI sebelum diberikan pijat
oksitosin pada ibu nifas 7 hari di puskesmas Campaka tahun 2022
1.4.2.2 Untuk mengetahui rata – rata produksi ASI sesudah diberikan pijat
oksitosin pada ibu nifas 7 hari di puskesmas Campaka tahun 2022
1.4.2.3 Untuk mengetahui rata – rata produksi ASI sebelum diberikan rolling
massage pada ibu nifas 7 hari di puskesmas Campaka tahun 2022
1.4.2.4 Untuk mengetahui rata – rata produksi ASI sesudah diberikan rolling
massagep ada ibu nifas 7 hari di puskesmas Campaka tahun 2022
1.4.2.5 Untuk mengetahui Pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi Asi pada
ibu nifas 7 hari di puskesmas Campaka tahun 2022
1.4.2.6 Untuk mengetahui Pengaruh rolling massagepada ibu nifas 7 hari di
puskesmas Campaka tahun 2022
1.4.2.7 Untuk mengetahui perbedaan pijat oksitosin dan rolling massage
terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu nifas 7 hari di puskesmas
Campaka tahun 2022
1.5 Hipotesa Penelitian
Terdapat Pengaruh pijat pijat oksitosin dan rolling massage terhadap
produksi asi ibu nifas 7 hari di puskesmas Campaka tahun 2022
10
11
12
2.1.2.5 Metergin 0,2 mg per oral setiap empat jam untuk enam dosis, diresepkan
jika ibu mengalami atonia uterus yang signifikan setelah melahirkan, untuk
menurunkan risiko hemorargi pascapartum lambat. Obat ini juga
diresepkan berdasarkan multiparitas, overdistensi uterus dengan bayi
makrosomia atau polihidramnion, relaksasi persisten uterus pada periode
pascapartum awal, atau masalah dugaan selaput janin atau fragmen
plasenta yang tertinggal. (varney)
2.1.3 Kebutuhan Makanan pada bayi baru lahir
Tabel 2.1 Volume makanan dan cairan harian total untuk bayi dari lahir
denngan usia gestasi > 37 minggu dan berat lahir >2,5 kg (Pamilih, 2019)
c. Volume ASI
Setelah melahirkan seorang ibu memerlukan ketrampilan khusus
untuk merawat bayinya, memberikan ASI dengan secara benar baik
pelekatan (attachment) maupun posisinya. Pada umumnya ibu akan
trampil dan menyusui menjadi mantap setelah beberapa hari sampai
minggu. Produksi ASI akan meningkat segera setelah lahir sampai usia 4
sampai 6 minggu dan setelah itu produksinya akan menetap. Produksi ASI
pada hari pertama dan kedua sangat sedikit tetapi akan meningkat menjadi
± 500 mL pada hari ke-5, 600 sampai 690 mL pada minggu kedua, dan
kurang lebih 750 mL pada bulan ke-3 sampai ke-5. Produksi ASI ini akan
menyesuaikan kebutuhan bayi (on demand). Jika saat itu bayi mendapat
tambahan makanan dari luar (misalnya susu formula), maka kebutuhan
bayi akan ASI berkurang dan berakibat produksi ASI akan turun. ASI
sebanyak 750-1000 mL/ hari menghasilkan energi 500-700 kkal/hari, yaitu
setara dengan energi yang diperlukan bayi dengan berat badan 5-6 kg.
Produksi ASI akan menyesuaikan kebutuhan bayi, oleh karenanya
sangat dianjurkan untuk menyusui secara on-demand, artinya sesuai
dengan keinginan bayi. Suatu penelitian di Rusia dengan memberikan 4
perlakuan berbeda pada bayi baru lahir. Kelompok I bayi dilakukan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 25-120 menit setelah lahir dan skin-to-skin
contact, bayi tidak memakai baju, dan setelah itu dilakukan rawat gabung,
18
berfungsi sebagai stimulus ASI. Tindakan ini juga dapat membuat rileks
pada ibu dan melancarkan aliran saraf serta saluran ASI pada kedua
payudara. Teknik pemijatan pada titik tertentu dapat menghilangkan
sumbatan dalam darah dan energi di dalam tubuh akan kembali lancar
(Suryani, 2013).
Pada hasil penelitian lain oleh Lailatul dan Nely (2022) menjelaskan
tentang rolling massage berpengaruh terhadap kelancaran pengeluaran ASI
dengan uji statistic Wilcoxon nilai p value sebesa 0,000 di Puskesmas Parit
deli pada 20 responden. Cara kerja rolling massage pada kelancaran
produksi ASI dipengaruhi dari sensasi nyaman yang dirasakan ibu dari
tindakan pijat tersebut sehingga rasa nyaman ibu membuat rangsangan pada
pengeluaran hormone endorphin serta menstimulasi reflex oksitosin.
2.2.4 Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Air susu ibu dapat dikeluarkan secara manual atau dengan pompa.
Pengeluaran dengan tangan merupakan keterampilan yang penting untuk
diketahui oleh bidan dan untuk dilakukan oleh ibu menyusui. Pengeluaran
dengan tangan adalah metode yang selalu dapat dilakukan wanita.
(Varney,2017)
Hormon oksitosin keluar akibat rangsangan gerakan isapan bayi
yang berpengaruh terhadap saraf pada glandula pituitary posterior. Hal ini
menyebabkan sel mioepitel disekitar alveoli akan berkontraksi dan
mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Selain hal tersebut,
produksi Oksitosin dipengaruhi oleh reseptor pada ductus. Apabila ductus
melebar, maka hipofisis akan mengeluarkan oksitosin..(Varney,2017)
Faktor yang mempengaruhi Produksi ASI Setiap wanita pasca
melahirkan tentunya akan mengasilkan ASI yang berlipah untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi nya. Namun demikian tidak sedikit ibu
pasca melahirkan yang mengalami produksi ASI menurun sehingga
kebutuhan ASI bagi bayi tidak terpenuhi. Hal tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut ini.
20
a. Asupan makanan
Produksi ASI dipengaruhi oleh asupan makanan yang dikonsumsi
ibu menyusui. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola
makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar. Ibu
menyusui perlu mmeperhatikan kebutuhan gizi bagi ibu mneyusui.Prinsip
pemunuhan gizi bagi ibu menyusui yakni gizi seimbang.
Adapun diet yang tepat bagi ibu menyusui sebagai berikut
diantaranya meningkatkan frekuensi makan, mengkonsumsi suplemen
untuk pemenuhan gizi mikro, serta konsumsi makanan padat gizi.
Makanan dengan volume rendah namun bergizi tinggi tepat untuk
dikonsumsi oleh ibu laktasi. Ibu laktasi juga perlu memperhatikan
beberapa kandungan makanan yang perlu dibatasi antara lain.
1) Kafein
Konsusmsi kafein bagi ibu laktasi perlu dibatasi, hal ini
dikarenakan pada usia 3-4 bulan system pencernaan bayi belum mampu
mencerna kafein. Konsumsi kafein yang berlebih pada ibu laktasi dapat
mengakibatkan bayi tidak tenang dan hiperaktif.
2) Alkohol
Ibu laktasi yang konsumsi alkohol, sangat mudah jika zat tersebut
masuk dalam ASI dan akan berpengaruh terhadap bayi yang masih
ketergantungan dengan zat atau nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu.
Kandungan alcohol pada ASI mempengaruhi bau pada ASI. Selain hal
tersebut, akan berdampak pada bayi diantaranya bayi akan tidur dengan
pulas setelah menyusu serta dampak jangka panjangnya yakni penurunan
kognitif saat bayi bertambah usia.
3) Nikotin
Nikotin yang masuk dalam ASI memiliki dampak negative terhadap
bayi seperti halnya orang dewasa konsumsi nikotin.
4) Makanan yang menimbulkan alergi
Selain beberapa makanan di ats ibu laktasi perlu memperhatikan
beberapa makanan yang dalam menimbulkan alergi. Diantara makanan
21
g. Pola Istirahat
Istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila
kondisi ibu kurang istirahat, terlalu lelah akan berdampak pada jumlah
produksi ASI juga berkurang
h. Faktor isapan bayi
Frekuensi menyusu bayi akan berpengaruh terhadap produksi ASI
hal ini dikarenakan isapan bayi yang sering akan merangsang hormone
prolactin untuk semkain sering memproduksi ASI. Selain hal tersebut,
dengan bayi menyusu membuat payudara kosong, kondisi ini memberikan
stimulus pada hipofisis untuk mengaktifkan hormone prolactin sehingga
akan memproduksi ASI.
i. Berat Bayi Lahir
Bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr) mempunyai kemampuan
menghisap ASI yang lebih baik dibanding Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR). Kekuatan menghisap ASI meliputi frekuensi dan lama pemberian
ASI yang lebih rendah pada bayi premature dibanding pada bayi berat
lahir normal yang mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
menghasilkan ASI
j. Umur kehamilan saat melahirkan
Umur krhamilan berkaitan erat dengan berat badan lahir yang
berpengaruh terhadap produksi ASI. Bayi lahir preterm memiliki daya isap
lebih rendah dibandingkan dengan bayi lahir aterm. Lemahnya
kemampuan menghisap pada bayi premature dapat disebabkan berat badan
yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ. (Dini, 2020)
2.2.5 Masalah Laktasi
Pada ibu menyusui sering mengalami permasalah dalam laktasi
diantaranya tidak keluarnya kolostrum pada hari-hari pertama pasca
melahirkan. Produksi ASI berkurang, payudara bengkak, mastitis,
penyumbatan saluran pengeluaran ASI (statis), putting susu datar, putting
susu lecet, ASI berlebih. Permasalahan ini menimbulkan ketindaknyamanan
dan gangguang psikologis bagi ibu masa laktasi.(Dini, 2020)
23
8) Prematuritas, dismaturitas
9) Fragma plasenta tertinggal
10) Jaringan glandular tidak adekuat (sering kali ditandai dengan payudara
tampak berukuran berbeda)
11) Putting rata derajat 2 atau 3
12) Transfer ASI yang buruk kepada bayi
13) Pembedahan atau cedera payudara
14) Ibu perokok
15) Obat tau medikasi yang dapat berdampak negative terhadap suplai ASI
seperti bromokriptin (parlodel), L-dopa atau ergotamin
16) Masalah endokrin (khususnya tiroid)
Faktor penghambat pemberian ASI pada bayinya adalah :
a. Perubahan social budaya : ibu – ibu yang bekerja atau memiliki kesibukan
social lainnya, meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang
memberikan susu botol, serta merasa ketinggalan zaman jika masih
menyusui bayinya.
b. Faktor psikologis : takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita dan
tekanan batin.
c. Faktor fisik ibu : ibu yang sakit, misalnya mastitis dan kelainan
payudaranya.
d. Kurangnya dorongan dari keluarga seperti suami atau orang tua dapat
mengendorkan semnagat ibu untuk menyusui dan mengurani motivasi ibu
untuk memberikan ASI saja.
e. Kurangnya dorongan dari petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang
mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI.
Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri
yang menganjurkan penggantian ASI denga susu formula.
f. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI melalui iklan
media massa. (Rudi, Sulis, 2014)
26
diperlukan bagi bayi yang masih berummur kurang dari 6 bulan. Selama
beberapa hari pertama, buang air kecil seharusnya hamper tidak berwarna.
Akan tetapi, ibu tidak perlu khawatir jika sesekali tampak sedikit lebih
gelap. (Toto, Kusmayanti, 2019)
2.2.8 Ketidakcukupan Produksi ASI
2.2.8.1 Definisi
Suplai Air Susu Ibu tidak adekuat untuk mendukung status
nutrisi bayi atau anak.
2.2.8.2 Batasan Karakteristik
a. Tidak ada produksi ASI dengan stimulasi puting
b. ASI yang dikeluarkan kurang dari volume yang dibutuhkan bayi
c. Keterlambatan produksi ASI
d. Bayi Konstipasi
e. Bayi sering menangis
f. Bayi sering mencari puting susu
g. Bayi menolak mengisap putting
h. Bayi berkemih sedikit dan pekat
i. Penambahan berat badan < 500 g dalam sebulan
j. Waktu menyusui memanjang
k. Isapan terhadap payudara tidak ajeg.
2.2.8.3 Faktor yang berhubungan
a. Latching on breast tidak efektif
b. Reflek menghisap tidak efektif
c. Penolakan bayi padad payudara
d. Ketidakcukupan volume cairan ibu
e. Ketidakcukupan kesempatan untuk mengisap
f. Ketidakcukupan waktu mengisap pada payudara
g. Ibu mengonsumsi alcohol
h. Ibu malnutrisi
i. Ibu merokok
j. Ibu dalam program pengobatan
28
c. Jamu Gejah
Jamu gejah mengandung protein, mineral dan vitamin-vitamin.
Komponen protein berkhasiat untuk merangsang peningkatan sekresi air
susu sedangkan steroid dan vitamin A berperan merangsang proliferasi
epitel alveolus yang baru dengan demikian terjadi peningkatan alveolus.
(Nasastri, dkk2020)
d. Kelabet
Bentuk sediaan dari kelabet ini terdapat dalam bentuk teh dan
tablet, kelabet mengandung phytocstrogen yang menyerupai 17β-estradiol
(E2) sehingga meningkatkan ekspresi reseptor prolactin (Nasastri, dkk,
2020)
2.3.1.2 Kimia
a. Domperidone
Domperidone merupakan antagonis reseptor dopamin D2 . Di Asia
dan Eropa, domperidone telah lama digunakan sebagai prokinetik dan
antiemetik. Kegunaan klinis domperidone sebagai terapi penyakit refluks
gastroesofageal, diabetik gastroparesis, dispepsia kronis, dan terkadang
direkomendasikan untuk merangsang laktasi post-partum. Selain
domperidone, terdapat beberapa obat lain yang memiliki efek merangsang
laktasi (galactogogue), yaitu metoclopramide, chlorpromazine, sulpiride,
hormon oksitosin, dan hormon pertumbuhan. Domperidone paling
direkomendasikan karena telah terbukti efektif, belum ditemukan efek
samping terhadap bayi, serta efek samping yang jarang pada ibu yang
menyusui.6 Selain itu, berdasarkan literatur domperidone sebagai
galactogogue telah banyak digunakan di berbagai negara meskipun
sebagai “o_ label”, seperti Australia, Belanda, Belgia, Inggris, Irlandia,
Italia, Jepang, dan Kanada.Domperidone merupakan antagonis reseptor
dopamin D2 . Di Asia dan Eropa, domperidone telah lama digunakan
sebagai prokinetik dan antiemetik. Kegunaan klinis domperidone sebagai
terapi penyakit refluks gastroesofageal, diabetik gastroparesis, dispepsia
kronis, dan terkadang direkomendasikan untuk merangsang laktasi post-
32
tetesan air susu dari putting dan masuk ke mulut bayi, proses keluarnya air
susu disebut reflex let down.(Prasetya, 2021)
Psikologis ibu seperti melahirkan bayi, mencium, melihat bayi, dan
mendengarkan suara bayi dapat mempengaruhi reflex let down, sedangkan
perasaan stress sepertigelisah, kurang percaya diri, takut, dan cemas dapat
menghambat reflex let down. Hormon oksitosin dalam tubuh akan
mengalami penurunan ketika seseorang merasa depresi, bingung, cemas,
dan merasa nyeri terusmenerus. Saat merasa stress, ibu akan merasa
payudara tampak membesar dan terasa sakit diakibatkan oleh air susu yang
mengumpul di payudara tidak bisa keluar karena reflex let down yang
kurang. (Prasetya, 2021)
Tanda reflex let down ini dikategorikan baik apabila adanya tetesan
air susu dari payudara sebelum bayi mulai mendapatkan susu dari payudara
ibunya, air susu menetes dari payudara yang sedang tidak disusukan pada
bayi, beberapa ibu ada yang merasakan kram uterus dan mengalami
peningkatan rasa haus. Psikologis ibu menyusui dapat mempengaruhi
produksi ASI. Pengeluaran oksitosin dapat berlangsung dengan baik ketika
ibu menyusui merasa nyaman dan rileks. Terdapat titik-titik yang dapat
memperlancar ASI diantaranya, tiga titik di payudara yakni titik di atas
puting, serta titik tepat pada puting dan titik di bawah puting, serta titik di
punggung yang segaris dengan payudara. Pijat oksitosin bagi ibu menyusui
berperan untuk merangsang hormon agar dapat menambah produksi ASI
dan meningkatkan kenyamanan. (Prasetya, 2021)
2.4.2 Manfaat
Pijat oksitosin memiliki manfaat yang baik untuk kelancaran laktasi.
Adapun manfaatnya sebagai berikut: membantu ibu secara psikologis,
menenangkan, dan tidak stress, membangkitkan rasa percaya diri, membantu
ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya,
meningkatkan ASI, memperlancar ASI serta melepas lelah.(Prasetya, 2021)
36
e. Titik pijat dibagian leher dan tulang belakang. Gerakan memutar dengan ibu
jari, pijat disisi kanan dan kiri tulang belakang. Lakukan pijatan memutar
dengan gerakan pelan tapi tegas sebanyak tiga kali, jika sudah dilakukan
sebanyak tiga kali kemudian telusuri dari atas hingga bawah.
f. Lakukan pijatan yang sama sepanjang bahu sebanyak tiga kali.
g. Titik pijat berikutnya disebelah tulang belikat, lakukan sebanyak tiga kali
kemudian telusuri bagian sebelah tulang belikat.
h. Pijat dari atas ke bawah, disisi kanan dan kiri. Lakukan gerakan memutar
sampai bawah sebanyak tiga kali,kemudian telusuri.
i. Ulangi gerakan memutar dari bawah ke atas, lakukan sebanyak tiga kali
kemudian telusuri dari atas ke bawah.
j. Gunakan punggung jari bergantian antara tangan kanan dan kiri membentuk
love, gerakan ini bolehdilakukan lebih dari tiga kali. Ulangisampai ibu merasa
rileks.
k. Pijat oksitosin dapat dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi 3-5 menit.
Lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI.
Pijat Oksitosin
Rolling Massge
pijat marmet
pijat punggung
konsumsi jantung pisang
Pijat Oksitosin
Produksi ASI
Rolling Massage
43
44
K1 O1 X1 O2
K2 O1 Y2 O2
Keterangan :
K1 = Kelompok 1
K2 = Kelompok 2
O1 = Observasi pertama produksi Asi
O2 = Observasi terakhir dalam produksi Asi
X = Perlakuan dengan Pijat Oksitosin
Y = Perlakuan dengan Rolling Massage
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas.
(Sugiyono, 2022). Variabel Tak Bebas nya dalam penelitian ini adalah
produksi asi ibu nifas 7 hari.
Keterangan:
n = Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi
E = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel
yang masih bisa ditolerir; e=0,1
Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut:
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
47
Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Solvin adalah antara 10-
20 % dari populasi penelitian.
Maka dapat dihitung berdasarkan populasinya adalah :
b. Kriteria Eklusi
Kriteria eklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria eklusi penelitian ini
adalah :
1. Ibu nifas yang tidak rutin melakukan pemeriksaan selama penelitian.
2. Ibu nifas yang memiliki kelainan pada payudara (putting terbenam atau
putting susu datar)
3. Ibu yang memiliki bayi lahir dengan kelainan bawaan (labioskiziz,
palaoskiziz,labiopalatoskiziz)
P = x 100%
Keterangan :
P = Persentase
a = Jumlah pertanyaan yang dijawab benar
b = jumlah frekuensi maksimal
Kriteria Pengujian
1) H0 diterima dan Hα ditolak apabila nilai probalitas > 0,05
2) H0 ditolak dan Hα diterima apabila nilai probalitas < 0,05
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.8.1 Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Campaka Kabupaten Cianjur.
3.8.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2023.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.2 Rata – rata produksi ASI sesudah diberikan pijat oksitosin pada ibu
nifas 7 hari di Puskesmas Campaka tahun 2022
Produksi ASI Mean SD Min - Max
Post Test Hari ke 2 1,47 0,513 1-2
53
54
Tabel 4.5 Pengaruh pijat Oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas 7 hari
di Puskesmas Campaka tahun 2022
Variable Mean Sum Pvalue
Rank
Pre test – Post tes 2 0,00 0,00 1,00
4.2 Pembahasn
4.2.1 Rata – rata produksi ASi sebelum diberikan pijat oksitosin pada
ibu nifas 7 hari di Puskesmas Campaka tahun 2022
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa rata – rata
produksi ASI sebelum dilakukan pijat oksitosin 1,47 lebih mendekati 2
nilai tidak normal pada produksi ASI. Hal ini menunjukkan produksi
ASI sebelum diberikan pijat oksitosin tidak normal. Produksi ASI
Pembentukan ASI dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu dan
berakhir ketika mulai menstruasi.
Produksi ASI akan meningkat segera setelah lahir sampai usia 4
sampai 6 minggu dan setelah itu produksinya akan menetap. Produksi ASI
pada hari pertama dan kedua sangat sedikit tetapi akan meningkat menjadi
± 500 mL pada hari ke-5, 600 sampai 690 mL pada minggu kedua, dan
kurang lebih 750 mL pada bulan ke-3 sampai ke-5. Produksi ASI ini akan
menyesuaikan kebutuhan bayi (on demand). Jika saat itu bayi mendapat
tambahan makanan dari luar (misalnya susu formula), maka kebutuhan
bayi akan ASI berkurang dan berakibat produksi ASI akan turun. ASI
58
4.2.2 Rata – rata produksi ASI sesudah diberikan pijat oksitosin pada
ibu nifas 7 hari di Puskesmas Campaka tahun 2022
4.2.3 Rata – rata produksi ASI sebelum diberikan rolling massage pada
ibu nifas 7 hari di Puskesmas Campaka tahun 2022
4.2.4 Rata – rata produksi ASI sesudah diberikan rolling massage pada
ibu nifas 7 hari di Puskesmas Campaka tahun 2022
4.2.5 Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas 7
hari di Puskesmas Campaka tahun 2022
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil bahwa nilai P Value Pijat
oksitosin adalah gerakan yang dilaksanakan oleh suami pada ibu
menyusui berupa back massage pada punggung ibu untuk menambah
pengeluaran hormone oksitosin. Hasil penelitian oleh (Kholisotin,
Zainal dan Lina, 2019) tentang pengaruh pijat oksitosin terhadap
pengeluaran ASI menunjukkan terdapat pengaruh pijat oksitosin
terhadap pengeluaran ASI dengan nilai p value sebesar 0,001. Menurut
(Sukarni, 2013), pijat oksitosin merupakan pijat disepanjang tulang
belakang (vertebre) sampai tulang costae kelima atau keenam. Pijat ini
berfungsi untuk meningkatkan oksitosin yang dapat menenangkan ibu,
sehingga ASI pun keluar dengan sendirinya dan salah satu terapi yang
62
PENUTUP
5.1. Simpulan
5.2. Saran
5.2.1. Bagi bidan Puskesmas Campaka
Diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam upaya yang
dapat dilakukan kepada ibu nifas yang mengalami maslaah produksi
asi untuk diberikan intervensi dengan pemberian pijat oksitosin dan
rolling massage
65
66
No responden :…………………………………………
Nama Responden :…………………………………………
Alamat Responden :…………………………………………
Descriptives
Notes
Output Created 06-FEB-2023 21:51:58
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 19
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are
treated as missing.
Cases Used All non-missing data are used.
Syntax DESCRIPTIVES
VARIABLES=Pre_Test
Post_Test2 Post_Test3
Post_Test4 Post_Test5
Post_Test6 Post_Test7
/STATISTICS=MEAN STDDEV
MIN MAX.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.00
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pre_Test 19 1 2 1.47 .513
Post_Test2 19 1 2 1.47 .513
Post_Test3 19 1 2 1.47 .513
Post_Test4 19 1 2 1.37 .496
Post_Test5 19 1 2 1.26 .452
Post_Test6 19 1 2 1.16 .375
Post_Test7 19 1 2 1.11 .315
Valid N (listwise) 19
NPAR TESTS
/WILCOXON=Pre_Test Pre_Test Pre_Test Pre_Test Pre_Test Pre_Test
WITH Post_Test2 Post_Test3
Post_Test4 Post_Test5 Post_Test6 Post_Test7 (PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created 06-FEB-2023 21:52:18
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 19
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based
on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/WILCOXON=Pre_Test
Pre_Test Pre_Test Pre_Test
Pre_Test Pre_Test WITH
Post_Test2 Post_Test3
Post_Test4 Post_Test5
Post_Test6 Post_Test7
(PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.00
Number of Cases Alloweda 131072
a. Based on availability of workspace memory.
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Post_Test2 - Pre_Test Negative Ranks 0a
.00 .00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 19c
Total 19
Post_Test3 - Pre_Test Negative Ranks 0d .00 .00
Positive Ranks 0e .00 .00
Ties 19f
Total 19
Post_Test4 - Pre_Test Negative Ranks 3g 2.50 7.50
Positive Ranks 1h 2.50 2.50
Ties 15i
Total 19
Post_Test5 - Pre_Test Negative Ranks 4j 2.50 10.00
Positive Ranks 0k .00 .00
Ties 15l
Total 19
Post_Test6 - Pre_Test Negative Ranks 7m 4.50 31.50
Positive Ranks 1n
4.50 4.50
Ties 11 o
Total 19
Post_Test7 - Pre_Test Negative Ranks 7p 4.00 28.00
Positive Ranks 0q
.00 .00
Ties 12 r
Total 19
a. Post_Test2 < Pre_Test
b. Post_Test2 > Pre_Test
c. Post_Test2 = Pre_Test
d. Post_Test3 < Pre_Test
e. Post_Test3 > Pre_Test
f. Post_Test3 = Pre_Test
g. Post_Test4 < Pre_Test
h. Post_Test4 > Pre_Test
i. Post_Test4 = Pre_Test
j. Post_Test5 < Pre_Test
k. Post_Test5 > Pre_Test
l. Post_Test5 = Pre_Test
m. Post_Test6 < Pre_Test
n. Post_Test6 > Pre_Test
o. Post_Test6 = Pre_Test
p. Post_Test7 < Pre_Test
q. Post_Test7 > Pre_Test
r. Post_Test7 = Pre_Test
Test Statisticsa
Post_Test2 - Post_Test3 - Post_Test4 - Post_Test5 - Post_Test6 -
Pre_Test Pre_Test Pre_Test Pre_Test Pre_Test
Z .000 b
.000 b
-1.000 c
-2.000 c
-2.121c
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 .317 .046 .034
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks.
c. Based on positive ranks.
OUTPUT PENELITIAN ROLLING MASSAGE
Descriptives
Notes
Output Created 06-FEB-2023 22:12:18
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 38
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are
treated as missing.
Cases Used All non-missing data are used.
Syntax DESCRIPTIVES
VARIABLES=Post_TestR2
Post_TestR3 Post_TestR4
Post_TestR5 Post_TestR6
Post_TestR7
Pretest_R
/STATISTICS=MEAN STDDEV
MIN MAX.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.02
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Post_TestR2 19 1 2 1.26 .452
Post_TestR3 19 1 2 1.16 .375
Post_TestR4 19 1 2 1.05 .229
Post_TestR5 18 1 2 1.06 .236
Post_TestR6 19 1 2 1.05 .229
Post_TestR7 19 1 1 1.00 .000
Pretest_R 19 1 2 1.26 .452
Valid N (listwise) 18
NPAR TESTS
/WILCOXON=Pretest_R Pretest_R Pretest_R Pretest_R Pretest_R
Pretest_R WITH Post_TestR2
Post_TestR3 Post_TestR4 Post_TestR5 Post_TestR6 Post_TestR7
(PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
Notes
Output Created 06-FEB-2023 22:20:08
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 38
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based
on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/WILCOXON=Pretest_R
Pretest_R Pretest_R Pretest_R
Pretest_R Pretest_R WITH
Post_TestR2
Post_TestR3 Post_TestR4
Post_TestR5 Post_TestR6
Post_TestR7 (PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.00
Number of Cases Alloweda 131072
a. Based on availability of workspace memory.
NPAR TESTS
/WILCOXON=Pretest_R Pretest_R Pretest_R Pretest_R Pretest_R
Pretest_R WITH Post_TestR2
Post_TestR3 Post_TestR4 Post_TestR5 Post_TestR6 Post_TestR7
(PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created 06-FEB-2023 22:22:40
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 38
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based
on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/WILCOXON=Pretest_R
Pretest_R Pretest_R Pretest_R
Pretest_R Pretest_R WITH
Post_TestR2
Post_TestR3 Post_TestR4
Post_TestR5 Post_TestR6
Post_TestR7 (PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.00
Number of Cases Alloweda 131072
a. Based on availability of workspace memory.
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Post_TestR2 - Pretest_R Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 19c
Total 19
Post_TestR3 - Pretest_R Negative Ranks 2d 1.50 3.00
Positive Ranks 0e .00 .00
Ties 17 f
Total 19
Post_TestR4 - Pretest_R Negative Ranks 4g 2.50 10.00
Positive Ranks 0h .00 .00
Ties 15 i
Total 19
Post_TestR5 - Pretest_R Negative Ranks 4j 2.50 10.00
Positive Ranks 0k .00 .00
Ties 14 l
Total 18
Post_TestR6 - Pretest_R Negative Ranks 5m 3.00 15.00
Positive Ranks 0n .00 .00
Ties 14o
Total 19
Post_TestR7 - Pretest_R Negative Ranks 5p 3.00 15.00
Positive Ranks 0q .00 .00
Ties 14 r
Total 19
a. Post_TestR2 < Pretest_R
b. Post_TestR2 > Pretest_R
c. Post_TestR2 = Pretest_R
d. Post_TestR3 < Pretest_R
e. Post_TestR3 > Pretest_R
f. Post_TestR3 = Pretest_R
g. Post_TestR4 < Pretest_R
h. Post_TestR4 > Pretest_R
i. Post_TestR4 = Pretest_R
j. Post_TestR5 < Pretest_R
k. Post_TestR5 > Pretest_R
l. Post_TestR5 = Pretest_R
m. Post_TestR6 < Pretest_R
n. Post_TestR6 > Pretest_R
o. Post_TestR6 = Pretest_R
p. Post_TestR7 < Pretest_R
q. Post_TestR7 > Pretest_R
r. Post_TestR7 = Pretest_R
Test Statisticsa
Post_TestR2 - Post_TestR3 - Post_TestR4 - Post_TestR5 - Post_T
Pretest_R Pretest_R Pretest_R Pretest_R Prete
Z .000b -1.414c -2.000c -2.000c
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .157 .046 .046
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks.
c. Based on positive ranks.
Uji perbedaan
NPAR TESTS
/M-W= Hasil_Post7 BY Kelompok(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created 06-FEB-2023 22:25:17
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 38
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based
on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/M-W= Hasil_Post7 BY
Kelompok(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.02
Number of Cases Alloweda 224694
a. Based on availability of workspace memory.
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Hasil_Post7 1 19 20.50 389.50
2 19 18.50 351.50
Total 38
Test Statisticsa
Hasil_Post7
Mann-Whitney U 161.500
Wilcoxon W 351.500
Z -1.434
Asymp. Sig. (2-tailed) .152
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .583b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.