Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN


MAKANAN PENDAMING ASI (MPASI) DINI PADA BAYI USIA 0-6
BULAN DI PUSKESMAS PARIT DELI KABUPATEN
TANJUNG JABUNG BARAT
TAHUN 2022

Oleh :
RIANA ULFAH
PO.71241210102

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERPAN
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN


MAKANAN PENDAMING ASI (MPASI) DINI PADA BAYI USIA 0-6
BULAN DI PUSKESMAS PARIT DELI KABUPATEN
TANJUNG JABUNG BARAT
TAHUN 2022

Oleh:
RIANA ULFAH
NIM: PO.71241210102

Proposal ini telah disetujui, diperiksa untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Jambi, April 2022

Tim Pembimbing

Pembimbing I : Asmuni HS. SKM. MM ( )

Pembimbing II : Imelda, S. SIT, M.Bmd ( )

Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi

Yuli Suryanti, M.Keb


NIP. 19800710 200212 2 003
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah (Skripsi) yang
berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Makanan Pendaming
Asi (Mpasi) Dini Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Parit Deli Kabupaten
Tanjung Jabung Barat Tahun 2022”, sebagai salah satu syarat Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi.
Dalam menyelesaikan Proposal ini penulis banyak mengalami kendala,
namun berkat usaha dan kerja keras bantuan dari berbagai pihak penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (Skripsi) ini. Maka pada kesempatan ini penulis
juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rusmimpong, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Jambi.
2. Ibu Hj. Suryani, S.Pd, M.PH, selaku Ketua Jurusan Poltekkes Kemenkes Jambi.
3. Ibu Yuli Suryanti, M.Keb, selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jambi.
4. Asmuni HS. SKM. MM, selaku pembimbing I dengan penuh kesabaran
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan,
pengarahan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
(Skripsi) ini dengan baik.
5. Imelda, S. SIT, M.Bmd, selaku pembimbing II yang telah membimbing,
memberikan saran, dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah (Skripsi) ini.
6. Seluruh staff pendidik dan kependidikan Poltekkes Kemenkes Jambi yang telah
membekali ilmiah ilmu pengetahuan, memberikan petunjuk dan nasehat selama
penulis menjalani pendidikan.
7. Kedua orang tua tercinta alm.Syarifudin dan Ibu Siti Aisyah yang selalu memberi
semangat, serta Adik tersayang yaitu Abidah Dania Syahra, dan Nurasiah yang
penuh kesabaran, dan ketabahan hati serta selalu mendo’akan sekaligus
memberikan dorongan semangat kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi.
8. Teman-teman seperjuangan Sarjana Terapan Kebidanan angkatan 2022,
Khususnya Mora Mutia Siregar, Halimatussadiyah, Sulistiawati, Ikeu Pratiwi.s
yang telah bekerja sama saling membantu penulis dengan setia dalam
menyelesaikan Proposal.
Penulis menyadari Proposal ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penulisan Karya
Tulis Ilmiah (Skripsi) selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah (Skripsi) ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis pada khususnya.

Jambi, April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan ................................................................... 7
E. Ruang Lingkup ........................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ..................................... 8
B. Teori Perilaku Kesehatan ........................................................ 11
C. Faktor-faktor dalam pemberian MPASI ................................... 16
D. Kerangka Teori ....................................................................... 28

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL


DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep .................................................................... 30
B. Definisi Operasional ................................................................ 31
C. Hipotesis ................................................................................. 32

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian..................................................................... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 33
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 33
D. Pengumpulan Data .................................................................. 34
E. Pengolahan Data ..................................................................... 35
F. Analisa Data............................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel halaman


3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 31
DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan halaman


2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 28
3.1 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 30
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi, khususnya bayi

berusia 0-6 bulan, yang fungsinya tidak dapat tergantikan oleh makanan dan

minuman apapun. Pemberian ASI merupakan pemenuhan hak bagi setiap ibu dan

anak. Bukan rahasia lagi bahwa anak yang mendapatkan ASI Eksklusif dan pola

asuh yang baik akan berkembang dan tumbuh secara optimal dan tidak mudah

sakit. Selain itu pemberian ASI mampu mempererat ikatan emosional antara ibu

dan anak sehingga diharapkan akan menjadi anak dengan ketahanan pribadi yang

mampu mandiri (Kemenkes, 2018:1).

World Health Organization (WHO) / United Nations Children's Fund

(UNICEF) telah merekomendasikan standar emas pemberian makan pada bayi

yaitu menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan

didahului dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir, mulai umur 6

bulan berikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan teruskan menyusu hingga

anak berumur 2 tahun (Kemenkes, 2015:144).

Ibu yang memberikan makanan tambahan pendamping ASI (MPASI)

kepada bayi yang berumur kurang dari empat bulan masih banyak. Pemberian

MPASI terlalu dini mempunyai resiko kontaminasi yang sangat tinggi, yaitu

terjadinya gastroenteritis yang sangat berbahaya bagi bayi dan dapat mengurangi

produksi ASI lantaran bayi jarang menyusui2 . Ibu yang memberikan makanan

tambahan pendamping ASI (MPASI) kepada bayi yang berumur kurang dari

empat bulan masih banyak. Pemberian MPASI terlalu dini mempunyai resiko
kontaminasi yang sangat tinggi, yaitu terjadinya gastroenteritis yang sangat

berbahaya bagi bayi dan dapat mengurangi produksi ASI lantaran bayi jarang

menyusui (Prasetyo, 2014:20).

Kejadian infeksi saluran pencernaan dan pernafasan akibat pemberian

MPASI dini merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi di

Indonesia. Dampak negatif dari pemberian MPASI dini tersebut sesuai dengan

riset yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan

tahun 2016 diketahui, bayi ASI parsial (sebagian dari keseluruhan) lebih banyak

yang terserang diare, batuk pilek, dan panas daripada bayi ASI predominan

(Heryanto, 2017:141).

Kebiasaan pemberian MPASI dini memiliki kontribusi terhadap banyak

masalah anak di kemudian hari seperti alergi, malnutrisi serta masalah

gastrointestinal. Pada bulan – bulan pertama kehidupan system saluran cerna bayi

belum berkembang sempurna sehingga pemberian makanan pendamping ASI

yang terlalu dini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan karena itu perlu

diketahui faktor – faktor yang mempengaruhi kebiasaan pemberian MPASI dini

(Unicef, 2019).

Penelitian WHO menyatakan bahwa 60% bayi di dunia ternyata telah

mendapatkan MPASI saat usianya <6 bulan. Penelitian yang dilakukan Jane et.al

di perth, australia, menunjukan bahwa 44% bayi telah diberikan makanan padat

sebelum berusia 17 minggu. Beberapa penelitian lain menunjukan bahwa bayi

sudah diberikan makanan padat sebelum usia 4 bulan yaitu 45% di Selandia

Baru, 63% di Finlandia, dan 70% di Kanada. Bahkan dari hasil penelitian di

Skotlandia menunjukan bahwa 40% bayi telah diberikan makanan padat pada

usia 12 minggu (WHO, 2012).


Pada tahun 2018 persentase pemberian ASI eksklusif di dunia sekitar 42%.

Di Afrika Timur dan Selatan memiliki pencapaian tertinggi ASI Ekslusif sebesar

55% sedangkan Asia Timur dan Pasifik memiliki pencapaian terendah sebesar

29%. Di Asia Tenggara Myanmar memiliki pencapaian tertinggi ASI eksklusif

sebesar 51,2% sedangkan Thailand memiliki pencapaian terendah sebesar 23%

(Unicef, 2018).

Menurut laporan Nasional Riskesdas tahun 2018 proporsi pemberian ASI

di Indonesia pada bayi 0-5 bulan yaitu sebesar 74,5%, Cakupan pemberian ASI

di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 67,74%, pada tahun 2020 dari 3.196.303

sasaran bayi kurang dari 6 bulan terdapat 2.113.564 bayi usia kurang dari 6 bulan

yang mendapatkan ASI Eksklusif atau sekitar 66,1%.

Di Indonesia terdapat 34 Provinsi dan pada 20 provinsi yang cakupan

pemberian ASI nya masih di bawah nasional yaitu salah satunya provinsi Jambi

yaitu pada tahun 2019 sebesar 64,87%, pada tahun 2020 sebesar 65,22%,

kemudian mengalami kenaikan kembali pada tahun 2021 yaitu sebesar71,37%,

capaian ini masih belum mencapai target nasional yaitu sebesar 80%. Presentase

pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di kabupaten tanjung jabung barat

selama 4 tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2018 presentasi ASI

eksklusif 86,7%, tahun 2019 82,4%, tahun 2020 66,4%, dan sedikit mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 68,5%. Akan tetapi capaian

presentasi ini belum mencapai target Kabupaten yaitu sebesar 75%. Di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, terdapat beberapa puskesmas dengan data

cakupan asi yang belum mencapai target kabuppaten yaitu puskesmas Tungkal

V 59,6%, Puskesmas Rantau Badak59,6%, Puskesmas Sukarejo 59,9%,


Puskesmas Senyerang 67,1 dan Puskesmas Parit Deli 70,0%(program gizi

Dinkes Tanjab Barat 2021).

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2021 dari jumlah 130

sasaran bayi pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan yaitu 67,8% (67) bayi yang

mendapat ASI eksklusif, 32 bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif, dan 31 bayi

lainnya tidak datang pada program gizi Puskesmas Parit Deli (program gizi

Puskesmas Parit Deli 2021).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Parit

Deli terletak di Desa Parit Deli Kecamatan Kuala Betara Kabupaten Tanjab

Barat, masih terdapat 32 bayi yang tidak mendapat ASI ekslusif dan 31 bayi

lainnya yang tidak datang, kemudian dilakukan wawancara dan penelusuran

mendalam didapatlah beberapa alasan ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif

pada bayinya yaitu karna ASI nya sedikit, sehingga ibu berfikir untuk

memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dikarenakan ibu merasa

asupan nutrisi yang diberikan pada bayinya masih kurang masyarakat sekitar

masih mempercayai jika nutrisi bayi tidak akan cukup hanya diberikan ASI saja

dan bayi tidak berhenti menangis walaupun sudah diberikan ASI, oleh karena itu

ibu beranggapan bahwa bayi masih lapar. Ibu juga terpengaruh oleh pernyataan

bahwa tidak ada masalah pada bayi jika bayi diberikan MPASI sebelum

waktunya alasan tersebut menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan

kepada bayi berupa pisang, bubur tim, biskuit, dan lain-lain.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk

meneliti “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian Makanan

Pendamping ASI (MPASI) Dini Di Puskesmas Parit Deli Tahun 2022.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Makanan

Pendamping ASI (MPASI) Dini Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Parit

Deli Tahun 2022.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian

Makanan Pendamping ASI (MPASI) Dini pada bayi usia 1 – 6 bulan di

Kelurahan Limus Nunggal Kabupaten Bogor Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di

Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2022.

b. Diketahui gambaran pengetahuan dalam pemberian MP-ASI pada bayi 0-

6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2022.

c. Diketahui gambaran kebiasaan masyarakat dalam pemberian MP-ASI dini

pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung

Barat 2022.

d. Diketahui gambaran dukungan keluarga dalam pemberian MP-ASI pada

bayi 0-6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2022

e. Diketahunya hubungan pengetahuan dengan pemeberian MP-asi pada

bayi 0-6 bulaan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2022.
f. Diketahui hubungan kebiasaan dengan pemberian MP-ASI pada bayi 0-6

bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2022.

g. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI

pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung

Barat 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan

Sebagai evaluasi dalam proses pembelajaran mahasiswa dan bahan

masukan untuk Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi dalam

memberikan informasi mengenai kurang energi kronis pada ibu hamil dan

faktor apa saja yang berhubungan dengan kurang energi kronis.

2. Bagi Petugas Kesehatan Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung

Barat

Sebagai bahan masukan tentang promosi kesehatan tentang gizi pada

ibu hamil sehingga dapat mengurangi jumlah Faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemberan makanan pendamping ASI (MPASI) dini

pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung

Barat Tahun 2022

3. Bagi Peneliti lain

Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai faktor-faktor

yang berhubungan dengan Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberan

makanan pendamping ASI (MPASI) dini pada bayi usia 0-6 bulan di

Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2022

khususnya dibidang kesehatan.


E. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif yang bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI pada

bayi 0-6 bulan di wilayah puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat

tahun 2022, dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Januari – Juni. Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi yang berusia 0-6 bulan

dengan teknik purposive sampling. Adapun variable dalam penelitian ini adalah

variable independen, dan dependen. Variable independen dalam penelitian ini

adalah pengetahuan ibu, Kebiasaan Keluarga dan dukungan keluarga. Variable

dependen dalam penelitian ini adalah pemberian MP-ASI dini.Penelitian ini

menggunakan data primer dengan membagikan kuesioner pada ibu yang

memiliki bayi usia 0– 6 bulan yang melakukan kunjungan di wilayah puskesmas

Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

1. Definisi

MP-ASI (makanan pendamping ASI) adalah makanan yang

diperkenalkan dan diberikan kepada bayi usia 6 bulan setelah menjalani

ASI esklusif. Program terbaik bayi idealnya adalah dengan hanya

mengkonsumsi ASI saja selama 6 bulan awal kehidupannya

(Ruslianti,2015:77).

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau

minuman selain ASI yang mengandung zat gizi yang diberikan

kepada bayi selama periode penyapihan (complementary feeding) yaitu

pada saat makanan atau minuman lain diberikan bersama

pemberian ASI (WHO), (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2014).

Pemberian makanan sebelum bayi berumur 6 bulan tidak dpat

memberikan perlindungan yang besar pada bayi dari berbagai penyakit,

hal ini disebabkan sistem imun bayi yang belum berumur kurang dari 6

bulan sempurna (Heryanto, 2017:141)

2. Jenis-jenis MP-ASI

Jenis MP-ASI diantaranya :

a. Buah buahan yang dihaluskan/dalam bentuk sari buah misalnya

pisang, pepaya, jeruk.

b. Makanan lunak dan lembek Misalnya bubur, susu, nasi Tim

c. Makanan bayi yang dikemas dalam kaleng atau dalam karton sachet

(Hadianah, 2014:56).
3. Syarat Makanan Pendamping ASI

Menurut Waryana (2010:56), dalam pemberian makanan

pendamping ASI, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan,

diantaranya sebagai berikut:

a. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.

b. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin

dan mineral yang cukup.

c. Dapat diterima oleh pencernaan bayi dengan baik.

d. Harga relative murah.

e. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan – bahan yang tersedia secara

lokal.

f. Bersifat padat gizi.

g. Kandungan serat atau bahan lain yang suka dicerna dalam jumlah

yang sedikit.

4. Alasan Pemberian MP-ASI

Alasan umum mengapa ibu memberikan MPASI secara dini

meliputi rasa takut bahwa ASI yang mereka hasilkan dan atau

kualitasnya buruk, keterlambatan memulai pemberian ASI dan praktek

membuang kolostrum, tehnik pemberian ASI yang salah, kebiasaan yang

keliru bahwa bayi memerlukan cairan tambahan, dukungan yang kurang

dari pelayanan kesehatan, dan pemasaran formula penggatin ASI

(Muryana, 2014:67).

5. Dampak Pemberian MP-ASI Terlalu Dini

Bayi yang mendapat MPASI kurang dari empat bulan akan

mengalami risiko gizi kurang lima kali lebih besar dibandingkan bayi
yang mendapatkan MPASI pada umur empat – enam bulan setelah

dikontrol oleh asupan energi dan melakukan penelitian kohort selama

empat bulan melaporkan pemberian MPASI terlalu dini (< empat bulan)

berpegaruh pada gangguan pertambahan berat badan bayi, meskipun

tidak berpengaruh pada gangguan pertambahan panjang bayi.

Pemberian makanan tambahan terlalu dini kepada bayi sering

ditemukan dalam masyarakat seperti pemberian pisang, madu, air tajin,

air gula, susu formula dan makanan lain sebelum bayi berusia 6 bulan.

Pemberian makanan sebelum bayi berumur 6 bulan tidak dapat

memberikan perlindungan yang besar pada bayi dari berbagai penyakit.

Hal ini disebabkan sistem imun bayi berumur kurang dari 6 bulan belum

sempurna.

Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dini sama saja

dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum

lagi jika tidak disajikan secara higienis, hasil riset terakhir dari penelitian

di Indonesia menunjukan bahwa bayi yang mendapat MPASI sebelum

bayi berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk –

pilek, dan panas dibandingkan bayi mendapat hanya ASI eksklusif

(Lailina, 2015:78).

6. Usia Pemberian MP-ASI

Pemberian MPASI harus dilakukan secara beertahap, baik dari

segi frekuensi, jumlah maupun konsistensinya.

Menurut Kalbe Store, 2017 Pemberian MPASI sesuai tahapan adalah

sebagai berikut:
a. Usia 6-7 bulan

Pada usia ini, konsistensi pemberian MP-ASI adalah makanan

dengan tekstur yang lembut atau semi padat. Kuantitas

Pemberiannya 1-2 sendok makan, kemudian dapat bertahap

meningkat jumlahnya jika dirasa bayi masih ingin tatau

membutuhkan makanan. Frekuensi pemberiannya 1-2 kali per hari.

b. Usia 7-9 bualn

Usia ini, bayi sudah bisa nulai diberikan makanan lembut dan

beberapa jenis cemilan kuantitasnya sebanyak ½ mangkuk bayi dan

frekuensi pemberiannya 2-3 kali/hari.

c. Usia 9-12 bulan

Saat menginjak usia ini sikecil sudah bisa diberikan cemilan

dengan dipadukan makanan keluarga. Namun, tetap pantau saat ia

makan. Kuantitasnya pun sudah bisa ditambah menjadi satu

mangkuk dan frekuensi pemberian makanan yang di tambah menjadi

3-4 kali per hari.

B. Teori Perilaku Kesehatan

Semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik dapat diamati langsung

maupun tidak langsung yang diamati oleh pihak luar, perilaku adalah

keyakinan mengenai tersedianya atau tidaknya kesempatan dan sumber yang

diperlukan.

Menurut Roger, menjelaskan bahwa sebelum orang menghadapi

perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1. wareness (kesadaran dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap struktur atau obyek).


2. Interest (dimana orang tersebut adanya ketertarikan).

3. Evaluation (menimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut).

4. Trial (dimana orang telah mencoba perilaku baru).

5. Adoption (dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan terhadap stimulus).

Kseseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh factor – factor, yakni

factor perilaku dan factor diluar perilaku, selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor (Notoatmodjo, 2014:53):

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) Faktor yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan sebagainya.

b. Faktor Pendukung (Enabling Factors) Faktor yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedianya atau tidak tersedianya fasilitas – fasilitas

atau sarana.

c. Faktor Penguat (Reinforcing factor) Faktor yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas yang merupakan kelompok refensi dari perilaku

masyarakat.

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perubahan Perilaku

1. Faktor predisposisi

a. Umur

Umur diartikan dengan masa hidup seseorang atau sejak

dilahirkan atau diadakan. Umur adalah usia individu yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja

(Natoatmodjo, 2014:53).
b. Pengetahuan

Menurut Wawan (2011) pengetahuan adalah merupakan

hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan

terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan proses belajar dengan

menggunakan pancaindera yang dilakukan seseorang terhadap

objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan

ketrampilan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara dan kuesioner yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dan subyek penelitian atau responden, untuk

mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki

oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu:

1) Tingkat pengetahuan baik.

2) Tingkat pengetahuan cukup.

3) Tingkat pengetahuan kurang.

c. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita – cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian.

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal –


hal menunjuang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang untuk sikap berperan serta dalam

pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah menerima informasi (Wawan, 2011:40).

d. Sikap

Menurut Natoatmodjo (2014) sikap merupakan reaksi atau

respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri

individu untuk berkelakuan dengan pola – pola tertentu, terhadap

suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek

tersebut. Sikap ibu ini dipengarui oleh beberapa faktor – faktor,

yang menjelaskan bahwa sikap ini memiliki tiga komponen

pokok:

1) Kepercayaan atau keyakinan ide dan konsep terhadap suatu

obyek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3) Kencenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama – sama membentuk sikap

yang utuh, dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting, beranjak dari

pengetahuan ibu baik yang didapat dari pengalaman orang lain,

media elektronik atau cetak yang semakin modern

memungkinkan informasi kesehatan cepat tersampaikan dan ibu


untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya diberikan makanan

pendamping sesui dengan waktu yang tepat. Metode yang

digunakan untuk mengukur sikap antara lain observasi, kuesioner

dan wawancara, pengukuran sikap dilakukan dengan tahapan

1) Tentukan sikap apa yang akan diukur.

2) Tentukan hal-hal apa yang menujukan adanya sikap tersebut.

3) Tentukan metode pengukuranya.

2. Faktor Pendukung

a. Sumber Informasi

Sumber informasi banyak didapatkan dari keterpaparan

Media. Media pada hakikatnya adalah alat bantu yang digunakan

oleh seseorang dalam menyampaikan bahan, materi, atau pesan.

Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi

untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses

promosi agar pesan-pesandapat disampaikan lebih jelas dan

masyarakat dapat menerima pesan tersebut lebih jelas dan tepat

pula. Media promosi ini terdiri dari media cetak (booklet, leaflet,

flyer, flif chart, poster), media elektronik (televisi, radio, video,

slide, film strip), dan media papan (billboard), (Natoatmodjo,

2014:53).

b. Faktor Pendorong

Faktor pendorong menurut Natoadmodjo (2012) yang

terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku


masyarakat. Referensi itu dapat berupa dari guru, tokoh

masyarakat, sosial keluarga.

1) Dukungan Suami

Dukungan suami merupakan dukungan yang diberikan

suami dalam pengambilan keputusan terhadap ibu untuk

membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi dasar.

Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi

dorongan dan dukungan kepada istri sebelum pihak lain turut

memberikannya. Dukungan suami akan memberikan rasa

aman, nyaman, dan membuat ibu bayi merasa semangat

membawa bayinya untuk memperoleh imunisasi dasar di

tempat pelayanan kesehatan. Dukungan suami dalam

memantau kesehatan bayi sangat dibutuhkan untuk

kelengkapan imunisasi dasar bayi. Dukungan suami

merupakan dorongan, motivasi terhadap istri, baik secara

moral maupun material.

C. Faktor-faktor dalam pemberian MP-ASI

Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama secara eksklusif dan

pemberian MPASI Dini sangat bervariasi. Namun yang sering diungkapkan

sebagai berikut.

1. Faktor Internal

a. Ketersediaan atau kecukupan ASI

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI seperti tidak

melakukan inisiasi menyusui dini, menjadwal pemberian ASI,


memeberikan minuman sebelum ASI keluar dan memberikannya

dengan botol/dot, kesalahan posisi dan perlekatan pada saat

menyusui. Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi di atas

dada atau perut ibu segera setelah lahir dan memberiakan bayi

mencari putting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam

setelah melahirkan. Apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini

akan dapat mempengaruhi produksi ASI (Nurlely, 2012:50).

Dalam penelitian Eko Haryanto tahun 2017 masih ditemukan

responden dengan kecukupan ASI cukup, namun sudah memberikan

MP-ASI dini kepada bayinya. Hal ini disebabkan karena ibu

melakukan persalinan dibantu oleh dukun bayi. Penolong persalinan

non-nakes (seperti dukun beranak) menganjurkan memberikan

makana lain selain ASI berupa madu dan pisang.

Sedangkan pada responden dengan kecukupan ASI kurang,

menurut hasil wawancara diperoleh informasi bahwa masih ada ibu-

ibu yang memberikan makanan tambahan bagi bayi di usia kurang

dari 6 bulan dengan alasan karena produksi ASI kurang dan bayi

menangis. Dalam pikiran ibu, bayi yang terus menangis dianggap

lapar sementara ASI tidak cukup, sehingga mereka terpaksa

memberikan makanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan bayi.

Jenis MP-ASI yang diberikan selain susu formula yaitu berupa

pisang, bubur instant dan bubur yang dibuat sendiri. Selain itu

responden juga mengungkapkan bahwa anaknya menolak untuk

menyusu pada ibu karena kesulitan mencari puting ibunya, karena


puting ibu yang tidak menonjol, yang membuat keluarnya ASI tidak

lancar.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya.

Pekerjaan ibu juga dapat diperkirakan dapat mempengaruhi

pengetahuan dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif.

Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan

dengan pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada

penitipan anak, dan harus kembali kerja dengan cepat karena cuti

melahirkan. Cuti melahirkan di Indonesia rata – rata hanya tiga bulan.

Setelah itu, banyak ibu yang khawatir bahwa ASI perah saja tidak

cukup sehingga terpaksa memberikan susu formula. Bekerja bukan

alasan untuk tidak mebeirkan ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja

bayi dapat diberi ASI perah. Sebaiknya ibu menabung ASI perah

sebelum ibu masuk kerja (Nurlely : 2012,50).

Dalam penelitian Eko Haryanto tahun 2017, umumnya

responden bekerja sebagai petani dengan waktu kerja mulai dari pagi

sampai tengah hari, terkadang sampai sore hari. Para ibu menyusui

yang bekerja merasa sangat kesulitan membagi waktu untuk

memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayinya sehingga sebagai

alternatif agar bayinya tetap terpenuhi kebutuhannya para ibu mulai

memberikan MP-ASI seperti susu formula kepada bayinya ketika

mereka berada di luar rumah. Padahal sebenarnya, walaupun ibu sibuk


dalam pekerjaannya, pemberian ASI eksklusif kepada bayi masih bisa

dilakukan yaitu dengan cara memompa atau memerah ASI dan

selanjutnya ASI disimpan untuk diberikan kepada bayinya. Selain itu

hal ini juga didukung dengan banyaknya iklan ditelevisi tentang susu

formula yang menawarkan berbagai macam keunggulan yang dapat

dirasakan pada bayi.

c. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, melalui

panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan sikap dan perilaku setiap

hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan

stimulus terhadap tindakan seseorang (Natoadmodjo, 2014:45).

Menurut Wawan dan Dewi (2010:18) pengetahuan seseorang

dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat

kualitatif yaitu:

1) Baik : hasil presentase 76%-100%

2) Cukup : hasil presentase 56%-75%

3) Kurang baik : hasil presentase <56%

Dalam penelitian Eko Haryanto menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian MP-

ASI, dimana ibu dengan pengetahuan yang baik cenderung tidak

memberikan MPASI dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya


kurang. Responden dengan pengetahuan baik, sudah memahami

bahwa bayi di bawah umur 6 bulan belum boleh diberikan makanan

lain selain ASI dikarenakan pencernaannya belum siap.

Semakin baik pengetahuan responden maka cenderung untuk

tidak memberikan MPASI dini. Namun dalam penelitian ini

ditemukan juga responden dengan pengetahuan baik yang

memberikan MPASI dini kepada bayinya. Dalam hal ini pengetahuan

yang didapat responden hanya sebatas tahu tentang MP-ASI dini,

tetapi tidak dipraktikkan dalam tindakan nyata. Ini banyak terjadi pada

responden dengan usia muda yang belum mempunyai banyak

pengalaman dalam merawat bayi. Meskipun mereka tahu tentang

MPASI dini, namun dalam tindakan masih dipengaruhi orang tua yang

dianggap lebih berpengalaman.

Selanjutnya berdasarkan pengakuan responden dengan

kategori pengetahuan kurang alasan mereka sudah memberikan MP-

ASI pada bayi sejak usia di bawah enam bulan dikarenakan kurang

memahami pengetahuan tentang MP-ASI. Responden mengenalkan

makanan tambahan seperti susu formula dan makanan lunak kurang

dari 6 bulan agar anaknya kenyang dan tertidur pulas, jika anak diberi

makan pisang sewaktu berumur 2 bulan agar anak tidak rewel dan

lebih tenang, berat badan anak akan bertambah dan lebih cepat besar.

Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara

pemberian MP-ASI yang benar dan kebiasaan pemberian MP-ASI

yang tidak tepat.


Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian

Priharyanti Wulandari (2018), di Desa Boloh Kecamatan Toroh

Kabupaten Gerobon yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian MPASI dini di

Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Gerobon.

d. Umur Ibu

Usia dewasa awal merupakan usia seseorang untuk dapat

memotivasi diri memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya. Usia

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin cukup

umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir

dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih

dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Umur merupakan periode terhadap pola-pola

kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Semakin bertambahnya

umur seseorang semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dimiliki

(Natoatmodjo: 2011:53).

Menurut pendapat Lili & Bambang pada tahun 2018, di

Posyandu Melati V terbanyak pada responden yang berusia 20-35

tahun yang tidak memberikan MPASI dini pada bayinya, hal ini

dikarenakan Ibu dengan usia 20-35 tahun sudah memiliki pengetahuan

dan pengealaman dalam pemberian MPASI pada bayi dan selain itu

ibu ingin melihat anaknya kelak menjadi anak yang sehat, maka ibu

selalu berusaha mencari yang terbaik untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayinya. Selain itu juga ibu yang berusia 20-35 tahun
sudah mendapatkan informasi dan sudah memiliki pengetahuan

tentang pemberian MP-ASI dini pada bayi.

Bagi responden yang berusia < 20 tahun terbanyak pada

responden yang memberikan MPASI dini pada bayinya, hal ini

dikarenakan responden belum memiliki pengetahuan tentang

pemberian MP-ASI pada bayi yang tepat yaitu setelah 6 bulan dan

mereka tidak mengetahui dampak dari pemberian MP-ASI dini pada

bayi. Bagi responden yang berusia > 35 tahun terbanyak pada

responden yang memberikan MPASI dini pada bayinya, hal ini

dikarenakan responden yang berusia > 35 tahun belum memiliki

pengetahuan tentang pemberian MP-ASI yang tepat dan mempunyai

pengetahuan yang salah terhadap MPASI dini pada bayi. Responden

yang berusia >35 tahun juga sudah memiliki pengalaman dari anaknya

yang terdahulu dalam pemberian MP-ASI dini keadaan anaknya sehat-

sehat saja, maka ibu juga memberikan MP-ASI dini pada anak yang

berikutnya (Falikhatum, 2018:110).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Priharyanti

Wulandari (2018), di dapatkan hasil terdapat hubungan yang

bermakna antara usia ibu terhadap pemberian MPASI Dini di Desa

Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

e. Pendidikan

Menurut Priyoto (2014) pendidikan adalah proses perubahan

sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Melalui pendidikan kesehatan masyarakat diharapkan mampu


memelihara kesehatan mereka, menghindari hal-hal yang merugikan

kesehatan, dan mampu mencari upaya pengobatan apabila sakit.

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Tingkat pendidikan ibu juga dapat mempengaruhi dalam

pemberian MP-ASI dini. Hal ini disebabkan karena ibu tidak tahu

waktu tepat dalam pemberian MP-ASI. Secara luas pendidikan

mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan

hingga liat lahat, yakni berupa interaksi dengan individu baik secara

formal maupun informal.

Dalam penelitian Yovi Yuliani (2019), berdasarkan katagori

pendidikan diketahui dari 59 orang (62,1%) yang berpendidikan

rendah dimana tidak memberikan MP- ASI sebanyak 52 orang

(68,4,8%) dan yang memberikan MP- ASI hanya 7 orang (36,8%).

Sedangkan pada 36 orang (37,9%) yang berpendidikan tinggi

didapatkan yang tidak memberi MP- ASI sebanyak 24 orang (31,6%)

dan yang memberi MP- ASI sebanyak 12 orang (63,2%). Dari hasil

tersebut diketahui ibu yang yang berpendidikan rendah berpeluang 3,7

kali lebih besar tidak memberikan MP-ASI dibandingkan dengan ibu

yang berpendidikan lebih tinggi.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Priharyanti Wulandari (2018), di Desa Boloh Kecamatan Toroh

Kabupaten Gerobon yang mendapatkan hasil terdapat hubungan yang

bermakna antara pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI Dini di

Desa Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Gerobon.


2. Faktor Eksternal

a. Faktor Petugas Kesehatan

Sikap dan pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor

penentu kesiapan petugas kesehatan dalam mengelola ibu menyusui.

Perilaku tenaga kesehatan biasanya akan ditiru oleh masyarakat

dalam hal perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam

setiap tumbuh kembangnya sangatlah penting untuk mendukung

keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya. Selain itu sikap tenaga

kesehatan terhadap ibu dalam menganjurkan masyarakat agar

menyusui secara eksklusif pada usia 0 – 6 bulan dan dianjurkan

sampai 2 tahun dan pemberian MPASI setelah usia 6 bulan dan juga

meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal memberikan

penyuluhan kepada masyarakat luas (Nurlely, 2012:50).

Hasil analisis Sri Yulianti Kumalasari tahun 2015

menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang dianjurkan

petugas kesehatan tetap memberikan MP-ASI dini pada bayinya

sebanyak 27 orang (62,8%) dibandingkan yang tidak memberikan

MP-ASI dini sebanyak 16 orang (37,2%). Pada responden yang tidak

dianjurkan petugas kesehatan, sebagian besar tidak memberikan MP-

ASI dini pada bayinya sebanyak 30 orang (61,2%) dibandingkan

yang memberikan MP-ASI dini sebanyak 19 orang (38,8%). Hasil

uji statistic menunjukkan bahwa nilai p value = 0,037, artinya

terdapat hubungan antara anjuran petugas kesehatan dengan

pemberian MP-ASI dini.


b. Faktor Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan

dengan pemberian makanan pendamping ASI. Dukungan keluarga

yang tinggi terhadap pemberian makanan pendamping ASI

menimbulkan efek negative terhadap kesehatan bayi. Hal ini jelas

bahwa jika keluarga memberikan peran atau dukungan yang baik

akan mendorong ibu untuk tidak memberikan makanan pendamping

ASI kepada bayi mereka saat usia 0-6 bulan, untuk itu informasi

tentang MP-ASI bukan hanya diberikan kepada ibuibu saja tetapi

suami dan keluarga, sehingga mereka juga memperoleh pengetahuan

tentang MP-ASI dan membantu untuk mencegah atau mendukung

ibu untuk tidak memberikan MP-ASI secara dini (Eko Hryanto,

2017:141).

Menurut asumsi Eko Haryanto tahun 2017, masih ada

dijumpai ibu-ibu yang mempunyai bayi yang memberikan MP-ASI

terlalu dini, dikarenakan adanya pengaruh yang lebih kuat, yaitu

anjuran keluarga terdekat, misalnya suami/orang tua. Mayoritas

responden mengaku pernah mendapatkan anjuran untuk memberikan

susu formula dan MP-ASI dini pada masa pemberian ASI eksklusif.

Dukungan suami ataupun keluarga sangat besar pengaruhnya,

seorang ibu yang mendapatkan dukungan oleh suami ataupun

anggota keluarga lainnya atau bahkan menakutnakuti tentang mitos

bahwa bayinya akan merasa kelaparan jika hanya diberikan ASI saja,

hal tersebut akan mengganggu psikologis ibu dan bahwa membuat

ibu merasa cemas akan kondisi bayinya dan membuat ibu untuk
berfikir memberikan tambahan susu formula/MPASI dini untuk sang

bayi.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Riska Maulidanita (2020) yang dilakukan di BPM Romauli Silalahi

didapatkan hasil yang menunjukan adanya hubungan antar dukungan

keluarga dengan pemberian MP-ASI Dini pada bayi 0-6 bulan di

BPM Romauli Silalahi.

c. Kondisi Kesehatan Bayi

Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal tersulit

yang selalu mendapatkan tantangan. Seperti di Indonesia sekitar 80%

yang tidak memberikan ASI eksklusif karena para ibu lebih memilih

memberikan susu formula dan memberi makanan kepada bayinya

(Nurlely, 2017:50)

d. Pengganti ASI (PASI)

Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal tersulit

yang selalu mendapatkan tantangan. Seperti di Indonesia sekitar 80%

yang tidak memberikan ASI eksklusif karena para ibu lebih memilih

memberikan susu formula dan memberi makanan kepada bayinya

(Nurlely, 2017:50).

e. Keyakinan

Kebiasaan member air putih dan cairan lain kepada bayi

menyusui dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan. Dan

pemberian pisang serta makanan lainnya sebelum usia 6 bulan.

Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan. Dari


generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi sebaiknya

diberi cairan selain ASI (Nurlely, 2017:50).

f. Informasi

Menurut Athfin dalam Arif (2012) banyaknya iklan yang

memasarkan susu formula, membuat ibu mau memberikannya

kepada bayi dengan keyakinan sehat dan baik bagi bayinya. Iklan

tidak hanya melalui televisi, tapi juga radio dan surat kabar, dan

brosur-brosur.

Berdasarkan hasil penelitian Budi Artini didapatkan bahwa

keseluruhan faktor informasi mempengaruhi dalam pemberian

MPASI Dini yaitu sebanyak 26 responden (100%). Informasi

Menurut George H. Bodnar (2000:1), “Informasi adalah data yang

diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan

yang tepat”. Dalam era globalisasi ini terjadi kemajuan ilmu

pengetahuan dan pesatnya tehnologi sehingga ibu pun akan semakin

mudah dalam mendapatkan informasi, salah satu contoh adalah

banyaknya iklan-iklan susu formula yang menawarkan berbagai

produk dengan berbagai kelebihan akan membuat ibu tertarik untuk

memberikan MPASI Dini (Artini, 2018:110).


Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor predisposisi :
1. Umur
2. Pengetahuan
3. Pendidikan
4. Sikap

Faktor pendukung (enabling


factor) :
1. Ketersediaan sumber daya Perilaku
kesehatan
2. Keterjangkauan seumber
daya kesehatan
3. Prioritas dan komitmen
terhadap kesehatan
4. Keterampilan yang
berkaitan dengan kesehatan

Faktor pendorong
(reiforcing factor):
1. Kelurga
2. Teman sebaya
3. Guru
4. Petugas kesehatan
5. Pemimpin

Sumber: Notoatmodjo 2014: 45, Wawan, 2011:40


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep suatu terhadap konsep yang lainnya,

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti (Natoatmodjo, 2012:83). Kerangka Konsep dalam penelitian ini

mengacu pada teori yang diuraikan oleh Lowrence Green (1980) dalam

Natoatmodjo (2010:59) sebagai tolak ukur pemberian MPASI pada bayi 0-6

bulan.

Secara skematis kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Predisposing Factor
- Pengetahuan ibu

Enabling Factor
Pemberian MPASI
- Kebiasaan keluarga
Sad

‘a
Reinforcing Factor
- Dukungan keluarga

Sad

‘a


Sad

‘a


B. Definisi Oprasional

Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk

mendefinisikan variabel-variabel atau faktor yang berhubungan dengan

pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dini pada bayi usia 0-6 bulan.

Menurut Notoadmojo (2010:111) definisi operasional penting dan diperlukan

agar pengukuran variabel atau pengumpulan data (variabel) itu konsisten

antara sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain. Dalam

penelitian ini definisi operasionalnya meliputi:

Tabel 3.1
Definisi oprasional

No Variabel Definisi oprasional Cara/alat/hasil/ukur/skala

1. Pengetahuan Segala sesuatu yang Cara ukur:


diketahui ibu dalam Pengisian kuisioner
pemberian MP-ASI Alat ukur: Kuisioner
pada bayi meliputi: Skala ukur: Ordinal
-usia ideal pemberian Hasil:
-jenis makanan yang 1 = Baik jika ≥75%
diberikan 2 =Cukup Baik 56-75%
0 = Kurang Baik
(Wawan dan Dewi,
2010:18)
2. Kebiasaan keluarga Tradisi yangbiasa Cara ukur:
dilakukan dalam Pengisian kuisioner
keluarga ataupun Alat ukur: Kuisioner
adat istiadat daerah Skala ukur: Ordinal
setempat dalam Hasil:
pemberian MP-ASI 0 = Baik,
pada saat bayi 1 = Kurang baik
berusia 0-6 bulan
3. Dukungan keluarga Dukungan yang Cara ukur:
diberikan keluarga Pengisian kuisioner
dalam pemberian Alat ukur: Kuisioner
MPASI pada bayi Skala ukur: Ordinal
usia 0-6 bulan Hasil:
1=tidak ada dukungan
keluarga
0= Ada dukungan keluarga
(Eko Haryanto, 2017:141)
4. Pemberian MP-ASI Pemberian MPASI Cara ukur:
pada bayi Pengisian kuisioner
Alat ukur: Kuisioner
Skala ukur: Ordinal
Hasil:
1=baik, jika tidak
memberikan MP-ASI 0-6
bulan
0= kurang baik jika
memberikan MP-ASI 0-6
bulan

C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan peneliti

(Notoatmodjo, 2010:84). Berdasarkan pengertian tersebut maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan pengetahuan dengan pemberian MP-ASI pada bayi 0-6

bulan di wilayah puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Tahun 2022.

2. Ada hubungan kebiasaan daerah stempat dengan pemberian MP-ASI pada

bayi usia 0-6 bulan di wilayah Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Tahun 2022.

3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI pada bayi

0-6 bulan di wilayah Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung

Barat Tahun 2022.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

cross sectional dimana variabel data yang menyangkut variabel bebas atau

risiko dan variabel terikat atau variabel akibat akan dikumpulkan dalam

waktu yang bersamaan yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan

Pemberian MP-ASI dini Pada Bayi 0-6 Bulan diwilayah Puskesmas Parit Deli

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2022.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung

Jabung Barat pada bulan Januari sampai dengan Mei 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah suatu kelompok yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2010:117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang

memiliki bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung

Jabung Barat.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010:115).

Kriteria sampel yaitu :


a. Kriteria Inklusi

1) Ibu yang berkunjung memiliki bayi usia 0-6 bulan

2) Ibu yang bersedia menjadi responden

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan cara dan

teknik tertentu sesuai dengan penelitian yang di lakukan, sehingga

sampel tersebut dapat mewakilkan populasi yang akan diambil pada

penelitian (Notoatmojo, 2018:116).

Teknik pengambilan sampel menurut (Sunyonto, 2013:25)

diambil dengan menggunakan rumus solvin yaitu:

n= N

1 + (N.e²)

n : Banyak Sampel

N : Banyak Populasi

e : Presentase Kesalahan

Berdasarkan rumus di atas maka didapatkan jumlah sampel pada

penelitian ini adalah :

n: 125

1 + (125.0,1²)

n: 125

1 + (125.0,01)

n: 125 : 55 responden

2,25
D. Pengumpulan Data

1. Jenis data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer

yang dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh

peneliti yang berdasarkan konsep teoritisnya dengan terlebih dahulu

memberikan penjelasan singkat tentang tujuan dan penelitian serta cara

pengisian kuesioner dan ditanyakan kepada responden apa bila hal-hal

yang tidak dimengerti tentang pengetahuan ibu, kebiasaan keluarga dan

dukungan keluarga.

2. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

data rekam primer. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner

yang telah diberikan. Cara pengisian dapat diisi sendiri oleh responden

dengan pengawasan dari peneliti/petugas yang membantu dalam mengisi

kuesioner.

3. Metode pengumpulan data

Dalam pengumpulan data peneliti melakukan informed consent

terlebih dahulu kepada ibu yang melakukan kunjungan yang memiliki

bayi usia 0-6 bulan posyandu ke puskesmas, Setelah dilakukan

pemeriksaan selanjutnya responden diberikan kuesioner secara langsung.

Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten

Tanjung Jabung Barat.


E. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan selanjutnya akan diolah melalui tahapan sebagai

berikut:

1. Editing

Pada tahap ini untuk mengecek apakah data yang dikumpulkan

sudah dianggap lengkap (valid) atau belum. Semua data yang terkumpul

melalui kuesioner akan dilakukan pemeriksaan secara rinci pada tiap

lembar kuesioner, ini bertujuan untuk melihat kembali apakah semua

kuesioner diisi sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan pada halamn

awal lembar kuesioner.

2. Coding

Setelah semua kuesioner di editing, selanjutnya dilakukan

percodingan yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan. Memberikan kode pada setiap data faktor-faktor

yang berhubungan dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI

(MPASI) Dini Pada Bayi Usia 0- 6 Bulan Di Puskesmas Parit Deli

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2022. Kode 0 untuk jawaban

kurang baik, terdapat dukungan keluarga, kode 1 untuk jawaban baik,

tidak ada dukungan keluarga.

3. Scoring

Menetapkan skor pada variabel yang diambil dalam penelitian ini

yaitu:

a. Variabel pengetahuan

1) Skor kurang baik <75%


2) Baik jika ≥75%

b. Variabel Kebiasaan

1) Kurang baik, apabila jawaban responden ≤ mean/median

2) Baik, apabila jawaban responden >mean/median

c. Variabel Dukungan keluarga

1) Kurang baik, apabila jawaban responden ≤ mean/median

2) Baik, apabila jawaban responden >mean/median

4. Entry

Data yang telah diperiksa dan diberi kode kemudian dianalisa atau

diolah dengan menggunakan program pengolahan data.

5. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode. Ketidaklengkapan dan sebagainya

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

F. Analisa Data

Analisis data suatu penelitian biasanya melalui prosedur bertahap menurut

Notoatmodjo (2010:188) antara lain:

1. Analisis Univariat

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat yang

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-

masing variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, analisis univariat dapat

memberikan gambaran pengetahuan, kebiasaan, dan dukungan keluarga


terhadap pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) Dini pada bayi usia

0-6 bulan.

2. Analisis Bivariat

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis bivariat yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen dan variabel

dependen. Dalam penelitian ini, analisis bivariat dapat memberikan

hubungan antara pengetahuan, kebiasan, dan dukungan keluarga, terhadap

pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) Dini pada bayi usia 0-6

bulan.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2015


Data dan Informasi Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI.

Prasetyono. 2014
Makanan Tambahan Pengganti ASI. http://www.infobunda.com,

diakses 10 April 2022.

Heryanto, Eko. 2017


Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian 141 – 152.

Unicef. 2019
Adopt Optim Feed Pract is Fundam to a child’s Survivgrowth Dev but
too few Child benefit. https://data.unicef.org/topic/nutrition/infant-
and-young-child-feeding/#diakses 10 April 2022.

WHO. 2012
Complementary feeding. Diperoleh pada tanggal15 September 2014
dari http://www.who.int/nutrition/topics/co mplementary_feeding/en/

Ruslianti, 2015
Gizi pada ibu dan bayi. Jakarta

Waryana, 2016
Promosi Kesehatan, Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Nuha Medikaa, Yogyakarta

Mufida, Lilina, dkk.2015


Prinsip Dasar Makanan Pnedamping Air Susu Ibu (MP-Asi) Untuk
Bayi 6-24 Bulan. Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri
Vol. 3 No 4p. 1646-1651, September 2015 1646.

Notoatmodjo, S. 2014
Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

A.Wawan dan Dewi. 2012


Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI.

Wulandari, P, dkk, 2018


Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini di
desa boloh kecamatan toroh kabupaten grabon , Jurnal JKTF: Unifversitas
Muhammadiyah Tanggerang Vol. 3, Juli- Desember 2018: 81-90.

Yovi Yuliani, 2019


Beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian makanan
pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Dini pada Bayi Usia 0-6 Bulan.
Vol. 9. No.2, Juni 2019: 58-65.

Rotua, D F, dkk. 2018.


Identifikasi Perilaku Ibu Dalam Pemberian MPASI Dini Di
Puskesmas Tambang Kabupaten Kampar. JOM FKp, Vol. 5 No. 2
(Juli-Desember) 2018.

Kumalasari, S. Y, dkk. 2015.


Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Makanan
Pendamping ASI Dini. JOM Vol 2 No 1, Februari 2015

A. Wawan dan Dewi. 2011.


Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Nurlely, Ika Apriani, 2012.


Perbedaan Faktor-faktor Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Poncol dan Puskesmas Candilama Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Undip
Semarang

Arikunto, Suharsimi. 2010.


Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Maulidanita Riska, 2020


Faktor yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping air
susu ibu pada bayi 0-6 bulan di BPM Romauli Silalahi. WOH, Jurnal
Kesehatan, Volume. 3 No.2 (April 2020) 123-131
INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan
dilakukan oleh mahasiswa Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi
bernama Riana Ulfah dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di
Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2022”.

Nama :
Alamat :
No. Telepon/HP :

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpatisipasi pada penelitian ini secara
suka rela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan untuk
mengundurkan diri maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa ada
sanksi apapun.

Jambi, 2022
Saksi Yang memberikan persetujuan

( ) ( )
SURAT PERMOHONAN RESPONDEN

Yth.
Ibu/sdr
Di Kota Jambi

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswa Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementrian Jambi:
Nama : Riana Ulfah
NIM : PO71241210102
Bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Fkator Yang
Berhubungan Dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI(MP-ASI) Dini Pada
bayi Usia 0-6 Bulan DI Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat Thun
2022”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat kerugian bagi ibu sebagai
responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Saya mohon kesediaan ibu untuk
berpatisipasi dalam penelitian ini sebagai responden.
Demikian permohonan saya, atas kesediaan dan partisipasi ibu menjadi
responden, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

( Riana Ulfah )
KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN


MAKANAN PENDAMING ASI (MPASI) DINI PADA BAYI USIA 0-6
BULAN DI PUSKESMAS PARIT DELI KABUPATEN
TANJUNG JABUNG BARAT
TAHUN 2022

I. Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah pertanyaan sesuai dengan ini dengan baik dan teliti
2. Jawab pertanyaan sesuai dengan pengalaman ya atau tidak

II. Data Demografi:


1. No Responden :
2. Pendidikan :
SD :
SMP :
SMA :
D3 :
3. Pekerjaan
IRT :
WIRASWASTA :

III. Pemberian MP-ASI


1. Apakah ibu memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan

Ya

Tidak

2. Jika Ya, pada usia berapa ibu memberikannya?


Sebutkan

3. Makanan apa yang ibu berikan?


Sebutkan

IV. Pengetahuan
1. Apakah pengertian dari makanan pendamping ASI (MP-ASI) ?
a. Makanan yang diberikan kepada bayi/anak disamping ASI untuk
memenuhi kebutuhan gizi?
b. Makanan yang diberikan kepada bayi segera setelah lahir
c. Makanan pengganti ASI
d. Tidak tahu
2. Apakah ibu tahu kapan waktu yang tepat untuk pemberian MP-ASI?
a. 6-24 bulan
b. Kurang dari 6 bulan
c. Sewaktu-waktu anak membutuhkan
d. Ketika anak rewel
e. Tidak tahu
3. Apa saja jenis-jenis MP-ASI?
a. MP-ASI lokal dan MP-ASI pabrikan
b. MP-ASI Lokal
c. MP-ASI pabrikan
d. Tidak tahu
4. Apa ibu tahu manfaat dari pemberian MP-ASI ?
a. Agar anak tidak rewel
b. Untuk memenuhi kebutuhan gizi anak
c. Supaya anak cepat besar
d. Tidak tahu
5. Apakah ibu mengetahui tujuan dari pemberian MP-ASI
a. Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal
b. Agar anak cepat kenyang
c. Tidak tahu
d. Agar anak menjadi tidak rewel
6. Apakah ibu tahu dampak MP-ASI yang diberikan terlalu dini kepada
bayi?
a. Bayi menjadi cepat kenyang
b. Bayi menjadi gemuk dan sehat
c. Menyebabkan sistem pencernaan bayi terlalu berisiko terserang
infeksi sehingga bayi mudah terserang penyakit
d. Tidak tahu
7. Apakah ibu tahu dampak MP-ASI yang diberikan terlalu lambat kepada
bayi?
a. Bayi sering rewel
b. Dapat menyebabkan bayi kekurangan gizi
c. Tidak tahu
d. Bayi menjadi gemuk
8. Apakah ibu tahu cara yang tepat pemberian makanan yang berkala pada
bayi?
a. Dimulai dari makanan cari(murni), makanan lunak (bubur susu),
makanan lembek (tim saring), makanan agak kasar dan padat
b. Dimulai dari pemberian nasi, pisang,nasi tim, dan nasi biasa
c. Disesuaikan dengan selera anak
d. Tidak tahu
9. Pada usia berapakah sebaiknya bayi disapih?
a. Pada usia kurang dari 24 bulan
b. Pada usia lebih dari 24 bulan
c. Pada usia lebih dari 12 bulan
d. Tidak tahu

V. Kebiasaan Keluarga

No Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah orang tua atau pun tetangga ibu
menganjurkan memberikan makanan tambahan
lain selain ASI pada bayi usia kurang dari 6
bulan
2. Apakah anjuran yang di beri tahu tersebut
dilaksanakan oleh ibu
3. Apakah sebelumnya orang tua atau pun
tetangga tersebut juga melaksanakan hal yang
dianjurkan kepada ibu tersebut

VI. Dukungan keluarga


No Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah orang terdekat seperti suami ataupun
keluarga ibu pernah
menganjurkan/menyarankan ibu untuk
memberikan makanan tambahan selain ASI
pada bayi usia kurang dari 6 bulan?
2. suami dan keluarga saya menyetujui untuk
memberikan MPASI pada saat bayi berusia 6
bulan.
3. Saya merasa termotivasi dengan adanya
dukungan keluarga untuk memberikan MPASI
sesuai waktunya.
4. Saya merasa yakin dengan adanya dukungan
keluarga maka saya akan memberikan MPASI
sesuai dengan waktunya.
5. Suami dan keluarga saya sangat senang jika
bayi saya diberikan MPASI sesuai waktunya.

Anda mungkin juga menyukai