Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik Nifas dan
Menyusui
Oleh :
PEBIYANSI BR SEMBIRING
NIM : P07524711062
PEMBIMBING INSTITUSI
Julietta Hutabarat,Spsi ,SST, M.Kes
LAPORAN KOMPREHENSIF
Oleh :
Pebiyansi Br Sembiring
NIM : P07527421062
Menyetujui,
No Nama Pembimbing Tanda Tangan
1 Julietta Hutabarat,Spsi, SST,M.Kes
NIP: 196707201989032002
(Pembimbing Institusi)
i
NIP. 196605231986012001
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif
dalam Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dan meyusui ini dengan baik. Dalam
kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada dosen pengampu Ibu Julietta Hutabarat Spsi,SST,M.Kes yang telah
membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses
perkuliahan Profesi bidan.
Yunanda
i
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan..........................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2
C. Ruang Lingkup......................................................................................................2
D. Manfaat..................................................................................................................3
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 18
LAMPIRAN
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan oleh
kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik 10
yang bernutrisi dan sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk
bayi dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang tersedia setiap saat, siap
disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi. (Siti F, 2019). Salah satu
kendala pemberian ASI yaitu bendungan ASI. Dampak yang akan ditimbulkan
jika bendungan ASI tidak teratasi yaitu akan terjadi mastitis, abses payudara dan
kebutuhan nutrisi bayi akan kurang terpenuhi. (Siti F, 2019).
Bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI
dan rasa nyeri di sertai kenaikan suhu badan (Novalita, 2019). Bendungan ASI
dikarenakan penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Siti F,
2019)
Data World Health Orgnization(WHO) terbaru pada tahun 2015 di Amerika
Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami bendungan ASI rata-
rata mencapai 87,05 % atau sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765 orang dan
Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun2015
menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami BendunganASI sebanyak
35.985 atau (15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibunifas yang mengalami
Bendungan ASI sebanyak 77.231 atau (37, 12 %)ibu nifas. Peningkatan kejadian
Bendungan ASI sangat berpengaruh terhadapmasa nifas karena ketidak berhasilan
dalam memberikan ASI kepada bayinya. Salah satu tidak tercapainya ASI
eksklusif yaitu bayi tidak mendapat ASIyang cukup serta produksi ASI
meningkat, terlambat menyusukan,hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik,
dan dapat pula karenaadanya pembatasan waktu menyusui hingga dapat
terjadinya peradanganpada payudara ibu dan secara palpasi teraba keras (Novita,
2019)
Pemerintah sudah berupaya dan membuat kebijakan pada masa nifas.
Pada kebijakan nasional masa nifas paling sedikit 4 (empat). Serta bidan
memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi pada
proses laktasi atau menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan
yang lazim terjadi termasuk pembekakan payudara, mastitis, abses, puting lecet,
puting masuk. Mengingat pentingnya pemberian ASI, maka perlu adanya
perhatian dalam proses laktasi agar terlaksana dengan benar. (Lilis, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu nifas dengan pendekatan
manajemen kebidanan dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan asi di
Klinik Linda Silalahi dengan manajemen kebidanan dan pendokumentasian
SOAP.
C. Ruang Lingkup
1. Lokasi dan Waktu :
Lokasi yang dilakukan oleh penulis dalam pembuatan Laporan Komprehensif ini
adalah di Klinik Linda Silalahi, sedangkan waktu dan penyusunan Laporan
Komprehensif di mulai 10 Mei-18 Mei 2022.
2. Subjek Laporan Kasus :
Subjek yang diambil untuk penyusun Laporan Komprehensif ini adalah Ibu Nifas
2
D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada Ibu nifas
dengan bendungan asi
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan
untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program study Profesi
Kebidanan di Politeknik Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan.
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan dalam
mengatasi ibu nifas dengan bendungan asi
3
BAB II
Payudara disebut pula galndula mamalia yang ada baik pada wanita maupun pria.
Pada pria secara normal tidak berkembang kecuali jika dirangsang oleh hormon. Pada
wanita tetap berkembang setiap pubertas sedangkan hamil dan berkembang terutama
berkembang pada saat menyusui (Sari dan Rimandini, 2014). Ukuran payudara
berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan
umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada
payudara yang lain (Sari dan Rimandini,2014)
4
b. Areola yaitu bagian yang menghitam di tengah. Bagian ini terdiri dari kulit yang
longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah
kira-kira 2,5 cm. Areola ini berwarna merah muda pada wanita pada wanita yang
berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit coklat dan warna tersebut
menjadi lebih gelap waktu hamil. Didaerah areola ini terletak kira-kira glandula
sebecea. Pada kehamilan areola ini membesar dan disebut tuberculum
montgomery.
c. Papilla, atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara, dengan
panjang kira-kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan
bangunan yang sangat peka. Permukaan papila mamae berlubang-lubang berupa
ostium papilare kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer ini dilapisi oleh
epitel. Bentuk puting ada empat yaitu: normal, pendek/datar, panjang dan
terbenam (inverted)
C. Etiologi
Bendungan ASI disebabkan oleh penyempitan duktus laktiferus, kelenjar-kelenjar
yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting susu. Beberapa
faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
5
bayi tidak dapat menghisap putting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan
akibatnya terjadi bendungan ASI.
5) Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu
karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus
untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI ( Winkjosastro, 2010 dalam Elis,2018).
D. Patofisiologi
Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara
normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis
dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa
penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun keadaan ini bisa menjadi
bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan
cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi
terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara
yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat
terlihat mengkilat dan edema di daerah eritema difus. Puting 37 susu teregang
menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut
untuk menghisap ASI. Ibu kadangkadang menjadi demam.(Elis, 2018)
E. Tanda dan Gejala, Diagnosa, Akhibat dan Penanganan
Mammae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, puting susu bisa
mendatar sehingga bayi sulit menyusu. Pengeluaran susu kadang terhalang oleh
duktuli laktiferi menyempit. Payudara bengkak, keras, panas, nyeri bila ditekan,
warnanya kemerahan, suhu tubuh Siti F, 2019)
Bendungan air susu ibu ditandai dengan payudara bengkak, keras, terasa
panas sampai suhu badan sedikit naik. Sehingga menyebabkan air susu tidak
lancar atau keluar sedikit. Bendungan ASI merupakan permulaan kemungkinan
infeksi payudara atau mastitis. Apabila masih terjadi akan menimbulkan demam,
nyeri lokal pada payudara, terjadi pemadatan dan terjadi pemadatan perubahan
warna pada payudara (Elis, 2018).
F. Bendungan Asi adalah :
1. Cara inspeksi.
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu
dengan tangan keatas,selagi pasien duduk kita akan melihat dilatasi pembuluh-
6
pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas di
bawah kulit.perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat menjadi merah.
2. Cara palpasi.
Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu dengan
jari-jari yang harus kebagian lateral.palpasi ini harus meliputi seluruh
payudara,dari parasternal kearah garis aksila belakang,dan dari subklavikular
kearah paling distal.untuk pemeriksaan orang sakit harus duduk.tangan aksila
yang akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa dan dokter pemeriksa mengadakan
palpasi aksila dengan tangan yang kontralateral dari tangan si penderita.misalnya
kalau aksila kiri orang sakit yang akan diperiksa,tangan kiri dokter mengadakan
palpasi (prawirohardjo,2015)
G. Faktor Predisposisi
Posisi menyusui yang tidak baik
Membatasi menyusui
Membatasi waktu bayi dengan payudara
Memberikan suplemen suu formula untuk bayi
Menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan
sunplai berlebihan
Implan payudara
H. Penanganan Bendungan Asi meliputi :
a) Bila Ibu menyusui
1. Susukan sesering mungkin
2. Kedua payudara disusukan.
3. Kompres hangat payudara sebelum disusukan
4. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,
sehingga lebih mudah memasukkannya ke dalam mulut bayi.
5. Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa
dan berikan pada bayi dengan sendok.
6. Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
7. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin.
8. Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang rasa
sakit.
7
9. Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk
memperlancar pengeluaran ASI.
10. Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks.
11. Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak
minum.
12. Bila perlu berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
13. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya.
I. Kajian Teori
1. Konsep Dasar Nifas
A. Definisi Masa Nifas
Nifas Masa nifas (peurperium) berasal dari kata puer artinya bayi, parous
artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan, yang berlangsung selama 6
minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) atau periode pasca persalinan (post partum)
ialah masa waktu antara kelahiran plasenta dan membran yang menandai
berakhirnya periode inpartum sampai menuju kembalinya sistem reproduksi
wanita tersebut kekondisi tidak hamil (Varney, 2007).
Masa nifas (peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, Masa nifas atau post partum
disebut juga peurperium yang berasal dari bahasa lain yaitu dari kata “Puer”
yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang
keluar
Jadi masa nifas adalah masa setelah persalinan selesai yaitu setelah
kelahiran plasenta dan berakhir setelah 6 minggu dimana sistem reproduksi
kembali kepada keadaan sebelum hamil.
8
B. Tujuan Masa Nifas
Menurut Maryunani (2015), tujuan dari pemberian asuhan masa nifas
adalah sebagai berikut:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologisnya. b
Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk apabila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya.
c Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.
d Memberikan pelayanan KB
C. Periode Masa Nifas
Menurut Maryunani (2015) Masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu
a. Puerperium dini (Periode Immediate Postpartum) Masa segera setelah
plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Masa segera setelah plasenta lahir sampai
kepulihan dimana ibu sudah diperbolehkan mobilisasi jalan. Masa
pulih/kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b Puerperium intermedial (Periode Early Postpartum 24 jam-1 minggu) Masa
kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6- minggu. Peran bidan
pada masa ini bidan memastiakn involusi uteri dalam keadaan normal tidak ada
perdarahan, lochea tidak berabau
c.Remote puerperium (Periode Late Postpartum, 1 minggu-5 minggu) Adalah
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Masa ini bisa berlangsung
3 bulan bahkan lebih.
D. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Menurut Sari dan Rimandini (2014) bidan memiliki peranan yang sangat
penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung
jawab bidan dalam masa nifas antara lain:
i. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
ii. Memberikan dukungan serta memantau kesehatan fisik ibu dan bayi.
iii. Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial, serta
memberikan semangat kepada ibu.
9
iv. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
v. Membantu ibu dalam menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
vi. Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu.
vii. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan
anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
viii. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
ix. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekan kebersihan yang aman.
x. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa, dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas
xi. Memberikan asuhan secara profesional.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 27 April 2022
Jam Pengkajian : 13.30 WIB
Tempat Pengkajian : Kuriani Purba
Pengkaji : Pebiyansi Br Sembiring
Data Subjektif
Identitas/ Biodata
Nama ibu : Ny.Y Nama suami : Tn. O
Umur : 25 tahun Umur : 28 tahun
Suku/keb : Batak Suku/keb : Batak
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Kampung Kolam
11
Analisa
Post partum 6 minggu normal
Penatalaksanaan
1.Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
Hasil pemeriksaan TD:110/70 mmHg,Pols:72 x/I,RR:20 x/I,Temp:36 ibu sudah
mengetahui hasil pemeriksaan
2.Memberitahu bahwa involusi uteri ibu dengan normal,TFU bertambah kecil,tidak
ada perdarahan yang abnormal dan tidak berbau,ibu dalam keadaan normal
3.Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB dan memberikan konseling macam-
macam alat kontrasepsi yang sesuai kepada kondisi ibu yaitu MAL,IUD,suntik 3
bulan san AKBK.Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan memilih ingin
menggunakn KB suntik 3 bulan
4.Mmeberikan kepada ibu bahwa ibu sudah dapat kembali aktif untuk melakukan
hubungan seksual
Ibu sudah mengetahui bahwa dirinya sudah bisa aktif kembali berhubungan seksual.
5.Menganjurkan ibu membawa bayi nya untuk penimbangan dan imunisasi dan
menuliskan jadwal imunisasi di buku KIA
Ibu sudah mengetahui jadwal imunisasi dan mengatakan akan membawa bayi nya
untuk imunisasi
6.Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan bergizi karena
mempengaruhi produksi ASI.Ibu mengerti dan mengatakan akan selalu menjaga pola
makanan yang sehat.
12
BAB IV
PEMBAHASAN
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat disimpulan bahwa
sebagai seorang bidan sangat penting memberikan asuhan sesuai standar kepada
setiap pasien dan masyarakat terutama di dalam memberikan pelayanan
kebidanan. Asuhan masa nifas yang diberikan pada Ny.N mulai dari kunjungan
Nifas pertama hingga kunjungan nifas keempat di Puskesmas Namo Trasi sudah
terlaksana. Asuhan ini di lakukan untuk memantau perkembangan kesehatan ibu
dan bayi serta mendeteksi dini adanya komplikasi yang mungkin akan terjadi
sehingga dapat dihindari.
Saran
1.Bagi Klinik
Diharapkan di Klinik Kuriani tetap melaksanakan setiap pelayanan kebidanan dengan
baik dan selalu berpegang pada standar asuhan kebidanan agar tercipta ibu yang
sehat untuk generasi yang sehat juga.
5.2.3 Bagi Mahasiswa
Diharapkan semua mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam menerapkan asuhan kebidanan yang Profesional, dengan
baik dan benar, mahasiswa lebih memahami ilmu pengetahuan dan perkembangan
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17