Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PRANIKAH


DI KLINIK LINDA SILALAHI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik


pada Remaja dan Pranikah

Oleh:
Pebiyansi Br Sembiring
P0

PEMBIMBING INSTITUSI
Rismahara Lubis, S.SiT, M.Kes
Suryani, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MEDAN
TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PRANIKAH

Oleh:
RISYE VERONICA FABIOLA POETRI
NIM:
P07524720 035

Menyetujui,
No Nama Pembimbing Tanda Tangan
1 Naomi Yulinar Br. Pasaribu, S.Tr.Keb,
Bd
NIP:

(Pembimbing Lahan Praktik)

2 Rismahara Lubis, S.SiT, M.Kes


NIP:197307271993032001

(PembimbingInstitusi)

3 Suryani, SST, M.Kes


NIP:196511121992032002

(Pembimbing Institusi)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ardiana Batubara, SST,M.Keb


NIP:196605231986012001
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dalam Asuhan Kebidanan pada Kehamilan ini dengan baik. Dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada dosen pengampu Rismahara Lubis, S.SiT, M.Kes dan Suryani,
SST, M.Kes yang telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
proses perkuliahan Profesi bidan.

Medan, November 2020

Risye Veronica Fabiola Poetri

i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I TINJAUAN TEORI........................................................................................................
A. Ganguan Reproduksi.......................................................................................................
B. Menstruasi.......................................................................................................................
C. Oligomenorea..................................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN.........................................................................
A. Pengkajian.......................................................................................................................
B. Pemeriksaan Fisik...........................................................................................................
C. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................
D. Diagnosa Masalah.........................................................................................................
E. Perencanaan...................................................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................................................

ii
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Ganguan Reproduksi

a. Pengertian
Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan
wanita (Manuaba, 2018).
Gangguan reproduksi adalah gangguan yang terjadi disekitar menarche
sampai menopause. Gangguan dalam masa pubertas, klimakterium dan
menopause (Kusmiran, 2016)
Berdasarkan pengertian di atas daat disimpulkan bahwa gangguan reproduksi
adalah gangguan kesehatan pada wanita dari menarche sampai menopause.
b. Etiologi
Gangguan reproduksi disebabkan oleh ketidak seimbangan hormon.
Gangguan reproduksi yang biasanya terjadi, misal kista endometrium yang
banyak dialami wanita yang memiliki kadar FSH dan LH (Manuaba, 2018).
B. Menstruasi

c. Pengertian
Menstruasi adalah proses alami yang terjadi pada perempuan yang merupakan
perdarahan teratur dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan telah
menunaikan faalnya (Kusmiran, 2016).
Menstruasi adalah tanda bahwa siklus masa subur telah dimulai. Menstruasi
saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar (Atikah dan Siti, 2019).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menstruasi adalah
proses alami sebagai tanda bahwa alat kandungan telah berfungsi.
d. Siklus haid
Pada wanita biasanya pertama kali mengalami menstruasi (menarche) pada
umur 12-16 tahun. siklus menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lama
menstruasi selama 2-7 hari (Kusmiran, 2016).
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus

1
mengalami perubahan-perubahan yang berkaitan erat dengan aktifitas ovarium.
Menurut Atikah dan Siti (2019), siklus menstruasi terdiri dari 4 fase, yaitu :
1) Fase menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi
bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga
karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga kandungan
hormon dalam darah menjadi tidak ada.
2) Fase proliferasi / fase folikuler ditandai dengan menurunnya hormon
progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan
merangsang folikel ovarium, serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi
kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan
menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis.
Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding
endometrium yang robek.
3) Fase Ovulasi/fase Luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu
matangnya sel ovum pada hari ke 14 sesudah menstruasi. Sel ovum yang matang
akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi
corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium
yang kaya akan pembuluh darah.
4) Fase pasca Ovulasi/fase Sekresi ditandai dengan Corpus luteum yang
mengecil dan menghilang dan berubah menjadi Corpus albicans yang berfungsi
untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis
aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan berhentinya sekresi progesteron maka
penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan
endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase perdarahan / menstruasi.
e. Gangguan Menstruasi
Gangguan Menstruasi menurut Manuaba (20118), terbagi menjadi :
1) Gangguan banyak dan lama haid
a) Menoragia yaitu siklus menstruasi tetap tetapi kelainan jumlah darah lebih
banyak dan disertai gumpalan lama pedarahan lebih dari 8 hari.
b) Hipomenorea yaitu siklus tetap tetapi perdarahan kurang dari 3 hari.
2) Gangguan siklus haid

2
a) Polimenorea yaitu menstruasi yang lebih pendek dai biasanya yaitu kurang
dari 21 hari.
b) Oligomenorea yaitu siklus menstruasi melebihi 35 hari sedangkan jumlah
darah masih sama.
c) Amenorea yaitu keadaan tidak datangnya haid selama 3 bulan berturut-
berturut.
d) Metroragia, yaitu perdarahan yang terjadi diluar menstruasi dengan
menyebabkan kelainan hormonal atau kelainan organ genetalia.
3) Ketegangan menstruasi
Keluhan pra mestruasi terjadi sekitar beberapa hari sebelum sampai saat
menstruasi berlangsung

C. Oligomenorea

f. Pengertian
Oligomenorea disebut juga sebagai haid jarang atau siklus panjang.
Oligomenorea terjadi bila siklus lebih dari 35 hari. Darah haid biasanya berkurang
(Dewi, 2017).
Oligomenoera merupakan suatu kelainan siklus yang ditandai dengan
lamanya waktu siklus had lebih dari 35 hari (Kumalasari,2019).
Oligomenorea adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari,
sedangkan jumlah perdarahan tetap sama (Kumalasari, 2019)
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa oligomenorea
adalah siklus menstruasi lebih dari 35 hari.
g. Etiologi
Oligomenorea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga
disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus,
dan menopause atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebihan
(Dewi, 2017).
Oligomenorea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada
wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadanan ini dihasilkan
androgem yang lebih tinggi dari kadar pada wanita normal. Oligomenorea dapat

3
juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang
mengsekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorea dapat juga disebabkan
ketidak seimbangan hormonal seperti pada awal pubertas (Dewi, 2017).
Oligomenorea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium
folikular, perpanjangan stadium luteal ataupun perpanjangan kedua stadium
tersebut. Bila siklus tiba- tiba memanjang maka disebabkan oleh pengaruh psikis
atau pengaruh penyakit (Dewi, 2017).
Menurut Kumalasari (2019), penyebab oligomenorea adalah perpanjangan
siklus folikuler dan stadium luteal, kedua stadium ini menjadi panjang karena
pengaruh psikis, penyakit, dan TBC.
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2017), antara lain :
1) Stress dan depresi
2) Sakit kronik
3) Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexianervosa, bulimia)
4) Penurunan berat badan berlebihan
5) Olahraga berlebih misalnya atlit
6) Adanya tumor yang melepaskan estrogen
7) Adanya kelainan pada struktur rahim atau servik yang menghambat
pengeluaran menstruasi
8) Penggonaan obat-obat tertentu
h. Gejala
Gejala oligomenorea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang dari
35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa wanita
dengan oligomenorea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi
peyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit
kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami
kanker uterus (Dewi, 2017).

i. Pengobatan
Pengobatan oligomenorea tergantung dengan penyebab. Pada oligomenorea
dengan onovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopause

4
tidak memerlukan terapi. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan
nutrisi dapat memperbaiki keadaan oligomenorea (Dewi, 2017).
Oligomenorea sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidak
seimbangan hormon pasien dengan sindrom ovarium polikistik juga sering
diterapi dengan hormonal. Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi
mungkin diperlukan (Dewi, 2017).
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2017) pengobatan oligomenorea
disamping mengatasi faktor yang menjadi penyebab timbulnya oligomenorea juga
akan diterapi menggunakan hormon, diantaranya dengan mengkonsumsi obat
kontrasepsi. Jenis hormon yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis hormon
yang mengalami penurunan dalam tubuh. Pasien yang menerima terapi hormonal
sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan dan kemuadian 6 bulan
untuk evaluasi efek yang terjadi.
Oligomenorea yang disebabkan anvulatoar tidak memerlukan terapi, sedangkan
bila mendekati amenore diusahakan dengan ovulasi (Kumalasari, 2019).
j. Komplikasi
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress
emosional pada penderita sehingga dapat memperburuk terjadinya kelainan haid
lebih lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenorea mengarah ke infertilitas atau
tanda dari keganasan (Dewi, 2017).

5
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka berpikir yang


digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data, diagnosis kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Yulifah dan Surachmindari, 2018).
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan
urutan logis dan perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan
ilmiah, penemuan, dan keterampilan dalam tahapan yang logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien (Yulifah dan Surachmindari, 2018). Adapun
langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
A. Pengkajian

Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data


yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Menurut
Yulifah dan Surachmindari (2018), pada analisis untuk mengevaluasi keadaan
meliputi:
1) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut dapat ditentukan nama
dengan informasi atau komunikasi (Kurmalasari, 2019).
Data subyektif meliputi :
a) Biodata adalah identitas pasien dan penanggung jawab (suami, ayah,
keluarga)
(1) Nama pasien dikaji untuk mengetahui nama dan mempermudah komunikasi
(2) Umur pasien dikaji untuk mengetahui adanya resiko apabila dibawah 20
tahun, alat-alat reproduksi belum matang dan jika lebih dari 35 tahun mendekati
menopause. Oligomenorea dapat terjadi pada usia menjelang menopause antara
umur 40 sampai 65 tahun (Dewi, 2017).
(3) Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien untuk membimbing

6
atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(4) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan.
(5) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapar memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
(6) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena mempengaruhi dalam pemenuhan gizi pasien.
(7) Alamat pasien dikaji untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam
keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien.
b) Alasan datang
Mengetahui keluhan utama/ alasan datang ke institusi pelayanan kesehatan
dan kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang. Pada
pasien dengan oligomenorea mengeluh menstruasi yang lebih panjang (Dewi,
2017).
c) Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi meliputi:


(1) Menarche, perlu ditanyakan karena oligomenorea biasanya menarche terjadi
normal.
(2) Siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah siklus haid teratur atau
normal (22-35 hari) (Kusmiran 2016). Pada pasien oligimenore menstrusai yang
lebih panjang dari 35 hari (Dewi, 2017)
(3) Lama haid pelu ditanyakan untuk mengetahui apakah lama haid normal (2-7
hari). Pada pasien oligimenore lama menstrusai normal (Kusmiran 2016).
(4) Banyaknya haid dapat diketahui dengan menanyakan jumlah pembalut yang
digunakan tiap harinya. Apabila penggunaan pembalut kurang dari 2 perhari
berarti jumlah darah sedikit, 2-4 perhari berarti normal dan lebih dari 5 perharinya
banyak normalnya yaitu 30 ml perhari. Pada oligomenorea darah haid biasanya
berkurang (Dewi, 2017)
(5) Keluhan yang dirasakan klien ditanyakan untuk mengetahui apakah ada nyeri
perut atau gejala lain.
d) Riwayat Perkawinan

7
Untuk mengetahui status perkawinan, perkawinan ke, umur klien saat
perkawinan dan lama perkawinan (Dewi,2017).
e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu Jumlah kehamilan
sebelumnya atau persalinan sebelumnya (berapa anak hidup). Ada/tidaknya
masalah pada, penolong persalinan terdahulu (Dewi,2017).
f) Riwayat KB
Untuk mengetahui metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat
pemasangan dan berhentinya, keluhan/ alasan berhenti (Dewi,2017).
g) Riwayat kesehatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit sistemik yang sedang atau pernah diderita
(penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal, ASMA, epilepsy, hati, malaria,
penyakit kelamin, HIV/AIDS) riwayat penyakit sistemik keluarga, riwayat
penyakit ginekologi dan riwayat penyakit sekarang (Dewi,2017).
h) Kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga kebersihan
dirinya dan bagaimana pola makan seharihari apakah terpenuhi gizinya atau tidak.
(1) Nutrisi
Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien Pasien dengan
oligomenorea terdapat gangguan makan (Purwoastuti dan Walyani, 2017)
(2) Eliminasi
Untuk mengetahui berapa kali BAB dan BAK, dan bagaimana keseimbangan
antara intake dan output.
(3) Istirahat
Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan malam. Pada kasus
oligomenorea istirahat ibu tidak terganggu.
(4) Aktifitas
Untuk mengetahui aktifitas ibu seharihari. Pada kasus oligomenorea aktifitas
tidak akan terganggu karena kondisi tubuh baik-baik saja.
(5) Personal hygiene
Untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien. Kebersihan perorangan sangat
penting agar terhindar dari penyakit kulit. Pada kasus ini personal hygiene tidak

8
berhubungan dengan kasus oligomenorea.
(6) Pola seksual
Untuk mengetahui berapa frekuensi yang dilakukan ibu dan bagaimana posisi
dalam hubungan seksual. Pada kasus oligomenorea hubungan sexual tidak
berpengaruh.
(7) Keadaan psikologis
Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu merasa takut
atau cemas dengan keadaan sekarang (Dewi,2017).
B. Pemeriksaan Fisik

2) Data Objektif
a) Status generalis
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau kurang.
(2) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis yaitu kesadaran
normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya. Apatis adalah keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Delirium adalah gelisah, disorientasi,
memberontak, berteriak-teriak. Somnolen kesadaran menurun respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila diransang . Stupor
yaitu keadaan seperti tertidur lelep, tetapi respon terhadap nyeri. Koma yaitu tidak
bisa dibangunkan tidak ada respon terhadap rangsang apapun (Dewi,2017).
b) Tanda-tanda vital meliputi :
Tanda-tanda vital menurut Kumalasari (2019) meliputi :
(1) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai
satuannya mmHg. Keadaan ini sebaiknya antara 90/60 - 130/90 mmHg.
(2) Denyut jantung

Menilai kecepatan, irama suara jantung jelas dan teratur. Denyut jantung
normal pada orang dewasa adalah 60-80 x/menit.

9
(3) Pernafasan
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit. Respirasi normal 40-
60 x/menit.
(4) Temperatur
Temperatur normal rektal axilla yaitu 37°C dan kulit 36,5°C.
c) Pemeriksaan Antropometri
Menurut Kumalasari (2019), pemeriksaan antropometri meliputi:

(1) Berat badan untuk mengetahui penurunan berat badan.


Pada oligomenorea dapat terjadi karena penurunan berat badan (Purwoastuti
dan Walyani, 2017).
(2) Tinggi badan untuk mengetahui tinggi badan
d) Pemeriksaan sistematis
(1) Kepala dan leher

Meliputi edema wajah, mata (kelopak mata pucat, warna sklera), mulut
(rahang pucat, kebersihan, keadan gigi, karies, karang, tonsil) (Dewi,2017).
(2) Telinga
Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga
luar, saluran telinga, gendang telinga/membran timpani, dan pendengaran.
(3) Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi
hidung. Pengkajian hidung mulai dari bagian luar, bagian dalam kemudian sinus-
sinus. Pada pemeriksaan hidung juga dilihat apakah ada polip dan kebersihannya.
(4) Mulut dan faring
Pengkajia mulut dan faring dilakukan dengan posisi pasien duduk. Pengkajian
dimulai dengan mengamati bibir, gusi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam,
lantai dasar mulut, dan palatum kemudian faring.
(5) Leher
Pembesaran kelenjar tyroid, pembuluh limfe (Dewi,2017).
(6) Payudara
Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola, keadaan puting susu,

10
retraksi, adanya benjolan/massa yang mencurigakan, pengeluaran cairan dan
pembesaran kelenjar limfe (Dewi,2017).
(7) Ekskremitas
Ada varises atau oedem pada tangan maupun kaki atau tidak (Dewi,2017).
3) Pemeriksaan Khusus
a) Abdomen
Palpasi adalah teknik yang dilakukan dengan menggunakan peranan telapak
atau punggung tangan pemeriksaan untuk mengetahui ukuran, tekstur dan
mobilitas massa, kulitas palpasi, kondisi tulang dan sendi, temperatur kulit dan
kelembaban, akumulasi cairan dan odema serta vibrasi dinding dada. Pada
pemeriksaan ini hanya diperiksa pada perut adakah massa, adakah nyeri tekan
(Purwoastuti dan Walyani, 2017).

b) Anogenital
Anogenital yang di kaji adalah vulva atau vagina, adakah luka atau perut,
adakah condiloma, varices atau oedama, pemeriksaan kelenjar bartolini serta
pengeluaran pervagina yang berupa lender, darah atau flouralbus. Anus apakah
terdapat hemoroid (Purwoastuti dan Walyani, 2017). Pada oligomenorea yang
normal tidak terdapat pengeluaran pervagina, namun pada kasus keganasan
terdapat pengeluaran pervagina seperti keputihan.
C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan laboratorium, rontgen dan


pemeriksaan USG (Yulifah dan Surachmindari, 2018) Dilakukan bila diperlukan
untuk mendukung penegakan diagnosa mengetahui kondisi klien sebagai data
penunjang seperti pemeriksaan pada oligomenorea adalah USG (Purwoastuti dan
Walyani, 2017).
D. Diagnosa Masalah

Data dasar yang sudah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga dirumuskan


diagnosa, masalah dan kebutuhan.
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosis bidan dalam lingkup praktik kebidanan

11
dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan (Yulifah dan
Surachmindari, 2018). Diagnosa kebidanan dalam kasus ini adalah: Nn umur ..
tahun dengan oligomenorea
Data dasar :
a) Dasar subjektif:
Wanita mengatakan bahwa saat ini tidak mengalami haid atau siklus haid
bertambah panjang lebih dari 35 hari (Dewi, 2017).
b) Data objektif :
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau kurang
(Nursalam, 2009).
(2) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, apatis, somnolen,
soper, koma, delirium (Dewi,2017).

(3) Tanda-tanda vital normal


Menurut Dewi,2017, meliputi:
(a) Tekanan darah
Tekanan darah rata-rata normalnya 120/80mmHg.
(b) Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80x/m.
(c) Pernafasan
Pernafasan normal pada orang dewasa 16-24x/m.
(4) Penurunan berat badan berlebihan

(5) Olahraga berlebih


(6) Adanya tumor pada oligomenorea tidak ada tumor.
(7) Pengeluaran pervagina pada oligomenorea yang normal tidak terdapat
pengeluaran pervagina, namun pada kasus keganasan terdapat pengeluaran
pervagina seperti keputihan (Purwoastuti dan Walyani, 2017).
(8) Pemeriksaan laboratorium PP test
(9) Hasil Pemeriksaan penunjang seperti USG (Purwoastuti dan Walyani, 2017).

12
2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosis (Yulifah dan
Surachmindari, 2018). Dalam kasus ini masalah yang timbul adalah rasa tidak
nyaman dan kecemasan yang dialami pasien (Purwoastuti dan Walyani, 2017).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
terindentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan melakukan
analisis data (Yulifah dan Surachmindari, 2018). Pada kasus penyakit kandungan,
bidan cukup menegakkan diagnose kemungkinan dan selanjunya melakukan
komunikasi, edukasi, informasi, dan motivasi kepada pasien tentang keadaanya
agar dapat menerima usulan untuk pengobatan lanjut (Manuaba, 2018).
E. Perencanaan

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut (Yulifah dan
Surachmindari, 2018).
Asuhan kebidanan pada kasus oligomenorea yang dapat diberikan menurut
Dewi (2017), yaitu:

1. Pastikan penyebab oligomenorea yaitu pada remaja dan wanita yang


mendekati menopause tidak memerlukan terapi.
2. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi
3. Lakukan pemeriksaan lanjut bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi
mungkin diperlukan.

13
Daftar Pustaka
Atikah dan Siti. 2019. Menarche. Yogyakarta: Nuha Medika
Dewi. 2017. Biologi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Kumalasari.2019. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika
Kusmiran. 2016. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika
Manuaba. 2018. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC.
Purwoastuti dan Walyani. 2017. Ilmu Obstetri Ginekologi Sosial Untuk
Kebidanan. Yogyakarta :Pustaka baru Press
Yulifah dan Surachmindari. 2018. Konsep Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

14

Anda mungkin juga menyukai