Anda di halaman 1dari 46

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA REMAJA DAN PRANIKAH

DISUSUN OLEH :

RAWIYAH

PO.71242220108

POLTEKKES KESEHATAN KEMENKES JAMBIJURUSAN


KEBIDANAN PROGRAM STUDIPROFESIKEBIDANAN

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pada Remaja Nn. H dengan
Gangguan Siklus Menstruasi PMB Emi Hayati STr.keb, Bdn” guna memenuhi tugas
Stase Remaja dan Pranikah Program Studi Profeksi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi tahun
2022

Jambi, September 2022

Mengetahui:

Preseptor Akademik Pembimbing Lahan

(EvrinaSolvia Soleh, M.Keb) (Emi Hayati STr.keb, Bdn)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah Nya laporan tugas akhir
ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada
Remaja Nn. H dengan gangguan siklus menstruasi di PMB Emi Hayati STr.keb, Bdn
Sarolangun Tahun 2022”
Dalam proses penyusunan laporan ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak
yang telah membantu. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar - besarnya kepada :
1. Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi
3. Evrina Solvia Soleh, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Institusi yang telah banyak
membantu, memberikan saran, bimbingan, arahan dan nasehat, serta meluangkan banyak
waktu dalam penyelesaian laporan tugas ini.
4. Emi Hayati STr.keb, Bdn Selaku Pembimbing Lahan
5. Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak masukan
dalam laporan ini yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis
sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan tugas ini penulis sangat menyadari bahwa masih banyaknya
terdapat kekurangan dan kesalahan pada tugas ini yang dikarenakan keterbatasan ilmu
pengetahuan, pengalaman, serta kekhilafan yang penulis miliki. Maka dari itu dengan
kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik dan
membangun dari semua pihak demi perbaikan kualitas dan kesempurnaan tugas ini yang
akan datang.
Semoga Allah SWT berkenan melimpahkan segala rahmat dan karunia – Nya
kepada kita semua dan akhir kata penulis berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin
Jambi, September 2022

Rawiyah

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii


BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Teori Remaja.......................................................................... 6
B. Teori Anemia ......................................................................... 8
C. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan ..................................... 19
D. Teori Evidence bassed ............................................................ 20
E. Pathway Anemia .................................................................... 21
F. Mind Maping Anemia ............................................................ 22

BAB III. TINJAUAN KASUS ................................................................... 23


BAB IV. PEMBAHASAN.......................................................................... 30
BAB V PENUTUP.................................................................................... 34
A. Kesimpulan ............................................................................ 34
B. Saran...................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 38


LAMPIRAN

ii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi masa anak-anak dan

dewasa rentang usia 10-19 tahun. Remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadi perubahan pada tubuh

secara tiba-tiba dan banyak memunculkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran para

remaja. Pertama mereka tidak mampu mengatasi perubahan-perubahan tersebut, dan

kedua kadang perubahan tersebut juga membawa masalah (WHO, 2014).

Permasalahan yang penuh dengan tantangan pada anak remaja putri adalah yang

berkaitan dengan menstruasi. Menstruasi merupakan proses fisiologis pelepasan

endometrium yang banyak terdapat pembuluh darah dan peristiwa ini terjadi setiap

satu bulan sekali. Siklus menstruasi adalah jarak antara mulainya menstruasi yang lalu

dan mulainya menstruasi berikutnya (Winkjosastro, 2012).

Suatu siklus dikatakan teratur apabila berjalan tiga kali siklus dengan lama

siklus yang normal. Siklus menstruasi pada perempuan normalnya berkisar antara 21-

35 hari. Di balik siklus yang bervariasi, perempuan dapat mengalami gangguan pada

siklus menstruasinya. Tahun-tahun awal menstruasi merupakan periode yang rentan

terhadap terjadinya gangguan (Nugroho, 2012). Menurut data WHO (2010) terdapat

75% remaja yang mengalami gangguan menstruasi dan ini merupakan alasan

terbanyak seorang remaja putri mengunjungi dokter spesialis kandungan. Gangguan

siklus menstruasi sering terjadi pada remaja muda yang baru mengalami menstruasi

karena masih terjadi penyesuaian dalam tubuh 2 bulan berturut-turut mungkin

mengalami siklus menstruasi 28 hari namun kemudian tidak menstruasi dibulan

berikutnya, 1 atau 2 tahun siklus menstruasi akan lebih teratur (Adhi, 2012).
1
Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan hormon dalam tubuh,

atau bisa juga karena penyakit di dalam organ reproduksi, contohnya tumor rahim,

tumor di indung telur. Selain itu gangguan haid disebabkan juga karena faktor lainnya

seperti stress, kelelahan dan penggunaan kontrasepsi (Indiarti, 2015). Menurut

Kusmiran (2011), ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan

siklus menstruasi yakni status gizi, aktivitas fisik, diet, stres, merokok, konsumsi obat

hormonal, dan gangguan endokrin.

Penelitian oleh Hidayah, et al (2016) menyatakan bahwa terdapat hubungan

antara status gizi, asupan protein dan asupan lemak terhadap siklus menstuasi remaja

putri. Siklus menstruasi tidak teratur lebih banyak terjadi pada responden dengan status

gizi kurus (33,3%) dan status gizi gemuk (10,2%) sedangkan responden dengan status

gizi normal lebih banyak yang memiliki siklus mentruasi teratur (33,3%). Siklus

menstruasi tidak teratur lebih banyak terjadi pada responden dengan asupan protein

kurang (49,1%) dibandingkan pada responden dengan asupan protein cukup (11,1%).

Siklus menstruasi tidak teratur lebih banyak terjadi pada responden dengan asupan

lemak kurang (55,6%) dibandingkan pada responden dengan asupan lemak cukup

(4,6%).

Maya sari, et al (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada

mahasiswi Diploma IV Bidan Pendidik tingkat akhir di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta dengan taraf signifikan 0,028. Stres menyebabkan perubahan sistemik

dalam tubuh, khususnya sistem persyaratan dalam hipotalamus yang mempengaruhi

kelenjar Hipofisis dalam memproduksi FSH dan LH. Hal ini di pengaruhi oleh

mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus sehingga mempengaruhi

proses menstruasi.
2
Penelitian lain yang dilakukan oleh Yakoba Milla (2018) menyatakan bahwa

ada hubungan obesitas dengan gangguan menstruasi pada remaja putri di Kelurahan

Tlogomas. Hal tersebut dikarenakan terjadi penghambatan kinerja hormon untuk

pematangan ovum. Obesitas dapat menurunkan keseimbangan hormonal tubuh secara

alami sehingga terjadi gangguan menstruasi.

Salah satu penelitian internasional tentang gangguan siklus menstruasi

diantaranya yaitu penelitian oleh Jasienca dan Kapiszewska (2017) yang berjudul

Effect of air pollution on menstrual cycle length-Prognostic factor of women’s

reproductive health menyatakan bahwa Polusi udara dapat mempengaruhi kesehatan

wanita, terutama siklus menstruasi, kualitas oosit, dan risiko keguguran. Pemendekan

fase luteal, kemungkinan manifestasi dari defisiensi fase luteal, dapat terjadi sistem

pembakaran bahan bakar fosil. Ini menunjukkan bahwa polusi udara dapat

menyebabkan masalah kesuburan pada wanita.

Gangguan siklus menstruasi perlu diwaspadai karena gangguan siklus

menstruasi menunjukkan adanya masalah ovulasi atau risiko terjadi penyakit lainnya.

Gangguan siklus menstruasi terbagi dalam beberapa jenis seperti polimenora,

oligomenorea, amenorea, hipermenorea, dan hipomenorea (Kusmiran, 2016). Pada saat

remaja terjadi perubahan perubahan psikologis seperti emosi yang tidak stabil sehingga

dapat mempengaruhi kondisi hormonal dalam tubuhnya termasuk masalah gangguan

siklus menstruasi. Hal lain yang tak kalah penting perlu juga diperhatikan yaitu pola

hidup sehat dan asupan nutrisi yang seimbang. Oleh karena itu, pentingnya kebutuhan

akan program pendidikan kesehatan menstruasi yang peka budaya dan layanan

skrining berbasis sekolah yang menargetkan segmen populasi remaja dengan

keterlibatan aktif spesialis kesehatan reproduksi, ginekolog, dokter anak, guru, dan

perawat sekolah. Selain itu juga mengidentifikasi perlunya pemanfaatan peran media
3
massa yang berpengaruh untuk penciptaan kesadaran dan fasilitasi penyebaran

informasi kesehatan menstruasi khususnya di kalangan remaja yang tidak

berpendidikan (Abdelmoty, 2015).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan melakukan kajian tentang

Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan gangguan siklus menstruasi di PMB hj.Emi

Hayati S.Tr.Keb. Bdn tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penyusunan

laporan ini adalah masih ada remaja yang mengalami gangguan siklus menstruasi di

PMB hj.Emi Hayati S.Tr.Keb. Bdn tahun 2022.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Remaja dan Pranikah pada Nn.H di

PMB Emi Hayati S.Tr.Keb. Bdn tahun 2022.

Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data pada remaja Nn.H dengan gangguan siklus

menstruasi menggunakan manajemen kebidanan varney.

b. Mampu melakukan Interpretasi data pada remaja Nn.H dengan gangguan siklus

menstruasi menggunakan manajemen kebidanan varney

c. Mampu melakukan identifikasi masalah dengan diagnosa potensial pada remaja

Nn.H dengan gangguan siklus menstruasi menggunakan manajemen kebidanan

varney
4
d. Mampu melakukan tindakan segera pada remaja Nn.H dengan gangguan siklus

menstruasi menggunakan manajemen kebidanan varney

e. Mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada remaja Nn.H

dengan gangguan siklus menstruasi menggunakan manajemen kebidanan

varney.

f. Mampu melaksanakan rencana tindakan yang sudah ditentukan pada remaja

Nn.H dengan gangguan siklus menstruasi menggunakan manajemen kebidanan

varney.

g. Mampu melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan pada remaja

Nn.H dengan gangguan siklus menstruasi menggunakan manajemen kebidanan

varney.

D. Manfaat

1. Bagi institusi pendidikan (Poltekkes jurusan kebidanan)

Hasil penulisan diharapkan dapat menambah wawasan dan iptek khususnya

mahasiswa kebidanan dalam menerapakan asuhan pada remaja dengan anemia,

serta dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi mahasiswa.

2. Bagi Lahan Praktik (di PMB hj.Emi Hayati S.Tr.Keb. Bdn tahun 2022.)

Dapat menjadi masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada klien

remaja dan pra nikah.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Siklus Menstruasi

1. Pengertian

Menstruasi merupakan proses fisiologis pelepasan endometrium yang banyak

terdapat pembuluh darah dan peristiwa ini terjadi setiap satu bulan sekali. Siklus

menstruasi adalah jarak antara mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya

menstruasi berikutnya (Winkjosastro, 2012). Menstruasi adalah darah kotor dan

selaput lendir rongga rahim yang terlepas dengan sendirinya akibat perubahan

kadar hormone ekstrogen dan progesterone, yang akan keluar dari rahim melalui

liang vagina. Selaput lendir yang terlepas tersebut akan diubah oleh zat yang

terkandung didalamnya menjadi lendir. Pembuluh darah dibagian dasarpun akan

terkelupas sehingga terbuka, dan darah mengalir keluar. Kadang– kadang karena

sesuatu, selaput lendir belum sempurna menjadi lendir karena misalnya bergumpal

– gumpal. Setelah haid selesai, akan tumbuh selaput lendir baru yang akan terus

berkembang hingga mencapai tingkat ketebalan tertentu. Haid akan berlangsung

selama beberapa hari, berhenti selama beberpa minggu, dan kembali lagi

seterusnya sampai wanita mengalami menopause (Indiarti, 2015).

Suatu siklus dikatakan teratur apabila berjalan tiga kali siklus dengan lama

siklus yang normal. Siklus menstruasi pada perempuan normalnya berkisar antara

21-35 hari. Di balik siklus yang bervariasi, perempuan dapat mengalami gangguan

pada siklus menstruasinya. Tahun-tahun awal menstruasi merupakan periode yang

rentan terhadap terjadinya gangguan (Nugroho, 2012).

Siklus menstruasi yang normal adalah jika seorang wanita memiliki jarak

haid yang setiap bulannya relative tetap yaitu selama 28 hari. Jika meleset pun,
6
perbedaan waktunya juga tidak terlalu jauh berbeda, tetap padakisaran 20 hingga

35 hari, dihitung dari haid pertama haid sampai bulan berikutnya. Lama haid

dilihat dari darah keluar sampai bersih, antara 2–10 hari. Darah yang keluar dalam

waktu sehari belaum dapat dikatakan sebagai haid. Namun bila telah lebih dari 10

hari, dapat dikategorikan sebagai gangguan. Jumlah darah haid yang keluar perhari

adalah 60–80 cc, atau tidak lebih dari 5 pembalut penuh. Ketidakteraturan siklus

haid disebabkan karena gangguan hormon dalam tubuh, atau bisa juga karena

penyakit di dalam organ reproduksi, contohnya tumor rahim, tumor di indung telur.

Selain itu gangguan haid disebabkan juga karena faktor lainnya seperti stress,

kelelahan dan penggunaan kontrasepsi (Indiarti, 2015).

Tingkat kesuburan seorang wanita dapat dilihat dari ada tidaknya produksi

sel telur dalam tubuh. Seorang wanita dikatakan subur jika ia mampu memproduksi

sel telur sebulan seklai, mematangkan telur, dan mengeluarkan telur yang masih

setengah matang dari indung telur. Pematangan sel telur dan keluarnya sel telur

dari indungnya merupakan kerjasama dari otak, indung telur, dan kelenjar buntu di

otak yang disebut sebagai hipofisis. Hipofisis mengeluarkan hormone

gonodopropin yangterdiri dari hormone FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan

LH (Luteinizing Hormone). Hormone FSH memiliki fungsi mempercepat

pematangan telur, sedangkan LH menyempurnakan proses pematangan telur

hingga dapat mendekati permukaan indung telur untuk dilepas. Jika tidak terjadi

pembuahan dalam waktu 24 jam, sel telur ini akan mati (Indiarti, 2015). Setiap

gangguan pada hormon FSH dan LH tidak akan menyebabkan terbentuknya sel

telur. Jika demikian, hormone ekstrogen dan progesteron juga tidak akan terbentuk

sebagaimana seperti seharusnya.

7
Menurut Indiarti (2015), siklus haid yang tidak teratur kebanyakan terjadi

akibat faktor hormonal. Seorang wanita yang memiliki hormon ekstrogen dan

progesteron secara berlebihan memungkinkan terjadinya haid dalam waktu yang

lebih cepat. Jika gangguan haid dikarenakan oleh faktor hormonal, maka dapat

dipastikan wanita tersebut mengalami gangguan kesuburan. Dan dapat diatasi

dengan suntikan untuk mempercepat pematangan sel telur. Menstruasi merupakan

siklus yang kompleks karena melibatkan berbagai unsur panca indera, korteks

serebri, hipotalamus, aksis hipofisis-ovarium, dan organ tujuan (uterus, organ seks

sekunder).

Menurut Eva (2016) Siklus menstruasi dibedakan dalam 4 masa :

1) Stadium menstruasi atau desquamasi yaitu endometrium dilepas dari dinding

rahim disertai perdarahan, hanya lapisan tipis (stratum basale) yang tinggal. Ini

berlangsung 4 hari. Disebut HAID (keluar darah : potongan–potongan

endometrium dan lendir dari serviks).

2) Stadium post menstrum atau stadium regenerasi yaitu luka karena endometrium

dilepas berangsur–angsur ditutup kembali oleh selaput lendir yang baru

(berasal dari selepitel kelenjar–kelenjar endometrium). Pada saat kelenjar ini

menebal, endometrium kurang lebih 0,5 mm. stadium ini sudah mulai waktu

stadium menstruasi berlangsung ± 4 hari.

3) Stadium intermenstrum atau stadium poliferasi yaitu padastadium ini

endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm, kelenjarnya tumbuh lebih cepat

dari jaringan lain hingga berkelok, berlangsung dari hari ke- 5 sampai hari ke -

14 dari haid hari pertama.

4) Stadium pregmenstrum atau stadium sekresi, padastadium ini endometrium

tebalnya menetap, tapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku
8
dan mengeluarkan getah, dalam endometrium sudah tertimbul glycogen dan

kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur.

2. Tanda dan Gejala

Menurut Eva (2016) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada saat

menstruasi, antara lain :

- Perut terasa mulas, mual dan panas

- Terasa nyeri padasaat buang air kecil

- Tubuh terasa tidak fit

- Demam

- Sakit kepala dan pusing

- Keputihan

- Radang padavagina

- Gatal – gatal padakulit

- Emosi meningkat

- Nyeri dan bengkak pada payudara

3. Proses siklus menstruasi

Proses menstruasi mempunyai sistem yang kompleks karena terdapat

beberapa komponen penting yang terlibat, diantaranya Hipotalamus menerima

ransangan dari pancaindera melalui korteks serebri. Hipotalamus berfungsi untuk

mengalirkan ransangan menuju ke hipofisis anterior mellalui sistem portal dari

system serat saraf. Melalui system portal, peransangan pada hipofisis anterior

dengan mengeluarkan GnRH (gonadotropin releasing hormone), sehingga

hipofisis mengeluarkan FSH (follicle stimulating hormone) yang nantinya

meransang folikel primer untuk bertumbuh kembang sampai matang menjadi

folikel de graaf.
9
Hipofisis dianggap sebagai mother of gland, yang menerima rangsangan

tunggal dari hipotalamus. Pars anterior fungsinya menerima rangsangan melalui

system fortal satu arahdan mengeluarkan dua bentuk releasing hormon yaitu FSH

(Follicle Stimulating Hormone) GnRH (gonadotropin releasing hormone).

Ovarium, setiap perempuan dewasa diperkirakan membawa sekitar 100.000 folikel

primordial dalam berbagai stadia. Selama kurun waktu reproduksi aktif,

perempuan dapat melepaskan ovumnya sekitar 500 buah sehingga kesempatan

untuk terjadinya konsepsi adalah selama 1.500 hari (tiga hari masa subur setelah

ovulasi).

Primodial folikel ovarium akan diransang oleh FSH (Follicle Stimulating

Hormone) sehingga mengalami perubahan pematangan menjadi folikel de graaf

yang sudah matang. Kapsul folikel yang telah matang mendekati permukaan

ovarium dan mendesak pembuluh darah di sekitarnya sehingga seolah–olah terjadi

devaskularisasi. Situasi demikian akan memudahkan pelepasan ovum pada saat

ovulasi. Setelah ovulasi, ovum dilepaskan. Segera setelah ovulasi, seolah – olah

terjadi tekanan negatif di dalam bekas folikel de graaf. Sel granulose masuk ke

dalam folikel de graaf, untuk membentuk korpus rubrum. Penurunan drastic

pengeluaran ekstrogen, estradiol 17β, menimbulkan ransangan pada nucleus

paraventikular (ventromedial). Sebagai pusat tonic luteinzing hormone. Fungsi

tonic luteinzing hormone ini adalah mengubah korpus rubrum menjadi korpus

luteum untuk mengeluarkan dua hormone dasar yaitu hormone ekstrigen serta

progesterone. Kedua hormone ini mengubah status endometrium dari fase

poliferasi menjadi fase sekresi, sebagai persiapan untuk menerima “nidasi atau

impaltasi”, dan terjadilah proses menstruasi yaitu postmenstruasi, fase poliferasi,

fase sekresi (Hasdianah, 2017).


10
4. Gangguan Haid dan Siklusnya

Menurut Winkjosastro (2012), gangguan haid dan siklusnya dalam masa

reproduksi dapat digolongkan dalam:

a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan saat haid

- Hipermenorea (menoragia)

Yaitu perdarahan haid yang lebih bnayka dari normal atau lebih lama dari

normal (>8 hr).

- Hipomenorea

Yaitu perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih sedikit dari

biasanya.

b. Kelainan siklus

- Polimenorea

Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasanya (<21 hari).

- Oligomenorea

Siklus lebih panjang (>35 hari). Apabila panjangnya siklus lebih dari tiga

bulan maka dinamakan amenorea. Perdarahan pada oligomenorea biasanya

berkurang.

- Amenorea

Amenorea yaitu keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya tiga bulan

berturut-turut. Terbagi menjadi 2 yaitu amenorea primer (seorang wanita

dengan usia >18 tahun yang tidak pernah menstruasi) dan amenorea

sekunder (wanita yang pernah mengalami haid kemudian tidak dapat haid

lagi).

c. Perdarahan di luar haid (Metroragia)

d. Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid


11
- Pre Menstrual Syndrome

- Mastodinia

- Rasa nyeri pada ovulasi

- Dismenorea

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan siklus menstruasi

Menurut Lestari (2013), penyebab gangguan menstruasi dapat dikarenakan

biologik dan kelainan patologik. Faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam

gangguan menstruasi yaitu stres, status gizi, usia, dan aktivitas fisik. Adanya

ketidakseimbangan hormonal, alat reproduksi yang belum matur, dan

perkembangan psikis yang masih labil, hal ini lebih rentan terjadi pada remaja

perempuan sehingga gangguan menstruasi lebih umum dialami.

 Stress Pada Remaja

Definisi stres

Ada beberapa istilah psikologis populer yang sering dikaburkan sebagai

“stres”. Pada hakikatnya, tentunya kata ini merujuk pada sebuah kondisi

seseorang yang mengalami tuntutan emosi berlebihan dan atau waktu yang

membuatnya sulit memfungsikan secara efektif semua wilayah kehidupan.

Keadaan ini dapat mengakibatkan munculnya cukup banyak gejala, seperti

depresi, kelelahan kronis, dan mudah marah, gelisah, impotensi, dan kualitas

kerja yang rendah (Richards, 2015). Hawari (dalam Yusuf, 2014) berpendapat

bahwa istilah stres tidak dapat dipisahkan dari distress dan depresi, karena satu

sama lainnya saling terkait. Stres merupakan reaksi fisik terhadap

permasalahan kehidupan yang dialaminya dan apabila fungsi organ tubuh

sampai terganggu dinamakan distress. Sedangkan depresi merupakan reaksi


12
kejiwaan terhadap stressor yang dialaminya. Dalam banyak hal manusia akan

cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruh-pengaruh pengalaman stres.

Manusia mempunyai suplai yang baik dan energi penyesuaian diri untuk

dipakai dan diisi kembali bilamana perlu.

Sarafino (2014) mendefinisikan stres adalah kondisi yang disebabkan

oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak

antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem

biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah tekanan internal

maupun eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan (an

internal and eksternal pressure and other troublesome condition in life). Ardani

(2015) mendefinisikan stress merupakan suatu keadaan tertekan baik itu secara

fisik maupun psikologis.

Menurut Richard (2015) stres adalah suatu proses yang menilai suatu

peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun membahayakan dan

individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan

perilaku. Peristiwa yang memunculkan stres dapat saja positif (misalnya

merencanakan perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu

didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressful event) atau tidak,

bergantung pada respon yang diberikan oleh individu terhadapnya. Compas

(dalam Preece, 2011) berpendapat bahwa stres adalah suatu konsep yang

mengancam dan konsep tersebut terbentuk dari perspektif lingkungan dan

pendekatan yang ditransaksikan. Baum (dalam Yusuf, 2014) mendefinisikan

stres sebagai pengalaman emosional yang negatif yang disertai dengan

perubahan-perubahan biokimia, fisik, kognitif, dan tingkah laku yang

13
diarahkan untuk mengubah peristiwa stres tersebut atau mengakomodasikan

dampakdampaknya.

Menurut Dilawati (dalam Syahabuddin, 2015) stres adalah suatu perasaan

yang dialami apabila seseorang menerima tekanan. Tekanan atau tuntutan yang

diterima mungkin datang dalam bentuk mengekalkan jalinan perhubungan,

memenuhi harapan keluarga dan untuk pencapaian akademik. Lazarus dan

Folkman (dalam Evanjeli, 2012) yang menjelaskan stres sebagai kondisi

individu yang dipengaruhi oleh lingkungan. Kondisi stres terjadi karena

ketidakseimbangan antara tekanan yang dihadapi individu dan kemampuan

untuk menghadapi tekanan tersebut. Individu membutuhkan energi yang cukup

untuk menghadapi situasi stres agar tidak mengganggu kesejahteraannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu

peristiwa atau pengalaman yang negatif sebagai sesuatu yang mengancam,

ataupun membahayakan dan individu yang berasal dari situasi yang bersumber

pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

Aspek-Aspek Stres

Pada saat seseorang mengalami stres ada dua aspek utama dari dampak

yang ditimbulkan akibat stres yang terjadi, yaitu aspek fisik dan aspek

psikologis (Sarafino, 2015):

 Aspek fisik

Berdampak pada menurunnya kondisi seseorang pada saat stres sehingga

orang tersebut mengalami sakit pada organ tubuhnya, seperti sakit kepala,

gangguan pencernaan.

 Aspek psikologis

14
Terdiri dari gejala kognisi, gejala emosi, dan gejala tingkah laku. Masing-

masing gejala tersebut mempengaruhi kondisi psikologis seseorang dan

membuat kondisi psikologisnya menjadi negatif, seperti menurunnya daya

ingat, merasa sedih dan menunda pekerjaan. Hal ini dipengaruhi oleh berat

atau ringannya stres. Berat atau ringannya stres yang dialami seseorang

dapat dilihat dari dalam dan luar diri mereka yang menjalani kegiatan

akademik di kampus. Berdasarkan teori yang diuraikan diatas maka dapat

didimpulkan aspek- aspek stres terdiri dari aspek fisik dan aspek psikologis,

aspek-aspek tersebut dijadikan sebagai indikator alat ukur skala sters

akademik.

Faktor-Faktor Stres

Setiap teori yang berbeda memiliki konsepsi atau sudut pandang yang berbeda

dalam melihat penyebab dari berbagai gangguan fisik yang berkaitan dengan

stres. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa sudut pandang tersebut.

 Sudut pandang psikodinamik

Sudut pandang psikodinamik mendasarkan dirinya pada asumsi bahwa

gangguan tersebut muncul sebagai akibat dari emosi yang direpres. Hal-hal

yang direpres akan menentukan organ tubuh mana yang terkena penyakit.

Sebagai contoh, apabila seseorang merepres kemarahan, maka berdasarkan

pandangan ini kondisi tersebut dapat memunculkan essensial hypertension.

 Sudut pandang biologis

Salah satu sudut pandang biologis adalah somatic weakness model. Model ini

memiliki asumsi bahwa hubungan antara stres dan gangguan psikofisiologis

terkait dengan lemahnya organ tubuh individu. Faktor biologis seperti

misalnya genetik ataupun penyakit yang sebelumnya pernah diderita


15
membuat suatu organ tertentu menjadi lebih lemah daripada organ lainnya,

hingga akhirnya rentan dan mudah mengalami kerusakan ketika individu

tersebut dalam kondisi tertekan dan tidak fit .

 Sudut pandang kognitif dan perilaku

Sudut pandang kognitif menekankan pada bagaimana individu mempersepsi

dan bereaksi terhadap ancaman dari luar. Seluruh persepsi individu dapat

menstimulasi aktivitas sistem simpatetik dan pengeluaran hormon stres.

Munculnya emosi yang negatif seperti perasaan cemas, kecewa dan

sebagainya dapat membuat sistem ini tidak berjalan dengan berjalan lancar

dan pada suatu titik tertentu akhirnya memunculkan penyakit. Berdasarkan

penelitian diketahui bahwa bagaimana seseorang mengatasi kemarahannya

ternyata berhubungan dengan penyakit tekanan darah tinggi (Fausiah dan

Widury, 2015). Stres bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami

individu dapat berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia. Dalam hal

hambatan, ada beberapa macam hambatan yang biasanya dihadapi oleh

individu seperti:

- Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan

sebagainya.

- Hambatan sosial: kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan

hidup yang keras, perubahan tidak pasti dalam berbagai aspek kehidupan.

Hal-hal tersebut mempersempit kesempatan individu untuk meraih

kehidupan yang layak sehingga menyebabkan timbulnya frustasi pada diri

seseorang.

16
- Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam

bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi

pemicu frustasi dan stres pada individu.

B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah

yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian

pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang

digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui tindakan

logika dalam memberi pelayanan.

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan

dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai

keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,

pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,

pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus memberikan

informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan menggambarkan

kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah actual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan masalah.

Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya mempunyai

pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa yang
17
dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan yang ia rasakan sebagai

suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang

berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial yang

memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika memungkinkan atau

waspada sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu

yang mungkin terjadi.

d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien

dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru

segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan darurat

dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta

hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi

antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu

mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana tindakan

harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan klien. Semua

tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui

kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan oleh

bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim kesehatan

lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.


18
g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini

dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus

mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan kepada

klien. (Varney, 2019:1958).

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup nama,

umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta keluhankeluhan yang

diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan tenaga

kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan

laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang

mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan sebagai

dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan ibu.

d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan

dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien.

(Wahyuningsih, 2018:267).

19
C. Evidence Based Midwifery (EBM)

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan

pengalaman atau kebiasaaan semata.

Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray, 1997).

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.

Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti, 2020).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence

based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu

hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta

bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan berdasarkan

bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan obat baru yang

dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu beberapa bulan

setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti memberikan efek

samping yang berat pada sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi

kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.


20
c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan

bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus yang

baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat diterapkan

pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet

maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs

internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula yang

public domain.

5. Evidece Based Midwifery pada kasus

a. Effect of air pollution on menstrual cycle length-Prognostic factor of women’s

reproductive health (Jasienca dan Kapiszewska, 2017)

Polusi udara dapat mempengaruhi kesehatan wanita, terutama siklus

menstruasi, kualitas oosit, dan risiko keguguran. Pemendekan fase luteal,

kemungkinan manifestasi dari defisiensi fase luteal, dapat terjadi sistem

pembakaran bahan bakar fosil. Ini menunjukkan bahwa polusi udara dapat

menyebabkan masalah kesuburan pada wanita.

b. Hubungan tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi

Diploma IV Bidan pendidik tingkat akhir di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

(Maya Sari, 2016)

Gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup sering ditemukan

pada pelayanan kesehatan primer dan merupakan masalah yang sering

ditemukan dengan prevalensi 75% pada remaja akhir. Salah satu penyebab

gangguan menstruasi pada wanita adalah faktor stres. Pemicu stres pada
21
mahasiswi adalah menghadapi atau menjalani perkuliahan yang terlalu padat,

praktik klinik yang sangat melelahkan, tugas yang banyak dan proses

pembuatan KTI/Skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada Mahasiswi

Diploma IV Bidan Pendidik Tingkat Akhir di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta Tahun 2016.

Hasil penelitian menyatakn bahwa sebagian besar mahasiswi mengalami

stres sangat berat, yaitu 30 orang (40,0%) dan yang mengalami gangguan

siklus menstruasi yaitu 46 orang (61,3%). Hasil uji statistik Chi Square

diperoleh nilai taraf signifikan yaitu 0,028 (P value < 0,05). Terdapat hubungan

yang signifikan antara tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi dengan

taraf signifikan 0,028.

c. Hubungan Obesitas dengan gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di

Kelurahan Tlogomas (Yakoba Milla, 2018)

Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang didasarkan oleh

penumpukan lemak dalam tubuh, seseorang yang mengalami obesitas

menyebabkan perubahan saraf fisik yang menyebabkan gangguan menstruasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan obesitas dengan

gangguan menstruasi pada remaja putri di Kelurahan Tlogomas. Hasil

penelitian membuktikan bahwa ada hubungan obesitas dengan kejadian

gangguan siklus menstruasi pada wanita, hal tersebut dikarenakan terjadi

penghambatan kinerja hormon untuk pematangan ovum. Obesitas dapat

menurunkan keseimbangan hormonal tubuh secara alami sehingga terjadi

gangguan menstruasi.

22
d. Hubungan Status Gizi, Asupan Zat Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Siklus

Menstruasi Remaja Putri Pondok Pesantren Salafiyah Kauman Kabupaten

Pemalang tahun 2016 (Hidayah, et al, 2016)

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara status gizi,

asupan protein dan asupan lemak terhadap siklus menstuasi remaja putri. Siklus

menstruasi tidak teratur lebih banyak terjadi pada responden dengan status gizi

kurus (33,3%) dan status gizi gemuk (10,2%) sedangkan responden dengan

status gizi normal lebih banyak yang memiliki siklus mentruasi teratur (33,3%).

Siklus menstruasi tidak teratur lebih banyak terjadi pada responden dengan

asupan protein kurang (49,1%) dibandingkan pada responden dengan asupan

protein cukup (11,1%). Siklus menstruasi tidak teratur lebih banyak terjadi

pada responden dengan asupan lemak kurang (55,6%) dibandingkan pada

responden dengan asupan lemak cukup (4,6%). Untuk variabel aktivitas fisik,

Tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan siklus menstruasi remaja

putri (p>0,05).

e. Menstrual patterns and disorders among secondary school adolescents in

Egypt. A cross-sectional survey (Abdelmoty, 2015)

Penelitian ini merupakan salah satu studi terbesar tentang pola dan gangguan

menstruasi di antara remaja perempuan Mesir. Temuan kami dari penelitian ini

konsisten dengan penelitian lain dan melaporkan prevalensi gangguan

menstruasi yang lebih tinggi dari yang diharapkan. Ini menyoroti kebutuhan

akan program pendidikan kesehatan menstruasi yang peka budaya dan layanan

skrining berbasis sekolah yang menargetkan segmen populasi yang penting ini

dengan keterlibatan aktif spesialis kesehatan reproduksi, ginekolog, dokter

anak, guru, dan perawat sekolah. Selain itu juga mengidentifikasi perlunya
23
pemanfaatan peran media massa yang berpengaruh untuk penciptaan kesadaran

dan fasilitasi penyebaran informasi kesehatan menstruasi khususnya di

kalangan remaja yang tidak berpendidikan.

24
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN REMAJA PADA Nn. HUMUR 15TAHUN

Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 14 September 2022 Jam : 09.00 WIB

I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas Pasien Identitas Wali Pasien
Nama : Nn. H Nama : Ny.S

Umur : 15 tahun Umur : 45 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku Bangsa : Melayu Suku Bangsa : Melayu

Pendidikan : SMK Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pelajar Pekerjaan : IRT

Alamat : RT.08 Gunung kembang

2. Keluhan Utama
Ny.G mengatakan putrinya sudah 2 bulan lebih tidak menstruasi. Ia
mengatakan bahwa anaknya mulai mendapat haid pertama saat usia 12 tahun.
Siklus mens anaknya jg tidak teratur, kadang 1 bulan sekali dan kadang tidak
mens selama 2 bln lebih. Ibu merasa khawatir dan ingin memeriksakan
anaknya.

3. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : 12 tahun
2) Siklus : tidak teratur
3) Lama : 6-7 hari
4) Banyaknya : ganti pembalut 3-4x/hari
5) Bau : bau anyir

25
6) Keluhan : nyeri perut kadang-kadang pada hari 1-2

4. Data Kesehatan
a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
1) Jantung : Nn.H mengatakan tidak merasa berdebar-debar
saat melakukan aktifitas ringan dan tidak berkeringat dingin
ditelapak tangan.

2) Ginjal : Nn.H mengatakan tidak pernah merasa


sakit pinggang dan saat buang air kecil tidak sakit.

3) Asma : Nn.H mengatakan tidak pernah sesak nafas.


4) TBC : Nn.H mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan selama 3 bulan.

5) Hepatitis : Nn.H mengatakan pada mata, kuku, dan kulit


tidak pernah berwarna kuning.

6) Hipertensi : Nn.H mengatakan tidah pernah merasakan


sakit kepala hebat, pandangan kabur, dan tekanan darah >
140/90 mmHg.

b. Riwayat penyakit ginekologi


Nn.H mengatakan tidak pernah merasakan gejala rasa sakit, benjolan, luka,
serta keluarnya cairan nanah di kemaluan, Nn.H mengatakan kadang hanya
merasakan nyeri ringan pada perut bawah saat menstruasi.

5. Data kebutuhan dasar


a. Pola nutrisi
Nn.H mengatakan makan 2 x/hari dan tidak pernah sarapan porsi sedang,
jenis makanan nasi, lauk, dan lebih suka makanan instan, kurang suka
makan sayur serta minum 6-7 gelas/hari jenis air putih dan teh.

b. Pola eliminasi
Nn.H mengatakan BAB 1 kali/hari konsistensi lembek serta BAK 3-5
kali/hari, warna urine kuning jernih, bau khas urine.

26
c. Aktifitas
Nn.H mengatakan sehari-hari sekolah, membantu pekerjaan orang tua, dan
bermain.

d. Istirahat / Tidur
Nn.H mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam 6 - 7 jam per hari.

e. Personal Hygiene
Nn.H mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti pakaian 2x
sehari dan keramas 3x dalam seminggu.

6. Data psikososial
a. Pengetahuan tentang gangguan/penyakit yang diderita
Nn.H mengatakan belum mengetahui penyebab dari kurang konsentrasi,
sering pusing dan mudah capek.

b. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi


Nn.H hanya mengetahui bahwa harus menjaga kebersihan area
kewanitaannya, tetapi tidak mengetahui tentang alat reproduksi dan
gangguan reproduksi yang mungkin terjadi.

c. Dukungan keluarga
Keluarga dan kerabat selalu mendukung Nn.H untuk memeriksakan
kesehatannya.

d. Keadaan psikologi
Nn.H mengatakan cemas dengan kondisinya, karena takut terjadi gangguan
kesehatan yang serius dan mengganggu kesehatan organ reproduksinya.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TB : 164 cm , Penghitungan IMT : 20,8 kg/m2 (Normal)
d. BB : 53 kg
e. TTV :
TD : 100/60 mmHg S : 36,7˚C
27
N : 80 x/menit R : 20 x/menit

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, dan tidak mudah
rontok.

2) Muka : Bersih, tidak oedema


3) Mata : Conjungtiva merah muda, sclera putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada secret dan tidak ada benjolan.
5) Telinga : Simetris, bersih, dan tidak ada serumen.
6) Mulut / gigi / gusi : Bibir kering, bersih, tidak Stomatitis, tidak
caries, tidak bengkak dan tidak berdarah.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada
pembesaran vena, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

c. Dada dan Axilla


1) Dada : Normal, simetris
2) Mammae
a) Membesar : Normal, tidak teraba benjolan abnormal.
b) Simetris : Simetris kanan dan kiri.
3) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan.
b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
4) Abdomen
a) Benjolan : Tidak ada benjolan atau pembesaran
abnormal

b) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan.


c) Bekas luka operasi : Tidak ada bekas operasi.
d) Tidak teraba fundus uteri di atas simfisis
5) Genitalia
a) Vulva Vagina
(1) Varices : Tidak ada varices.
(2) Luka : Tidak ada luka.

28
(3) Kemerahan : Tidak ada kemerahan.
(4) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
(5) Kelenjar Bartholini :Tidak ada pembesaran.
(6) PPV : Terdapat pengeluaran pervaginan
dari darah merah pembalut penuh.

b) Anus : Tidak ada Haemoroid.


6) Ektremitas : atas : tidak oedema
Bawah : tidak oedema, tidak ada varies

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 15 September 2022

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan


Golongan Darah A+ A, AB, B, O
Hemoglobin 11,2 L : 14 – 18 g/Dl
P : 12 – 16
Gravindeks (-)
test/tes peck

C. Analisa Data
1. Diagnosa
Nn. H umur 15 Tahun dengan gangguan siklus menstruasi.

2. Masalah
Tidak titentuakn masalah pada Nn.H

3. Kebutuhan
KIE tentang siklus menstruasi, gizi seimbang, dan pola hidup sehat

D. Penatalaksanaan
Hari/Tanggal : Rabu,14 September 2022 jam : 10.00 WIB

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada Nn.H dan ibunya serta menjelaskan


tentang kondisinya bahwa Nn.H mengalami gangguan siklus menstruasi
Rasionalisasi : Hak –hak pasien untuk memperoleh informasi
untuk kondisi dan keadaan apa yang dia alami (Sarwono, 2008)
29
Evaluasi : pasien dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan tentang fisiologi siklus menstruasi dan faktor penyebab terjadinya
gangguan siklus menstruasi pada remaja
Rasionalisasi : Dengan memberikan edukasi kepada klien tentang fisiologi
siklus menstruasi dan penyebab gangguan siklus menstruasi pada remaja klien
akan lebih mudah memahami dan melaksanakan saran dari petugas kesehatan.
3. Menganjurkan klien untuk konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak
makan protein, sayur dan buah seperti daging merah, ikan, telur, sayuran hijau,
kacang-kacangan, buah kurma,jeruk, buah naga, dan lain-lain
Rasionalisasi : konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan buah
dan sayur merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah dan kesehatan penceernaan, dan
baik untuk metobolisme tubuh.
Evaluasi : klien telah mengetahui manfaat konsumsi gizi seimbang dan
bersedia untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang.
4. Menganjurkan klien untuk mengurangi konsumsi makanan instant
Rasionalisasi : konsumsi mananan instant selain nilai gizi yang kurang dan
banyak bahan pengawet dapat mengganggu kesehatan tubuh apalagi pada
anak- anak dengan masa pertumbuhan.
Evaluasi : klien sudah mengetahui bahaya makanan instant dan berjanji akan
mengurangi konsumsi makanan instant.
5. Menganjurkan klien untuk menerapkan pola hidup sehat yaitu olahraga secara
teratur, perbanyak makan sayur, buah dan minum air putih, menghindari
makanan siap saji (instan), menghindari stres yang berlebihan dan istirahat
yang cukup. Rasionalisasi : Dengan menerapkan pola hidup sehat remaja akan
mendapatkan banyak manfaat terutama untuk kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan termasuk mempersiapkan organ reproduksi untuk melahirkan
generasi yang sehat.
Evaluasi : Klien penjelasan tentang pentingnya pola hidup sehat bagi remaja.
6. Menganjurkan klien untuk pemetiksaan dan konsultasi dengan dokter spesialis
ginekologi.

30
Rasionalisasi : Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada masalah
kesehatan serius yang terjadi pada klien terutama menyangkut organ
reproduksinya.
Evaluasi : Klien akan mengikuti saran petugas untuk melakukan pemeriksaan
kepada dokter S.POG untuk menghilangkan rasa khawatir dan cemas yang
dialaminya.
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi vitamin kepada klien
(Vitamin C, Vitamin B Kompleks, Vitamin D).
Rasional : Vitamin ini sangat dibutuhkan bagi remaja yang baru mengalami
puberitas.
Evaluasi : Klien bersedia makan konsumsi vitamin yang diberikan dokter.

31
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang gangguan siklus menstruasi pada remaja dengan

kajian teori jurnal Evidence Based Midwifery (EMB). Berdasarkan hasil pengkajian pada

kasus Nn.H, umur 16 tahun diketahui bahwa sudah 2 bulan lebih tidak menstruasi. Ibu dari

klien mengatakan bahwa anaknya mulai mendapat haid pertama saat usia 12 tahun. Siklus

mens anaknya jg tidak teratur, kadang 1 bulan sekali dan kadang tidak mens selama 2 bln

lebih. Ibu merasa khawatir dan ingin memeriksakan anaknya. Dari hasil pemeriksaan fisik

klien dengan keadaa umum baik, TTV dalam batas normal, perhitungan IMT klien didapat

angka 20,8 Kg/m2 (> 18,5 Kg/m2 ) yang menandakan IMT klien dalam batas ideal. Pada

pemeriksaan inspeksi terlihat kelopak merah muda, seklera tidak ikterik dan hasil

pemeriksaan labor menunjukkan kadar Hb klien 11,2 gr/dl (Normal). Pada Nn.H juga

dilakukan pemeriksaan Gravindeks test (hasil negatif) untuk memastikan klien tidak hamil

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa klien

megalami gangguan siklus menstruasi. Gangguan siklus menstruasi sering terjadi pada

remaja muda yang baru mengalami menstruasi karena masih terjadi penyesuaian dalam

tubuh 2 bulan berturut-turut mungkin mengalami siklus menstruasi 28 hari namun

kemudian tidak menstruasi dibulan berikutnya, 1 atau 2 tahun siklus menstruasi akan lebih

teratur (Adhi, 2012).

Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan hormon dalam tubuh,

atau bisa juga karena penyakit di dalam organ reproduksi, contohnya tumor rahim, tumor

di indung telur. Selain itu gangguan haid disebabkan juga karena faktor lainnya seperti

stress, kelelahan dan penggunaan kontrasepsi (Indiarti, 2015). Menurut Kusmiran (2011),

ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan siklus menstruasi yakni

32
status gizi, aktivitas fisik, diet, stres, merokok, konsumsi obat hormonal, dan gangguan

endokrin.

Berdasarkan hasil penelitian oleh Maya Sari (2016) yang berjudul Hubungan

tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi Diploma IV Bidan

pendidik tingkat akhir di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta menyatakan bahwa tingkat

stress mempengaruhi gangguan siklus menstruasi remaja. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar mahasiswi mengalami stres sangat berat, yaitu 30 orang (40,0%)

dan yang mengalami gangguan siklus menstruasi yaitu 46 orang (61,3%). Hasil uji statistik

Chi Square diperoleh nilai taraf signifikan yaitu 0,028 (P value < 0,05). Terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi dengan

taraf signifikan 0,028.

Stress akan mempengaruhi hormon yang berperan dalam siklus menstruasi

menjadi terganggu. Hormon tersebut adalah FSH, LH, estrogen dan progesteron. Jika

terjadi gangguan pada hormon FSH dan LH tidak akan menyebabkan terbentuknya sel

telur, jika demikian maka hormon estrogen dan progesteron juga tidak akan terbentuk

sebagaimana mestinya sehingga siklus mentruasi juga akan terganggu. Estrogen

merupakan hormon yang mempengaruhi rangkaian siklus menstruasi. Dampak jika

gangguan siklus menstruasi yang tidak ditangani dengan benar atau segera akan

mengakibatkan gangguan kesuburan.

Penelitian oleh Hidayah, et al, (2016) yang berjudul Hubungan Status Gizi, Asupan

Zat Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Siklus Menstruasi Remaja Putri Pondok Pesantren

Salafiyah Kauman Kabupaten Pemalang tahun 2016 menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara status gizi, asupan protein dan asupan lemak terhadap siklus menstuasi

remaja putri. Siklus menstruasi tidak teratur lebih banyak terjadi pada responden dengan

status gizi kurus (33,3%) dan status gizi gemuk (10,2%) sedangkan responden dengan
33
status gizi normal lebih banyak yang memiliki siklus mentruasi teratur (33,3%). Siklus

menstruasi tidak teratur lebih banyak terjadi pada responden dengan asupan protein kurang

(49,1%) dibandingkan pada responden dengan asupan protein cukup (11,1%). Siklus

menstruasi tidak teratur lebih banyak terjadi pada responden dengan asupan lemak kurang

(55,6%) dibandingkan pada responden dengan asupan lemak cukup (4,6%). Untuk

variabel aktivitas fisik, Tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan siklus

menstruasi remaja putri (p>0,05).

Penelitian lain tentang gangguan siklus menstruasi dilakukan oleh Yakoba Milla

(2018) dengan judul Hubungan Obesitas dengan gangguan Menstruasi pada Remaja Putri

di Kelurahan Tlogomas. Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang didasarkan

oleh penumpukan lemak dalam tubuh, seseorang yang mengalami obesitas menyebabkan

perubahan saraf fisik yang menyebabkan gangguan menstruasi. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui hubungan obesitas dengan gangguan menstruasi pada remaja

putri di Kelurahan Tlogomas. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan obesitas

dengan kejadian gangguan siklus menstruasi pada wanita, hal tersebut dikarenakan terjadi

penghambatan kinerja hormon untuk pematangan ovum. Obesitas dapat menurunkan

keseimbangan hormonal tubuh secara alami sehingga terjadi gangguan menstruasi.

Penelitian internasional mengenai siklus menstruasi juga dilakukan oleh Jasienca

dan Kapiszewska (2017) dengan judul Effect of air pollution on menstrual cycle length-

Prognostic factor of women’s reproductive health. Hasil penelitian menyatakan bahwa

Polusi udara dapat mempengaruhi kesehatan wanita, terutama siklus menstruasi, kualitas

oosit, dan risiko keguguran. Pemendekan fase luteal, kemungkinan manifestasi dari

defisiensi fase luteal, dapat terjadi sistem pembakaran bahan bakar fosil. Ini menunjukkan

bahwa polusi udara dapat menyebabkan masalah kesuburan pada wanita.

34
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan siklus menstruasi d

apat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor stress, asupan gizi, obesitas, polusi udara,

dan sebagainya. Pada remaja umumnya gangguan siklus menstruasi disebabkan oleh kead

aan yang fisiologis ketidakseimbangan hormone. Oleh karena itu, perlunya pendidikan kes

ehatan reprodukasi kepada remaja baik dilingkungan pelayanan kesehatan, sekolah maupu

n keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Abdelmoty (2015) dengan judul

Menstrual patterns and disorders among secondary school adolescents in Egypt. A cross-

sectional survey. Penelitian ini merupakan salah satu studi terbesar tentang pola dan

gangguan menstruasi di antara remaja perempuan Mesir. Temuan kami dari penelitian ini

konsisten dengan penelitian lain dan melaporkan prevalensi gangguan menstruasi yang

lebih tinggi dari yang diharapkan. Ini menyoroti kebutuhan akan program pendidikan

kesehatan menstruasi yang peka budaya dan layanan skrining berbasis sekolah yang

menargetkan segmen populasi yang penting ini dengan keterlibatan aktif spesialis

kesehatan reproduksi, ginekolog, dokter anak, guru, dan perawat sekolah. Selain itu juga

mengidentifikasi perlunya pemanfaatan peran media massa yang berpengaruh untuk

penciptaan kesadaran dan fasilitasi penyebaran informasi kesehatan menstruasi khususnya

di kalangan remaja yang tidak berpendidikan.

35
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn. H umur 15 tahun dengan gangguan siklus

menstruasi di di PMB. Emi Hayati S.Tr.Keb. Bdn tahun 2022, maka penulis mengambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Nn. H umur 16 tahun dengan gangguan

siklus menstruasi, penulis telah mampu melakukan pengkajian dengan baik.

pengkajian tersebut didapat dari pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan

objektif pasien di mana dari data pasien yaitu pasien bernama Nn. H umur 16 tahun

dengan gangguan siklus menstruasi. Data objektif dilihat dari keadaan umum baik

kesadaran composmentis dan TTV dalam batas normal serta dilakukan

pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penegakan diagnose pada klien.

2. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa

kebidanan Nn. H umur 16 tahun dengan gangguan siklus menstruasi, yang didapat

dari data subjektif dan objektif dari hasil pengkajian. Pada kasus ini Nn. H

mengalami masalah tidak datang haid lebih dari 2 bulan.

3. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada diagnosa atau masalah potensial

yang mungkin akan terjadi pada Nn. H, hal ini ditunjukkan dengan keluhan yang

dialami oleh Nn. H merupakan keluhan gangguan siklus menstruasi biologic

(fisiologis).

36
4. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada tindakan segera terhadap keluhan

Nn.H, hal ini dikarenakan keluhan yang dialami oleh Nn. H merupakan gangguan

siklus mesntruasi dengan intervensi pemberian edukasi dan konseling pada klien.

5. Penulis telah mampu memberikan rencana asuhan kebidanan terhadap Nn.H, umur

16 tahun dengan gangguan siklus menstruasi sesuai dengan asuhan yang diberikan

yaitu dengan memberikan informasi dan edukasi yang tepat mengenai keluhan

yang dialami dan cara penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan keluhan tersebut.

6. Penulis telah mampu melakukan pelaksanaan yang telah dilakukan sesuai dengan

rencana asuhan kebidanan yang diberikan.

B. Saran

1. Bagi Lahan Praktik

Dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya remaja, bidan yang praktek di

PMB hj.Emi Hayati S.Tr.Keb. Bdn hendaknya selalu memberikan KIE kepada

klien sesuai dengan kebutuhannya. KIE tersebut dapat berupa Edukasi dan

Motivasi kepada klien agar peduli terhadap kesehatannya.

2. Bagi Instutusi pendidikan

Dapat memberikan pembekalan sebelum mahasiswa diturunkan ke lahan praktik

sesuai dengan tujuan kompetensi yang ingin dicapai sehingga mahasiswa dapat

lebih mudah menggali dan menerapkan ketampilan sesuai dengan teori yang telah

dipelajari.

37
DAFTAR PUSTAKA

Adhi. (2012).

Penyebab Siklus Haid Tidak Teratur. http://tipskesehatan.web.id, diakses 23 Oktober


2018.

Andriana, Aldriana, N., & Andria. (2018).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi pada mahasiswi di Universitas


Pasir Pengaraian. 2, 271– 279.

Andriani, B. R., & Puspita, D. (2016).

Hubungan Status Gizi Dengan Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri di SMP N 2
Gamping. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

Anindita.P. (2016).

Hubungan Aktivitas Fisik Harian dengan Gangguan Menstruasi pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.Sumatra Barat.

Harahap, JS. (2010).

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010, 2011 dan 2013 [Skripsi].
Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.

Kusmiran, E. (2011).

Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis : Jakarta


: SalembaMedika.

Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kandungan (3rd ed.). Jakarta: PT Bina Pustaka

Riyadi, S. (2014).

Hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan siklus menstruasi pada remaja di SMA

warga Kota Surakarta.VOL3.02. Surakarta.

Hidayah, et al, 2016

38
Hubungan Status Gizi, Asupan Zat Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Siklus Menstruasi

Remaja Putri Pondok Pesantren Salafiyah Kauman Kabupaten Pemalang tahun 2016

Jasienca dan Kapiszewska, 2017,

Effect of air pollution on menstrual cycle length-Prognostic factor of women’s

reproductive health

Maya Sari, 2016,

Hubungan tingkat stres dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi Diploma IV

Bidan pendidik tingkat akhir di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Yakoba Milla, 2018,

Hubungan Obesitas dengan gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di Kelurahan

Tlogomas.

Varney dan Helen. 2008,

Buku Ajar Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta.

39
40

Anda mungkin juga menyukai