Anda di halaman 1dari 106

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “N” G3P2A0


USIA KEHAMILAN 37-38 MINGGU DENGAN KEPUTIHAN
FISIOLOGIS DI PMB SUPIYANI, S.Tr.Keb
KOTA JAMBI TAHUN 2022

DOSEN PEMBIMBING :
YULI SURTANTI, M.Keb

DISUSUN OLEH :
NAMA: TRI SUSANTI
NIM : PO71242220001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI PROFESI BIDAN
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disahkan “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Kehamilan di Bidan Praktik
Mandiri Supiyani, S.Tr.Keb” guna memenuhi tugas Stase Kehamilan program studi Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi Tahun 2022/2023

Jambi, O k t o b e r 2022

Mengetahui :

Preseptop Akademik Pembimbing Lahan

Yuli Suryanti, M.Keb Supiyani, S.Tr.Keb

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif

pada Masa Kehamilan di PMB Supiyani, S.Tr.Keb.

Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Masa Kehamilan yang merupakan salah satu mata

kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi kebidanan.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes

Jambi

2. Lia Artika Sari, M.Keb, selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes

Jambi.

3. Yuli Suryanti, M.Keb, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Supiyani, S.Tr.Keb, selaku Pembimbing Lahan.

5. Rekan-rekan profesi bidan yang telah banyak membantu dan memberi masukan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan

dengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari

dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang

berguna bagi yang membutuhkannya

Jambi, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
D. Manfaat ...................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesehatan Reproduksi Rmaja ................................................................... 6
B. Menstruasi ................................................................................................. 8
C. Daun Sirih .................................................................................................. 47
D. Tinjauan Umum Tentang Managemen Asuhan Kebdanan........................ 51
E. EMB Dalam Kebidanan ............................................................................ 54
F. Teori EMB.................................................................................................. 56
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Judul Kasus ................................................................................................ 63
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Kasus ........................................................................................... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 95
B. Saran ....................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keputihan atau flour albus (leukorea, flour albus) adalah nama gejala

awal suatu penyakit yang cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak

berupa darah. Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada

penderita ginekologik; adanya gejala ini diketahui penderita karena terdapatnya

sekret yang mengotori celananya (Saifuddin, 2014:20).

Menurut WHO, bahwa 75% dari seluruh wanita di dunia pasti akan

mengalami keputihan paling satu kali dalam seumur hidup dan sebanyak 45% akan

mengalaminya dua kali atau lebih dan keputihan yang paling sering terjadi

disebabkan oleh candida albicans. Akibat dari keputihan sangatlah fatal bila lambat

ditangani.Tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil ektopik

(kehamilan diluar kandungan) dikarenakan terjadi penyumbatan pada saluran tuba.

Keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang

merupakan pembunuh nomor satu bagi wanita dengan angka insiden kanker servik

mencapai 100 per 100.000 penduduk pertahun. Meskipun termasuk penyakit yang

sederhana kenyataan keputihan adalah penyakit yang tidak mudah disembuhkan dan

dapat berujung pada kematian (Darma, 2017:15-17).

Penyebab keputihan menurut WHO (2008), berdasarkan prevalensinya yaitu

25%-50% candidiasis, 20%-40% bacterial vaginosis dan 5%-15% trichomoniasis.

Di Eropa hanya 25% saja wanita yang mengalami keputihan yang disebabkan oleh

faktor cuaca, sedangkan wanita di Indonesia lebih rentan mengalami keputihan

1
karena dipicu oleh cuaca yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur candida

albicans.

Kasus keputihan di Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan hasil

penelitian menyebutkan bahwa tahun 2010, 52% wanita di Indonesia mengalami

keputihan, kemudian pada tahun 2011, 60% wanita pernah mengalami keputihan,

sedangkan tahun 2012 hampir 70% wanita di Indonesia pernah mengalami

keputihan, dan pada tahun 2013 bulan Januari hingga Agustus hampir 55 % wanita

pernah mengalami keputihan (Darma, 2017:15-17).

Kehamilan adalah suatu kondis yang melibatkan berbagai perubahan didalam

tubuh. Perubahan yang sering kali terjadi pada ibu hamil diantaranya adalah

perubahan fisik dan psikologis seperti pembesaran payudara, sering buang air kecil,

konstipasi, mual, muntah, merasa lelah, sakit kepala, pusing, emosional,

peningkatan berat badan, termasuk juga perubahan di vagina seperti keputihan.

Pada masa kehamilan Peningkatan kadar hormon esterogen menyebabkan vagina

cenderung mengeluarkan lebih banyak cairan, peningkatan kadar air pada dinding

vagina ini yang disebut sebagai keputihan pada ibu hamil dan keputihan yang

terjadi karena hal tersebut masih tergolong normal. (Ari, Desi. 2020:514)

Ibu hamil cenderung mengalami gangguan keputihan. Keputihan pada ibu

hamil disebabkan oleh jamur dan Bacterial Vaginosis. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan perawatan organ reproduksi dengan kejadian

keputihan. Desain penelitian pendekatan Cross Sectional. Populasinya adalah ibu

hamil di Poliklinik Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit Baptis Kediri. Jumlah

subjek 46 Responden, subjek diambil dengan purposive sampling, variabel

independen yaitu perawatan organ reproduksi, variabel dependen ialah kejadian

keputihan (Mahanani, Srinalesti. 2015:136)

2
Keputihan dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri, seperti gonococus,

chlamydia, trichomatis, gardenella, treponena pallidum, adanya infeksi jamur

seperti candida dan adanya infeksi parasit seperti trichomonas vaginalis, serta

adanya infeksi virus seperti candylomata acuminata dan herpes. Keputihan juga

dapat terjadi karena menderita sakit dalam waktu lama, kurang terjaganya

kebersihan diri sehingga timbulnya jamur atau parasit dan kanker karena adanya

benda-benda asing yang di masukkan secara sengaja atau tidak ke dalam vagina

misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi. (Nengsih, Nurna. 2015:2)

Flour albus fisiologis pada masa kehamilan disebabkan oleh perubahan kadar

hormon estrogen dan progesteron saat hamil. Hal ini menyebab kan terjadi

perubahan kualitas dan kuantitas dari sekret kelenjar serviks, sehingga

mikrooganisme yang merugikan dapat tumbuh dan mengganggu keseimbangan

asam basa di mukosa servik vagina. Untuk mengatasi masalah Flour albus pada

kehamilan yaitu dengan memberikan konseling tentang vulva hygiene,

mengajurkan ibu untuk mengeringkan vagina setelah BAB dan BAK,menganjurkan

ibu untuk menggunakan celana dalam yang terbuat dari katun, menganjurkan ibu

untuk sering ganti celana dalam minimal 3 kali, menganjurkan ibu untuk tidak

memakai pakaian terlalu ketat, menghindari menggunakan sabun kewanitaan.

(Rahayu, Indah. 2020:18)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Salamah, Umi.

2020:7) mengenai Faktor perilaku meningkatkan resiko keputihan dimana hasilnya

menunjukkan bahwa 134 (70.5%) responden mengalami keputihan, ada hubungan

yang bermakna antara penggunaan iritan dengan keputihan (p value=0.000 dan

OR= 27.7), ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan berkemih dengan

keputihan (p value=0.000 dan OR= 34), ada hubungan yang bermakna antara

3
penggunaan pakaian dalam dengan keputihan (p value=0.002 dan OR= 36), ada

hubungan yang bermakna antara kebiasaan menstuasi dengan keputihan (p

value=0.006 dan OR= 2.9). Penggunaan iritan, kebiasaan berkemih, pakaian

dalam dan kebiasaan berkemih merupakan faktor risiko dari keputihan.

Penelitian ini juga di perkuat dengan hasil penelitian (Ari, Desi. 2020:514)

dimana keputihan pada ibu hamil merupakan hal yang fisiologis, namun bila tidak

dimanajemen dengan baik dapat mengakibatkan keputihan patologis. Pengetahuan

dan sikap memiliki peran penting dalam mencegah keputihan selama kehamilan.

Berdasarkan nilai OR didapatkan 25,667, yang berarti ibu hamil yang memiliki

pengetahuan kurang berisiko 25 kali untuk memiliki perawatan buruk bila

dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan baik. Ada hubungan antara

sikap ibu hamil dengan perawatan keputihan di Puskesmas Gedong Tataan tahun

2019. Berdasarkan nilai OR didapatkan 17,5, yang berarti ibu hamil yang memiliki

sikap negative berisiko 17 kali untuk memiliki perawatan buruk bila dibandingkan

dengan ibu yang memiliki sikap yang positif.

Menurut Penelitian (Rina, et.al 2020) Terapi Rebusan Air Daun Sirih Pada

Ibu Hamil Dengan Pengeluaran Cairan Pervaginam Berupa Keputihan Dengan Di

Klinik Pratama Putri Asih Tahun 2020. Dari asuhan yang diberikan kepada Ny.D

pada tanggal 15 September 20020 dan 18 September 2020 dilakukan 2 kali

kunjungan dengan rentang waktu 3 hari dengan terapai rebusan air daun sirih pada

ibu hamil. Setelah dilakukan asuhan selama 2 kali kunjungan tersebut maka hasil

yang didapat pada kajian terakhir yaitu keputihan ibu sudah mulai berkurang, sudah

encer dan berwarna bening bintik merah sudah mulai berkurang dan tidak memakai

pantyliner lagi.

Salah satu upaya untuk meningkatkan perilaku ibu hamil dalam menjaga

kebersihan organ genitalia terhadap kejadian keputihan dengan memberikan

4
edukasi kesehatan khususnya tentang keputihan, dalam hal ini dapat

mengoptimalkan perilaku personal hygine terutama dalam menjaga kebersihan

organ genitalianya. Jadi di harapkan ibu hamil dapat merawat dan menjaga organ

genitalianya, juga memiliki pengetahuan yang mendukung tentang perilaku

personal hygine terutama organ genitalia yang baik dan benar.

Berdasarkan uraian latar belakang tentang permasalahan di atas maka penulis

tertarik untuk membuat laporan kasus dengan Judul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny ”N” G3P2A0 UK 3 7 - 3 8 Minggu dengan Keputihan

Fisiologis di PMB Supiyani, S.Tr.Keb Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Keputihan merupakan masalah kesehatan yang sering dialami oleh ibu hamil.

Salah satu penyebab terjadinya keputihan adalah kurangnya pengetahuan ibu hamil

mengenai keputihan dan personal hygine. Berdasarkan uraian dari latar belakang,

maka penulis membuat rumusan masalah “Apakah dengan memberikan pendidikan

kesehatan tentang keputihan dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai

keputihan?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada

Ny”N” G3 P2 A0 UK 37-38 Minggu dengan Keputihan Fisiologis di PMB

Supiyani, S.Tr.Keb Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus
a.
Mampu melakukan pengumpulan data pada kasus Ny”N” G3 P2 A0 UK

5
37-38 Minggu dengan Keputihan Fisiologis di PMB Supiyani, S.Tr.Keb

Tahun 2022

b.
Mampu menentukan interpretasi data pada kasus Ny”N” G3 P2 A0 UK

37-38 Minggu dengan Keputihan Fisiologis di PMB Supiyani, S.Tr.Keb

Tahun 2022.

c.
Mampu merencanakan diagnosa dan masalah pada kasus Ny”N” G3 P2

A0 UK 37-38 Minggu dengan Keputihan Fisiologis di PMB Supiyani,

S.Tr.Keb Tahun 2022

d.
Mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi

pada kasus Ny”N” G3 P2 A0 UK 37-38 Minggu dengan Keputihan

Fisiologis di PMB Supiyani, S.Tr.Keb Tahun 2022.

e.
Mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh pada kasus Ny”N” G3 P2

A0 UK 37-38 Minggu dengan Keputihan Fisiologis di PMB Supiyani,

S.Tr.Keb Tahun 2022

f.
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus Ny”N” G3 P2 A0 UK

37-38 Minggu dengan Keputihan Fisiologis di PMB Supiyani, S.Tr.Keb

Tahun 2022.

g.
Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada kasus Ny”N” G3 P2 A0 UK

37-38 Minggu dengan Keputihan Fisiologis di PMB Supiyani, S.Tr.Keb

Tahun 2022.

h.
Mampu melakukan pendokumentasian kebidanan pada kasus Ny”N” G3

P2 A0 UK 37-38 Minggu dengan Keputihan Fisiologis di PMB Supiyani,

S.Tr.Keb Tahun 2022.

6
D. Manfaat

1. Bagi Penulis

Diharapkan dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu

pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan kebidanan

komprehensif pada masa kehamilan dengan keputihan fisiologis pada ibu

hamil.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai metode penilaian pada para mahasiswa dalam melaksanakan

tugasnya dalam penyusunan laporan kasus, membimbing dan mendidik

mahasiswa agar lebih terampil dalam memberikan asuhan kebidanan serta

sebagai tambahan referensi di perpustakaan tentang asuhan kebidanan

komprehensif pada masa kehamilan dengan keputihan fisiologis pada ibu

hamil.

3. Lahan Praktek

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam menerapkan

asuhan kebidanan komprehensif pada masa kehamilan dengan keputihan

fisiologis pada ibu hamil.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Definisi kehamilan masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan

7 hari ) di hitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan adalah mulai dari

ovulasi sampai partus lamanya 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300

hari (43 minggu).

Pembagian kehamilan dibagi dalam 3 trimester. Trimester pertama,

dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu), trimester kedua dari

bulan keempat sampai 6 bulan (13-28 minggu), trimester ketiga dari bulan

ketujuh sampai 9 bulan (29-42 minggu). (Rukiah Ai Yeyeh. 2013:2).

Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil adalah setiap kegiatan

dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat

remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan

menjadi hamil sehat.

Pelayanan Kesehatan Masa Hamil adalah setiap kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga

melahirkan. (Mentri Kesehatan, 2014:97).

2. Paradigma Tentang Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap

wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami

8
menstruasi, dan melakukan hubugan seksual dengan seorang pria yang organ

reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan.

Apabila kehamilan ini direncanakan, akan memberi rasa kebahagian dan penuh

harapan.

Selama pertumbuhan dan perkembagan kehamilan dari bulan ke bulan di

perlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan-

perubahan yang terjadi akibat adanya ketidak seimbangan hormon progestren

dan hormon estrogen , yakni hormo kewanitaan yang ada di dalam tubuh sejak

terjadinya proses kehamilan. (Mandriwati, 2011:6)

3. Hak-hak Wanita dalam Asuhan Ibu Hamil

Bidan harus menyadari hak-hak ibu ketika menerima layanan asuhan

kehamilan, di antaranya adalah:

a. Setiap wanita/ibu penerima asuhan mempunyai hak mendapatkan

keterangan mengenai kesehatannya.

b. Setiap wanita/ibu mempunyai hak mendiskusikan keperihatinannya di

dalam lingkungan yang ia percaya.

c. Setiap wanita/ibu sebelumnya harus mengerahui jenis prosedur yang akan

di lakukan.

d. Prosedur yang di lakukan di dalam suatu lingkungan (misalnya, kamar

bersalin) supaya hak ibu untuk mendaparkan privasi di hormati.

e. Sertiap wanita/ibu harus di buat senyaman mungkin ketika menerima

layanan.

f. Setiap wanita/ibu memepunyai hak untuk mengutarakan pandangan dan

pilihannya menegenai layanan yang diterimanya.(Mandriwat, 2011:6)

9
4. Lingkup Asuhan Kehamilan

Pelayanan asuhan standart minimal 10 pelayanan antenatal menurut

(Rinata, Evi. 2017:5) antara lain yaitu:

a. Timbang berat badan & ukur tinggi badan

b. Ukur (tekanan) darah

c. Ukur (tinggi) fundus uteri

d. (tentukan presntasi janin dan DJJ

e. Ukur LILA (Nilai status gizi)

f. Pemebrian Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan

g. Tes laboratorium (rutin dan khusus)

h. Skrining status imunisasi TT dan berikan imunisasi TT bila diperlukan

i. Tes terhadap penyakit menular seksual

j. Temu wicara dalam rangka Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K)

5. Standar Minimal Kunjungan Kehamilan

Untuk menerima manfaat yang maksimum dari kunjungan-kunjungan

antenatal ini, maka sebaiknya ibu tersebut memperoleh sedikitnya 4 kali

kunjugan selama kehamilan, yang terdistribusi dalam 3 trimester, atau dengan

istilah rumus 1 1 2, yaitu sebagai berikut:

a. 1 kali pada trimester I

b. 1 kali pada trimester II

c. 2 kali pada trimester III

10
Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu di dapatkan

informasi yang sangat penting. Menurut (Hani Ummi, dkk. 2010:13) garis-

garis besarnya dijelaskan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.1
Informasi Kunjugan Kehamilan

Kunjugan Waktu Informasi Penting

 Membangun hubungan saling


percaya antara petugas kesehatan
dengan ibu hamil.
 Mendeteksi masalah dan
menaganinya.
Trimester Sebelum
Pertama minggu ke-14
 Melakukan tindakan pencegahan
seperti tetanus neonaturum,
anamia kekurangan zat besi,
penggunaan praktek tradisional
yang merugikan.

 Memulai persiapan kelahiran bayi


dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi.
 Mendorong prilaku yang sehat (gizi,
latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya).

Sama saperti di atas, di tambah


kewaspadaan khusus mengenai
preeklamsia(tanya ibu tentang
gejala-gejala preeklampsia, pantau
Trimester kedua Sebelum
tekanan darah, evaluasi edema,
minggu ke-28
periksa
untuk mengetahui proteinuria)

11
Sama seperti di atas, di
tambah palpasi abdominal untuk

Trimester ketiga mengetahui apakah ada


Antara minggu
kehamilan ganda
28-36

Sama seperti di atas, di


tambah deteksi letak bayi yang tidak

Trimester ketiga normal, atau kondisi lain yang


memerlukan kelahiran di rumah
sakit

6. Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan

Antenalatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil

utuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu

hamil normal atau bermasalah.

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta

perubahan sosial dalam keluarga, memantau perubahan-perubahan fisik yang

normal yang di alami ibu serta tumbuh ketimbang janin, juga mendeteksi dan

serta menetalaksanakan kondisi yang tidak normal. Pada umumnya kehamilan

berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup

bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang

diharapkan.

Oleh karena itu pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting

untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi

ibu dengan kehamilan normal. Ibu hamil di anjurkan mengunjungi dokter atau

bidan sendiri mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenata. (Rukiah Ai Yeyeh, 2013:2).

12
7. Tujuan Asuhan Kehamilan

Menurut (Rukiah Ai Yeyeh, 2013:3) tujuan asuhan kehamilan yaitu

diantaranya sebagai berikut :

a. Memantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang ibu dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu

dan bayi.

c. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan

dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian asi ekslusif.

f. Memepersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi

agar dapat tumbuh kembang secara normal.

8. Genetalia Interna dan Eksterna

Perubahan genitalia interna dan eksterna selama kehamilan menurut

(Rukiyah Ai Yeyeh, 2013:15), antara lain, yaitu :

a) Genetalia Interna

1) Vagina

Teletak antara kandung kencing dan ructum, pada dinding

vagina terdapat lipatan-lipatan yang di sebut rugae, dinding depan (9

cm) lebih pendek dari dinding belakang(11 cm), bagian dari cervix

yang menojolke dalam vagina disebut portio.

13
2) Uterus

Pada saat tidak hamil terdapat dalam pelvis minore antara

leturinaria dari 2 bagian: Corpus uteri: segitiga dan cervic uteri:

silindris, Bagian dari corpus uteri antara kedua pangkal tuba: “fundus

uteri”, ligament-ligament uterus.

3) Ovarium

Terletak pada dinding lateral panggul dalam sebuah lekuk yang

di sebut ”Fossa ovarica”.

4) Parameterium

Merupakan jaringan ikat yang terdapat antara kedua lembar

ligamentum latum.

b) Genitalia Eksterna

1) Mons veneris

Setelah pubertas mons veneris di tutup oleh rambut, bagian yang

menonojol terdiri dari jaringan lemak, menutupi bagian depan

symfisis pubis.

2) Labia Mayora & Minora

Labia mayora homolog dengan scrotum, bagian keluar: seperti

kulit biasa dan ditumbuhi rambut, bagian dalam: selaput lendir banyak

mengandung kelenjer sebacea, Labia minora: lipatan di sebelah media

dari labia mayora, kedua lipatan kanan dan kiri bertemu di atas:

“preputium clitoridis” bertemu dibawah: “Fenulum clitoridis”.

14
3) Clitoris (A)

Analog dengan penis, mengndung urat-urat saraf sensoris dan

pembuluh darah.

4) Festibulum

Merupakan rongga sebelum lateral dibatasi oleh kedua labia

minora, anterior oleh clitoris, dorsal oleh fourchet.

5) Kelenjer Barhtolini

Merupakan kelenjer terpenting di daerah vulva dan vagina,

menegeluarkan secret mucus terutama pada saat coitus.

6) Hymen (selaput dara)

Berupa lapisan yang tipis & menetupi sebagian besar dari

introitus vagina, bila hymen tertutup: Hymen Occlusivum, bila telah

partus hanya tinggal sisa-sisa kecil disebut “Carunculae Myrtiformis”.

9. Pertumbuhan dan Perkembagan Hasil Konsepsi

Setelah terjadi pembuahan akibat bersatunya sek telur dengan

spermatozoa, kemudian di ikuti oleh beberapa proses, pembelahan, dan

selanjutnya hasil konsepsi melakukan nidasi atau implantasi, maka selanjutnya

hasil konsepsi mengalami pertumbuhan dan perkembagan menurut (Rukiyah

Ai Yeyeh, dkk. 2013:20) antara lain:

a. Pertumbuhaan dan Perkembangan Embrio

Embriogenesis (pertumuhan mudigah) pertumbuhan ambrio bermula

dari lempeng embrional (embrioanal plate) kemudian berdeferensi menjadi

3 unsur lapisan ektrodernal, mesodermal, dan entodermal. Ruang amnion

akan tumbuh pesat mendesak exocoeloma, sehingga dinding ruang amnion

15
mendekati korion, mesoblas di ruang amnion dan mudigah menjadi padat

disebut body stalk yang merupakan jembatan antara embrio dan dinding

body stalk yang merupakan jembatan antara embrio dan dinding trofoblas,

yang kelak akan menjadi tali pusat.

Pada tali pusat terdapat jelly whayrton yaitu jaringan lembek untuk

melindungi pembuluh darah 2 arteri umbilikalis, 1 vena umbilikalis.

Kedua arteri dan vena ini menghubungkan sistem kardiovaskuler akan

terbentuk pada kehamilan minggu ke sepuluh, yaitu sebagai berikut :

1) Minggu ke 0

Sperma membuahi ovum kemudian hasil konsepsi membagi

menjadi dua, empat, delapan setelah menjadi morulla masuk untuk

menempel ± 11 hari setelah konsepsi.

2) Minggu ke-4/bulan ke-1

Dari ambrio, bagian tubuh pertama muncul adalah tulang

belakang, otak dan saraf, jantung, sirkulasi darah dan pencernakan

terbentuk.

3) Minggu ke-8/bulan ke-2

Perkembangan embrio lebih cepat, jantung mulai memompa

darah.

4) Minggu ke-12/bulan ke-3

Embrio berubah menjadi janin. Denyut jantung janin dapat

dilihat dengan pemeriksaan Ultrasonografi (USG), berbentuk manusia,

gerakan pertama di mulai, jenis kelamin sudah bisa ditentukan, ginjal

sudah memproduksi urine.

16
5) Minggu ke-16/bulan ke-4

System musculoskeletal matang, sistem saraf terkontrol,

pembuluh darah berkembang cepat, denyut jantung janin terdengar

lewat Dopler, prencreas memproduksi insulin.

6) Minggu ke-20/bulan ke-5

Verniks melindungi tubuh, lanugo menutupi tubuh, janin

membuat jadwal untuk tidur, menelan dan menendang.

7) Minggu ke-24/bulan ke-6

Kerangka berkembang cepat, perkembangan pernapasan di

mulai.

8) Menggu ke-28/bulan ke-7

Janin bernafas, menelan dan mengatur suhu, surfactant mulai

terbentuk di paru-paru, mata mulai buka dan tutup, bentuk janin 2/3

bentuk saat lahir.

9) Minggu ke-32/bulan ke-8

Lemak coklat berkembang dibawah kulit, mulai simpan zat besi,

kalsium dan fosfor.

10) Minggu ke-38/bulan ke-9

Seluruh uterus di gunakan bayi sehingga tidak bisa bergerak

banyak, antibody ibu ditransfer ke bayi untuk mencapai kekebalan

untuk ke 6 bulan pertama sampai kekebalan bekerja bayi berkerja

sendiri.

17
b. Struktur dan Fungsi Amnion

Struktur dan Fungsi amnion ruangan yang di lapisi oleh selaput janin

(amnion/korion) berisi air ketuban (liquar amnii). Mula-mula ruangan

amnion merupakan rongga kecil, tapi kemudian mengelilingi seluruh janin.

Akhirnya amnion merapat pada chorion dan melekat dengannya. Amnion

ikut membentuk selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion, mesodrem,

chorion, dan lapisan tipis desidua.

Ciri kimiawi liquor amnii jumlah pada kehamilan aterm ± 1000-1500

cc, berwarna putih keruh, berbau amis, berasa manis, asam urik, kreatinin

sel-sel apitel, rambut lanugo, verniks kaseosa, garam anorganik.

Fungsi cairan amnion adalah memungkin anak bergerak dengan

bebas dan tumbuh dengan optimal kesala jurusan karena tekanan pada

anak sama pada semua bagiannya. Hal ini sangat penting karena

seandainya anak tertekan oleh organ sekitarnya maka pertumbuhan anak

akan terganggu, untuk melindungi anak dari pukulan-pukulan dari luar dan

ibu terhadap gerakan-gerakan anak. Jika cairan berkurang pergerakan anak

dirasakan nyeri oleh ibu, mempertahankan posisi yang tetap bagi anak,

waktu persalinan mendorong selaput janin kedalam ostium uteri. Bagian

selaput janin yang di atas ostium uteri yang menonjol waktu his disebut

ketuban dan membuka servik pada saat persalinan. (Rukiyah Ai Yeyeh.

2013:25)

c. Struktur, Fungsi Tali Pusat Bayi

Tali pusat atau funis terbentang dari umbilikus janin sampai

permukaan fetalis dari plasenta. Bagian luarnya putih, pucat, basah dan

18
terbungkus amnion, dimana di dalamnya terdapat terlihat tiga pembuluh

darah umbilikal yaitu dua arteri satu vena. Diameternya 1-2,5 cm dengan

panjang rata-rata 55 cm dan biasanya berkisar dari 30-100 cm. Pembuluh

darah yang berlipat-lipat dan berkelok-kelok yang lebih panjang dari pada

tali pusat itu sendiri, sering membentuk nodulasi pada permukaan atau

false knots, yang pada dasarnya merupakan varises. Matriks tali pusat

terdiri dari jelly Warton yaitu zat yang membentuk seperti agar-agar dan

mengandung banyak air sehingga pada setelah bayi lahir tali pusat mudah

menjadi kering dan cepat terlepas dari pusar bayi.

Jalan kelur darah dari vena umbilikalis melalui dua rute, duktus

venosus yang mengalirkan langsung menuju kava inferior atau sejumlah

muar-muara yang lebih kecil kedalam sirkulasi hepatik janin dan

kemudian menuju vena kava inferior lewat vena hepatik janin dan

kemudian menuju vena kava inferior lewat vena hepatika. (Rukiyah Ai

Yeyeh. 2013:25)

d. Struktur dan Fungsi Plasenta

Bentuk dan ukuran: uri berbentuk bundar/oval ukurannya diameter

15-20 cm, tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram. Uri biasanya terbentuk

lengkap pada kehamilan ± 16 minggu, letak uri pada rahim umumnya pada

corpus uteri bagian depan/belakang atau ke arah fundus uteri.

Fungsi/faal: nutrisasi alat pemberi makanan pada janin, repspirasi

alat penyalur zat azam dan pembuangan CO2, eksresi alat pembuangan

sampah metabolisme, produksi alat menghasilkan hormon-hormon,

imunisasi alat penyalur macam-macam antibodi ke janin, pertahanan alat

19
penyaring obat-obatan dan kuman-kuman yang bisa melewati uri.

(Rukiyah Ai Yeyeh. 2013:30)

10. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis pada Ibu Hamil TM I, II, III

Menurut (Rukiyah Ai Yeyeh, 2013:31) perubahan-perubahan anatomi

dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil TM I, II, III, yaitu diantaranya:

a. Sistem Reproduksi dan Payudara

1) Perubahan Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah

pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pada

kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek, pada

kehamilan 12 minggu sebesar telur angsa pada 16 minggu sebesar

kepala bayi/tinjju orang dewasa, dan semakin membesar sesuai

dengan usia kehamilan dan ketika usia kehamilan sudah atrem dan

pertumbuhan janin normal, pada kehamilan 28 minggu tinggi fundus

uteri 25 cm, pada 32 minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm. Pada

kehamilan 40 minggu TFU turun kembali dan terletak tiga jari di

bawah prosessus xifoideus.

Berat menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan ukurannya utuk

perumbuhan janin rahim menjadi besar, endometrium menjadi

desidua, ukuran kehamilan 30 x 25 x 20 kapasitas lebih dari 4000 cc.

Triulan I yang katif tumbuh oleh pengaruh hormone-hormone

estrogen, bentuk yang awalnya seperti buah alpukat pada bulan

pertama bentuknya bulat pada kehamilan 4 bulan, akhir hamil

20
bentuknya seprti bujur telur, telur ayam tidak hamil, satu bulan telur

bebek, tiga bulan telur angsa.

2) Serviks Uteri

Servik yang terdiri terutama atas jaringan ikat dan hanya sedikit

mengandung jaringan otot tidak mempunyai funsi sebagai sfingter

pada multipara dengan porsio yang bundar, porsio tersebut mengalami

cidera lecet dan robekan, sehingga post partum tampak adanya porsio

yang ter belah-belah dan perubahan kekenyalan tanda Goodel serviks

menjadi lunak warna menjadi biru, membesar (Oedema) pembuluh

darah meningkat, lendir menutupi oesteum uteri (kanalis cervikalis)

cerviks menjadi lebih mengkilap.

3) Segman Bawah Uterus

Segman bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis

cervikalis setinggi ostium interna bersama-sama isthmus uter. Sigman

bawah lebih tipis dari pada sigmen atas dan menjadi lunak dan

berdilatasi selama minggu-minggu kehamilan sehingga

memungkinakan sigmen tersebut menampung presenting part janin.

Serviks bagian bawah baru menipis dan menegang setelah persalinan

terjadi.

4) Kotraksi Braxton-Hikcs

Merupakan kontaksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa rasa

nyeri di sepanjang kehamilan. Kontaksi ini barang kali membantu

sirkulasi darah dalam plasenta.

21
5) Vagina dan Vulva

Vagina dan servik akibat hormone estrogen mengalami

perubahan ulah. Adanya perubahan hipervaskularisasi mengakibatkan

vagina dan vulva tampak lebih merah agak kebiruan (livide) di sebut

tanda Chadwick. Vagina membiru karena pelebaran pembuluh darah

PH 3.5-6 merupakan akbat meningkatnya prodiksi asam laktat karena

kerja laktobaci Acidophilus, keputihan, selaput lendir vagina

mengalami edematus, Hypertrohy, lebih sensitif meningkat seksual

terutama triulan III.

6) Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih di dapat korpus luteum

graviditas sampai terbentuknya plasenta pada kira kehamilan 13

minggu. Korpus luteum graviditas berdiameter kira-kira 3 cm. Lalu ia

mengecil setelah plasenta terbentuk. Di temukan pada awal ovulasi

hormone relaxing, suatu immunorreaktive inhibin dalam sirkulasi

maternal. Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan hingga

pertumbuhan janin menjadi baik hingga atrem.

7) Mammae

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormone

somatomammotropin, estrogen dan progestron akan tetapi belum

mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak

sehingga mammae menjadi lebih besar. Apabila mammae akan

membesar, lebih tegang dan tampak lebih hitam seperi areola

mammae karena hyperpigmentasi.pada kehamilan 12 minggu ke atas

22
dari puting susu dapat mengeluarkan cairan berwarna putih di sebut

colostrum.

b. Sitem Endokrin, Kekebalan, Perkemihan

1) Sistem Endokrim

Selama minggu-minggu pertama, korpus leteum dalam ovarium

menghasilkan estrogen dan progesteron, fungsi utamanya pada

stadium ini adalah untuk mempertahankan pertumbuhan desidua dan

mencegah pelepasan serta pembebasan desidua tersebut. Sel-sel

trofoblas menghasilkan hormon korionik gonadottropin yang akan

mempertahankan korpus lotium sampai plasenta berkembang penuh

dan mengambil alih produksi estrogen dan progestrondari korpus

lotium.

Seteleh plasenta mengambil alih, sekresi estrogen dan

progestron mengalami peningkatan yang nyata. Kadar kedua hormon

ini tetap tinggi sampai saat sebelum aterm, ketika fungsi plasenta

dengan rentang usia yang terbatas mulai mengalami penurunan.

Ketika hal ini terjadi, kadar hormon plasenta mulai menurun.

2) Sistem kekebalan

Kehamilan di anggap berakitan dengan penekanan berbagai

macam fungsi imunulogi secara humoral dan seluler untuk

menyesuaikan diri dengan graft jain semialogenik “asing”.

Sebenarnya, titer antibody humoral melawan berbagai virus, misalnya

hervers simpleks, campak, dan influenza A, menurun selama

kehamilan. Tetapi penurunan liter sebanding dengan efek hemodelusi

pada kehamilan.

23
3) Tractus Urinarius

Pada ginjal seorang wanita hamil bertmbah besar, Bailey dan

Rollenston (1971), misalnya menemukan bahwa ginjal 1.5 cm lebih

panjang selama masa nifas awal dari pada yang diukur 6 bulan

kemudian. Kecepatan filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal

bertambah pada awal kehamilan, yang pertama sebanyak 50 persen

pada awal trimester kedua, dan yangpada awal trimester kedua, dan

yang terakhir tidak cukup banyak, mekaniesme tepat untuk mening

terakhir tidak cukup banyak, mekaniesme tepat untuk meningkatkan

hal-hal ini pada kehamilan belum di ketahui.

c. Sitem Pencernaan, Musculoskeletal, Kardiveskuler, Integumen

1) Sestem Pencernaan

Fungsi saluran cerna selama hamil menunjukkan gambaran-

gambaran yang sangat menarik. Pada bulan-bulan pertama kehamilan

terdapat perasaan enek (nause). Mungkin ini akibat kadar hormon

estrogen yang meningkat, ada pula sumber yang mengatakan

peningkatan kadar USG dalam darah. Tonus otot-otot traktus

digestivus menurun, sehingga motilitas jumlah traktus ini juga

berkurang , yang merupakan akbat dari jumlah progestron yang besar

dan menurunnya kadar motalin, suatu peptida hormonal, dan diketahui

mempuyai efek perangsangan otot-otot polos. Makanan lebih lama

berada dalam usus otot-otot polos. Makanan lebih lama berada dalam

usus-usus.

24
Hal ini baik untuk reabsorbsi, akan tetapi menimbulkan juga

obstipasi, yang memamng merupakan salah satu keluhan utama

wanita hamil. Tidak jarang di jumpai pada bulan-bulan pertama

kehamilan gejala muntah (emesis). Biasanya terjadi pada pagi hari

yang dikenal dengan morning sickcnes. Emesis, bila terlampau sering

dan terlalu banyak dikeluarkan, disebut emesis gravidarum, keadaan

ini patologik.

2) Sistem Muskuloskeletal

Perubahan tubuh secara bertahap dari peningkatan berat wanita

hamil, menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara

menyolok. Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul

miring ke depan, penurunan tonus otot perut, dan peningkatan beban

berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang

(realigment) kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser ke

depan.

Lordosis progresif merupakan gambaran karakteristik pada

kehamilan hormonal. Untuk mengkompensasi posisi anterior uterus

yang mulai membesar.lordosis menggeser pusat gravitasi ke belakang

pada tungkai bawah. Mobilitas sendi sakroiliaka, sakrokoksigeal, dan

sendi pubis bertambah besar, dan karena itu menyebabkan rasa tidak

nyaman pada punggung bagian bawah, khususnya pada akhir

kehamilan, rasa pegal, mati rasa, dan lemah kadangkala dialami pada

anggota badan atas, kemungkinan sebagai akibat lordosis yang besar

dengan fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu, yang akan

menimbulkan traksi pada nevus ulnaris dan medianus

25
3) Sestem Kardiovaskuler

Perubahan yang terjadi pada jantung, yang khas denyut nadi

istirahat meningkat sekitar 10 sampai 15 denyut permenit pada

kehamilan, jantung digeser ke kiri dan ke atas, sementara pada waktu

yang sama organ ini agar berputar pada sumbu panjangnya. Akibat

aspeks jantung digerakan agak ke lateral dari posisinya pada keadaan

tidak hamil normal, dan membesarnya ukuran bayangan jantung

ditrmukan pada radiograf, luasnya perubahan-perubahan ini di

pengaruhi oleh ukurab dan posisi uterus, kekuatan otot-otot abdomen,

dan komfigurasi abdomen dan toraks.

11. Tanda-tanda Kehamilan Pasti, Kemungkinan Hamil, Tidak Pasti

Diantara tanda-tanda kehamilan pasti, kemungkinan hamil, dan tidak pasti

menurut (Rukiyah Ai Yeyeh, dkk. 2013:76) yaitu diantaranya:

a. Tanda Kehamilan Pasti

Pada ibu yang diyakini sedang dalam kondisi hamil maka dalam

pemeriksaan melalui USG (ultrasonografi) terlihat adanya gambaran janin.

Ultrasonografi memungkinkan untuk mendeteksi jantung kehamilan

(gestasional sac) pada minggu ke-5 sampai ke-7, peregrakan jantung

biasanya terlihat pada 42 hari setelah konsepsi yang normal atau sekitar

minggu ke-8, melalui pemeriksaan USG, dapat diketahui juga panjang,

kepala dan bokong (trown-sump lenghth/TRI) janin dan merupakan metode

yang akurat dalam menentukan usia kehamilan.

26
b. Tanda-tanda Mungkin Kehamilan

1) Reaksi Kehamilan Positif

Dasar dari tes kehamilan adalah pemeriksaan hormon Choriorlik

gonadottropin sub unti beta (beta heg) dalam urine. Jika terjadi

kehamilan terjadi reaksi antigen-antibodi dengan beta heg, sebagai anti

gen beta heg dapat di deteksi dalam darah dan urine mulai enam hari

setelah impatasi (penanaman embrio di dalam rongga rahim).

2) Tanda Hegar

Tanda Hegar yaitu sigmen bawah rahim melunak. Tanda Hegar

tanda ini mendapat pada dua pertiga kasus dan biasanya muncul pada

minggu keenam dan sepuluh serta terlihat lebih awal pada perempuan

yang hamilnya berulang. Pada pemeriksaan bimanual (di tengah),

sigmen bawah uterus terasa lebih lembek. Tanda ini sulit diketahui pada

pasien gemuk atau dinding ambdomen yang tegang.

3) Tanda Chadwick

Biasanya muncul pada minggu kedelapan dan terlihat lebih jelas

pada wanita hamil berulang tanda ini berupa perubahan warna. Warna

pada vagina dan vulva menjadi lebih merah dan agak kebiuan timbul

karena adanya vaskularisasi pada daerah tersebut.

4) Tanda Goodel

Biasanya muncul pada minggu ke enam dan terlihat lebih awal

pada wanita yang hamilnya berulang tanda ini berupa serviks menjadi

lebih lunak dan jika di lakukan pemeriksaan dengan speculum, serviks

terlihat lebih kelabu kehitaman.

27
5) Tanda Piscaseek

Uterus membesar secara simetris menjahui garis tengah tubuh

(setengah bagian terasa lebih keras dari yang lainnya) bagian yang lebih

besar tersebut terdapat pada tempat melekatnya (implantasi) tempat

kehamilan.

6) Tanda Braxton Hick

Tanda Braxton Hick, bila uterus dirangsang mudah berkontaksi.

Tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus

yang membesar tatapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri,

tanda ini tidak ditemukan.

c. Gejala Kehamilan Tidak Pasti (keluhan pasien)

1) Amenorhea

Amenorhea (tidak haid), gejala ini sangat penting diketahui

tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya

kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.

2) Mual dan muntah

Pengaruh estrogen dan progestron terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan, menimbulkan mual dan muntah tertutama

pada pagi hari yang disebut morning sickness, akibat mual dan muntah

nafsu makan berkurang.

3) Mengidam

Mengidam (minginginkan makanan atau minuman tertentu),

sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang dengan

makin tuanya kehamilan.

28
4) Pingsan

Pingsan sering di jumpai bila berada pada tempat-tempat ramai.

Di anjurkan tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bulan-bulan

pertama kehamilan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

5) Mammae menjadi tegang dan membesar

Memmae menjadi tengang dan membesar, keadaan ini sebabkan

pengaruh estrogen dan progestron yang merangsang duktuli dan alveoli

di mamma.

6) Anoreksia

Anoreksia (tidak ada nafsu makan), pada bulan-bulan pertama

setelah itu nafsu makan timbul lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai

salah pengertian makan untuk dua orang, sehingga kenaikan tidak

sesuai dengan tuanya kehamilan.

7) Sering Miksi

Sering kencing terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan

pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar.

8) Kontipasi/Obstipasi

Opstipsi terjadi karena tonus otot menurun karena di sebabkab

oleh pengaruh hormon steroid.

9) Hipertropi dan papila gusi (epulis)

Tanda berupa pembekakan pada gusi. Gusi tampak bengkak

karena peningktan jumlah pembuluh darah disekitar gusi, Epulis adalah

suatu hipertrofi papila ginggivae. Sering terjadi pada triwulan pertama.

29
10) Perubahan pada perut

Uterus tetap berada pada rongga panggul sampai minggu ke 12

setelah itu uterus mulai diraba di atas simfisis pubis.

11) Leukore (keputihan)

Tanda berupa peningkatan jumlah cairan vagina pada pengaruh

hormon cairan tersebut tidak menimbulkan rasa gatal, warnanya jenih

dan jumlahnya tidak banyak.

B. Keputihan

1. Pengertian Keputihan

Keputihan atau flour albus (leukorea, flour albus) adalah nama gejala

awal suatu penyakit yang cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang

tidak berupa darah. Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai

pada penderita ginekologik; adanya gejala ini diketahui penderita karena

terdapatnya sekret yang mengotori celananya (Saifuddin, 2014:27).

Keputihan adalah gejala keluarnya getah atau cairan vagina yang

berlebihan sehingga sering menyebabkan celana dalam basah (Pudiastuti, 2010).

Keputihan adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir

menyerupai nanah (Bahari, 2012:44).

Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor

albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina. Leukore adalah semua pengeluaran

cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan manifestasi klinik

berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak organ reproduksi. Pengertian lebih

khusus keputihan merupakan infeksi jamur kandida pada genetalia wanita dan

disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida albicans.

30
Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal

(fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi

pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara

hari ke 10-16 saat menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual.

Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua alat genitalia (infeksi bibir

kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan

pada infeksi penyakit hubungan seksual) (Manuaba, 2015:32-40).

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala

keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor

patologis. Gejala keputihan karena faktor fisiologis menurut (Katharini,

2017:62) antara lain :

a. Cairan dari vagina tidak kental

b. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal

c. Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak

Gejala keputihan karena faktor patologis antara lain

a. Cairan dari vagina keruh dan kental

b. Warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan

c. Berbau busuk, amis, dan terasa gatal

d. Jumlah cairan banyak

2. Etiologi Keputihan

Jenis keputihan dibagi menjadi dua macam yaitu keputihan fisiologis

(normal) dan keputihan patologis abnormal menurut (Rini, 2016:17) yaitu

diantaranya :

31
a. Keputihan Normal (fisiologis)

Keputihan fisiologis biasanya terjadi menjelang dan sesudah

menstruasi, mengalami stress berat, sedang hamil atau mengalami

kelelahan. Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuningan,

tidak berbau dan tidak terasa gatal. Keputihan semacam ini merupakan

sesuatu yang wajar sehingga tidak diperlukan tindakan medis tertentu.

Keputihan fisiologis terdiri dari cairan berupa mukus yang

mengandung banyak sel epitel dan leokosit yang jarang. Daerah kewanitaan

biasanya dipengaruhi oleh berbagai hormon terutama esterogen dan

progesterom dari berbagai organ seperti hipothalamus, hipofisis, ovarium

dan adrenal.

Hormon esterogen mengakibatkan maturasi epitel vagina, servik,

poliferasi stroma dan kelenjar sedangkan hormon progerteron akan

mengakibatkan fungsi sekresi. Beberapa ciri keputihan fisiologis adalah

1) Jumlah: wajar tidak terlalu banyak.

2) Warna: bening, cenderung tidak berwarna.

3) Bau: tidak berbau.

4) Gatal: tidak menimbulkan rasa gatal.

5) Waktu: saat hamil, sebelum atau sesudah menstruasi, saat ovulasi, jika

terangsang atau saat hubungan seksual, kelelahan, saat stres dan saat

mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB.

Keputihan fisiologis biasanya dapat di temukan menurut (Saifuddin,

2014:31) yaitu pada :

32
1) Kira-kira sampai 10 hari umur kelahiran bayi baru lahir, keadaan ini

disebabkan karena pengaruh hormon esterogen dari plasenta yang

berpengaruh terhadap uterus dan vagina janin.

2) Waktu sebelum dan setelah menarche, hal ini disebabkan karena

pengaruh perubahan peningkatan hormon esterogen, keputihan ini

biasanya akan hilang sendiri namun akan menyebabkan keresahan pada

orang tua anak tersebut.

3) Pada wanita dewasa yang mendapatkan rangsangan seksual, hal ini

dikarenakan pelebaran pembuluh darah pada vagina sehingga sekresi

kelenjar servik bertambah menyebabkan pengeluaran transudasi dari

dinding vagina yang berguna sebagai cairan pelumas saat melakukan

hubungan seksual.

4) Waktu sekitar terjadinya menstruasi, hal ini disebabkan pada

saat terjadinya ovulasi sekret dari kelenjar-kelenjar servik uteri

menjadi lebih encer dan sekresinya bertambah.

5) Wanita yang mengalami penyakit menahun seperti pada wanita dengan

neorosis dan ektropin porsionis uteri, hal ini di sebabkan karena

pengeluaran sekret pada servik uteri bertambah.

b. Keputihan Abnormal (patologis)

Keputihan patologis disebut keputihan dengan ciri-ciri jumlahnya

banyak, warnanya putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan, disertai

dengan rasa gatal dan pedih, terkadang berbau busuk atau amis. Keputihan

menjadi salah satu tanda atau gejala adanya kelainan pada organ reproduksi

wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip leher rahim, keganasan

(tumor dan kanker), serta adanya benda asing, namun tidak semua infeksi

33
pada saluran reproduksi wanita memberikan gejala keputihan. (Rini,

2016:20)

Keputihan patologis merupakan cairan eksudat yang terjadi akibat

adanya reaksi tubuh terhadap luka dan mengandung banyak leukosit.

Luka ini dapat diakibatkan karena infeksi mikroorganisme, benda asing,

neoplasma jinak, lesi pra kanker, dan neoplasma ganas. Berikut

beberapa ciri keputihan patologis :

1) Jumlah: berlebihan dan terus menerus.

2) Warna: putih susu,kekuningan, kuning kehijauan.

3) Bau: berbau amis sampai busuk.

4) Gatal: menimbulkan rasa gatal bahkan sampai perih, juga iritasi.

5) Waktu: tidak spesifik dan terjadinya terus menerus.

Keputihan abnormal ditinjau dari warna cairannya : Berikut adalah

ciri-ciri keputihan abnormal ditinjau dari warna cairannya menurut

(Bahari, 2012:36) yaitu :

1) Keputihan dengan cairan berwarna putih atau keruh

Keputihan yang memiliki warna seperti ini bisa jadi

merupakan tanda adanya infeksi pada gonorrhea. Akan tetapi, hal

tersebut harus didukung oleh tanda-tanda lainnya, seperti

pendarahan di luar masa menstruasi dan rasa nyeri ketika buang air

kecil.

2) Keputihan dengan cairan berwarna putih kekuningan dan

sedikit kental menyerupai susu.

Jika disertai dengan bengkak dan nyeri pada “bibir” vagina,

rasa gatal, serta nyeri ketika berhubungan seksual, keputihan

34
dengan cairan seperti susu tersebut bisa jadi disebabkan oleh adanya

infeksi jamur pada organ kewanitaan.

3) Keputihan dengan cairan berwarna cokelat atau disertai sedikit darah

Keputihan semacam ini layak diwaspadai karena sering kali

terjadi karena masa menstruasi tidak teratur. Apalagi, keputihan

tersebut disertai darah serta rasa nyeri pada panggul. Hal ini harus

diwaspadai karena bisa jadi penderita mengalami kanker servik

ataupun endometrium.

4) Keputihan dengan cairan warna kekuningan atau hijau, berbusa,

dan berbau sangat menyengat

Keputihan semacam ini disertai rasa nyeri dan gatal ketika

buang air kecil. Jika separti itu sebaiknya anda segera

memeriksakan diri ke dokter karena ada kemungkinan anda terkena

infeksi trikomoniasis.

5) Keputihan dengan cairan berwarna pink

Keputihan seperti ini biasanya terjadi setelah melahirkan, bila

anda mengalaminya segera konsultasikan ke tenaga kesehatan terdekat

6) Keputihan dengan cairan berwarna abu-abu atau kuning yang disertai

bau amis menyerupai bau ikan.

Keputihan semacam ini menunjukkan adanya infeksi bakteri

pada vagina. Biasanya, keputihan tersebut juga disertai rasa panas

seperti terbakar, gatal, kemerahan, dan bengkak pada “bibir” vagina.

35
3. Patogenesis Keputihan

Keputihan merupakan suatu gejala dari suatu penyakit dimana

organ reproduksi mengeluarkan sekresi yang berlebihan dan bukan

merupakan darah. Alat reproduksi wanita mengalami berbagai perkembangan

mulai dari bayi hingga menopouse. Keputihan merupakan suatu keadaan

fisiologis namun dapat berubah menjadi patologis bila vagina terinfeksi oleh

kuman penyakit seperti parasit, bakteri, jamur dan virus yang menyebabkan

keseimbangan flora normal vagina terganggu. Apabila keseimbangan

tersebut terganggu maka bakteri doderlein atau lactobacillus yang

menjadikan pH vagina asam dengan memakan glikogen yang dihasilkan oleh

esterogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya tidak dapat terjadi bila

pH vagina dalam keadaan basa. Keadaan pH vagina yang basa akan

menyebabkan bakteri patogen mudah berkembang biak dan menjadi subur

dalam vagina (Rini, 2016:22).

4. Sumber Keputihan

Dalam organ reproduksi terdapat tempat-tempat dimana dihasilkannya

sekret. Sekret ini apabila di produksi secara berlebihan nantinya akan

berubah menjadi keputihan yang bersumber menurut (Rini, 2016:23) yaitu dari :

a. Vulva

Sekret dalam vulva dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar batolini dan

skene. Sekret ini bertambah pada waktu perangsangan, misalnya sewaktu

coitus.

36
b. Vagina

Vagina tidak memiliki kelenjar dan dibasahi oleh transudat oleh

lendir dari servik. Dalam kehamilan cairan vagina bertambah secara

fisiologis.

c. Cervik

Sekret cervik yang normal bersifat jernih, liat dan alkalis. Sekret

ini dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium baik kwalitas ataupun

kwantitasnya. Sekret bertambah juga pada infeksi (cervicitis) yang

dipermudah kejadiannya oleh robekan servik dan tumor servik.

d. Corpus uteri

Hanya menghasilkan sekret pada masa post ovulator. Sekret

bertambah pada endometritis akut, kalau ada sisa plasenta, polyp,

myoma submucosa dan carcinoma.

e. Tuba

Walaupun jarang mengeluarkan flour albus, kadang-kadang dapat

terjadi pada hydrosalphing profleuf

Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala

penyakit, sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu

untuk mengetahui adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai

pemeriksaan cairan yang keluar dari alat genitalia tersebut. Pemeriksaan

terhadap keputihan meliputi pewarnaan gram (untuk infeksi jamur), preparat

basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau

pembiakan (menentukan jenias bakteri penyebab), dan pap smear (untuk

menentukan adanya sel ganas) (Manuaba, 2015:24).

37
5. Kestabilan ekosistem vagina

Kestabilan ekosistem dalam vagina dipengaruhi oleh menurut (Rini, 2016:

33) yaitu diantaranya :

a. Sekresi ( keluarnya lendir dari uterus).

b. Status hormonal : masa pubertas, kehamilan, menopause.

c. Benda asing : IUD, tampon, dan obat-obatan yang dimasukan melalui

Vagina

6. Faktor-Faktor Penyebab Keputihan

Faktor yang menyebabkan keputihan secara umum pada remaja putri usia

remaja awal sampai usia remaja akhir (11-20 tahun) antara lain :

a. Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organkewanitaan

setelah buang air kecil ataupun buang air besar.

b. Mengenakan pakaian berbahan sintetis yang ketat, sehingga ruang yang ada

tidak memadai sehingga menimbulkan iritasi pada organ kewanitaan.

c. Jarang mengganti panty liner

d. Kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan.

e. Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah yaitu dari belakang kearah

depan.

f. Aktivitas fisik yang melelahkan sehingga daya tahan tubuh melemah.

Keputihan juga bisa dipicu berdasarkan jenis keputihannya. Seperti

keputihan normal yang terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 10 hari

dikarenakan pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus, pengaruh

estrogen yang meningkat pada saat menarche, rangsngan saat coitus

mengakibatkan adanya pelebaran pembuluh darah di vagina. Adanya

38
peningkatan produksi pada mulut rahim saat masa ovulasi, mucus serviks yang

padat pada masa kehamilan.

Dalam (Chunningham, 2014:41) disebutkan ada sejumlah faktor

predisposisi penyebab terjadinya keputihan patologis diantaranya adalah :

a. Faktor pendukung

Kebiasaan personal hygiene, anemia, gizi rendah, kelelahan,

obesitas.

b. Faktor fisiologik

Hal ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor hormonal seperti

saat terjadinya ovulasi, sebelum dan sesudah haid, rangsangan seksual

dan emosi.

c. Faktor patologik

1) Infeksi

Infeksi dipicu oleh bakteri, kuman atau parasit

2) Vulvitis

Disebabkan oleh :

a) Kuman-kuman :sterptococus, staphylococus, haemophilus

vaginalis, bacil tbc, basil coli.

b) Protozoa :tricomonas vaginalis.

c) Cacing : oxyuris (pada anak)

3) Vaginitis

Vagina pada wanita dewasa sangat resisten terhadap infeksi yang

ditimbulkan oleh :

a) Bacil Doderlien

b) Micrococcus Catarrhalis

39
c) Bacil Coli

d) Kemungkinan infeksi lebih besar pada anak dan wanita Dalam

menoupose (vaginitis senilis)

4) Cervicitis

Oleh gonococcus, staphylococus dan streptococcus.

a) Endometritis

Terutama terjadi bila ada sisa plasenta atau neoplasma.

b) Sapingitis

Gonococcus, streptococcus, staphylococcus, basil tbc

d. Tumor alat gestasi

Keracunan obat yang masuk ke vagina, antiseptik, dan lainnya.

Penggunaan antibiotik yang berlebihan menyebabkan populasi bakteri

di daerah vagina ikut mati. Bakteri doderlein lactobacillus didaerah

vagina bertugas menghasilkan asam laktat agar jamur tidak dapat hidup.

Bila bakteri ini mati maka jamur akan tumbuh subur. Kebiasaan

menggunakan produk pencuci kewanitaan yang umumnya bersifat

alkalis juga dapat menurunkan keasaman daerah vagina. PH keasaman

normal antara 3,4 - 4,5 menurut (Rini, 2016:42) yaitu :

1) Benda asing : IUD, tampon.

2) Alergi : obat-obatan, sperma.

7. Pemeriksaan Keputihan

Menurut Bahari (2012:91), sebelum melakukan tindakan pengobatan,

perlu dilakukan langkah-langkah pemeriksaan guna mengetahui penyebab

keputihan. Berbagai langkah pemeriksaan tersebut dilakukan berdasarkan usia,

40
keluhan yang dirasakan, sifat-sifat cairan yang keluar, kaitannya dengan

menstruasi, ovulasi, serta kehamilan. Pemeriksaan bisa dilakukan secara

langsung dengan melihat vagina, muara kandung kemih, anus dan lipatan pada

paha. Bisa juga dilakukan pemeriksaan di laboratorium yang memadai dengan

cara mengambil sampel cairan keputihan dan sampel darah. Adapun

pemeriksaan dalam dilakukan terhadap wanita yang sudah menikah.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan speculum. Untuk melakukan

pemeriksaan lanjutan, bisa dilakukan tindakan biopsy, yaitu dengan cara

mengambil sel-sel yang lepas dengan cara mengeroknya dari selaput lendir

rahim.

8. Penyebab Keputihan

Beberapa mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya

keputihan diantaranya menurut (Cunningham, 2014:73) adalah sebagai berikut :

a. Jamur

Infeksi jamur yang menyebabkan keputihan yang paling sering

biasanya disebabkan oleh jamur candida albican atau monilia. Cairannya

berwarrna putih kental, bergumpal seperti butiran tepung, berbau agak

keras, kadang ada rasa nyeri saat bersenggama, edematosa disertai rasa

sangat gatal vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan

meradang. Pada saat dilakukan pemeriksaan klinis biasanya akan

dijumpai erosi akibat garukan karena rasa gatal.

Keputihan ini tidak hanya disebabkan karena infeksi menular seksual

namun juga bisa disebabkan karena proses hygiene yang buruk.

Keputihan ini biasanya juga dipicu oleh kehamilan, penyakit kencing

41
manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh. Bayi yang

baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat jamur candida ini karena

tanpa sengaja tertelan cairan ibunya yang adalah penderita saat

persalinan. Kelainan pada pria juga dapat ditemukan akibat infeksi dari

jamur ini adalah balanopisitis atau radang pada gland penis dan

pesarium.

b. Parasit

Jenis parasit yang paling sering menyebabkan keputihan adalah

jenis parasit Trichomonas Vaginalis. Parasit ini ditularkan terutama lewat

hubungan sex, sehingga termasuk salah satu dalam Penyakit Menular

Sexual (PMS). Dapat pula ditularkan lewat perlengkapan mandi, atau

bibir kloset yang sudah terkontaminasi. Ciri-cirinya keputihan sangat

kental, berbusa berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir.

Keputihan ini tidak menyebabkan gatal tapi nyeri jika liang vagina

ditekan.

c. Bakteri

a) Grandnerella

Sebagian besar wanita yang mengalami infeksi vagina bakterial

tanpa gejala-gejala berarti disebabkan oleh bakteri ini. Infeksi kuman

ini menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik. Bakteri ini

mengisi penuh sel epitel vagina membentuk khas clue cell yang

mengubah asam amino menjadi senyawa amin. Keputihan biasanya

encer, berwarna putih keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis.

Bau akan semakin membusuk setelah melakukan hubungan sexual

disertai rasa tidaknyaman pada perut bagian bawah. Jika ditemukan

42
iritasi daerah vagina seperti gatal biasanya bersifat lebih ringan dari

pada keputihan yang disebabkan oleh candida albikan atau

tricomonas vaginalis.

b) Gonococus

Penyakit yang biasanya disebabkan oleh bakteri ini adalah

ghonorea. Penyakit ini ditularkan akibat hubungan seksual (PMS).

Bakteri gonococus yang purulen memiliki silia yang dapat

menempel pada jaringan mukosa vagina dan sel epithel uretra.

Penyebaran infeksi bakteri ini sangat cepat, sehingga pada hari ke tiga

bakteri tersebut sudah dapat menyebar mencapai jaringan ikat di bawah

ephite dan menyebabkan reaksi radang.

c) Clamidia tracomatis

Penyakit ini detularkan lewat hubungan seksual. Clamidia

merupakan organisme intraselular obligat. Pada manusia bakteri ini

umumnya berkoloni secara lokal di oermukaan mukosa, termasuk

mukosa servik. Infeksi oleh kuman ini menyebabkan produksi

mukus dalam jumlah besar. Penyakit yang paling sering disebabkan

oleh bakteri ini adalah peyakit mata tracoma, radang pelvis, KET,

infertilitas.

d) Tarponema parlidum

Bakteri ini sifatnya bergerak aktif dan berbentuk spiral.

Infeksi yang paling sering disebabkan oleh bakteri ini adalah sipilis

yang ditandai dengan condilomata pada vulva dan vagina.

43
e) Virus.

Keputihan akibat infeksi virus juga sering disebabkan

oleh penyakit kelamin seperti condyloma acuminata, herpes,

HIV/AIDS. Infeksi akibat condyloma acuminata ditandai dengan

timbulnya kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan yang

sangat bau namun tidak menyebabkan gatal. Penyakit ini sering

menjangkiti wanita hamil. Virus herpes ditularkan lewat hubungan

badan. Gejalanya seperti luka melepuh, terdapat disekeliling liang

vagina, mengeluarkan cairan gatal dan terasa panas. Perlu

diwaspadai jika keputihan akibat virus, kerena virus dapat menjadi

salah satu faktor pemicu kanker rahim.

9. Pencegahan Keputihan

Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari

keputihan (Bahari, 2012:25) yaitu:

a. Menghindari berganti-ganti pasangan hubungan seksual.

b. Menjaga kebersihan alat kelamin.

c. Menggunakan pembersih yang tidak mengganggu kesetabilan pH disekitar

vagina.

d. Membilas vagina kearah yang benar.

e. Menghindari pemakaian bedak pada vagina.

f. Menghindari membilas vagina ditoilet umum.

g. Mengeringkan vagina sebelum menggunakan celana dalam.

h. Mengurangi konsumsi makanan manis.

44
i. Memilih celana dalam yang tidak terlalu ketat dan mudah menyerap

keringat.

j. Menghindari berganti-ganti celana dalam dengan orang lain.

k. Sering mengganti pembalut ketika haid.

l. Gunakan kondom ketika hendak berhubungan seksual jika sudah terkena

keputihan.

m. Menggunakan obat yang mengandung estrogen bagi wanita yang sudah

memasuki masa menopause.

n. Melakukan pemeriksaan papsmear secara rutin bagi yang sudah menikah.

10. Pengobatan Keputihan

Keputihan merupakan gejala dari suatu penyakit yang penanganannya

harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi yang

lebih serius dan menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti

kanker servik yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer,

berwarna merah muda, coklat mengandung darah, atau hitam yang disertai

bau busuk. Pengobatan untuk keputihan tergantung pada penyebab dari gejala

infeksi menurut (Bahari, 2012:25) dengan ketentuan :

a. Jika keputihan masih ringan, bisa menggunakan air rebusan daun sirih

seperlunya. Penggunaan berlebihan akan mematikan flora normal dan

mengganggu keasaman vagina. Konsultasi ke dokter, sehingga akan

diperoleh cara pengobatan paling tepat untuk mengatasi gangguan keputihan

patologis dan infeksi sesuai dengan penyebabnya. Jenis obat dapat berupa

sediaan oral tablet atau kapsul, topical seperti krim yang dioleskan dan yang

langsung dimasukkan ke liang vagina.

45
b. Bagi yang sudah menikah/berkeluarga dan melakukaan hubungan seksual

secara rutin, lakukan pemeriksaan papsmear.

c. Jika positif terkena virus, bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan mulut rahim.

Sebagai penunjang dilakukan pula tes urin dan tes darah.

d. Melakukan pola hidup sehat agar daya tahan tubuh mendukung proses

pengobatan.

Menurut (Bahari 2012:27), pengobatan keputihan terdiri dari :

a. Pengobatan Moderen

Jika penyebab keputihan adalah infeksi, ada beberapa tindakan

pengobatan moderen yang bisa dilakukan, diantaranya :

1) Obat - obatan

a) Asiklovir, untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh virus

herpes.

b) Podovilin 25%, untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh

kondiloma.

c) Larutan asam Thrikloro-Asetat 40-50% atau salep Asam

Salisilat20-40% (digunakan dengan cara dioleskan)

d) Metronidazole, untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh

bakteri Comonas Vaginalis dan Gardnerella.

e) Nistatin, miconazole, klotrimazole, dan friconazole, untuk

mengobati keputihan yang disebabkan oleh jamur candida albican.

2) Larutan Antisptik

Larutan antiseptik hanya berfungsi membersihkan cairan

keputihan yang keluar dari vagina, larutan ini tidak bisa membunuh

46
penyebab infeksi ataupun menyembuhkan keputihan yang diakibatkan

oleh penyebab lainnya.

3) Hormon Estrogen

Hormon estrogen yang diberikan biasanya berbentuk tablet dan

krim. Pemberian hormon ini dilakukan terhadap penderita yang sudah

memasuki masa menopause atau usia lanjut.

4) Operasi Kecil

Operasi kecil perlu dilakukan jika penyebab keputihan adalah

tumor jinak, misalnya papilloma.

5) Pembedahan

Metode pengobatan ini dilakukan jika penyebab keputihan adalah

kanker serviks atau kanker kandungan lainnya.Selain itu metode

pengobatan ini juga dilakukan dengan mengacu pada stadium

kankernya.

6) Pengobatan Tradisional

Metode pengobatan tradisional dilakukan dengan memanfaatkan

beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat ditemui dengan mudah di

alam sekitar, berikut ini:

1. Daun sirih di rebus dalam air panas lalu didiamkan hingga dingin

untuk membersihkan daerah vagina. Lakukan setiap hari pagi dan

sore hari (2 kali sehari).

C. Daun Sirih

1. Pengertian Daun Sirih

Sirih merupakan tanaman terna, tumbuh merambat atau menjalar

menyerupai tanaman lada. Tinggi tanaman sirih bisa mencapai 15 m, tergantung

47
pada kesuburan media tanam dan rendahnya media untuk merambat. Batang

berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat, berkerut, dan beruas yang

merupakan tempat keluarnya akar.

Daun berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling,

bertangkai, teksturnya agak kasar jika diraba, dan mengeluarkan bau yang sedap

(aromatis) jika diremas. Panjang daun 6-17,5 cm dan lebar 3,5-10 cm. Warna

daun sirih bervariasi, dari kuning, hijau, sampai hijau tua.

Daun sirih (Piper betle L) termasuk jenis tumbuhan merambat dan

bersandar pada batang pohon lain. Daun sirih mengandung minyak atsiri,

chavikol yang menyebabkan daun sirih memiliki bau yang khas dan memilik

khasiat untuk membunuh bakteri. Tanaman ini bermanfaat untuk mencegah

berbagai penyakit, yakni: diabetes, mengatasi mimisan, luka bakar, asma, infeksi

kerongkongan, bronchitis, dan keputihan (Suparni & Wulandari, 2012).

Daun sirih (Piper betle linn) termasuk suku Peiperaceae. Bagian yang

digunakan adalah daunnya. Di dalam daun sirih terdapat minyak atsiri yang

mengandung senyawa yang mempunyai khasiat antibakteri yang kuat, yang

disebut sebagai "kavikol" dan "kavibetol". Anti bakteri itu juga terdapat dalam

rebusan sirih dalam air. Daun sirih dalam pengobatan tradisional biasanya

digunakan untuk pertolongan pertama dalam pengobatan pertama dalam

pengobatan sehari-hari, terutama sebgai antiseptik (Koensoemardiyah, 2010).

2. Jenis-jenis Daun Sirih

Berdasarkan bentuk daun, rasa, dan aromanya, sirih dibedakan menjadi

beberapa jenis. Di Indonesia ada beberapa jenis, yakni sirih jawa, sirih banda,

sirih cengkih, dan sirih hitam atau sirih keling. Sirih jawa selain ditemukan di

Jawa, ditemukan juga di Maluku. Daun sirih jawa berwarna hijau tua dan

rasanya tidak begitu tajam. Sirih banda banyak tumbuh di Banda, Seram, dan

48
Ambon. Sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning di beberapa

bagian, rasa serta aroma atau baunya sengak. Sirih cengkih berdaun kecil,

berwarna kuning, dan rasanya tajam menyerupai rasa cengkih. Sirih hitam

rasanya sangat sengak, biasanya digunakan untuk campuran obat.

3. Aroma dan Rasa Daun Sirih

Aroma dan rasa daun sirih yang khas, sedap, pedas, sengak, tajam, dan

merangsang disebabkan oleh kavikol dan betlephenol yang terkandung dalam

minyak atsiri. Kedua zat tersebut merupakan kandungan terbesar minyak atsiri

yang ada dalam daun sirih. Di samping itu, "ktor lain yang menentukan aroma

dan rasa daun sirih adalah jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar

matahari yang sampai ke bagian daun, dan kondisi dedaunan bagian atas

tumbuhan. Biasanya, daun sirih untuk dimakan merupakan daun-daun yang

melintang di bagian atas dahan.

4. Kandungan Daun Sirih

Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betlephenol,

kavikol, seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol, dan

karvakrol. Beberapa penelitian ilmiah menyatakan bahwa daun sirih juga

mengandung enzim diastase, gula, dan tanin. Biasanya, daun sirih muda

mengandung diastase, gula, dan minyak atsiri lebih banyak dibandingkan

dengan daun sirih tua. Sementara itu, kandungan taninnya relatif sama.

5. Pengolahan

Perebusan merupakan proses pemasakan suatu bahan hingga mendidih.

Tanaman herbal dapat pula direbus dalam mengolahannya. Hal ini dikarenakan

kandungan senyawa aktif dan minyak atsiri dalam daun sirih yang terkandung di

dalamnya akan keluar dan larut dalam air (Erliza, Ersa, Muhammad, 2006: 91).

Dalam perebusan tanaman herbal umumnya menggunakan wadah dari bahan

49
anti karat, tanah liat, kaca atau email. Perebusan ini dilakukan untuk proses

terjadinya pemindahan senyawa-senyawa aktif dari simplisia ke dalam air

rebusan (Purwanto, 2013).

a. Alat dan Bahan

1) Daun sirih segar sebanyak 20 gram (12 lembar)

2) Air 600 cc untuk merebus daun sirih

3) Periuk yang terbuat dari tanah liat

4) Gelas takar

5) Timbangan

6) Saringan

b. Cara Pengolahan

1) Daun sirih yang telah dipilih, ditimbang dan dicuci terlebih dahulu

dengan air sampai bersih.

2) Daun sirih yang telah dicuci bersih dipotong-potong hingga ukurannya

menjadi lebih kecil.

3) Daun sirih yang telah dipotong kemudian dimasukan ke dalam periuk

lalu tambahkan air 600 cc yang telah disediakan.

4) Rebus daun sirih dengan api sedang hingga +15 menit (air berkurang

dari keadaan semula).

5) Setelah itu hasil rebusan daun sirih dibiarkan sampai dalam kondisi

hangat, lalu disaring. Air rebusan ini akan berwarna kuning kehijauan

dan jernih.

6) Air rebusan tuangkan ke dalam wadah dan siap untuk di gunakan.

50
D. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah

yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian

pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang

digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui

tindakan logika dalam memberi pelayanan.

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan

dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah menurut (Gusti Nella,

2019:74) yaitu :

a. Pengkajian

Menilai engkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk

menilai keadaan klien, yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan

klien, pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan

sekarang, pemeriksaan laboratorium.Semua data tersebut di atas harus

memberikan informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan

menggambarkan kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi Diagnose/Masalah Actual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan

masalah. Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya

mempunyai pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan

dengan apa yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan yang

51
ia rasakan sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering

diidentifikasi oleh bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor

potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika

memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan

pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

d. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama

klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data

baru segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan

darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

e. Rencana Asuhan Kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien

serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi

antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu

mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana

tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan

klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan

dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa

secara teoritis.

f. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan

oleh bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim

kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

52
g. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi

ini dilakukan pada setiap langkah kebidanan.Pada tahap evaluasi bidan

harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang

diberikan kepada klien.

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Menurut (Gusti Nella, 2019:75), alur berfikir bidan saat menghadapi klien

meliputi 7 langkah. Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang

bidan melalui proses berfikir sistemtis, didokumetasikan dalam bentuk subjektif,

objektif, assesmen, planning (SOAP) yaitu :

a. Data Subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata

mencakup nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta

keluhankeluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien

atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi,

palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah

yang mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan

sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan

ibu.

53
d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan

oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah

pasien/klien.

E. Evidence Based Midwifery

1. Pengertian Evidence Based Midwifery

Evidence Based Midwifery (EBM) adalah usaha meningkatakan mutu

informasi yang dijadikan dasar pengambilan keputusan pelayanan kesehatan,

EMB membentu peraktisi untuk menghindari kelebihan informasi, tetapi pada

saat yang sama mencari dan menerapkan informasi yang paling berguna

(Kusumawardani & Rafhani, 2020:1)

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru

dunia.Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi

(Jayanti, 2020:20).

2. Tujuan Evidence Based Midwifery

Implementasi praktik berbasis bukti mempunyai maksud untuk

memberikan respon terbaik dan menambah derajat asuhan kebidanan.

Pentingnya untuk melaksanakan sebuah Evidence Based Midwiferyyaitu

cikal bakal atau merupakan kondisi utama terbentuknya bidan professional yang

memerlukan strategi untuk dapat meningkatkan keahlian, keterampilan dan

pengetahuan serta pemahaman yang bertahap terhadap kasus nyata yang terjadi

di lapangan atau di masyarakat (Kusumawardani & Rafhani, 2020:3)

54
3. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence

based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu

hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta

bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

4. Kategori Evidence Based

Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017),

Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

Temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam

waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi

terbukti memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi

kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus

yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat

diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

5. Sumber Evidence Based Midwifery

55
Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet

maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD.Situs

internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula

yang public domain.

F. Teori EBM (Evidence Based Midwifery) Terhadap Keputihan Fisiologis

Kehamilan

a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Flour Albus pada Ibu

Hamil

Keputihan adalah keluarnya cairan berlebihan dari jalan lahir atau

vagina. Angka kejadian keputihan pada wanita di dunia mencapai 75%,

sedangkang di Indonesia wanita yang mengalami keputihan mencapai 70%

termasuk ibu hamil.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya flour albus (keputihan) pada ibu hamil di RSUD

Kota Kendari Tahun 2018. Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian

ini adalah case control. Sampel pada peneltian ini berjumlah 30 responden

dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Analisis yang

digunakan pada penelitian ini yaitu analisis bivariat dengan rumus uji Chi

Square dan melihat nilai OR (odd ratio).

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden

mengalami flour albus sebanyak 15 (50,0%) responden. Variabel tingkat

pengetahuan nilai p=0,666 > a (0,05) menunjukkan tidak ada hubungan tingkat

pengetahuan dengan kejadian flour albus pada ibu hamil di RSUD Kota Kediri

tahun 2018 dan variabel gravida nilai p= 0,269 artinya tidak terdapat hubungan

gravida dengan kejadian flour albus pada ibu hamil di RSUD Kota Kediri

Tahun 2018.

56
b. Hubungan Sikap Dan Pengetahuan Ibu Hamil Dalam Perawatan Keputihan Di
Puskesmas Gedong Tataan Tahun 2020

Keputihan pada ibu hamil merupakan hal yang fisiologi, namun bila tidak

dimanajemen dengan baik dapat mengakibatkan keputihan patologis.

Pengetahuan dan sikap memiliki peran penting dalam mencegah keputihan

selama kehamilan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan

Pengetahuan dan Sikap Ibu hamil dalam Perawatan Keputihan di Puskesmas

Gedong Tataan tahun 2019.

Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional. Subjek penelitian ini adalah ibu hamil yang mengalami

keputihan ketika penilitian berlangsung dengan jumlah 38 orang yang dengan

teknik simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2019.

Pengumpulan data menggunakan data primer yaitu dengan cara membagikan

lembar kuesioner yang telah di uji validitas dan reliabilitas. Uji yang digunakan

dalam analisis ini adalah uji chai square.

Hasil ada hubungan antara pengetahuan dengan perawatan keputihan di

Puskesmas Gedong Tataan tahun 2019. Berdasarkan nilai OR didapatkan

25,667, yang berarti ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang berisiko 25

kali untuk memiliki perawatan buruk bila dibandingkan dengan ibu yang

memiliki pengetahuan baik. Ada hubungan antara sikap ibu hamil dengan

perawatan keputihan di Puskesmas Gedong Tataan tahun 2019. Berdasarkan

nilai OR didapatkan 17,5, yang berarti ibu hamil yang memiliki sikap negative

berisiko 17 kali untuk memiliki perawatan buruk bila dibandingkan dengan ibu

yang memiliki sikap yang positif. Kesimpulan: Pengetahuan dan sikap

57
berhubungan dengan Perawatan Keputihan di Puskesmas Gedong Tataan tahun

2019

c. Faktor perilaku meningkatkan resiko keputihan Tahun 2020

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

secara utuh. Kebersihan daerah kewanitaan bagi perempuan sangat penting

karena dapat membuat wanita merasa nyaman dan dapat mencegah dari

penyakit serta infeksi menular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan faktor perilaku (kebiasaan berkemih, penggunaan iritan, kebiasaan

pada saat menstruasi, penggunaan pakaian dalam), dan faktor lingkungan

(kebersihan toilet) dengan kejadian keputihan pada mahasiswa Akademi

Kebidanan Prestasi Agung.

Penelitian ini menggunakan jenis analitik dengan pendekatan

crosssectional, Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Akademi Kebidanan

Prestasi Agung sebanyak 190 mahasiswa, analisis bivariat menggunakan chi

square. Penelitian ini menjukkan bahwa 134 (70.5%) responden mengalami

keputihan, ada hubungan yang bermakna antara penggunaan iritan dengan

keputihan (p value=0.000 dan OR= 27.7), ada hubungan yang bermakna antara

kebiasaan berkemih dengan keputihan (p value=0.000 dan OR= 34), ada

hubungan yang bermakna antara penggunaan pakaian dalam dengan keputihan

(p value=0.002 dan OR= 36), ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan

menstuasi dengan keputihan (p value=0.006 dan OR= 2.9). Penggunaan iritan,

kebiasaan berkemih, pakaian dalam dan kebiasaan berkemih merupakan faktor

risiko dari keputihan.

58
d. Perawatan Organ Reproduksi Dan Kejadian Keputihan Pada Ibu Hamil

Tahun 2015

Ibu hamil cenderung mengalami gangguan keputihan. Keputihan pada

ibu hamil disebabkan oleh jamur dan Bacterial Vaginosis. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan organ reproduksi dengan

kejadian keputihan. Desain penelitian pendekatan Cross Sectional.

Populasinya adalah ibu hamil di Poliklinik Kandungan dan Kebidanan

Rumah Sakit Baptis Kediri. Jumlah subjek 46 Responden, subjek diambil

dengan purposive sampling, variabel independen yaitu perawatan organ

reproduksi, variabel dependen ialah kejadian keputihan. cara mengambil data

dengan kuesioner, data di analisa menggunakan uji Mann-Whitney dengan

nilai signifikansi α <0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan

organ reproduksi dilakukan dalam kategori cukup (100%), kejadian keputihan

patologis (85,4%).

Hasil analisis menunjukan bahwa tidak ada hubungan perawatan organ

reproduksi dengan kejadian keputihan pada ibu hamil di Poliklinik Kandungan

dan Kebidanan Rumah Sakit Baptis Kediri (p =1,000). Kesimpulan perawatan

organ reproduksi tidak ada hubungan dengan kejadian keputihan pada ibu

hamil di Poliklinik Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit Baptis Kediri.

Perawatan organ reproduksi cukup pada ibu hamil tetap mengalami keputihan

patologis.

59
e. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny “L” Dengan Kehamilan

Normal Di Pbm Siti Zulaikah, Sst Desa Jogoroto Kecamatan Jogoroto

Kabupaten Jombang

Setiap kehamilan tidak selalu berjalan dengan normal atau tanpa keluhan.

Flour Albusmerupakan salah satu ketidaknyamanan yang banyak di alami oleh

ibu hamil pada TM II dan TM III. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya flour Albus, salah satunya karena peningkatan pengeluaran cairan

vagina dari pada biasanya yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar

hormon estrogen. Solusi untuk kehamilan dengan keluhan Flour Albus untuk

mengganti celana dalam jika basah dan lembab (karena wanita hamil menjadi

lebih sering buang air kecil).

Tujuan ini adalah memberikan asuhan secara komprehensif pada ibu

hamil, bersalin, nifas, BBL, Neonatus, dan KB. Metode, Asuhan dalam LTA

ini adalah dengan wawancara, observasi, dan penatalaksanaan asuhan. Subyek

dalam asuhan ini adalah Ny. “L” UK 24 minggu dengan Flour Albus di PBM

Siti Zulaikah, SST Desa jogoroto kecamatan Jogoroto kabupaten jombang.

Hasil asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny ”L” selama

kehamilan trimester III dengan keluhan Flour Albus tidak ditemukan adanya

komplikasi saat kehamilan, pada persalinan dengan persalinan spontan, pada

masa nifas dengan nifas normal tanpa ada penyulit, pada BBL dengan BBLN,

pada neonatus dengan neonatus fisiologi dan pada KB ibu menjadi akseptor

baru KB suntik 3 bulan.

Kesimpulan dari asuhan kebidanan secara komprehensif ini didapat

dengan melakukan asuhan kebidanan secara mandiri dan kolaborasi serta

penanganan secara dini, tidak ditemukan adanya penyulit dari mulai

60
kehamilan, persalinan, nifas, dan neonatus. Pemberian Layanan Asuhan

Kebidanan Bidan Siti Zulaikah, SST sudah baik, oleh karena itu perlu di

pertahankan kualitas pelayanan yang sudah baik.

f. Terapi Rebusan Air Daun Sirih Pada Ibu Hamil Dengan Pengeluaran

Cairan Pervaginam Berupa Keputihan Dengan Di Klinik Pratama Putri

Asih Tahun 2020.

Ibu hamil cenderung mengalami gangguan keputihan. Keputihan pada

ibu hamil disebabkan oleh jamur dan Bacterial Vaginosis. Laporan kasus ini

bertujuan untuk melakukan asuhan kebidanan secara menyeluruh dan

berkesinambungan melalui pendekatan manajemen kebidanan serta

mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan pada ibu hamil dengan

teknik rebusan air daun sirih selama 3 hari yang di laksanakan di Klinik

Pratama Putri Asih pada tanggal 15 September 18 September 2020..

Asuhan yang diberikan pada ibu hamil dengan keluhan keputihan yang

bersifat fisiologis dapat diberikan asuhan agar tidak menjadi keputihan

patologis Salah satu asuhan yang dapat diberikan adalah Terapi Rebusan Daun

Sirih yaitu mengajarkan ibu untuk membasuh vagina dengan cara yang benar,

dari gerakan depan ke belakang, menganjurkan ibu untuk mengganti celana

dalam setiap kali jika basah atau setelah BAB atau BAK, dan membersihkan

dengan Rebusan Air Daun Sirih, memeritahu ibu untuk memperhatikan

kebersihan lingkungan dengan membersihkan bak mandi, ember, I menara air

dan bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari berkembangbiak nya

kuman, menganjurkan ibu untuk memakai pakaian dalam dari bahan katun dan

mudah menyerap dan menganjurkan ibu untu meningkatkan daya tahan tubuh

dengan makan buah dan sayur (Wikni sastro,2009) dan (Hani, 2011)

61
Dari asuhan yang diberikan kepada Ny.D pada tanggal 15 September 20020

dan 18 September 2020 dilakukan 2 kali kunjungan dengan rentang waktu 3 hari

dengan terapai rebusan air daun sirih pada ibu hamil. Setelah dilakukan asuhan

selama 2 kali kunjungan tersebut maka hasil yang didapat pada kajian terakhir yaitu

keputihan ibu sudah mulai berkurang, sudah encer dan berwarna bening bintik

merah sudah mulai berkurang dan tidak memakai pantyliner lagi.

62
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA IBU HAMIL


NY. “N” 36 TH G3P2AOH2 HAMIL 37-38 MINGGU

RS/PUSKESMAS/RB/BPS : PMB Supiyani Pj. Ruangan :-


Tanggal/Pukul Pengkajian : 30-09-2022/17:00 NOMOR RM :-

Mahasiswa : Tri Susanti Sumber Informasi Tempat Pelayanan

NIM : PO712422220001 Teman Keluarga

Pembimbing : Supiyani, S.Tr.Keb √ Nakes Sendiri

A. Identitas Pasien

1. Biodata

ISTRI SUAMI

Nama Klien/Ibu : Nn. “N“ Tn. “E“

Umur : 36 Tahun 34 tahun

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : IRT Wiraswasta

Alamat Rumah : RT 44 Kasang Pudak RT 44 Kasang Pudak

No.Telp/ Hp :- -

Bahasa : Jawa Jawa

63
2. Data Subjektif

a. Tujuan Kunjungan : Ingin priksa kandungan

b. Keluhan : Ibu mengatakan keluar cairan putih dan bening

dari kemaluannya tidak gatal dan tidak berbau

c. Riwayat Menstruasi :

1) Menarche : 14 Tahun

2) Lama Menstruasi : 7 hari

3) Konsistensi : Cair

4) Siklus : 28 hari (teratur/tidak)

5) Dismenorhoe : Tidak ada

6) Frekuensi Ganti Duk : 3 x sehari

d. Riwayat Perkwinan

1) Perkawinan ke :1 , kawin : 2010

2) Lamanya : 12 tahun

e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

No Tgl/Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan

Partus Partus Hamil Persalinan Persalinan Kel/BB Sekarang

1 2012 PMB Aterm Normal Bidan Tidak ada LK/3000gr Sehat

2 2017 PMB Aterm Normal Bidan Tidak ada PR/3100gr Sehat

3 I N I

64
f. Riwayat Kehamilan Sekarang

1) G : 3 P :2 A:0 H :2

2) HPHT : 10-01-2022

3) Tafsiran persalinan : 17-10-2022

4) Pemeriksaan kehamilan pertama kali oleh : Bidan

5) Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan : 2x

6) Gerakan janin

a) Gerakan Janin dirasakan pertama kali sejak : 16 minggu

b) Gerakan Janin dalam 24 jam terakhir : Lebih dari 24x

7) Tanda Bahaya

a) Perdarahan pervaginam : Tidak ada

b) Bengkak pada wajah, tangan / kaki : Tidak ada

c) Demam tinggi : Tidak ada

d) Keluarair ketuban : Tidak ada

e) Bayi tidak bergerak : Tidak ada

f) Muntah terus menerus : Tidak ada

8) Keluhan

a) Hamil Muda : Mual, muntah

b) Hamil tua : Tidak ada

c) Gerakan Janin : Ada

9) Kekhawatiran - kekhawatiran khusus : Tidak ada

10) Obat – obatan yang di konsumsi : Fe, Vit C, kalk

11) Riwayat Imunisasi

 TT Bayi Tanggal : Ada

 TT SD Tanggal : Ada

65
 TT Caten Tanggal : Ada

 TT Hamil I Tanggal : Ada

 TT Hamil II Tanggal : Tidak ada

g. Riwayat Penyakit/operasi yang lalu : (jenis penyakit, dimana dan

kapan)

Tidak ada

h. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang

pernah menderita penyakit

Kangker Penyakit hati Hipertensi

Myoma Epilepsy Kelainan bawawan

DM Alergi Peny. Ginjal

Hamil kembar
√ Lain-lain : Tidak ada

i. Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi

Infertilitas Infeksi virus PMS

Myoma Polip servix Kangker kandungan

Servisitis kronis Endometriosis

Operasi kandungan Lain-lain : -

66
j. Riwayat Keluarga Berencana

Metode KB yang pernah dipakai : KB Suntik Lama : 5 tahun

Komplikasi/masalahan : Tidak ada

k. Pola Makan/minum

Makan : 1-3 kali/hari

Minum : 7-8 kali/hari

Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi : Nasi, ayam, tahu,

tempe, air putih, teh, kopi dan lain-lain

l. Pola Eliminasi

BAB : 1-2 kali/hari

BAK : 3-4 kali/hari

Kelainan/masalah yang ditemukan pada pola eliminasi : Tidak ada

m. Pola Istirahat

Tidur : 6-7 jam/hari, Tidur terakhir jam : 22:00 WIB

Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola istirahat : Tidak

ada

n. Pola Seksualitas

Frekuensi : 2-3 x/minggu

Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola seksualitas : Tidak ada

m. Riwayat Psikososial

Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : Tidak ada

√ Diharapkan Tidak diharapkan

Alasan : Ingin punya anak

67
Social support dari :

√ Suami Orang tua Mertua Keluarga lain

Masalah Psikososial :

Kekerasan RT Fisik

√ Dan lain-lain : Tidak ada

n. Perilaku Kesehatan :

Penggunaan miras √
: Ada Tidak

Penggunaan zat : √
Ada Tidak
adiktif Merokok Ad Tidak

: a

Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan :

Mememakai benda tajam

√ Lain-lain : Tidak ada

Membawa tumbuh-tumbuhan

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Sikap tubuh Lordosis Kiposis


:

Scolios √ Normal

d. Tanda-tanda Vital

1) TD : 110/80 mmHg

2) Nadi :78 x/i

68
3) RR : 21 x/i

4) Suhu : 36 oC

69
Turgor √ Bai Kurang Jelek
: k

TB : 156 cm

BB sebelum hamil : 57 kg

BB sekarang : 63 kg

Kenaikan BB selama hamil : 6 kg

LILA : 26 cm

e. Kepala

1) Keadaan Rambut

 Kebersihan : Bersih

 Ketor : Tidak ada

 Rontok : Tidak ada

 Lain-lain : Tidak ada

2) Mata

 Sclera : Tidak ikterus

 Konjungtiva : Tidak pucat

 Penglihatan : Jelas

 Alat bantu : Tidak ada

3) Muka

 Hiperpigmentasi : Tidak ada

 Edema : Tidak ada

 Lain-lain : Tidak ada

4) Mulut dan Gigi

 Bibir : Tidak pecah-pecah

 Gigi : Tidak ada karies

70
 Lidah : Bersih

 Stomatis : Tidak ada

5) Telinga

 Kelainan : Tidak ada

 Alat bantu dengar : Tidak ada

f. Leher

1) Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada

2) Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada

3) Pembesaran vena jugularis : Tidak ada

g. Payudara

1) Pembesaran : Simetris

2) Bengkak : Tidak ada

3) Puting susu : Menonjol

4) Areola mamme : Hyperpigmentasi

5) Pengeluaran : Tampak kolostrum

h. Abdomen

1) Bekas luka operasi : Tidak ada

2) Pembesaran : Sesuai usia kehamilan

3) Gerakan janin : Ada

4) Striae : Alba

5) Linea : Nigra

6) Palpasi √ Kelembutan Pembesaran hati/lien


:

Mass

Suprapubis tenderness

71
- Leopold I : TFU 31 cm pada bagian fundus teraba bundar, lunak

dan tidak melenting yaitu bokong janin.

- Leopold II : Pada sisi kiri perut ibu teraba bagian keras memanjang

seperti memapan yaitu punggung janin sedangkan pada

dinding perut ibu sebelah kanan teraba tonjolan-tonjolan

kecil yaitu ekstremitas janin.

- Leopold III: Pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan

melenting yaitu kepala janin dan kepala masih bisa di

goyangkan.

- Leopold IV: Kepala belum masuk PAP

7) TFU : 31 cm

8) TBBJ : 3.100 gram

9) Lain-lain : Tidak ada

10) Auskultasi

 DJJ : (+)

 Frekuensi : 145 x/i

 Punctum Maximum : Puki

 Punggung dan pinggang :

CVAT Ada √ Tidak ada


Nyeri Ketuk Ada Tidak ada

11) Ekstremitas

 Cacat : Tidak cacat

 Edema : Tidak ada


 Reflek : (+/+)
Patela

72
 Akral : Normal

12) Pengeluaran Vulva

Darah √ Lendir Air

ketuban Tanda-tanda PMS : Tidak ada

Skene Bartholini Lymfe

Palpasi Pembekakan

kelnjer Lain-lain : Tidak

ada

4. Pemeriksaan Penunjang

a. HCG : - Hb: gr/dl CT/BT: - Ht :-

b. Gol. Darah : Tidak ada Tempat/tgl : -

Lain-lain : Tidak ada

c. Urine : Tidak

ada Lain-lain : Tidak

ada

d. CTG : Tidak ada

e. USG : Tidak ada

f. Ro : Tidak ada

B. Interprestasi Data

G3P2A0H2 usia kehamilan 37- 38 minggu janin tunggal, hidup, intra uterin,

dengan keputihan fisiologis.

73
C. Identefikasi Diagnosa dan masalah Potensial

Potensial terjadinya :

1. Keputihan Patologis

DS : Ibu mengatakan usia kehamilannya ± 9 bulan.

DO : Dari hasil pemeriksaan terdapat cairan putih dan bening

dari kemaluannya tidak gatal dan tidak berbau.

D. Identifikasi Tindakan Segera dan atau Kolaborasi

Pada kasus keputihan fisiologis dalam kehamilan tidak membutuhkan

tindakan segera jika keputihan berwarna bening atau sedikit putih, encer atau

sedikit kental dan lengket, tidak berbau, tidak menimbulkan rasa gatal dan nyeri.

Jika tidak segera ditangani maka keputihan yang diabaikan bias

menyebabkan berbagai macam penyakit seperti resiko keguguran, perlunakan

pada leher rahim dan kontraksi rahim sebelum waktunya. Jika pasien mengalami

keputihan tidak normal yaitu bau, gatal, dan jumlahnya cukup banyak maka akan

dilakukan tindakan segera dengan berkolaborasi dengan dokter dengan pemberian

antibiotik untuk pengobatan keputihan patologis.

E. Rencana Asuhan Menyeluruh

1. Beritahu Ibu dan suami yang mendampingi tentang hasil pemeriksaan

2. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan daerah genitalianya

3. Anjurkan pada ibu ganti celana dalam minimal 3x sehari

4. Anjurkan pada ibu jangan terlalu sering menggunakan pantyliner

5. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi menu gizi seimbang

6. Anjurkan ibu untuk melakukan pola hidup sehat

7. Jelaskan pada ibu 9 tanda bahaya pada kehamilan


74
8. Jelaskan kepada ibu tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan.

9. Anjurkan pada ibu cara cebok yang baik dan benar

10. Anjurkan kepada ibu menguakan pembersih organ kewanitaan dengan bahan yang

herbal.

F. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

Diagnosa : G3P2A0H2 usia kehamilan 3 7 - 38 minggu janin tunggal, hidup, intra uterin,

dengan keputihan fisiologis pada ibu hamil

No Perencanaan Rasionalisasi
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa Dengan mengetahui kondisinya dalam keadaan

ibu dalam keadaan normal dan ibu mengalami baik akan membuat psikologis pasangan tenang

keputihan fisiologis dan tidak khawatir sehingga keadaannya tetap

dalam keadaan bai dan ibu hamil akan lebih

sering mengalami keputihan diakibat

karna meningkatmya hormon

2. Mengingatkan kembali ibu untuk menjaga Organ wanita yang bersih dan sehat dapat

kebersihan daerah genitalianya, usahakan agar menimbulkan rasa percaya diri, rasa nyaman,

tidak lembab (tetap kering), menganti sekaligus perlindungan dari

pakaian dalam bila perlu 2-3x sehari dan berbagai penyakit yang masuk di area

75
memakai celana dalam yang menyerap kewanitaan.

keringat

3. Menganjurkan ibu untuk ganti celana dalam Celana dalam yang lembap rentan ditumbuhi

minimal 3x sehari, agar membuat celana dalam jamur. Jamur bisa membuat kulit sekitar kelamin

tidak lembap, pilihlah gatal bahkan ruam.

celana dalam yang berbahan katun karna dapat

menyerap keringat.

4. Menganjurkan ibu jangan terlalu sering Pantyliner tidak didesain untuk menyerap dan

menggunakan pantyliner atau produk kewanitaan mengalirkan udara seperti yang dilakukan oleh

berbentuk menyerupai pembalut, tapi dengan celana dalam.

ukuran yang lebih

Kecil

5. Menganjurkan konsumsi menu gizi seimbang Memenuhi gizi seimbang untuk mempertahankan

dengan perbanyak makan sayur dan buah. pola hidup sehat pada remaja dapat dicapai dengan

Mencukupi kebutuhan energi makan-makanan makan 3 kali sehari, mengkomsumsi makanan dari

bergizi diantaranya karbohidrat yaitu beras, sumber beragam untuk memenuhi kebutuhan gizi.

jagung, sagu, dan umbi-umbian, protein yaitu

telur, daging, ikan, kacang-kacangan, tahu,

tempe, asam folat yaitu dari sayuran hijau, zat

besi yaitu telur, hati daging, buah- buahan,

Vitamin A yaitu hati, susu dan lainnya, Vitamin

D yaitu ikan, hati dan sinar matahari pagi,

Vitamin E yaitu tauge, gandum dan lain-lain dan

Vitamin C jambu biji, jeruk, mangga dan buah

lainnya

76
6. Menganjurkan klien untuk melakukan pola hidup Selain baik untuk menjaga kebugaran tubuh,

sehat yaitu istirahat yang cukup tidak begadan dan olahraga juga penting dilakukan selama hamil

usahakan olah raga dengan cara jalan-jalan pagi di untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan janin. Tak

sekitar rumah ibu hanya itu, olahraga secara rutin saat hamil juga

dapat mendukung proses persalinan agar lebih

lancar nantiya

7. Menjelaskan pada ibu tentang 9 tanda bahaya pada Di masa kehamilan memungkinkan

kehamilan untuk ibu hamil mengalami beberapa

a. Sakit kepala yang menetap perubahan dan keluhan pada

b. Gangguan penglihatan tubuh.Keluhan-keluhan yang umum biasanya

c. Edema pada wajah dan tungkai akan hilang sendiri, namun ada beberapa

keadaan tertentu yang perlu ibu hamil


d. Mual dan muntah yang berlebiha
wasapadai. Keadaan tersebut harus diketahui
e. Nyeri perut yang hebat
oleh ibu hamil sebagai tanda bahaya masa
f. Penurunan gerakan janin
kehamilan.
g. Pendarahan pervaginaam

h. Demam yang hebat

i. Kejang

8. Menganjurkan ibu untuk melakukan persiapan Melakukan persiapan persalinan untuk

persalinan dan memberikan informasi tanda-tanda mengantisipasi adanya ketidak siapan keluarga

persalinan seperti keluar lendir bercampur darah, ketika sudah ada tanda persalinan

kontraksi sering, dan sakit perut menjalar ke

pinggang

77
9. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk Ketika melakukan gerakan cebok dari belakang

membiasakan membasuh dengan cara yang benar ke depan, bakteri E. Coli tersebut mengenai

tiap kali buang air dengan arah dari depan bagian vagina depan. Apabila imunitas seorang

kebelakang untuk menghindari infeksi, cuci wanita sedang dalam kondisi lemah, dampaknya

dengan air bersih setiap BAK/BAB dan mandi, pH vagina berubah menjadi lebih rentan

biasakan mencuci tangan sebersih- bersihnya mengalami keputihan yang abnormal.

sebelum digunakan untuk

Membasuh

10. Menganjurkan kepada ibu untuk mengunakan Daun sirih di kenal dengan banyak manfaat

pembersih organ kewanitaan yang terbuat dari salah satunya untuk mengatasi keputihan,

bahan herbal salahsatunya yaitu dauh sirih, daun karena kandungan di dalam daun sirih dapat

sirih di kenal sangat bermanfaat di mana senyawa di mematikan jamur penyebab keputihan dan tanin

dalam daun sirih dapat mematikan jamur penyebab di dalam daun sirih dapat mengurangi sekresi

keputihan. cairan pada liang vagina.

78
G. Evaluasi

NAMA: Ny”N” No. RM : - RUANG : -

UMUR : 36 JK : TANGGAL : 30 September KELAS : -


2022
tahun Perempuan

DIAGNOSIS : G3P2A0H2 usia kehamilan 37-38 minggu janin tunggal, hidup, intra uterin,

dengan keputihan fisiologis.

TANGGAL/PKL CATATAB EVALUASI NAMA &


PARAF
30 september 2022 Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan TTV

ibu

a. TD : 110/80 mmHg

b. RR : 21x/menit

c. Nadi : 78x/menit

d. Suhu : 36 ºC

Ibu telah mengetahui cara menjaga

kebersihan daerah genitalianya

Ibu sudah mengetahuiganti celana dalam

minimal 3x sehari

Ibu sudah mengetahui jangan terlalu

sering menggunakan pantyliner

Ibu sudah mengetahui harus

mengkonsumsi menu gizi seimbang

Ibu sudah paham melakukan pola

hidup sehat

79
Ibu telah mengerti tanda-tanda bahaya

pada kehamilan

Ibu mau melakukan persiapan persalinan dan

mengetahui tanda persalinan.

Ibu sudah mengetahui cara cebok

yang baik dan benar

Ibu mengerti membersihkan organ kewanitaan

dengan bahan herbal

80
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan

komprehensif pada masa kehamila di PMB Supiyani,S.Tr.Keb. Dalam hal ini

pembahasan akan diuraikan secara narasi berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan

dengan 7 langkah Varney yaitu : pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosis atau

masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah potensial, melaksanakan tindakan

segera atau kolaborasi, perencanaan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan

asuhan kebidanan dan mengevaluasi asuhan kebidanan dengan kajian teori jurnal /

Evidence Based Kebidanan (EMB).

A. Langkah I (Pengkajian Data)

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien, riwayat

kesehatan klien, pemeriksaan fisik secaralengkap sesuai dengan kebutuhan,

meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium.

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber

yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data

dasar awal secara lengkap. (Mangkuji, dkk 2014:5)

Nn N dan Tn E datang ke PMB Supiyani, S.Tr.Keb pada tanggal 30

September 2022 pukul 17:00 WIB datang ingin konsul kehamilan dengan keluhan

keluar cairan putih dan bening dari kemaluannya tidak gatal dan tidak berbau.

Riwayat kehamilan sekarang G3 P2 A0 H2. HPHT 10-01-2022, UK 37-38 minggu

dan tafsiran persalianan 17-10-2022,

Ibu tidak memiliki penaykit dari keluarga sepeti kangker, penyakit hati,

81
hipertensi, myoma, epilepsi, kelainan bawaan, DM, alergi, penyakit ginjal dan

hamil kembar. Dan klien tidak memiliki riwayat yang bergubungan dengan

masalah kesehatan reproduksi seperti Infeksi virus, PMS, myoma, polip servix,

kangker kandungan, servisitis kronis dan endometrium.

Ibu mengatakan makan 1-2 x/hari dan minum 7-8 gelas x/hari, jarang tidur

siang dan tidur malam 6-7 jam perhari, dan pola seksualitas 2-3x seminggu dan

perilaku kesehatan yang mempengaruhi kesehatan yaitu suami yang selalu

merokok.

Pada pemeriksaan fisik klien kesadaran composmentis, BB: 63 kg, TB: 156

cm, pemeriksaan TTV TD7: 110/80 mmHg, N7: 78x/menit, P7:721x/menit S:36ᵒC,

dan LILA 26 cm. Sikap tubuh normal, keadaan rambut bersih, tidak kotor dan tidak

rontok, keadaan mata sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat dan penglihatan

jelas, keadaan muka hiperpigmentasi tidak ada dan edema tidak ada, keadaan mulut

dan gigi bersih, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada karies, lidah bersih dan stomatitis

tidak ada, keadaan telinga dan kelainan tidak ada alat bantu pendengaran tidak ada,

keadaan leher kelenjer tyroid, getah bening dan jugularis tidak ada, keadaan

payudara, pembesaran simetris, bengkak tidak ada, puting susu menonjol, areola

mamae hyperpigmentasi dan pengeluaran tampak colostrum dan keadaan abdomen

bekas luka operasi tidak ada, ekstremitas tidak cacat, pengeluaran pevulva keluar

cairan bening tidak gatal dan tidak berbau, TFU 31cm, teraba bokong pada fundus

dan sesuai usia kehamilan hari, punggung kanan, presentasi kepala. Pada auskultasi

terdengar denyut jantung janin dengan frekuensi 145 x/menit janin intrauterin,

tunggal dan hidup, pada pemeriksaan penunjang laboratorium Hb (-) proten urine

(-) dan glukosa (-).

Pada pemeriksaan leopold untuk menentukan tinggi fundus uteri dilakukan

82
pada uterus tidak sedang berkontraksi, dengan posisi ibu setengah duduk, lalu

mulai melakukan pengukuran dengan menempelkan ujung pita dari tepi atas

simpisis pubis dan puncak fundus uteri, hal tersebut dilakukan untuk menilai

tinggi fundus uteri apakah tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan atau

tidak, dan untuk menentukan presentasih janin dilakukan dengan

mempertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut, jika dalam

perabaan pada fundus uteri bulat, keras dan melenting maka dapat dilakukan

sebagai presentasi bokong karena kepala janin berada pada bagian fundus, atau

jika pada bagian fundus uteri teraba lunak, kurang melenting, dapat dikatakan

presentasi kepala (Ai Nursiah, dkk, 2014:75-76).

Di dalam kehamilan, janin dikatakan tunggal jika pembesaran perut sesuai

dengan usia kehamilan. Saat palpasi teraba satu kepala dan satu punggung,

sedangkan auskultasi denyut jantung janin terdengar jelas, kuat dan teratur pada

kuadran kiri bawah perut ibu (Baety,2012:10-11).

Adanya gerakan janin dan denyut jantung janin (DJJ) merupakan tanda

bahwa janin hidup. Janin yang dalam keadaan sehat,bunyi jantungnya teratur dan

frekuensinya antara 120-160 kali per menit, selain itutanda janin hidup juga dapat

dilihat dari pergerakan janin yang dirasakan kuat oleh ibu satu kali perjam atau

lebih dari 10 kali perhari dan pembesaran uterus menandakan janin hidup dan

bertumbuh (Prawirohardjo, 2014:285).

Kehamilan adalah proses alamiah (normal), namun dalam kehamilan normal

sering terjadi ketidaknyamanan yang bersifat fisiologi seperti nyeri punggung,

mual muntah, kram kaki, kram perut, pusing, gataldanflour albus. Flour

albus(keputihan) merupakan hal yang fisiologis pada ibu hamil, proses ini terjadi

karena peningkatan pengeluaran cairan vagina daripada biasanya, yang

83
disebabkan oleh adanya perubahan hormonal selama kehamilan.Adapun bentuk

cairan vagina selama kehamilan berwarna bening atau putih susu, encer, dan tidak

berbau. (Rahayu, Indah. 2020:18)

Keputihan dapat disebabkan karena kurangnya perawatan organ reproduksi

sehingga menimbulkan kejadian dengan penyebab bakteri vaginosis, kandidiasis

vulvovaginal, trikomoniasi, gonore, tidak spesifik penyebab urogenital, dan

penyabab lain seperti mencuci organ reproduksi dengan air kotor, memakai celana

dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat, jarang ganti celana dalam, tidak

sering mengganti pembalut saat menstruasi, serta menggunakan sabun kewanitaan

secara berlebihan (Purwoastuti dan Walyani, 2015:50).

Keputihan yang dialami oleh wanita menurut WHO masalah kesehatan

mengenai reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total

beban penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia dan jumlah wanita

di dunia yang pernah mengalami keputihan 75%, sedangkan wanita Eropa yang

mengalami keputihan sebesar 25%. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan

masalah reproduksi pada kaum laki-laki yang hanya mencapai 12,3% pada usia

yang sama dengan kaum wanita. Data tersebut menunjukkan bahwa keputihan

pada wanita di dunia, di Eropa, dan di Indonesia cukup tinggi.Kesehatan

reproduksi dikalangan wanita harus memperoleh perhatian yang serius, salah

satunya adalah keputihan yaitu masalah yang berhubungan dengan organ seksual

wanita.Keputihan biasanya disebabkan oleh jamur atau virus bakteri yang tentu

saja masalah ini amat mengganggu penderita. Karena biasanya wanita akan

mengeluarkan aroma yang tidak sedap dari organ intimnya (Juliansyah, 2021:03)

Wanita hamil rentan terkena infeksi, sebab daya tahan wanita hamil biasanya

akan menurun dan meningkatkan kebutuhan metabolisme. Keputihan pada ibu

84
hamil dapat mengakibatkan resiko tinggi pada ketuban pecah dini, sehingga bayi

lahir prematur atau bayi lahir dengan berat lahir rendah. Penyebab yang paling

sering dari keputihan tidak normal adalah infeksi. Dimana cairan mengandung

banyak sel darah putih dan warnanya sampai kekuning-kuningan sampai hijau.

Bahkan sering kali kental mengeluarkan aroma tak sedap. Biasanya yang terkena

infeksi adalah vulva, vagina, leher rahim dan rongga rahim. Penyebabnya bisa

disebabkan oleh kuman, jamur, parasit, dan virus. Wanita hamil berisiko atau

mudah terkena infeksi. Tiga faktor yang mempengaruhi yaitu tubuhnya sendiri,

lingkungan dan virus atau kuman yang ada. (Nengsih, Nurna. 2015:2)

Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada tanggal 30 September 2022

dengan kasus keputihan fisiologis pada Ny “N” didapatkan data subjektif ibu

mengatakan mengeluarkan cairan bening dari kemaluan ibu tidak gatal dan tidak

berbau, ibu mengatakan ini kehamilan yang ke tiga dan tidak pernah mengalami

keguguran sebelumnya dan ibu mengatakan pergerakan janinnya kuat.

Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan antara teori dengan gejala yang

timbul pada keputihan fisiologis dalam kehemailan. Hal ini membuktikan bahwa

tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

B. Langkah II (Interprestasi Data)

Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua

data yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau maslah. Diagnosis

yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan yang tergolong

pada nomen klatur standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaian dengan

pengalaman klien ditemukan hasil pengkajian (Mangkuji dkk, 2014:5).

Hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh menunjukkan

85
diagnosis keputihan fisiologis dalam kehamilan di mana pasien datang pada tanggal

30 September 2022 pukul 17.00 WIB, dengan keluhan keluar cairan bening dari

kemaluan ibu tidak gatal dan tidak berbau. Kehamilan ibu adalah kehamilan ketiga

dan tidak pernah keguguran sebelumnya, ibu mengatakan usia kehamilannya

sekarang sudah mencapai ± 9 bulan.

Keputihan normal atau fisiologis terjadi sesuai dengan siklus reproduksi

wanita atau sesuai dengan siklus tubuh wanita dengan jenis pengeluaran berwarna

bening, tidak berlebihan tidak berbau dan tidak menimbulkan rasa gatal atau perih.

Sedangkan keputihan yang patologis atau abnormal ditandai dengan jumlah

pengeluaran yang banyak, berwarna putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan,

gatal, perih, dan disertai bau amis atau busuk. Warna pengeluaran dari vagina akan

berbeda sesuai dengan penyebab dari keputihan. Penyebab keputihan abnormal

yang tersering adalah bakteri, jamur dan parasit. (Salamah, Umi. 2020:7)

Riwayat kesehatan yang lalu Ny “N” tidak pernah mengalami penyakit yang

serius dan dirawat dirumah sakit ataupun dipuskesmas. Pemeriksaan abdomen

didapatkan kesanya itu tinggi fundus uteri (TFU) 31 cm, sesuai usia kehamilan 37-

38 minggu, punggung kanan presentasi kepala, terdengar denyut jantung janin

dengan frekuensi 140x/menit, janin inrta uterin, tunggal dan hidup.

Pada pemeriksaan leopold untuk menentukan tinggi fundus uteri dilakukan

pada uterus tidak sedang berkontraksi, dengan posisi ibu berbaring dan kaki sedikit

ditekuk, lalu mulai melakukan pengukuran dengan menempelkan ujung pita dari

tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri, hal tersebut dilakukan untuk

menilai tinggi fundus uteri apakah tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan

86
atau tidak dan untuk menentukan presentase janin dilakukan dengan

mempertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut, jika dalam

perabaan pada fundus uteri bulat, keras dan melenting maka dapat dilakukan

sebagai presentasi bokong karena kepala janin berada pada bagian fundus, atau jika

pada bagian fundus uteri teraba lunak, kurang melenting, dapat dikatakan presentasi

kepala (Ai Nursiah, dkk, 2014:75-76).

Di dalam kehamilan, janin dikatakan tunggal jika pembesaran perut sesuai

dengan usia kehamilan. Saat palpasi teraba satu kepala dan satu punggung,

sedangkan auskultasi denyut jantung janin terdengar jelas, kuat dan teratur pada

kuadran kiri bawah perut ibu. Adanya gerakan janin dan denyut jantungjanin (DJJ)

merupakan tanda bahwa janin hidup. Janin yang dalam keadaan sehat, bunyi

jantungnya teratur dan frekuensinya antara 120-160 kali per menit, selain itu tanda

janin hidup jugadapat dilihat dari pergerakan janin yang dirasakan kuat oleh ibu

satu kali perjam atau lebih dari 10 kali perhari dan pembesaran uterus menandakan

janin hidup dan bertumbuh (Prawirohardjo,2014:285).

Keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar vagina,

karena keputihan bisa terjadi akibat PH (Potesial Hidrogen) vagina tidak

seimbang. Sementara kadar keasaman vagina disebabkan oleh dua hal yaitu faktor

interna dan eksterna. Faktor interna antara lain dipicu oleh pil kontrasepsi yang

mengandung estrogen, trauma akibat pembedahan, terlalu lama menggunakan

antibiotik, kanker atau HIV positif. Sedangkan faktor eksterna antara lain

kurangnya personal higiene kehamilan dan diabetes mellitus, pakaian dalam yang

ketat, hubungan seks dengan pria yang membawa bakteri Neisseria gonorrhoea,

menggunakan WC umum yang tercemar bakteri Clamydia.Keputihan disebabkan

oleh virus, bakteri, jamur dan timbul karena kurangnya personal hygiene.

87
Keputihan yang terjadi dapat bersifat normaldan abnormal (Tatirah, Siti 2020:06)

Ibu hamil sangat rentan terhadap infeksi, karena daya tahan ibu hamil

menurun dan meningkatkan kebutuhan metabolism. Ibu hamil cenderung akan

mengalami gangguan keputihan lebih sering daripada tidak sedang hamil. Leukorea

atau Fluor Albus (Keputihan) merupakan tanda dan gejala yang terjadinya

pengeluaran cairan dari alat kelamin wanita yang tidak berupa darah. Fluor Albus

merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi Fluor Albus

yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman

penyakit seperti jamur, parasit, bakteri dan virus maka keseimbangan ekosistem

vagina terganggu, yang tadinya bakteri Doderlein atau Lactobasillus memakan

glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya

dan menjadikan pH vagina menjadi asam, sebagai proteksi ekstra terhadap

beberapa organisme seperti Candida albicans. (Mahanani, Srinalesti. 2015:136)

Berdasarkan uraian diatas maka diagnosis pada kasus keputihan fisiologis

dalam kehamilan tersebut adalah G3P2A0H2, gestasi 37-38 minggu, presentasi

kepala, JTH dengan keputihan fisiologis dalam kehamilan. Demikian penerapan

tinjauan pustaka pada kasus Ny“N” secara garis besar tampak adanya persamaan

antara teori dengan diagnosi actual yang ditegakkan sehingga memudahkan

memberikan tindakan selanjutnya.

C. Langkah III (Identefikasi Diagnosa dan Masalah Potensial)

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain

berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.Bidan

diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini

88
benar-benar terjadi. (Tresnawati, 2012:3-4)

Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi dan dilakukan asuhan yang

aman. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil

mengamati klien, bidan dapat diharapkan bersiap-siap bila diagnosa/masalah

potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan

yang aman. Dalam mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dilakukan

pengantisipasian penaganan yang kemungkinan muncul pada keputihan fisiologis

dalam kehamilan yaitu keputihan patologis dan mengakibatkan kontraksi uterus

sebelum waktunya yang dapat mengakibatkan kelahiran prematur.

Keputihan patologis antara lain cairan dari vagina keruh dan kental, warna

kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan, berbau busuk, amis, dan terasa gatal dan

jumlah cairan banyak (Katharini, 2017:62)

Keputihan patologis yang banyak terjadi merupakan sekresi vaginal abnormal

pada wanita, keputihan yang disertai oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa

gatal didalam vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar atau labia mayora yang

mengeluarkan cairan berbau (Saifuddin, 2014:47)

Keputihan juga bisa disertai dengan bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri

sewaktu buang air kecil.Setiap wanita pernah mengalami keputihan dalam

hidupnya,bahkan banyak yang sering mengalami keputihan. Dalam keadaan yang

normal, vagina yang sehat memproduksi cairan untuk membersihkan vagina.

89
Keputihan itu sendiri terjadi terus menerus atau hanya pada waktu waktu tertentu

saja (Prawirohardjo, 2011:35).

Faktor yang penting dalam mencegah terjadinya keputihan adalah

pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan organ kewanitaan khususnya

genetalia eksterna. Perilaku negative yang dapat menyebabkan keputihan

diantaranya membilas dengan air kotor dan berlebihan, memakai celana dalam yang

tidak menyerap keringat dan jarang ganti, saat haid tidak sering mengganti

pembalut. Apabila kebersihan organ reproduksi terjaga maka kesehatan akan

tercipta (Ratna, 2010:31).

Keputihan merupakan pengeluaran cairan dari genitalia selain darah, bukan

penyakit tersendiri, tetapi salah satu manifestasi gejala dari penyakit kandungan

dapat bersifat fisiologis ataupun patologis, secara fisiologis keputihan dapat terjadi

pada masa pertengahan siklus menstruasi yaitu sekitar dua minggu setelah haid atau

waktu ovulasi. Keputihan patologis dapat disebabkan oleh bakteri seperti

gonoccoccus,chlamydia, trichomatis, gardenela, treponema pallidium, adanya

infeksi jamur seperticandida dan adanya infeksi parasit seperti trichomonas

vaginalis, serta adanya infeksi virus seperti candiloma dan herpes atau kanker pada

leher rahim (Novryanthi Dhinny. 2021:22)

Keputihan saat hamil memang harus diatasi sejak dini. Jika sudah kronis dan

berlangsung dalam waktu lama keputihan akan semakin sulit diobati. Selain itu

keputihan juga dapat menyebabkan penyakit kanker leher rahim sehingga harus

diwaspadai sejak dini. (Ari, Desi. 2020:514)

Padak kasus Nn “N” dengan keputihan fisiologis penulis tidak menemukan

tanda-tanda infeksi atau kelainan komplikasi pada ibu yang memungkinkan

terjadinya komplikasi berkelanjutan karena penanganan yang dilakukan pada ibu

90
yang mengalami keputihan fisiologis telah sesuai dengan teori sehingga tidak ada

diagnosa potensial dan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

D. Langkah IV (Identifikasi Tindakan Segera dan atau Kolaborasi)

Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah mengidentifikasi

perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi

klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus

segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu

beberapa waktu lagi. (Tresnawati, 2012:3-4)

Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat. Kondisi darurat dapat terjadi pada

saat mengelolaan ibu hamil, ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Kondisi darurat

merupakan kondisi yang membutuhkan tindakan dengan segera untuk menangani

diagnosis maupun masalah darurat yang terjadi apabila tidak segera dilakukan

tindakan segera, selain diata sebisa juga berupa observasi/pemeriksaan.

Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan

harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah

bidan merumuskan tindakan yang perludilakukan untuk mengantisipasi

diagnosis/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus

merumuskan tindakan darurat/segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan

ibu dan bayi. Dalam rumusan ini, termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan

secara mandiri atau bersifat rujukan (RitaYulifah, 2013:134).

91
Keputihan pada ibu hamil merupakan hal yang fisiologi, namun bila tidak

dimanajemen dengan baik dapat mengakibatkan keputihan patologis. Pengetahuan

dan sikap memiliki peran penting dalam mencegah keputihan selama kehamilan.

(Ari, Desi. 2020:514)

Pada kasus Ny”N” dengan keputihan fisiologis adalah tidak ada tindakan

segera yang dilakukan. Pemberian konseling tentang keputihan dan personal

hygien. Semua tindakan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sudah sesuai

dengan standar oprasional prosedur (SOP) dengan hasil keputihan fisiologis dapat

diatasi dengan pemberian konseling tentang keputihan dan personal hygien oleh

tenaga kesehatan.

E. Langkah V (Rencana Asuhan Menyeluruh)

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, yang ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnosis atau masalah yang diidentifikasi atau diantisipasi.Pada langkah

ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang

menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi-

kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan

terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu

92
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi,

kultural atau masalah psikologis (Th. Endang, dkk, 2014:65).

Rencana tindakan pada kasus ibu dengan beritahu Ibu dan suami yang

mendampingi tentang hasil pemeriksaan, anjurkan pada ibu untuk menjaga

kebersihan daerah genitalianya, anjurkan pada ibu cara cebok yang baik dan benar,

anjurkan pada ibu tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembersih,

anjurkan pada ibu ganti celana dalam minimal 2x sehari, anjurkan pada ibu jangan

terlalu sering menggunakan pantyliner, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi menu

giziseimbang, anjurkan ibu untuk mengurangi konsumsi makan-makanan instant,

anjurkan ibu selalu sarapan sebelum melakukan aktifitas, anjurkan ibu untuk

melakukan pola hidup sehat, jelaskan pada ibu 9 tanda bahaya pada kehamilan,

anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ANC secara teratur

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Widya, Dwi. 2016:2)

dimana penggunaan panty liner pada saat keputihan akan meningkatkan tumbuhnya

bakteri jahat dalam vagina. Penggunaan panty liner dalam jangka waktu 6 bulan

dan frekuensi mengganti panty liner 5 jam sekali tidak membuat cairan yang keluar

dari vagina berkurang, justru cairan akan bertambah banyak.

Rencana asuhan kebidanan yang telah disusun berdasarkan diagnosa/masalah

aktual dan potensial, hal ini menunjukan tidak ada kesenjangan antara teori dengan

manajemen asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus dilahan praktek.

F. Langkah VI (Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan)

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan

ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh klien, atau

93
anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap

memikul tangung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaannya (memastikan

langkah tersebut benar-benar terlaksana) (Tresnawati, 2012:3-4)

Pelaksanaan asuhan kebidanan yaitu diantaranya menyampaikan hasil

pemeriksaan pada ibu, engingatkan kembali ibu untuk menjaga kebersihan daerah

genitalianya, mengingatkan kembali kepada ibu untuk membiasakan membasuh

dengan cara yang benar tiap kali buang air dengan arah dari depan kebelakang,

menganjurkan klien tidak terlalu sering menggunakan cairan pembersih,

menganjurkan ibu untuk ganti celana dalam minimal 2x sehari, agar membuat

celana dalam tidak lembap, menganjurkan ibu jangan terlalu sering menggunakan

pantyliner, menganjurkan konsumsi menu gizi seimbang, menganjurkan ibu untuk

mengurangi konsumsi makanan instant, menganjurkan selalu sarapan pagi sebelum

melakukan aktifitas, menganjurkan klien untuk melakukan pola hidup sehat,

menjelaskan pada ibu tentang pesiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tatirah, Siti 2020:6)

dimana penyebab terjadinya keputihan patologis yaitu infeksi atau peradangan,

kurang pengetahuan dan informasi mengenai perawatan alat genetalia sehingga

mencuci alat genetalia menggunakan air kotor/menggenang, menggunakan cairan

pembersih vagina secara berlebihan, dan cara cebok yang salah. Keputihan ini bisa

dicegah dengan kebiasaan vulva hygiene yang baik, sedangkan kebiasaan ini harus

disertai dengan pengetahuan tentang vulva hygiene yang benar.

Penelilitian ini juga di perkuat dengan hasil penelitian (Rahayu, Indah.

2020:18) dimana untuk mengatasi masalah Flour albus pada kehamilan yaitu

dengan memberikan konseling tentang vulva hygiene, mengajurkan ibu untuk

94
mengeringkan vagina setelah BAB dan BAK, menganjurkan ibu untuk

menggunakan celana dalam yang terbuat dari katun, menganjurkan ibu untuk sering

ganti celana dalam minimal 3 kali, menganjurkan ibu untuk tidak memakai pakaian

terlalu ketat, menghindari menggunakan sabun kewanitaan.

G. Langkah VII (Evaluasi)

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan dimana

pada tahap ini ditemukan kemajuan atau keberhasilan dalam mengatasi masalah

yang dihadapi klien. Proses evaluasi merupakan langkah dari proses manejemen

asuhan kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan permasalahan atau

kesenjangan pada evaluasi menunjukan masalah teratasi tanpa adanya komplikasi.

Untuk menilai keberhasilan asuhan kebidanan dilakukan evaluasi yaitu ibu

mengerti dengan hasil pemeriksaan, ibu telah mengetahui cara menjaga kebersihan

daerah genitalianya, ibu sudah mengetahui cara cebok yang baik dan benar, ibu

sudah mengetahui tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembersih, ibu

sudah mengetahuiganti celana dalam minimal 2x sehari, ibu sudah mengetahui

jangan terlalu sering menggunakan pantyliner, ibu sudah mengetahui harus

mengkonsumsi menu gizi seimbang, ibu sudah mengetahui bahaya makanan instant

dan berusaha akan mengurangi konsumsi makanan instant, ibu mengerti pentingnya

sarapan dan akan mulai melakukan sarapan sebelum melakukan aktifitas, ibu sudah

paham melakukan pola hidup sehat, ibu telah mengerti tanda-tanda bahaya pada

kehamilan, ibu sudah melakukan persiapan persalinan dan tahu tanda-tanda

persalinan..

95
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu dan suami di

PMB Supiyani, S.Tr.Keb, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu yang mengalami keputihan

fisiologis dalam kehamilan yaitu melakukan perencanaan kehamilan sehat

penulis telah mampu melakukan pengkajian dengan baik. Dilakukan dengan

teknik pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian

dan analisa data dasar, pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan

pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan ibu

secara lengkap, mulai dari anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan penunjang dan keterangan tambahan yang menyangkut atau yang

berhubungan dengan kondisi ibu.

2. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa

kebidanan pada ibu yaitu keputihan fisiologis dalam kehamilan yang didapat

dari data subjektif dan objektif dari hasil pengkajian.

3. Diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi pada kasus

ibu adalah keputihan patologis.

4. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada tindakan segera terhadap

kasus Ibu dengan keputihan fisiologis dalam kehamilan yaitu dengan

memberikan adekusi pendidikan kesehatan tentang persolanl hygine.

96
5. Rencana tindakan yang telah disusun pada kasus ibu dengan keputihan

fisiologis dalam kehamilan adalah dengan memberikan rencana asuhan

menyeluruh meliputi asuhan komprehensif pada ibu hamil dengan keputihan

fisiologis dalam kehamilan.

6. Pelaksanaan asuhan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun

tercapai dengan adanya kerjasama antara bidan dengan petugas lainnya agar

dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan kepada pasien.

7. Tindakan evaluasi pada kasus Ibu dengan keputihan fisiologis telah diberikan

semaksimal mungkin dan sesuai standar pelayanan/rencana asuhan kebidanan

serta komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi dapat teratasi.

B. Saran

1. Bagi Klien

a. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan daerah genitalianya

b. Anjurkan pada ibu cara cebok yang baik dan benar

c. Anjurkan pada ibu tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan

pembersih

d. Anjurkan pada ibu ganti celana dalam minimal 2x sehari

e. Anjurkan pada ibu jangan terlalu sering menggunakan pantyliner

f. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi menu giziseimbang

g. Anjurkan ibu untuk mengurangi konsumsi makan-makanan instant

h. Anjurkan ibu selalu sarapan sebelum melakukan aktifitas

i. Anjurkan ibu untuk melakukan pola hidup sehat

97
2. Saran untuk Bidan

a. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu manajemen

kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasari

bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dan berbagai kasus.

b. Seorang bidan hendaknya menganggap bahwa semua klien dengan

keputihan fisiologis dalam kehamilan harus deberikan asuhan secara

komprehensif.

3. Saran untuk Institusi Kebidanan

a. Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik perlu

menyediakan tenaga bidan yang profesional untuk menunjang pelaksanaan

tugas.

b. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan

teknologi, sebaiknya bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan atau semacam pelatihan-pelatihan.

98
DAFTAR PUSTAKA

Asri, Dwi dan Cristine Clervo P. 2012. Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh Askeb
dan Patologi Persalinan,Yogyakarta : Nuha Medika

Baety, Aprilia Nurul. 2012. Kehamilan dan persalinan.Yogyakarta : Graha Ilmu,


Bothamley,Judy dan Maureen Boyle. 2013. Patofisiologi dalam Kebidanan
(Medical Conditins Affering Pregnancy and Childbirth). Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Bahari, H. 2012. Cara Mudah Atasi Keputihan. Yogyakarta : Buku

Biru Conningham, et. Al. Obstetri Williams. Edisi 23. Jakarta : EGC

Heni, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta :
Salemba Medika

Kementrian kesehatan republic Indonesia. 2014. Buku saku pelayanan kesehatan ibu
difasilitasi kesehtan dasardan rujukan. Jakarta.

Manuaba, Ida Ayuhandranita.,Ida Bagus Gde Fajar Manuaba., Ida Bagus Gde Manuaba.
2015. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta: EGC.

Mangkuji, Betty, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP, Jakarta : ECG

Miardiawati. 2011. Asuhan keperawatan maternitas. Salemba Medika : Jakarta

Pudiastuti, Dewi.2015. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Patologi. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Prawirohardjo, sarwon. 2014. Kesehatan Reproduksi problem dan Solusinya.Jakarta :


Salemba Medika

Prawirohardjo, Sarwono.2013.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

. 2014. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Ratna nyoman kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kegiatan Budaya dan Ilmu Sosial
Humanoria pada umumnya. Pustaka Belajar : Yogyakarta

Rukiya, Ai, Yeyeh. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta. TIM

Saifudin, A. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharodjo

Th.Endang, Purwoastuti. 2014., dkk. Konsep Kebidana ,Yogyakarta : PB

Trisunarsih. Dewi,Vivian Nanny Lia., 2012. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan,


Jakarta : Salemba Medika

99
Agustin1, Nelly. 2019. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Susukan Kecamatan Susukan
Kabupaten Cirebon Tahun 2019. Jurnal Ilmu Kesehatan : Cirebon

Ari, Desi. 2020. Hubungan Sikap dan Pengetahuan Ibu Hamil dalam Perawatan
Keputihan di Puskesmas Gedong Tataan. Jurnal Wacana Kesehatan : Jakarta

Darma, 2017, Hubungan antara pengetahuan dan prilaku menjaga Kebersihan


genetalia eksterna dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Negeri 4
Semarang.Program pendidikan S-1 Kedokteran. FK UNDIP Semarang

Juliansyah, 2021.Upaya Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri Melalui Penyuluhan


Keputihan (Flour Albus) Pada Siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sintang.
Jurnal Pengabdian Masyarakat. Kalimantan barat e-ISSN 2775-3301. Hlm. 04

Kusumawardani, Amelia, dkk. 2020, Evidence Based Midwifery dalam Praktek


Kebidanan. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Hlm.1

Mahanani, Srinalesti. 2015. Perawatan Organ Reproduksi dan Kejadian Keputihan


pada Ibu Hamil. Stikes Rs. Baptis Kediri

Nengsih, Nurna. 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Vulva Hygine Dan
Ketersediaan Air Bersih Dengan Keputihan Selama Kehamilan. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Indonesia Maju. Jakarta

Novryanthi Dhinny. 2021. Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Remaja Putri
dalam Menjaga Kebersihan Genetalia dengan Kejadian Keputihan. Suka Bumi
Jurnal Keperawatan. e-ISSN 2549-8118; p-ISSN 2085-1049. Hlm. 20-22

Prianti, Ani. 2020. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Flour Albus pada
Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan : Makassar

Rachmadianti Frida. 2019. Analisis Prilaku Pencegahaan Keputihan pada Remaja Putri
Berdasarkan Teori Health Promotion Model (HPM).Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga. Surabaya

Rahayu, Indah. 2020. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny “L” Dengan


Kehamilan Normal Di Pbm Siti Zulaikah, Sst Desa Jogoroto Kecamatan Jogoroto
Kabupaten Jombang. Jurnal Kebidanan. Jombang

Rini Malena, 2016, Hubungan Vaginal Dauching Dengan Kejadian Keputihan Pada
Wanita Usia Muda, Adln-Perpustakaan Universitas Airlangga, Program Studi
Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.

Salamah, Umi. 2020. Faktor Perilaku Meningkatkan Resiko Keputihan. Jurnal


Kebidanan. Bekasi

Widya, Dwi. 2016. Hubungan Penggunaan Panty Liner dengan Kejadian Keputihan di SMA
Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan : Yogyakarta

100
WHO. 2014. Maternal Maortalit. World Healt Organization

WHO. 2017. Maternal Motality. Available at: https://www.who.int/news-


room/factsheets/detail/maternal-mortality.

101

Anda mungkin juga menyukai