Anda di halaman 1dari 65

i

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PATOLOGI PADA NY. F G2 P1 A0


DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI
OEDEMA PORSIO DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJIBARANG
TAHUN 2024

Nama Kelompok :
1. Amelia Nurjanah : 2101210

2. Dewi Nur Baeti : 2101218

3. Diana Ayu Lestari : 2101219

4. Endang Aguskristiana : 2101223

5. Intan Tri Lestari : 2101256

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN KH PUTRA BREBES
Jl.Raya Benda Sirampog Brebes Jawa Tengah Telp. (0289) 431 4010
Email: khputraalhikmah18@gmail.com

i
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN III

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Dalam Menempuh Praktik Klinik


Kebidanan III Akademi Kebidanan KH Putra Brebes Tahun 2024

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Puji Setiyani ,S.Tr.Keb Endang Susilowati, S.ST., M.Kes


NIP. 19790728 200501 2 007 NIDN. 0615027904

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN III

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Puji Setiyani ,S.Tr.Keb Endang Susilowati, S.ST., M.Kes


NIP. 19790728 200501 2 007 NIDN. 0615027904

Mengetahui,
Direktur
Akbid KH Putra Brebes

dr. H. Ahmad Ridlo, Sp.OG., M.Kes


NIDN. 0616017207

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologi Pada Ny. F G2 P1 A0
Dengan Persalinan Sectio Caesarea Atas Indikasi Oedema Porsio Di Rumah
Sakit Umum Daerah Ajibarang Tahun 2024” sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Praktik Klinik Kebidanan III Di Akademi Kebidanan KH Putra
Brebes.

Kami menyadari bahwa keberhasilan penyusunan laporan kasus ini tidak


terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sehingga penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. KH. Labib Shodiq Suhaemi selaku Pengasuh Yayasan Pendidikan Pondok
Pesantren Al Hikmah 1
2. dr. H. Ahmad Ridlo, Sp.OG., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
KH Putra Brebes
3. dr. Noegroho Harbani, M.Sc., Sp.S selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Ajibrang
4. Puji Setiyani ,S.Tr.Keb selaku Pembimbing lahan di Rumah Sakit Umum
Daerah Ajibarang
5. Ning Dwi Lestari, A.Md. Keb selaku CI ruang Nuri di Rumah Sakit Umum
Daerah Ajibarang
6. Endang Susilowati, S.ST., M.Kes selaku Pembimbing Akademik di Akademi
Kebidanan KH Putra Brebes

Ajibarang, Februari 2024

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan.................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Persalinan ............................................................................ 5
1. Definisi Persalinan........................................................................... 5
2. Faktor Penyebab Terjadinya Persalinan .......................................... 5
3. Tahapan Persalinan Normal............................................................ 7
4. Tanda-tanda Persalinan ................................................................... 9
5. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan ............................ 10
B. Kala I lama .......................................................................................... 11
1. Definisi Kala I Lama....................................................................... 11
2. Etiologi ............................................................................................ 11
3. Klasifikasi........................................................................................ 15
4. Diagnosis persalinan........................................................................ 16
5. Tanda dan gejala ............................................................................. 17
6. Dampak Kala I Lama ...................................................................... 17
7. Penatalaksanaan............................................................................... 19
C. Sectio Caesarea..................................................................................... 23
1. Definisi Sectio Caesarea................................................................. 23
2. Indikasi Sectio Caesarea................................................................. 23

v
3. Manifestasi Klinis............................................................................ 29
4. Patofisiologi..................................................................................... 30
5. Penatalaksanaan............................................................................... 31
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................ 33
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 52
BAB V PENUTUP........................................................................................... 54
A. Simpulan................................................................................................ 54
B. Saran ..................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR SINGKATAN

A : Abortus
AKI : Angka kematian ibu
BPS : Badan pusat statistik
CC : Cubic centimeter
CM : Centimeter
CM : Composmentis
CPD : Cephalopelvic disproportion
DJJ : Denyut jantung janin
G : Gravida
ISK : Infeksi saluran kemih
IU : Internasional unit
IV : Intra vena
KB : Keluarga berencana
Kemenkes : Kementerian kesehatan
KH : Kelahiran hidup
KHIP : Kematian janin intra parta
KU : keadaan umum
Mg/dl : Milligram/desiliter
Ml : Milliliter
mmHg : Millimeter hidrargyrum
N : Nadi
NaCl : Natrium klorida
P : Paritas
P4K : Program prencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
RR : Respiration rate
S : Suhu
SDG’s : Sustainable development goals
SC : Sectio caesarea
SPO 2 : Saturasi oksigen dalam darah

vii
TBC : Tubercolosis
TBJ : Taksiran berat janin
TD : Tekanan darah
Th : Tahun
Tm : Trimester
USG : Ultrasonography
WHO : World Health Organization
x/m : Kali permenit

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses pengeluaran janin, plasenta dan selaput
ketuban dari uterus ke dunia luar pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu
dan lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
selama18-24 jam tanpa adanya komplikasi (Morita, 2020).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2023, angka
kematian ibu diseluruh dunia mencapai 287.000 jiwa (WHO, 2023).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun
2022 jumlah angka kematian ibu mencapai 4.005 jiwa. Angka ini mengalami
peningkatan di tahun 2023 menjadi 4.129 kematian ibu (Kemenkes, 2023).
Menurut Profil kesehatan tahun 2023 data angka kematian ibu di Jawa
Tengah mengalami penurunan tajam yakni 88,58 per 100.000 KH dengan
jumlah 335 kasus. Yang melampaui target Sustainable Development Goals
(SDG’s) dengan angka 90 per 100.000 KH (Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2023). Menurut Badan pusat statistik profil kesehatan Kabupaten
Banyumas tahun 2023, jumlah angka kematian ibu di Kabupaten Banyumas
mengalami penurunan pada tahun 2023 adalah 19 kasus dibandingkan dengan
tahun 2022 yakni, sebanyak 24 kasus (BPS Banyumas, 2023). Berdasarkan
data di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang Pada tahun
2021 jumlah angka kematian ibu sebanyak 7 kasus, dan mengalami
peningkatan pada tahun 2022 yakni 8 kasus. Pada tahun 2023 kasus angka
kematian ibu di Ruang Bersalin turun menjadi 2 kasus. Sedangkan data
persalinan pada bulan Januari dan Februari terdapat persalinan vakum 3 kasus,
persalinan spontan 79 kasus dan persalinan SC 228 kasus. (Rumah Sakit
Umum Daerah Ajibarang, 2024).

1
2

Berdasarkan kasus diatas maka penulis tertarik untuk memaparkan


kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologi Pada Ny. F
G2 P1 A0 Dengan Persalinan Sectio Caesarea Atas Indikasi Oedema Porsio Di
Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang Tahun 2024”.

B. Rumusan Masalah
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologi Pada Ny. F G2 P1 A0
Dengan Persalinan Sectio Caesarea Atas Indikasi Oedema Porsio Di Rumah
Sakit Umum Daerah Ajibarang Tahun 2024?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologi Pada
Ny. F G2 P1 A0 Dengan Persalinan Sectio Caesarea Atas Indikasi Oedema
Porsio Di Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang Tahun 2024
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar Asuhan Kebidanan Ibu
Bersalin Patologi Pada Ny. F G2 P1 A0 Dengan Persalinan Sectio
Caesarea Atas Indikasi Oedema Porsio Di Rumah Sakit Umum
Daerah Ajibarang Tahun 2024
b. Mampu menginterpretasikan data pada Asuhan Kebidanan Ibu
Bersalin Patologi Pada Ny. F G2 P1 A0 Dengan Persalinan Sectio
Caesarea Atas Indikasi Oedema Porsio Di Rumah Sakit Umum
Daerah Ajibarang Tahun 2024
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologi Pada Ny. F G2 P1 A0 Dengan
Persalinan Sectio Caesarea Atas Indikasi Oedema Porsio Di Rumah
Sakit Umum Daerah Ajibarang Tahun 2024
3

d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera pada Asuhan Kebidanan Ibu


Bersalin Patologi Pada Ny. F G2 P1 A0 Dengan Persalinan Sectio
Caesarea Atas Indikasi Oedema Porsio Di Rumah Sakit Umum
Daerah Ajibarang Tahun 2024
e. Mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh pada Asuhan
Kebidanan Ibu Bersalin Patologi Pada Ny. F G2 P1 A0 Dengan
Persalinan Sectio Caesarea Atas Indikasi Oedema Porsio Di Rumah
Sakit Umum Daerah Ajibarang Tahun 2024
f. Mampu melaksanakan perencanaan pada Asuhan Kebidanan Ibu
Bersalin Patologi Pada Ny. F G2 P1 A0 Dengan Persalinan Sectio
Caesarea Atas Indikasi Oedema Porsio Di Rumah Sakit Umum
Daerah Ajibarang Tahun 2024
g. Mampu melakukan evaluasi pada Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Patologi Pada Ny. F G2 P1 A0 Dengan Persalinan Sectio Caesarea Atas
Indikasi Oedema Porsio Di Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang
Tahun 2024

D. Manfaat
1. Instansi Lahan
Dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologi Pada Ny. F G2 P1 A0 Dengan
Persalinan Sectio Caesarea Atas Indikasi Oedema Porsio Di Rumah Sakit
Umum Daerah Ajibarang Tahun 2024
2. Instansi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan kajian pustaka bagi kemajuan ilmu
pengetahuan tentang Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologi Pada Ny. F
G2 P1 A0 Dengan Persalinan Sectio Caesarea Atas Indikasi Oedema Porsio
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang Tahun 2024
4

3. Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan
pengetahuan tentang Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologi Pada Ny. F
G2 P1 A0 Dengan Persalinan Section Caesarea Atas Indikasi Oedema
Porsio di Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang Tahun 2024
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Persalinan Normal
1. Definisi Persalinan
Menurut Etika (2021), Persalinan normal adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37–
42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan
terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui
jalan lahir dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau bantuan
(lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan janin.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Persalinan
Menurut Nurmala (2022), terjadinya persalinan sampai kini masih
merupakan teori yang kompleks. Faktor-faktor hormonal, pengaruh saraf
dan nutrisi disebut sebagai pemicu di mulainya persalinan, dengan
demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan
terjadinya proses persalinan:
a. Penurunan kadar progesterone.
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim,
sebaliknya estrogen meninggikan kerenggangan otot rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan
estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesterone menurun sehingga timbul his.
b. Teori oxytocin
Oksitosin memiliki peranan penting dalam proses persalinan
sebagai stimulator poten dari kontraksi. Oksitosin membantu untuk
melebarkan leher rahim sehingga janin dapat bergerak sampai bayi
dilahirkan. Oksitosin juga membantu melahirkan plasenta dan
membatasi perdarahan di lokasi plasenta. Selama persalinan dan
kelahiran, tekanan janin terhadap serviks dan kemudian terhadap

5
6

jaringan di dasar panggul dapat merangsang pelepasan oksitosin


sehingga timbul kontraksi.
c. Ketegangan otot-otot
Dalam proses persalinan, bayi di dorong keluar dari rahim
karena adanya kontraksi dari otot pubococcygeus yang melakukan
pekerjaan penting lainnya seperti mengendalikan aliran air seni dan
posisi kepala bayi dengan benar selama persalinan.
Nyeri pada proses persalinan di bagi tiga tahap :
1) Bagian atas otot-otot rahim mulai berkontraksi. Akibatnya leher
rahim mulai menipis dan membesar karena tekanan pada pembuluh
darah leher rahim. Kontraksi terjadi dengan interval lima menit.
Ketika serviks membesar, kontraksi terjadi pada setiap tiga menit
yang berarti frekuensi meningkat. Ketika frekuensi kontraksi
meningkat, leher rahim menjadi lebih lebar. Setelah itu terjadi
kontraksi setiap dua menit dan leher rahim yang melebar menjadi
penuh. Ketika serviks dilatasi penuh, maka kepala bayi sudah
nampak di perineum.
2) Setelah terjadi perubahan pada kontraksi rahim, maka dianjurkan
untuk mengambil nafas dan menahan nafas tersebut di setiap
kontraksi timbul dan ketika merasakan dorongan untuk buang air
besar serta menahan rasa sakit dengan nafas dalam-dalam sampai
bayi keluar sepenuhnya dari rahim.
3) Kontraksi rahim berhenti dan otot-otot uterus rileks. Setelah
beberapa menit, kontraksi mulai lagi dan meningkat secara
bertahap sampai plasenta juga dikeluarkan.
d. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu,
yang dikeluarkan oleh desidua, disamping itu pemberian prostaglandin
saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim dan prostaglandin
dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.
7

e. Teori induksi partus (induction of labor)


Induksi persalinan adalah suatu usaha agar persalinan mulai
berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan
jalan merangsang timbulnya his, persalinan anjuran (induksi
persalinan) dapat dilakukan dengan jalan:
1) Memecahkan ketuban
Pemecahan ketuban ini dapat mengurangi beban rahim
sebesar 40 % sehingga tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat
untuk membuka serviks dan menyebabkan kepala dapat langsung
menekan dinding serviks. Di dinding serviks terdapat banyak saraf-
saraf yang merangsang kontraksi rahim.
2) Induksi persalinan secara hormonal/kimiawi
Pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus. Tetesan
infusnya dimulai dari 8 mU (1 mU = 2 tetes) permenit dinaikkan 4
mU setiap 30 menit dan tetesan maksimalnya 30-40 mU.
3. Tahapan Persalinan Normal
Menurut Marlina (2020), fase atau tahapan dalam proses persalinan
di bagi menjadi 4 kala:
a. Kala I (kala pembukaan serviks)
Kala ini di mulai sejak timbulnya his dan mengeluarkan lendir
yang bercampur darah (bloody show). Lendir yang bercampur darah
ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai
membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-
pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah
karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.
Proses ini di bagi 2 fase yaitu:
1) Fase laten, berlangsung selama 8 jam, di mulai dari pembukaan
nol sampai 3 cm dan his masih lemah dengan frekuensi his jarang
jika melebihi dari 8 jam di sebut fase laten memanjang.
2) Fase aktif (4-10) cm dengan kecepatan pembukaan 1 cm atau lebih
(per jam berlangsung 7 jam).
8

Pada fase aktif di bagi dalam 3 fase:


a) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi
menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
b. Kala II (Kala Pengeluaran)
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir dengan
adanya dilatasi penuh serviks dan sempurna. Pada kala ini his menjadi
lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali, lamanya
60-90 detik.
Tanda dan gejala kala dua :
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
2) Ibu merasakan meningkatnya tekanan pada rectum atau vagina
dan hendak buang air besar.
3) Perineum terlihat menonjol
4) Vulva dan anus terlihat membuka
5) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
6) Kepala telah turun di dasar panggul.
Diagnosis pasti kala dua adalah bila dilakukan pemeriksaan dalam
didapatkan pembukaan serviks lengkap dan kepala janin sudah
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
1) Primigravida kala II berlangsung kira-kira 2 jam
2) Multigravida berlangsung kira-kira 1 jam
3) Multipara berlangsung kira-kira 0,5 jam
c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Dimulai sejak lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta
berlangsung 6 sampai 15 menit setelah janin keluar dan di sertai
dengan pengeluaran darah.
9

Tanda-tanda pelepasan plasenta


1) Tali pusat bertambah Panjang
2) Semburan darah tiba-tiba
3) Bentuk uterus menjadi lebih bulat.
d. Kala IV (Kala Pengawasan)
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum. Pemantauan pada kala IV :
1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30
menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus
sampai menjadi keras.
2) Periksa tanda-tanda vital dan perdarahan setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua
3) Anjurkan Ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.
4) Bersihkan perineum Ibu dan kenakan pakaian Ibu yang bersih dan
kering.
5) Biarkan Ibu beristirahat.
6) Bayi segera diberi ASI, ini dapat membantu uterus berkontraksi.
7) Jika Ibu perlu ke kamar mandi, Ibu boleh bangun, pastikan Ibu
dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah
persalinan. Pastikan Ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pasca
persalinan.
4. Tanda-tanda Persalinan
Menurut Petty (2020), tanda-tanda persalinan ada 2 yaitu:
a. Tanda pendahuluan adalah:
1) Lightening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul.
2) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
10

4) Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-


kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor
pains”.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show).
b. Tanda Pasti Persalinan meliputi:
1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
3) Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan.
5. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
Menurut Rani (2022), faktor-faktor yang berperan dalam
persalinan:
a. Passenger
Pada faktor passenger, hal-hal yang mempengaruhi adalah ukuran
kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin
b. Passage
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Janin harus
berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir
c. Power
His adalah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks
membuka dan mendorong janin ke bawah. Bila his sudah cukup kuat,
kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul
1) His (kontraksi uterus)
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan atau kontraksi ligamentum rotundum
11

d. Penolong
Mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin
e. Psychologic Response
Proses persalinan adalah saat menegangkan dan mencemaskan bagi
wanita dan keluarganya. Rasa takut, tegang, dan cemas mungkin
mengakibatkan proses kelahiran berlangsung lambat

B. Kala I lama
1. Definisi Kala I Lama
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam
yang dimulai dari tanda-tanda persalinan. Partus lama merupakan salah
satu penyebab kematian ibu dan janin. Partus lama dapat menyebabkan
infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi, dan perdarahan post partum yang
dapat menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, cedera
dan asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi. Partus lama
merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan bayi baru
lahir (Serli, 2022).
2. Etiologi
Sebab-sebab terjadinya partus lama menurut Murtinawita (2022):
a. Kelainan Tenaga/Power (Kelainan His)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan kerintangan dalam jalan lahir sehingga tidak mampu
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks.
Jenis-jenis kelainan his:
1) Inersia uteri
Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah lebih singkat
dan lebih jarang dibandingkan denaga his yang normal.Inersia uteri
dibedakan atas inersia uteri primer dan inersia uteri sekunder,
Inersia uteri primer adalah kelainan his yang timbul sejak
permulaan persalinan,sedangkan inersia uteri sekunder adalah
12

kelainan his yang timbul sejak adanya his yang kuat teratur dan
dalam waktu yang lama.
2) Inkoordinasi kontrakasi uterus
Keadaan dimana tonus otot uterus meningkat, juga diluar
his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak
ada singkronisasi kontrakasi bagian- bagiannya. Tidak koordinasi
antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his
tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Ibu berumur ≤ dari 20 tahun dan ≥35 tahun dianggap
beresiko terhadap kelainan his. Usia ≤ 20 tahun respon hormonal
tubuh belum berfungsi maksimal oleh karena fungsi sistem
reproduksi yang belum siap menerima kehamilan. Penelitian oleh
Pawzner menyimpulkan bahwa induksi persalinan meningkat pada
kasus multipara ≤ 20 tahun oleh karena uterus kurang siap untuk
persalinan karena serviks belum matang. Usia ≥ 35 tahun dapat
menyebabkan kelainan his oleh karena adanya kemunduran fungsi
dan efisiensi kontraksi spontan miomametrium oleh karena
menuanya jaringan reproduksi sehingga menyebabkan terjadinya
persalinan lama.
Kelainan his dipengaruhi oleh paritas ibu. Paritas adalah
jumlah kelahiran seluruhnya bayi yang hidup.
b. Kelainan Janin (Passenger)
Persalinan dapat mengalami gangguan karena malpresentase
dan malposisi serta kelainan dalam bentuk janin.
1) Malpresentase dan Malposisi
Malpresentase adalah bagian terendah janin yang berada
disegmen bawa rahim, bukan belakang kepala. Malposisi adalah
penunjuk (ubun-ubun kecil) tidak berada dianterior sehingga
bagian janin ataupun diameter kepala yang melalui rongga panggul
menjadi lebih besar. Keadaan ini dipengaruhi beberapa faktor
13

diantaranya paritas ibu, plasenta previa, prematuritas


polihidramnion serta riwayat presentase bokong sebelumnya.
2) Makrosomia
Makrosemia atau janin besar adalah bila berat badan
melebihi 400 gram. Makrosemia dapat disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya adalah herediter, riwayat penyakit diabetes
mellitus, pola hidup yang berpengaruh terhadap kenaikan berat
badan yang berlebihan.
3) Hidrosefalus
HIdrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinalis
dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi
pelebaran sutura serta ubun- ubun. Cairan yang tertimbun dalam
ventrikel biasanya berkisar antara 500-1.500 ml, akan tetapi
kadang-kadang akan mencapai 5 liter. Karena kepala janin terlalu
besar dan tidak dapat berakomodasi dibagian bawah uterus,maka
sering ditemukan dalam keadaan sungsang. Bagaimanapun
letaknya hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic
dengan segala akibatnya.
c. Kelainan Jalan Lahir (Passage)
Kelainan ukuran atau bentuk jalan lahir biasa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan misalnya kelainan
panggul ibu
1) Kelainan Panggul
CPD atau Cefalopelvic Disproportion adalah
ketidaksesuaian ukuran panggul dan ukuran janin, yakni ukuran
pelvic tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya
janin melalui pelvic sampai terjadi kelahiran pervaginan. Keadaan
ini dapat mengakibatkan kegagalan kemajuan persalinan,
persalinan macet, dan disfungsi uterus hipotonik yang dapat
memicu persalinan lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya CPD :
14

a) Kesempitan pada pintu atas panggul Pintu atas panggul


dianggap sempit apa bila conjungtiva vera kurang dari 10 cm
atau diameter transversa kurang dari 12 cm. pada panggul
sempit kepala memiliki kemungkinan lebih besar tertahan pada
pintu atas panggul.
b) kesempitan pintu panggul tengah Ukuran terpenting pada pintu
tengah panggul adalah distansia interspinarum, kurang dari 12
cm.
c) Kesempitan pintu bawah panggul Bila diameter transversa dan
diamet sagitali posterior kurang dari 15 cm, maka sudut arkus
pubis juga mengecil (≤80) sehingga timbul kemacetan pada
kelahiran janin ukuran biasa.
2) Obstruksi jalan lahir
Obstruksi jalan lahir oleh karena adanya kista, tumor dan
oedema pada jalan lahir sehingga mempengaruhi kemajuan
persalinan yang memicu terjadinya persalinan lama.
d. Faktor Penolong
Penolong persalinan mempunyai peran yang sangat penting
dalam proses persalinan selain faktor ibu dan janin, penolong
persalinan bertindak dalam memantau proses terjadinya kontraksi
uterus dan memimpin mengejan hingga bayi dilahirkan. Seorang
penolong pesalinan harus dapat memberikan dorongan pada ibu yang
sedang dalam persalinan dan mengetahui kapan harus memulai
persalinan selanjutnya melakukan perawatan pada ibu dan bayi.
Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan tidak berjalan
dengan lancar, berlangsung lama dan muncul berbagai komplikasi.
e. Faktor Psikis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus
emosional yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak
dapat dipisahkan dari aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita
kebanyakan proses persalinan membuat takut dan cemas, sehingga
15

menghambat suatu proses persalinan. Gangguan kecemasan ibu akan


memberi stimulus syaraf dalam menghasilkan hormone pemicu stress
yaitu hormone adrenalin nyang dapat berpengaruh pada proses
persalinan akibat terhambatnya produksi oksitosin yang member
pengaruh terhadap kontraksi uterus.
f. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan dimana pecahnya
ketuban sebelum persalinan atau sebelum kehamilan memasuki aterm
(37 minggu). Hal tersebut disebabkan oleh melemahnya selaput
ketuban yang ada hubungannya dengan istensi uterus berlebihan,
kontraksi rahim dan gerakan janin. Bila ketuban telah pecah dan belum
ada tanda-tanda inpartu resiko terjadinya infeksi lebih tinggi dan dapat
mempengruhi keadaan dalam vagina yang bisa menyebabkan
terjadinya partus lama.
3. Klasifikasi
Menurut Ita (2023), Partus lama dapat dibagi berdasarkan pola
persalinanya, menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Fase laten memanjang
Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten
memanjang apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan
14 jam pada ibu multipara. Keadaan yang mempengaruhi durasi fase
laten antara lain keadaan serviks yang memburuk (misalnya tebal,
tidak mengalami pendataran atau membuka) dan persalinan palsu.
Diagnosis dapat pula ditentukan dengan menilai pembukaan serviks
tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur.
b. Fase aktif memanjang
Friedman membagi masalah fase aktif menjadi gangguan
protraction (berkepanjangan dan berlarut-larut) dan arrest
(macet/tidak maju). Protraksi didefenisikan sebagai kecepatan
pembukaan dan penurunan yang lambat yaitu untuk nulipara adalah
kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm/jam atau penurunan
16

kurang dari 1cm/jam. Arrest didefinisakan sebagai berhentinya


pembukaan atau penurunan ditandai dengan tidak ada perubahan
serviks dalam 2 jam (arrest of dilactation) dan kemacetan penurunan
(arrest of descent) sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1
jam.
c. kala II memanjang
Tahap ini berawal pada saat pembukaan serviks telah lengkap
dan berakhir dengan keluarnya janin. Kala II persalinan pada
nulipara dibatasi 2 jam sedangkan untuk multipara 1 jam. Pada ibu
dengan paritas tinggi, komtinuitas otot vagina dan perineum sudah
meregang, atau sudah tiga kali usaha mengejan setelah pembukaan
lengkap mungkin cukup untuk mengeluarkan janin.
4. Diagnosis persalinan
Menurut Deasy (2022), diagnosis persalinan seperti berikut:
Tanda dan gejala Diagnosis

Pembukaan serviks (tidak Belum inpartu, false labor


membuka kurang dari 3 cm).
Tidak di dapatkan kontraksi
uterus
Pembukaan serviks tidak Prolonged laten phase
melewati 3 cm sesudah 8 jam
inpartu
Pembukaan serviks melewati
garis waspada patograf:
 Frekuensi dan lamanya  Inersia unteri
kontraksi kurang dari
3,Kontraksi per 10 menit dan
kurang dari 40 detik.
 Secondary arrest of dilatation  Dispopotrion

atau arrest of descent sepalopelvik


17

Tanda dan gejala Diagnosis

 Secondari arrest of dilatation  Obstruksi


dan bagian terendah dengan
kaput, terdapat moulage
hebat,edema serviks,tanda
ruotura uteri imminens, fetal
dan maternal distress
 Kelainan presentasi (selain
 Malpresentasi
vertex)
Pembukaan serviks lengkap,Ibu Kala II lama (prolonged second
ingin mengejan,tetapi tidak ada stage)
kemajuan penurunan.

5. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala partus lama menurut Asri (2022):
a. Pada ibu
Ibu tampak gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat
nadi cepat, pernapasan cepat .
b. Pada janin
DJJ (denyut jantung janin) cepat/tidak teratur air ketuban
terdapat mekonium kental kehijau-hijauan dan berbau, kaput
suksadenaum yang besar, moulage kepala yang hebat, kematian janin
dalam kandungan, kematian janin intra partal.
6. Dampak Kala I Lama
Umiati (2023) menjelaskan bahwa partus lama dapat berakibat
buruk baik pada ibu maupun pada bayi. Ibu dan bayi dapat mengalami
distress serta meningkan resiko infeksi karena dapat menyebabkan
meningkatnya tindakan intervensi serta resiko terjadinya perdarahan post
partum dan atonia uteri. Komplikasi dari partus lama yaitu, atonia uteri,
laserasi, perdarahan, nfeksi, kelelahan ibu dan shock, asfiksia, trauma
18

cerebri, cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi.Beberapa dampak yang


dapat terjadi akibat partus lama pada ibu dan janin yaitu:
a. Ruptur Uteri
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir
keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi.
Bila kontraksi berlanjut, segmen bawa rahim menjadi meregang
sehingga menjadi berbahaya karena menipis dan menjadi lebih mudah
ruptur. Ruptur uteri lebih sering terjadi pada multipara terutama jika
uterus telah melemah karena jaringan parut atau riwayat secsio
secarea. Kejadian ruptur juga dapat menyebabkan perdarahan
persalinan yang berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
b. Pembentukan Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis, maka
sebagian kandung kemih, serviks, vagina dan rektum terperangkap
diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis dan mendapatkan
tekanan yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan kerusakan sirkulasi
oksigenasi pada jaringan jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga
terjadi nekrosis dalam beberapa hari dan menimbulkan munculnya
fistula Fistula dapat berupa vesiko vaginal (diantara kandung kemih
dan vagina), vesiko servikal (diantara kandung kemih dan serviks), dan
rekto vaginal (berada diantara rektum dan vagina), yang dapat
menyebabkan terjadinya kebocoran urin atau veses dalam vagina.
c. Sepsis Puerperalis
Infeksi merupakan bahaya serius bagi ibu dan bayi pada kasus-
kasus persalinan lama terutama karena selaput ketuban pecah dini.
d. Cedera otot-otot dasar panggul
Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung
dari kepala janin serta tekanan kebawah akibat upaya mengejan ibu.
Gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi
perubahan fungsional dan anatomic otot saraf dan jaringan ikat yang
akan menimbulkan inkontinensia urin dan prolaps organ panggul.
19

e. Caput suksedenum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi
kaput suksedaneum yang besar di bagian bawah janin. Kaput ini dapat
berukuran besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius.
f. Molase kepala janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang
tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura besar.
dimana batas median tulang parietal yang berkontak dengan
promontorium tumpang tindih dengan tulang disebelahnya, hal yang
sama terjadi pada tulang
g. Kematian janin
Bila persalinan macet atau persalinan lama dibiarkan lebih
lama maka akan mengakibatkan kematian janin yang disebabkan
karena tekanan berlebihan pada plasenta dan korda umbilicus. Janin
yang mati itu akan melunak akibat pembusukan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata (KID).
7. Penatalaksanaan
Menurut Tania (2020), Bidan di daerah pedesaan dengan
polindesnya diharapkan dapat mengambil bagian terbesar pada
pertolongan persalinan normal dengan menggunakan partograf.
Kewaspadaan dalam pertolongan persalinan sudah dilakukan sejak
semula, dengan melakukan observasi (kontraksi, penurunan bagian
terendah dan pembukaan) sehingga setiap saat keadaan ibu dan janin
dapat diketahui dengan pasti. Jika kala II dibiarkan berlangsung lama
maka janin akan mengalami peningkatan hipoksia dan gawat janin.
Puncak kewaspadaan ini dilaksanakan dengan melakukan rujukan
penderita kepusat pelayanan dengan fasilitas setelah melampaui garis
waspada agar penderita diterima dipusat pelayanan dalam keadaan
optimal. Bidan diharapkan bekerjasama dengan dukun melalui pendidikan
dukun sehingga dapat mengenal penderita untuk dilakukan rujukan medis.
20

a. Penatalaksanaan Umum
1) Nilai cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda
tanda vital tingkat hidrasinya.
2) Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his.
Hitung frekuensinya sekurang-kurangnya sekali dalam 30 menit
selama fase aktif dan tiap 5 menit selama kala II.
3) Memperbaiki keadaan umum
a) Dengan memberikan dukungan emosional, bila keadaan masih
memungkinkan anjurkan bebas bergerak duduk dengan posisi
yang berubah.
b) Berikan cairan searah oral atau parenteral dan upaya buang air
kecil.
c) Berikan analgesik : tramadol atau petidin 25 mg IM
(maksimum 1mg/kg BB), jika pasien merasakan nyeri yang
sangat.
b. Penatalaksanaan khusus
1) Persalinan palsu / belum inpartu (False labor)
Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien
boleh pulang. Periksa adanya infeksi saluran kencing. Ketuban
pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat.
Bila tidak pasien boleh rawat jalan.
2) Fase laten yang memanjang (Prolonged latent phase)
Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara
retrospektif. Bila his terhenti disebut persalinan palsu atau belum
inpartu. Bila mana kontraksi makin teratur dan pembukaan
bertambah sampai 3 cm, pasien tersebut dikatakan masuk fase
laten. Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan
tidak ada kemajuan, lakukan pemeriksaan dalam :
a) Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks
tidak didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya
kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu.
21

b) Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan


serviks, lakukan drips oksi dengan 5 unit dalam 500 cc
dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30
menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat maksimum 40 tetes
per menit atau berikan preparat prostaglandin lakukan
penilaian 4 jam.
c) Bila didapatkan adanya tanda amnionitis, berikan induksi
dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrose mulai dengan
8 tetes per menit, setiap 15 menit di tambah 4 tetes sampai his
yang adekuat (maksimum 40 tetes per menit) atau di berikan
preparat prostaglandin serta obati infeksi dengan ampisilin 2
gr Intra Vena (IV) sebagai dosis awal dan 1 gr Intra vena (IV)
setiap 6 jam dan gentamisin 2 X 80 mg.
3) Fase aktif yang memanjang (prolonged active phase)
Bila tidak didapatkan adanya chefalo pelvik disproporsi (CPD)
atau adanya obstruksi :
a) Berikan penanganan kontraksi dan mempercepat kemajuan
persalinan.
b) Bila ketuban utuh, pecahkan ketuban
c) Bila kecepatan permukaan serviks pada waktu fase aktif
kurang dari 1 cm per jam lakukan penilaian kontraksi uterus.
4) Disproporsi sefalopelvik (CPD)
CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila
dalam persalinan terjadi CPD akan didapatkan persalinan yang
macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan
partus percobaan (trial of labor). Kegunaan pelvimetri klinis
terbatas :
a) Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan seksio
sesarea
b) Bila bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak
mungkin lakukan seksio sesarea).
22

5) Obstruksi (partus macet)


Bila ditemukan tanda – tanda obstruksi :
a) Bayi hidup lakukan SC
b) Bayi meninggal lakukan kraniotomi/embriotomi (bila tidak
mungkin, lakukan seksio sesarea).
6) Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri)
Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi atau
obstruksi bisa disingkirkan, kemungkinan penyebab persalinan
lama adalah inersia uteri.
a) Pecahkan ketuban dan lakukan induksi dengan oksitosin 5
unit dalam 500 cc dekstrosa (atau NaCl) atau prostaglandin.
b) Evaluasi kemajuan persalinan dengan pemeriksaan vaginal 2
jam setelah his adekuat :
(1) jika tidak ada kemajuan, lakukan seksio sesarea
(2) jika ada kemajuan, lanjutkan infuse oksitosin dan
evaluasi setiap 2 jam
7) Kala II yang memanjang (prolonged espulsive phase)
Menghadapi persalinan lama dalam Kala II, dan tidak
mungkin untuk merujuk penderita atau terjadi gawat janin
diusahakan mengakhiri persalinan dengan episiotomi dan
dorongan (eksresi) yang dilakukan dengan hati hati dan tarikan
(Ekstraksi) vakum atau tarikan cunam.
Adapun syarat-syarat terpenuhi jika terdapat penyimpangan,
dapat di usahakan mengakhiri persalinan.
a) Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa
disingkirkan, berikan infus oksitosin.
b) Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala
(1) Kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis, atau
bagian tulang kepala di station (0), dilakukan ekstraksi
vakum atau cunam.
23

(2) Kepala diantara 1/5-3/5 diatas simfisis pubis, atau bagian


tulang kepala diantara station (0)-(-2), dilakukan
ekstraksi vakum.
(3) Kepala lebih dari 3/5 diatas simfisis pubis, atau bagian
tulang kepala diatas station (-2), lakukan secsio sesarea.

C. Sectio Caesarea
1. Definisi Sectio Caesarea
Sectio caesarea berasal dari bahasa Latin “Caedere” yang artinya
memotong. Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina (Ainuhikmah, 2018).
Sectio caesarea merupakan tindakan medis yang diperlukan untuk
membantu persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat
masalah kesehatan ibu atau kondisi janin. Tindakan ini diartikan sebagai
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Arda, 2021).
2. Indikasi Sectio Caesarea
Indikasi Sectio Caesarea menurut Morita (2020), meliputi:
a. Faktor Ibu
1) Distosia
Distosia merupakan suatu keadaan persalinan yang lama
Karena adanya kesulitan dalam persalinan yang disebabkan oleh
beberapa faktor dalam persalinan. Baik faktor dari ibu sendiri
maupun faktor bayi dalam proses persalinan, seperti kelainan
tenaga (his), kelelahan mengedan, kelainan jalan lahir, kelainan
letak dan bentuk janin, kelainan dalam besar atau bobot janin, serta
psikologi ibu.
24

2) Cephalo Pelvic Disproportion


Cephalo Pelvic Disproportion (CPD) adalah ketidak-
selarasan atau ketidakseimbangan antara kepala janin dan pelvis
ibu. CPD merupakan keadaan ketidaksesuaian antara luas panggul
dan besar kepala janin. CPD merupakan kedaan penggul ibu yang
tidak sesuaidengan keadaan panggul yang normal yang dimiliki
kebanyakan wanita. Keadaan panggul yang tidak normal tidakbaik
untuk dilakukan tindakan persalinan pervagina. Oleh karena itu,
seorang ibu penting untuk melakukan pengukuran panggul pada
saat pemeriksaan kehamilan awal dengan tujuan memperkirakan
apakah keadaan panggulnya masih dalam batas normal atau tidak.
CPD mencakup panggul sempit, fetus yang tumbuh terlampau
besar atau adanya ketidakseimbangan relatif antara ukuran antara
ukurankepala bayi dan pelvis panggul.
3) Preeklamsi dan Eklamsia
Preeklamsi berat atau PEB merupakan suatu sindrom yang
dijumpai pada ibu dengan kehamilan di atas 20 minggu yang
ditandai dengan hipertensi dan proteinura dengan atau tanpa edema
(bengkak). Eklamsia adalah pre-eklamsia yang disertai dengan
gejala kejangkejang umum yang terjadi pada saat hamil, waktu
partus, atau dalam tujuh hari post partum bukan karena epilepsi.
PEB dan eklamsia sangat rawan untuk dilakukan persalinan
pervaginam karena ibu dan bayinya beresiko tinggi terjadinya
injuri.Pada umumnya, ibu hamil yang menderita PEB ataupun
eklamsia acap kali berakhir dengan persalinan sectio caesarea.
4) Gagal Induksi
Gagal induksi persalinan merupakan indikasi dilakukannya
sectio caesarea untuk segera menyelamatkan ibu dan bayinya.
5) Sectio Ulang
Sectio yang berulang merupakan indikasi dilakukannya
sectio caesarea. Hal ini disebabkan rahim ibu mengalami luka perut
25

akibat pada saat operasi sectio caesarea sebelumnya sehingga


mengakibatkan ibu mengalami robekan pada rahim, terpisahnya
jaringan perut bekas sectio caesarea sebelumnya acapkali
disebabkan oleh terjadinya rupture uteri (robekan rahim).
6) Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal,
yaitu plasenta yang terletak pada segmen bawah uterus sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium interim). Implantasi plasenta yang normal, yaitu pada
dinding depan atau dinding belakang rahim di daerah fundus uteri.
Palsenta previa tebagi menjadi tiga, yaitu plasenta previa
marginalis, plasenta previa sebagian dan plasenta previa totalis.
Kehamilan dengan plasenta previa marginalis, yaitu pinggir
plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan. Plasenta previa
partialis (sebagian), yaitu sebagian permukaan tertutup oleh
jaringan, tetapi persalinan masih dapat dilakukan dengan cara
pervaginam, asalkan dilakukan oleh orang yang sudah terlatih.
Kehamilan dengan plasenta previa totalis,yaitu pinggir plasenta
berada tepat pada pinggir pembukaan. Pada kondisi seperti ini,
persalinan tidak dapat dilakukan dengan pervaginam, tetapi melalui
section caesarea karena plasenta menutupi seluruh jalan lahir.
7) Solutio Plasenta
Solutio plasenta disebut juga dengan nama abrupsio
plasenta. Solution plasenta adalah terlepasnya sebagian atau
seluruh plasenta sebelum janin lahir. Ketika plasenta terpisah akan
diikuti pendarahan maternal pada ibu yang parah, bahkan dapat
diakibatkan kematian pada janin. plasenta yang terlepas eluruhnya
disebut solutio plasenta totalis, sedangkan plasenta yang terlepas
sebagian disebut solution plasenta parsialis, dan jika hanya
sebagian kecil pinggiran plasenta yang terpisah disebut ruptira
sinus marginalis.
26

8) Obstruksi jalan lahir


Obstruksi pada jalan lahir menimbulkan kesulitan dan
merupakan rintangan teerhadap lahirnya janin pervagina karena
adanya massa yang menghalangi jalan lahir. Tumor tersebut seperti
mioma uteri, tumor ovarium, dan kanker rahim.Hal ini bergantung
pada jenis dan besarnya tersebut. Hal yang perlu dipertimbangkan,
apakah persalinan dapat dilakukan secara pervagina atau secara
sectio caesarea. Selain itu, tumor tersebut dapat menimbulkan
perdarahan hebat yang dapat membahayakan
9) Ruptur Uteri
Ruptur uteri adalah keadaan robekan pada rahim yang telah
tejadi hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga
protoneum. Rupture uteri, baik yang terjadi pada masa hamil atau
proses persalinan peritoneum merupakan suatu kondisi bahaya
yang besar pada wanita dan janin yang dikandungnya. Dalam lam
kondisi seperti ini, sejumlah besar janin bahkan hampir tidak ada
janin yangdapat diselamatkan, dan sebagian besar dari wanita
tersebut meninggal akibat pendarahan, infeksi, penderita kecacatan,
dan kemungkinan tidak bisa hamil hamilmbali karena terpaksa
harusmenjalani histerektomi.
10) Disfungsi Uterus
Disfungsi uterus merupakan kerja uterus yang tidak
adekuat. Hal ini menyebabkan tidak adanya kekuatan untuk
mendorong bayi keluar dari rahim. Keadaan ini membuat
persalinan terhenti sehingga perlu dilakukan tindakan sectio
caesarea. Usia lebih dari 35 tahun usia reproduksi yang ideal bagi
seorang ibu adalah antara 20-35 tahun. Usia dibawah 20 tahun dan
diatas 35 tahun akan meningkatkan resiko kehamilan persalinan.
Dari segi psikologi, pada wanita usia kurang dari 20 tahun
perkembangan kejiwaan masih belum matang untuk menjadi ibu.
Dari segi fisik, pada usia muda organ-organ reproduksi seorang
27

wanita belum sempurna sehingga dapat berakibat terjadinya


komplikasi obsentrik. Kehamilan diatas 35 tahun memiliki resiko
tiga kali lebih besar untuk terjadinya persalinan dengan tindakan
sectio caesarea dibandingkan dengan usia dibawah 35 tahun. Usia
lebih dari 35 tahun termasuk ke dalam golongan usia beresiko
tinggi dalam kehamilan dan persalinan. Pada usia ini, berbagai
masalah sering kali menyertai kehamilannya, plasenta totalis,
preeklamsi berat, kelelahan dalan mengedan, dan sebagainya.
11) Herpes Genital Aktif
Herpes genital merupakan penyakit kelamin yang
disebabkan oleh virus bernama Herpes Simpleks Virus
(HVS).Virus ini ditularkan melalui kontak langsung kulit atau
melalui membrane mucus dengan lesi yang akif. Lesi herpes yang
aktif pada genital ibu hamil dapat menular ke bayi pada saat proses
persalinan pervagina. Persalinan pada ibu yang menderita herpes
genital aktif tidak dilakukan dengan cara pervaginam karena bayi
beresiko tinggi terkena infeksi herpes dari ibu saat bayi melewati
jalan lahir pada proses persalinan pervaginam. Penyebaran virus
herpes dari ibu hamil kepada janinnya dapat terjadi pada saat
proses persalinan, ketika terjadi kontak langsung antara janin dan
agen virus herpes yang terdapat pada genital ibu.
b. Faktor Janin
1) Terjadinya Gawat Janin (Distress)
Terjadinya gawat janin antara lain disebabkan : syok,
anemia berat, preeklamsi berat, eklamsia dan kelainan kongenital
berat. Syok dan anemia berat yang dialami ibu pada masa
persalinan dapat menimbulkan gawat janin. Hal ini terjadi karena
pada keadaan syok dan anemia, suplai darah berisi nutrisi dan
oksigen dari ibu ke janin menjadi terhambat. Hal yang sama juga
terjadi apabila ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang
pada rahim yang dapat mengakibatkan gangguan pada plasenta
28

(ari-ari) dan tali pusat sehingga aliran oksigen ke bayi menjadi


berkurang. Kondisi ini bisa menyebabkan janin mengalami
kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal di dalam rahim.
2) Letak Janin
Kelainan dengan letak sungsang, lintang, dan presentasi
ganda atau majemuk merupakan factor penyulit dalam
persalinan. Letak sungsang beresiko mengalami kematian,
kecacatan, dan kecelakaan yang jauh lebih tinggi apabila
dilahirkan secara pervaginam (melalui vagina). Penyebab letak
sungsang sering tidak diketahui pasti (idiopatik). Secara teori,
penyebab letak sungsang dapat terjadi karena fakto ibu, seperti
kelainan bentuk rahim, tumor jinak rahim/mioma, letak dan
plasenta lebih rendah. Letak lintang merupakan kelainan letak
janin didalam rahim ibu yang terjadi pada usia kehamilan tua
(kehamilan 8-9 bulan), yaitu kepala bayi beradadi samping kanan
atau kiri dalam rahim ibu. Bayi dengan keadaan letak lintang
tidak dapat dilahirkan secara pervaginam karena sumbutubuh
janin letaknya melintang terhadap sumbu tubuh ibu.
Bayi dalam kondisi ketak lintang membutuhkan
pertolongan sectio caesarea. Letak sungsang adalah posisi
dimana kepala terletak di fundus uteri, sedangkan bokong diatas
simfisis, mekanisme persalinan kepala adalah mekanisme yang
paling berbahaya, karena dapat menyebabkan dislokasi
persendian, trauma alat vital visera fraktur tulang ekstermitas,
fraktur persendian leher, asfiksia ringan hingga berat, perdarahan
intracranial, lahir mati sehingga dilakukan persalinan dengan
bantuan caesarea. Keadaan obliq atau letak lintang adalah
keadaan dimana janin dalam kandungan yang letaknya
melintang, sehingga tidak memungkinkan jika bayi dilahirkan
pervaginam, walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
Keadaan demikian dapat menyebabkan retraksi progresif pada
29

segmen bawah, yang kemudian dapat membatasi aliran darah


uteroplasenta dan membahayakan janin dalam kandungan.
Kondisi selanjutnya yaitu adanya rupture pada uterus yang dapat
membahayakan keadaan ibu.
3) Kehamilan ganda
Kehamilan ganda (kembar) adalah kehamilan dengan dua
janin atau lebih dalam satu rahim dengan satu atau dua plasenta.
Kehamilan kembar dapat beresiko tinggi, baik terhadap ibu
maupun bayinya. Kehamilan kembar kerap kali berakhir di meja
operasi dengan tindakan Section caesarea terutama bila ibu
mengandung tiga janin atau lebih. Hal ini akan menjamin bayi-
bayi tersebut dilahirkan dalam kondisi sebaik mungkin dengan
trauma minimum.
4) Adanya bobot badan bayi yang ukurannya lebih dari normal
Bobot bayi lahir normalnya antara 2.500-4.000 gram.
Bobot bayi diatas 4.000 gram atau lebih dinamakan bayi besar
(giant baby).Hal ini dapat mengakibatkan bayi sulit keluar dari
jalan lahir ibu. Umumnya, pertumbuhan janin yang berlebihan
disebabkan ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus) yang
biasanya disebut bayi besar objektif. Bayi dengan bobot terlalu
besar memiliki resiko 4 kali lebih besar untuk terjanya
komplikasi persalinan.
3. Manifestasi klinis
Menurut Hijrotun (2019), manifestasi klinis pada klien dengan post
sectio caesarea antara lain :
a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
b. Terpasang kateter, urin jernih dan pucat.
c. Abdomen lunak dan tidak ada distensia
d. Bising usus tidak ada atau samar
e. Ketidaknyamanan untuk menghadapi situasi baru
f. Balutan abdomen tampak sedikit noda.
30

g. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak


4. Patofisiologi
Menurut Ervina (2019), Sectio caesarea adalah suatu proses
persalinan melalui pembedahan pada bagian perut dan rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh sertaberat janin diatas 500 gram. Selain berasal
dari faktor ibu seperti panggul sempit absolut, kegagalan melahirkan
secara normal karena kurang adekuatnya stimulasi, tumor-tumor jalan lahir
yang menimbulkan obstruksi, stenosis serviks/vagina, plasenta previa,
disproporsi sefalopelvik, ruptura uteri membakat, indikasi dilakukannya
sectio caesarea dapat berasal dari janin seperti kelainan letak, gawat janin,
prolapsus plasenta, perkembangan bayi yang terlambat, mencegah
hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia.
Setiap operasi sectio caesarea anestesi spinal lebih banyak dipaka
dikarenakan lebih aman untuk janin. Tindakan anestesi yang diberikan
dapat mempengaruhi tonus otot pada kandung kemih sehingga mengalami
penurunan yang menyebabkan gangguan eliminasi urin. Sayatan pada
perut dan rahim akan menimbulkan trauma jaringan dan terputusnya
inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf disekitar daerah insisi.
Hal tersebut merangsang keluarnya histamin dan prostaglandin. Histamin
dan prostaglandin ini akan menyebabkan nyeri pada daerah insisi.
Rangsangan nyeri yang dirasakan dapat menyebabkan munculnya
masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik. Selanjutnya hambatan
mobilisasi fisik yang dialami oleh ibu nifas dapat menimbulkan masalah
keperawatan defisit perawatan diri. Adanya jaringan terbuka juga akan
menimbulkan munculnya risiko tinggi terhadap masuknya bakteri dan
virus yang akan menyebabkan infeksi apabila tidak dilakukan perawatan
luka yang baik.
31

5. Penatalaksanaan
Menurut Hijrotun (2019), penatalaksanaan post partum SC yaitu :
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan per intravena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,
garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan
b. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per
oral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air
teh
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan
dan kiri dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, latihan
pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar, hari kedua post operasi, penderita dapat
didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya, kemudian posisi tidur telentang dapat diubah
menjadi posisi setengah duduk (semifowler), selanjutnya selama
berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama
sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3
sampai hari ke-5 pasca operasi
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa
tidaknyaman pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
32

menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24–48 jam /


lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita
e. Pemberian obat-obatan
Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat
berbeda-beda sesuai indikasi
f. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang
diberikan ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat
diberikan tramadol atau paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi
ranitidin 90-75 mgdiberikan setiap 6 jam bila perlu
g. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vitamin C
h. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah
danberdarah harus dibuka dan diganti
i. Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah
suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan
j. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,
biasanya mengurangi rasa nyeri
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PATOLOGI PADA NY. F G2 P1 A0


DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI
OEDEMA PORSIO DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJIBARANG
TAHUN 2024

Tanggal Masuk : 1 Februari 2024


Waktu : 18.30 WIB
Tempat : Ruang Bersalin

I. PENGUMPULAN DATA DASAR


A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. F Nama Suami : Tn. I

Umur : 26 th Umur : 27 th

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Ajibarang kulon

Tgl. Masuk : 01-02-2024

No. RM : 24xxxx

33
34

2. Alasan Datang
Ibu mengatakan rujukan dari puskesmas ajibarang 1, perut mulas
sejak pukul 13.00 WIB
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perut mulas semakin sering dan keluar lendir
bercampur darah tetapi pembukaannya tidak bertambah
4. Riwayat Obstetric dan Ginekologi
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Keadaan Janin
Umur Jenis persalinan Penolong
Ke Nifas Hidup Meninggal
kehamilan persalinan
Spnt Tndk op Umur BBL Umur JK Sbb
1 Aterm √ - - Bidan Normal 3 th 2.800 - - -
gr
2 Hamil ini - - - - - - - - - -

b. Riwayat Kehamilan Sekarang


 G2 P1 A0
 ANC TM I : 2 kali
TM II : 1 kali
TM III : 3 kali
 Imunisasi TT I : Sudah dilakukan
TT II : Sudah dilakukan
TT III : Sudah dilakukan
TT IV : Sudah dilakukan
TT V : Sudah dilakukan
Keluhan TM I : Ibu mengatakan mual, muntah
dan pusing
Terapi yang diberikan : Tablet Fe 1x1, vit B6 1x1, kalk
1x1

Nasehat yang diberikan : Makan sedikit tapi sering,


35

istirahat cukup, ANC terpadu

Keluhan TM II : Ibu mengatakan tidak ada


keluhan

Terapi yang diberikan : Tablet Fe 1x1, kalk 1x1, vitamin


C 1x1

Nasehat yang diberikan : Istirahat cukup

Keluhan TM III : Ibu mengatakan pinggang terasa


nyeri

Terapi yang diberikan : Tablet Fe 1x1, kalk 1x1, vitamin


C 1x1

Nasehat yang diberikan : Body mekanik, rutin melakukan


pemeriksaan dan P4K

c. Riwayat Haid
Menarche : 12 th Flour Albus : Tidak ada

Siklus/teratur : Teratur Warna Bau : Tidak ada

Lama/jumlah : 7 hari Lama : Tidak ada

Dysmenorhea : Tidak ada Gatal : Tidak ada

HPHT : 26-04-2023

HPL : 03-02-2024

Umur kehamilan : 40+1 minggu

d. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi


Jenis kontrasepsi : Ibu mengatakan menggunakan
kontrasepsi KB suntik 3 bulan
36

Lama : Ibu mengatakan lamanya sudah


2 tahun

Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada


keluhan

Alasan lepas : Ibu mengatakan ingin hamil


kembali

Rencana yang akan datang : Ibu mengatakan ingin tetap


menggunakan kontrasepsi KB
suntik 3 bulan

Alasan : Ibu mengatakan karena lebih


ekonomis

5. Riwayat Kesehatan
a). Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit infeksi : Ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit infeksi
seperti TBC, asma dan ISK

Penyakit keturunan : Ibu mengatakan tidak pernah


menderita penyakiat keturunan
seperti hipertensi dan diabetes

Penyakit yang dioperasi : Ibu mengatakan tidak pernah


menderita penyakit yang
dioperasi seperti tumor dan
kanker

Kecelakaan/trauma : Ibu mengatakan tidak pernah


mengalami kecelakaan atau
trauma
37

Penyakit organic : Ibu mengatakan tidak pernah


menderita penyakit organic
seperti jantung dan ginjal

b). Riwayat kesehatan sekarang


Penyakit infeksi : Ibu mengatakan sekarang tidak
menderita penyakit infeksi
TBC, asma dan ISK

Penyakit keturunan : Ibu mengatakan sekarang tidak


menderita penyakit keturunan
seperti hipertensi dan diabetes

Penyakit organic : Ibu mengatakan sekarang tidak


menderita penyakit organic
seperti jantung dan ginjal

c). Riwayat kesehatan keluarga


Penyakit infeksi : Ibu mengatakan didalam
keluarga tidak ada yang
menderita penyakit infeksi
seperti TBC, asma dan ISK

Penyakit keturunan : Ibu mengatakan didalam


keluarga tidak ada yang
menderita penyakit keturunan
seperti hipertensi dan diabetes

Penyakit yang dioperasi : Ibu mengatakan didalam


keluarga tidak ada yang
menderita penyakit yang
dioperasi
38

Penyakit organic : Ibu mengatakan didalam


keluarga tidak ada penyakit
organic

Riwayat gamelly : Ibu mengatakan didalam


keluarga tidak ada riwayat
gamelly

6. Pola kebiasaan sehari-hari


Pantangan makan : Ibu mengatakan tidak ada
pantangan makan

Minum obat terlarang : Ibu mengatakan tidak


mengkonsumsi obat terlarang

Minum jamu : Ibu mengatakan tidak minum


jamu

Merokok/miras : Ibu mengatakan tidak


merokok/ mengkonsumsi miras

Memelihara binatang : Ibu mengatakan tidak


memelihara binatang

7. Kebutuhan sehari-hari
Kebutuhan sehari-hari
Sebelum hamil Selama hamil
a. Pola Nutrisi
Makan : 3x/hari 3x/hari
Porsi : 1 piring 1 piring
Jenis : nasi, lauk, sayur nasi, lauk, sayur, buah
Macam : variasi variasi
Gangguan : tidak ada tidak ada
39

Kebutuhan sehari-hari
Sebelum hamil Selama hamil
Minum : 5 gelas/hari 8 gelas/hari
Jenis : air putih air putih
Gangguan : tidak ada tidak ada
b. Pola Istirahat
Siang : 1 jam/hari 2 jam/hari
Malam : 7 jam/hari 8 jam/hari
Gangguan : tidak ada tidak ada
c. Pola aktivitas
Ibu mengatakan melakukan Ibu mengatakan melakukan
aktifitas rumah tangga seperti aktifitas rumah tangga
mencuci, menyapu dan seperti mencuci, menyapu
mengepel dibantu keluarga

d. Pola Personal Hygine


Mandi : 2x/hari 2x/hari
Keramas : 4x/minggu 4x/minggu
Gosok Gigi : 2x/hari 2x/hari
Ganti Baju : 2x/hari 2x/hari
e. Pola Seksual
Frekuensi : 4x/minggu 4x/minggu
Gangguan : tidak ada tidak ada
f. Pola Eliminasi
BAB : 1x/hari 1x/hari
Warna : kuning kecoklatan kuning kecoklatan
Konsistensi : lunak lunak
Gangguan : tidak ada tidak ada
BAK : 4x/hari 6x/hari
40

Kebutuhan sehari-hari
Sebelum hamil Selama hamil
Warna : kuning jernih kuning jernih
Gangguan : tidak ada tidak ada

8. Data psikologis
Status anak yang dikandung : Ibu mengatakan status anak
yang dikandung adalah anak
yang diinginkan

Tanggapan ibu atas : Ibu mengatakan bahagia atas


kehamilannya kehamilannya

Tanggapan suami dan keluarga : Ibu mengatakan suami dan


keluarga bahagia atas
kehamilan

Kesiapan mental ibu : Ibu mengatakan sudah siap


menjadi seorang ibu

9. Data sosial ekonomi


Penghasilan perbulan : Ibu mengatakan penghasilan
suami perbulan tetap

Tanggungjawab perekonomian : Ibu mengatakan tanggung


jawab perekonomian adalah
suami

Pengambilan keputusan keluarga : Ibu mengatakan pengambilan


keputusan keluarga adalah
suami dan istri
41

10. Data perkawinan


Status perkawinan : Ibu mengatakan status
perkawinan sah

Usia saat menikah : Ibu mengatakan usia saat


menikah 21 tahun

Perkawinan ke : Ibu mengatakan ini


perkawinan yang pertama

Lama perkawinan : Ibu mengatakan lama


perkawinan 5 tahun

11. Data spiritual


Ibu mengatakan selama hamil tetap melakukan ibadah sholat
5 waktu
12. Data sosial Budaya
Ibu mengatakan di dalam keluarga dan masyarakat terdapat
tradisi 4 dan 7 bulanan
13. Data pengetahuan Ibu
Ibu mengatakan sudah mengetahui tanda-tanda persalinan

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda vital :
Tekanan darah : 101/59 mmHg Respirasi : 20 x/menit

Nadi : 80 x/menit Suhu : 36,50 C


42

d. Berat badan
Sebelum hamil : 47 Kg Selama hamil TM I : 45 kg
TM II : 48 kg
TM III : 52 kg
e. Tinggi badan : 146 cm
f. LILA : 28 cm
g. Status present
 Kepala – muka
Kepala : Mesochepal
Rambut : Bersih, tidak ada ketombe
Muka : Bersih, tidak ada oedema
Mata : Simetris
Konjungtiva : Tidak anemis
Sclera : Tidak ikterik
Hidung : Bersih, tidak ada pembesaran polip
Mulut/gigi : Tidak ada stomatitis, tidak ada karies
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Aksila : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Tidak ada bunyi wheezing dan ronchi
Bentuk : Simetris
Mammae : Bersih
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi
Genitalia : Terdapat lendir bercampur darah
Anus : Tidak ada hemoroid
Ekstremitas :
Atas : Tidak ada oedema
Bawah : Tidak ada oedema
2. Pemeriksaan Obstetri
a. Inspeksi
Muka : Bersih, tidak ada oedema
43

Mammae : Simetris
Putting susu : Menonjol
Kolostrum/ASI : Sudah keluar
Kebersihan : Terjaga
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : Terdapat lender bercampur darah
b. Palpasi
 Leopold I : TFU 30 cm, bagian teratas perut
ibu teraba bulat, lunak, tidak
melenting yaitu bokong janin

 Leopold II : - Bagian kanan perut ibu teraba


panjang keras seperti papan yaitu
punggung janin
- Bagian kiri perut ibu teraba
kecil-kecil yaitu ekstermitas janin
 Leopold III : Bagian terbawah perut ibu teraba
bulat, keras, melenting yaitu kepala
janin

 Leopold IV : Divergen 3/5

 TBBJ : 2.945 gram ((30 cm – 11) x 155)

 Kontraksi uterus

Frekuensi : 2 kali dalam 10 menit

Lama : 25 detik

 Bendle ring : Tidak ada

 Vesika urinaria : Kosong


44

c. Auskultasi
DJJ/reguler : 151 x/menit/reguler
d. Perkusi
Reflek patella kanan : Positif
Reflek patella kiri : Positif
e. Pemeriksaan panggul luar
Distansia spinarum : Tidak dilakukan
Distansia cristarum : Tidak dilakukan
Konjugata eksterna : Tidak dilakukan
Lingkar panggul : Tidak dilakukan
f. Pemeriksaan dalam
 Tanggal/jam : 1 Februari 2024/ jam 19.00 WIB

 Oleh : Bidan

 Indikasi : Adanya tanda-tanda persalinan

 Tujuan : Untuk mengetahui kemajuan


persalinan

 Hasil

Keadaan portio : Lunak

Effacement : 60%

Pembukaan : 6 cm

Selaput ketuban : Utuh

Bagian terendah : Kepala

Titik penunjuk : Ubun–ubun kecil

Penurunan : Hodge I

Bagian terkemuka : Ubun–ubun kecil


45

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : 1 Februari 2024

Hb 12,7 gr/dl, Trombosit


208.000 sel/mm3 , Leukosit
19,83.000 sel/mm3 dan HbsAg
(Non Reaktif)

Pemeriksaan Rontgen : Tidak dilakukan

USG : 25 Januari 2024


Janin tunggal, presentasi kepala,
DJJ (+), TBJ 2.700 gram,
placenta korpus belakang, indeks
cairan amnion cukup

II. INTERPRETASI DATA DASAR


1. Diagnosa Nomenklatur
Ny. F umur 26 tahun G2 P1 A0 usia kehamilan 40+1 minggu, janin tunggal
hidup intra uterine, letak memanjang, presentasi kepala dengan persalinan
kala I lama
2. Masalah
Ibu khawatir dan terlihat cemas dengan proses persalinannya
3. Kebutuhan
Memberikan dukungan atau support mental pada ibu

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL


 Pada ibu :
1. Oedema Porsio
2. Infeksi jalan lahir
3. Perdarahan pervaginam
46

 Pada bayi:
1. Caput Succedaneum
2. Asfiksia pada bayi baru lahir

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN


PENANGANAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter Sp.OG

V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH


1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2) Kolaborasi dokter Sp.OG
3) Anjurkan ibu untuk berbaring miring kiri
4) Anjurkan ibu untuk mengatur pernafasan saat ada kontraksi
5) Anjurkan ibu untuk makan dan minum bila tidak ada kontraksi
6) Berikan suport mental dan motivasi kepada ibu
7) Anjurkan suami dan keluarga untuk pijat relaksasi pada pinggang ibu

VI. MELAKSANAKAN PERENCANAAN


1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Tanda vital : TD : 101/59 mmHg S : 36,5 0 C Sp02 : 99%
N : 80 x/menit RR : 20 x/menit
2) Berkolaborasi dokter Sp.OG, advice:
a. Induksi RL 500 ml + oksitosin 2,5 IU di mulai dengan 8 tetes
permenit, kemudian setiap 30 menit sekali ditambah 4 tetes sampai
his adekuat
b. Pasang cardiotocography
c. Pantau pembukaan serviks tiap 4 jam
d. Pantau kontraksi dan TTV
3) Menganjurkan ibu untuk berbaring miring kiri agar janin tidak
hipoksia
47

4) Menganjurkan ibu untuk mengatur nafas saat ada kontraksi, yaitu


mengambil nafas dari hidung dan keluarkan dari mulut secara perlahan
dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit
5) Meganjurkan ibu makan dan minum agar ibu bertenaga saat proses
persalinan nanti
6) Memberikan motivasi pada ibu agar ibu merasa tenang dan tidak
cemas
7) Menganjurkan suami dan keluarga untuk pijat relaksasi pada pinggang
ibu agar ibu merasa nyaman

VII. EVALUASI
1) Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2) Advice dokter Sp.OG telah dilakukan
3) Ibu bersedia untuk berbaring miring kiri
4) Ibu bersedia untuk mengatur nafas saat ada kontraksi
5) Ibu bersedia untuk makan dan minum
6) Ibu terlihat sudah tenang
7) Suami dan keluarga bersedia untuk pijat relaksasi pada ibu
48

DATA PERKEMBANGAN I

Tgl. KU TD N S RR Sp02 DJJ His Cairan


Jam kesadaran mmHg x/m 0C x/m x/m Obat IV
%
1/2/24 Baik 80 36 20 99 135 2x10’25” RL + oxy 2,5 IU 8
19.00 CM tpm
1/2/24 Baik 80 36 20 99 130 3x10’30”
19.30 CM
1/2/24 Baik 78 36 20 99 132 3x10’30”
20.00 CM
1/2/24 Baik 105/75 85 36,2 20 99 126 2x10’20”
20.30 CM
1/2/24 Baik 112/69 90 36,2 20 99 124 2x10’20”
21.00 CM
1/2/24 Baik 110/72 94 36,3 20 99 129 2x10’30”
21.30 CM
1/2/24 Baik 113/68 82 36,3 20 99 128 2x10’30”
22.00 CM
1/2/24 Baik 109/72 90 36,4 20 99 130 2x10’30”
22.30 CM

Pukul 22.30 WIB

Ketuban pecah spontan, jernih, pemeriksaan dalam (Vagina Touch) pembukaan 6


cm, porsio kanan oedema, penurunan kepala hodge III, terdapat lendir bercampur
darah di sarung tangan.
49

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 1 Februari 2023


Pukul : 22.30 WIB
Tempat : Ruang Bersalin

1. Data Subyektif
Ibu mengatakan perutnya sangat mulas dan ingin mengejan

2. Data Obyektif
 Tanda vital
TD : 109/72 mmHg S : 36,4 0 C
N : 90 x/menit Rr : 20 x/menit
 Kontraksi uterus :
Frekuensi : 2 kali dalam 10 menit
Lama : 30 detik
 DJJ/regular : 130 x/menit
 Pemeriksaan dalam :
Keadaan portio : Oedema
Effacement : 60%
Pembukaan : 6 cm
Selaput ketuban : Jernih
Bagian terendah : Kepala
Titik penunjuk : Ubun-ubun kecil
Penurunan : Hodge III
Bagian terkemuka : Ubun-ubun kecil
3. Assesment
Ny. F umur 26 tahun G2 P1 A0 usia kehamilan 40+1 minggu dengan
inpartu kala I lama dan oedema porsio
50

4. Penatalaksanaan
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yaitu Tekanan darah 109/72
mmHg, Nadi 90 x/menit, Respirasi 20 x/menit, DJJ 130 x/menit dan
bengkak di porsio atau jalan lahir
b. Lapor dokter Sp.OG bahwa Ny. F ketuban sudah pecah spontan,
pembukaan 6 cm, kepala hodge III dan porsio kanan oedema
 Advice dokter Sp.OG: Untuk dilakukan operasi sectio caesarea segera
(sc cyto)
c. Kolaborasi dokter Sp.An
 Acc operasi SC dengan anestesi spinal
d. Kolaborasi dokter Sp.A
 Acc dokter penanggung jawab pasien
e. Lakukan informed consent pada ibu dan keluarga bahwa dokter Sp. OG
menyarankan janin harus segera dilahirkan dengan tindakan operasi sectio
caesarea segera karena keadaan jalan lahir ibu bengkak dan kala I lama
 Ibu dan keluarga bersedia untuk dilakukan tindakan sectio caesarea
f. Ibu dipindahkan ke ruang instalasi bedah sentral (IBS)
 Ibu sudah di ruang IBS

Pukul 23.41 WIB

Bayi lahir perabdominal, jenis kelamin laki-laki, berat badan 3.200 gram, panjang
badan 50 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 33 cm, lingkar perut 29 cm,
apgar score 8/8/9, air ketuban jernih, anus tidak ada kelainan, tidak ada cacat,
sudah meco, belum miksi, tidak ada tanda lahir, tidak ada jejas, terdapat caput
succedaneum.
51

DATA PEMANTAUAN KALA IV

Pemantauan kala IV meliputi tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uterus,
kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan pervaginam.

Jam Tekanan Kontraksi Kandung


Waktu Nadi Suhu TFU Pendarahan
ke Darah uterus Kemih
1. 01.30 130/80 82 36,2o C 2 jari Keras Kosong ± 15 cc
WIB mmHg x/menit dibawah
pusat

01.45 129/80 86 2 jari Keras Kosong ± 15 cc


WIB mmHg x/menit dibawah
pusat

02.00 120/85 88 2 jari Keras Kosong ±10 cc


WIB mmHg x/menit dibawah
pusat

02.15 110/78 82 2 jari Keras Kosong ±10 cc


WIB mmHg x/menit dibawah
pusat

2. 02.45 120/84 88 36,4o 2 jari Keras Kosong ±5 cc


WIB mmHg x/menit C dibawah
pusat

02.15 110/80 84 2 jari Keras Kosong ±5 cc


WIB mmHg x/menit dibawah
pusat
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien dari IGD rujukan dari Puskesmas Ajibarang I, dengan keluhan


perut mulas, keluar lendir darah dari jalan lahir, ketuban belum pecah, pembukaan
6 cm, tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat penyakit apapun. Kehamilan
kedua, anak pertama lahir spontan tahun 2021 dengan berat 2.800 gram. Dirumah
sakit langsung dilakukan tindakan sesuai advice dokter yaitu pemberian oksitosin
2,5 IU pada cairan RL 500 cc dan dilakukan pemeriksaan dalam pada pukul 19.00
WIB didapatkan hasil yaitu (pembukaan 6 cm, effacement 60%, portio lunak,
penurunnan Hodge I) TFU 30 cm, DJJ 135 x/menit, HIS 2x dalam 10 menit
lamanya 25 detik. Tindakan yang dilakukan sesuai dengan teori. Berikan oksitosin
2,5 IU dalam 500 cc cairan RL mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit di
tambah 4 tetes sampai his yang adekuat (maksimum 20 tetes per menit) atau di
berikan preparat prostaglandin serta obati infeksi dengan ampisilin 2 gr Intra Vena
sebagai dosis awal dan 1 gr Intra vena setiap 6 jam serta gentamisin 2 x 80 mg
(Morita, 2020).
Pada pukul 22.30 WIB ketuban pecah spontan, jernih kemudian dilakukan
pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan masih sama 6 cm dan porsio kanan
mengalami oedema. Mengingat teori jika tetap dilanjutkan kemungkinan berisiko
menyebabkan janin terjepit. Sehingga lapor ke dokter Sp.OG mengenai keadaan
ibu dan dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan sectio caesarea segera.
Konsul dokter Sp.An dan dokter Sp.A, Acc dokter penanggung jawab pasien. Ibu
dan keluarga setuju dengan menandatangi informed consent, ibu dipindahkan ke
ruang IBS untuk dilakukan SC.
Pukul 23.41 WIB bayi lahir perabdominal, jenis kelamin laki-laki, berat
badan 3.200 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 33
cm, lingkar perut 29 cm, apgar score 8/8/9, air ketuban jernih, anus tidak ada
kelainan, tidak ada cacat, sudah meco, belum miksi, tidak ada tanda lahir, tidak
ada jejas, terdapat caput succedaneum. Ibu dipindahkan ke ruang Nuri.

52
53

Kala IV pemantauan dilakukan sesuai dengan teori yaitu 2 jam post


partum, pada 1 jam pertama dilakukan pemantauan setiap 15 menit sekali
pemantauan meliputi tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uterus, kontraksi
uterus, kandung kemih dan perdarahan. kemudian 1 jam kedua dilakukan
pemantauan setiap 30 menit sekali pemantauan meliputi tekanan darah, nadi,
suhu, tinggi fundus uterus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.
Dalam kala IV tidak terdapat masalah dan keadaan ibu baik. Dari kasus tersebut
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pasien dari IGD rujukan dari Puskesmas Ajibarang I, dengan keluhan
perut mulas, keluar lendir darah dari jalan lahir, ketuban belum pecah,
pembukaan 6 cm, tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat penyakit apapun.
Kehamilan kedua, anak pertama lahir spontan tahun 2021 dengan berat 2.800
gram. Dirumah sakit langsung dilakukan tindakan sesuai advice dokter yaitu
pemberian oksitosin 2,5 IU pada cairan RL 500 ml dan dilakukan pemeriksaan
dalam pada pukul 19.00 WIB didapatkan hasil yaitu (pembukaan 6 cm,
effacement 60%, portio lunak, penurunnan Hodge I) TFU 30 cm, DJJ 135
x/menit, HIS 2x dalam 10 menit lamanya 25 detik.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dalam kedua pada pukul 22.30
WIB karena pasien mengeluh keluar cairan dari jalan lahir dan ingin mengejan
terus menerus. Dan didapatkan hasil pembukaan masih sama 6 cm dan porsio
kanan mengalami oedema, lapor ke dokter Sp.OG mengenai keadaan ibu dan
dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan sectio caesarea segera. Konsul
dokter Sp.An dan dokter Sp.A, Acc dokter penanggung jawab pasien. Ibu dan
keluarga setuju dengan menandatangi informed consent, ibu dipindahkan ke
ruang IBS untuk dilakukan SC.
Pukul 23.41 WIB bayi lahir perabdominal, jenis kelamin laki-laki,
berat badan 3.200 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar
dada 33 cm, lingkar perut 29 cm, apgar score 8/8/9, air ketuban jernih, anus
tidak ada kelainan, tidak ada cacat, sudah meco, belum miksi, tidak ada tanda
lahir, tidak ada jejas, terdapat caput succedaneum. Ibu dan bayi dipindahkan
ke ruang Nuri.
Dalam kala IV tidak terdapat masalah dan keadaan ibu baik.

54
55

B. SARAN
1. Bagi Rumah sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan perkembangan
pelayanan bagi pihak rumah sakit untuk dapat mempertahankan mutu
pelayanan dan meningkatkan mutu pelayanan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada pasien dengan persalinan kala I lama fase aktif secara
profesional dan komprehensif
2. Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang
kebidanan khususnya dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien
dengan persalinan kala I lama fase aktif
3. Bagi Penulis
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keterampilan dan
pengalaman serta wawasan dalam melakukan studi kasus khususnya pada
asuhan kebidanan pada klien dengan persalinan kala I lama fase aktif
DAFTAR PUSTAKA

Ainuhikmah. (2018). Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea Dengan Fokus


Studi Pengelolaan Nyeri Akut di RSUD Djojonegoro Kabupaten
Temanggung. Politeknik Kesehatan Semarang, 53(1), pp. 1–8

Arda. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Post Op Section Caesarea dalam


Indikasi Preeklampsia Berat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada,
10(2), 447–451

Asri. (2022). Faktor fisik dan psikologis ibu bersalin dengan intensitas nyeri
persalinan kala I pada ibu primipara. Jurnal Kesehatan 13 (3), 437-
444, 2022

BPS Banyumas. (2023). Profil Badan Pusat Statistik Kesehatan Kabupaten


Banyumas tahun 2023

BPS Jawa Tengah. ( 2023). Profil Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2023

Deasy. (2022). Analisis Ketepatan Kode Diagnosis pada Kasus Persalinan Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Patria IKKT. SEHATMAS: Jurnal Ilmiah
Kesehatan Masyarakat 2 (2), 468-479, 2023

Ervina. (2019). Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Kecemasan Pre Sectio
Caesarea. 86–91

Etika. (2021). Persalinan nyaman dengan teknik rebozo. Jurnal Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan 12 (2), 287-291

Hijrotun. (2019). Perawatan Luka pada Pasien Post Sectio Caesarea. Pustaka.
Taman Ilmu.

Ita. (2023). Pengaruh teknik rebozo terhadap nyeri dan lama persalinan kala 1
fase aktif. WOMB Midwifery Journal 2 (2), 42-49, 2023

Kemenkes. (2023). Profil Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2023

Marlina. (2020). Efektivitas Senam Hamil Terhadap Kelancaran Persalinan Kala


Ii Pada Ibu Inpartu Di Puskesmas Bulupoddo Kabupaten Sinjai. Medika
Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan 2 (2), 70-74

Morita. (2020). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Nyeri


Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukit tinggi. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 5(2),
106

i
ii

Murtinawita. (2022). Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan posisi miring
untuk memperlancar proses kala II di pmb hj. Jurnal Kebidanan Terkini
(Current Midwifery Journal) 2 (1), 64-68, 2022

Nurmala. (2022). Studi Kasus Efektifitas Aromaterapi Lemon dan Bitter Orange
Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan kala 1 fase aktif di PMB. Poltekkes
Tanjungkarang

Petty. (2020). Pengaruh Pelvic Rocking Exercise terhadap lama waktu persalinan
kala II Pada Multipara di PMB Santi Rahayu di Jabung Kabupaten
Malang. Poltekkes RS dr. Soepraoen

Rani. (2022). Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan normal di klinik


Harapan Bunda Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2021. Jurnal
Gentle Birth 5 (1), 1-7

RSUD Ajibarang. (2024). Profil Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang tahun
2024

Serli. (2022). Penerapan pijat oksitosin terhadap lama persalinan kala 1 fase
aktif pada ny. L di pmb usmalanah, Amd. Keb Bandar Lampung. Poltekkes
Tanjungkarang 2022

Tania. (2020). Penatalaksanaan pemberian sari kurma terhadap lama kala I fase
aktif pada ny. F di pmb Redinse Sitorus, S.ST di lampung selatan.
Poltekkes Tanjungkarang, 2020

Umiati. (2023). Pengaruh uprigt position terhadap lama kala I fase aktif pada
primigravida. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan 14 (1), 132-
141, 2023

WHO. (2023). Profil Angka Kematian Ibu Diseluruh Dunia Tahun 2023

Anda mungkin juga menyukai