Anda di halaman 1dari 64

Karya Tulis Ilmiah II

KONSELING ALAT KONTRASEPSI IMPLANT


PADA ASUHAN BERKELANJUTAN NYONYA S
DI PMB NURUL FARIDA PURWOREJO

Oleh :

DEWI SASMITA
150084

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AKBIDYO
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya pada kita semua, sehingga dengan ijin-Nya Penulis dapat
menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Konseling Alat
Kontrasepsi Implant pada Asuhan Berkelanjutan Ny. S di PMB Nurul Farida
Purworejo”. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Musinggih Djarot Roujani., Sp. KJ, selaku ketua STIKes AKBIDYO
2. Pri Hastuti, M.Keb, selaku ketua program studi DIII Kebidanan STIKes
AKBIDYO
3. Nining Tunggal SS, SKM., MPH, selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan serta motivasi kepada penulis.
4. Sri Suharti, SKM., M.Kes selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan serta motivasi kepada penulis.
5. Christina Pernatun. K,, S.SiT., M.PH selaku dewan penguji yang telah
bersedia memberikan arahan dan bimbingan.
6. Nurul Farida Amd. Keb Purworejo, yang telah memberikan kesempatan
dan tempat.
7. Ny. S sebagai subjek dalam asuhan kebidanan berkelanjutan.
8. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, do’a,
serta motivasi sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
Dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa Karya Tulis
Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, Penulis mengharapkan
kritik, saran, dan evaluasi demi peningkatan kualitas Karya Tulis Ilmiah ini.

Yogyakarta, 26 April 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
Lembar Persetujuan ............................................................................................ ii
Lembar Pernyataan............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah....................................................................................... 5
C. Tujuan............................................................................................................ 5
D. Manfaat.......................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Kebidanan ........................................................................................ 7
1.Filosofi/Falsafah Bidan .............................................................................. 7
2.Asuhan Kebidanan Berkelanjutan .............................................................. 10
3.Asuhan Kebidanan ..................................................................................... 10
4.Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ...................................................... 14
B. Masa Nifas ..................................................................................................... 15
1. Definisi masa nifas .................................................................................. 15
2. Tahapan masa nifas ................................................................................. 16
3. Anatomi dan fisiologi masa nifas ............................................................ 16
4. Asuhan masa nifas ................................................................................... 21
C. Konseling Alat Kontrasepsi Implant ............................................................. 22
1. Definisi Konseling Alat Kontrasepsi ....................................................... 22
2. Tujuan Konseling Alat Kontrasepsi ........................................................ 23
3. Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB........................................... 24
4. Alat Kontrasepsi Impant .......................................................................... 26
BAB III PELAKSANAAN ASUHAN
A. Subjek Asuhan ....................................................................................... 30
B. Lokasi ..................................................................................................... 30
C. Waktu ..................................................................................................... 30
D. Instrumen................................................................................................ 30
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 31
F. Analisis Data .......................................................................................... 31
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan ............................................................................................ 40
B. Keterbatasan Asuhan .............................................................................. 47
BAB V Kesimpulan dan Saran .......................................................................... 48
A. Kesmimpulan ......................................................................................... 48
B. Saran....................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data KB PMB Nurul Farida bulan Juni – November 2017. ......................3

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa

pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang

hidup dalam lingkungan yang sehat. Salah satu upaya untuk mengatur

kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui

promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan

keluarga berkualitas dapat dicapai dengan program Keluarga Berencana

(KB). UU ini mendukung program KB sebagai salah satu upaya untuk

menciptakan keluarga yang berkualitas dan sehat. Sasaran Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2014-2019

mengamanahkan agar Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) bertanggung jawab terhadap tercapainya indikator Program

Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK)

(KemenKes RI, 2014).

Konseling pelayanan KB pasca persalinan dapat menggunakan media

lembar balik Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) ber-KB. Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 97 tahun 2014 Pasal 20 Pemberian atau

pemasangan kontrasepsi harus didahului oleh konseling dan persetujuan

tindakan medik (Informed Consent) dan dilakukan difasilitas kesehatan.

1
2

Hasil penelitian yang dilakuan oleh Mulyati & Dairi (2014) agar tujuan

konseling menjadi optimal diperlukan suatu alat bantu bagi konselor yaitu

alat bantu pengambilan keputusan (ABPK) ber-KB. ABPK tidak hanya berisi

tentang informasi tentang KB namun juga standart proses dan langkah

konseling KB yang berlandaskan pada hak klient KB. Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia telah melakukan upaya peningkatan kualitas

pelayanan KB dengan melatih petugas kesehatan untuk melakukan konseling

pelayanan KB dengan menggunakan ABPK agar konseling dapat diterima

dengan baik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yulviana (2017) ada banyak

faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan kontrasepsi pada wanita yakni

faktor sosial budaya (pengetahuan, sikap ibu, dukungan suami) serta faktor

karakteristik (umur ibu, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, dan

jumlah anak). Ibu yang mendapatkan informasi yang cukup dari tenaga

kesehatan tentang implant akan lebih memilih untuk menggunakan implant

dibandingkan dengan ibu yang kurang mendapatkan informasi tentang

implant.

Prevalensi peserta KB aktif di Kabupaten Purworejo sebesar 80,61%.

Data peserta KB aktif yang sering digunakan di Jawa Tengah adalah suntik

56,2%, sedangkan peserta KB aktif yang menggunakan Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) terbesar adalah Implant 12% dan IUD 9%.

Prevalensi peserta KB baru tertinggi adalah suntik dengan prevalensi 57,4%,

dan MKJP Implant 13,1% dan IUD 7,5% (DinKes Jateng, 2015).
3

Praktek Mandiri Bidan (PMB) Nurul Farida terletak di Desa Tambak

Rejo, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Berdasarkan data register

jumlah kunjungan KB di BPM Nurul Farida Purworejo pada tahun 2016

sebanyak 588 akseptor dengan persentase KB suntik menjadi pilihan

terbanyak yaitu Suntik 92,5%, sedangkan Pil 2%, Kondom 2,8%, MKJP

Implant 2,8%, dan IUD 1,3%.

Tabel 1.Data KB PMB Nurul Farida bulan Juni – November 2017.

Bulan Jumlah Metode Kontrasepsi


Akseptor Pil Kondom Sunrtik IUD Implant
Juni 40 5% 5% 85% 2,5% 2,5%
Juli 50 4% 2% 88% 2% 4%
Agustus 48 2% 6,2% 87,5% - 4,1%
September 43 6,9% 2,3% 83,7% - 6,9%
Oktober 43 4,6% 4,6% 86% 2,3% 2,3%
November 50 6% 4% 82% 4,1% 4%

Berdasarkan data register jumlah kunjungan kontrasepsi di PMB Nurul

Farida Purworejo, KB suntik lebih diminati masyarakat. Alasan masyarakat

memilih kontrasepsi KB suntik karena masyarakat beranggapan bahwa KB

suntik merupakan alat kontrasepsi yang aman, murah, dan praktis. Hal

tersebut menunjukan bahwa masyarakat kurang mendapatkan informasi

tentang alat kontrasepsi lain di PMB Nurul Farida Purworejo. Salah satu

penyebab kurangnya pengetahuan masyarakat tentang alat kontrasepsi yang

lain adalah kurang maksimalnya pelayanan konseling di PMB Nurul Farida,

hal itu disebabkan karena kurangnya tenaga kesehatan dan waktu untuk

memberikan konseling.
4

Praktek Mandiri Bidan (PMB) Nurul Farida memiliki program melakukan

kunjungan rumah bagi ibu nifas yang melahirkan di PMB tersebut.

Kunjungan nifas dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 97 tahun 2014 Pasal 15 pelayanan yang diberikan

saat melakukan kunjungan nifas seperti pemeriksaan tekanan darah, nadi,

respirasi dan suhu, pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan lokhea dan

perdarahan, pemeriksaan jalan lahir, pemeriksaan payudara dan anjuran

pemberian ASI Eksklusif, pemberian kapsul vitamin A, pelayanan

kontrasepsi pasca persalinan, konseling, dan penanganan risiko tinggi dan

komplikasi pada nifas.

Asuhan yang diberikan pada Ny. S umur 36 tahun sejak tanggal 08

November 2017 yaitu pada usia kehamilan 39 minggu 4 hari hingga pada

tanggal 07 Januari 2018 ketika ibu melakukan pemasangan alat kontrasepsi

implant. Ny. S berasal dari Desa Baledono yang telah melahirkan anak kedua

pada tanggal 15 November 2017 di PMB Nurul Farida Purworejo dan tidak

pernah mengalami keguguran, anak pertama perempuan yang berumur 7

tahun. Riwayat KB yang pernah digunakan yaitu suntik KB 3 bulan alasan

berhenti menggunakan KB suntik karena ingin menambah anak lagi.

Hasil pengkajian Ny. S ingin memiliki dua orang anak saja, yaitu

perempuan dan laki-laki. Ny.S ingin mengetahui dan ingin menggunakan KB

yang tidak perlu sering kembali ke fasilitas kesehatan untuk melakukan

kunjungan ulang, namun enggan untuk menggunkan alat kontrasepsi dalam

rahim karena merasa takut serta suami dan keluarga tidak mengizinkan.
5

Faktor usia dan paritas menjadi alasan Ny. S ingin mengetahui dan

menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, penulis tertarik untuk

memberikan asuhan berkelanjutan berupa “Konseling alat kontrasepsi implant

pada asuhan berkelanjutan Ny. S di PMB Nurul Farida Purworejo” untuk

memenuhi kebutuhan Ny. S dalam merencanakan alat kontrasepsi.

B. Perumusan Masalah

“Bagaimanakah penerapan konseling alat kontrasepsi implant pada

asuhan berkelanjutan Ny. S di PMB Nurul Farida Purworejo?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan konseling alat kontrasepsi implant pada asuhan

berkelanjutan Ny. S umur 36 tahun P2A0Ah2 pada nifas hari ke enam di

PMB Nurul Farida Purworejo.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penulisan karya tulis ilmiah pada Ny.S umur

36 tahun P2A0Ah2 pada nifas hari ke enam di PMB Nurul Farida Purworejo

penulis diharapkan :

a. Mampu melakukan pengkajian data secara akurat, relevan dan lengkap.

b. Mampu melakukan perumusan diagnosa atau masalah kebidanan yang

tepat.

c. Mampu melakukan perencanaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan

ibu.
6

d. Mampu melakukan pelaksanaan secara komprehensif.

e. Mampu melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan.

f. Mampu melakukan pencatatan asuhan kebidanan yang akurat, lengkap,

dan jelas sesuai dalam bentuk SOAP.

D. Manfaat

1. Bagi Bidan

Diharapkan mampu menerapkan filosofi kebidanan untuk memberikan

asuhan kebidanan yang berkelanjutan dan berpusat pada wanita khusunya

tentang konseling kontrasepsi implant di PMB Nurul Farida Purworejo.

2. Bagi Ibu dan Keluarga

Meningkatkan pengetahuan ibu dan membantu dalam memantapkan

pemilihan kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan.

3. Mahasiswa Kebidanan

Diharapkan dapat menambah wawasan dan meningkatkan

kemampuan dalam melakukan konseling kontrasepsi implant.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan

1. Filosofi/ Falsafah Bidan

Filosofi kebidanan menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 369

tahun 2017 tentang Falsafah Kebidanan. Dalam menjalankan perannya

bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam memberikan

asuhan. Keyakinan tersebut meliputi :

a) Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan. Hamil dan bersalin

merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit.

b) Keyakinan tentang perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang

unik mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing, karena itu

perempuan harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang

diterimanya. Penerapannya dalam praktik bidan sehari-hari adalah

bidan melayani kliennya/perempuan sesuai dengan karakter masing-

masing klien.

c) Keyakinan fungsi profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan

adalah mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis

harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat

menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif untuk

memastikan kesejahteraan perempuan dan janin atau bayinya. Artinya

hak bagi klien untuk mendapatkan layanan yang terbaik dan kewajiban

7
8

bagi bidan untuk melakukan rujukan atau melanjutkan pelayanan ke

tingkat yang lebih tinggi.

d) Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan.

Perempuan harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang

kesehatan diri dan keluarganya melalui komunikasi, informasi, dan

edukasi (KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan merupakan

tanggung jawab bersama antara perempuan keluarga dan pemberi

asuhan.

e) Keyakinan tentang tujuan asuhan. Tujuan asuhan kebidanan untuk

menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian).

Asuhan kebidanan berfokus pada : pencegahan, promosi kesehatan

yang bersifat holistik. Asuhan diberikan dengan cara yang kreatif dan

fleksibel, suportif, peduli; bimbingan monitor serta pendidikan berpusat

pada perempuan; asuhan berkesinambungan, sesuai keinginan dan tidak

otoriter serta menghormati pilihan perempuan.

f) Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan. Praktik kebidanan

dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan

pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai satu kesatuan fisik,

psikis, emosional, sosial, budaya, spiritual serta pengalaman

reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang

berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

g) Sebagai profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila. Seorang

bidan menganut filosofi yang mempunyai keyakinan di dalam dirinya


9

bahwa semua manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan

spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang

utuh dan tidak ada individu yang sama. Di Indonesia seorang bidan juga

dituntut untuk memiliki pandangan hidup Pancasila sesuai dengan

pandangan hidup bangsa Indonesia. Karena itu pandangan makhluk bio-

psiko-sosio-kultural dan spiritual harus disesuaikan dengan nilai-nilai

yang terdapat pada Pancasila.

h) Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh

pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan

kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap individu berhak

menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup dan

untuk berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya.

i) Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat. Untuk itu, maka

setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak

mendapat pelayanan yang berkualitas.

j) Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga,

yang membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa masa

remaja.

k) Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk

masyarakat kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun di dalam

satu kesatuan bangsa Indonesia. Manusia terbentuk karena adanya

interaksi antara manusia dan budaya dalam lingkungan yang bersifat

dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisir.


10

2. Asuhan Kebidanan Berkelanjutan

Asuhan kebidanan berkelanjutan adalah pelayanan yang dicapai ketika

terjalin hubungan yang terus-menerus antara seorang wanita dan bidan.

Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari

waktu ke waktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien

dengan tenaga profesional kesehatan. Layanan kebidanan harus

disesuaikan mulai dari ANC, INC, PNC, sampai enam minggu pertama

post partum (IBI, 2012).

Asuhan kebidanan berkelanjutan adalah pelayanan yang dicapai ketika

terjalin hubungan yang terus-menerus antara seorang wanita dan bidan.

Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari

waktu ke waktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien

dengan tenaga profesional kesehatan. Layanan kebidanan harus disediakan

mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan

melahirkan sampai enam minggu pertama post partum (Homer, 2008).

3. Asuhan Kebidanan

a. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 langkah varney

Asuhan ibu post partum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera

setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran (Varney, 1997).

Langkah-langkah Asuhan Kebidanan sebagai berikut :

1) Pengkajian Data

Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu.


11

2) Interpretasi data dasar

Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosis

interpretasi yang benar-benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Diagnosis, masalah dan kebutuhan ibu post partum dan nifas

tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu.

3) Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin

akan terjadi berdasarkan masalah atau diagnosis yang sudah

diidentifikasi.

4) Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.

5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang rasional sesuai dengan

temuan dari langkah sebelumnya.

6) Melaksanakan perencanaan

Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisiensi dan

aman.

7) Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi

kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek


12

asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau

merencanakan kembali asuhan yang belum terlaksana.

b. Standar Asuhan Kebidanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.938 (2007) standar

asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan

dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan

ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai

dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan,

perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.

1) Standar I : Pengkajian

a) Pernyataan Standar

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

b) Kriteria Pengkajian

Data tepat, akurat dan lengkap,terdiri dari Data Subjektif (hasil

anamnesa; biodata, keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat

kesehatan dan latar belakang sosial budaya). Data Objektif (hasil

pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan penunjang)

2) Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

a) Pernyataan Standar

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk

menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.


13

b) Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah

Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan dan masalah

dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.

3) Standar III : Perencanaan

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan

masalah yang ditegakkan.

4) Standar IV : Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based

kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan

rujukan.

5) Standar V : Evaluasi

a) Pernyataan Standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi

klien.

b) Kriteria Evaluasi

Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan

sesuai kondisi klien, hasil evaluasi segera dicatat dan

dikomunikasikan pada klien dan/keluarga, evaluasi dilakukan


14

sesuai dengan standard dan hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai

dengan kondisi klien/pasien.

4. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.938 (2007) Bidan

melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas

mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan. Ada beberapa kriteria pencatatan

asuhan kebidanan, yaitu :

a) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir yang tersedia (Rekam medis/KMS/Status pasien/buku KIA)

b) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

c) S adalah data subjektif yaitu mencatat hasil anamnesa.

d) O adalah data objektif yaitu mencatat hasil pemeriksaan.

e) A adalah hasil analisa yaitu mencatat diagnosa dan masalah

kebidanan.

f) P adalah penatalaksanaan yaitu mencatat seluruh perencanaan dan

pelaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif meliputi penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up dan rujukan.

B. Masa Nifas

1. Definisi Masa Nifas

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan

selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas organ reproduksi
15

secara perlahan akan mengalami perubahaba seperti keadaan sebelum

hamil yang disebut involusi (Maritalia, 2017). Masa nifas adalah

(puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu.Wanita yang melalui masa

puerperium disebut puerpura (Ambarwati dan Diah, 2008).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas atau puerpeirum dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerpeirum yaitu

dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous yang artinya melahirkan. Jadi

Puerpeirum berarti masa setelah melahirkan bayi (Dewi dan Sunarsih,

2011).

2. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas terbagi menjadi 3 tahap (Maritalia, 2017), yaitu :

a. Puerperium dini

Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk

berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan pervagina tanpa

komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan untuk

mobilisasi segera.
16

b. Puerperium intermedial

Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara

berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini

berlangsung selama kurang lebih 6 minggu atau 42 hari.

c. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan

sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan

mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium berbeda

untuk setiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi yang

dialami selama hamil atau persalinan.

3. Anatomi dan Fisiologi Masa Nifas

Menurut Maritalia (2017) pada masa nifas, baik organ reproduksi

interna maupun eksterna akan mengalami perubahan seperti keadaan

sebelum hamil. Perubahan ini terjadi secara berangsur-angsur dan

berlangsung selama kurang lebih tiga bulan. Selain organ reproduksi,

beberapa perubahan fisiologi yang terjadi selama masa nifas seperti :

a) Uterus

Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga dan berotot,

berbentuk seperti bual alpukat yang sedikit gepeng dan berukuran

sebesar telur ayam. Panjang uterus sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5

cm dan tebal sekitar 2,5 cm. Letak uterus secara fisiologis adalah

anteversuofleksi. Uterus terdiri dari 3 bagian yaitu: fundus uteri, korpus


17

uteri, dan seviks uteri. Dinding uterus terdiri dari otot polos dan

tersusun atas 3 lapis, yaitu:

1) Perimetrium, yaitu lapisan terluar yang berfungsi sebagai

pelindung uterus.

2) Myometrium, yaitu lapisan yang kaya akan sel otot dan berfungsi

untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan melebar dan kembali

ke bentuk semula setiap bulannya.

3) Endometrium, yaitu lapisan terdalam yang kaya akan sel darah

merah. Bila tidak terjadi pembuahan pada dinding endometrium

akan meluruh bersama dengan sel ovum yang matang, atau disebut

dengan menstruasi.

Selama kehamilan uterus menjadi tempat tumbuh dan

berkembangnya konsepsi. Jaringan-jaringan di tempat i akan mengalami

degenerasi dan terlepas dan tidak terjadi pembentukan jaringan parut

pada bekas implantasi plasenta karena pelepasan jaringan berlangsung

lengkap, palpasi didapat bahwa tinggi fundus uteri akan berada setinggi

pusat segera setelah bayi lahir, sekitar 2 jari di bawah pusat seteah

plasenta lahir, pertengahan antara pusat dan simpisis pada hari ke lima

post partum dan setelah 12 hari post partum tidak dapat diraba lagi.

b) Serviks

Merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit yang

disebut sebagai leher rahim. Selama kehamilan, serviks mengalami

perubahan karena pengaruh hormon estrogen dan disertai dengan


18

hipervaskularisasi sehingga membuat serviks menjadi lunak. Setelah

persalinan bentuk servik sakan menganga seperti corong. Hal ini

disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak

berkontraksi.Warna serviks berubah menjadi merah kehitaman karena

mengandung banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak.

c) Vagina

Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus dengan

tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu

sama lain dengan ukuran panjang ± 6,5 cm dan ± 9 cm. Bentuk vagina

bagian dalam berlipat-lipat disebut rugae. Lipatan-lipatan ini

memungkinkan vagina untuk melebar pada saat persalinan dan sesuai

dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir. Selama proses

persalinan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar, terutama pada saat melahirkan bayi. Hari pertama setelah

persalinan, vagina tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3

minggu vagina kembali ke keadaan sebelum hamil dan rugae

berangsur-angsur akan mucul kembali.

Secara fisiologis, lokhea yang dikeluarkan dari cavum uteri akan

beda karateristiknya dari hari ke hari. Hal ini disesuaikan dengan

perubahan yang terjadi pada dinding uterus akibat penurunan kadar

hormon estrogen dan progesterone. Menurut Maritalia (2017)

karateristik lokhea dalam masa nifas adalah sebagai berikut:


19

1) Lokhea Rubra/Kruenta

Timbul pada hari 1-2 post partum, terdiri dari darah segar bercampur

sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sia verniks kaseosa,

lanugo, dan meconium.

2) Lokhea Sanguinolenta

Timbul pada hari ke 3 sampai hari ke 7 post partum karateristik

berupa darah bercampur lendir.

3) Lokhea Serosa

Cairan yang berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu post

partum.

4) Lokhea Alba

Timbul setelah 2 minggu post partum dan hanya cairan putih.

Normalnya lokhea agak berbau amis, kecuali bila terjadi infeksi pada

jalan lahir, baunya akan berubah menjadi berbau busuk. Bila lokhea

berbau segera ditangani agar ibu tidak mngalami infeksi lanjut atau

sepsis.

d) Vulva

Merupakan organ reproduksi eksterna, berbentuk lonjong, bagian depan

dibatasi oleh klitoris, bagian belakang oleh perineum, bagian kiri dan

kanan oleh labia minora. Vulva juga mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Beberapa

hari pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap berada dalam


20

keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulvaakan kembali ke keadaan tidak

hamil dan labia menjadi lebih menonjol.

e) Payudara (Mammae)

Merupakan kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot

dada. Secara makroskopis, struktur payudra terdiri dari korpus (badan),

aerola dan papilla atau putting. Fungsi dari payudara adalah

memproduksi susu (Air Susu Ibu) sebagai nutrisi bagi bayi. Setelah

proses persalinan selesai, pengaruh hormone estrogen dan progesterone

terhadap hipofisis mulai menghilang.

Hipofisis mulai mensekresi hormon kembali yang salah satu

diantaranya adalah lactogenic hormone atau hormon prolactin. Kadar

estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau

ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada hari pertama

ASI mengandung banyak kolostrum, yaitu cairan yang berwarna kuning

dan sedikit lebih kental dari ASI yang disekresi setelah hari ketiga post

partum.

f) Tanda-tanda Vital

Merupakan tanda-tanda penting pada tubuh yang dapat berubah bila

tubuh mengalami gangguan atau masalah. Tanda-tanada vital yang

sering digunakan adalah nadi, pernafasan, suhu, dan tekanan darah.

Tanda-tanda vital tersebut saling mempengaruhi, bila suhu meningkat,

maka nadi dan pernafasan juga akan meningkat.


21

Tanda-tanda vital yang berubah selama masa nifas adalah :

1) Suhu tubuh

2) Nadi

3) Tekanan darah

4) Pernafasan

4. Asuhan Masa Nifas

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 97 tahun 2014

tentang pelayanan kesehatan sebelum hamil, masa hamil, persalinan dan

masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta

pelayanan kesehatan seksual pada pasal 15 menetapkan pelayanan

kesehatan masa sesudah melahirkan meliputi :

a) Pelayanan kesehatan bagi ibu

b) Pelayanan kesehatan bayi

Cakupan pelayanan nifas untu mendeteksi dini komplikasi pada ibu

nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan

melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan ketentuan waktu :

1) Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari

setelah persalinan.

2) Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan

(8-14 hari)

3) Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan

(36-42 hari)
22

C. Konseling Alat Kontrasepsi Implant

1. Definisi Konseling Alat Kontrasepsi

Secara etimologi konseling bersal dari bahasa Latin “consilium”

artinya “dengan atau bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau

memahami”. Konseling merupakan suatu proses yang kompleks dan

melibatkan hubungan yang bersifat pribadi dan memerlukan tingkat

keterampilan yang tinggi (Purwoastuti & Walyani, 2015).

Konseling adalah suatu proses saling membantu kepada yang lain,

berupa informasi yang sedang ia butuhkan sedemikian rupa, sehingga

orang lain tersebut memahaminya lalu menerapkan sesuai dengan situasi

dan kondisinya (Anggraini & Martini, 2011). Konseling adalah proses

pertukaran informasi dan interaktif positif antara klien-petugas untuk

membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan

membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang

dihadapi (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Konseling merupakan aspek

yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan

Kesehatan Reproduksi (KR) (BKKBN, 2012).

2. Tujuan Konseling Alat Kontrasepsi

Tujuan konseling KB (Sulistyawati, 2011) sebagai berikut:

a) Memberikan informasi yang tepat, lengkap, serta objektif mengenai

berbagai metode kontrasepsi sehingga klien mengetahui manfaatnya

penggunaan kontrasepsi bagi diri sendiri maupun keluarganya.


23

b) Mengidentifikasi dan menampung perasaan-perasaan negative,

misalnya keraguan maupun ketakutan yang dialami klien sehubungan

dengan pelayanan KB atau metode kontrasepsi, sehingga konselor dapat

membantu klien dalam menanggulanginya.

c) Membantu klien untuk memilih metode kontrasepsi yang terbaik bagi

mereka yang aman bagi klien dan yang ingin digunakan klien atau

metode secara mantap dipilih klien.

d) Membantu klien agar dapat menggunakan cara kontrasepsi yang mereka

pilih secara aman dan efektif.

e) Memberi informasi tentang cara mendapatkan bantuan dan tempat

pelayanan KB.

f) Menyeleksi calon akseptor dengan resiko tinggi, khususnya untuk

kontrasepsi mantap, dan membantu mereka memilih metode kontrasepsi

alternatif yang lebih sesuai.

3. Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB

Alat bantu pengambilan keputusan ber-KB (ABPK) merupakan alat

bantu yang berfungsi ganda, digunakan sebagai alat bantu kerja bagi

provider yang membantu pengambilan keputusan metode KB, membantu

pemecahan masalah dalam penggunaan KB, menyediakan referensi/info

teknis serta alat bantu visual untuk pelatihan provider baru (Direktorat

Bina Kesehatan Ibu Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,

Kementerian Kesehatan RI, 2008).


24

ABPK berbentuk booklet, yang terdiri dari dua bagian. Bagian muka

berisi informasi penting yang harus diketahui oleh klien, sedangkan bagian

belakang berisi informasi yang lebih detail tentang jenis alat kontrasepsi

yang akan dijelaskan kepada klien. ABPK ini dapat digunakan oleh

providers (Bidan, Perawat, Pengelola Program KB) dan Kader-kader yang

sebelumnya dapat mengikuti pelatihan. Namun alat bantu ini memiliki

kelemahan yaitu kurang praktis karena ukurannya cukup besar dan berat.

Sehingga bila ada bidan yang akan memberikan konseling KB ke rumah

klien, alat tersebut cukup memberatkan (Mulyati & Dairi, 2014).

Lembar balik yang dikembangkan World Health Organitation (WHO)

dan telah diadaptasi untuk digunakan dalam konseling. ABPK membantu

petugas dalam melakukan konseling sesuai dengan standart dan dengan

adanya tanpa pengingat mengenai keterampilan konseling yang perlu

dilakukan dan informasi apa yang perlu diberikan oleh klien sesuai dengan

kebutuhan klien. ABPK sekaligus juga membuat klien bersikap lebih

partisipatif dan membantu klien untuk mengambil keputusan sesuai

dengan keadaaan dan kebutuhan klient (BKKBN, 2010).

Tahun 2009 WHO membuat suatu modifikasi alat bantu konseling KB

yaitu berupa WHO Wheel Criteria atau diagram kelayakan medis. Alat

bantu konseling ini merupakan modifikasi dari hasil publikasi resmi WHO.

Pada diagram kelayakan medis telah terdapat modifikasi dengan

penambahan penapisan kehamilan, prosedur penapisan klien. WHO Wheel


25

Criteria sangat sederhana, informatif, simpel, mudah diperoleh, praktis

dan mudah digunakan (Mulyati & Dairi, 2014).

Dalam buku kesehatan ibu dan anak (KIA) berisi tentang perlunya ikut

ber-KB guna mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu

rapat dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita. Buku KIA dalam

halaman 18 terdapat jenis-jenis metode kontrasepsi baik metode

kontrasepsi jangka panjang maupun jangka pendek yang dapat digunakan

sebagai salah satu media dalam memberikan konseling alat kontrasepsi

pada klien.

Menurut panduan mata kuliah praktikum keluarga berencana STIKes

AKBIDYO tahun 2016 langkah-langkah memberikan konseling

menggunakan alat bantu pengambilan keputusan (ABPK) adalah sebagai

berikut:

a) Memberikan salam dan sapa klien

b) Memperkenalkan diri kepada klien

c) Menjelaskan tujuan

d) Komunikasi dengan klien selama melakukan tindakan sabar, teliti, dan

ramah, tanggap terhadap keluhan klien

e) Menjaga privacy

f) Meminta klien untuk menceritakan tentang keadaannya dan

kebutuhannya

g) Menanyakan kepada klien saat ini apakah klient baru atau kunjungan

ulang
26

h) Memberikan konseling kepada klien sesuai dengan kebutuhan

i) Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya

j) Menyepakati pertemuan ulang

k) Pendokumentasian

l) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

m) Menggunakan media dengan baik

n) Melaksanakan tindakan secara sistematis, efektif, dan efisien

4. Alat Kontrasepsi Implant

a) Definisi Implant

Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak

permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga

hingga lima tahun (BKKBN, 2012).

b) Jenis-Jenis Implant

Menurut BKKBN (2012) jenis jenis implant terdiri dari :

1) Norplant terdiri dari 6 silastik lembut berongga dengan panjang 3,4

cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg

Levonorgesterl dan lama kerjanya 5 tahun.

2) Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-

kira 40 mm, diameter 2 mm, diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel

dan lama kerjanya3 tahun.

3) Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75

mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.


27

c) Cara Kerja

Cara kerja alat kontrasepsi implant adalah mengentalkan lendir

serviks, mengganggu proses pembentukan endometrium, mengganggu

transportasi sperma, dan menekan ovulasi.

d) Indikasi

Ada beberapa yang diperbolehkan atau indikasi untuk menggunakan

alat kontasepsi implant adalah sebagai berikut :

1) Usia reproduksi

2) Telah memiliki anak ataupun belum

3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan

menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

5) Pasca persalinan dan tidak menyusui

6) Pasca keguguran

7) Tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi

8) Riwayat kehamilan ektopik

9) Tekanan darah maksimal 160/100 mmHg, dengan masalah

pembekuan darah, atau anemia bulan sabit (sickle cell)

10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang

mengandung estrogen

11) Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil.


28

e) Kontraindikasi

Kontraindikasi atau yang tidak boleh menggunakan metode

kontrasepsi implant adalah :

1) Hamil atau diduga hamil.

2) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya

3) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.

4) Gangguan toleransi glukosa.

5) Benjolan/karsinoma payudara/riwayat karsinoma payudara.

6) Mioma uterus dan kanker payudara.

f) Efek Samping

Efek samping yang paling sering terjadi pada pemakaian implant

adalah perubahan pola perdarahan, nyeri payudara, perubahan mood

atau kegelisahan, dapat terjadi perdarahan bercak atau terus menerus

pada 6-9 bulan pertama dari penggunaan. Efek samping lain yang

biasa terjadi yaitu sakit kepala (1,9%), perubahan BB (1,7%),

perubahan suasana hati (1,1%), depresi (0,9%).

g) Keuntungan

Beberapa keuntungan dari penggunaan metode adalah sebagai berikut:

1) Mengurangi nyeri haid

2) Mengurangi jumlah darah haid

3) Mengurangi / memperbaiki terjadinya anemia

4) Melindungi terjadinya kanker endometrium

5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara


29

6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul

7) Menurunkan angka kejadian endometriosis.

h) Kerugian

Ada beberapa kerugian pengunaan kontrasepsi implant, yaitu :

1) Tidak memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit menular

seksual termasuk HIV/AIDS

2) Memerlukan tindakan pembedahan minor untuk memasang/insersi

dan pencabutan, sehingga klien tidak dapat menghentikan sendiri

pemakaiannya sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik

untuk pencabutan

3) Efektifitasnya menurun jika menggunakan implant bersamaan

dengan penggunaan obat untuk epilepsy dan tuberculosis

4) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000

perempuan per tahun).

i) Waktu Pemasangan

Pemasangan implant pada wanita tidak hamil dapat dilakukan setiap

saat pada siklus haid hari kedua sampai ketujuh, bila menyusui mulai

6 minggu pasca persalinan.


BAB III

PELAKSANAAN ASUHAN

A. Subjek Asuhan

Subjek kasus yang digunakan adalah Ny. S umur 36 tahun, beragama

Islam dan bertempat tinggal di desa Baledono, RT 04 RW 08, Purworejo

yang sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai 2 orang anak

permpuan dan laki-laki. Ny. S tidak pernah mengalami keguguran.

B. Lokasi

Lokasi pengambilan kasus di PMB Nurul Farida Desa Tambak Rejo,

Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.Asuhan

juga dilakukan di rumah pasien (home care).

C. Waktu

Periode asuhan secara continuity of care dilaksanakan mulai usia

kehamilan 39+4minggu sampai masa nifas selesai. Asuhan mulai dilakukan

pada 08 November 2017 hingga 07 Januari 2018. Salah satu asuhan yang

diberikan yaitu konseling alat kontrasepsi implant yang dilaksanakan pada

hari ke 6 post partum yaitu pada tanggal 21 November 2017, dan pemasangan

alat kontrasepsi implant pada tanggal 07 Januari 2018 di PMB Nurul Farida

Purworejo.

D. Instrumen

Instrument yang digunakan dalam memberikan asuhan pada asuhan ANC

meliputi set pemeriksaan fisik, buku KIA, format pengkajian, alat tulis. INC

30
31

meliputi partus set, lembar pengkajian, alat tulis, buku KIA, dan instrument

yang digunkan saat PNC meliputi set pemeriksaan fisik, alat tulis, buku KIA,

format pengkajian dan Alat bantu pengambilan keputusan (ABPK).

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada Ny. S dengan dua cara yaitu:

1. Pengumpulan data subjektif

Pengumpulan data subjektif dilakukan dengan cara allo anamnesa dan

auto anamnesa.

2. Pengumpulan data objektif

Pengumpulan data objektif dilakukan dengan cara melakukan

pemeriksaan kepada ibu yang meliputi pemeriksaan umum dan

pemeriksaan fisik.

F. Analisis Data

1. Pengkajian Data Subjektif dan Data Objektif

a) Data Subjektif Tanggal/Jam : 21 November 2017/08.30 WIB

Ibu mengatkan nifas hari ke enam

Ibu mengatakan ASI lancar dan ingin ASI ekslusif

Ibu mengatakan hanya ingin memiliki dua orang anak

Ibu mengatakan ingin mengetahui kontrasepsi yang tidak perlu

sering berkunjung ke bidan namun enggan menggunakan kontrasepsi

di dalam rahim

Ibu mengatakan ingin menggunakan kontrasepsi jangka panjang,

aman untuk ibu menyusui


32

b) Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

KU/Kesadaran : Baik/Composmentis

TB/BB : 142 cm/46 Kg

Vital Sign : TD : 110/80 mmHg S: 360C

RR : 22x/menit N: 82x/menit

2) Pemeriksaan Fisik

Muka : Tidak pucat, tidak odema

Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik

Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar

thyroid dan vena jugularis

Payudara : Simetris, tidak ada nyeri tekan, ASI sudah

keluar, tidak ada benjolan.

Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, TFU pertengah

pusat dan simpisis.

Genetalia : Lokhea sanguinolenta, luka jahitan nampak

kering

Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedema

3) Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan
33

2. Perumusan Diagnosa dan Masalah

a. Rumusan Diagnosa Kebidanan

Ny. S Umur 36 tahun P2A0Ah2 lahir spontan 6 hari post partum normal.

b. Masalah

Kurangnya pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi implant.

c. Kebutuhan

Konseling alat kontrasepsi implant.

3. Perencanaan

a) Beritahu ibu hasil pemeriksaan.

b) Berikan KIE kebutuhan masa nifas

c) Berikan konseling alat kontrasepsi implant

d) Lakukan evaluasi alat kontrasepsi implant

e) Lakukan kesepakatan untuk pertemuan ulang

f) Lakukan dokumentasi

4. Implementasi

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik

ditandai dengan TD = 110/80 mmHg, N=82x/m, R=22x/m, S=36 0C,

ASI sudah keluar, TFU pertengan pusat dan simpisis.

b) Melakukan KIE masa nifas :

1) Gizi pada ibu nifas berfungsi untuk involusi Rahim dengan banyak

makan-makanan sesuai gizi seimbang (Karbohidrat, protein, vitamin,

lemak, mineral, serat), minum minimal 8 gelas sehari.


34

2) Tanda bahaya masa nifas seperti infeksi pada luka perineum,

mastitis, bendungan ASI, demam tinggi, dan post partum blues.

3) Kebersihan diri seperti membersihkan area genetalia setelah

BAK/BAB dengan air bersih dari arah depan ke belakang.

4) Istirahat cukup, yaitu ketika bayi tidur ibu dapat beristirahat.

5) Menyusui sesering mungkin dan memberikan ASI ekslusif.

6) Suplemen Fe bergunan untuk mencegah anemia, diminum di malam

hari dengan air jeruk atau air putih.

c) Memberikan konseling alat kontrasepsi implant sesuai dengan SOP

penggunaan alat bantu pengambilan keputusan ber-KB, yaitu:

1) Memberikan salam dan sapa ibu

2) Menjelaskan tujuan kepada klien yaitu agar ibu mengetahui

informasi untuk memilih KB dan memakai metode KB sesuai

dengan kebutuhan ibu.

3) Komunikasi dengan ibu selama melakukan tindakan sabar, teliti, dan

ramah, tanggap terhadap keluhan ibu.

4) Meminta ibu untuk menceritakan tentang keadaannya dan

kebutuhannya, bahwa ibu ingin mengetahui dan menggunakan alat

kontrasepsi yang tidak perlu dering kembali ke bidan namun enggan

menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim.

5) Memberikan konseling kepada klien sesuai dengan kebutuhan bahwa

ibu ingin mengetahui dan menggunakan Implant.


35

Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak

permanen, dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga

hingga lima tahun. Jenis implant norplant terdiri dari 6 batang lama

kerja 5 tahun, Implanont terdiri dari 1 batang, lama kerja 3 tahun,

dan Indoplant terdapat 2 batang lama kerja 3 tahun. Cara kerja :

mengentalkan lendir serviks, mengganggu proses pembentukan

endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transport

sperma, menekan ovulasi. Keuntungan : Jangka panjang hingga 5

tahun, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, tidak mengganggu

hubungan seksual, tidak mengganggu ASI, dapat dilepas kapan saja.

Kerugian : tidak menjamin penularan IMS. Indikasi : Usia

reproduksi, pasca keguguran, menyusui, sering lupa minum pil.

Kontraindikasi : Hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam

yang belum diketahui penyebabnya, riwayat kanker payudara,

hipertensi. Efek samping : amenorea, perdarahan ringan, infeksi

pada daerah inserasi, BB naik/turun, nyeri kepala, nyeri payudara,

dan perasaan mual.

6) Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya dan ibu

mengatakan bahwa akan mendiskusikan dengan suami terlebih

dahulu.

d) Melakukan evaluasi tentang materi yang diberikan.

e) Melakukan kesepakatan pertemuan ulang dan akan dilakukan

kunjungan ulang pada nifas hari ke-30.


36

f) Pendokumentasian.

5. Evaluasi

a) Ibu mengerti hasil pemeriksaan dan kondisinya saat ini.

b) Ibu bersedia memuhi kebutuhan masa nifas.

c) Ibu mengerti tentang implant dan akan merundingkan dengan suami.

d) Ibu dapat menyebutkan efek samping implant

e) Ibu bersediaakan dilakukan kunjungan ulang pada nifas ke 30 hari.

f) Dokumentasi telah dilakukan.


37

DATA PERKEMBANGAN

Tanggal/Jam : 15 Desember 2017/16.05WIB

1. Ibu mengatakan ingin menggunakan KB Implant namun


S: bila masa nifas sudah berakhir

2. Ibu mengatakan suami mendukung bila ibu akan

menggunakan KB Implant.

1. Pemeriksaan Umum
O: KU/Kesadaran : Baik/Composmentis

TB/BB : 142 cm/46 Kg

Vital Sign TD : 110/80 MmHg S: 360C

RR : 22x/menit N: 82x/menit

2. Pemeriksaan Fisik

Muka : Tidak pucat, tidak oedema

Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak

ikterik

Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

dan vena jugularis

Payudara: Simetris, tidak ada nyeri tekan, ASI sudah

keluar, tidak ada benjolan.

Abdomen: Tidak ada luka bekas operasi, TFU tidak

teraba
38

Genetalia: Tidak dilakukan

Ekstremitas: Simetris, tidak ada oedema

3. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

Ny. S umur 36 tahun P2A0Ah2 lahir spontan 30 hari post partum


A: normal

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan.


P: Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam

keadaan sehat. Hasil pemeriksaan TD: 110/80 MmHg,

N: 82x/menit, S: 360C, RR: 22x/menit.

Ibu mengerti hasil pemeriksaan

2. Pastikan dan yakinkan bahwa ibu mantap memilih

Implant.

Memastikan dan yakinkan ibu, bahwa ibu mantap

memilih Implant.

Ibu yakin memilih KB Implant dan sudah berunding

dengan suami.

3. Tanyakan kepada ibu kapan rencana pemasangan

Implant.

Menanyakan kepada ibu kapan rencana pemasangan

Implant.

Ibu ingin menggunakan Implant ketika masa nifas sudah


39

selesai sekitar tanggal 07 Januari 2018.

4. Motivasi ibu untuk memenuhi kebutuhan masa nifas.

Memotivasi ibu untuk memenuhi kebutuan masa nifas

seperti gizi masa nifas, personal hygiene, tanda bahaya

masa nifas, dan ASI ekslusif.

Ibu bersedia memuhi kebutuhan mas nifas.

5. Anjurkan ibu kunjungan ulang.

Menganjurkan ibu kunjungan ulang untuk melakukan

pemasangan KB Implant atau bila ada keluhan.

Ibu bersedia kunjungan ulang.

6. Lakukan pendokumentasian.

Melakukan pendokumentasian.

Dokumentasi telah dilakukan.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Praktik Mandiri Bidan (PMB) Nurul Farida Purworejo terletak di desa

Tambak Rejo Purworejo. Desa Tambak Rejo merupakan desa yang dekat

dengan kota Purworejo. Letak PMB Nurul Farida mudah dijangkau dengan

kendaraan. Jarak PMB Nurul Farida dengan PMB lainnya sangat dekat yaitu

sekitar 1 kilometer (km). Akses untuk melakukan rujukan dari PMB Nurul

Farida cukup mudah berjarak 7 km. PMB Nurul Farida juga memasang papan

nama di depan PMB seperti dalam yang dijelaskan pada Permenkes No. 28

tahun 2017 pasal 39 tentang PMB harus memasang papan nama pada bagian

atau ruang yang mudah terbaca dengan jelas oleh masyarakat umum dengan

dasar papan nama berwarna putih dan tulisan berwarna hitam.

Bidan Nurul Farida merupakan pemilik PMB tersebut. Pasien yang

datang di PMB Nurul Farida tidak hanya warga desa Tambak Rejo tetapi

banyak pasien yang datang dari luar desa Tambak Rejo. PMB Nurul Farida

telah memenuhi persyaratan dalam pembangunan PMB, hal itu sesuai dengan

Permenkes No 28 tahun 2017 persyaratan prasarana PMB paling sedikit

memiliki sistem air bersih, sistem kelistrikan atau pencahayaan,

ventilasi/sirkulasi udara yang baik dan prasarana lain sesuai kebutuhan.

Pelayanan yang diberikan di PMB Nurul Farida meliputi periksa kehamilan,

persalinan, pelayanan nifas, KB, bayi dan balita dan lansia sesuai dengan

kewenangan bidan. Bidan dalam menyelenggarakan praktik diberikan

40
41

kewenangan untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu, kesehatan anak,

kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Dalam melakukan

pelayanan kebidanan bidan Nurul Farida dibantu oleh satu orang bidan

seperti yang dijelaskan dalam Permenkes No. 28 pasal 42 tahun 2017 bahwa

bidan dalam menyelenggarakan PMB dapat dibantu oleh tenaga kesehatan

lain atau tenaga non kesehatan.

Pelayanan PMB Nurul Farida diberikan sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan pasien yang datang hal ini didukung falsafah bidan yang

menyatakan bahwa bidan memiliki keyakinan dialam dirinya bahwa semua

manusia adalah mahluk bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang unik

merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu

yang sama. Adanya falsafah kebidanan akan mendorong bidan untuk

memberikan asuhan yang sesuai dengan kewenangan bidan yang dilakukan

secara berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan pasien.

Asuhan kebidanan pada Ny. S di PMB Nurul Farida Purworejo dilakukan

secara berkelanjutan dari masa kehamilan, persalinan, nifas hingga bayi baru

lahir. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. S merupakan asuhan

berkelanjutan yang dicapai ketika terjalin hubungan terus-menerus antara

seorang wanita dan bidan. Asuhan kebidanan yang menurut Homer (2008)

asuhan dimulai dari prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester,

kelahiran dan melahirkan sampai enam minggu pertama post partum. Namun

asuhan yang diberikan pada Ny. S hanya dimulai dari kehamilan trimester

tiga dan tidak dilakukan asuhan dari masa prakonsepsi.


42

Asuhan pada Ny. S diberikan sejak masa kehamilan dilakukan mulai dari

usia kehamilan 39 minggu 4 hari dengan kunjungan hamil sebanyak dua kali

yaitu pada tanggal 08 November 2017 dan pada tanggal 13 November 2017.

Asuhan yang diberikan bukan hanya dalam bentuk fisik,akan tetapi asuahan

yang diberikan kepada Ny. S juga melibatkan dukungan terhadap kehamilan

yang dialami Ny. S dengan selalu mendengarakan dengan terbuka tentang apa

yang membuat Ny. S menjadi khawatir dalam menghadapi proses persalinan

kelak. Dari hasil pengkajian pemeriksaan yang dilakukan Ny. S dalam batas

normal. Hal itu didasari dari penelitian yang dilakukan Mufdlilah (2009)

dalam Fadilah (2015) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang

diterima wanita selama kehamilan dan sangat penting dalam membantu

memastikan bahwa ibu dan janin selamat dalam kehamilan dan persalinan.

Pada tanggal 15 Novermber 2017 pukul 13.00 WIB Ny. S datang di PMB

Nurul Farida Purworejo dengan keluhan merasa kenceng-kenceng sejak pukul

10.00 WIB dan mengeluarkan lendir bercampur darah namun belum

mengeluarkan cairan seperti air ketuban. Dalam proses persalinan dilakukan

pendampingan dan pemberian dukungan kepada Ny S dengan cara

meyakinkan Ny. S bahwa prose persalinan akan berjalan dengan lancardan

normal, dengan bayiyang dilahirkan dalam keadaan sehat dan normal. Model

asuhan persalinan dilakukan sesuai dengan 60 langkah APN yang ada. Bayi

lahir pada pukul 17.55 WIB dan setelah dilakukan obsevasi didapatkan hasil

pemeriksaan normal. Menurut Manuaba (2009) bahwa persalinan adalah


43

proses alami yang akan berlangsung sendirinya. Persalinan dibagi menjadi

tiga yaitu persalinan spontan, persalinan buatan, dan persalinan anjuran.

Pada pukul 17.55 WIB Ny. S melahirkan seorang anak dengan jenis

kelamin laki-laki dengan berat 3000 gram, menangis kuat, warna kulit

kemerahan dan gerakan aktif. Dari pemeriksaan yang dilakukan didapatkan

hasil bahwa bayi dalam batas normal. Menurut Varney (2007) untuk

memastikan kesejahteraan bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan lengkap

yang terdiri dari tiga bagian yaitu riwayat bayi baru lahir, pengkajian usia

kehamilan, dan pemeriksaan fisik.

Pada masa nifas Ny. S dilakukan kunjungan nifas sebanyak 3 kali

kunjungan, yaitu pada saat masa nifas 10 jam, masa nifas 6 hari, masa nifas

30 hari. Hal itu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 97 tahun 2014 yaitu pelayanan kesehatan pada ibu nifas paling

sedikit selama 3 kali. Pada kunjungan nifas 6 hari, didapatkan hasil bahwa

Ny. S ingin memiliki dua orang anak, ingin menggunakan alat kontrasepi

yang jangka panjang dan tidak mengganggu ASI.

Pengkajian dilakukan dengan dua cara yaitu pengkajian data subjektif dan

data objektif pada Ny. S yang dilakukan pada hari ke enam post partum yaitu

pada tanggal 21 November 2017 pukul 08.30 WIB. Dari hasil pengkajian data

subjektif Ny. S mengatakan bahwa tidak ada keluhan yang dialami, Ny. S

mengatakan bahwa ASI nya lancar dan ingin ASI ekslusif, Ny. S hanya ingin

memiliki dua orang anak saja, selain itu juga ingin mengetahui alat

kontrasepsi yang tidak perlu sering berkunjung ke bidan namun tidak mau
44

menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim serta dengan yang jangka panjang

dan tidak mengganggu ASI.

Asuhan berikutnya yaitu melakukan pengkajian data obyektif yang

meliputi pemeriksaan umum berupa pemeriksaan keadaan umum, kesadaran,

pemeriksaaan tanda-tanda vital, dan pemeriksaan fisik focus yaitu muka,

mata, leher, payudara, abomen yang meliputi TFU berada di pertengahan

pusat simpisis, pemeriksaan genetalia dengan hasil lochea Sanguinolenta,

tidak ada tanda infeksi dan jahitan nampak kering, dan yang terakhir adalah

pemeriksaan esktremitas dengan hasil tidak ditemukan oedema. Hasil

pengkajian data subjektif maupun data objektif menunjukkan bahwa Ny. S

dalam keadaan nifas normal.

Diagnosa kebidanan didapat dari hasil pengkajian anamnesa, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan menurut Varney

(2007). Diagnosa kebidanan pada kasus ini yaitu Ny. S umur 36 tahun

P2A0Ah2 lahir spontan 6 hari post partum. Masalah atau kebutuhan yang

dialami Ny. S adalah ingin mengetahui kontrasepsi yang tidak perlu sering

berkunjung ke bidan namun enggan menggunakan kontrasepsi dalam rahim

dan yang jangka panjang untuk mencegah terjadinya kehamilan, karena

merasa sudah cukup memiliki dua orang anak dan tidak mempengaruhi ASI.

Dari masalah yang dialami maka Ny. S membutuhkan konseling alat

kontrasepsi implant.

Setelah perumusan diagnosa kebidanan ditentukan, selanjutnya

melakukan perencaan hal itu didasari dari Keputusan Menteri Kesehatan No.
45

938 tahun 2007 bahwa bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan

diagnose dan masalah yang ditegakkan. Dalam memberikan perencanaan

asuhan kebidanan kepada Ny. S seperti beritahu ibu tentang hasil

pemeriksaan, berikan KIE kebutuhan masa nifas, berikan konseling alat

kontrasepsi implant, lakukan evaluasi kontrasepsi implant, lakukan

kesepakatan untuk kunjungan ulang dan pendokumentasian.

Pelaksanaan asuhan pada Ny. S seperti memberitahu tentang hasil

pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan pengkajian data subjektif dan data

objektif. Hasil pemeriksaan Ny. S telah mengetahui hasil pemeriksaan bahwa

Ny. S dalam batas normal. Selanjutnya adalah memberikan KIE tentang

kebutuhan masa nifas seperti gizi masa nifas, tanda bahaya masa nifas,

kebersihan diri, istirahat cukup, ASI ekslusif dan suplemen Fe atau penambah

darah.

Alat bantu atau media yang digunakan dalam melakukan konseling alat

kontrasepsi Implant seperti alat bantu pengambilan keputusan ber-KB atau

ABPK dan menggunakan buku KIA agar dapat membantu dalam menentukan

alat kontrasepsi sesuai dengan kebutuhannya. Dalam penilitian yang

dilakukan Manurung (2013) bahwa penggunaan alat pengambilan keputusan

oleh penyedia kesehatan, dan pemberian informasi tentang keluarga

berencana, menunjukkan keterlibatan pasien dalam proses pengambilan

keputusan. Hal ini sesuai dalam peniltian yang dilakukan oleh Mulyati &

Dairi (2014) bahwa ABPK menyediakan referensi/info teknis serta alat bantu

visual yang berisi informasi detail tentang jenis alat kontrasepsi yang akan
46

dijelaskan kepada klien, dan pada tahun 2009 WHO membuat suatu

modifikasi alat bantu konseling KB yaitu berupa WHO Wheel Criteria atau

diagram kelayakan medis yang berisi penapisan kehamilan dan prosedur

penapisan klien. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyati & Dairi (2014)

mengatakan bahwa WHO Wheel Criteria kelayakan atau diagram kelayakan

medis memiliki efektifitas yang sama dengan ABPK dalam membantu klien

dalam memilih alat kontrasepsi pasca persalinan sesuai dengan kebutuhan

klien. Pada saat memberikan konseling kepada Ny. S media yang digunakan

hanya ABPK dan buku KIA yang dimiliki oleh Ny. S sedangkan untuk

melakukan penapisan awal dilakukan dengan cara melakukan pengkajian

kepada Ny.S.

Konseling yang diberikan kepada Ny. S yaitu konseling alat kontrasepsi

implant sesuai dengan kebutuhan yang dialami. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Sulistiyaningsih (2017) bahwa konseling yang diberikan oleh

tenaga kesehatan yang terampil dapat meningkatkan pengetahuan, hal itu

disebabkan karena konselor mengikuti tahapan konseling yang baik yaitu

tahap persiapan dimana konselor terlebih dahulu mengenalkan diri agar

interaksi dapat sesuai dengan tujuan konseling, kemudian petugas KB juga

mampu menggali permasalah yang dihadapi oleh klaien serta dapat mencari

jalan keluarnya. Menurut Handayani (2012) konseling sangat penting

sebagai bagian dari pelayanan KB. Melalui konseling, berarti petugas telah

membantu klien memilih jenis kontrasepsi yang dipilih digunakan. Penelitian

yang dilakukan Sari, Suryani, & Handayani (2010) dalam Siswandi (2007)
47

konseling KB dapat membantu responden keluar dari berbagai pilihan dan

alternatif masalah kesehatan reproduksi dan KB. Konseling yang baik

membuat responden puas juga membantunya menggunakan metode KB

secara konsisten dan sukses. Penelitian yang dilakukan Manurung (2013)

tentang konseling KB, bahwa konseling KB mencakup transfer pengetahuan

tentang model dan cara kerja kontrasepsi yang memungkinkan pasien

mempunyai pilihan informasi dan meningkatkan kepatuhan penggunaan

metode kontrasepsi efektif Informasi yang lengkap dan cukup memberikan

keleluasaan kepada pasien dan keluarga dalam memutuskan pilihan

kontrasepsi (informed choice) yang digunakan.

Selain itu konseling yang diberikan juga sesuai dengan SOP penggunaan

alat bantu pengambilan keputusan ber-KB dalam buku panduan praktikum

keluarga berencana STIKes AKBIDYO tahun 2016 seperti memberikan

salam dan sapa kepada klien. Setelah itu menjelaskan tujuan kepada klien

yaitu agar mengetahui informasi untuk memilih dan memakai alat kontrasepsi

yang sesuai dengan kebutuhan. Hal itu sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan RI tahun 2014 pasal 22 yaitu pilihan metode kontrasepsi yang

dilakukan oleh pasangan suami istri harus mempertimbangkan usia, paritas,

jumlah anak, kondisi kesehatan, dan norma agama.

Penatalaksanaan selanjutnya yaitu meminta klien untuk menceritakan

tentang keadaannya dan kebutuhannya hal ini sesuai dengan pengertian

konseling menurut Anggraini & Martini (2011) yaitu konseling adalah suatu

proses saling membantu kepada yang lain, berupa informasi yang sedang ia
48

butuhkan sedemikian rupa, sehingga orang lain tersebut dapat memahaminya

lalu menerapkan sesuai dengan kondisi yang dialami.

Memberikan konseling kepada klien sesuai dengan kebutuhan bahwa

ingin mengetahui dan menggunakan alat kontrasepsi Implant seperti yang

telah dijelaskan dalam tujuan konseling KB oleh Sulistyawati (2011) yaitu

memberikan informasi yang tepat, lengkap, serta objektif mengenai metode

kontrasepsi sehingga dapat mengetahui manfaat penggunaan kontrasepsi yang

aman dan efektif bagi klien. Konseling yang diberikan seperti pengertian

implant, jenis-jenis implant, cara kerja, indikasi, kontra indikasi, dan efek

samping. Selain itu Ny. S memiliki indikasi yang sesuai untuk menggunakan

alat kontrasepsi implant, hal itu sesuai dengan indikasi penggunaan alat

kontrasepsi implant menurut teori BKKBN (2012) indikasi penggunaan alat

kontrasepsi implant yaitu menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas

tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang, menyusui

dan membutuhkan kontasepsi, tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak

sterilisasi.

Ny. S sangat antusias dengan apa yang telah di sampaikan hal itu ditandai

dengan Ny. S dapat menyebutkan jenis-jenis implant, lama kerja, indikasi,

konraindikasi, cara kerja dari penggunaan alat kontrasepsi Implant dan

menyepakati untuk pertemuan ulang yaitu pada kunjungan nifas hari ke-30

serta akan merundingkan terlebih dahulu dengan suami.

Setelah berunding dengan suami dan pada kunjungan nifas hari ke-30 Ny.

S telah memutuskan dan mantap untuk memilih alat kontrasepsi Implant


49

sebagai alat kontrasepsi yang tepat. Rencana Ny. S untuk melakukan

pemasangan alat kontasepsi Implant yaitu setelah masa nifas selesai yaitu

pada tanggal 07 Januari 2018. Hal itu sesuai dengan teori menurut BKKBN

(2012) tentang waktu pemasangan Implant pada wanita tidak hamil dapat

dilakukan setiap saat pada siklus haid hari kedua sampai hari ketujuh, bila

menyusui mulai dari 6 minggu pasca persalinan.

Pada tanggal 07 Januari 2018 telah dilakukan pemasangan alat

kontrasepsi Implant pada Ny. S di lengan kiri bagian atas dengan jenis

Implant yang digunakan yaitu Indoplant terdiri dari 2 batang dengan lama

kerja 3 tahun di PMB Nurul Farida Purworejo.

B. Keterbatasan Asuhan

Asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Ny. S memiliki keterbasan

yaitu pada saat memberikan konseling adalah media yang digunakan hanya

ABPK dan buku KIA serta tidak menggunakan media yang lain seperti leaflet

atau WHO Wheel Criteria atau diagram kelayakan medis. Hal ini disebabkan

karena kurangnya persiapan sehingga yang seharusnya dapat menggunakan

media tambahan selain ABPK dan buku KIA yang berfungsi agar dapat

memudahkan penerimaan terhadap apa yang telah disampaikan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Asuhan kebidanan pada masa nifas tentang konseling alat kontrasepsi

implant pada Ny. S umur 36 tahun telah dilakukan sesuai dengan buku

panduan mata kuliah praktikum keluarga berencana STIKes AKBIDYO

tahun 2016 yang dilakukan di PMB Nurul Farida Purworejo dan di rumah

klien. Konseling yang diberikan yaitu konseling alat kontrasepsi Implant yang

menjelaskan tentang pengertian, jenis, cara kerja, keuntungan, kerugian,

indikasi, kontraindikasi, dan juga efek samping alat kontrasepsi Implant. Ny.

S juga diberikan motivasi untuk tetap memenuhi kebutuhan masa nisas dan

ASI ekslusif.mampu menerima konseling yang diberikan tentang konseling

alat kontrasepsi implant. Setelah dilakukan evaluasi Ny. S mampu

menyebutkan tentang jenis-jenis implant, lama kerja, indikasi, konraindikasi,

cara kerja, keuntungan dan kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi implant

dan memilih alat kontrasepsi implant sebagai alat kontrasepsi pilihan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan konseling alat kontrasepsi

implant dapat membantu Ny. S dalam memilih alat kontrasepsi yang sesuai

dengan kebutuhannya.

Penatalaksanaan asuhan kebidanan dari mulai kehamilan, persalinan,

enam minggu post partum, bayi baru lahir hingga pemilihan alat kontrasepsi

sesuai dengan standar asuhan kebidanan yaitu melakukan pengkajian,

50
51

perumusan diagnosa dan masalah kebidanan, hingga menentukan

perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan klien.

B. Saran

1. Bagi Bidan

Bidan dapat melakukan penapisan awal terlebih dahulu sebelum

memberikan konseling kepada klien, selanjutnya dalam memberikan

konseling dapat menggunakan media seperti ABPK dan buku KIA yang

dimiliki klien dan melibatkan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi.

2. Bagi Ibu dan Keluarga

Ibu dapat melibatkan suami untuk berunding terlebih dahulu dalam

mementukan dan memantapkan alat kontrasepsi yang sesuai dengan

kondisi dan keinginan.

3. Bagi Mahasiswa Kebidanan

Mahasiswa perlu mempelajari tentang WHO Wheel Criteria atau

diagram kelayakan medis yang berisi tentang penapisan kehamilan dan

prosedur penapisan klien, dan penggunaan ABPK serta buku KIA dalam

memberikan konseling alat kontrasepsi kepada klien.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R dan Wulandari Diah.(2008). Asuhan kebidanan Nifas.


Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Anggraini, Y., & Martini. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. (T. Endroko,
Ed.) (1st ed.). Yogyakarta: Rohima Press.

BKKBN. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. (B. A. Saifudin,


Ed.) (2nd ed.). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

BKKBN. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. (B. Efendi, Ed.)
(3rd ed.). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Dewi Lia dan Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Salemba
Medika.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 48–49. Retrieved from
dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/profil2015/Profil_2015_fix.pdf

Handayani, L. (2012). Informasi Tentang Kb: Hak Kesehatan Reproduksi Yang


Perlu Diperhatikan Oleh Program Pelayanan Keluarga Berencana. Buletin
Penelitian …, 15(3), 289–297. Retrieved from
http://bpk.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/3003

Homer, C., Brpdie, P., & Leap, N. 2008. Midwifery Contuinity of Care: A
Practical Guide. Churtchill Livingstone. Australia: Elsevier.

Ikatan Bidan Indonesia. 2012. Lima Puluh Tahun IBI- Bidan Menyongsong Masa
Depan. Jakarta : PP IBI.

Kementerian Kesehatan RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor: 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia.
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/584/3/KMK93
8-0807-G.pdf. Diakses tanggal 1 Januari 2018 jam 19.10 WIB

Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Anak. (2008).
Factsheet Alat Bantu Pengambilan Keputusan KB. http://www.dep.kes.go.id
Diakses tanggal 02 januari 2018 jam 19.30 WIB.

Kementerian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana


Pasca Persalinan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Ri.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). infodatin-kb.pdf. jakarta selatan: Kementerian


Kesehatan RI.
Kepmenkes. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standart Profesi Bidan. Jakarta: Menteri
Kesehatan RI.

Manuaba, Ayu Candra Ida. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.


Jakarta: EGC.

Manurung, S. (2013). Model Pengambilan Keputusan Meningkatkan Akseptor


Keluarga Berencana Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 7(11), 483–488.

Maritalia, D. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. (S. RIYADI, Ed.).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Mulyati, S., & Dairi, M. (2014). Penggunaan Who Wheel Criteria Dan Alat Bantu
Pengambilan Keputusan ( ABPK ) Dalam Pemilihan, 2, 9–18.

Permenkes. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97


Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Jakarta:
Menteri Kesehatan RI.

Purwoastuti, T. E., & Walyani, S. E. (2015). Komunikasi & Konseling Kebidanan.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sari, S. K., Suryani, E. S., & Handayani, R. (2010). Hubungan konseling keluarga
berencana (KB) dengan pengambilan keputusan pasangan usia subur (PUS)
dalam penggunaan alat kontrasepsi. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 1(1), 37–47.

STIKes AKBIDYO. (2016). Panduan Praktikum Keluarga Berencana.


Yogyakarta. STIKes AKBIDYO.

Sulistiyaningsih, S. H. (2017). Dan Sikap Pus Dalam Pemilihan Kontrasepsi Intra


Uterine Device ( Iud ), II(2).

Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. (A. Suslia, Ed.). jakarta


selatan: Salemba Medika.

Yulviana, R. (2017). Menara Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017, XI(75), 149–
154.

Varney, H. 1997. Varney's Midwifery, Third edition. Sudbury: Jones & Bartlett.

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai