Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 5
2
2.1 Konsep Teori Persalinan.......................................................... 8
3
3.1 Pendokumentasian Kasus........................................................ 22
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 27
BAB V PENUTUP
5
5.1 Kesimpulan............................................................................. 34
5.2 Saran........................................................................................ 34
iv
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 36
v
BAB I
PENDAHULUAN
6
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi Persalinan
2.1.2 Etiologi Persalinan
2.1.3 Tanda dan Gejala Persalinan
2.1.4 Tahapan Persalinan
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
2.1.6 Penatalaksanaan
2.2 Jurnal Terkait
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi analisis tentang kesenjangan antara teori dan praktik
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
7
8
BAB II
TINJAUAN TOERI
9
rahim. Jika kadar progesteron turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah
dan timbulnya his.
b. Teori Plasenta Menjadi Tua
Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta mengalami
beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang mengakibatkan tegangnya pembuluh darah, sehingga akan
menimbulkan kontraksi uterus.
c. Teori Distensi Rahim
Otot rahim mempunyai kemampuan merenggang dalam batas tertentu.Setelah
melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai.
d. Teori Iritasi Mekanis
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus frankenhauser), bila
gangglion ini digeser dan ditekan oleh kepala janin, maka akan timbul kontraksi.
e. Teori oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Perubahan keseimbangan
estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering
terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron karena
matangnya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya
dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi, dan akhirnya persalinan dimulai.
f. Teori Hipotalamus – Pituitari dan Glandula Suprarenalis
Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.Teori ini
menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering terjadi kelambatan
persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus.
g. Teori Prostagladin
Prostagladin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu sebab
permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa prostagladin F 2 dan E2
yang diberikan secara intravena menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap
usia kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostagladin yang
tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum
melahirkan atau selama persalinan.
h. Induksi Persalinan
Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut :
10
Gagang laminaria : dengan cara laminaria dimasukkan ke dalam kanalis
serviks dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.
Amniotomi : pemecahan ketuban.
Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
(Sulistyawati, Ari.2013)
2.1.3 Tanda dan Gejala Terjadinya Persalinan
a. Tanda-Tanda Persalinan
1. Adanya Kontraksi Rahim
Secara umum, tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan adalah mengejangnya
rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi. Kontraksi tersebut berirama, teratur, dan
involuter, umumnya kontraksi bertujuan untuk menyiapkan mulut lahir untuk
membesar dan meningkatkan aliran darah di dalam plasenta. Setiap kontraksi uterus
memiliki tiga fase yatu :
1) Increment : ketika intensitas terbentuk.
2) Acme : puncak atau maximum
3) Decement : ketika otot relaksasi
Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan hilang secara teratur dan intensitas
makin lama makin meningkat. Kontraksi terjadi simetris di kedua sisi perut mulai
dari bagian atas dekat saluran telur ke seluruh rahim, kontraksi rahim terus
berlangsung sampai bayi lahir (Indiarti.2008.hlm.139)
12
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. Jika
ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam.
Namun jika ternyata tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan
tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum, atau sectio caesaria.
c. Gejala Persalinan
1. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin
pendek. Terjadinya his akibat :
a. Kerja hormon oksitosin.
b. Regangnya dinding uterus.
c. Rangsangan terhadap pleksus saraf frankenhauser yang tertekan masa konsepsi.
13
b. Pembukaan serviks (dilatasi serviks)
Selama terjadi kontraksi, serviks mengalami perenggangan, kontraksi uterus
menimbulkan tekanan pada selaput ketuban sehingga akan melebarkan saluran
serviks.
2.1.4 Tahapan Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 fase, yaitu :
1. Kala I (Pembukaan)
Pasien dikatakan dalam tahapan kala I, jika sudah terjadi pembukaan serviks dan
kontraksi terjadi teratur minimal kali dlam 10 menit selama 40 detik. Kala I
berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini dibagi atas 2
fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3cm. Dan fase aktif (7
jam) dimana serviks membuka dari 3-10cm.
(Sulistyawati, Ari.2013)
a. Fase Laten
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4cm.
Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir hingga 8 jam.
Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik.
b. Fase Aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadahi jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10
menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
Dari pembukaan 3cm sampai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1cm/jam (nulipara atau primigravida) atau >1cm
hingga 2cm (multipara)
Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
(Buku Acuan dan Panduan.2008.Asuhan Persalinan
Normal.Jakarta:JNPK-KR hal 38)
Fase Aktif dibagi menjadi 3 fase :
- Periode Akselerasi: Berlangsung 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
- Periode Dilatasi Maksimal: Selama 2 jam berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm.
14
- Periode Deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm.
(Hidayat, Asri. 2010)
15
Nitabusch. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-
tanda sebagai berikut :
- Uterus menjadi berbentuk bundar
- Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah Rahim
- Tali pusat bertambah panjang
- Terjadi perdarahan
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uteri.
18
- Diameter bitemporalis 8 cm.
b. Ukuran circum ferensia
- Circumferensia fronto oksipito ± 34 cm
- Circumferensia mento oksipito ± 35 cm
- Circumferensia sub mento oksipito ± 32 cm
c. Ukuran Badan Lain
a. Bahu
- Jaranya ± 12 cm (jarak antara kedua akromion)
- Lingkar bahu ± 34 cm.
b. Bokong
- Lebar bokong ± 12 cm
- Lingkar bokong ± 27 cm
C. Power (kekuatan)
Kekuatan terdri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter sercara
bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter
disebut kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi,
usaha volunter dimulai dari mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana
kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi involunter.
Kekuatan prmer berasal dari titik pemivu tertentu yang terdapat pada penebalan
lapisan otot disegmen uterus bagian atas titk pemicu, kontraksi diantar ke uterus bagian
bawah dalam bentuk gelombang, diselingi periode istirhat singkat. Dalam kekuatan
primer ada frekuensi yaitu waktu antar kontraksi, durasi yaitu lama kontraksi, dan
intensitas yaitu kekuatan kontraksi. Kekuatan sekunder terjadi segera setelah bagian
presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat endorong
keluar sehingga merasa ingin mengedan. Usaha mendorong kebawah ini disebut
kekuatan sekunder, kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi
setelah dilatasi lengkap, kekuatan ini penting untuk ,endorong bayi keluar dari uterus
dan vagina.
(Sulistyawati, Ari.2013)
D. Psikologis
Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang
nyaman dalam kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan nyeri non
farmakologis, memberi analgesia jika diperlukan, dan yang paling penting berada disisi
pasien adalah bentuk dukungan psikologis.
19
E. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari
kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadappi proses persalinan.
2.1.6 Penatalaksana
Setiap ibu bersalin mengahadapi resiko yang bisa jiwanya. Oleh karena itu, setiap ibu
bersalin harus mendapatkan pengawasan dan pemantauan yang terus menerus sejak awal
hingga persalinan berakhir.
Kategori Kegiatan
Kala I 1. Memonitoring tekanan darah, suhu badan setiap 1
jam, denyut nadi setiap 30 menit, dan satu jam
perlu fase laten
2. Mendengarkan denyut nadi setiap jam pada fase
laten dan 30 menit pada fase aktif
3. Memonitoring kontraksi uterus setiap jam pada fase
laten dan setiap 30 menit pada fase aktif
4. Memonitoring perubahan serviks penurunan bagian
terendah setiap 4 jam sekali pada fase laten dan 2-4
jam sekali pada fase aktif.
5. Memonitoring pengeluaran urin setiap 2 jam.
Seluruh hasil pemantauan dicatat di partograf.
6. Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh
ibu seperti suami, keluarga, atau teman terdekat
7. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana
asuhan selanjutnya serta kemajuan persalinan
8. Mengatur aktivitas, posisi dan membimbing
relaksasi sewaktu ada his
9. Mejaga privasi ibu
10. Menjaga kebersihan ibu
11. Mengatasi rasa ketidaknyamanan ibu seperti rasa
panas, rasa nyeri ketika his misalnya dengan
membuat rasa sejuk, masase
20
12. Memberikan cukup minum dan makan
13. Mempertahankan kandung kemih kosong
14. Mempertahankan rasa kedekatan misalnya dengan
sentuhan
Kala II 1. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
2. Mempertahankan kebersihan ibu
3. Mempersilahkan kelahiran bayi
4. Membimbing meneran pada waktu his
5. Melakukan pemantauan keadaan ibu dan denyut
jantung janin terus menerus
6. Melakukan amniotomi bila diperlukan
7. Melakukan episiotomi bila diperlukan
8. Melahirkan kepala dengan benar
9. Melonggarkan atau melepaskan bila ada lilitan tali
pusat pada kepala dan badan bayi
10. Melahirkan bahu dan diikuti badan bayi
11. Nilai tanda-tanda kehidupan bayi minimal 3 aspek
yaitu : adakah usaha bernapas, denyut jantung,
warna kulit
12. Klem atau jepit tali pusat di dua yempat dan potong
dengan gunting steril/DTT
13. Menjaga kehangatan bayi
14. Merangsang pernapasan bayi bi diperlukan.
Kala III 1. Melaksanakan manajemen aktif kala III :
a. Melakukan masase uterus untuk meyakinkan
tidak ada bayi lain
b. Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin
c. Memberikan suntikan oksitosin 10 U im
Dapat diberikan ketika kelahiran bahu
depan bayi, jika petugas lebih dari satu
dan pastikan hanya ada bayi tunggal
Dapat diberikan dalam 2 menit setelah
kelahiran bayi jika ada seorang petugas
dan hanya ada bayi tunggal
21
Oksitosin 10 U im dapat diulan setelah
15 menit jika plasenta belum lahir
Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang
puting payudara ibu atau berikan ASI
pada bayi guna menghasilkan oksitosin
alamiah
2. Mengikat Tali pusat
3. Keringkan dan hangatkan bayi sedini mungkin
4. Memperlihatkan atau mendekatkan bayi dengan
ibu
5. Menetekkan bayi sesegera mungkin kurang lebih
30 menit setelah lahir
Kala IV 1. Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus ,pengeluaran
darah, tanda-tanda vital
2-3 kali selama 10 menit pertama
Setiap 15 menit selama 1 jam
Setiap 20 -30 menit selama jam kedua
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
lakukan masase fundus dan berikan methyl
ergometrin 0, mg IM (Jika ibu tidak
mengalami hypertensi)
2. Melakukan pemeriksaan jalan lahir dan perinium
3. Melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta dan
selaputnya
4. Ajari ibu/ keluarga tentang cara mengecek atau
meraba uterus dan masasenya
5. Evaluasi darah yang hilang
6. Memantau pengeluaran lokea (biasanya tidak lebih
dari darah haid)
7. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong
(tidak denga kateterisasi)
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
SUBJEKTIF
1. Biodata
IBU SUAMI/WALI
Nama Umur : Ny. S Nama : Tn. I
Agama : 22 Tahun Umur : 21 Tahun
Suku/bangsa : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Jawa/Indo Suku : Jawa
Pekerjaan : SMA Pendidikan : SMP
Alamat : IRT Pekerjaan : Swasta
: Ds Bendowulung 3/4 Alamat : Desa
Bendowulung
3/4
OBJEKTIF
1. Keadaan umum: Baik
2. Cardinal Sign
Tekanan darah: 120/70 mmHg
Nadi: 83 kali/menit
Suhu: 36 0C
Respirasi: 22 kali/menit
3. Pemeriksaan fisik Inspeksi
a) Muka
Konjungtiva : Tidak anemis, Sklera: Tidak Ikterik, Oedema : Tidak
b) Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
c) Payudara
Keadaan papilla mammae: Aerola hiperpigmentasi, puting menonjol
d) Abdomen
Bekas luka operasi : .Tidak ada....................... Jenis operasi: -
e) Genetalia eksterna
Pengeluaran pervaginam : cairan., Jenis: ketuban
Varises : tidak ada
Oedema : tidak
Pembesaran kelenjar bartolini/skene :-
Haemoroid :-
f) Tangan dan kaki
Oedema : Tidak ada
24
Varises : Tidak ada
Palpasi
a) Payudara (kolostrum):
Belum keluar
b) Abdomen
TFU: 30 cm
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px, teraba bokong di fundus
Leopold II : Teraba punggung di bagian kanan (puka)
Leopold III : Kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : Divergen
c) His : 4 kali/10 menit, lama 45 detik
Auskultasi
DJJ:138 kali/menit
4. Pemeriksaan Dalam/Vaginal Toucher (VT)
Indikasi:
Vulva/Vagina :
Porsio : VT Pembukaan 10 cm..........................................................
Serviks : Efficement 100%...................................................................
Selaput amnion dan ketuban:..-..........................................................
Denominator : UUK..............................................................................
Presentasi : Kepala..............................................................................
Penurunan bagian terendah : Hodge ..II.......
5. Data Penunjang (bila diperlukan)
Tanggal : ..................... Jenis pemeriksaan : .............................
Hasil : ...........................................................................................
ANALISIS:
Diagnosa Kebidanan: G1P0A0 Uk 38 Minggu Inpartu Kala 1 Fase Aktif
Masalah Kebidanan: -
PENATALAKSANAAN:
26
CATATAN PERKEMBANGAN KALA IV
SUBJEKTIF : Ibu merasa lega karena bayi dan plasentanya telah lahir
OBJEKTIF : Ku Baik, kesadaran composmentis, UC baik, Tfu 2 jari dibawah
pusat
TD 110/60 mmHg, N: 82x/menit RR:20x/menit, S:36 C
ASSESSMENT : P1001 Inpartu kala IV
PENATALAKSANAAN : Melakukan evaluasi perdarahan
Memantau kondisi ibu, kontraksi uterus, pengeluaran darah
Membersihkan ibu, ibu sudah bersih
Memeberikan KIE tentang tanda bahaya masa nifas, mobilisasi,
personal hygiene, ibu mengerti
Memeprtahankan agar kandung kemih ibu tetap kosong
Melengkapi partograf
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tenatang asuhan kebidanan pada Ny “S”
G1P0A0 UK 38 minggu Inpartu Kala 1 Fase Aktif dengan persalinan normal di UPT
Puskesmas Sanankulon Blitar. Asuhan ini dilakukan selama satu hari yang dimulai
saat pasien datang ke puskesmas sampai pasien pindah keruangan nifas, dimana
asuhan yang dilakukan berlanjut pada proses pengakhiran kehamilan yang mencakup
kala I-IV persalinan. Dalam hal ini, pembahasan akan diuraikan secara narasi
berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan. Tindakan yang pertama kali dilakukan
yakni pengumpulan data subjektif dan objektif. Ny “S” usia 22 tahun G1P0A0 UK 38
minggu inpartu kala 1 fase aktif datang ke Puskesmas pada pukul 10.00 WIB dengan
keluhan kenceng-kenceng, nyeri pada perut yang di sertai dengan adanya pengeluaran
lendir bercampur dengan darah sejak tanggal pagi dan rasa nyeri yang dirasakan oleh
ibu hilang timbul dan semakin lama semakin sering dan bertambah kuat, pasien
mengatakan selama hamil pergerakan janinnya kuat dan bergerak pada bagian
sebelah kanan perut ibu, pasien mengatakan melakukan kunjungan antenatal care
(ANC) sebanyak 7x di Praktik Mandiri Bidan (PMB), pasien mengatakan hari
pertama haid terakhir tanggal 11 April 2022 dan usia kehamilannya sekarang sudah
mencapai 38 minggu. Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serius dan tidak
pernah dirawat dirumah sakit maupun di puskesmas, Selama hamil, nutrisi pasien
terpenuhi dengan baik, istirahat cukup, aktivitas pasien tetap melakukan pekerjaan
rumah tangga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan
umum baik, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 83x/menit, pernapasan 21x/menit, dan
suhu 36°C. Inspeksi muka tidak ada edema dan pembengkakan pada wajah, kedua
konjungtiva mata tidak anemis dan tidak ikterik, tidak ada pembesaran pada kelenjar
tiroid, limfe dan vena jugularis, payudara tampak simetris, hiperpigmentasi pada
areola mammae. Pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu tinggi fundus uteri
(TFU) 3 jari dibawah Prosesus Xipoideus, 30 cm, teraba bokong dan sesuai usia
kehamilan 38 minggu, punggung kanan, presentasi kepala, pada auskultasi terdengar
denyut jantung janin dengan frekuensi 138 x/menit, janin intrauterine, tunggal dan
hidup. Pada pemeriksaan dalam pertama pukul 10.00 wib yaitu, tidak ditemukan
kelainan pada vulva dan vagina, keadaan portio lunak dan tipis, terdapat pembukaan
10 cm, ketuban sudah pecah presentase kepala yaitu ubun-ubun kecil, tidak ada
molase dan penumbungan, serta kesan panggul normal. ketuban sudah pecah dengan
28
warna air ketuban jernih, presentase kepala yaitu ubun-ubun kecil sudah dibawah
simpisis, penurunan hodge IV, tidak ada molase dan penumbungan, serta kesan
panggul normal.
Pada pemeriksaan leopold untuk menentukan tinggi fundus uteri dilakukan pada saat
uterus tidak sedang berkontraksi, dengan posisi ibu setengah duduk, lalu mulai
melakukan pengukuran dengan menempelkan ujung pita dari tepi atas simfisis pubis
dan puncak fundus uteri hal tersebut dilakukan untuk menilai tinggi fundus uteri
apakah tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan atau tidak, dan untuk
menentukan presentasi janin dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk, ukuran,
dan kepadatan bagian tersebut, jika dalam perabaan pada fundus uteri bulat, keras dan
melenting maka dapat dikatakan sebagai presentasi bokong karena kepala janin
berada pada bagian fundus atau jika pada bagian fundus uteri teraba lunak, kurang
melenting, dapat dikatakan presentasi kepala (Ai Nursiah, dkk, 2014). Untuk menilai
penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin
yang masih berada diatas shympisis dan dapat diukur dnegan lima jari tangan (per
limaan), bagian diatas shympisi adalah proporsi yang belum masuk pintu atas
panggul (PAP) dan sisanya telah memasuki pintu atas panggul (PAP) (Widia, 2015).
Didalam kehamilan, janin dikatakan tunggal jika pembesaran perut sesuai dengan
usia kehamilan. Saat palpasi teraba satu kepala dan satu punggung, sedangkan
auskultasi denyut jantung janin terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran kiri
bawah perut ibu (Baety, 2012). Adanya gerakan janin dan denyut jantung janin (DJJ)
merupakan tanda bahwa janin hidup. Janin yang dalam keadaan sehat, bunyi
jantungnya teratur dan frekuensinya antara 120-160 kali per menit, selain itu tanda
janin hidup juga dapat dilihat dari pergerakan janin yang dirasakan kuat oleh ibu satu
kali per jam atau lebih dari 10 kali per hari dan pembesaran uterus menandakan janin
hidup dan bertumbuh (Prawirohardjo, 2014 ). Pada persalinana kala I yang di tandai
dengan adanya his atau kontraksi dimana mempunyai ciri seperti, pinggang terasa
sakit yang menjalar kedepan, his yang bersifat teratur, interval semakin pendek dan
kekuatannya semakin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks. Selain
his, persalinan juga ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dari kanalis servikalis
karena terjadi pembukaan dan pengeluaran darah dikarena kapiler pembuluh darah
pecah. Persalinan juga dapat disebabkan oleh pengeluaran cairan ketuban yang
sebagian besar baru pecah menjelang pembukaan lengkap dan tanda in partu,
meliputu adanya bloody show, peningkatan rasa sakit, perubahan bentuk serviks,
pendataran serviks, pembukaan serviks (dilatasi), pengeluaran cairan yang banyak
29
atau selaput ketuban yang pecah dengan sendirinya (Nurul jannah, 2017 ).
Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan antara teori dengan gejala yang timbul
pada kala I persalinan normal. Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus.
Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada kala II yang telah di dapatkan pada
kasus Ny “S” didapatkan data subjektif Ibu merasakan adanya desakan untuk
mendorong yang tidak bisa lagi ditahan-tahan, dimana ibu mulai mengatur napas
dengan lebih banyak menahannya atau menggumam selama kontraksi, kontraksi
sudah tidak begitu sering dirasakan, namun setiap kontraksi yang tersisa sangat kuat
dan semakin kuat, suasana hati ibu sudah mulai berubah dimana ibu merasa resah dan
kelelahan dan ia juga mulai fokus pada persalinannya, ibu merasakan adanya tekanan
pada anus dan ibu merasakan kepala bayinya seperti mau keluar lewat vaginanya.
Data objektif pada kasus Ny “S” yang didapat dimana tampak perineum menonjol,
vulva-vagina dan sfingter ani mulai membuka, meningkatnya produksi pengeluaran
lendir bercampur dengan darah dan pada pemeriksaan tanda pasti kala II di tentukan
melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya pembukaan serviks telah lengkap dan
terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina. Sedangkan teori menerangkan
bahwa Kala II dimulai sejak pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi, gejala dan
tanda kala II yaitu dimana kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan sering (± 2-3 menit
1 kali) dan timbul rasa mengedan, dimana air ketuban yang keluar membuat dinding
uterus menjadi lebih dekat dengan fetus, sehingga kekuatan kontrakis lebih intensif
untu mendorong keluar fetus, dan juga vagina yang merengang karena turunnya
kepala bayi akan membuat kotraksi menjadi lebih baik. Tanda dan gejala kala II juga
di tandai dengan adanya pembukaan lengkap (tidak teraba lagi bibir porsio), ini
terjadi karena adanya dorongan bagian terbawah janin yang masuk kedalam dasar
panggul karena kontraksi uterus yang kuat sehingga porsio membuka secara perlahan,
his yang lebih sering dan kuat (± 2-3 menit 1 kali) dan timbul rasa mengedan, karena
biasanya dalam hal ini bagian terbawah janin masuk ke dasar panggul sehingga
terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan
rasa mengedan, Adanya pengeluaran darah bercampur lendir, di sebabkan oleh
adanya robekan serviks yang meregang, pecahnya kantung ketuban, karena kontraksi
yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan yang besar antara tekanan di dalam
uterus dan diluar uterus sehingga kantun ketuban tidak dapat menahan tekanan isi
uterus akhirnya kantung ketuban pecah, anus membuka, karena bagian terbawah janin
masuk kedasar panggul sehingga menekan rectum dan rasa buang air besar, hal ini
30
menyebabkan anus membuka, vulva terbuka, perineum menonjol, karena bagian
terbawah janin yang sudah masuk PBP dan di tambah pula dengan adanya his serta
kekuatan mengedan menyebabkan vulva terbuka dan perineum menonjol, karena
perineum bersifat elastic, bagian terdepan anak kelihatan pada vulva, karena labia
membuka, perineum menonjol menyebabkan bagian terbawah janin terlihat divulva,
karena ada his dan tenaga mengedan menyebabkan bagian terbawah janin dapat
dilahirkan (Widia, 2015). Berdasarkan pegkajian yang di lakukakn pada Ny ”S” di
kala II tidak di temukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
Berdasarkan pengkajian data asuhan kebidanan perlangsungan kala III pada kasus Ny
“S” didapatkan data subjektif ibu lelah setelah melahirkan dan merasakan nyeri pada
perut bagian bawah, dan pada data objektif didapatkan dari hasil pemeriksan yaitu
bayi lahir spontan pada tanggal 17 Desember 2022 pukul 10.15 wib, kontraksi uterus
baik (teraba keras dan bundar) tinggi fundus uteri setinggi pusat perdarahan ± 250 cc,
kala II berlangsung selama ± 15 menit tanpa ada penyulit serta tali pusat masih
nampak di vulva. Pada teori menjelaskan bahwa Kala III dimulai sejak bayi lahir
sampai lahirnya plasenta atau uri. Partus kala III disebut juga kala uri. Kala III
merupakan periode waktu dimana penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran
bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan
plasenta. Oleh karena tempat perlengektan menjadi kecil, sedangkan ukuran plasenta
tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus (Ina Kuswanti, dkk 2014). Berdasarkan pegkajian yang di lakukakn
pada Ny “S” di kala III tidak di temukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
Dan berdasarkan data pengkajian asuhan kebidanan pada kasus Ny”S”dengan
perlangsungan kala IV didapatkan data subjektif ibu merasa lelah setelah
persalinannya dan ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah dan pada data objektif di
dapatkan hasil kala III berlangsung ± 5 menit ,plasenta lahir lengkap, tinggi fundus
uteri setinggi pusat, kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar), perdarahan ± 200
cc dan kandung kemih kosong. Teori menjelaskan Kala IV ditetapkan sebagai waktu
dua jam setelah plasenta lahir lengkap, hal ini dimaksudkan agar dokter, bidan atau
penolong persalinan masih mendampingi wanita setelah persalinan selama 2 jam (2
jam post partum). Dengan cara ini kejadian-kejadian yang tidak diinginkan karena
perdarahan postpartum dapat dikurangi atau dihindarkan (Dwi Asri,dkk 2012).
Berdasarkan pengkajian yang di lakukakn pada Ny “S” di kala IV tidak di temukan
kesenjangan antara teori dan kasus nyata Berdasarkan uraian di atas yang dimulai dari
kala I persalinan sampai kala IV persalinan, terdapat persamaan antara teori dengan
31
gejala yang timbul pada kasus persalinan normal. Hal ini membuktikan bahwa tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
Penatalaksanaan pada kasus persalinan normal yaitu dilakukan secara konsisten dan
sistematik menggunakan praktik pencegahan infeksi, memberikan asuhan secara rutin
dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi lahir termasuk dalam penggunaan
partograf, memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, termasuk
menjelaskan kepada ibu dan keluarganya mengenari proses kelahiran bayi dan
meminta suami ibu atau keluarga lainnya ikut berpartisipasi dalam proses persalinan
dan kelahiran bayi, memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk mengeringkan dan
menghangatkan tubuh bayi, memberi ASI secara dini, mengenal sejak dini
komplikasi dan melakukan tidakan yang bermanfaat secara rutin, memberikan asuhan
dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir termasuk pada masa nifas secara rutin
(Prawirohardjo, 2014). Rencana asuhan pada kasus Ny ”S” disusun berdasarkan teori
dengan melihat kondisi dan kebutuhan pasien. Rencana tindakan yang telah disusun
yaitu: sapa ibu dan keluarga untuk meningkatkan rasa percaya sehingga ibu menjadi
lebih kooperatif dengan petugas, beritahu hasil pemeriksaan, menganjurkan keluarga
untuk memberikan support dan semangat kepada ibu, berikan KIE tentang persalinan
normal, minta persutujuan ibu dan keluarga untuk melakukan tindakan dengan inform
consent, laksanakan tindakan sesuai dengan penerapan asuhan persalinan normal.
Damping ibu dalam proses persalinan dan lanjutkan asuhan kebidanan Kala I, II, III
dan IV persalinan. Rencana tindakan dalam pemantauan kala I adalah memantau
kemajuan persalinan dengan mengobservasi his dan pembukaan serviks. Rencana
yang akan diberikan yaitu mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan telah lengkap dan ketuban
sudah pecah, menjelaskan penyebab nyeri, mendampingi ibu selama persalinan,
menganjurkan ibu untuk miring ke salah satu sisi untuk teknik relaksasi, mengajarkan
ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas lewat hidung dan mengeluarkan lewat
mulut, menganjurkan keluarga untuk memberi intake, support dan motivasi pada ibu
saat his berkurang, mengobservasi his, melakukan pemeriksaan dalam, menganjurkan
kepada ibu dan keluarga untuk senantiasa berdo’a kepada Allah swt dan diberikan
kesabaran serta kemudahan dalam proses persalinan, mengajarkan ibu meneran pada
saat his, menyiapkan peralatan pertolongan persalinan. Rencana tindakan selanjutnya
pada kala II bertujuan agar ibu melahirkan bayi tanpa komplikasi dan mencegah
terjadinya robekan pada vagina dan perineum. Rencana tindakan yang akan diberikan
adalah melakukan pimpinan persalinan dengan membimbing Ibu untuk meneran,
32
melakukan pengecekan fundus untuk memastikan tidak ada lagi bayi, memberitahu
Ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin, menyuntikkan oksitosin 10 IU di
1/3 paha atas secara IM, menjepit dan memotong tali pusat. Rencana selanjutnya pada
kala III bertujuan agar plasenta lahir utuh tanpa terjadi komplikasi pada ibu. Rencana
tindakan yang akan diberikan adalah melakukan manajemen aktif kala III (PTT,
melahirkan plasenta, masase fundus uteri), mengevaluasi perdarahan dan memeriksa
robekan pada vagina dan perineum serta melakukan katerisasi. Rencana tindakan
selanjutnya pada kala IV bertujuan untuk memastikan tidak terjadi perdarahan dengan
melakukan pemantauan kala IV. Rencana tindakan yang akan diberikan adalah
menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini dan keluhan yang dialami adalah
normal pasca persalinan, melakukan pemantauan 2 jam post partum. Rencana
selanjutnya adalah meminta keluarga untuk selalu menemani ibu dan memenuhi
kebutuhan ibu, mengajarkan ibu dan keluarga untuk memantau kontraksi uterus,
jumlah darah yang keluar dan tanda-tanda bahaya, memberikan KIE tentang
persiapan prakonsepsi dan masa subur, memberikan dukungan pada ibu dan keluarga
untuk senantiasa berdo’a kepada Allah swt agar dikaruniakan keturunan yang baik
dan sholeh, memindahkan ibu ke ruang nifas. Rencana asuhan kebidanan yang telah
disusun berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan potensial, hal ini menunjukkan
tidak ada kesenjangan antara teori dengan manajemen Asuhan kebidanan pada
penerapan studi kasus di lahan praktek.
Selain itu saat masa pandemi seperti ini kondisi kehamilan ibu hamil menyebabkan
penurunan kekebalan parsial karena perubahan fisiologi pada saat kehamilan,
sehingga mengakibatkan ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi virus. Oleh karena
itu, pandemi COVID-19 sangat mungkin menyebabkan konsekuensi yang serius bagi
ibu hamil. Melalui evaluasi yang dilakukan dalam wabah koronavirus sebelumnya
(SARS dan MERS), ibu hamil telah terbukti memiliki risiko kematian yang tinggi,
keguguran spontan, kelahiran prematur, dan IUGR (intrauterine growth restriction).
Tingkat fatalitas SARS dan MERS di antara pasien hamil adalah 25% dan 40%,
masingmasing terdapat beberapa risiko seperti ketuban pecah dini, kelahiran
prematur, takikardia janin, dan gawat janin. Dengan demikian langkah-langkah social
distancing telah terbukti efektif dalam mengurangi penularan penyakit ini. Termasuk
hal ini juga berlaku pada ibu hamil, agar membatasi diri untuk tidak banyak terpapar
dengan lingkungan luar, apalagi melakukan perjalanan ke daerah pandemi. Risiko ibu
hamil bisa tertular COVID-19 salah satunya saat melakukan kunjungan pemeriksaan
kehamilan di klinik kebidanan atau rumah sakit. Sehingga ibu hamil harus lebih
33
meningkatkan kewaspadaan dengan terus disiplin dalam penggunaan APD. Ibu hamil
bisa membatasi kunjungan ke klinik kebidanan atau rumah sakit dengan melakukan
konsultasi via daring, aktif melakukan pengecekan sendiri tanda dan bahaya saat
kehamilan, dan hanya melakukan kunjungan saat ditemukan hal-hal yang
mengkhawatirkan. Selain itu, bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat melindungi diri
dengan menggunakan APD lengkap. Pemakaian APD secara lengkap digunakan
untuk melindungi bidan dari paparan virus Covid-19 pada saat melakukan
pertolongan persalinan. Mengingat pasien bisa saja menderita Covid-19 tanpa gejala
atau Orang Tanpa Gejala (OTG).
Bayi Ny “S” lahir normal dan spontan pada tanggal 17 Desember 2022, pukul 10.15
WIB dengan menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif dan setelah itu
dilakukannya IMD. Hal ini sesuai dengan teori dimana bayi baru lahir normal dan
sehat apabila warna kulit merah, denyut jantung >100 x/menit, menangis kuat, tonus
otot bergerak aktif, pernafasan baik dan tidak ada komplikasi pada bayi tersebut.
Selanjutnya untuk pemeriksaan pada bayi diperoleh hasil BB: 3300 gram, PB:49 cm
S:35,7 C, N:148x/menit, RR:50 x/menit, LK: 33 cm, mata, hidung simetris, sklera
tidak ikterik tidak ada perdarahan pada tali pusat, lubang anus (+). Dari hasil
pemeriksaan pada panjang badan, dan lingkar kepala normal, lingkar lingkar kepala
bayi 33-35 cm, panjang badan bayi 48-52 cm, dan pada berat badan bayi lahir juga
sudah normal teori yaitu antara 2500-4000 gram. Untuk penatalaksanaan ialah
Melakukan pemeriksaan segera setelah bayi lahir, Mengeringkan bayi kecuali telapak
tangan, bayi sudah dikeringkan, Memakaikan baju bayi, sudah dipakaikan,
Menyuntikkan vitamin K pada paha kiri, sudah diberikan, Memberikan imunisasi
HB-0 1 jam setelah vit.K pada paha kanan bayi, sudah diberikan, Menganjurkan ibu
untuk menjaga kehangatan bayi dan memberikan ASI sesering mungkin, ibu bersedia.
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi klien
35
e. Menganjurkan kepada ibu untuk mengomsumsi obat secara teratur sesuai
instruksi yang diberikan.
f. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan organ genetalianya.
g. Menganjurkan ibu untuk berKB
36
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Sulistyawati, Nugraheny Esti. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika
Asri, Dwi dan Cristine Clervo P. Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh Askeb dan
Patologi Persalinan, Yogyakarta : Nuha Medika, 2012.
Kuswanti, Ina dan Fitria Melina. ASKEB II Persalinan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2014.
Nursiah, Ai, dkk. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan,Bandung : PT. Refika
Aditama, 2014.
37