Anda di halaman 1dari 22

LAYOUT LAPORAN DEBAT ILMIAH

LAPORAN DEBAT ILMIAH PADA KEPANITERAAN UMUM


STASE ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK
KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

KELOMPOK PRO KASUS “ANTIBIOTIK PROFILAKSIS DAPAT


MENURUNKAN INSIDEN INFEKSI PASCA PEMASANGAN AKDR”

DISUSUN OLEH :

ANIS FREDYRICA SARI (P17312205056)


DEFI IKA PUTRI A (P17312205057)
BERTY PRITASARI (P17312205058)
BETA RIYADUS S (P17312205058)
JIHAN PRAMECWARI P.P (P17312205059)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2021
PENGESAHAN

Laporan Debat Ilmiah Pada Kepanitraan Umum


Stase Asuhan Kebidanan Holistik Keluarga Berencana Dan Kesehatan
Reproduksi Kelompok Pro Topik “Antibiotik Profilaksis Dapat Menurunkan
Insiden Infeksi Pasca Pemasangan AKDR”
Prodi Pendidikan Profesi Bidan T.A. 2020/2021 telah diperiksa dan
disetujui pada tanggal 10 Februari 2021 oleh:

Perseptor Akademik

Shinta Kristianti, S.SiT, M.Kes


NIP. 19800617 200501 2 001
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
AKDR adalah salah satu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang
secara teoritis merupakan cara kontrasepsi yang cukup ideal. Sebuah studi
mengenai kegagalan metode di 15 negara berkembang mengungkapkan angka
kegagalan AKDR tahun pertama rata-rata adalah 4,0%. Kontrasepsi seperti AKDR
dan implant subdermis norplant setelah terpasang, tidak banyak memerlukan
keterlibatan aktif dari pihak pemakai sehingga secara umum memiliki angka
keberlanjutan yang lebih tinggi daripada kontrasepsi oral yang memerlukan
keterlibatan pemakai secara teratur.
Masyarakat belum terbiasa dalam penggunaan kontrasepsi AKDR dan ada
pandangan bahwa AKDR dapat mempengaruhi kenyamanan dalam hubungan
seksual. Beberapa efek samping AKDR yaitu perdarahan di luar haid, darah haid
yang lebih banyak dan secret vagina yang lebih banyak dapat mempengaruhi dalam
pemilihan alat kontrasepsi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/2010 BAB III Penyelenggaraan Praktik Pasal 13 Bidan yang
menjalankan program Pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan alat
kontrasepsi dalam rahim.Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) mengembangkan kebijakan dan strategi dalam peningkatan penggunaan
AKDR melalui dukungan penyediaan alat kontrasepsi AKDR yang memadai, serta
dukungan tenaga medis yang dilatih insersi AKDR dan pelatihan konseling bagi
bidan. Kualitas konseling oleh pemberi pelayanan (bidan atau dokter) sangat
penting guna terselenggaranya pelayanan KB yang berkualitas. Tenaga kesehatan
yang ingin melakukan tindakan lebih dahulu harus memberikan informasi
mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, apa manfaatnya, apa risikonya,
alternative lain (jika ada), dan apa yang mungkin terjadi apabila tidak dilakukan.
Evaluasi pelayanan KB AKDR hingga saat ini masih dirasa kurang berkualitas.
Kebijakan program KB yang mengharuskan penyampaian konseling terhadap calon
peserta KB belum dilaksanakan secara optimal oleh para pemberi pelayanan
(provider), hal ini juga sebagai salah satu akibat dari ”target oriented” yang lebih
mementingkan kuantitas, akibatnya masih banyak dijumpai peserta KB yang belum
benar-benar siap menjadi peserta akan memutuskan untuk berhenti menggunakan
alat kontrasepsi bila pada saat memakai AKDR muncul efek samping atau masalah
kesehatan yang mereka tidak pahami dengan baik.Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464 tahun 2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan Pasal 18 ayat (1) menyatakan bahwa dalam
melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk memberikan informasi
tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan, meminta
persetujuan tindakan yang akan dilakukan, melakukan pencatatan asuhan
kebidanan dan pelayanan lainnya secara sistematis.
Dalam menentukan tindakan medik yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan
terhadap pasien, harus ada informed consent. Informed consent berlaku juga untuk
jenis KB seperti AKDR, Metode Operatif Pria (MOP) dan Metode Operatif Wanita
(MOW).

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui bahwa antibiotik Profilaksis rutin dapat
menurunkan insiden infeksi pasca pemasangan AKDR.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga Berencana


2.1.1 Pengertian
Keluarga Berencana menurut UU no. 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia,
dan sejahtera.
Keluarga Berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha
pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan
sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu
untuk kepentingan (mashlahat) keluarga, masyarakat maupun Negara.
Keluarga Berencana adalah pertimbangan tambahan terhadap
faktor fisik, social, psikologis, ekonomi, dan keagamaan yang mengatur
sikap kelurga sekaligus memengaruhi keputusan keluarga dalam
menetapkan ukuran keluarga, jarak antaranak, dan pemilihan serta
penggunaan metode pengendalian kehamilan.
2.1.2 Tujuan Umum Keluarga Berencana
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang
menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan
penduduk. Tujuan program Keluarga Berencana secara filosofi adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahgia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran
pertumbuhan penduduk Indonesia.
2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
2.1.3 Sasaran Program Keluarga Berencana
Sasaran program KB (Keluaraga Berencana) dibagi menjadi 2
yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan
yang ingin dicapai.
1. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan
kontrasepsi secara berkelanjutan.
2. Sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan
tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas, keluarga sejahtera.

2.2 Konsep Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


2.2.1 Pengertian
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah salah satu alat
kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk,
ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam
kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan
menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus.
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah suatu usaha
pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat dengan
benang lalu dimasukkan kedalam rongga Rahim.
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah suatu banda kecil
yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga
mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan
mempunyai benang
2.2.2 Mekanisme Kerja
1. Mengahambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopii.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
ferilisasi.
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi AKDR :
1. Telah mempunyai satu atau lebih anak hidup,
2. Ingin menjarangkan kehamilan (spasing),
3. Sudah memiliki cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi tetapi takut
atau menolak cara permanen (kontasepsi mantap); biasanya di pasang
IUD yang dapat bertahan lama (lippeslood, nova-t untuk 5 tahun, dan
sebagainya),
4. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi hormonal
(mengidap penyakit jantung, hipertensi, hati),
5. Berusia diatas 35 tahun; pada umur tersebut kontrasepsi hormonal
dapat kurang menguntungkan.
Kontraindikasi AKDR :
1. Kehamilan
2. Peradangan panggul
3. Perdarahan uterus abnormal
4. Karsinoma Organ-organ panggul
5. Malforasi Rahim
6. Mioma uteri
7. Disminorea berat
8. Stenosis kanalis servisis
9. Anemia berat dan gangguan pembekuan darah
10. Penyakit jantung, reumatik
2.2.4 Syarat
1. Indikasi pemasangan IUD Copper T 380A :
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nullipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
e. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
f. Resiko rendah dan Infeksi Menular Seksual (IMS)
g. Tidak menghendaki metode hormonal
h. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
i. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum-minum pil setiap
hari.
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama
2. Kontraindikasi IUD Copper T 380A :
a. Kehamilan
- Dipastikan
- Dicurigai
- Kemungkinan
b. Penyakit inflamasi pelvic (PID)
- Riwayat PID kronis
- Adanya PID akut atau subakut
- Riwayat PID dalam 3 bulan terakhir, termasuk endometriosis
pasca-melahirkan atau aborsi terinfeksi.
c. Karsinoma serviks atau uterus (diketahui atau dicurigai)
- Pap smear yang tidak jelas, abnormal (kelas III.CINI, atau lebih
besar).
- Perdarahan uteri yang abnormal
d. Riwayat atau keberadaan penyakit katup jantung.
e. Keberadaan miomata, malformasi kongenital, atau anomali
perkembangan yang dapat mempengaruhi rongga uterus.
f. Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde) berada diluar batas yang
ditetapkan pada petunjuk terbaru tentang cara memasukkan AKDR
(sesuai pernyataan ini, uterus harus terekam pada kedalam enam
sampai 9 cm pada Gard dan Mirena).
g. Resiko tinggi pada penyakit menular seksual (mis, pasangan
seksual yang berganti-ganti atau pasangan memilki pasangan
seksual yang berganti-ganti).
h. Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah
kehamilan ektopik-merupakan kontra indikasi hanya pada
pengguna AKDR hormonal.
i. Servisitis atau vaginitis akut (sampai diagnosis ditegakkan dan
berhasil diobati), terutama bila disertai riwayat infeksi klamidia
atau gonorea atau vaginosis bacterial pada saat ini atau yang
kambuhan.
j. Aktinomikosis genitalia
k. Peningkatan kerentangan terhadap infeksi (seperti pada terapi
kortikosteroid kronis, diabetes, diskrasia darah, HIV/AIDS,
leukemia, dan penyalahgunaan obat-obatan).
l. AKDR sudah ada dalam ronga uterus dan belum dikeluarkan.
2.2.5 Keterbatasan
Keterbatasan AKDR adalah (Soares, 2013)
1. Efek samping umum:
a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
b) Haid lebih lama dan banyak
c) Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
d) Saat haid lebih sakit.
2. Komplikasi lain:
a) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
c) Perforasi dinding uterus.
3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV /AIDS
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang serig berganti pasangan
5. Penyakit radang panggul terjadi sedudah perempuan dengan IMS
6. Prosedur medis, temasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan
7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasagan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
8. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melepasnya
9. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR dipasang segera setelah melahikan)
10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR
untuk mencegah kehamilan normal
11. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke
waktu dengan cara mmasukkan jarinya ke dalam vagina
2.2.6 Kelebihan
Menurut Suzanne Everett keuntungan AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim) yaitu :
1. Efektif dengan segera
2. Tidak ada interaksi obat
3. Reversibel dan sangat efektif
4. Tidak terkait denga koitus
Dan menurut Handayani (2010) Keuntungan alat Kontrasepsi
Dalam Rahim yaitu :
1. Metode jangka panjang 10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti.
2. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
3. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
4. Tidak mempengaruhi kualitas ASI.
5. Dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi).
6. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
2.2.7 Prosedure
1. Alat dan bahan
a. IUD Copper T 380A
b. Sarung tangan steril 2 pasang
c. Bivalve speculum (kecil, sedang, atau besar)
d. Tenakulum
e. Sonde uterus
f. Forsep/tampon tang
g. Gunting benang
h. Kom yang berisi cairan anti septik (mis: povidon iodine, untuk
membersihkan serviks)
i. Kain kasa atau kapas
j. Larutan klorin 0,5%
k. Tempat sampah dengan plastic
l. Lampu sorot (senter)
2. Konseling sebelum pemasangan
Untuk membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi
yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Diskusikan megenai
efektifitas dan resiko AKDR harus mencakup poin-poin berikut :
a. Klien harus menyadari bahwa darah menstruasi mereka lebih
banyak dan lebih nyeri.
b. Resiko infeksi panggul agak meningkat pada saat pemasangan dan
selama 20 hari setelah itu.
c. Anda harus mendiskusikan dengan klien anda risiko AKDR
terlepas keluar.
d. Jarang sekali terdapat risiko setelah pemasangan, AKDR dapat
menyebabkan uterus atau serviks mengalami perforasi.
e. Efektifitas harus dibahas dengan wanita, Karena tidak ada bentuk
kontrasepsi yang 100% efektif mencegah kehamilan.
3. Berikan informasi umum tentang Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, sehingga
kehamilan itu terjadi pada waktu seperti yang ibu inginkan, jarak antara
kelahiran diperpanjang. Untuk membina kesehatan sebaik-baiknya bagi
seluruh anggota keluarga dan kelahiran selanjutnya dicegah apabila
jumlah anggota keluarga telah mencapai jumlah seperti yang
dikehendaki.
4. Tanyakan tujuan pemakaian alat kontrasepsi
Apakah klien ingin mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi
jumlah anaknya.
5. Lakukan informed consent
Persetujuan yang dilakukan oleh klien atau keluarganya atau dasar
informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap klien tersebut.
6. Persiapan pasien
a. Minta pasien terlebih dahulu untuk BAK dan membersihkan
kemaluannya dengan sabun. Siapkan peralatan, cek tanggal
kadaluarsa IUD.
b. Cuci tangan dengan air mengalir, bersihkan tangan dengan handuk
kering dan bersih. Kenakan sarung tangan dengan baik dan steril.
c. Periksa genetalia eksterna, awasi adanya luka bernanah, kelenjar
bartholini yang membesar, kelenjar getah bening yang membesar
(jika ada, pemasangan harus ditunda dan pasien diobati terlebih
dahulu).
d. Pasang speculum dengan jari telunjuk kiri menekan bagian bawah.
Pada inspekulo lihat porsio, awasi adanya erosi, flour yang ada
normal atau tidak (bila ada, pemasangan harus ditunda dan pasien
diobati terlebih dahulu). Tutup speculum miringkan dan keluarkan.
e. Lakukan periksa dalam bimanual, awasi adanya nyeri, massa di
adneksa (bila ada, pemasangan harus ditunda dan diobati terlebih
dahulu).
f. Bersihkan ujung sarung tangan dalam larutan klorin. Lepas dan
masukkan ke dalam ember.
7. Persiapan IUD
a. Pastikan batang IUD selurunya berada di dalam tabung inserter.
b. Buka kertas transparan sepertiga bagian, angkat ke atas vertical,
lipat bagian belakang seperti membuka pisang kemudian keluarkan
pendorong (ujung tabung dan pendorong tidak boleh menyentuh
apapun), masukkan ke dalam tabung IUD.
c. Kembalikan kertas bagian belakang, letakkan di tempat datar lagi.
Tahan kedua lengan IUD dengan ibu jari dan jari telunjuk
kemudian dorong kertas pengukur ke atas sampai terasa ada
tahanan.
d. Dorong tabung sampai kedua lengan terlipat. Tarik tabung
kebawah sedikit, angkat ke atas. Masukkan kedua lengan ke dalam
tabung.
8. Pemasangan IUD
a. Pakai sarung tangan, pasang speculum dan kunci. Ambil kasa
dengan tampon tang, celupkan dalam povidon iodine, masukkan ke
dalam dan bersihkan 2-3 kali.
b. Pasang tenakulum pada porsio di jam 11 sekitar 1 cm dari porsio.
Masukkan sonde uterus dengan teknik tanpa sentuh (untuk
mengurangi resiko infeksi). Ukur kedalaman uterus kemudian
keluarkan sonde dalam keadaan mendatar.
c. Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman
kavum uteri. Masukkan ke dalam uterus. Hati-hati memasukkan
tabung inserter sampai leher biru menyentuh fundus atau sampai
terasa ada tahanan, tarik tenakulum. Pegang tenakulum dan
pendorong dengan tangan kiri.
Gambar 2.1. Memasukkan tabung inserter yang sudah berisi
AKDR
d. Tahan tenakulum dan pendorong, tangan yang satu menarik tabung
sampai bertemu pangkal pendorong. Dengan cara ini lengan IUD
akan berada tepat di fundus (puncak kavum uteri).

Gambar 2.2. Menarik keluar tabung inserter untuk melepaskan


lengan AKDR
e. Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan
tabung inserter. Setelah pendorong keluar dari tabung inserter,
dorong kembali tabung sampai terasa ada tahanan. Langkah ini
menjamin bahwa lengan IUD akan berada di tempat yang setinggi
mungkin dalam kavum uteri.
Gambar 2.3. Memasang AKDR setinggi mungkin sampai puncak
kavum uteri.
f. Tarik tabung sampai terlihat benang 3-4 cm dari porsio. Potong
benang dengan gunting kemudian keluarkan tabung. Lepas
tenakulum. Perhatikan bekas jepitan tenakulum berdarah atau tidak,
bila perlu ditekan dengan kasa steril.

Gambar 2.4. AKDR sudah terpasang dalam uterus


g. Buka speculum, buang bahan-bahan habis pakai yang
terkontaminasi, bersihkan dari permukaan yang terkontaminasi,
lepas sarung tangan dan mencuci tangan. Lakukan dekontaminasi
alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai dipakai.
h. Terangkan kepada ibu bahwa IUD dapat dipertahankan selama 10
tahun, 1 bulan lagi ibu harus datang untuk kontrol atau ibu diminta
segera datang bila demam, berdarah banyak atau sakit. Kemudian
diminta menunggu 15-20 menit diruang tunggu sebelum pulang
bila tidak pusing. Beritahu cara untuk merawat tali IUD yaitu
dengan cara membersihkan kemaluan dengan sabun, dan meraba
apakah masih ada tali IUD pada kemaluan.
i.Catat di buku: tanggal, jenis IUD, dan nama pemasang.
9. Jadwal kontrol setelah pemasngan IUD :
a. Satu minggu / dua minggu setelah pemasangan
b. 1 bulan pasca pemasangan
c. 3 bulan kemudian
d. Setiap 6 bulan berikutnya
e. 1 tahun sekali
f. Bila terlambat haid 1 minggu
g. Perdarahan banyak dan tidak teratur.
10. Pencabutan AKDR
AKDR dapat dicabut sebelum waktunya bila dijumpai:
a. Ingin hamil kembali.
b. Leukorea, sulit diobati dan klien menjadi kurus.
c. Terjadi infeksi.
d. Terjadi perdarahan.
e. Terjadi kehamilan

2.3 Antibiotik Profilaksis


Pada akseptor KB IUD type Copper T dengan erosi portio harus
melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter SpOG setelah melakukan
pemasangan KB IUD type Copper T apabila merasakan adanya keluhan seperti
terjadinya infeksi. Tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah screening calon
akseptor yang baik, pemberian antibiotik profilaksis pada tempat insersi,
amphicilin 500 mg/oral tiap 6 jam dan metronidazol 3x500 mg/oral selama 3 hari,
pemberian nasehat untuk kebersihan (Vulva Hygiene). Erosi portio dilakukan
pemeriksaan penunjang dengan melakukan PAP Smear (Nina, 2017).

Apabila AKDR terlepas sebagian, lepaskan AKDR tersebut kemudian


gantikan dengan AKDR yang lain bila wanita tersebut belum hamil, tidak
mengidap infeksi, dan tetap ingin menggunakan AKDR. Karena semua
manipulasi dilakukan untuk melepas dan mengganti AKDR, maka wanita tersebut
perlu mendapat antibiotic profilaksis doksisiklin 100 mg po setiap 12 jam selama
7 hari. Apabila klien alergi terhadap tetrasiklin, gantilah obat tersebut dengan
eritromisin 500 mg po QID selama tujuh hari. Selain itu bidan perlu menentukan
kadar hemoglobin/hematokrit dan membandingkan dengan temuan sebelumnya
untuk melihat apakah terjadi kehilangan darah sampai tingkat yang dapat
membuat klien amanik sehingga perlu diprogramkan mendapat zat besi.

IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke
dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang. Pada saat 3 bulan setelah
pemasangan, ada beberapa ibu mungkin mengeluh terdapat tanda-tanda seperti
keputihan, suhu badan meningkat, menggiggil dan lain sebagainya. Hal ini perlu
dicurigai adanya infeksi kuman. Pemakai IUD dapat merangsang pengeluaran
cairan pada liang senggama yang berlebihan dan rentan untuk terjadinya
keputihan sehingga bisa menyebabkan cervika erosion sehingga merasa basah
pada alat genetalianya. Jika menimbulkan luka sangat mungkin terjadi infeksi,
adanya kuman-kuman yang berada di dalam liang senggama. Sehingga
penggunaan alat kontrasepsi KB (IUD) dapat menjadikan mata rantai resiko
terjadinya proses infeksi. Dengan demikian perlu diberikan antibiotik profilaksis .
Penggunaan antibiotik profilaksis berbeda dari pengobatan dengan antibiotik
dimana antibiotik profilaksis ini dimaksudkan untuk mencegah infeksi, sedangkan
pengobatan antibiotik dimaksudkan untuk mengatasi infeksi yang sudah ada,
biasanya membutuhkan waktu terapi yang lebih lama.
BAB 3
PEMBAHASAN
Kasus Pemicu :
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS DAPAT MENURUNKAN INSIDEN
INFEKSI PASCA PEMASANGAN AKDR

3.1 Analisis dari Sudut Pandang Medis


Pemberian antibiotik profilaksis pada keadaan-keadaan tingginya angka
kejadian infeksi serviks oleh gonokokus dan klamisia serta terbatasnya
skrining penyakit hubungan seksual (PHS) pemberian profilaksis
dipertimbangkan. Terdapat kelompok pakar yang menetapkan bahwa
antibiotik profilaksis pada pemasangan AKDR bermanfaat jika terdapat
perempuan yang memiliki resiko PHS tinggi. Perempuan dengan gangguan
kesehatan seperti kelainan katup jantung yang membutuhkan antibiotic
profilaksis pada pemasangan AKDR. Tingkat bukti bahwa pemberian
antibiotic profilaksis dapat menurunkan resiko infeksi pada pemasangan
AKDR yaitu baik dan menguntungkan. Royal College of Obstetricians and
Gynecologist (RCOG) merekomendasikan penggunaan antibiotik yang akan
mengobati klamidia, dan jika tingkat gonore dalam populasi tinggi, antibiotik
dapat menutupi klamidia dan gonore. Di dapatkan juga dua uji coba
independen dan terkontrol yang dilakukan di Nairobi, Kenya, dan Ibadan,
Nigeria telah meneliti bahwa manfaat potensial dari antibiotik profilaksis
dapat mengurangi resiko infeksi dengan pemasangan IUD (Aryandhito,
2009).

3.2 Analisis dari Sudut Pandang Ekonomi


Antibiotik adalah obat untuk mencegah dan menanggulangi penyakit
infeksi. Selain itu penggunaan antibiotik secara tidak tepat dapat
menyebabkan beberapa hal yaitu (1) resistensi kuman yang meningkat pesat
di seluruh dunia (2) menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna
dan (3) meningkatnya biaya yang terbuang percuma untuk tambahan biaya
pengobatan per tahun (Permenkes, 2011). Istilah lain obat ini ialah
antimikroba. Antibiotik atau antimikroba telah diberikan kepada pasien secara
luas dan cukup efektif memberikan efikasi terhadap penyakit infeksi. Namun,
penggunaannya harus tepat supaya aman bagi pasien. Penggunaan obat yang
tidak tepat merupakan masalah global, karena dapat membahayakan
masyarakat yang menimbulkan pengobatan kurang efektif, risiko efek
samping dan tingginya biaya pengobatan. Antibiotik profilaksis merupakan
antibiotik yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi sehingga lebih
memberikan penghematan jika digunakan secara tepat. Menurut penelitian
(Nurkusuma, 2017) menjelaskan bahwa antibiotik profilaksis seperti
sefalosporin, yaitu Cefazolin dan Ceftriaxon mulai banyak digunakan dokter
ahli karena resistensi Cefotaxim. Semakin tinggi generasi sefalosporin maka
makin kuat daya bunuh kumannya jika dapat digunakan dengan tepat. Dalam
pemakaian AKDR dapat menyebabkan bertambahnya volume darah dan lama
haid. Perubahan bertambahnya volume darah dapat menjadikan tempat
masuknya kuman dan dapat menyebabkan infeksi karena darah merupakan
media yang subur untuk proses terjadinya silang infeksi. Dengan adanya
infeksi dapat menyebabkan epitel portio menipis sehingga mudah mengalami
erosi portio hal ini dapat ditandai dengan secret bercampur darah setelah
senggama, secret bercampur nanah, ostium uteri eksternum nampak kemerah-
kemarahan. Oleh sebab itu, pada saat proses pemasangan AKDR diperlukan
pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah terjadinya infeksi pada saat
penggunaan AKDR, karena antibiotik ini mempunyai daya bunuh kuman
yang tinggi. Dengan begitu, penggunaan antibiotik profilaksis dapat
menghemat biaya dikarenakan dapat mengurangi kunjungan ulang yang tidak
terjadwal.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Simpulan
Antibiotic profilaksis dilakukan sebelum pemasangan AKDR yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya radang panggul. Pada saat pemasangan
AKDR dapat terjadi infeksi dengan membawa bakteri ke rongga
endometrium. Sehingga pemberian antibiotic profilaksis ini dapat
menurunkan resiko infeksi tersebut. Penggunaan antibiotik profilaksis juga
dapat menghemat biaya dikarenakan dapat mengurangi kunjungan ulang yang
tidak terjadwal.
4.2 Saran
a. Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mengetahui informasi tersebut sehingga
dapat memberikan dungungan positif
b. Tenaga Kesehatan
Petugas kesehatan diharapkan memberikan Health Education kepada
akseptor KB mengenai konsep penggunaan IUD, selain itu dapat
melibatkan keluarga maupun suami dalam hal ini. Dan juga sebagai bahan
pertimbanagan untuk memilih antibiotic profilaksis yang digunakan
sebagai bahan pencegahan infeksi pasca pemasangan IUD.
DAFTAR PUSTAKA

Nina, D. (2017). ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. P P2A0 UMUR 28 TAHUN


AKSEPTOR KB IUD TYPE COPPER T DENGAN EROSI PORTIO DI
PUSKESMAS GATAK 1 SUKOHARJO.

Nurkusma, Dudy & Dewi, Arlina. (2017). Efisiensi Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Sefalosporin Pada Kasus Operasi Bersih Di Rumah Sakit Umum Daerah
Temanggung. Proceeding Health Architecture, 1(1): 978-602

Rekomendasi praktik pilihan untuk penggunaan kontrasepsi / WHO ; alih bahasa,


Indriani K. Sumadikarya ; editor edisi bahasa Indonesia, Aryandhito Widhi
Nugroho. — Ed. 2 — Jakarta : EGC, 2009.

Soares, A. P. (2013). Pengaruh konseling KB dengan metode pendekatan keluarga


terhadap keikutsertaan KB di wilayah kerja Puskesmas Wates Kabupaten
Kulonprogo. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.
Lampiran 1

NOTULEN KEGIATAN

(KAMIS, 11-02-2021)

Lampiran 2

DOKUMENTASI KEGIATAN

(KAMIS, 11-02-2021)

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Fix Kel Ruptur Uteri
    Makalah Fix Kel Ruptur Uteri
    Dokumen40 halaman
    Makalah Fix Kel Ruptur Uteri
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi
    Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi
    Dokumen12 halaman
    Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Askeb PNC Ny S
    Askeb PNC Ny S
    Dokumen29 halaman
    Askeb PNC Ny S
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Askeb Anc Ny L
    Askeb Anc Ny L
    Dokumen38 halaman
    Askeb Anc Ny L
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Askeb BBL 2
    Askeb BBL 2
    Dokumen32 halaman
    Askeb BBL 2
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Askeb Inc Ny S
    Askeb Inc Ny S
    Dokumen38 halaman
    Askeb Inc Ny S
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Askeb Anc Ny F
    Askeb Anc Ny F
    Dokumen36 halaman
    Askeb Anc Ny F
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Koreksi Program Bermain
    Koreksi Program Bermain
    Dokumen44 halaman
    Koreksi Program Bermain
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Jurnal KB
    Jurnal KB
    Dokumen7 halaman
    Jurnal KB
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Artikel KB Suntik 3 Bulan
    Artikel KB Suntik 3 Bulan
    Dokumen10 halaman
    Artikel KB Suntik 3 Bulan
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Telaah Artikel Jurnal Ilmiah
    Telaah Artikel Jurnal Ilmiah
    Dokumen5 halaman
    Telaah Artikel Jurnal Ilmiah
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Anemia
    Leaflet Anemia
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Anemia
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Format Asuhan Kebidanan Pada Nifas
    Format Asuhan Kebidanan Pada Nifas
    Dokumen3 halaman
    Format Asuhan Kebidanan Pada Nifas
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Proposal Napza
    Proposal Napza
    Dokumen29 halaman
    Proposal Napza
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat
  • Antepartum Bleeding
    Antepartum Bleeding
    Dokumen31 halaman
    Antepartum Bleeding
    P17312205059 BETA RIYADUS SHOLIHAH
    Belum ada peringkat