Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS FISIOLOGI PADA NY. IKA


DI PUSKESMAS ANDEO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

Oleh:
YUSNENI
NIM. 238211159

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
IIK STRADA KEDIRI INDONESIA
TAHUN 2023

1
PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologi Pada Ny. Ika ” di
puskesmas andeo telah disetujui oleh pembimbing dan Di Presentasikan pada

Hari :

Tanggal :

Kediri, November 2023


Mahasiswa

YUSNENI
NIM. 238211159

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

nining istighosah,SST,M.Keb Bdn. Vidia Atika M, SST, S.Psi, M.Kes

2
LEMBAR KONSUL

Judul : Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologi Pada Ny. Ika


Di puskesmas andeo

Pembimbing Institusi : nining istighosah,Sst,M.Keb

HARI
NO KETERANGAN TTD
TANGGAL
1

3
LEMBAR KONSUL

Judul : Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologi Pada Ny. Ika Di


puskesmas andeo

Pembimbing Lahan : Bdn. Vidia Atika M, SST, S.Psi, M.Kes

HARI
NO KETERANGAN TTD
TANGGAL
1

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat

menyelesaikan ASKEB yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologi Pada Ny. Ika Di

puskesmas andeo. ASKEB ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan profesi

bidan.

Selama penyusunan dan observasi dalam ASKEB ini, penulis berterima kasih atas

bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin

menyampaikan rasa terimakasih sebesar besarnya kepada :

1. Bapak dr. Sentot, MMKes , selaku rektor Institut Imu Kesehatan Strada Indonesia
Kediri.
2. Ibu nining istighosah,Sst,M.Keb selaku dosen pembimbing institusi yang telah
mengorbankan waktu, tenaga serta pikiran untuk membagi imu serta menguji
ASKEB ini.
3. Ibu Bdn. Vidia Atika M, SST, S.Psi, M.Kes selaku dosen pembimbing lahan yang
telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta
memberikan saran dalam menyelesaikan laporan ASKEB ini.
4. Teman temanku Angkatan 2023
Penulis menyadari sepenuhnya ASKEB ini masih jauh dari sempurna, namun harapan
kami semoga ASKEB ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman. Dengan segaa
kerendahan hati penulis mohon maaf atas segaa kekurangan yang ada pada tugas akhir ini.

5
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................... ii

KATA PENGANTAR................................................................................................ iii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iv

DAFTAR SINGKATAN............................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. vi

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang................................................................................... 1

2. Tujuan................................................................................................ 2

3. Manfaat.............................................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

4. Masa Nifas................................................................................. 6

a. Definisi Masa Nifas......................................................... 6

b. Periode Masa Nifas.......................................................... 7

c. Program Masa Nifas........................................................ 7

d. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas.... 9

e. Perubahan Fisiologi Masa Nifas...................................... 9

f. Perubahan Psikologi Masa Nifas..................................... 12

g. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas.................................... 14

BAB 3 TINJAUAN KASUS

6
1. Asuhan Kehamilan............................................................................. 35

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Asuhan Kehamilan ........................................................... 48

BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 53

5.2 Saran ...................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

7
DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu

ANC : Antenatal Care

ASI : Air Susu Ibu

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

BBL : Bayi Baru Lahir

Ny. : Nyonya

TB : Tinggi badan

TD : Tekanan Darah

Tn. : Tuan

8
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masa Nifas (puerperium) yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer”

yang artinya bayi dan “parous” berarti melahirkan adalah masa seorang ibu saat

persalinan setelah keluarnya plasenta dan masa perubahan, pemulihan, penyembuhan

sampai pengembalian alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara

normal masa nifas berlangsung selama 6-8 minggu atau 40 hari, namun secara

keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (walyani,2015).

Asuhan masa nifas adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang

dilakukan bidan pada masa nifas sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup

praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Di dalam standar kompetensi bidan

dijelaskan bahwa bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang

bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Asuhan masa nifas difokuskan

pada upaya pencegahan infeksi dan menuntut bidan untuk memberikan asuhan

kebidanan tingkat tinggi (Aisyaroh, 2015).

Tujuan pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) 2000-2015 dan

sekarang dilanjutkan dengan Sustainable developmenth Goals (SDGs) 2015-2030

berkomiten untuk menurunkan AKI. SDGs mempunyai 17 tujuan dan 169 target,

tujuan pertama, kedua, ketiga, berhubungan dengan kesehatan. Sedangkan tujuan

yang berhubungan dengan penurunan AKI adalah tujuan yang ke tiga yaitu dengan

9
target penurunan AKI sebesar 70 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), AKB 12 per

1000 KH. Sedangkan menurut SDKI (2012) menunjukkan AKI sebesar 359 per

100.000 KH setara dengan tahun 1997 dengan AKI sebesar 334 per 100.000 KH,

penyebab terbesar AKI di sumatera salah satunya perdarahan (Profil Kesehatan

Provinsi Sumut, 2016).

AKI mencerminkan risiko yang di hadapi ibu-ibu selama kehamilan dan

melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial kehamilan dan

kelahiran, tersedianya dan pengguna fasilitas dan pelayanan kesehatan. Tinggi AKI

menunjukan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas kesehatan termasuk

pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula (Dinkes, jateng, 2013). Menurut

pe;aporan WHO tahun 2014 AKI indonesia mencapai 214 per 100.000 kelahiran

hidup masih sangat jauh dari target MDGs pada tahun 2015 yaitu 102 per 100.000

kelahiran hidup (WHO, 2014).

Berdasarkan laporan dari provinsi jawa tengah AKI pada tahun 2014 sebesar

11.34 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila di bandingkan

dengan AKI pada tahun 2013 sebesar 116.01 per 100.000 kelahiran hidup dan untuk

penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 masih

tetap sama yaitu perdarahan (Kemenkes RI, 2015).

Dari tahun 2011 dan 2015 cakupan pelayanan kesehatan pada ibu nifas

cenderung meningkat meskipun peningkatan tidak terlalu singnifikan kabupaten/kota

dengan cakupan pelayanan nifas tertinggi adalah kota pekalongan yaitu 99,97% dan

kota malang 99,87% kabupaten/kota dengan pelayanan nifas terendah kota semarang

10
yaitu 86,91% diikuti seragen 90,77% dan bayolali 92,14% (Profil kesehatan provinsi

jawa tengah, 2015).

Cakupan kunjungan Nifas (KF3) indonesia menunjukan kecenderungan

peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016. Namun demikian nampak

adanya penurunan cakupan kunjungan nifas pada tahun 2016 lebih rendah dibanding

tahun 2015. Pada tahun 2014 cakupan kunjungan nifas sebesar 86,41% pada tahun

2015 sebesar 87,06%, sedangkan pada atahun 2016 mengalami penurunan yaitu

sebesar 84,41%. Penurunan tersebut disebabkan dari beberapa faktor salah satunya

kesadaran dan pengetahuan ibu dan keluarga pentingnya pemeriksaan kesehatan pada

masa nifas (Kemenkes RI,2016).

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologi Pada Ny. Ika Di puskesmas

andeo.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah mampu menerapkan Asuhan

Kebidanan Nifas Fisiologi menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dengan 7

langkah Varney.

1.3.2 Tujuan Khusus

11
1. Melakukan pengkajian Asuhan Kebidanan dengan mengumpulkan data

pada Nifas Fisiologi Di puskesmas andeo

2. Menganalisa dan menginterprestasikan data dengan merumuskan diagnosa

masalah dan kebutuhan pada Nifas Fisiologi Di puskesmas andeo

3. Dapat mengidentifikasikan diagnosis/masalah potensial dan antisipasi

penanganan masalah pada Nifas Fisiologi pada Di puskesmas andeo

4. Melakukan tindakan segera dan kolaborasi pada Nifas Fisiologi Di

puskesmas andeo.

5. Mengintervensi tindakan Asuhan Kebidanan yang telah disusun tantang

Nifas Fisiologi Di puskesmas andeo.

6. Dapat melaksanakan langsung implementasi asuhan dengan efisiensi dan

aman tentang Nifas Fisiologi Di puskesmas andeo..

7. Melakukan evaluasi hasil tindakan ibu hamil pada Ny.I dengan Nifas

Fisiologi.

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi Institusi

Dapat menambah wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang

sudah ada serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya Asuhan

Kebidanan pada IIK Kediri.

1.5.2 Bagi Tempat Peneliti

12
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada serta meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan khususnya asuhan kebidanan pada Ny. I dengan nifas

fisiologi di puskesmas andeo.

1.5.3 Bagi Responden

Penulis berharap bahwa studi kasus dapat bermanfaat untuk meningkatkan

pemahaman yang benar tentang nifas fisiologi dan pencegahan dan penanganan

apabila mengalami tanda dan gejala pada nifas fisiologi sehingga dapat

mempertahankan kesehatan ibu selama masa nifas.

1.5.4 Bagi Peneliti

Penulisan studi kasus ini berguna untuk menambah dan meningkatkan

kompetensi penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada Ny. I dengan nifas

fisiologi.

13
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Masa Nifas


2.1.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa segera setelah dilakukan kelahiran sampai 6 minggu.

Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali keadaan tidak hamil yang

normal (Obstetri Wiliam). Kemudian masa nifas juga masa pemulihan kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama

masa nifas 6-8 minggu. ( Rukiah, 2015).

Masa Nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama

kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura.

Puerperium (Nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu

yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal.( Retna,

2015).

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu persalinan. Istilah puerperium berasal dari puer

artinya anak dan parele artinya melahirkan menunjukkan berlangsungnya antara

berakhirnya periode persalinan dan kembalinya organ-organ reproduksi wanita ke

kondisi normal seperti sebelum hamil (Anik Maryunani, 2016).

2.1.2 Periode Masa Nifas

14
Menurut Eny R, (2015) masa nifas dibagi menjadi 3 periode yaitu :

1. Puerperium dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam

agama islama dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

a) Puerperium intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu sehingga

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula.

b) Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama

hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna

bisa berminggu-minggu, bulanan dan tahunan.

2.1.3 Program Masa Nifas

Pada sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan

BBL, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang

terjadi dalam masa nifas adalah sebagai berikut :

a. 6-8 jam setelah persalinan

1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

2. Pemantauan keadaan umum ibu

3. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding Attachment)

4. ASI ekslusif

15
b. 6 hari setelah persalinan

1. Memastikan involusio uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah

umbillikus dan tidak ada tanda perdarahan abnormal

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.

3. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup

4. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi

5. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda

penyulit

c. 2 minggu setelah persalinan

1. Memastikan involusio uterus berjalan normal, uterus terus berkontraksi, fundus

dibawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal.

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarhan abnormal.

3. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup

4. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi

5. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda

penyulit.

d. 6 minggu setelah persalinan

1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami

2. Memberikan konseling untuk KB secara dini, Imunisasi senam nifas, dan tanda-

tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi.

2.1.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

16
Menurut Rukiyah (2012), adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam

masa nifas yaitu :

a. Bidan harus tinggal sama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk memastikan

keduanya dalam kondisi yang stabil.

b. Periksa fundus setiap 15 menit padajam pertama, 20-30 menit jam kedua jika

kontraksi tidak kuat.

c. Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan tiap 15 menit

pertama dan 30 menit jam kedua.

d. Anjurkan ibu untuk minum, personal hygine, istirahat,dukung program

bounding attachment dan ASI ekslusif.

e. Memberikan dukungan yang berkesinambungan selama masa nifas

f. Sebagai promoter antara ibu dan bayi serta keluarga

g. Mendorong ibu untuk menyusui

h. Membuat kebijakan yang berkaitan dengan ibu dan anak dalam melakukan

kegiatan administrasi

i. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

j. Melakukan manajemen asuhan kebidanan

2.1.4 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Adapun perubahan fisiologis pada masa nifas yaitu :

Perubahan sistem reproduksi menurut Walyani & Purwoastuti (2015) meliputi

17
1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil. Bayi lahir TFU setinggi pusat beratnya 1000 gr,

akhir kala III TFU 2 jari dibawah pusat bertanya 750 gr, satu minggu post partum

TFU pertengahan pusat dan simpisis dengan berat uterus 500 gr, dua minggu post

partum TFU tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus 350 gr, enam minggu

setelah post partum TFU bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr.

2. Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa

nifas. Macam-macam lochea yaitu :

a) Lochea rubra : hari ke 1-2, terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban,

sel-sel desi dua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan mekonium.

b) Lochea sanguinolenta : hari ke 3-7, teridiri dari darah bercampur lendir yang

berwarna kecoklatan.

c) Lochea serosa : hari ke 7-14 berwarna kekuningan

d) Lochea alba : hari ke 14 setalah masa nifas, hanya merupakan cairan putih.

3. Serviks mengalami involusio bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium

eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan

serviks menutup.

4. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar

selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu

vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina

secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih

menonjol.

18
5. Perineum segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5,

perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap

lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

6. Perubahan tanda-tanda vital menurut Rukiyah, yaitu :

a. Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 °C, pasca melahirkan, suhu

tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 °C. Kurang lebih pada hari ke-4 postpartum,

suhu badan akan naik lagi. Apabila kenaikan suhu diatas 38°C, waspada

terhadap infeksi postpartum.

b. Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena pengaruh partus

lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. Setiap denyut nadi

diatas 100x/menit selama masa nifas adalah abnormal dan mengidentifikasi

pada infeksi atau haemoragic post partum. Denyut nadi dan curah jantung tetap

tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir, kemudian mulai menurun dengan

frekuensi tidak diketahui. Pada minggu ke-8-0 setelah melahirkan, denyut nadi

kembali ke frekuensi sebelum hamil.

c. Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika

darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah

normal manusia adalah sistolik antar 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg.

Pasaca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.

Perubahan tekanan darah menjaddin lebih rendah pasca melahirkan dapat

diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum

merupakan tanda terjadinya preeklampsia post partum.

19
d. Pernafasan frekuensi normalnya pada orang dewasa adalah 16-24 x/menit. Pada

ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan

ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan

selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak

normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan

khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada postpartum menjadi lebih

cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

2.1.6 Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga

memerlukan adaptasi. Proses adaptasi berbeda-beda antar satu ibu dengan yang lain.

Pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima bayi yang dikandungnya sebagai

bagian dirinya. Perasaan gembira bercampur kekhawatiran dalam menghadapi

perubahan yang akan dialami. Semakin lama akan timbul rasa memiliki pada

janinnya sehingga adar rasa ketakutan akan kehilangan atau perasaan cemas

mengenai kesehatan bayinya. Ibu akan mulai berpikir bagaimana bentuk fisik

bayinya. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. (Walyani

& Purwoastuti, 2015).

Beberapa faktor yang berperan dalam penyesuaian ibu yaitu : dukungan

keluarga dan teman, pengalaman waktu melahirkan, harapan dan aspirasi. Hal-hal

yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah, fungsi menjadi

orang tua, respon dan dukungan dari keluarga, riwayat dan pengalaman kehamilan

20
serta persalinan serta harapan keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan

(Walyani. 2015).

Menurut Wahyuni dan Purwoastuti (2015) fase-fase yang akan dialami oleh

ibu pada masa nifas yaitu :

1. Fase taking in

Periode ketergantungan, berlangsung dari hari 1-2 post partum, fase ini ibu

fokus dengan dirinya. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini yaitu

mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan suatu hal yang

tidak dapat dihindari ibu. Hal tersebut ibu perlu istirahat untuk mencegah

terjadinya gangguan psikologis yang mungkin dialami seperti menangis, dan

mudah tersinggung. Pada fase ini petugas kesehatan harus lebih empatik agar ibu

dapat melewati fase ini dengan baik. Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh

ibu padafase ini adalah : kekecewaan pada bayinya, ketidaknyamanan sebagai

akibat perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah karena belum bisa menyusui

bayinya, kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.

2. Fase taking Hold

Berlangsung antara 3-10 hari post partum. Ibu merasa kwawatir akan ketidak

mampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih

sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah

komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan

tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain : mengajarkan cara

21
perawtan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam

nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.

3. Fase letting go

Fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10

hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya.

Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayinya.

2.1.5 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

Adapun kebututhan dasar ibu nifas Menurut Yanti & Sundawatin (2014),

meliputi :

1. Nutrisi dan cairan yang diperlukan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah

melahirkan cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi susu. Zat-zat yang

dibutuhkan ibu pasca persalinan meliputi kalori, protein, kalsium dan vitamin

D, sayuran hijau dan buah, karbohidrat kompleks, lemak, garam, cairan,

vitamin, zinc, DHA, ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan

gizinya yaitu :

a) Mengonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari.

b) Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat,

protein, lemak, vitamin dan mineral.

c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

d) Mengonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum.

e) Mengonsumsi vitamin A 200.000 intra unit

22
2. Ambulasi

Ibu yang baru melahirkan 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam harus

melakukan ambulasi dini untuk mencegah thrombosis vena serta membantu

menguatkan dan mengencangkan otot-otot dasar panggul (Rukiyah, 2012)

3. Eliminasi

BAK/BAB, diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama

setelah melahirkan, dan kadang ibu mengalami kesulitan untuk mengosongkan

kandung kemih. Penatalaksanaan defekasi diperlukan sehubungan kerja usus

cenderung melambat dan ibu yang baru melahirkan mudah mengalami konstipasi.

Faktor-faktor diet memegang peranan yang penting dalam memulihkan faal usus.

Ibu mungkin memerlukan bantuan memilih jenis makanan yang tepat untuk

menghindari konstipasi (Rukiyah, 2012)

4. Kebersihan diri dan perineum

Untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri

meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa

hal yang dapat dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihan diri yaitu :

mandi teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur,

menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal, melakukan perawatan perineum,

mengganti pembalut minimal 2 kali sehari, mencuci tangan setiap membersihkan

daerah genetalia (Rukiyah, 2012).

5. Ibu nifas memerlukan istirahat yang ikhlas

23
Istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1

jam pada siang hari. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam memenuhi kebutuhan

istirahatnya antara lain: anjurkan ibu untuk cukup istirahat, sarankan ibu untuk

melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan, tidur siang atau istirahat saat

bayi lahir.

Kurang istirahat dapat menyebabkan : jumlah ASI berkurang, memperlambat

involusio uteri, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi

sendiri.

6. Hubungan seksual dilakukan begitu darah berhenti

Namun demikian hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri tersebut.

Selama periode nifas hubungan seksual juga dapat berkurang. Hal yang dapat

menyebabkan pola seksual selama nifas berkurang antara lain :

gangguan/ketidaknyamanan fisik, kelelahan, ketidakseimbangan hormon,

kecemasan berlebihan.

7. Program KB

Sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai 40 hari dengan tujuan menjaga

kesehatan ibu. Pada saat melakukan hubungan seksual sebaiknya perhatikan

waktu, penggunaan kontrasepsi, dispareuni, kenikmatan dan kepuasan pasangan

suami istri. Beberapa cara dapat mengatasi kemesraan suami istri setelah periode

nifas antara lain: hindari menyebut nama ayah dan ibu, mencari pengasuh bayi,

membantu kesibukan istri, menyempatkan berkencan, meyakinkan diri, bersikap

terbuka, konsultasi dengan ahlinya.

8. Latihan/senam nifas

24
Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu. Oleh

karena itu, ibu akan berusaha memulihkan dan mengencangkan bentuk tubuhnya

dengan cara latihan senam nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak

hari pertama melahirkan sampai dengan hari ke 10. Beberapa faktor yang

menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam nifas antara lain : Tingkatkan

kebugaran tubuh ibu, riwayat persalinan, kemudahan bayi dalam pemberian

asuhan, kesulitan dalam adaptasi postpartum. Tujuan senam nifas yaitu :

a) Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu

b) Mempercepat proses involusio uteri

c) Membantu memulihkan dan mengencangkan otot panggul, perut dan perineum.

d) Memperlancar pengeluaran lochea

e) Membantu mengurangi sakit

f) Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan.

g) Mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas

2.2 Landasan Hukum Dan Kewenangan Asuhan Kebidanan

Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 :

Pasal 10

1. Pelayanan Kesehatan Ibu

25
Sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil,

kehamilan, persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara kehamilan.

a) Pelayanan konseling pada masa hamil;

b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal;

c) Pelayanan persalinan normal;

d) Pelayanan ibu nifas normal;

e) Pelayanan ibu menyususi;

f) Pelayanan konseling pada masa antra dua kehamilan;

2. Berwenang untuk

a) Episiotomi

b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan tingkat II

c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

d) Pemberian vitamin A dosis tinggi pda ibu nifas;

e) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusi dini dan promosi air susu ekslusif;

f) Pemberian uretonika pada manajemen aktif kala III dan postpartum;

g) Penyuluhan dan konseling;

h) Bimbingan pada kelompok ibu hamil;

i) Pemberian surat keterangan kematian; dan

j) Pemberian surat keterangan cuti bersalin;

Pasal 15

26
Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan

1. Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan meliputi :

a) Pelayanan kesehatanh bagi ibu, dan

b) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir

2. Pelayanan kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling

sedikit 3 (tiga) kali selama masa nifas

3. Pelayanan kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

dengan ketentuan waktu meliputi :

a) 1 (satu) kali pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 3 (tiga) hari pasca

persalinan.

b) 1 (satu) kali pada periode 4 (empat) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan)

hari pasca persalinan, dan

c) 1 (satu) kali pada periode 29 (dua puluh sembilan) hari sampai dengan 42 (empat

puluh dua) hari pasca persalinan.

4. Kegiatan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

meliputi :

a) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu ;

b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri ;

c) Pemeriksaan lokhia dan perdarahan ;

d) Pemeriksaan jalan lahir ;

e) Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Ekslusif ;

f) Pemberian kapsul vitamin A ;

27
g) Pelayanan kontrasepsi pasca persalinan ;

h) Konseling ; dan

i) Penanganan risiko tinggi dan komplika pada masa nifas.

5. Pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dilaksanakan dengan ketentuan perundang-undangan. Peraturan

kementrian kesehatan republik Indonesia nomor 28 Tahun 2017

2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan PadaIbu Nifas

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam

menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian,

analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi.

Asuhan ibu nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran

sampai 6 minggu setelah kelahiran. Tujuan dari asuhan masa nifas adalah untuk

memberikan asuhan yang adekuat dan terstandart dengan memperhatikan riwayat

selama kehamilan. Adapun hasil yang diharapkan adalah terlaksananya asuhan segera

pada masa nifas dengan melakukan pengkajian, mengidentifikasi diagnosa masalah

dan kebutuhan, mengantisipasi masalah potensial, tindakan segera serta

merencanakan asuhan dan melakukan perencanaan serta evaluasi (Anggraini, 2016).

Adapun langkah manjemen kabidanan padaibu nifas menurut varney dalam

buku Anggraini tahun 2016, mengatakan dari langkah-langkahnya yaitu :

2.2.2 Pengkajian

28
Pengkajian atau pengunpulan data dasar adalah mengumpulakan semua data

yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama

untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi pasien berdasarkan dua dasar dari :

1. Data subjektif

Biodata yang mencakup identitas pasien yaitu :

a) Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru

dalam memberikan penanganan.

b) Umur dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20

tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.

Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentang sekali untuk terjadi perdarahan dalam

masa nifas.

c) Agama untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau

mengarahkan pasien dalam berdoa.

d) Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh

mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai

dengan pendidikannya.

e) Suku/ Bangsa berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.

f) Pekerjaan berguna untuk mngetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomi, karena

ini juga berpengaruh pada gizi ibu.

g) Alamat ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.

29
h) Keluhan utama untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan

masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena ada luka

perineum.

i) Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan yang lalu untuk mengetahui

kemungkinan adanya riwayat penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM,

hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. Riwayat

kesehatan sekarang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit

yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.

Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh

penyakit keluarga untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit

keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien pada bayinya.

j) Riwayat persalinan sekarang meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis

kelamin anak, keadaan bayi, penolong persalinan.

k) Riwayat KB untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontasepsi

jenis apa, berapa lama, keluhan selama menggunakan kontrasepsi.

l) Kehidupan social budaya untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut

adat istiadat yang akan menguntungkan dan merugikan.

m)Data psikososial untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya.

Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas

sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu

menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi ini sering

disebut sebagai post partum blues. Post partum blues sebagian besar merupakan

perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari

30
keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi diakibatkan oleh wanita yang terpisah

dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi diakibatkan oleh sejumlah faktor

penyebab yang paling menonjol adalah :

1. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami

kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.

2. Rasa sakit masa nifas awal.

3. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum.

4. Kecemasan terhadap kemampuannya untuk merawat bayinya setelah

meninggalkan rumah sakit.

5. Rasa takut menjadi tidak menariklagi bagi suaminya.

n) Data pengetahuan untuk mengtahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang

perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.

o) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

1) Nutrisi, menggambarkan tentang pola makan dan minum. Frekuensi, banyaknya

jenis makanan dan makanan panangan.

2) Eliminasi, menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan membuang air

besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air

kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah.

3) Istirahat, menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,

kebiasaan sebelum tidur misalnya, membaca, mendengarkan musik, kebiasaan

mengkonsumsiobat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat

sangat penting pada masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat

mempercepat proses penyembuhan.

31
4) Personal hygine, dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan

tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih

mengeluarkan lochea.

5) Aktivitas, menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu

dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat

mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan

ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan dengan bantuan atau sendiri, apakah

ibu pusing ketika melakukan ambulasi.

1. Data Objektif

Dalam menghadapi masa nifas dari seorang pasien, seorang bidan harus

mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan pasien dalam keadaan

stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data obyektif ini

adalah :

a. Vital sign, diajukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi

yang dialaminya.

1) Temperatur/suhu, peningkatan suhu tubuh mencapai pada 24 jam pertama masa

nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh

keluarnya cairan pada saat melahirkan, dll. Tetapi pada umumnya setelah 12

jam post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai

>38°C adalah mengarah keadaan tanda-tanda infeksi.

2) Nadi dan pernafasan, nadi berkisar antara 69-80 x/i. Denyut nadi diatas 100x/i

pada masa nifas adalah mengidentifikasikan adanya suatu infeksi, hal ini bisa

32
salah satunya diakibatkan proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah

berlebihan. Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena

adanya virtum kordisi. Beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami

bradikardi puerperal yang denyut nadinya mencapai serendah-rendahnya 40-

50x/i, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi

belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan.

Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar

20-30x/menit.

3) Tekanan darah, pada beberapa harus ditemukan keadaan hipertensi postpartum,

tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada

penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki, menjelaskan

pemeriksaan fisik, meliputi :

1) Keadaan buah dada dan puting susu

a) Simetris/tidak

b) Konsistensi, ada pembengkakan atau tidak

c) Puting menonjol/tidak, lecet/tidak

2) Keadaan umum

a) Uterus

b) Normalnya : kokoh, berkontraksi baik, tidak berada di atas ketinggian fundal

saat masa nifas segera. Abnormalnya lembek, diatas ketinggian fundul saat

masa postpartum segera.

33
c) Kandung kemih : bisa buang air kecil/tidak bisa buang air kecil.

3) Keadaan genetalia

a) Lochea

Normal : merah hitam (Lochea Rubra), bau biasa, tidak ada bekuan darah

atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil). Jumlah perdarahan yang ringan

atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam)

b) Abnormal : merah terang, bau busuk, mengeluarkan darah beku, perdarahan

hebat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam)

c) Keadaan perineum : odema, hematoma, bekas luka episiotomy, robekan,

heacting.

d) Keadaan anus : Hemoroid

e) Data ekstremitas : varises, odema, reflek patella.

2.2.3 Interpretasi Data

Mengidentifikasi diagnosa masalah berdasrakan interprestasi yang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan. Data yang telah dikumpulkan diinterprestasikan

menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa

masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan

yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien (Anggraini, 2016).

Adapun diagnosa kebidanan dan masalah menurut varney dalam buku

Anggraini (2016) yaitu :

34
1. Diagnosa kebidanan dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus, anak

hidup, umur ibu, dan keadaan nifas yang meliputi data dasar dari subjektif yaitu

peryataan ibu tentang jumlahpersalinan, apakah pernah abortus atau tidak,

keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhnya. Sedangkan data

objektif palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tanda-

tanda vital.

2. Masalah permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien dari data dasar

yang meliputi data subjektif yaitu data yang didapat dari hasil anamnesa pasien.

Sedangkan data objektif data yang didapat dari hasil pemeriksaan sendiri.

2.2.4 Diagnosa Potensial

Dari mengidentifikasi diagnosa masalah potensial yangmungkin terjadi pada

langkah ini berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa hal ini membutuhkan

antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan untuk menunggu, mengamati dan

bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Anggraini), 2016).

2.2.5 Antisipasi Masalah

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.

Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau

untuk dikonsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang sesuai

dengan kondisi pasien (Anggraini, 2016).

2.2.6 Perencanaan

Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah diagnosa yang telah diidentifikasi

dan diantisipasi. Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

35
dilihat dari kondisi pasien dari setiap masalah yang berkaitan dengan kerangka

pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.

Penyuluhan dan konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial, ekonomi atau

masalah psikososial. Beradsarkan Anggraini (2016), menyatakan hal-hal yang perlu

dilakukan pada kasus ini yaitu :

1. Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital,tinggi fundus

uteri, kontraksi uterus, anjurkan ibu untuk segera berkemih, observasi mobilisasi

dini, jelaskan manfaatnya.

2. Kebersihan diri, jaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia dan anti

pembalut minimal 4 kali sehari atau setiap kali selesai BAK.

3. Istirahat cukup, jelaskan manfaat istirahat, kembali mengerjakan pekerjaan sehari-

hari.

4. Makan bergizi, bermutu dan cukup kalori, minum 3 liter air sehari atau segelas

setiap habis menyusui, minum tablet Fe/zat besi.

5. Minum vitamin A 200.000 unit

6. Perawatan payudara dengan jaga kebersihan payudara dan beri Asi ekslusif sampai

bayi umur 6 bulan.

7. Hubungan seksual beri pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan.

8. Keluarga berencana, anjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan

keinginan.

2.2.7 Pelaksanaan

36
Berdasarkan Anggraini (2016), menyatakan langkah ini merupakan pelaksanaan

rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau

melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman dengan cara berikut :

1. Mengobservasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital dengan

mengukur (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi), TFU dan kontraksi,

menganjurkan ibu untuk segera berkemih karena apabila kandung kemih penuh

akan menghambat proses involusio uteri, menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi

dini untuk memperlancar pengeluaran lochea, memperlancar peredaran darah.

2. Kebersihan diri, untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama pada daerah

genetalia dan mengganti pembalut minimal 4 kali sehari atau setiap kali buang air

kecil.

3. Istirahat, memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah,

memberi pengertian kepada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan

produksi ASI berkurang, proses involusio berjalan lambat sehingga dapat

menyebabkan perdarahan serta menganjurkan kepada ibu untuk kembali

mengerjakan sehari-hari.

4. Gizi, menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi, bermutu dan cukup

kalori, sebaiknya ibu makan-makanan yang mengandung protein, vitamin dan

mineral, minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui, minum tablet

Fe/zat besi selama 40 hari pasca persalinan.

5. Menganjurkan ibu untuk minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

37
6. Perawatan payudara, dengan menjaga kebersihan payudara dan memberi ASI

ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.

7. Hubungan seksual, memberi pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan

pada ibu.

8. Keluarga berencana, menganjurkan pada ibu segera mengikuti KB setelah masa

nifas terlewati sesuai dengan keinginannya.

2.2.8 Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan

bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses

manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi

belum efektif atau merencanakan kembali yang belum efektif atau merencanakan

kembali yang belum terlaksana (Anggraini, 2016).

38
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

2. PENGKAJIAN

1. DATA SUBYEKTIF

Anamnesa dilakukan oleh : Yusneni

Di : puskesmas andeo

Tanggal : 27-10-2023

Pukul : 11.00 WITA

1. Identitas Klien

Nama Klien : Ny. "I" Nama Suami : Tn. “E”

Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun

Suku/Bangsa : buton/Indonesia Suku/Bangsa : buton/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

Penghasilan : ±Rp.2.000.000/bln Penghasilan : ± Rp. 3.500.000/bln

Alamat : Desa Matapila

2. Alasan Kunjungan Saat Ini

Ingin konsultasi dan memeriksakan diri setelah melahirkan

3. Keluhan utama

Mual

4. Riwayat menstruasi

1. Menarche : ± 12 tahun

2. Siklus menstruasi : 28 hari (teratur)

39
3. Lama : ± 7 hari

4. Dysmenorhoe : Tidak ada rasa nyeri

5. Warna :jernih

6. Bau : -

7. Gatal :-

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keturunan kembar : Tidak ada

Dari pihak siapa : Tidak ada

Penyakit keturunan :Tidak ada

Dari pihak siapa :Tidak ada

Jenis penyakit :Tidak ada

Penyakit lain dalam keluarga : Tidak ada

Dari pihak siapa : Tidak ada

Jenis penyakit : Tidak ada

6. Riwayat kesehatan yang lalu

1. Penyakit menahun : Tidak ada

(Hipertensi, Diabetes Militus, Asma, Hepatitis)

2. Penyakit menurun : Tidak ada

(Hipertensi, Diabetes Militus, Asma, Hepatitis)

3. Penyakit menular : Tidak ada

(Hipertensi, Diabetes Militus, Asma, Hepatitis)

7. Latar Belakang Budaya dan Dukungan Keluarga

1. Kebiasaan / upacara adat istiadat :Tidak ada

2. Kebiasaan keluarga yang menghambat :Tidak ada

40
3. Kebiasaan keluarga yang menunjang : Menganjurkan makan makanan

begizi dan istirahat yang cukup.

4. Dukungan dari suami : Mengantar periksa.

5. Dukungan dari keluarga yang lain: ibu selalu mengurus urusan rumah

tangga.

8. Pola Kebiasaan sehari-hari

1. Pola Nutrisi

Makan 3 kali sehari,1 centong nasi putih, lauk pauk: telur, tempe, tahu,

ayam/daging, sop/sayur asam

Minum air putih ± 7 gelas/hari.

2. Pola Eliminasi

BAB ± 1 kali sehari, Konsistensi : Lembek, Bau : Khas

BAK ± 4 – 5 kali sehari, Warna : Jernih kekuningan

Keluhan yang dirasakan : Tidak ada

3. Pola Istirahat tidur

Siang ± jam 12.00-14.00 WITA

Malam ± jam 21.00-04.00 WITA

Keluhan yang dirasakan : Tidak ada

4. Pola Aktivitas

Terganggu karena rasa sakit saat disminore, lebih banyak istirahat

dikamar

dari pada keluar.

Keluhan yang dirasakan: ada

5. Pola Seksualitas

Tidak ada

41
6. Perilaku Kesehatan

Personal hygiene :

Mandi, : Mandi 2x/hari

Keramas, : Keramas 3x/minggu.

Gosok gigi : Gosok gigi 2x/hari

Ganti celana dalam : 2x/hari

Cara membersihkan genitalia : Sudah benar (dari depan ke belakang)

Keluhan yang dirasakan : Tidak ada keluhan

9. Tindakan yang dilakukan

1. Istirahat yang cukup, dengan tidur siang 2 jam dan tidur malam 7 – 8 jam

serta perbanyak minum air putih

2. Menggunakan heating pad (bantal pemanas), kompres handuk atau botol

berisi air panas diperut dan punggung bawah, serta minum-minuman yang

hangat. Atau dengan mandi air hangat.

3. Mengurangi rasa nyeri dengan aroma terapi dan pemijatan juga dapat

mengurangi rasa tidak nyaman. Pijatan yang ringan dan melingkar dengan

menggunakan telunjuk pada bagian perut akan membantu mengurangi

rasa nyeri.

4. Memberikan obat analgetik (asam mefenamad tablet diminum 3x sehari

per-oral, atau jika sakit).

5. Memberitahu klien tentang kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan dengan

cara meningkatkan pola makan, memakan makanan yang bergizi dan

seimbang, seperti : nasi, sayur, lauk, buah jika perlu susu serta perbanyak

konsumsi makanan tinggi protein selama menstruasi.

42
6. Menganjurkan klien istirahat dan tidur yang cukup, serta olahraga yang

teratur ( dengan memperbanyak jalan kaki). Beberapa wanita mencapai

keringanan dengan olahraga, yang tidak hanya mengurangi stress tapi juga

meningkatkan produksi endorfin otak, penawar sakit alami tubuh. Tidak

ada pembatasan aktifitas selama haid.

9.1 DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

1. Kesadaran : Composmentis

2. TD : 120/70 mmHg

3. Suhu : ºC

4. Nadi : 80kali/menit

5. RR : 24 kali/menit

6. BB : 50 kg

7. TB : 155 cm

8. LILA : 23 cm

9. IMT : - <18,5 (Berat badan Ideal)

10. Skala Nyeri : 3 (Agak mengganggu)

1. Pemeriksaan Khusus

1. Inspeksi

1. Kepala : Rambut hitam lebat

Tidak ada odema

Tidak ada ketombe

Bersih

2. Mata

43
Conjunctiva : Tidak pucat

Sklera : Putih

Pupil : Normal

3. Mulut dan gigi

Bibir : Tidak pucat

Tidak pecah pecah

Lidah : Tidak ada bercak

Gigi : Tidak ada caries

Tidak berlubang

Gusi : Merah muda,tidak berdarah

4. Hidung

Simetris : Simetris kanan-kiri

Sekret : Tidak ada

Kebersihan : Besih

5. Telinga

Simetris : Simetris kanan kiri

Kebersihan : Bersih

6. Leher :

Pembesaran vena jugularis : Tidak ada pembesaran

Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran

Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran

7. Dada

Simetris : Simetris kanan kiri

Pembesaran payudara : Ada pembesaran payudara

Hiperpigmentasi : Hiperpigmentasi pada areola

44
Papilla mammae : Menonjol

Keluaran :Belum ada keluaran

Kebersihan :Bersih

8. Perut

Pembesaran : Tidak ada

Bekas luka operasi : Tidak ada

9. Ekstremitas :

Atas : Tangan simetris

Bawah : Kaki simetris,

Oedema : Tidak ada

Varices : Tidak ada

1. Palpasi

1. Leher :

Pembesaran vena juguralis : Tidak ada pembesaran

Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran

Pembesarankelenjargetahbening :Tidakadapembesaran

2. Dada

Benjolan / Tumor : Tidak ada

Keluaran : Tidak ada

3. Perut :

Pembesaran liver : Tidak ada pembesaran

4. Ekstremitas atas & bawah: Oedema : Tidak ada

1. Auskultasi

Dada : Terdengar bunyi Roncky/Weezing (+)

45
Perut : Bising Usus (+)

2. Perkusi

Reflek patella : (+/+)

Perut : Tidak kembung

1. Pemeriksaan Laboratorium

1. Hb :-

2. Golongan darah : B

3. Albuminuria :-

4. Reduksi Urine : -

1. Pemeriksaan Penunjang :

Tidak ada

5. Analisa/Diagnosa :

Ny. I usia 23 tahun dengan nifas fisiologis

6. Intervensi :

1. Beritahu Ny. I hasil pemeriksaan

2. Jelaskan proses nifas

3. Beri KIE nutrisi seimbang pada Ny.I

4. Beri support dan dukungan mental pada Ny. I

5. Berikan terapi

6. Sarankan klien untuk istirahat

7. Penatalaksanaan :

1. Memberitahu klien bahwa pemeriksaan sudah dilakukan dan keadaan klien baik.

46
2. Menjelaskan proses nifas kepada klien, bahwa nifas merupakan suatu proses yang

normal yang akan dialami setiap wanitar. Hal ini biasanya diikuti oleh

ketidaknyamanan yang timbul setelah melahirkan

3. Memberitahu klien tentang kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan dengan cara

meningkatkan pola makan, memakan makanan yang bergizi dan seimbang, seperti :

nasi, sayur, lauk, buah jika perlu susu serta perbanyak konsumsi makanan tinggi

protein selama menyusui

4. Memberikan support mental dan dukungan pada klien, agar lebih percaya diri dan

tidak merasa takut dalam menghadapi masa menstruasi.

5. Memberikan vitamin dan tambah darah.

6. Menganjurkan klien istirahat dan tidur yang cukup, serta olahraga yang teratur

( dengan memperbanyak jalan kaki). Beberapa wanita mencapai keringanan dengan

olahraga, yang tidak hanya mengurangi stress tapi juga meningkatkan produksi

endorfin otak, penawar sakit alami tubuh.

7. Evaluasi :

1. Sudah dilakukan pemeriksaan dan Ny. I mengerti dengan hasil pemeriksaan bahwa

keadaannya baik.

2. Ny. I sudah mengerti tentang fisiologi kehamilan

3. Ny. I sudah mengerti dan paham tentang nutrisi yang dibutuhkan selama hamil

4. Klien dapat menerima saran dan masukan yang bidan berikan dan klien sudah sedikit

termotivasi

5. Sudah diberi vitamin dan tambah darah (FE)

6. Ny. I bersedia untuk istirahat yang cukup.

47
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tahap pengkajian penulis mendapatkan informasi sebagai data yang

diperoleh dari pasien, keluarga pasien, petugas kesehatan maupun dokumentasi tanpa

mengalami kesulitan, sehingga mendapat data lengkap sesuai dengan teori. Setelah

data dikumpulkan dan diantaranya dapat diketahui kebutuhan pasien dari aspek fisik

dan biologis pada pasien dengan retensio sisa plasenta. Keluhan yang terjadi pada ibu

nifas dengan perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta adalah mengalami

perdarahan yang lebih banyak, pasien mengeluh lemah, berkeringat dingin, menggigil

(Saifuddin, 2006). Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh

tenaga kesehatan yang meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan sistematis (Nursalam,

2004). Data objektif yang di dapat pada ibu nifas dengan perdarahan post partum

karena retensio sisa plasenta adalah KU sedang, TTV: TD 130/80 mmHg, N:

88x/menit, S: 36,50 C, R: 20x/menit, sisa plasenta belum lahir, perdarahan banyak,

kontraksi uterus lemah (Saifuddin, Wiknjosastro, 2002). Pengkajian pada kasus

didapatkan data subjektif yaitu Ibu mengatakan merasakan nyeri perut, mengeluh

lemah, mengantuk, menggigil dan mengeluarkan darah prongkol-prongkol pervagina

yang banyak serta 3-4 kali ganti pembalut dalam waktu 3 jam. Sedangkan data

objektif didapatkan keadaan umum cukup, kesadaran : compos mentis, TTV : TD :

130/80 mmHg, N : 88 x/menit, S : 36,5°C, R : 20 x/menit, 81 kontraksi lemah, TFU 2

jari diatas pusat, plasenta tidak lengkap, masih tertinggal selaput plasenta, Hb 10,0 gr

48
%, pengeluaran darah banyak prongkol-prongkol. Ibu potensial terjadi perdarahan

lanjut sampai syok dan potensial terjadi infeksi. Dari pengkajian diketahui pada

dasarnya sudah sesuai dengan dasar teori dan merupakan indikasi untuk dilakukan

tindakan. Dalam pengkajian ini tidak ada masalah karena pasien dan keluarga sangat

kooperatif dalam memberikan atau menyampaikan data-data yang diperlukan. Pada

tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek yang ada

dilapangan. Menurut Varney (2004), interpretasi data (data dari hasil pengkajian)

mencangkup diagnosa masalah dan kebutuhan. Masalah yang muncul pada ibu nifas

dengan perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta adalah kecemasan

terhadap keadaan yang dialami ibu karena perdarahan . Kebutuhan yang diberikan

pada ibu nifas dengan Perdarahan post parum karena retensio sisa plasenta menurut

Varney (2004) adalah : informasi tentang keadaan ibu, informasi tentang tindakan

yang akan dilakukan oleh bidan, dorongan moril dari keluarga dan tenaga kesehatan,

pemenuhan kebutuhan cairan, penghentian perdarahan. Pada kasus didapatkan

diagnosa kebidanan Ny.W Umur 36 tahun P2A0Ah2 hari ke 7 postpartum dengan

Retensio Sisa Plasenta. Masalah yang muncul yaitu ibu mengatakan merasa lemah,

mengantuk, menggigil dan merasa cemas dengan pengeluaran darah yang banyak dari

jalan 82 lahirnya. Kebutuhan yang diberikan yaitu memberikan dukungan moril pada

ibu, pemenuhan kebutuhan cairan, penghentian perdarahan dan pengeluaran sisa

plasenta. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori

dan kasus yang ada dilahan. Menurut Wiknjosastro (2007), diagnosa potensial yang

mungkin muncul yaitu potensial terjadi infeksi puerperium : pada tindakan manual

plasenta. Potensial terjadi syok hemorrage : karena adanya perdarahan post partum

49
karena retensio sisa plasenta. Pada kasus diagnosa potensial yang muncul yaitu syok

hemorrage, namun karena adanya penanganan yang tetap diagnosa potensial tidak

muncul. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori

dan kasus yang ada dilahan. Menurut Saifuddin (2002), dalam kasus ibu nifas dengan

perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta, antisipasi yang dilakukan

adalah kolaborasi dengan dokter SpOG, pemberian infus drip oksitosin 20 IU dalam

500 cc cairan infus dan antibiotik serta dilakukan manual plasenta. Pada ibu nifas

dengan post partum karena retensio sisa plasenta antisipasi yang dilakukan yaitu

kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemasang infus drip oksitosin 20 IU dan

lakukan kuretase. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan

antara teori dan kasus. Menurut Saifuddin (2002), dalam membuat rencana tindakan

diusahakan untuk memberikan kenyamanan pada ibu dan bidan dapat melakukan

observasi dan pengobatan sebagai berikut : lakukan 83 pemeriksaan kelengkapan

plasenta, berikan antibiotik yang adekuat, berikan uterotonik, oksitosin atau metergin,

lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan darah atau

jaringan, lakukan evaluasi sisa plasenta dengan kuretase bila serviks hanya dapat

dilalui alat kuretase, beri transfusi darah bila Hb < 8 gr% dan berikan sulfas ferosus

60 mg/hari selama 10 hari. Pada kasus rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu :

observasi KU dan vital sign, kontraksi uterus, TFU dan perdarahan tiap 15 menit atau

sesuai keadaan pasien, jelaskan keadaan ibu dan berikan dukungan moril, minta

keluarga menandatangani inform consend, lakukan katerisasi, lakukan persiapan

kuretase, kolaborasi dengan dokter, advis dokter : rehidrasi atau cairan : memasang

infuse RL drip ergometrin 0,2 mg 20 tpm, berikan antibiotika : Amoxilin 500 mg

50
3x1, Asam mefenamat 3x1. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya

kesenjangan antara teori dan kasus. Menurut Varney (2004), pada langkah ini rencana

asuhan dilakukan secara menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima,

dilaksanakan secara efisien dan aman. Pada kasus pelaksanaan dilakukan sesuai

dengan rencana yang telah dibuat. Pada langkah ini penulis tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dan kasus. Menurut Varney (2004), evaluasi diharapkan

adalah keadaan umum dan TTV normal, sisa plasenta sudah lahir lengkap, kontraksi

uterus baik, perdarahan berkurang. 84 Pada kasus evaluasi yang diperoleh yaitu KU :

cukup, kesadaran : compos mentis, TTV : TD : 130/80 mmHg, S : 36,5°C, N : 88

x/menit, R : 20 x/menit, kontraksi uterus sedang, TFU : 2 jari diatas pusat, perdarahan

banyak, kandung kemih kosong, telah dilakukan kolaborasi dengan dokter dan ibu

telah diberikan infuse RL drip ergometrin 0,2 mg 20 tpm dan pemberian antibiotika :

Amoxilin 500 mg 3x1, Asam mefenamat 3x1, telah dilakukan kuretase dengan hasil

sisa plasenta sudah lahir lengkap, ibu sudah merasa tenang dan dapat beristirahat.

51
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologi Pada Ny. Ika Di

puskesmas andeo dengan beberapa langkah yaitu :

1. Penulis mampu melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data objektif

dan subjektif pada Ny. Ika Di puskesmas andeo .

2. Penulis mampu mengidentifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan pada Ny. Ika

Di puskesmas andeo

3. Penulis Mampu memahami tentang antisipasi masalah potensial pada Ny. Ika

Di puskesmas andeo

4. Penulis tidak menemukan tindakan segera pada Ny. Ika Di puskesmas andeo

5. Penulis mampu merencanakan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas normal pada

Ny. Ika Di puskesmas andeo

6. Penulis mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas normal pada

Ny. Ika Di puskesmas andeo

7. Penulis sudah memahami evaluasi pada Ny. Ika Di puskesmas andeo

5.2 Saran

1.5.1 Bagi Peneliti

52
Sebagai bahan acuan dan ilmu baru dan pada Asuhan Kebidanan ibu nifas

fisiologi.

1.5.2 Bagi Institusi

Dapat menambah wawasan dan ilmu teknologi khususnya bagi mahasiswa

kebidanan dalam menerapkan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas fisiologi.

1.5.3 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai acuan untuk dapat meningkatkan pelayanan Asuhan Kebidanan

fisiologi pada ibu nifas normal.

1.5.4 Bagi Responden

Dapat memberikan pemahaman yang benar tentang nifas normal dan

pencegahan dan penanganan apabila mengalami tanda dan gejala pada nifas normal

sehingga dapat mempertahankan kesehatan ibu selama masa nifas.

1.5.5 Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada

ibu nifas normal.

53
Lampiran : Format SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Identitas kegiatan
1. Tema /JuduL penyuluhan :penanganan asuhan nifas fisiologis dengan tepat dan aman
2. Sasaran Kegiatan : Ibu hamil
3. Tempat kegiatan : puskesmas andeo
B. Proses Kegiatan
1. Tujuan penyuluhan
a. Memberikan informasi dan edukasi yang benar tentang nifas
b. Merubah pola pikir ibu hamil tentang pola pikir yang salah tentang nifas
2. Pokok-pokok materi
a. Apa itu nifasa
b. Factor yang mempengaruhi
c. Penanganan nifas yang tepat
3. Metode Penyuluhan
a. Metode seminar
b. Metode Tanya jawab
4. Media penyuluhan
a. Leafleat

54
4. Tahap kegiatan
Tahapan Estimasi waktu
No

1 Pembukaan : 15 menit
Salam sapa dan memperkenalkan diri
2 Inti : 30 menit
menyampaikan materi edukasi
a. Definisi nifas
b. Factor yang mempengaruhi
c. Penanganan nifas yang tepat

3 Penutup : 15 menit
a. Tanya jawab seputar materi terkait
b. Menutup acara
c. salam
6. Evaluasi :
1. semua pesrta hadir di acara penyuluhan
2. Semua peserta memahami dan mengerti materi yang disampaikan oleh
tenakes
3. semua peserta bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh tenakes

55
Lampiran 2. Dokumentasi

56
DAFTAR PUSTAKA

Aisyorah, Siti. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta Salemba Medika.
Anggraini, Yeti. 2016. Asuhan Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Ambarwati,Eni.2015. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
Bennet, V.R. & Brown, L.K. “Myles Text Book For Midwines ’’, 12th Edition,
Churchill- Living stone, London, Uk,1996
Hidaya, Ratna. 2011. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologi dan Patologis.
Jakarta Salemba Medika
Risneni, Asih. 2016. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Rukiyah, Aiyeyeh. 2015. Asuhan Kebidanan III ( Nifas ). Jakarta : TIM, 2015
Saleha, Siti. 2015. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Sulistyawati, Ari. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas. Yogyakarta :
Andi
Walyani, Siwi. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.
Yogyakarta : Baru Press.

57

Anda mungkin juga menyukai