Anda di halaman 1dari 44

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

PATOLOGIS PADA NY.E DENGAN DISTOSIA


BAHU DI KLINIK BERSALIN KISARAN
TAHUN 2023

OLEH :

LILIS ANJELI
20154013006

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

STIKES AS SYIFA KISARAN

TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
NY. E DENGAN DISTOSIA BAHU DI KLINIK KISARAN
TAHUN 2023

Telah Mendapatkan Persetujuan Dari :

Dosen Pembimbing

(Bd. Herviza Wulandari Pane, SST. M. Kes)


NIDN:0110128901

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan laporan kebidanan dengan judul

“MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. E

DENGAN DISTOSIA BAHU DI KLINIK "

Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bimbingan dan arahan dari

berbagai pihak yang terlibat secara langsung, oleh karena itu pada kesempatan ini

saya mengucapkan terima kasih kepada

1. Ibu Dr. Masdalifah Pasaribu,SKM,M.Kes selaku Ketua Yayasan STIKes As

Syifa kisaran.

2. Ibu Ustifina Hasanah Hasibuan, SST,M.Kes selaku Ketua STIKes As Syifa

Kisaran.

3. Ibu Herviza Wulandary,SST,M,Kes sebagai Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan sehingga saya bisa menyelesaikan laporan.

4. Seluruh Staff dan Pegawai STIKes As Syifa Kisaran karna penulis telah

menerima banyak bantuan, namun segala kesalahan dalam laporan ini

sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan

laporan praktik Klinik Bersalin ini.

Kisaran 06 Januari 2023

LILIS ANJELI

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 3
1.3 Tujuan .................................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................. 3
1.4 Manfaat................................................................................. 4
1.4.1 Bagi mahasiswa.......................................................... 4
1.4.2 Bagi tenaga kesehatan................................................. 4
1.4.3 Bagi Institus pendidikan.............................................. 4
1.5 Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus............................. 4
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN .................................................. 5
2.1 Definisi Distosia Bahu.......................................................... 5
2.2 Etiologi Distosia Bahu........................................................... 6
2.3 Patofisiologi Distosia Bahu................................................... 6
2.4 Komplikasi Distosia Bahu....................................................... 10
2.5 Faktor Resiko Distosia Bahu
2.6 Pencegahan Distosia Bahu
2.7 Diagnosis Distosia bahu
2.8 penanganan Distosia bahu
BAB III PEMBAHASAN KASUS............................................................. 22
BAB V PENUTUP..................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan.............................................................................. 23
5.2 Saran........................................................................................ 23
1 Bagi mahasiswa..................................................................... 22

iii
2.Bagi tenaga kesehatan............................................................. 23
3.Bagi Institus pendidikan......................................................... 23
4.Bagi ibu pasien..................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 25

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO kelahiran mati merupakan bayi yang lahir tanpa tanda-

tanda kehidupan pada atau setelah usia kehamilan 28 minggu, berat janin ≥

1.000 gram atau dengan panjang tubuh ≥ 35 cm (Berry, 2018). Lahir mati

artinya bahwa bayi yang dilahirkan tidak menunjukkan tanda-tanda

kehidupan saat persalinan atau ketika dilahirkan (WHO, 2007).

Distosia bahu merupakan presentasi kepala, kepala telah lahir tetapi

bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara-cara biasa (Oxorn, 2003). Salah

satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat

proses persalinan. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya

manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi

tidak berhasil untuk melahirkan kepala bayi. Pada persalinan dengan

presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan

cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan

tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan

vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).

Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya

dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa. Selain itu, angka

kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan tingginya resiko


kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000

kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup

umumnya kematian terjadi pada saat melahirkan. Namun hasil SDKI 2012

tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun perlahan bahwa

tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian

bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.

Komplikasi yang bisa terjadi , yaitu tingginya angka kematian ibu dan

besarnnya resiko akibat distosia bahu pada saat persalinan maka fokus

utama asuhan persalinan normal adalah mencegah terjadinya komplikasi.

Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan

menangani komplikasi, menjadi mencegah komplikasi yang mungkin

terjadi. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir

akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir (Depkes,

2004).

Sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan yang dapat dilakukan

adalah mengupayakan agar setiap persalinan ditolong atau minimal di

dampingi oleh bidan dan pelayanan obstetrik sedekat mungkin pada ibu

hamil, sehingga komplikasi dapat terdeteksi lebih dini dan dapat ditangani

sesegera mungkin.

Berdasarkan angka kejadian dan besarnya peran bidan dalam

penanganan komplikasi distosia bahu, maka penulis mengambil judul

“Asuhan Kebidanan Persalinan Patologis Pada Ny. R Dengan Distosia Bahu

2
Di Klinik Bersalin”. Diharapkan dengan pelaksanan asuhan kebidanan

komprehensif dapat meningkatkan peran fungsi bidan dalam menurunkan

angka kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh distosia bahu dengan

upaya mencegah (preventif), mendeteksi dini komplikasi hingga menangani

komplikasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Distosia bahu merupakan suatu kegawatdaruratan obstetri yang jarang

terjadi, namun sangat berbahaya bagi ibu dan janin. Distosia bahu adalah

suatu kondisi kegawatdaruratan obstetri pada persalinan pervaginam dimana

bahu janin gagal lahir secara spontan setelah lahirnya kepala janin.Tingkat

insidensi distosia bahu kurang lebih sebesar 0,6 hingga 1,4% dari seluruh

persalinan pervaginam. distosia bahu masih menjadi tantangan bagi tenaga

medis karena risiko terjadinya distosia bahu masih belum dapat diprediksi

dengan baik. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin meliputi cedera

pleksus brakialis 1-20%, fraktur os humerus dan klavikula, asfiksia,

ensefalopati hingga kematian perinatal. Sedangkan komplikasi yang dapat

terjadi pada ibu antara lain berupa laserasi, perdarahan, dan stress

psikologis.Seorang wanita 25 tahun, G2P1A0 hamil aterm datang dengan

keluhan kepala bayi sudah berada di luar jalan lahirsejak 1 jam yang lalu,

namun badan bayi tidak kunjung keluar.Pada pemeriksaan fisik didapatkan:

kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 92x/menit,

frekuensi napas 22x/menit, suhu 36,8oC. Pada pemeriksaan obstetri

didapatkan tinggi fundus uteri 28cm, his 4x/10”/40’, denyut jantung janin

(-) dan bagian terbawah janin (kepala) berada pada Hodge IV. Pasien ini

3
didiagnosis G2P1A0 hamil aterm inpartu janin tunggal mati dengan distosia

bahu. Manajemen obstetri berupa prinsip penanganan distosia bahu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil kasus

dengan rumusan masalah yaitu : Bagaimana Asuhan Persalinan pada Ny. E

Dengan Distosia Bahu ?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan asuhan pada ibu bersalin dan mampu melakukan

penatalaksanaan yang terjadi pada ibu bersalin dengan Distosia Bahu dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian tentang Distosia bahu pada Ny.E di Kinik

Bersalin.

b. Merumuskan diagnosa masalah tentang Distosia Bahu pada Ny.E di

Klinik Bersalin.

c. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial tentang Distosia Bahu

pada Ny.E di Klinik Bersalin.

d. Mengidentifikasi pertolongan tindakan segera dan kolaborasi tentang

Distosia Bahu di Klinik Bersalin.

4
e. Menempatkan rencana asuhan kebidanan tentang Distosia Bahu pada

Ny.E di Klinik Bersalin.

f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan tentang Distosia Bahu pada

Ny.E di Klinik Bersalin.

g. Mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan tentang Distosia Bau

pada Ny.E di Klinik Bersalin.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi mahasiswa

Mahasiswa di harapkan dapat lebih meningkatkan keterampilan dan

pengetahuannya mengenal Distosia Bahu yang terjadi di masyarakat dengan

cara sering melakukan latihan pelaksanaan Distosia bahu.

1.4.2 Bagi tenaga kesehatan

Hendaknya bagi tenaga kesehatan di harapkan sering mengikuti pelatihan

penanganan dan deteksi dini Distosia bahu.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Kepada pihak akademik, agar terus mempertahankan dan meningkatkan

mutu pembelajaran khususnya untuk pembelajaran mengenai Distosia bahu.

1.5 Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus

Hari/tanggal : Jumat, 06 Januari 2023

Jam : 10:00 wib

Tempat Pengkajian : Ruang ponek Klinik Bersalin.

5
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKA

2.1 Definisi Distosia Bahu

Distosia bahu adalah kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir,

dengan mencoba salah satu metoda persalinan bahu ( Manuaba, 2001). Distosia

bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh

karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil

untuk melahirkan bayi ( Prawirohardjo, 2009). Distosia bahu merupakan

kegawatdaruratan obstetri karena terbatasnya waktu persalinan, terjadi trauma

janin, dan komplikasi pada ibunya. Kejadiannya sulit diperkirakan setelah kepala

lahir, kepala seperti kura-kura, dan persalinan bahu mengalami kesulitan

(Manuaba, 2001).

2.2 Etiologi

Distosia bahu ada hubungannya dengan obesitas ibu, pertambahan berat

badan yang berlebihan, bayi berukuran besar, riwayat saudara kandung yang besar

dan diabetes pada ibu (Hakimi, 2003).

2.3 Patofisiologi

Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu

memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul lebih

dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan paksi luar, bahu posterior

berada di cekungan tulang sakrum atu disekitar spina ischiadika, dan memberikan

ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melalui belakang
tulang pubis atau berotasi dari foramen obturator. Apabila bahu berada dalam

posisi antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka bahu

posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis.

Dalam keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat

melakukan putaran paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi

antara bahu posterior dengan kepala (disebut dengan turtle sign) (Prawirohardjo,

2009

2.4. Komplikasi

a. Pada janin :

1. Meninggal, intrapartum atau neonatal

2. Paralisis plexus brachialis

3. Fraktur clavicula

b. Ibu : Robekan perineum dan vagina yang luas (Hakimi, 2003).

2.5 .Faktor Resiko

Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian distosia bahu, yaitu:

a. Makrosomia/kelahiran sebelumnya bayi > 4 kg

b. Ibu Obesitas

c. Penambahan Berat Badan Berlebih

d. Panggul Sempit

e. Melahirkan dengan posisi setengah berbaring di tempat tidur dapat

menghambat gerakan koksik dan sakrum yang memperberat terjadinya

“distosia lahir-tempat tidur”

f. Diabetes maternal

7
g. Kala II Lama

h. Distosia bahu sebelumnya (Chapman, 2006)

2.6 Pencegahan

Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya

dapat dilakukan dengan cara :

1. Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal beresiko

tinggi: janin luar biasa besar (>5 kg), janin sangat besar (>4,5 kg) dengan

ibu diabetes, janin besar (>4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada

persalinan sebelumnya, kala II yang memanjang dengan janin besar.

2. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu.

2. Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi.

3. Kenali adanya distosia bahu seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan

suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan resiko cedera

pada janin.

4. Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui.

Bantuan diperlukan untuk membuat posisi McRoberts, pertolongan

persalinan, resusitasi bayi, dan tindakan anestesia (bila perlu).

2.7 Diagnosis Distosia Bahu

Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya:

1. Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan.

2. Kepala bayi sudah lahir, tetapi menekan vulva dengan kencang.

3. Dagu tertarik dan menekan perineum

8
4. Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di

kranial simfisis pubis (Prawirohardjo, 2009)

2.8 Penanganan Distosia Bahu

Diperlukan seorang asisten untuk membantu, sehingga bersegeralah minta

bantuan. Jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa

bahu posterior sudah masuk ke panggul. Bahu posterior yang belum melewati

pintu atas panggul akan semakin sulit dilahirkan bila dilakukan tarikan pada

kepala. Untuk mengendorkan ketegangan yang menyulitkan bahu posterior masuk

panggul tersebut, dapat dilakukan episiotomi yang luas, posisi McRobert, atau

posisi dada-lutut. Dorongan pada fundus juga tidak diperkenankan karena

semakin menyulitkan bahu untuk dilahirkan dan beresiko menimbulkan ruptura

uteri. Disamping perlunya asisten dan pemahaman yang baik tentang mekanisme

persalinan, keberhasilan pertolongan dengan distosia bahu juga ditentukan oleh

waktu. Setelah kepala lahir akan terjadi penurunan pH arteria umbilikalis dengan

laju 0,04unit/menit. Dengan demikian, pada bayi yang sebelumnya tidak

mengalamai hipoksia tersedia waktu antara 4-5 menit untuk melakukan manuver

melahirkan bahu sebelum terjadi cedera hipoksik pada otak.

Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai berikut:

- Teknik McRobert

Pada teknik ini, dokter akan mengarahkan ibu untuk menaikkan paha ke

arah perut sehingga perut ibu menjadi tertekan. Teknik ini umumnya

menjadi metode pertama dalam mengatasi distosia bahu.

9
- Teknik Rubin

Pada teknik ini, dokter akan memasukkan dua jari di bawah bahu bayi

untuk membantu memindahkan posisi bahu. Teknik ini dilakukan agar

bahu bayi menjadi sejajar.

- Teknik Woods

Sama seperti teknik Rubin, dokter akan memasukkan dua jari di bawah

bahu bayi. Pada teknik Woods, dokter akan memutar posisi bayi agar

menyamping. Ketika posisi diubah, bayi kemungkinan dapat mudah keluar

- Teknik suprapubik

Teknik ini hampir sama dengan McRobert, tetapi dokter atau perawat akan

menekan area di atas tulang kemaluan (suprapubik) ibu. Teknik ini dapat

membuat bahu bayi menjadi berpindah dan tidak tersangkut.

- Teknik Gaskin

Teknik ini dilakukan dengan meminta ibu berganti posisi menjadi

merangkak. Teknik Gaskin akan memperluas diameter panggul sehingga

tubuh bayi akan lebih mudah dikeluarkan.

- Teknik Zavanelli

Dalam teknik ini, dokter akan mendorong kembali kepala bayi ke dalam

rahim. Setelah itu, dokter akan melakukan operasi caesar.


BAB III

PERKEMBANGAN KASUS MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA

IBU BERSALIN NY.E DENGAN DISTOSIA BAHU

DI KLINIK BERSALIN

TAHUN 2023

Tanggal pengkajian : 06 Januari 2023

Waktu : 10.00 WIB

Tempat Pengkajian : Ruang ponek Klinik Bersalin.

1. Pengkajian

A. Data subjektif

Identitas

Nama Ibu : Ny.”E” Nama suami : Tn.”S”

Umur : 29 Tahun Umur : 38 Tahun

Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : STM

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani

Alamat : jl. Mawar Alamat : jl. Mawar

2. Keluhan utama

Ibu merasakan sakit pada pinggang dan menjalar hingga keperut dan

keluar lendir bercampur darah


3. Riwayat Keadaan Sekarang

- Ibu engatakan ini kehamilan ke 2 nya dengan usia kehamilan cukup

Bulang dan belum pernah terjadi keguguran

- Ibu merasakan sakit sakit yang menjalar dari pingggang ke perut

Bagian bawah sejak pukul 05.00 WIB

- Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah sejak pukul 05.00 WIB

4. Riwayat kehamilan saat ini

4.1 Riwayat menstruasi

- Menarce : 16 tahun

- Lamanya : 7 hari

- Bayaknya : 2 - 3 kali ganti pembalut / hari

- Siklus : 28 hari teratur

- Sifat darah : cair agak kental

-  Dismenorhea :  tidak ada


      -  HPHT                       :  12 April 2023
      -  TP                            :   6 Januari 2023
      -  Usia kehamilan           :  39 minggu
4.2 Pergerakan fetus dirasakan pertama kali pada usia kehamilan 20 minggu dan
pergerakan fetus dalam 10 menit terakhir lebih dari 10 kali
4.3 Keluhan-keluhan yang dirasaka dalam kehamilan ini :
      -  Muntah-muntah yang lama                :  tidak ada
      -  Nyeri perut                                        :  tidak ada
      -  Panas, menggigil                                :  tidak ada
      -  Sakit kepala berat/terus menerus       :  tidak ada
      -  Penglihatan kabur                              :  tidak ada
      -  Rasa nyeri / panas waktu BAK          :  tidak ada
      -  Pengeluaran pervaginam                    :  tidak ada

13
     
4.4 Tanda-tanda persalinan
      Mules-mules yang menjalar dari pinggang hingga ke perut yang datangnya ± 4
menit sekali
Pengeluaran pervaginan
Lendir bercampur darah
Riwayat pemeriksaan kehamilan
-  Dilakukan oleh          :  bidan
-  Frekuensi                  :  1 bulan sekali
-  TT1                          :  -
-  TT2                          :  -
4.5 Pola pemenuhan nutrisi sehari-hari
-  Sebelum hamil           :  makan  :  3 kali sehari dengan menu makanan seimbang
                                    :  minum  :  8 kali sehari
-  Setelah hamil           :  makan   :  4 kali sehari dengan menu makanan seimbang
                                    :  minum   :  8 kali sehari
Pola eliminasi sehari-hari
-  Sebelum hamil           :  BAK 3 – 4 kali sehari,     BAB :  1 – 2 kali sehari
-  Selama hamil :  BAK 7 – 8 kali sehari,     BAB :  1 kali sehari
-  Terakhir kali  :  BAK pukul 20.00 WIB,  BAB :  pukul 11.00 WIB
4.6 Keluhan lain
-  Ibu merasa cemas menghadapi persalinannya karena jarak persalinan dengan anak
pertamanya cukup jauh yaitu 7 tahun,
-  Ibu merasa cemas sehingga ia takut tidak kuat untuk mengedan

14
Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
No Tahun Tempat Usia Jenis Penolong Penyulit Anak Ket
Persalinan Persalinan Kehamilan Persalinan

JK BB PB

1. Juni 2016 Rumah Cukup Normal Dukun Tidak P 2500 42 Sehat


Bulan ada gr cm

2. Hamil ini

Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
-  Jantung :  Tidak ada
-  Tekanan darah tinggi :  Tidak ada
-  Hepatitis :  Tidak ada
-  Diabetes mellitus :  Tidak ada
-  Anemia berat :  Tidak ada
-  Penyakit hubungan seksual :  Tidak ada
-  Campak                                         :  Tidak ada
-  Malaria :  Tidak ada
-  Gangguan mental :  Tidak ada
-  Operasi                                          :  Tidak pernah
-  Lain-lain :  Tidak ada
5.2    Perilaku kesehatan
-  Penggunaan alkohol / obat-obatan sejenisnya :  Tidak pernah
-  Obat-obatan / konsumsi jamu :  Tidak pernah
-  Merokok / makan sirih :  Tidak pernah
-  Pencucian vagina :  Tidak pernah
5.3    Riwayat sosial
-  Apakah kehamilan ini direncanakan / diinginkan      :  Ya
-  Status perkawinan              :  Jumlah 1 kali lama 7 tahun
-  Usia saat menikah              :   Suami :  30 tahun
                                                  Istri :  21 tahun

C. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan umum
      Keadaan umum                  :  Baik
      Kesadaran                          :  Compos mentis
      Keadaan emosional            :  Labil
2. Tanda-tanda vital
      TD                :  110 / 70 mm Hg                             R :  24 kali / menit
      N                  :  83 kali / menit                                T :  36,5 0   C
3. Ukuran antropometri
      TB                           :  151 cm
      BB  sebelum hamil : 48 kg,  setelah hamil : 57 kg
      LILA                        :  29 cm
4.  Pemeriksaan fisik
      4.1 Kepala
            -  Rambut         :  Bersih dan tidak rontok
            -  Kulit kepala  :  Bersih
4.2 Muka               :  Tidak ada oedema dan cloasma gravidarum
4.3 Mata
            -  Kelopak mata           :  Tidak ada oedema
            -  Konjungtiva             :  Bersih
            -  Sklera                       :  Putih (anikterik)
4.4 Hidung
            -  Simetris :  Ya
            -  Pernafasan cuping hidung :  Tidak ada
            -  Polip :  Tidak ada
4.5  Mulut dan gusi
            -  Lidah                                                :  Bersih
            -  Gigi dan geraham                              :  Tidak ada caries
            -  Gusi                                                  :  Tidak pucat
4.6  Leher
            -  Kelenjar tiroid                       :  Tidak ada pembesaran
            -  Kelenjar getah bening            :  Tidak ada
            -  Vena jungularis                      :  Tidak ada bendungan
4.7  Dada
            -  Jantung         :  Normal, bunyi lup lup
            -  Paru-paru     :  Tidak ada ronchi dan wheezing
            -  Payudara      :  Simetris         :  Ya
                                       Pembesaran   :  Ada
                                       Putting susu   :  Menonjol
                                       Pengeluaran   :  Ada, colostrum
                                       Rasa nyeri     :  Ada
                                       Kemerahan    :  Tidak ada
4.8  Abdomen        :  Bekas luka operasi :  Tidak ada
                                       Pembesaran :  Sesuai usia kehamilan
                                       Konsistensi :  Keras
                                       Linea                         :  Nigra
                                       Kandung kemih :  Penuh
                                       Pembesaran lien dan liver :  Tidak ada
                                       Benjolan :  Tidak ada
Punggung dan pinggang
 Posisi tulang punggung dan pinggul :  Normal
                Nyeri ketuk :  Tidak ada
4.10  Ekstremitas   
               -  Oedema :  Tidak ada
               -  Kekakuan otot dan sendi :  Tidak ada
               -  Varices :  Tidak ada

17
               -  Kemerahan                        :  Tidak ada
               -  Refleks                              :  (+) kanan dan kiri

5.  Pemeriksaan Kebidanan


      5.1  Palpasi Abdomen
            -  Leopold I        :  TFU 3 jari dibawah PX. Bagian fundus teraba satu
bagian besar, lunak dan tidak melenting
-  Leopold II      :  Bagian kiri perut ibu teraba satu bagian besar, rata dan
memanjang (punggung)
            -  Leopold III     :  Pada bagian terbawah janin teraba satu bagian bulat,
keras, melenting dan sukat digerakkan
-  Leopold IV    :  Divergen (Kepala sudah masuk PAP)
-  Mc Donald     :  35 cm
            -  Fetus              :  Letak           :  Memanjang
                                        Presentasi    :  Kepala
                                        Penurunan  :  4/5
                                        Pergerakan :  Aktif
            - Observasi His :  His               :  Cukup kuat
                                         Frekuensi    :  2 kali / 10 menit
                                         Lamanya     :  30 – 40 detik
           -  Taksiran berat janin                :  1,2 (TFU – 7,7) x 100   ± 150 gr
                                                               1,2 (    35 – 7,7) x 100   ± 150 gr
                                                               1,2 (          27,3) x 100   ±150 gr
                                                                    3276                          ± 150 gr
                                                                           3126  –  3426 gr
      5.2 Auskultasi
            -  DJJ terdengar teratur disebelah kiri perut ibu
            -  Frekuensi :  146 x / menit
            -  Punctum maximum :  2 jari dibawah pusat sebelah kiri perut ibu
5.3  Anogenital (inspeksi)
            -  Perineum                   :  Luka perut     :  Tidak ada

18
            -  Vulva vagina :  Warna           :  Merah muda
                                        Luka             :  Tidak ada
                                        Varises          :  Tidak ada
            -  Pengeluaran pervaginam :  Lendir bercampur darah
            -  Kelenjar bartholini                        :  Pembengkakan          :  Tidak ada
                                                                        Rasa nyeri                 :  Tidak ada
            -  Anus                                             :  Tidak ada haemorrhoid
5.4  Pemeriksaan Dalam
               Atas indikasi              : Untuk mengetahui apakah pasien sudah inpartu
atau belum
               Pukul                         :  22.00 WIB
               Oleh                          :  Bidan
               -  Dinding vagina :  Tidak ada sistokel dan rektokel
               -  Porsio                    :  Arah              :  Searah jalan lahir
                                                   Konsistensi    :  Lunak
                              Pembukaan   :  3 cm
                                                  Pendataran     :  40 %
               -  Ketuban                 :  Positif
               -  Presentasi              :  Kepala
               -  Penunjuk                :  Belum jelas
               -  Posisi                     :  Belum jelas
               -  Penurunan              :  Hodge II
      5.5  Pemeriksaan panggul   :  Tidak dilakukan

6.   Pemeriksaan laboratorium


Tidak dilakukan 

IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA DAN KEBUTUHAN

Diagnosa ibu        :  Ibu G2 P1 Ao hamil 39 minggu inpartu kala I fase laten

19
Dasar                  :  -  Ibu mengatakan ini kehamilan keduanya dan pernah
melahirkan sebanyak 1 kali.
Ibu merasakan sakit-sakit yang menjalar dari pinggang ke perut bagian bawah
sejak pukul 05.00 WIB
Ibu mengatakn keluar lendir bercampur darah sejak pukul 05.00 WIB
HPHT     :  12 April 2023
TP           :  6 Januari 2023
Dinding vagina     :  Tidak ada sistokel dan rektokel
Porsio                 :  Arah                       :  Searah jalan lahir
                                 Konsistensi    :  Lunak
                                 Pembukaan   :  3 cm
                                 Pendataran    :  40 %
-  Ketuban              :  Positif
-  Presentasi           :  Kepala
-  Penunjuk :  Belum jelas
-  Posisi                  :  Belum jelas
-  Penurunan           :  Hodge II
-  His frekuensi       :  2 kali / 10 menit  
-  Lamanya            : 30 – 40 detik
Diagnosa janin     :  Janin tunggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala
Dasar                  :  -  Hasil pemeriksaan Leopold
Leopold I  :  TFU 3 jari dibawah PX. Bagian fundus teraba
satu bagian besar, lunak dan tidak melenting
Leopld III  :  Bagian bawah perut ibu teraba satu bagian
elenting dan sukar digerakkan.
                             -  DJJ             :  146 kali / menit
                             -  Punctum maximum           :  2 jari dibawah pusat sebelah kiri
perut ibu
                             -  Presentasi                        :  Kepala

Masalah              :  Gangguan rasa cemas menghadapi persalinannya

20
Dasar                  :   Raut wajah dan kata-kata Ibu menunjukkan bahwa ia cemas 
menghadapi persalinannya

Kebutuhan           :  Menghadirkan orang terdekat ibu dan dukungan psikologis


                           :  Penjelasan tentang keadaan ibu dan bayi

ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


  Distosia Bahu

TINDAKAN SEGERA
  Kolaborasi Dengan Dokter / Rujuk

PERENCANAAN
1. Hadirkan  orang terdekat ibu
Rasionalisasi             :  Dengan menghadirkan orang terdekat akan
membantu ibu untuk dapat memberikan dorongan moril sehingga ibu akan
berkurang kecemasannya dan ketakutannya dalam menghadapi persalinan.

2. Berikan penjelasan mengenai keadaan yang dilaminya


Rasionalisasi           :  Dengan menjelaskan mengenai keadaannya saat ini
adalah normal sehingga diharapkan ibu paham sehingga akan
membantunya untuk mengurangi kecemasan dan ketakutannya dalam
menghadapi persalinan.
Pantau kemajuan persalinan Ibu yaitu his, kontraksi uterus, nadi,
pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah janin, tekanan darah,
temperature tubuh, produksi urin, aseton, dan protein Ibu.
Rasionalisasi           : Dengan memantau keadaan Ibu maka dapat diketahui
1. kemajuan persalinannya untuk menentukan
keputusan
2. klinik yang akan diambil

21
3. Berikan ibu makanan dan minuman yang cukup
Rasionalisasi           :  Dengan memberikan makanan dan minuman yang
cukup akan membantu dalam memberikan nutrisi pada ibu agar ibu
mempunyai tenaga untuk mengedan

4. Anjurkan ibu untuk mengatur posisi senyaman mungkin, terutama


berbaring ke kiri
Rasionalisasi           :  Dengan mengatur posisi akan memberikan
kenyamanan pada ibu serta mencegah agar vera copa inferior tidak terjepit
sehingga proses ogsigenisasi bayi tetap lancer

5. Jaga kebersihan tubuh ibu terutama vagina


Rasionalisasi           :  Dengan menjaga kebersihan tubuh ibu terutama
bagian vagina akan memberikan kenyamanan pada ibu dan mencegah
terjadinya infeksi sehingga tidak akan menambah masalah yang dialami
ibu

6. Anjurkan ibu untuk berkemih


Rasionalisasi           :  Kandung kemih yang kosong tidak akan
menghambat penurunan kepala sehingga bayi akan lebih cepat lahir

7. Beri sentuhan atau massage pada punggung dan panggul ibu


Rasionalisasi           :  Sentuhan atau massage pada punggung atau panggul
dapat mengurangi rasa sakit yang dialami ibu sehingga ibu dapat merasa
lebih nyaman.
8. Bimbing ibu untuk mengatur nafas dengan benar yaitu udara dihirup dari
hidung dan dihembuskan melalui mulut serta anjurkan ibu untuk
beristirahat saat his hilang
Rasionalisasi           :  Dengan mengatur nafas yang baik dapat
memperlancar siklus O2 ke janin dan juga dapat mengurangi rasa sakit

22
yang timbul akibat his dan menganjurkan ibu untuk beritirahat diantara his
agar ia tidak terlalu kehilangan banyak tenaganya untuk mengedan

9. Tempatkan ibu diruang bersalin yang bersih dan tertutup


Rasionalisasi           :  Dengan menempatkan ibu diruang yang bersih dan
tertutup merupakan bentuk menjaga privasi ibu sehingga ia merasakan
kenyamanan

PELAKSANAAN
1. Menghadirkan orang terdekat ibu, terutama suami taupun keluarganya
2. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang kemajuan persalinannya dan
memberikan dukungan pada ibu agar ia tidak takut dalam menghadapi
persalinannya
3. Memantau DJJ, kontraksi uterus, dan nadi setiap ½ jam. Pembukaan,
penurunan, tekanan darah, dan temperature tubuh setiap 4 jam. Produksi
urin, aseton, dan protein setiap 2-4 jam.
4. Memberikan ibu makanan dan minuman yang cukup
5. Menganjurkan ibu untuk mengatur posisi senyaman mungkin terutama
berbaring kekiri
6. Menjaga kebersihan tubuh ibu terutama disekitar bagian vagina
7. Menganjurkan ibu untuk berkemih
8. Memberikan sentuhan atau massage pada bagian punggung ataupun
panggul ibu
9. Membimbing ibu untuk mengatur nafas dengan benar
10. Menempatkan ibu diruang bersalin yang bersih dan tetutup

EVALUASI
Tanggal            :  06 Januari 2023
Waktu              :  10.00 WIB

1. Suami dari pasien hadir untuk menemaninya

23
2. Ibu mengerti keadaan yang dialaminya saat ini dan sedikit lebih tenang
3. Pemantauan fase laten  

Pukul DJJ His Kandung Nutrisi Pembukaa


kemih n
10.00 WIB 146 x/menit 2x/10 menit, 30- - - -
40 detik
10.30 WIB 149 x/menit 2x/10 menit, 30- - - -
40 detik
11.00 WIB 152 x/menit 2x/10 menit, 30- - Ibu minum teh -
40 detik hangat dan roti
11.30 WIB 153 x/menit 3x/10menit, 30- Ibu telah - -
40 detik berkemih,   ±
100 cc
12.00 WIB 154 x/menit 3x/10 menit, 30- - Ibu minum air -
40 detik putih
12.30 WIB 150 x/menit 3x/10 menit, 30- - - -
40 detik
13.00 WIB 153 x/menit 3x/10 menit, 30- - - 5 cm
40 detik

4. Ibu telah makan roti dan minum teh


5. Ibu tidur dalam posisi miring kekiri
6. Ibu tetap dijaga kebersihannya
7. Ibu telah berkemih
8. Ibu di massage pada bagian punggung ataupun panggulnya oleh
keluarganya
9. Ibu mencoba bernafas sesuai dengan yang diajarkan

24
10. Ibu telah ditempatkan diruangan bersalin yang bersih dan tertutup
KALA I FASE AKTIF  ( 12.00 – 16.00 WIB)
SUBJEKTIF
Ibu mengeluh mulesnya semakin sering
OBJEKTIF
-  Keadaan umum         :  Baik
-  Kesadaran                :  Compos mentil
-  Keadaan emosonal    :  Labil
-  TTV                         :   TD   :  110 / 70 mm Hg                    R          :  26 x /
menit
                                       N      :  85 x / menit                            T          :  36,50   C
-  Leopold I                  :  TFU 2 jari dibawah PX. Pada fundus teraba satu bagian
besar agak lunak dan tidak melenting
-  Leopold II                :  Pada bagian kiri perut ibu teraba satu bagian besar, rata,
memanjang (punggung)
                                    :  Pada bagian kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil
janin (ekstremitas)
-  Leopold III               :  pada bagian terbawah janin teraba satu bagian bulat,
keras, melenting dan sukar digerakkan
-  Leopold IV               :  Divergen
-  Pemeriksaan dalam   :
      Atas indikasi                       :  Unuk menilai kemajuan persalinan
      Pukul                                  :  12.00 WIB
      Oleh                                   :  Bidan
-  Vagina                             :  Tidak ada tumor, varises, benjolan maupun
siskotel dan rektokel
      -   Arah porsio                    : Searah jalan lahir
      -  Konsistensi porsio           :  Lunak
      -  Pendataran                      :  60 %
      -  Pembukaan                     :  5 cm
      -  Ketuban                          :  (+)

25
      -  Presentasi                       :  Kepala
      -  Penunjuk            :  UUK
      -  Posisi                             :  UUK depan
      -  Penurunan                     :  H III
      -  Molase                           :  Tidak ada
      -  DJJ                                :  148 x / menit
      -  Punctum maximum          :  2 jari dibawah pusat sebelah kiri perut ibu
      -  His                                  :  3 x / 10 menit Lamanya          :  > 40 detik

ASSESMENT
Diagnosa ibu                 :  Ibu G2 P1Ao hamil 39 minggu inpartu kala I fase aktif
Diagnosa janin  :  Janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala
Masalah                       :  Ibu cemas menghadapi persalinannya
Kebutuhan                  :  -  Penjelasan tentang keadaan ibu dan janin
-  Hadirkan orang terdekat ibu

PLANNING
1.  Memberikan penjelasan pada ibu tentang keaadan ibu dan janinnya bahwa keadaan
janinnya baik
      Ibu mengerti akan penjelasannya dan terlihat lebih tenang.
2.  Memberikan penjelasan pada ibu tentang proses persalinan yang akan dihadapinya
sehingga ibu lebih siap dan tenang dalam menghadapi proses presalinannya
      Ibu nampak lebih tenang
3.  Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan portograf
      -  DJJ dan His diperiksa setiap 30 menit sekali
      -  Nadi, tekanan darah dan respirasi setiap 2 jam sekali
      -  Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali
4. Membantu ibu untuk mengubah posisi yang nyaman bagi ibu seperti miring kekiri
dan menghindari posisi terlentang terlalu lama
      Ibu mengikuti apa yang dianjurkan oleh bidan

26
5.   Menghadirkan suami atau orang terdekat ibu untuk menemani serta memberi
motivasi kepada ibu
      Suami mendampingi Ibu sehingga Ibu terlihat lebih tenang
6.   Memberi asupan nutrisi pada ibu.
      Ibu diberikan teh manis dan roti.

7.   Mengajarkan Ibu cara mengedan yang baik sewaktu ada His :
a. Setiap his datang kedua tangan ibu merangkul paha dengan mata
membuka melihat perut
b. Dagu ibu menyentuh dada, gigi saling beradu dan anjurkan ibu untuk
tidak bersuara saat mengeden
c. Ibu beristirahat diantara kontraksi
Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan
8.   Menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan, seperti partus set, heating set,
alat reseusitasi, pakaian  bayi dan Ibu, cairan dekontaminasi, dan peralatan
lainnya
      Peralatan telah siap dan telah disusun secara ergonomis
KALA II  (16.00 – 17.10 WIB)

SUBJEKTIF
      -  Ibu mengatakan rasa sakit terus menerus, ingin buang air besar, dan merasa
ingin mengedan
-  Ibu mengatakan ia lemas

OBJEKTIF
      -  Keadaan Umum              :  Baik
      -  Kesadaran                      :  Compos mentis
      -  Keadaan emosional         :  Labil (sedikit cemas)
      -  TTV                               :  TD    :  110 / 70 mm Hg              R    :  27 x /
menit
                                                    N     :   91 x / menit                    T     :  35,8 0  C

27
      -  His   (+)  , frekuensi         :  4 x / 10 menit Lamanya          :  > 40 detik
      -  DJJ  (+)    frekuensi         :  98 x / menit
      -  Adanya dorongan meneran, valua membuka, pirenium menonjol, anus
mengembang
      -  Pemeriksaan dalam
            Atas indikasi                 :  Untuk menilai kemajuan persalinan
            Pukul                            :  16.00 WIB
            Oleh                             :  Bidan
-  Vagina                            :  Tidak ada tumor, varises, benjolan maupun siskotel
dan rektokel
      -  Konsistensi porsio           :  Tidak teraba lagi
      -  Pendataran                      :  > 80 %
      -  Pembukaan                     :  Lengkap (10 cm)
      -  Ketuban                          :  (-) pecah secara spontan pukul 03.50 WIB
      -  Presentasi                       :  Kepala
      -  Penunjuk             :  UUK
      -  Posisi                              :  UUK depan
      -  Penurunan                       :  Hodge IV

ASSESMENT
Diagnosa ibu                 :  Ibu G2 P1 Ao hamil 39 minggu inpartu kala II fase aktif
Diagnosa janin  :  Janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala
Masalah                       :  -  Ibu merasa lemas untuk menegden
                                       -  Ibu merasa cemas dan gelisah menghadapi
persalinannya
Kebutuhan                    :  -  Berikan infus
Pimpin persalinan dengan baik dan benar

PLANNING
1.  Memposisikan ibu miring kekiri untuk mencegah terjadinya hipoksia janin
      Ibu dalam posisi miring kiri namun sesekali terlentang

28
2.   Ibu diberikan infus glukosa dengan kecepatan 30 tetes / menit
3.   Melakukan pertolongan persalinansesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan (APN) :
a. Saat kepala janin terlihat di vulua dengan diameter 5 – 6 cm, memasang
handuk bersih untuk membersihkan janin pada perut ibu dan 1/3 bagian
dibawah bokong ibu
b. Penolong membuka partus setdan memakai sarung tangan
c. Saat subocciput tampak dibagian simfisis, tangan kanan melindungi
perinium dengan dialas lipatan tangan kiri menahan pundak kepala agar
tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir
d. Mengusap kasa atau kain bersih untuk membersihkan muka janin dari
lendir dan darah
e. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
f. Menunggu hingga kepala janin melakukan putaran faksi luar
g. Setelah kepala janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak
tangan biparietal kepala janin, arahkan kebawah untuk melahirkan bahu
depan. Ternyata bahu bayi tidak dapat dilahirkan.
b. Kepala bayi telah lahir namun bahu belum lahir

DISTOSIA BAHU (17.10-17.30 WIB)

SUBJEKTIF
- Ibu mengatakan lelah dan tidak kuat untuk mengedan lagi

OBJEKTIF
- Kepala sudah lahir namun bahu belum juga lahir
ASSESMENT
Diagnosa          : Ibu P2A0 kala II dengan distosia bahu
Masalah           : Bahu belum dapat dilahirkan
Kebutuhan        : Teknik pertolongan persalinan distosia bahu

29
PLANNING
a. Melakukan anestesi lokal dan episiotomi
 Memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan yaitu penyuntikan
untuk dilakukan episiotomi dan bantu ibu utnutk tetap rileks
 Memberi suntikan lidokain 1 % pada perineum, dengan cara meletakkan jari
telunjuk dan jari tengah dari tangan kiri antara kepala bayi dan perinium.
Masukkan jarum secara subkutan, mulai dari komisura posterion,
menelusuri sepanjang perinium yang akan dilakukan episiotomi. Aspirasi
untuk memastikan ujung jari tidak memasuki pembuluh darah, tarik jarum
perlahan sambil menyuntikkan 5 – 10 ml likodan 1 %.
 Tekan tempat infiltrasi agar anestesi menyebar. Tunggu selama 1 – 2 menit
sebelum melakukan episiotomi
 Melakukan episiotomi yaitu pasang gunting episiotomi dengan tangan
kanan, sedangkan jari tengah dan jari telunjuk dari tangan kiri melindungi
kepala janin dan perineum, searah dengan sayatan.
 Tunggu puncak His kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka
diantara jari telunjuk dan jari tengah.
 Guntuing perineum dengan posisi mediolateral kiri, taruh gunting kelarutan
klorin untuk direndam.
b.   Lakukan manuver Mc. Robert yaitu dengan meminta ibu untuk melipat kedua
pahanya sehingga kedua lutut berada sedekat mungkin dengan dada. Lahirkan
bahu depan dengan menarik kepala curam kearah bawah.
Meminta bantuan orang lain untuk melakukan penekanan pada suprapubis (diatas
simfisis). Kemudian tarik keatas sehingga bahu belakang dapat dilahirkan.
c.   Lakukan sangga susur untuk melahirkan seluruh tubuh bayi.
d.   Lakukan penilaian kepada bayi baru lahir secara cepat dengan tiga pertanyaan,
yaitu : apakah bayi menangis spontan, apakah warna kulit bayi kemerahan, dan
apakah tonus otot bayi baik.
 e. Segera keringkan bayi dan bungkus dengan kain bersih dan kering untuk
mencegah terjadinya hiportemi.

30
f.    Lakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cara memasang klem
pertama dengan jarak 2 – 3 cm dari pusat dan klem kedua dengan jarak 2 – 3 cm
dari klem pertama. Kemudian potong tali pusat diantara dua klem dengan tangan
kiri melindungi perut bayi.
a. Berikan bayi kepada ibunya untuk disusui
b. Periksa kelengkapan tubuh bayi pakah terdapat cacat atau tidak
Seluruh tubuh bayi telah dilahirkan

KALA III  (17.30 – 17.45 WIB)   


 SUBJEKTIF
      -  Ibu mengatakan masih merasa lemas setelah melahirkan
      -  Ibu mengatakan perutnya masih terasa mual

OBJEKTIF
      -  Keadaan Umum              :  Baik
      -  Kesadaran                      :  Compos mentis
      -  Keadaan emosional         :  Stabil
      -  TTV                               :  TD    :  110 / 70 mm Hg             R     :  25 x /
menit
                                                    N     :   86 x / menit                   T      :  36,1   C
      -  Keadaan Uterus              : 
            -  TFU                         :  1 jari diatas pusat
            -  Kontraksi                  :  Baik
      -  Kandung kemih               :  Baik
      -  Plasenta belum lahir
      -  Pendarahan kala II          :  ± 50 cc
      -  Keadaan bayi                  :  -  Bayi lahir spontan pukul 05.30 WIB dengan
jenis kelamin laki-laki, BB 3800 gr, PB 52 cm dan anus (+)
                                                   -  Bayi tidak langsung menangis
                                                   -  Warna kulit bayi kemerahan
                                                   -  Pergerakan bayi kurang aktif

31
                                                   -  APGAR score 6/9
                                                   -  Bayi mengalami asfiksia sedang

ASSESMENT
Diagnosa ibu                 :  Ibu P2Ao kala III
Masalah                       :  Mules pada perut ibu
Kebutuhan                    :  Penjelasan tentang keluhan yang dialami ibu bahwa hal
ini adalah normal dan pertanda baik karena uterus sedang berkontraksi

 PLANNING
1.  Memberikan penjelasan pada ibu bahwa proses persalinannya sudah memasuki
kala pengeluaran plasenta dan keadaan saat ini adalah normal karena uterus
sedang berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula
      Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikannya
2.   Melakukan palpasi abdolmen untuk menghilangkan kemungkinan adanya
janin kedua
      Saat di palpasi tidak ada janin kedua
3.   Memberikan suntikan oksitosin 10 unit 1 M  di paha kanan atas ibu bagian
luar setelah sebelumnya melakuka aspirasi terlebih dahulu
      Oksitosin telah disuntikkan
4.   Memindahkan klem tali pusat sekitar 5 – 10 cm didepan vulva
5.   Membantu kelahiran plasenta
-  Pada saat uterus berkontraksi, dorong fundus kearah dorsokronial sehingga
sebagian plasenta tampak di introitus vagina
-  Plasenta ditangkap oleh kedua tangan dan dipilin searah jarum jam agar selaput
dan kotiledon tidak tertinggal
      Pukul 05.45 WIB plasenta lahir spontan
6.   Memasase fundus ibu dan mengajari ibu cara memasase perut ibu sehingga
dapat merangsang kontraksi uterus dan mengurangi pendarahan post partum
      Teraba keras pada bagian uterus Ibu
7.   Mengevaluasi kelengkapan plasenta

32
      -  Plesenta lahir spontan, lengkap dengan selaput dan kontiledonnya dengan :
      -  Insersi sentralis
      -  Panjang tali pusat         :  ± 50 cm
      -  Diameter                        :  ± 18 cm
      -  Berat plasenta                :  ± 500 gr
      -  Tebal                              :  ± 2 cm
      -  Kotiledon                       :  Lengkap tidak ada robekan

KALA IV  (17.45 – 19.45 WIB)


 SUBJEKTIF
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan merasa nyeri pada perineumnya

OBJEKTIF
      -  Keadaan Umum              :  Baik
      -  Kesadaran                      :  Compos mentis
      -  Keadaan emosional         :  Stabil
      -  TTV                               :  TD    :  110 / 70 mm Hg             R     :  23 x /
menit
                                                    N     :   80 x / menit                    T     :  36,5 0  C
      -  Keadaan Uterus               
            -  TFU                         :  3 jari diatas pusat
            -  Kontraksi                  :  Baik
      -  Kandung kemih               :  Kosong
      -  Pendarahan kala IV         :  +  150 cc
      -  Keadaan perineum          :  Ruptur derajat II dan dilakukan heating sebanyak
4 jahitan

ASSESMENT
Diagnosa ibu                 :  Ibu G2 P1 Ao dalam kala IV
Masalah                       :  Luka perineum belum dijahit
Kebutuhan                    :  -  Penjelasan pada ibu tentang hasil pelaksanaan

33
                                       -  Heating perineum
                                       -  Istirahat dan nutrisi
                                       -  Pengawasan kala IV

  PLANNING
1.  Memberikan penjelasan pada ibu tentang kondisi saat ini bahwa ibu telah
melahirkan dengan normal walaupun ada sedikit hambatannya, saat melahirkan
bahu bayinya tetapi dapat dilalui dengan lancar, ibu dan bayi selamat tetapi ibu
masih harus terus istirahat berbaring ± 2 jam setelah melahirkan.

2.   Melakukan penjahitan pada daerah vagina dan perineum yamg mengalami
laserasi mengunakan teknik jelujur.

3.   Mengikat tali pusat bayi dengan pengikat tali pusat yang steril dan setelah itu
tidak dibungkus oleh apapun.

4.   Memeriksa kontraksi uterus dan pendarahan pervaginam setiap :


      -  2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
      -  Setiap 15 menit pada 1 jam pasca persalinan
      -  Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca persalinan

5.   Membantu TTV ibu dan kandung kemih ibu :


      -  Setiap 15 menit pada 1 jam pasca persalinan
      -  Setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan

6.   Membersihkan tubuh ibu dari lendir dan darah menggunakan air bersih,
terutama daerah perut, vulua dan vagina, lalu memakaikan baju dan kain bersih
untuk menggantikan pakaian ibu yang terkontaminasi darah, lendir, dan cairan
ketuban.

34
7.   Mencuci, mendekontaminasi dan mensterilisasi peralatan yang telah
digunakan.

8.   Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya untuk membantu kontraksi uterus
dan menimbulkan ikatan batin antara ibu dan bayinya.

9.   Memberikan ibu nutrisi dan cairan sebagai pengganti tenaga ibu yang terkuras
selama proses persalinan.

10. Menjelaskan ibu untuk melakukan mobilisasi dini untuk mencegah


trombopletitis pada ibu, sekurang-kurangnya 2 jam postpartum.

11. Memindahkan ibu keruang perawatan setelah 2 jam


EVALUASI
Tanggal            :  06 Januari 2023
Pukul                :  20.00 WIB

- Dilakukan heating sebanyak 4 jahitan


- Tali pusat bayi telah diikat
- Ibu terus mencoba untuk menyusui bayinya
- Ibu telah dibersihkan badannya, dipakaikan pembalut dan diganti
pakaiannya serta dipindahkan keruang perawatan pada 2 jam postpartum
- Mendikontaminasi dan mencuci segala peralatan yang telah digunakan
- Ibu telah mengerti akan penjelasan yang telah diberikan dan berjanji akan
berusaha melakukannya
- Ibu dipindahkan ke ruang perawatan pukul 20.00 WIB
Pemantauan kala IV
Jam Waktu Tekanan Suhu TFU Kontraksi Kandung
ke Darah Kemih
1. 17.45 110 / 70 36,50 C 3 jari dibwh post partum Baik Kosong

35
2. 16.00 110 / 70 36,50 C 3 jari dibwh post partum Baik Kosong
3. 16.15 110 / 70 36,50 C 3 jari dibwh post partum Baik Kosong
4. 16.30 110 / 80 36,50 C 3 jari dibwh post partum Baik Kosong
5. 17.00 110 / 80 36,60 C 3 jari dibwh post partum Baik Kosong
6. 17.30 110 / 80 36,60 C 3 jari dibwh post partum Baik Kosong

36
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak

dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Tanda dan gejala distosia

bahu adalah pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan

ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan tertarik ke dalam dan tidak dapat

mengalami putaran paksi yang luar biasa. Disebabkan oleh karena faktor-

faktor komplikasi pada maternal atau neonatal. Untuk penatalaksanaannya

dilakukan episiotomi secukupnya dan dilakukannya Manuver

Mc.Robert,karena manuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat mengatasi

sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.

5.2 Saran

1. Bagi Mahasiswa

Dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan

Distosia bahu, agar tetap memperhatikan standar pelayanan.

2. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan tetap melaksanakan penatalaksanaan pasien dengan resiko

tinggi serta segera melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan

lainnya.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dengan permasalahan yang timbul pada ibu bersalin dengan

Distosia bahu dan penanganan yang tepat dapat dijadikan sebagai bahan

referensi.

4. Bagi Ibu Pasien

Penulis laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu

tentang Distosia bahu pada persalinan.

38
DAFTAR PUSTAKA

http://midwifeline.blogspot.com/2013/05/asuhan-kebidanan-persalinan-
patologis.html?m=1

https://www.alodokter.com/distosia-bahu#:~:text=Distosia%20bahu%20adalah
%20kondisi%20ketika,merupakan%20kondisi%20gawat%20darurat%20medis

https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/1680

https://www.academia.edu/17788629/
Asuhan_Kebidanan_pada_Ibu_Bersalin_dgn_Distosia_Bahu

http://calonsarjanabangsa.blogspot.com/2020/03/makalah-distosia-
bahu_21.html?m=1

39

Anda mungkin juga menyukai