Oleh :
RAFDILAH
PO71242220151
DOSEN PEMBIMBING
ENNY SUSILAWATI, M.Keb
Mengetahui:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Mata Kuliah Praktik Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal dengan Laserasi Jalan Lahir.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah praktik
klinik kebidanan komprehensif stase Kegawatdaruratan yang merupakan salah satu
mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi
kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi
3. Enny Susilawati, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Institusi
4. Sri lestari, Am.Keb Selaku Pembimbing Lahan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari
dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang
berguna bagi yang membutuhkannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................3
C. Tujuan.......................................................................................3
D. Manfaat ....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................5
A. Anatomi....................................................................................5
B. Pengertian..................................................................................6
C. Insiden.......................................................................................6
D. Faktor Risiko.............................................................................7
E. Penyebab...................................................................................7
F. Klasifikasi..................................................................................11
G. Tanda dan Gejala......................................................................12
H. Pencegahan...............................................................................12
I. Penatalaksanaan..........................................................................15
J. Komplikasi.................................................................................16
K. Evidence Based ........................................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................45
BAB V PENUTUP....................................................................................47
A. Kesimpulan...............................................................................47
B. Saran ........................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA................................................................................49
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR)
adalah jumlah kematian ibu akibat proses kelahiran, persalinan, dan pasca
persalinan per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu adalah kematian wanita
dalam masa kehamilan, persalinan, dan dalam masa 42 hari (6 minggu) setelah
berakhirnya kehamilan tanpa memandang usia kehamilan maupun tempat
melekatnya janin, oleh sebab apapun yang berkaitan dengan atau diperberat
oleh kehamilan atau pengelolaannya, bukan akibat kecelakaan (STRATEGIS,
RENCANA Jambi, Dinas Kesehatan Provinsi 2021 - 2026, 2022).
Keberhasilan program kesehatan ibu dapat dinilai melalui indikator
utama Angka Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu dalam indikator ini
didefinisikan sebagai semua kematian selama periode kehamilan, persalinan,
dan nifas yang disebabkan oleh pengelolaannya tetapi bukan karena sebab lain
seperti kecelakaan atau insidental. AKI adalah semua kematian dalam ruang
lingkup tersebut di setiap 100.000 kelahiran hidup. Selain untuk menilai
program kesehatan ibu, indikator ini juga mampu menilai derajat kesehatan
masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan,
baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Secara umum terjadi penurunan
kematian ibu selama periode 1991- 2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000
kelahiran hidup. Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian
ibu, angka ini tidak berhasil mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil Survei
Penduduk Antar Sensus(SUPAS) tahun 2015 memperlihatkan angka kematian
ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs (Sibuea et al., 2022).
Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan
keluarga di Kementerian Kesehatan meningkat setiap tahun. Pada tahun 2021
menunjukkan 7.389 kematian di Indonesia. Jumlah ini menunjukkan
peningkatan dibandingkan tahun 2020 sebesar 4.627 kematian. Berdasarkan
penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun 2021 terkait COVID-19
sebanyak 2.982 kasus, perdarahan sebanyak 1.320 kasus, dan hipertensi dalam
kehamilan sebanyak 1.077 kasus. Pada tahun 2021 jumlah kematian di Provinsi
Jambi sebanyak 62 kematian dan 19 diantaranya disebabkan oleh pendarahan
(Sibuea et al., 2022).
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada laporan
kasus ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal pada Persalinan dengan Laserasi Jalan Lahir?”.
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Diperolehnya gambaran tentang Asuhan Kebidanan
Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada Persalinan dengan Laserasi Jalan
Lahir dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan yang
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
b. Tujuan khusus
i. Diperolehnya gambaran tentang pengumpulan data Subjektif pada Asuhan
Kebidanan Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada Persalinan dengan
Laserasi Jalan Lahir
iv. Diperolehnya gambaran tentang rencana asuhan yang menyeluruh dengan tepat
dan rasional berdasarkan kebutuhan selama Asuhan Kebidanan
Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada Persalinan dengan Laserasi
Jalan Lahir.
3
D. Manfaat Penulisan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Alat kelamin eksterna wanita terdiri dari mons pubis, labia mayora,
labia minora, klitoris, vestibula vagina, dan perineum, yang semuanya
dapat rusak saat melahirkan. Perineum adalah tempat laserasi yang paling
umum; massa jaringan ikat padat yang mencakup otot dangkal dan dalam
membran perineum, termasuk otot perineum transversal dan perlekatan
otot bulbocavernosus. Di bawah perineum ada sfingter anus
kompleks. Kompleks ini meliputi sfingter internal dan eksternal, yang
mengelilingi anus distal. Sfingter anus eksternal terdiri dari otot
rangka. Sfingter anus eksternal berada di bawah kendali sukarela dan
memberikan tekanan tekanan pada saluran anus. Penebalan distal lapisan
otot polos melingkar dinding anus membentuk sfingter ani
interna. Sfingter anus internal berada di bawah kendali otonom dan
memberikan hingga 80% dari tekanan istirahat saluran anus. Sfingter
eksternal tumpang tindih dengan sfingter internal distal dengan jarak 1-2
cm; seluruh kompleks sfingter anus meluas ke saluran anus dengan jarak
sekitar 4 cm (ACOG, 2011).
5
B. Pengertian
Laserasi atau robekan jalan lahir adalah robekan yang terjadi di
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat
saat persalinan, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin
melewati panggul dengan ukuran yang lebih besar. Laserasi terjadi hampir
pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Laserasi jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam
jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan
lahir selalu harus diperhatikan yaitu sumber dan jumlah perdarahan
sehingga dapat diatasi. Banyaknya kasus laserasi jalan lahir pada ibu
dengan persalinan normal menimbulkan upaya untuk menekan bahkan
mencegah terjadinya kasus tersebut agar tidan meningkatkan Angka
Kematian Ibu (AKI) (Putri & Lestari, 2020).
C. Insiden
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat
dihindari atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul
dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan
lahir jangan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia
dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan
pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis
lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke
belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul
dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito-
bregmatika. atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal. Robekan
perineum disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor dari ibu dan faktor dari
janin (Departemen Obstetri dan Ginekologi, 2019).
6
D. Faktor Risiko
Persalinan bantuan vakum
Persalinan bantuan forcep
Episiotomi garis tengah
Primiparitas
Multigravida
Etnis asia
Induksi Persalinan
Anastesi Epidural
Posisi Oksiput Posterior Persisten
Distosia Bahu
Persalinan kala dua lama (>60 menit)
Janin Besar
Kelahiran vagina setelah operasi caesar
Usia ≤20 tahun
Panjang perineum yang lebih pendek (<25 mm)
Riwayat
E. Penyebab
Penyebab ruptur perineum sebagai berikut (Departemen Obstetri dan
Ginekologi, 2019):
1) Kepala anak terlalu cepat lahir
2) Anak besar
3) Persalinan buatan
4) Arkus pubis sempit
5) Vagina sempit
6) Perineum yang kaku
7) Posisi oksipito posterior.
7
Robekan perineum yang terjadi pada saat persalinan, salah satunya
disebabkan dari ibu bersalin. Di antara sebab-sebab tersebut, yaitu
(Fitriana & Nurwiandani, 2021):
1) Karena partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong,
his terlampau kuat atau disebut dengan hypertnic uterine contraction.
Kondisi yang demikian ini menyebabkan persalinan selesai dalam
waktu yang sangat singkat. Sifat his normal, partus sudah selesai
kurang dari 3 jam, tonus otot di luar his juga bisa. Kelainannya
terdapat pada kekuatan his, tahanan yang rendah pada bagian lunak
jalan lahir atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai oleh adanya
proses persalinan yang sangat kuat.
2) Pasien atau ibu bersalin tidak mampu berhenti meneran.
Sebagian besar wanita dalam proses persalinan tidak bisa menahan
keinginan untuk mene- ran setiap kali timbul kontraksi uterus,
menutup glottis, dan mengontraksikan otot abdomen berkali- kali
dengan sepenuh tenaga untuk meningkatkan intra abdomen yang besar
selama berlangsungnya kontraksi uterus. Gabungan tenaga yang
ditimbulkan akan mendorong janin turun ke dalam vagina dan pada
kasus persalinan spontan melewati introitus vagina.
3) Adanya dorongan fundus yang terlalu kuat sehingga janin keluar
terlalu cepat.
Biasanya terjadi akibat penolong persalinan tidak sabar ingin kelahiran
janin berlangsung cepat sehingga melakukan dorongan pada fundus
uteri dengan mendorong abdomen. Tindakan ini akan membuat ibu
merasa nyeri, terlebih lagi berbahaya bagi janin dan ruptur uteri.
4) Adanya kelainan vulva.
Atresia vulva disebabkan oleh perlekatan atau jaringan parut setelah
pasien mengalami cidera atau pembedahan. Tahanan yang ditimbulkan
biasanya dapat diatasi oleh tekanan dari kepala janin secara terus
menerus. Akibatnya muncullah ruptura perineum atau robekan
8
perineum. Introitus vulvovaginalis kaku dan tidak elastis maka distosia
dan laserasi yang luas kemungkinan akan terjadi.
9
ubun-ubun kecil di belakang masih dianggap sebagai variasi
persalinan biasa. Pada kurang dari 10% keadaan, kadang-kadang
ubun-ubun tidak berputar ke depan sehingga tetap di belakang.
Keadaan ini dinamakan oksipito anterior persisten. Hal ini
disabkan karena usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dari
ukuran panggul, misalnya diameter antero posterior panggul lebih
panjang dari diameter transverse seperti pada panggul android atau
otot-otot dasar panggul yang sudah melemah pada multipara atau
kepala janin yang kecil.
3) Presentasi bokong. Pada kondisi ini, kepala harus melewati
panggul dalam waktu yang lebih singkat daripada persalinan
presentasi kepala, sehingga tidak ada waktu bagi kepala untuk
menyesuaiakan dengan besar dan bentuk panggul. Insiden
presentasi bokong 3-5% pada bayi dengan berat badan lebih dari
25000 gram, 65% frank breech, 27% footling breeches, dan 8
complete breech.
4) Terjadinya ekstraksi vakum atau forseps yang sukar. Persalinan
pervaginaan dengan menggunakan alat ada hubungannya dengan
laserasi perineal dengan OR=3,04 CL=2,42-3,84.
5) Distosia bahu. Kepala telah lahir tapi bahu tidak dapat dilahirkan
dengan cara-cara biasa. Insidensi umumhya kurang dari 0, 15-0, 2
%. Pada bayi yang memiliki berat lahir lebih dari 4000 gram,
insidensisnya mencapai 1,6%.
6) Anomalia konginetal seperti hidrosephalus. Hidro- sephalus adalah
penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak, sehingga
kepala menjadi besar serta menjadi pelebaran sutura-sutura dan
ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya antara
500-1500 ml. Cairan ini terkadang juga mencapai 5 liter karena
kepala janin terlalu besar dan dapat menyebabkan disproporsi
sepalo pelvic. Kondisi ini terjadi sekitar 12 % dari semua
malformasi berat yang ditemukan pada kelahiran.
10
F. Klasifikasi
11
Derajat ketiga: Cedera perineum yang melibatkan kompleks sfingter
anus.
3a: Kurang dari 50% ketebalan sfingter anus eksternal robek.
3b: Lebih dari 50% ketebalan sfingter ani eksterna robek.
3c. Kedua sfingter anus eksternal dan sfingter internal robek.
Plasenta baik
Pucat
12
Lemah
Menggigil
H. Pencegahan
1. Episiotomi
Episiotomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan di samping
tempat tidur selama persalinan kala dua yang menyebabkan
pembesaran vagina posterior. Dilakukan sesaat sebelum melahirkan
untuk mengurangi kehilangan darah ibu. Episiotomi dapat
diindikasikan jika ada kebutuhan untuk persalinan janin yang
dipercepat, distosia jaringan lunak, atau kebutuhan untuk membantu
persalinan pervaginam operatif (Ramar & Grimes, 2022).
2. Kompres hangat
Kompres hangat yang dilakukan selama kala dua persalinan
meningkatkan kejadian perineum utuh dan menurunkan risiko
episiotomi dan trauma perineum berat (Magoga et al., 2019).
3. Pijat perineum
Pijat perineum antenatal mengurangi kemungkinan trauma perineum
(terutama episiotomi) dan nyeri perineum yang sedang berlangsung,
dan umumnya diterima dengan baik oleh wanita. Dengan demikian,
wanita harus disadarkan tentang kemungkinan manfaat pijat perineum
dan diberikan informasi tentang cara memijat (Mm & Om, 2013).
4. Posisi bersalin up right and squatting
Posisi ini sudah dikenal sebagai posisi bersalin yang alami. Beberapa
suku di Papua dan daerah lain memiliki kebiasaan menggunakan posisi
ini pada saat melahirnya. Dalam dunia obstetric modern, posisi
jongkok ini jarang digunakan. Namun, perkembangan terakhir menun-
jukkan adanya perubahan paradigma. Posisi jongkok kini menjadi
13
salah satu pilihan utama pada saat melahirkan. Posisi jongkok ini dapat
mengurangi rasa sakit Ketika bersalin. Proses ini juga mempersingkat
waktu persalinan kala II dan menurunkan abnormalitas (Fitriana &
Nurwiandani, 2021).
5. Perasat Rigen
(Fitriana & Nurwiandani, 2021) Perasat ritgen adalah teknik yang
digunakan klinisi untuk kelahiran kepala bayi. Langkah-langkah
perasat ritgen adalah sebagai berikut:
1) Satu tangan tetap di oksiput untuk mengendalikan kepala bayi.
2) Tangan yang lain dibungkus handuk kemudian memberi tekanan
ke dalam pada bagian posterior rectum wanita sampai dagu bayi
dapat ditemukan dan berada dalam genggaman jari-jari.
3) Tekanan ke depan dan keluar diberikan di bawah sisi dagu dan
kepala dikendalikan di antara tangan ini dan tangan yang memberi
tekanan pada oksiput.
Pada teknik ini timbul ketidaknyamanan pada pasien. Hal ini
dikarenakan anus menjadi sangat distensi berupa penonjolan
dinding rectum ke dalam anus. Perasat ritgen meningkatkan
peregangan anus dan cenderung membuat anus dan dinding
rectum menjadi sasaran tekanan langsung dan permukaan kasar
handuk. Hal ini dapat dikaitkan dengan peningkatan insidensi
laserasi periuretra.
6. Water birth
Water birth adalah cara melahirkan di dalam air. Suku di Kepualauan
Pasifik, Selandia Baru, Turki, dan Afrika Selatan telah lama
menggunakan metode bersalin di dalam air. Cara bersalin memiliki
keuntungan, kaitannya dengan efek hidrotermik air sebagai konduktor
panas. Dapat melemaskan otot dan meredakan nyeri sehingga kulit
peremium akan lebih lembut dan mudah meregang saat kepala bayi
melaluinya. Secara keseluruhan, ibu yang melahirkan di air lebih
14
mungkin mengalami perineum utuh atau robekan lebih ringan daripada
di darat.
Cara melahirkan di dalam air ini mulai popular di Eropa, terutama
Rusia dan Prancis. Tujuannya pada saat itu adalah untuk memudahkan
lahirnya bayi. Melahirkan bayi dalam air dapat mengurang rasa sakit
pada ibu. Cara melahirkan ini berawal dari pemikiran bahwa janin
yang selama sembilang bulan berenang dalam air ketuban dapat lebih
nyaman memasuki dunia baru yang juga air. Setelah itu, bayi akan
bernapas dan menghirup udara. Namun, ada beberapa resiko pada
water birth ini. Misalnya, adanya komplikasi paru-paru atau bayi
kesulitan bernapas.
Proses melahirkan di dalam air memiliki beberapa manfaat. Manfaat
ini dapat dirasakan oleh ibu ataupun oleh bayi. Berikut ini
penjabarannya.
a) Manfaat Bagi Ibu
Proses melahirkan bayi di dalam air memiliki beberapa keuntungan
atau manfaat bagi ibu, di antaranya:
1) Ibu akan merasa lebih rileks karena semua otot yang berkaitan
dengan persalinan menjadi lebih elastis.
2) Metode ini akan mempermudah proses me- ngejan, sehingga
rasa nyeri selama persa- linan tidak terlalu dirasakan.
3) Proses pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat di dalam
air.
b) Manfaat Bagi Bayi
Manfaat melahirkan bayi di ari adalah dapar menurunkan resiko
cedera di kepala bayi dan menjadikan peredaran darah menjadi
lebih baik, sehingga tubuh bayi akan segera memerah saat
dilahirkan.
I. Penatalaksanaan
15
(Hanifa W., 2016 dalam (Amru, 2022)). Penatalaksanaan
perbaikan ruptur perineum dengan cara dilakukan penjahitan untuk
menyatukan jaringan-jaringan yang terbuka akibat robekan atau ruptur
perineum. Prosedur perbaikan ruptur perineum adalah sebagai berikut:
a). Mengeksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber
Perdarahan
b). Melakukan irigasi pada luka dan memberikan antiseptic
c). Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan
benang yang dapat diserap.
d). Melakukan penjahitan luka mulai dari bagian yeng paling distal
terhadap operator e). Khusus pada ruptur perineum totalis dilakukan
penjahitan lapis dermis
f). lapis dengan bantuan busi pada rectum
Cara menjahit rupture perineum dan luka episiotomy:
Ruptur perineum yang datang dari luar masih dapat dijahit dalam 24 jam
pertama setelah persalinan, sesudah itu luka sudah terinfeksi dan tidak ada
gunanya, penjahitan segera malah merugikan. Dalam hal ini terpaksa kita
tunda reparasi luka sampai 3 bulan postpartum.
Teknik cara menjahit luka perineum bermacam-macam tetapi ada titik
persamaan:
Benang yang dipergunakan harus sehalus mungkin.
Untuk jahitan dalam dipergunakan chromic catgut.
Luka yang dangkal dapat dijahit dalam satu lapisan; luka yang dalam
dijahit dalam 2 lapisan atau lebih.
Tiap jahitan harus sampai ke dasar luka; bila jahitan tidak sampai ke
dasar luka terjadi sebuah rongga yang terisi cairan serosa atau darah;
rongga ini mudah kena infeksi dan isinya pecah keluar dan membuka
luka kembali.
Reparasi ruptur perineum derajat 3 memerlukan teknik yang khusus.
Mula-mula dinding rektum dijahit ke dalam (inverted) dengan catgut
simpul. Jarum tidak boleh sampai menembus dinding rektum sehingga
16
masuk ke dalam lumen dari rektum. Selanjutnya lapisan ini ditutup dengan
jahitan fasia di atasnya, selanjutnya ujung-ujung sfingter ani dicari dan
dipertemukan dengan 2 atau 3 jahitan chromic catgut, dan seterusnya
dijahit seperti ruptur perineum derajat 2.
J. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan dari laserasi jalan lahir adalah (Ramar &
Grimes, 2022):
1) Pendarahan
2) Waktu penjahitan yang menyebabkan tertundanya ikatan ibu-anak
3) Risiko infeksi
4) Inkontinensia urin atau anus
5) Rasa Sakit
6) Keterlambatan kembali ke hubungan seksual karena dyspareunia
Kerusakan pada dasar panggul ini, jika tak dijahit dengan baik,
menyebabkan dukungan untuk alat-alat kandungan dalam tidak sempurna,
sehingga uterus turun dan disebut: prolapsus uteri atau desensus uteri.
Ruptur perineum komplit selain melemahkan dasar panggul juga
menyebabkan inkontinensia alvi, karena ada hubungan antara vagina dan
rektum, kemungkinan infeksi alat kandungan besar (Departemen Obstetri
dan Ginekologi, 2019).
17
pengaruh besar adalah paritas. Paritas dengan multigravida 4.8 kali
lebih rentan untuk mengalami laserasi jalan lahir.
2. Menurut kesimpulan (Yunifitri et al., 2022) pijat perineum pada ibu
hamil efektif mencegah kejadian pisiot perineum pada saat persalinan.
Pijat perineum yang dilakukan secara rutin sejak usia kehamilan > 34
minggu efektif memperkecil risiko pisiot perineum, terutama pada ibu
primipara karena otot-otot perineum dan vagina menjadi lebih elastis
dan kuat. Diperlukan keteraturan pijat perineum agar diperoleh
manfaat yang optimal.
3. (Yunifitri et al., 2022) Secara signifikan Pijat perineum dalam
kehamilan mengurangi kemungkinan terjadinya trauma perineum
(termasuk pisiotomy), terlebih pada primipara. Pijat perineum bisa
diusulkan sebagai salah satu metode untuk mencegah kejadian trauma
perineum.\
4. Hasil penelitian (Fitri et al., 2019) menyimpulkan bahwa ada
perbedaan penyembuhan luka pada ibu post partum yang melakukan
senam kegel dan yang tidak melakukan senam kegel. Dimana pada ibu
yang melakukan senam kegel proses penyembuhannya lebih baik.
Artinya bahwa senam kegel dapat mempercepat penyembuhan luka
perineum pada ibu post partum.
5. Hasil penelitian (Rahayu et al., 2015) menunujukan Rata-rata derajat
robekan perineum pada responden yang melakukan pijatan perineum
adalah derajat 1 sebesar 77,8% dan yang melakukan kegel exercise
adalah derajat 1 sebesar 50%. Ada perbedaan derajat robekan antara
masase perineum dan kegel exercise pada proses persalinan. Masase
perineum lebih baik dalam mengurangi robekan perineum
dibandingkan kegel exercise.
6. Kesimpulan penelitian (Andanawarih & Ulya, 2021), Ada pengaruh
jamu kunyit asam terhadap penyembuhan laserasi perineum pada ibu
nifas dengan nilai p value < alpha (0,000 < 0,05).
18
7. (Silfia Sekar Ames, Astri Yunita, 2021) Ada pengaruh water birth
pada primigravida dengan derajat laserasi perineum di BPM (Bidan
Praktek Mandiri) Bidan Kita Klaten.
8. Berdasarkan hasil penelitian (Ma’rifah & Aisyah, 2017) dapat
disimpulkan bahwa pijat perineum dapat mencegah terjadinya laserasi
perineum pada persalinan normal antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Pijat perineum yang dilakukan dengan benar
sebanyak 4 kali atau lebih dalam seminggu secara rutin dengan lama
10 menit setiap hari pada kelompok intervensi yaitu primigravida
mulai usia kehamilan minimal 34-35 minggu sampai persalinan dapat
mengurangi angka kejadian laserasi perineum secara spontan maupun
episiotomi. Pada kelompok intervensi mengalami laserasi lebih kecil 4
orang (20,0%) dibandingkan kelompok kontrol yang mengalami
laserasi perineum 19 orang (95,0%). Sehingga pijat perineum dapat
diterapkan pada ibu hamil terutama ibu primigravida fisiologis mulai
usia kehamilan 34/35 minggu untuk mencegah terjadinya laserasi
perineum baik secara spontan maupun episiotomi.
9. Berdasarkan hasil penelitian (Dewi & Untari, 2021) dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara keikutsertaan senam hamil dengan
terjadinya laserasi jalan lahir
10. Kesimpulan penelitian (Fauziah et al., 2020) dapat dilihat adanya
perbedaan waktu atau lama proses penyembuhan luka yang signifikan
antara objek yang diberi perlakuan dan objek yang tanpa perlakuan.
Kelompok yang diberi perlakuan berupa pemberian ekstrak ikan gabus
dalam sediaan kapsul memperoleh waktu yang relatif lebih cepat yaitu
selama 7 hari dibandingkan kelompok kontrol penyembuhannya
lambat selama 10 hari. Penyembuhan luka perineum dapat terjadi
perprimam (lambat) yaitu jika luka-luka pada jalan lahir bila tidak
disertai infeksi akan sembuh dalam 9-10 hari. Penyembuhan luka
lambat yaitu jika luka-luka pada jalan lahir sembuh dalam waktu lebih
19
dari 9-10 hari dan bila disertai infeksi terhadap penyembuhan luka
perineum pada ibu post partum
11. Menurut simpulan (Fauziah et al., 2020) Batuk profokasi pada fase
ekspulsi janin, tidak terbukti mampu mencegah laserasi perineum
daripada dengan dipimpin mengejan. Nilai p value yang di dapat
sebesar 0,419 (p>0,05).
12. Setelah penelitian (Yuliyanik et al., 2015) dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa: Posisi lithotomi mengalami laserasi perineum
tingkat I. Posisi dorsal recumbent menimbulkan derajad laserasi
perineum tingkat II.
13. Menurut hasil penelitian (Indrayani et al., 2020) Terdapat perbedaan
efektivitas yang signifikan antara perawatan ruptur perineum dengan
perawatan menggunakan air rebusan daun binahong dan perawatan
dengan menggunakan air biasa terhadap waktu penyembuhan ruptur
perineum pada ibu bersalin di Puskesmas Menes Kabupaten
Pandeglang Provinsi Banten tahun 2019.
14. Berdasarkan hasil penelitian (A.Oka, 2016) yang didapatkan
dilapangan maka dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan antara
pemberian ektrak ikan gabus dengan penurunan kadar IL-6 pada ibu
nifas dengan rupture perineum derajat II di RSDKIA Siti fatimah
Makassar artinya bahwa dengan mengkonsumsi ekstrak ikan gabus
maka dapat menurunkan kadar IL-6 khususnya pada ibu nifas.
15. Dalam penelitian (Purnami & Noviyanti, 2019) pijat perineum tidak
terbukti secara signifikan Pijat perineum dalam kehamilan mengurangi
kemungkinan terjadinya trauma perineum (termasuk episiotomi),
terlebih pada primipara. Pijat perineum bisa diusulkan sebagai salah
satu metode untuk mencegah kejadian trauma perineum.
16. Berdasarkan hasil penelitian (Turnip et al., 2022) diperoleh bahwa
pemberian rebusan putih telur berpengaruh terhadap penyembuhan
laserasi perineum pada ibu pasca bersalin.
20
17. Ibu dengan persalinan lama lebih berisiko terjadi perdarahan karena
atonia uteri, laserasi jalan lahir, infeksi, kelelahan dan syok.
Berdasarkan hasil penelitian (Purnami et al., 2019), mengkonsumsi
kurma dalam persalinan dapat mempercepat durasi waktu persalinan,
sehingga mampu mengurangi risiko persalinan lama. Ibu yang sudah
masuk mendekati masa persalinan direkomendasaikan mengkonsumsi
kurma.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif
1. Identitas
21
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah dan mules – mules
1 Hamil sekarang
7. Makan/Minum/Eliminasi
Terakhir kali makan/minum: makan: 07.30 WIB, minum 07.30 WIB
Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi: Nasi, Lauk-pauk,
Sayur, Buah, Air Mineral
Kapan terakhir BAB/BAK: 08.00 WIB
8. Psikososial
Penerimaan Klien terhadap kehamilan ini: Diharapkan
Social support: Suami dan Keluarga lain
22
B. Data Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD: 120/80 mmHg S: 36,50 C
N: 90 x/menit R: 20 x/menit
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Rambut : Hitam, bersih, tidak ada ketombe dan tidak mudah
rontok.
Muka:
Pucat
Tidak ada oedema
Tidak ada cloasma gravidarum.
Mata
Conjungtiva : Merah
Sklera : Putih
Oedema : Tidak eodema
Mammae
Membesar : Membesar secara fisiologis
Tumor : Tidak ada tumor
Areola : Bersih
Putting susu : Menonjol
Kolostrum : Sudah keluar
Abdomen
Luka bekas operasi : Tidak ada bekas luka operasi
Linea alba / nigra : Linea alba
Strie albican / livide : Tidak ada strie
Pemerikasaan Khusus
Palpasi
23
Tinggi fundus : 35cm
AUSKULTASI
DJJ : 135x/Menit
Frekuensi : Teratur
PERKUSI
Reflex patella : +/+
Ano-genetalia
Vulva : Bersih
Pengeluaran : Air ketuban, karakteristik: jernih
Hemorroid : Tidak Ada
24
G1P0A0 38 minggu kala I fase aktif janin tunggal hidup intrauterin
presentasi kepala, Ketuban: Utuh, Vt: 5 CM.
PERENCANAAN
DIAGNOSA
TANGGAL NAMA&
DAN PERENCANAAN
/ PKL PARAF
MASALAH
25
G1P0A0 38 1. Mempersilahkan pasien mencuci tangan
09.30 WIB
Mgg, kala I sebelum memasuki ruang dan memakai
26
PELAKSANAAN
DIAGNOSA NAMA
TANGGAL/ DAN &
PELAKSANAAN
PKL MASALAH PARAF
a. TD : 120/80 mmhg
b. S : 36,50C
c. N : 84x/ menit
d. P : 20x/menit
27
11. Memberikan dukungan pada ibu dan
keluarga agar tidak cemas
12. Menyiapkan partus set dan hecting set
13. Melakukan pendokumentasian
PERENCANAAN
DIAGNOSA
TANGGAL/ NAMA
DAN PERENCANAAN
PKL &
MASALAH
PARAF
G1P0A0 1. Berikan dukungan kepada ibu dengan
14.30 WIB Hamil 38 mendampingi ibu agar merasa nyaman
mgg inpartu
dan yakin pada diri sendiri.
kala II
2. Berikan cukup makan dan minum untuk
memberikan tenaga dan mencegah
dehidrasi
3. Ajarkan ibu tehnik meneran yang benar
28
PELAKSANAAN
DIAGNOSA PELAKSANAAN
TANGGAL/ NAMA &
DAN
PKL PARAF
MASALAH
G1P0A0 1. Memberikan dukungan kepada ibu
14.40 WIB dengan mendampingi ibu agar
Hamil 38 minggu
merasa nyaman dan yakin pada diri
inpartu kala II
sendiri.
2. Menganjurkan ibu makan dan minum
untuk memberikan tenaga dan
mencegah dehidrasi
3. Mengajarkan ibu tehnik meneran yang
benar yaitu pegang kedua paha saat
kontraksi dan segera meneran saat
merasa sangat sakit.
4. Atur posisi mengedan
29
PERENCANAAN
DIAGNOSA
TANGGAL/ NAMA &
DAN PERENCANAAN
PKL PARAF
MASALAH
P1A0H1, 1. Beritahu ibu bahwa bayi sudah lahir,
14.50 WIB parturient keadaan ibu dalam keadaan baik, dan
kala III.
plasenta akan dilahirkan.
2. Lakukan Manajemen Aktif kala III
3. Lakukan pemeriksaan fundus untuk
memastikan apakah ada bayi kedua atau
tidak
4. Berikan suntikan oksitosin 10 IU secara
IM di 1/3 paha bagian luar.
5. Lakukan penjepitan dan pemotongan tali
pusat, kemudian mengikat tali pusat
dengan umbilical klem.
6. Lakukan PTT dengan memindahkan klem
5-10cm di depan vulva, jika uterus
berkontraksi tangan kanan melakukan PTT
kearah bawah dan tangan kiri kearah
dorsokranial di atas simfisis sampai
terlihat tanda pelepasan plasenta.
7. Lahirkan plasenta
8. Lakukan massage fundus uteri agar tidak
terjadi atonia uteri sehingga uterus
berkontraksi (Fundus teraba keras)
kemudian mengajarkan kepada ibu dan
keluarga untuk melakukan sendiri
9. Lakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta
bagian maternal danfetal.
10. Lakukan pemeriksaan jalan lahir dan
robekan
30
PELAKSANAAN
DIAGNOSA
TANGGAL/ NAMA &
DAN PELAKSANAAN
PKL PARAF
MASALAH
14.55 WIB P1A0H1, 1. Memberitahu ibu bahwa bayi sudah lahir,
parturient kala keadaan ibu dalam keadaan baik, dan
III.
placenta akan dilahirkan.
2. Melakukan Manajemen Aktif kala III
3. Melakukan pemeriksaan fundus untuk
memastikan apakah ada bayi kedua.
4. Memberikan suntikan oksitosin 10 IU
secara IM di 1/3 paha bagian luar.
5. Melakukan penjepitan dan pemotongan
tali pusat, kemudian mengikat tali pusat
dengan umbilical klem.
6. Melakukan PTT dengan memindahkan
klem 5-10cm di depan vulva, jika uterus
berkontraksi tangan kanan melakukan PTT
kearah bawah dan tangan kiri kearah
dorsokranial di atas simfisis sampai
terlihat tanda pelepasan plasenta.
7. Melahirkan plasenta, plasenta lahir pukul
15.05 WIB
8. Melakukan massage fundus uteri agar
tidak terjadi atonia uteri sehingga uterus
berkontraksi (Fundus teraba keras)
kemudian mengajarkan kepada ibu dan
keluarga untuk melakukan sendiri
9. Melakukan pemeriksaan kelengkapan
plasenta bagian maternal dan fetal.
10. Melakukan pemeriksaan jalan lahir dan
robekan, ada robekan pada perineum
derajat II yaitu dari mucosa vagina sampai
kulit dan otot perineum.
31
32
PERENCANAAN
TANGGAL DIAGNOSA
NAMA &
/ DAN PERENCANAAN PARAF
PKL MASALAH
15.10 WIB P1 A0H1 1. Beritahu ibu seluruh hasil pemeriksaan
Parturient kala bahwa kondisi ibu baik dan TTV normal
IV dengan 2. Lakukan pemeriksaaan jalan lahir dan
laserasi jalan robekan, ada robekan pada perineum derajat
lahir II yaitu dari mucosa vagina sampai kulit dan
otot perineum.
3. Lakukan penjahitan pada luka robekan jalan
lahir
4. Observasi perdarahan dan luka robekan
5. Bersihkan ibu dari darah dengan
menggunakan air DTT dan melakukan
dekontaminasi tempa tidur dengan larutan
klorin.
6. Rendam alat-alat persalinan kedalam larutan
klorin 0,5 % selama 15 menit, alat-alat
persalinan sudah direndam kedalam larutan
klorin.
7. Lepaskan sarung tangan secara terbalik dan
rendam dalam larutan klorin kemudian
mencuci tangan.
8. Observasi TTV, TFU, kontraksi uterus,
kandungkemih, perdarahan tiap 15 menit
pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada
jam kedua.
9. Lakukan dokumentasi yang diberikan
33
PELAKSANAAN
TANGGAL DIAGNOSA
NAMA &
/ DAN PELAKSANAAN PARAF
PKL MASALAH
P1 A0H1 Parturient 1. Memberitahu ibu seluruh hasil
15.15 WIB kala IV dengan pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik dan
laserasi jalan lahir TTV normal
2. Melakukan pemeriksaaan jalan lahir dan
robekan, ada robekan pada perineum
derajat II yaitu dari mucosa vagina
sampai kulit dan otot perineum.
3. Melakukan penjahitan pada luka
robekan jalan lahir
4. Mengobservasi perdarahan dan luka
robekan
5. Membersihkan ibu dari darah dengan
menggunakan air DTT dan melakukan
dekontaminasi tempat tidur dengan
larutan klorin.
6. Merendam alat-alat persalinan kedalam
larutan klorin 0,5 %selama 15 menit,
alat-alat persalinan sudah direndam
kedalam larutan klorin.
7. Melepaskan sarung tangan secara
terbalik dan rendam dalam larutan klorin
kemudian mencuci tangan.
8. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi
uterus, kandung kemih, perdarahan tiap
15 menit pada 1 jam pertama dan tiap 30
menit pada jam kedua.
9. Melakukan dokumentasi pada asuhan
yang diberikan
34
KONTROL HIS
NamaIbu : Ny. S
Umur : 23 th
Alamat : Batang Sangir
______
______
(+)
______ 130 5cm H-II 3x10’/40” 120/80 84 36,8 20 ±150
145
______
3x10’/40”
______ 143
3x10’/40”
______
______ 141
3x10’/40”
______
140
______
3x10’/40”
143
______ 4x10’/40”
140
4x10’/40”
144
4x10’/45”
137 5x10’.45”
35
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA: Ny. S No. RM: PAV:
Umur: 23 th Tanggal: 2023 Kelas:
Diagnosa/ Masalah: Nama
P1 A0 H1 Parturient kala IV dengan laserasi jalan lahir &
Paraf
S O A P
Ibu KU: ibu baik P1 A0 H1 1. Memberitahu ibu seluruh hasil
mengatakan Parturient pemeriksaan bahwa kondisi ibu
Kesadaran:
kepalanya baik dan TTV normal
composmentis. kala IV
masih sedikit 2. Melakukan pemeriksaaan jalan
TD:120/80mmHg dengan
terasa pusing lahir dan robekan, ada robekan
N: 80x/menit laserasi
pada perineum derajat II yaitu
jalan
Suhu: 36,7̊ C
dari mucosa vagina sampai kulit
lahir
RR: 20x/menit dan otot perineum.
BB: 55 kg 3. Melakukan penjahitan pada luka
Protein urine: (-) robekan jalan lahir
4. Mengobservasi perdarahan dan
luka robekan
5. Membersihkan ibu dari darah
dengan menggunakan air DTT
dan melakukan dekontaminasi
tempat tidur dengan larutan
klorin.
6. Merendaalat-alat persalinan
kedalam larutan klorin 0,5 %
selama 15 menit, alat-alat
persalinan sudah direndam
kedalam larutan klorin.
7. Melepaskan sarung tangan
secara terbalik dan rendam
dalam larutan klorin kemudian
mencuci tangan.
8. Mengobservasi TTV, TFU,
kontraksi uterus, kandung
36
kemih, perdarahan tiap 15 menit
pada 1 jam pertama dan tiap 30
menit pada jam kedua.
9. Melakukan dokumentasi pada
asuhan yang diberikan
37
BAB IV
PEMBAHASAN
45
bayi lahir, untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post
partum. Pemantauan pada jam pertama yaitu 15 menit, dan jam ke 2 yaitu 30 menit.
Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda-
tanda vital, kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan. Pada kasus Ny. S kala IV setelah
pengeluaran bayi, hingga 2 jam pemantauan dan terdapat rupture perineum derajat II. Pada
Ny. S umur 23 tahun P1A0 yang mengalami ruptur perineum dimana berat badan lahir
3.500 gram.
Untuk mencegah terjadinya perdarahan maka dilakukan penjahitan perineum
dengan cara jelujur dengan menggunakan cut gut chromic, dimulai dari 1 cm diatas luka,
jahit sebelah dalam ke arah luar, dari atas hingga mencapai laserasi. Kemudian melakukan
pemeriksaan dengan memasukkan jari ke anus untuk mengetahui terabanya jahitan pada
rectum karena bisa menyebabkan fistula dan bahkan infeksi.
Dari kasus Ny. S ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik, karena
telah dilakukan sesuai dengan langkah dan manejemen Soap mulai dari pengumpulan data
Subyektif dan Obyektif, identifikasi diagnosa atau masalah, rencana asuhan dan catatan
perkembangan.
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Subyek
2. Obyek
Berdasarkan data subyektif yang didapatkan, TTV ibu dalam batas normal
3. Asesment
4. Perencanaan
Dari kasus Ny. S ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik, karena
telah dilakukan sesuai dengan langkah dan manejemen Soap mulai dari
pengumpulan data Subyektif dan Obyektif, identifikasi diagnosa atau masalah,
rencana asuhan dan catatan perkembangan.
B. Saran
47
2. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Jurusan Kebidanan
Jurusan Kebidanan Poltekkes Jambi, diharapkan dapat terus
mempertahankan mutu pendidikan serta mempertahankan sarana dan prasarana
serta kerja sama dengan instansi lainnya guna mempertahankan mutu dan
menambah wawasan bagi pendidikan
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Meningkatkan pengalaman dan wawasan dalam melakukan asuhan studi
kasus serta diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan terhadap
praktek dan teori serta meningkatkan kemampuan penulisa lain dalam
mendokumentasikan dan memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal.
48
DAFTAR PUSTAKA
50
51