Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”Y” G2P0A1H0


PARTURIENT ATERM DENGAN KALA II MEMANJANG
DI RSUD MUHAMMAD NATSIR SOLOK
TAHUN 2021

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk


menyelesaikan tugas Praktek Klinik Kebidanan II (PKK II)

Disusun Oleh :

Arwinda Zalukhu
(181000215401004)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan studi kasus yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”Y”
P2P0A1H0 PARTURIENT ATERM DENGAN KALA II MEMANJANG DI
RSUD MUHAMMAD NATSIR SOLOK TAHUN 2021”.
Laporan ini berisikan tentang asuhan kebidanan pada Ibu parturient kala II
memanjang yang di laksanakan dalam bentuk manajement Varney.
Selama penyusunan laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr. Riki Saputra, S.Fil.I,M.A, Rektor Universitas Muhammadiyah
Sumatra Barat.
2. Ibu Yuliza Anggraini, S.ST., M.Keb, Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
3. Ibu Liza Andriani, S.SiT., M.Keb, Ketua Program Studi D III
kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sumatera
Barat.
4. Ibu Mega Ade Nugrahmi, S.ST.,M.Keb, Pembimbing I Studi Kasus
PKK II.
5. Ibu Pagdya Haninda Nusantri Rusdi S.ST., M.Biomed, Pembimbing II
Studi Kasus PKK II.
6. Ibu Henny Fitrisya, Amd.Keb, Clinical Instructure Lapangan.
7. Pasien beserta keluarga yang memberi izin dalam pengambilan kasus ini.
8. Teman dan berbagai pihak yang telah memberi masukan dan saran
kepada penulis.
Dalam menyusun laporan kasus Patologi Asuhan Kebidanan ini penulis
menyadari atas kekurangan dan ketidaksempurnaan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran. Dan mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi
kita semua.

Solok, 21 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I..................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3
D. Manfaat......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6
A. Pengertian Persalinan Normal.................................................................6
B. Sebab-Sebab Persalinan..........................................................................6
C. Tanda-Tanda Persalinan..........................................................................8
D. Tahapan Persalinan................................................................................10
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan.....................................14
BAB III TINJAUAN KASUS.........................................................................17
A. Tinjauan
Kasus.........................................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................28
A. Kala II memanjang...................................................................................28
BAB V PENUTUP...........................................................................................29
A. Kesimpulan..............................................................................................29
B. Saran........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita.

Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu

untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Menurut Kementerian

Kesehatan RI (2016), mengatakan bahwa persalinan merupakan proses

pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau

dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,

dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Tiga faktor penting

yang mempengaruhi proses persalinan yaitu, power yang merupakan his dan

kekuatan meneran ibu, passage yang merupakan jalan lahir, dan passanger

yaitu janin dan plasenta (Prawirohardjo, Sarwono, 2015).

Ketiga faktor tersebut mempengaruhi lancarnya proses persalinan. Jika

salah satu dari tiga faktor tersebut tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan

masalah dalam proses persalinan. Beberapa masalah yang dapat timbul

antara lain perdarahan (42%), partus lama/macet (9%), dan penyebab lain

(15%) (Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2016). Dari beberapa

masalah yang dapat timbul saat persalinan tersebut dapat menyumbangkan

angka kematian ibu di Indonesia. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan

salah satu indikator dampak kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

disamping Angka Kematian Bayi (AKB) yang menjadi Indikator

keberhasilan pembangunan daerah.


Menurut Kementerian Kesehatan RI (2016) dalam SUPAS (2016),

angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi yakni 305 kematian ibu

per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah

satu target yang telah ditentukan dalam Millenium Development Goals

(MDGs), yang merupakan tujuan kelima untuk meningkatkan kesehatan ibu.

Target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾

resiko jumlah kematian ibu. AKI adalah indikator keberhasilan pelayanan

kesehatan, khususnya pelayanan kebidanan. Sampai sekarang AKI di

Indonesia masih tinggi.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa AKI di

Indonesia masih tetap tinggi dikawasan ASEAN walaupun sudah terjadi

penurunan dari 270 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2006 menjadi

228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dan turun lagi menjadi 226

per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009. Angka tersebut tergolong

tinggi di Asia Tenggara. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2012 bahwa AKI tercatat mengalami kenaikan yang

signifikan yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Jika dihitung berdasarkan angka tersebut, Komplikasi obstetri sangat

berpengaruh terhadap AKI diantaranya partus lama (kala II memanjang).

Partus lama rata-rata di dunia menyebabkan kematian ibu sebesar 8% dan di

Indonesia sebesar 9%. Kematian maternal banyak terjadi pada saat

persalinan, salah satu penyebabnya adalah kala II lama (37%) dan kematian

perinatal sendiri salah satu penyebabnya adalah asfiksia pada bayi (28%).

Partus lama (kala II memanjang) menjadi salah satu penyebab kematian ibu
karena pada partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga,

dehidrasi pada ibu, dan dapat terjadi pendarahan post partum yang sangat

membahayakan keselamatan ibu

Dalam menghadapi masalah AKI yang tinggi ini pemerintah jawa

timur menggunakan beberapa cara. Salah satunya dengan memberikan

pelayanan dengan aspek 5 benang merah, serta dilakukan sesuai dengan

standar Asuhan Persalinan Normal (PERMENKES RI Nomor 97 Tahun

2014 pasal 14). Dalam menjalankan program tersebut pada pertolongan

persalinan dilakukan beberapa hal untuk mendeteksi ibu bersalin secara

fisiologis melalui penapisan ibu bersalin dan pemantauan selama proses

persalinan dengan menggunakan partograf (Profil Kesehatan Indonesia,

2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada permasalahan diatas dapat dikemukakan rumusan

masalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ny”Y” G2P0A1H0 Parturient

aterm Dengan Kala II Memanjang di RSUD Muhammad Natsir Solok tahun

2021?”.

C.Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan “Asuhan Kebidanan Pada Ny”Y” G2P0A1H0

Parturient aterm Dengan Kala II Memanjang di RSUD Muhammad Natsir

Solok tahun 2021”.


2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data Pada Pada Ny”Y” G2P0A1H0

Parturient aterm Dengan Kala II Memanjang di RSUD Muhammad

Natsir Solok tahun 2021.

b. Mengidentifikasi Masalah Dan Kebutuhan Pada Ny”Y” G2P0A1H0

Parturient aterm Dengan Kala II Memanjang di RSUD Muhammad

Natsir Solok tahun 2021.

c. Mengidentifikasi masalah dan tindakan segera Pada Ny”Y”

G2P0A1H0 Parturient aterm Dengan Kala II Memanjang di RSUD

Muhammad Natsir Solok tahun 2021.

d. Mengidentifikasi diagnosa kebidanan Pada Ny”Y” G2P0A1H0

Parturient aterm Dengan Kala II Memanjang di RSUD Muhammad

Natsir Solok tahun 2021.

e. Menyusun rencana asuhan kebidanan Pada Ny”Y” G2P0A1H0

Parturient aterm Dengan Kala II Memanjang di RSUD Muhammad

Natsir Solok tahun 2021.

f. Melaksanakan implementasi kebidanan Pada Ny”Y” G2P0A1H0

Parturient aterm Dengan Kala II Memanjang di RSUD Muhammad

Natsir Solok tahun 2021.

g. Melaksanakan evaluasi Pada Pada Ny”Y” G2P0A1H0 Parturient

aterm Dengan Kala II Memanjang di RSUD Muhammad Natsir Solok

tahun 2021.
D. Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dalam aplikasi yang lebih nyata dilapangan

dibidang maternitas dengan pasien Persalinan Kala II memanjang.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi pendidikan ilmu kebidanan sebagai bahan bacaan dan

menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan khususnya bidan dalam

hal penambah pengetahuan dan perkembangan tentang asuhan bagi ibu

bersalin dengan kala II memanjang.

3. Bagi pembaca

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang

informasi asuhan kebidan pada Ibu bersalin dengan Kala II memanjang.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persalinan Normal

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

uri) yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui vagina

secara spontan (Wiknjosastro dkk, 2015). Pada akhir kehamilan, uterus

secara progresif lebih peka sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara

ritmis sehingga bayi dilahirkan (Guyton & Hall, 2016). Persalinan dan

kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik

pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2017).

B. Sebab-Sebab Persalinan

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya persalinan:

1. Teori Penurunan Progesteron

Villi koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar

estrogen dan progesterone menurun. Menurunnya kadar kedua hormon

ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai (Wiknjosastro

dkk, 2015). Selanjutnya otot rahim menjadi sensitif terhadap oksitosin.

Penurunan kadar progesteron pada tingkat tertentu menyebabkan otot

rahim mulai kontraksi.

2. Teori Oksitosin

Menjelang persalinan, terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot


rahim, sehingga mudah terangsang saat disuntikkan oksitosin dan

menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan

pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus

(Manuaba, 1998).

3. Teori Keregangan Otot Rahim

Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang

dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta

mengalami degenerasi (Wiknjosastro dkk, 2015). Otot rahim

mempunyai kemampuan meregang sampai batas tertentu. Apabila batas

tersebut sudah terlewati, maka akan terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat

dimulai (Manuaba, 1998).

4. Teori Prostaglandin

Prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan desidua dari

minggu ke-15 hingga aterm, dan kadarnya meningkat hingga ke waktu

partus (Wiknjosastro dkk, 2015). Diperkirakan terjadinya penurunan

progesteron dapat memicu interleukin-1 untuk dapat melakukan

“hidrolisis gliserofosfolipid”, sehingga terjadi pelepasan dari asam

arakidonat menjadi prostaglandin, PGE2 dan PGF2 alfa. Terbukti pula

bahwa saat mulainya persalinan, terdapat penimbunan dalam jumlah

besar asam arakidonat dan prostaglandin dalam cairan amnion. Di

samping itu, terjadi pembentukan prostasiklin dalam miometrium,

desidua, dan korion leave. Prostaglandin dapat melunakkan serviks dan


merangsang kontraksi, bila diberikan dalam bentuk infus, per os, atau

secara intravaginal (Manuaba, 1998).

5. Teori Janin

Terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal yang

menghasilkan sinyal kemudian diarahkan kepada maternal sebagai

tanda bahwa janin telah siap lahir. Namun mekanisme ini belum

diketahui secara pasti. (Manuaba, 1998).

6. Teori Berkurangnya Nutrisi

Teori berkurangnya nutrisi pada janin diungkapkan oleh Hippocrates

untuk pertama kalinya (Wiknjosastro dkk, 2015). Hasil konsepsi akan

segera dikeluarkan bila nutrisi telah berkurang (Asrinah dkk, 2016).

7. Teori Plasenta Menjadi Tua

Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia kehamilan

akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron sehingga

timbul kontraksi rahim (Asrinah dkk, 2016).

C. Tanda-Tanda Persalinan

Menurut Wiknjosastro dkk, 2015 Ada 3 tanda yang paling utama yaitu:

1. Kontraksi (His)

Ibu terasa kenceng-kenceng sering, teratur dengan nyeri dijalarkan dari

pinggang ke paha.Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon oksitosin

yang secara fisiologis membantu dalam proses pengeluaran janin.

Ada 2 macam kontraksi yang pertama kontraksi palsu (Braxton hicks)

dan kontraksi yang sebenarnya. Pada kontraksi palsu berlangsung

sebentar, tidak terlalu sering dan tidak teratur, semakin lama tidak ada
peningkatan kekuatan kontraksi. Sedangkan kontraksi yang sebenarnya

bila ibu hamil merasakan kenceng-kenceng makin sering,

waktunya semakin lama, dan makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri

seperti kram perut. Perut bumil juga terasa kencang. Kontraksi bersifat

fundal recumbent/nyeri yang dirasakan terjadi pada bagian atas atau

bagian tengah perut atas atau puncak kehamilan (fundus), pinggang dan

panggul serta perut bagian bawah. Tidak semua ibu hamil mengalami

kontraksi (His) palsu. Kontraksi ini merupakan hal normal untuk

mempersiapkan rahim untuk bersiap mengadapi persalinan.

2. Pembukaan serviks, dimana primigravida >1,8cm dan multigravida

2,2cm

Biasanya pada bumil dengan kehamilan pertama, terjadinya pembukaan

ini disertai nyeri perut. Sedangkan pada kehamilan anak kedua dan

selanjutnya, pembukaan biasanya tanpa diiringi nyeri. Rasa nyeri terjadi

karena adanya tekanan panggul saat kepala janin turun ke area tulang

panggul sebagai akibat melunaknya rahim. Untuk memastikan telah

terjadi pembukaan, tenaga medis biasanya akan melakukan pemeriksaan

dalam (vaginal toucher).

3. Pecahnya ketuban dan keluarnya bloody show.

Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini bercampur

darah. Itu terjadi karena pada saat menjelang persalinan terjadi

pelunakan, pelebaran, dan penipisan mulut rahim. Bloody show seperti

lendir yang kental dan bercampur darah. Menjelang persalinan terlihat

lendir bercampur darah yang ada di leher rahim tsb akan keluar sebagai
akibat terpisahnya membran selaput yang menegelilingi janin dan cairan

ketuban mulai memisah dari dinding rahim.

Tanda selanjutnya pecahnya ketuban, di dalam selaput ketuban

(korioamnion) yang membungkus janin, terdapat cairan ketuban sebagai

bantalan bagi janin agar terlindungi, bisa bergerak bebas dan terhindar

dari trauma luar. Terkadang ibu tidak sadar saat sudah mengeluarkan

cairan ketuban dan terkadang menganggap bahwa yang keluar adalah air

pipisnya. Cairan ketuban umumnya berwarna bening, tidak berbau, dan

akan terus keluar sampai ibu akan melahirkan. Keluarnya cairan ketuban

dari jalan lahir ini bisa terjadi secara normal namun bias juga karena ibu

hamil mengalami trauma, infeksi, atau bagian ketuban yang tipis (locus

minoris) berlubang dan pecah. Setelah ketuban pecah ibu akan

mengalami kontraksi atau nyeri yang lebih intensif.

Terjadinya pecah ketuban merupakan tanda terhubungnya dengan dunia

luar dan membuka potensi kuman/bakteri untuk masuk. Karena itulah

harus segera dilakukan penanganan dan dalam waktu kurang dari 24 jam

bayi harus lahir apabila belum lahir dalam waktu kurang dari 24 jam

maka dilakukan penangana selanjutnya misalnya caesar.

D. Tahapan Persalinan

Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita

tersebut mengeluarkan lendir yang disertai darah (bloody show). Lendir yang

disertai darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai

membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-


pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena

pergeseranpergeseran ketika serviks membuka (Wiknjosastro dkk, 2015).

1. Kala I (Pembukaan 0-10 cm)

Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan

diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat

berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian kehamilan multipara.

Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu

kurang dari 24 jam. Rata-rata durasi total kala I persalinan pada

primigravida berkisar dari 3,3 jam sampai 19,7 jam. Pada multigravida

ialah 0,1 sampai 14,3 jam (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Ibu akan

dipertahankan kekuatan moral dan emosinya karena persalinan masih jauh

sehingga ibu dapat mengumpulkan kekuatan (Saifuddin, 2017).

Proses membukanya serviks sebaga akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu:

a. Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase laten diawali

dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang teratur yang

menghasilkan perubahan serviks.

b. Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yakni:

1) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi

4 cm.

2) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

3) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam

waktu 2 jam, pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.


Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun

terjadi demikian akan tetapi terjadi dalam waktu yang lebih pendek

(Saifuddin, 2017).

2. Kala II (Pengeluaran/dari pembukaan lengkap sampai lahirnya

janin)

Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala II, his

menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Saat

kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan

tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris

menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasakan tekanan pada rektum

dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan

menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak

lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.

Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan

dengan presentasi suboksiput di bawah simfisis, dahi, muka dan dagu.

Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan

anggota badan bayi (Wiknjosastro dkk, 2015). Masih ada banyak

perdebatan tentang lama kala II yang tepat dan batas waktu yang dianggap

normal. Batas dan lama tahap persalinan kala II berbeda-beda tergantung

paritasnya. Durasi kala II dapat lebih lama pada wanita yang mendapat

blok epidural dan menyebabkan hilangnya refleks mengedan. Pada

Primigravida, waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini adalah 25-57 menit

(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2015). Rata-rata durasi kala II yaitu 50

menit (Kenneth et al, 2017) Pada tahap ini, jika ibu merasa kesepian,
sendiri, takut dan cemas, maka ibu akan mengalami persalinan yang lebih

lama dibandingkan dengan jika ibu merasa percaya diri dan tenang

(Simkin, 2018). 7) tetapi apabila pembukaan sudah lengkap dan

melampaui garis waspada pada partograf maka disebut dengan kala II

memanjang.

Menghadapi persalinan lama dalam Kala II, dan tidak mungkin untuk

merujuk penderita atau terjadi gawat janin diusahakan

mengakhiripersalinan dengan episiotomi dan dorongan (eksresi) yang

dilakukan dengan hati hati dan tarikan (Ekstraksi) vakum atau tarikan

cunam. Adapun syarat-syarat terpenuhi jika terdapat penyimpangan, dapat

di usahakan mengakhiri persalinan.

a. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan,

berikan

infus oksitosin.

b. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala :

1) Kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang

kepala di station (0), dilakukan ekstraksi vakum atau cunam.

2) Kepala diantara 1/5-3/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang

kepala diantara station (0)-(-2), dilakukan ekstraksi vakum.

3) Kepala lebih dari 3/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang

kepala diatas station (-2), lakukan secsio sesarea.(Saifuddin, 2017)

3. Kala III (Kala Uri)


Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir

(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2015). Setelah bayi lahir, uterus teraba

keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian,

uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan

keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri (Wiknjosastro dkk,

2015). Pada tahap ini dilakukan tekanan ringan di atas puncak rahim

dengan cara Crede untuk membantu pengeluaran plasenta. Plasenta

diperhatikan kelengkapannya secara cermat, sehingga tidak menyebabkan

gangguan kontraksi rahim atau terjadi perdarahan sekunder (Manuaba,

2006).

4. Kala IV (2 Jam Setelah Melahirkan)

Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam setelah

plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera

jika homeostasis berlangsung dengan baik (Bobak, Lowdermilk & Jensen,

2015). Pada tahap ini, kontraksi otot rahim meningkat sehingga pembuluh

darah terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada kala ini dilakukan

observasi terhadap tekanan darah, pernapasan, nadi, kontraksi otot rahim

dan perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu juga dilakukan

penjahitan luka episiotomi. Setelah 2 jam, bila keadaan baik, ibu

dipindahkan ke ruangan bersama bayinya (Manuaba, 2008).

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain:

1. Passenger
Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi persalinan

normal (Taber, 2016). Pada faktor passenger, terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap

dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, maka ia

dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin (Bobak, Lowdermilk

& Jensen, 2015).

2. Passage away

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar

panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan

lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang

keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses

persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan

lahir yang relatif kaku (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2015).

3. Power

His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks

membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila

his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam

rongga panggul (Wiknjosastro dkk, 2015). Ibu melakukan kontraksi

involunter dan volunteer secara bersamaan (Bobak, Lowdermilk &

Jensen, 2015).

4. Position

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.

Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat

rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaki sirkulasi. Posisi
tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok (Bobak,

Lowdermilk & Jensen, 2015).

5. Psychologic Respons

Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi

wanita dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan cemas mungkin

mengakibatkan proses kelahiran berlangsung lambat. Pada kebanyakan

wanita, persalinan dimulai saat terjadi kontraksi uterus pertama dan

dilanjutkan dengan kerja keras selama jam-jam dilatasi dan melahirkan

kemudian berakhir ketika wanita dan keluarganya memulai proses ikatan

dengan bayi. Perawatan ditujukan untuk mendukung wanita dan

keluarganya dalam melalui proses persalinan supaya dicapai hasil yang

optimal bagi semua yang terlibat. Wanita yang bersalin biasanya akan

mengutarakan berbagai kekhawatiran jika ditanya, tetapi mereka jarang

dengan spontan menceritakannya (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2015)


BAB III
STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”Y” G2P0A1H0


DENGAN PARTURIENT KALA II MEMANJANG
DI RSUD MUHAMMAD NATSIR SOLOK
TAHUN 2021

Hari/Tanggal : Senin, 18-1-2021


Pukul : 03.00 wib
Dikaji oleh : Arwinda zalukhu
I. Pengkajian Data
A. Data Subjektif

1) Biodata

Nama Istri : Ny ‘’Y’’ Nama Suami : Tn ‘’E’’

Umur : 26 tahun umur : 32 tahun

Suku : Minang suku : Minang

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Dagang

Alamat : Singkarak Alamat : Singkarak


2) Keluhan Utama : Ibu mengatakan nyeri pinggang ke ari-

ari semakin kuat keluarnya lendir bercampur darah dan ketuban pecah

sejak 4 jam yang lalu.

3) Riwayat Obstretri

a. Menarche : 12 Tahun

Siklus : 28 Hari

Lamanya : 6-7 Hari

Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut dalam sehari

Warnanya : Merah pekat

Baunya : Amis

Sifatnya : Encer berstosel

Disminore : Tidak ada

Keluhan : Tidak ada

b. Riwayat Pernikahan

Status Pernikahan : Sah

Umur Ibu Menikah : 24 Tahun

Pernikahan Ke- : Pertama

Lama Menikah Baru Hamil : 3 bulan

c. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

Umur/Tanggal Jenis Penolong Bayi JK


NO anc Laktasi Lochea Involusi
Lahir Persalinan Persalinan BB PB
1. INI - - - - - - - - -

d. Riwayat Kontrasepsi

- Jenis : Tidak Ada


- Lama Pemakaian : Tidak Ada

- Alasan Berhenti : Tidak Ada

- Keluhan : Tidak Ada

e. Riwayat Kehamilan Sekarang

- HPHT : 14-4-2020

- TP : 21-1-2021

- Trimester I

ANC : 6-7 minggu

Keluhan : Mual muntah

Anjuran : Makan dengan porsi sedikit dan

banyak istirahat serta makan

makanan yang bergizi seimbang.

Obat-Obatan : Vosea, Vitamin B1, Vitamin B12.

Penyulit : Tidak Ada

- Trimester II

ANC : 16-17 minggu

Petugas : Bidan

Keluhan : Tidak ada

Anjuran : Senam Hamil

Obat-Obatan : Calsium, Etabion, Vitamin B12 dan

asam folat.

Penyulit : Tidak ada

Gerakan Janin Pertama kali : Belum Ada

TT : Sudah dilakukan TT 1
- Trimester III

ANC : 34-35 minggu

Keluhan : Sakit pinggang

Obat-Obatan : Kalsium, asam folat, sangobion dan

vitamin B1.

Gerakan Janin Pertama kali : UK 17 minggu

Gerakan Janin Saat Ini : 12 kali dalam sehari

f. Riwayat Kesehatan

- Penyakit Sistemik

Jantung : Tidak Ada

Ginjal : Tidak Ada

Hipertensi : Tidak Ada

- Penyakit Keturunan

DM : Tidak Ada

Asma : Tidak Ada

- Penyakit Menular

Hepatitis : Tidak Ada

HIV/AIDS : Tidak Ada

TBC : Tidak Ada

- Keturunan Kembar (Gamelli) : Tidak Ada

4) Pola Kegiatan Sehari Hari

a. Pola Eliminasi

BAB :

Frekuensi : 2 x sehari
Konsistensi : Lembek

Keluhan : Tidak Ada

BAK :

Frekuensi : 5-6 x sehari

Warna : Jernih

Keluhan : Tidak Ada

b. Nutrisi

Makan

Frekuensi : 3-4 x sehari

Menu : Nasi, Lauk, Sayur, Buah-Buahan.

Keluhan : Tidak Ada

Minum

Frekuensi : 7-8 gelas sehari

Jenis : Air putih dan susu hamil

c. Personal Hygine

Mandi : 2 x sehari

Keramas : 2-3 x seminggu

Gosok Gigi : 3-4 x sehari

Ganti Pakaian Dalam : 4-5 x sehari

Ganti Pakaian Luar : 2-3 x sehari

d. Istirahat

Siang : 1-2 Jam

Malam :7-8 Jam

5) Pola Kebiasaan Sehari Hari


Merokok : Tidak Ada

Minum Minuman Keras : Tidak Ada

Minum Jamu : Tidak Ada

Obat-Obat Keras : Tidak Ada

6) Data Psikologi, Sosial, Kultural, Spiritual dan Ekonomi

Psikologi : Baik

Hubungan Seksual : Baik

Sosial : Baik

Kultural : Baik

Spiritual : Baik

Ekonomi : Baik

B. Data Objektif

a. Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran : Komposmentis

- TTV

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 86 x/i

Pernafasan : 20 x/i

Suhu : 36,50c

- BB Sebelum Hamil : 52 kg

- BB Saat Hamil : 60 kg

- LILA : 29 cm

b. Pemeriksaan Khusus
1. Inspeksi

- Kepala/Rambut : Bersih dan tidak berketombe

- Mata : Simetris, Kongjutiva merah muda dan

sklera tidak ikterik

- Muka : Simetris dan tidak edema

- Hidung : Tidak polyp

- Telinga : Tidak ada tanda-tanda Infeksi

- Mulut : Bibir tidak pecah-pecah, tidak ada caries

dan tidak ada sariawan

- Leher : Tidak ada pembengkakkan kelenjar

limfe dan tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid

- Payudara

Areola : Hyperpigmentasi

Papilla : Menonjol

Pembesaran : Semakin Bertambah Besar

- Abdomen : Sesuai dengan Usia Kehamilan

- Ekstremitas

Atas : Simetris, tidak edema, kuku jari lengkap

dan tidak ada sindaktili maupun

polydaktili.

Bawah : Simetris, tidak edema, kuku jari lengkap

dan tidak ada sindaktili maupun

polydaktili.
- Genitalia

Vulva/Vagina : Tidak ada keputihan

Luka : Tidak Ada

Edema : Tidak Ada

Varices : Tidak Ada

Anus : Tidak Ada Haemorroid

2. Palpasi

- Leopold I : Pada Fundus ibu teraba bulat, bundar

dan

Melenting kemungkinan bokong janin.

- Leopold II : Pada Perut Ibu sebelah kanan teraba

keras, panjang dan memapan

Kemungkinanann punggung janin. Pada

perut ibu sebelah kiri teraba tonjolan-

tonjolan kecil kemungkinan ekstremitas

janin.

- Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba

keras, bulat dan tidak melenting

kemungkinan kepala janin

- Leopold IV : Divergen

- TFU : 3 Jari dibawah PX

- TBBJ : (33-11)x155 = 3.410 gram

- Perlimaan : 3/5

- His : 3 x 10 menit selama 35 detik


3. Auskultasi

- DJJ : Positif

- Frekuensi : 133-140 x/i

- Intensitas : Kuat

- Irama : Taratur

- Punctum Maksimum : PU-KA

4. Perkusi

- Reflek Patella Kiri : Positif

- Reflek Patella Kanan : Positif

c. Vagina Toucher

Pembukaan : 10 cm

Portio : 50%

Ketuban : Jernih, pecah Pukul 23.00 wib

Presentasi : Kepala

d. Pemeriksaan Penunjang

HB : 12,5 gr/dl

Protein Urine : Negatif

Glukosa Urine : Negatif

Golongan Darah :O

II. Interpretasi Data

A. Diagnosa :

Ibu G2P0A1H0, janin hidup, tunggal, intra-uterine, let-kep, pu-ka,

keadaan jalan lahir baik, keadaan ibu dan janin baik, ibu parturient

kala II memanjang, Inersia uteri.


B. Masalah :

Kepala janin tidak turun-turun, Pembukaan sudah lengkap dari 1 jam

yang lalu dan ketuban sudah pecah dari 4 jam yang lalu, tetapi kepala

masih di hodge II-III dengan perlimaan 3/5.

C. Kebutuhan :

1. Pasang infus dengan RL 20 tpm

2. Posisikan ibu miring kiri

3. Observasi kemajuan persalinan

III. Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial

Persalinan lama/Kala II Memanjang

IV. Identifikasi Masalah, Tindakan Segera, Kolaborasi, dan Rujukan

Sectio Caesarea

V. Perencanaan :

1. Beritahukan pada ibu hasil pemeriksaan

2. Beritahukan ibu dampak negatif kala II memanjang pada janin dan ibu

3. Beritahukan pada ibu rencana untuk SC

4. Pantau DJJ sekali 15 menit

5. Persiapan SC

VI. Pelaksanaan :

1. Memberitahukan pada ibu tentang perkembangan kemajuan persalin, his

nya sangat kurang sehingga penurunan kepala tidak maksimal,

pembukaan sudah lengkap, penurunan kepala masih di Hodge II-III


sedangkan kalau sudah pembukaan lengkap kepala seharusnya berada

dihodge IV.

2. Memberitahukan pada resiko kala II memanjang itu sangat berbahaya

bagi ibu dan janin karna dapat menyebabkan perdarahan dan kematian

3. Memberitahukan pada ibu bahwa akan segera dilaksanakan SC atas

indikasi kala II memanjang dan yang disebabkan oleh inersia uteri.

4. Memeriksa djj sekali setiap 15 menit untuk memastikan keadaan janin,

untuk deteksi dini fetal distress.

5. Melakukan persiapan SC seperti memberikan antibiotik, memasang

kateter dan memasang infus.

VII. Evaluasi :

1. Ibu sudah tahu hasil pemeriksaannya bahwa ibu dalam kala II memanjang.

2. Ibu sudah tahu dampak negatif kala II memanjang pada janin dan ibu

3. Ibu setuju dengan rencana untuk SC

4. DJJ sudah dipantau dan hasilnya masih dalam batas normal yaitu 133-140

x/i.

5. Persiapan SC sudah dilakukan.


BAB V
PEMBAHASAN

Dalam Bab ini penulis akan membahas tentang perbandingan antara kasus

dengan teori yang telah dipelajari mengenai asuhan kebidanan pada parturient

kala II memanjang.

Ny. “Y” parturient aterm dengan kala II memanjang, dikarenakan

kontraksi yang sangat kurang yang disebut dengan insersia uteri. Insersia uteri

inilah yang menyebabkan kepala tidak turun sampai pada hodge yang

semestinya , dimana kontraksi terjadi hanya 3 x dalam 10 menit selama 35 detik

dan penurunan kepala hanya sampai pada hodge II-III. Sedangkan pembukaan

sudah lengkap 1 jam yang lalu, ketuban sudah pecah sejak 4 jam yang lalu.

Penatalaksaan yang dilakukan dengan kasus ini adalah :

1. Memasang infus dengan RL 20 tpm.

2. Memposisikan ibu untuk miring kekiri untuk mempercepat penurunan

kepala dan mudah mengalirkan aliran oksigen ke janin.

3. Mengobservasi kemajuan persalinan untuk mendukung pengambilan

keputusan apakah bisa persalinan normal atau SC.


Berdasarkan kasus tentang asuhan kebidanan pada Ny”Y” parturient kala

II memanjang maka saya melihat tidak ada kesenjangan dalam penatalaksaan

tindakan, pemberian teraphy obat, asuhan yang diberikan kepada. Penanganan

dan asuhan sudah sesuai dengan teori. Penulis mengharapkan semoga keadaan

pasien dapat segera pulih dan dapat beraktivitas seperti biasa dan keadaan

bayinya tetap baik.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada parturient aterm dengan

kala II memanjang dengan Varney, penulis mengambil kesimpulan : Penulis

telah mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan Asuhan kebidanan

pada Ny. Y di RSUD Muhammad Natsir dengan menggunakan metode

Varney.

Ny. “Y” usia 26 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri pinggang ke

ari-ari semakin kuat keluarnya lendir bercampur darah dan ketuban pecah

sejak 4 jam yang lalu. Setelah diobservasi keadaan umum ibu sedang,

TD:130/90 mmHg, N:86x/i, P:20x/i, S:36,5oC Setelah dilakukan

pemeriksaan dalam pembukaan sudah lengkap, penurunan kepala di hodge

II-III, perlimaan 3/5, DJJ 133-140x/i, dengan TBBJ : 3.410 gram. Setelah itu

dipasang infus dengan RL 20 tpm, memposisikan ibu untuk miring kiri

mengobservasi kemajuan persalinan.

Dari data tersebut didapatkan diagnosa bahwa ibu parturient kala II

memanjang. Tindakan segera yang dilakukan adalah Sectio Cesarea. Adapun


perencanaan asuhan yang dilakukan antara lain : memberitahukan pada ibu

hasil pemeriksaan, memberitahukan ibu dampak negatif kala II memanjang

pada janin dan ibu, memberitahukan pada ibu rencana untuk SC, memantau

DJJ sekali 15 menit, melakukan Persiapan SC. Semua perencanaan asuhan

ini sudah dilaksanakan dan ibu sudah mengerti tentang semua asuhan yang

diberikan.

Dalam pelaksanaan Asuhan kebidanan pada parturient aterm kala II

memanjang pada Ny. Y tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek di

lahan praktek.

B. Saran

Konsep teori merupakan landasan pelaksanaan prakter kebidanan, maka

penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut.

1. Bagi penulis

Di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wacana bagi

penulis dalam memberikan asuha kebidanan Ibu bersalin dengan kala

II memanjang.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Di harapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan

khususnya pada Ibu bersalin dengan kala II memanjang. sehinga dapat

memberikan asuhan yang lebih cepat dan tepat.

3. Bagi institusi pendidikan

Di harapkan Laporan Kasus ini dapat menjadi referensi untuk bahan

ajar selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. 2015. Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2015). Jakarta : RISKESDAS

Fitramaya Maryunani, Anik. 2015. Kamus Bidan dalam Asuhan Kebidanan.

Jakarta : IN MEDIA

Hamilton P. 2018. Dasar – Kebidanan atologi. Edisi 6.Jakarta : EGC.

KEMENKES RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : KEMENKES RI

Manuaba. 2015. Pengantar Obstetri. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono, 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta :

CV.Trans Info Media

Saifuddin, 2017. Asuhan Kebidanan pada kala II memanjang. Yogyakarta: Nuha

Medika

Wiknjosastro dkk, 2015. Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai