Anda di halaman 1dari 39

SEMINAR PRA KARYA

PERANCANGAN FILM DOKUMENTER GAMBIR

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT

TEGUH GANDA SUMATERA

16101159110100

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK” PADANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki predikat sebagai negara agraris dengan potensi

aset pertanian yang beraneka ragam. Hal ini didukug oleh banyak faktor,

salah satunya letak geografis yang strategis dan dikenal juga sebagai

“Ring of Fire” atau daerah yang dikelilingi gugusan gunung Merapi serta

memiliki iklim tropis (dua musim) karena terletak pada jalur edar

matahari, sehingga Indonesia dapat menerima cahaya matahari sepanjang

tahun. Faktor-faktor major ini menjadi modal utama bagi Indonesia untuk

dapat mengembangkan potensi industri pertanian dengan optimal.

Pertanian di Indonesia menjadi sangat penting dikaji karena sudah melekat

erat dan menjadi identitas dengan nilai sejarah. Terbukti dari usaha

negara-negara lain mencoba memonopoli sumber daya alam yang telah

dilakukan sejak zaman penjajahan. Berawal dari penguasaan rempah-

rempah hingga sampai fase pengalihan fungsi Indonesia sebagai inti

perdagangan tanaman pertanian seperti kopi, tembakau, tebu pada abad

ke-18 dan dilanjutkan dengan pengembangan tanaman kina, teh, kelapa,

karet, kelapa sawit, vanili, gambir, dan tanaman-tanaman yang di

golongkan sebagai komoditi perkebunan lainnya.


Berkembangnya industri pertanian dengan menjadikan komoditi

perkebunan sebagai penopang perekonomian pun berlangsung hingga saat

ini. Seiring dengan meningkatnya kemampuan pemerintah Indonesia

dalam mengelola industri perkebunan, semakin banyak pula perkebunan

besar yang di nasionalisasi serta muncul perkebunan-perkebunan rakyat

yang tersebar di seluruh Indonesia. Persebaran komoditi ini terjadi atas

dasar penyesuaian area lahan dan syarat tumbuh tanaman. Misalnya

Maluku dengan komoditi cengekeh, Jambi dan Jawa Barat dengan

komoditi teh, pegunungan Aceh Tengah, Toraja, Flores, Temanggung

dengan komoditi kopi, Madura, Jember, Deli dan Temanggung dengan

komoditi tembakau, Sulawesi Barat dengan komoditi kelapa, Riau dan

Kalimantan dengan komoditi kelapa sawit, serta Sumatera Barat, Jambi,

Riau dengan komoditi gambir. Sumatera Barat memiliki peranan penting

pada industri pertanian (perkebunan). Ada banyak komoditi yang menjadi

unggulan baik dari komoditi hortikultura (tanaman semusim) dan

perkebunan (tanaman tahunan). Kedua komoditi ini mengisi pasar

nasional hingga internasional.

Sumatera Barat juga memiliki prediket sebagai pengekspor hasil

olahan komoditi gambir terbesar di dunia, disamping dua daerah penghasil

gambir lainnya. Indonesia dikenal sebagai produsen utama tanaman

gambir ditingkat Nasional dan Internasional. Hampir 80 persen dari

tingkat ekspor komoditi gambir dunia di pasok oleh gambir asal Sumatera
Barat tepatnya dari daerah Kabupaten Lima Puluh Kota seperti Sarilamak,

Lubuak Tingko, Taram, Mungka, Halaban, Maek, Kapur 9, dan Pangkalan

(Eemiati dan Rosmelisa, 2001). Hasil olahan komoditi gambir ini mengisi

pasar internasional dalam bentuk bahan setengah jadi, dimana di negara-

negara pengimport nya seperti Swis, Jerman, India, dll menggunakan

gambir sebagai bahan baku industri farmasi, kosmetik, tekstil dan pangan.

Eksistensi Sumatera Barat sebagai pengekspor gambir terbesar di dunia,

seyogyanya mampu menjadi salah satu penopang terbesar perekonomian

masyarakat. Namun, pada prakteknya, predikat yang disemat dunia

terhadap komoditi ini menjadi luput dan mulai ditinggalkan. Munculnya

monopoli penjualan dengan sistem tengkulak mempermainkan harga jual

olahan gambir. Dengan keterbatasan informasi tentang industri hilir yang

dimiliki petani gambir semakin menambah terpuruknya industri ini. Efek

menurunnya minat petani dalam mengelola gambir tidak hanya berdampak

kepada berkurangnya komoditi strategis sebagai penggerak perekonomian

saja, namun dapat menghilangkan rekam peradaban sebuah bangsa,

mengingat nilai sejarah Sumatera Barat yang melekat pada komoditi ini,

serta nilai sebuah budaya dalam sistem perkebunan rakyat yang

menjadikan gambir tetap bertahan hingga saat ini. Sebagai upaya

pengarsipan dan penyebaran informasi tentang eksistensi komoditi gambir

sebagai identitas budaya dan komoditi strategis, untuk itu dibutuhkan

sebuah komunikasi visual sebagai media yang informatif dan efektif

dengan harapan mampu menyadarkan masyarakat akan potensi sumber


daya alam yang ada di daerahnya dan juga menjadi upaya pelestarian

terhadap prediket Sumatera Barat sebagai daerah penghasil komoditi

gambir dalam skala internasional, serta menjaga budaya perkebunan

rakyat yang menjadi ciri khas dari budidaya komoditi gambir di Sumatera

Barat.

Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional ( National education

Association/ NEA) dalam buku Arief Sadiman, dkk media adalah bentuk-

bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisualserta peralatannya,

yang berfungsi sebagai sarana informasi bagi masyarakat, dapat

membantu mengatasi keterbatasan ruang,waktu serta daya indera, dan

menjadi alat untuk mengungkapkan pendapat, gagasan juga ide kepada

publik. Media berdasarkan pada peran menurut sifat karakteristik terbagi

menjadi 4 jenis, yaitu media antar pribadi (komunikasi secara langsung),

media kelompok (konferensi, seminar, dll), media publik dan media massa

(surat kabar, video, film dan televisi). Untuk mendapatkan media yang

efektif, sebaiknya memiliki kesesuaian antara jenis media, konten dan

target informasi. Dengan begitu, media yang efektif untuk menjadi arsip

dan sarana informatif dalam isu internasional pada nilai ekonomi strategis

dan budaya lokal yang terabaikan di Sumatera Barat ini adalah media yang

bersifat satu arah, memiliki banyak liputan dan tanpa batas, memliki nilai

kognitif yang tinggi, target massa luas dan tak terbatas dan yang mampu

merangkum seluruh informasi, baik visual maupun audio serta kejadian


yang sesuai dengan fakta dari objek. Pengkarya mencoba mengangkat film

dokumenter gambir dikarenakan lewat media film dokumenter ini

penggabungan antara gambar dan audio dan penataan alur cerita yang

menarik diharapkan dapat membuat masyarakat bisa lebih mengenal dan

menghargai potensi sumber daya alam yang ada di wilayah tersebut

khususnya Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai komoditi gambir terbesar

yang ada di Sumatera Barat. penulis mengangkat media film dokumenter

ini dikarenakan mengingat potensi wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota

sebagai komoditi terbesar dengan jumlah ekspor 80% dari wilayah

Sumatera barat khususnya Kabupaten Lima Puluh Kota supaya menjaga

kelestarian budaya dan eksistensi gambir sebagai pemasok perekonomian

negara. Berdasarkan rangkaian penjelasan diatas, bahwa gambir masih

butuh perkembangan dari segi informasi dan promosi.

Perkembangan teknologi saat ini dapat dimanfaatkan teknologi

dari segi informasi dan promosi, dengan cara menggunakan media yang

mudah dipahami agar masyarakat mendapatkan informasi yang

dibutuhkan mengenai perkembangan gambir sebagai potensi terbesar yang

ada di Kabupaten Lima Puluh Kota. Penulis memilih objek gambir sebagai

objek perancangan yang bertujuan agar masyarakat sadar akan potensi

gambir menjadi komoditi terbesar yang berada di Sumatera barat baik

dalam maupun luar sumatera barat. Dengan demikian, judul laporan


seminar pra karya akhir ini adalah “ Film Dokumenter Gambir di

Kabupaten lima puluh Kota “

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan beberapa masalah-

masalah yang dapat di identifikasi sebagai berikut :

1. Belum adanya komunikasi visual berupa film Dokumenter tentang

gambir Kabupaten Lima Puluh Kota

2. Belum adanya pemahaman masyarakat terhadap nilai ekonomis,

eksistensi dan potensi gambir sebagai komoditi pertanian (perkebunan)

Sumatera Barat di kancah internasional.

3. Kurangnya informasi terhadap perkembangan industri hulu hingga hilir

dari komoditi gambir.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka perancang

menfokuskan perancangan ini sebagai Film Dokumenter Gambir

Kabupaten Lima Puluh Kota. Fokus perancangan di atas maka yang

menjadi rumusan masalah adalah “ Bagaimana bentuk perancangan Film

Dokumenter yang informatif dan komunikatif tentang Gambir Kabupaten

Lima Puluh Kota”

D. Batasan Masalah
Penerapan pada identifikasi masalah di atas maka perancang

membatas batasan masalah. Berdasarkan fokus perancangan di atas maka

yang menjadi batasan masalah pada perancangan ini adalah belum adanya

informasi kepada masyarakat tentang potensi gambir yang di Kabupaten

Lima Puluh Kota yang berskala Internasional.

E. Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan adalah merancang Film Dokumenter Gambir

Kabupaten Lima Puluh Kota adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pemahaman kepada target audience tentang Gambir

Kabupaten Lima Puluh Kota melalui media Film Dokumenter.

2. Memberikan informasi akan potensi Gambir kepada audience melalui

Film Dokumenter.

3. Menghadirkan kesatuan informasi mengenai isu gambir secara utuh dan

efektif

F. Manfaat Perancangan

Berdasarkan permasalahan dan fokus perancangan yang telah di

ungkapan, maka perancangan ini diharapkan memiliki kegunaan dan

manfaat untuk.

1. Manfaat Akademis
Secara Akademis perancangan ini bermanfaat untuk mengetahui

teori teori tentang Desain Komunikasi Visual (DKV) yang diterapkan

dalam konsep perancangan sehingga hasil rancangan dapat dijadikan

sebagai pembuktian dari teori teori tersebut yang bermanfaat bagi

pengembangan ilmu khususnya teori dan konsep Desain Komunikasi

Visual (DKV).

2. Manfaat Praktis

Secara Praktis perancangan ini diharapkan bermanfaat bagi

masyarakat khususnya masyarakat local akan potensi sumber daya alam

dalam peracangan Film Dokumenter yang informatif dan komunikatif bagi

target audience tentang potensi gambir sebagai komoditi terbesar yang ada

di sumatera barat.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum

1. Desain Komunikasi Visual

a. Pengertian Desain

Menurut Hendi Hendratman, (2015: 3) Desain Grafis dapat

diartikan sebagai proses pemikiran yang diwujudkan dalam gambar.

Dalam proses mendesain ini seorang desainer dapat mempergunakan

peralatan manual seperti kuas atau dengan teknologi komputer.

Menurut Teguh Wibowo dalam buku Belajar Desain Grafis (2013:

10) Desain adalah metode penyampaian pesan visual berbentuk teks

dan gambar dari komunikator kepada komunikan.

Abas Sunarya (2018 : 77) dalam Jurnal Cerita Vol4 No.1

menjelaskan desain grafis merupakan suatu bidang ilmu yang telah

dikenal luas oleh masyarakat sejak tahun 60-an. Kehadirannya seiring

dengan perkembangan industri di bidang yang butuh akan media

promosi untuk mendukung informasi dan promosi produk.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas penulis

dapat menarik kesimpulan bahwa desain adalah penyampaian pesan

dari komunikator ke komunikan dalam bentuk teks atau gambar guna

untuk menyampaikan informasi.


b. Pengertian Komunikasi

Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (Mulyana, 2013:68) ,

“Komunikasi” : trasnmisi, informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan

sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur,

grafik, dan sebagainya.

Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasa disebut komunikasi.

Menurut Gerald R. Miller (2013:68), “Komunikasi terjadi ketika suatu

sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang

disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima”. Menurut Nathalia

(2014:14) komunikasi berasal dari kata inggris yaitu “communication”

yang diambil dari bahasa latin “communion” yang berarti “kebersamaan”

(dalam bahasa inggris: common). Kemudian komunikasi dianggap sebagai

proses menciptakan suatu kebersamaan (commonness) atau suatu kesatuan

pemikiran antara pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan).

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas penulis

dapat menarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah sumber menyatakan

pesan kepada penerima dan adanya timbal balik antara penyampai pesan

dengan penerima dengan maksud dan tujuan tertentu.


c. Pengertian Desain Komunikasi Visual

Anggraini S dan Nathalia (2014:15) menyimpulkan “Desain

Komunikasi Visual merupakan seni dalam menyampaikan informasi atau

pesan dengan menggunakan bahasa rupa/visual yang disampaikan melalui

media berupa desain.”

(Kompas.id:2016) Desain Komunikasi Visual atau disingkat

DKV merupakan seni menyampaikan pesan (art of communication)

dengan menggunakan bahasa rupa (visual language) yang disampaikan

melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan,

mempengaruhi hingga merubah perilaku target yang melihat sesuai

dengan tujuan yang diinginkan. Bahasa rupa yang dipakai mencakup

grafis, tanda, symbol, ilustrasi gambar/foto, tipografi/huruf, dan

sebagainya yang berdasar pada kaidah bahasa visual khas berdasar ilmu

tata rupa. Pesan yang diungkapkan secara kreatif dan komunikatif,

mengandung solusi untuk permasalahan yang hendak disampaikan.

Sementara itu menurut Lusyani Sunarya, dan kawan-kawan (2015: 79)

teori desain komunikasi visual adalah media komunikasi visual adalah

sarana untuk penyampaian pesan atau informasi kepada public yang

dirangkai dengan penggunaan media penggambaran yang hanya dapat

terbaca oleh indera penglihatan.


Dari penjelasan yang diuraikan, penulis dapat menyimpulkan desain

domunikasi visual adalah menyampaikan informasi atau pesan melalui

media berupa teks atau gambar dari komunikator ke komunikan.

2. Fungsi Desain Komunikasi Visual

Anggraini dan Kirana Nathalia berpendapat (2014:15), menegaskan

fungsi dasar desain komunikasi visual adalah sebagai berikut:

a. Sarana Identifikasi (Branding)

Sarana indentifikasi merupakan wujud pengenalan baik identitas

seseorang, perusahaan, produk, maupun jasa. Dimana identitas tersebut

harus mencerminkan jiwa yang sesuai dengan pribadi, perusahaan,

produk, atau jasa tersebut agar lebih mudah dikenali, diingat, dan dapat

menjadi pembeda satu dengan yang lain.

b. Sarana Informasi, Pengendali, Pengawas dan Pengontrol

Bertujuan menunjukan hubungan antara suatu hal dengan yang lain.

Baik dalam bentuk petunjuk, informasi, cara penggunaan, arah, posisi,

sekala diagram dan simbol. Informasi akan berguna apabila

dikomunikasikan dengan orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang

tepat, dengan menggunakan bentuk yang dapat dimengerti serta

dipresentasikan secara logis dan konsisten.

c. Sarana Motivasi
Sarana komunikasi sebagai motivasi memiliki peranan dapat

meningkatkan motivasi baik perseorangan, kelompok, maupun

masyarakat.

d. Sarana Pengutaran Emosi

Komunikasi dengan fungsi pengutaraan emosi biasa digunakan untuk

menggambarkan situasi agar dapat menambah kepekaan terhadap

pembaca. Penggunaan komunikasi ini dapat digambarkan melalui tulisan,

karakter, emoticon, icon dan lain-lain.

e. Sarana Presentasi dan Promosi

Tujuan dari sarana presentasi dan promosi adalah untuk

menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara

visual) sehingga pesan tersebut mudah diingat konsumen.

3. Prinsip – prinsip Desain Komunikasi Visual

Ni Nyoman sriwitari dan I Gusti Nyoman Widnyana (2014 : 48-52),

Dalam desain komunikasi visual dikenal prinsip-prinsip desain yang

dipergunakan sebagai panduan kerja maupun sebagai konsep desain. Prinsip-

prinsip itu adalah:

a. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan atau balance adalah pembagian sama berat, baik secara

visual maupun optik. Komposisi desain dapat dikatakan seimbang apabila

objek di bagian kiri dan kanan terkesan sama berat. Ada dua pendekatan

untuk menciptakan balance. Pertama, keseimbangan formal (formal


balance) yaitu dengan membagi sama berat kiri-kanan atau atas-bawah

secara sistematis atau setara. Kedua, keseimbangan asimetris (informal

balance), yaitu penyusunan elemen-elemen desain yang tidak sama antara

sisi kiri dan sisi kanan namun secara seimbang.

b. Tekanan (emphasis)

Dalam desain dikenal istilah focal point atau focus of interest yaitu

penonjolan salah satu elemen visual dengan tujuan menarik perhatiaan.

Focal point juga sering disebut center of interest, pusat perhatian. Ada

beberapa cara untuk menonjolkan salah satu elemen desain, yaitu:

c. Kontras

Focal point dapat diciptakan dengan menunjukan kontras antara objek

yang dianggap paling penting dengan objek lain disekitarnya.

d. Isolasi objek

Focal point juga dapat diciptakan dengan cara memisahkan objek dari

kumpulan objek yang lain. Secara visual, objek yang terisolasi akan lebih

menarik perhatian.

e. Penempatan objek

Objek yang ditempatkan di tengah bidang akan menjadi focal point.

Objek yang ditempatkan pada titik pusat garis perspektif juga akan

menjadi fokus perhatian.

f. Irama (Rhythm)
Irama adalah pola layout yang dibuat dengan cara menyusun elemen

visual secara berulang-ulang. Irama visual dalam desain grafis dapat

berupa repetis dan variasi. Repitis adalah irama yang dibuat dengan

penyusunan elemen berulang kali secara konsisten. Sementara itu, variasi

adalah perulangan elemen visual disertai perubahan bentuk, ukuran, atau

posisi.

g. Kesatuan (Unity)

Desain dikatakan menyatu secara keseluruhan tampak harmonis, ada

kesatuan antara tipografi, ilustrasi, warna dan unsur-unsur desain lain.

Kesatuan bisa dicapai dengan cara mengulng warna, bidang, garis atau

elemen; memilih penggunaan font yang sejenis dengan variasi pada

ukuran dan style-nya; menggunakan unsur-unsur visual yang warna, tema

dan bentuknya sama.

4. Unsur-Unsur Desain Komunikasi Visual

Lusyani Sunarya (2014:27–29)[18], menjelaskan desain yang

menekankan tanpa keindahan akan tidak menarik sehingga tidak komunikatif.

“Menarik” atau “indah” bisa dilihat dengan menggunakan mata (lahir) atau

dengan hati (batin), maka desain akan menarik apabila indah dipandang atau

konsepnya yang kreatif. Keindahan yang dibahas disini lebih ditekankan pada

kemampuan mata sebagai penilai.


Agar menarik mata (eye catching) diperlukan pengetahuan tentang

unsur – unsur dalam desain grafis. Unsur – unsur dalam desain grafis

diantaranya adalah :

a. Garis (Line)

Garis didefinisikan sebagai sekumpulan titik yang dideretkan

memanjang. Setiap garis menimbulkan kesan psikologis atau persepsi

sendiri. Misalnya garis yang membentuk ‘S’, sering dirasakan sesuatu

yang lembut, halus dan gemulai. Bandingkan garis yang membentuk ‘Z’,

terkesan tegas dan kaku.

b. Bentuk (Shape)

Bentuk disebut juga Shape, dihasilkan dari garis – garis yang tersusun

semedikian rupa. Bentuk ada yang berbentuk 2 dimensi (dwimatra) dan

tiga dimensi (trimatra). Setiap bentuk mempunyai arti sendiri, tergantung

budaya, geografis dan lain – lain. Contoh : segitiga bisa melambangkan

konsep trinitas (ayah, ibu, anak), tetapi di Mesir segitiga melambangkan

simbol feminimitas (kewanitaan).

c. Ilustrasi atau Gambar atau (Image)

Gambar didesain grafis bisa terbagi dari metodenya :

 Manual atau hand drawing atau gambar tangan. Dengan menggunakan

alat seperti pensil, airbrush, kuas, cat, spidol dan lain – lain. Cocok
untuk pembuatan konsep, sketsa, ide, karikatur, komik, lukisan dan

lain – lain.

 Computerized menggunakan komputer, anda dapat membuat gambar

secara vektor atau bitmap. Format vektor yang terdiri dari koordinat –

koordinat, cocok untuk pembuatan logo dan gambar line art. Format

bitmap terdiri dari pixel – pixel, cocok untuk foto.

d. Ruang (Space)

Dengan ruang, kita dapat merasakan jauh – dekat, tinggi rendah,

panjang – pendek, kosong – padat, besar – kecil dan lain – lain. Ukuran

tersebut sifatnya relatif. ‘Besar’ menurut anda belum tentu sama dengan

‘besar’ menurut orang lain. Ukuran – ukuran tersebut muncul karena ada

pembanding.

e. Teks atau Tipografi

Merupakan seni memilih dan menata huruf pada ruang untuk

menciptakan kesan khusus, sehingga pembaca dapat membaca

semaksimal mungkin.

f. Warna (Color)

Setiap warna mempunyai karakteristik tersendiri. Dengan warna kita

dapat mengkomunikasikan desain kita kepada audience secara efektif.

g. Ukuran (Size)
Ukuran adalah unsur lain dalam desain yang mendefinisikan besar

kecilnya suatu objek. Dengan menggunakan unsur ini anda dapat

menggunakan kontras atau penekanan (emphasis) pada objek desain anda

sehingga orang dapat mengetahui mana yang akan dibaca dan dilihat

terlebih dahulu.

5. Elemen-elemen Desain Komunikasi Visual

Menurut Wibowo (2013 : 96), dalam bentuk geometris dan organis

elemen atau unsur desain adalah sebagai berikut :

a. Elemen Konseptual (elemen basic visual : elemen bentuk) yang terdiri

dari: titik, garis, bidang, volume

b. Elemen Visual (karakteristik basic visual : karakteristik bentuk)

yang terdiri dari : Ukuran, bentuk, warna, tekstur

c. Elemen Rasional terbagi menjadi dua diantaranya :

 Elemen interaksi basic visual/interaksi yang terdiri dari posisi, arah,

Space, gravity.

Elemen interaksi komposional yang terdiri dari depth, perspektif

B. Tinjauan Khusus

1. Pengertian Perancangan

Menurut Dewi dan kawan-kawan (2014 : 2), Perancangan sistem

secara umum adalah suatu tahap dimana di dalamnya terdapat identifikasi

komponen-komponen sistem informasi yang akan dirancang secara rinci yang


bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pengguna atau user mengenai

sistem yang baru”.

Dadang Haryanto dan Dede Koswara (2015:54), mendefinisikan

Perancangan Sistem yaitu merancang output, input, struktur file, program,

prosedur, perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk

mendukung sistem informasi.

Adapun kesimpulan dari kedua pendapat diatas, penulis

menyimpulkan bahwa setiap rancangan yang dibuat harus ada tahapan-

tahapan yang sesuai dari perancangan media, pesan, dan visual dilakukan

guna mendapatkan rancangan yang terencana dan tersusun

2. Pengertian Film

Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia nomor

33 Tahun 2009 tentang perfilman “ film adalah hasil karya seni budaya yang

merupakan pranata social dan media komunikasi massa yang dibuat

berdasarkan kaidah sinematography dengan atau tanpa suara dan dapat

dipertunjukan.

Secara umum film adalah media komunikasi yang mampu

mempengaruhi cara pandang induvidu yang kemudian akan membentuk

karakter suatu bangsa.

Film adalah fenomena social, psikologi, dan estetika yang komplek

merupakan dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar yang diringi kata-

kata dan musik.


a. Jenis-jenis Film

1) Film documenter

Documenter adalah termasuk jenis karya film atau video non fiksi

yang menceritakan realita/kenyataan suatu peristiwa tertentu.

Dokumenter juga menyajikan realita melalui berbagai cara untuk

berbagai macam tujuan antara lain :

a) Penyebaran Informasi

b) Pendidikan dan propaganda

Dokumenter bukan menciptakan peristiwa atau kejadian, tetapi

merekam peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi bukan

direkayaa. Istilah Dokumentar pertama kali digunakan oleh pembuat

film dan kritikan yang berjudul “maona” (1926) berasal dari inggris

“Jhon Grienson”.

Jhon Grienson berpendapat dokumenter nerupakan cara kreatif

mempresentasikan realitas. Sedangkan oleh Robbert Flaherty Film

dokumenter didefinikasikan sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan

(creative treatmet of actually) berbeda dengan film berita yang

merupakan rekaman kenyataan, maka film documenter adalah hasil

interpresentasi pribadi (pembuatnya mengenai kenyataan tersebut).

1. Paul Rotha :

Definisi Dokumenter bukan merujuk pada subyek atau sebuah

gaya, namun dokumenter adalah sebuah pendekatan. Pendekatan


dalam dokumenter dalam film berbeda dari film cerita. Bukan karena

tidak dipedulikannya aspek kriya / kerajianan (craftsmanship) dalam

pembuatannya, tetapi dengan sengaja justru memperlihatkan

bagaimana kriya tersebut digunakan.

2. Paul Wells :

Teks Non-Fiksi yang menggunakan footage–footage yang

aktual, di mana termasuk di dalamnya perekaman langsung dari

peristiwa yang akan disajikan dan materi-materi riset yang

berhubungan dengan peristiwa itu, misalnya hasil wawancara, statistik,

dlsb. Teks-teks seperti ini biasanya disuguhkan dari sudut pandang

tertentu dan memusatkan perhatiannya pada sebuah isu-isu sosial

tertentu yang sangat memungkinkan untuk dapat menarik perhatian

penontonnya.

3. Steve Blandford, Barry Keith Grant dan Jim Hillier :

Pembuatan film yang subyeknya adalah masyarakat, peristiwa

atau suatu situasi yang benar-benar terjadi di dunia realita dan di luar

dunia sinema.

(The Film Studies Dictionary, halaman 73).

4. Frank Beaver :

Sebuah film non-fiksi. Film Dokumenter biasanya di-shoot di

sebuah lokasi nyata, tidak menggunakan actor dan temanya terfokus

pada subyek–subyek seperti sejarah, ilmu pengetahuan, social atau


lingkungan. Tujuan dasarnya adalah untuk memberi pencerahan,

member informasi, pendidikan, melakukan persuasi dan memberikan

wawasan tentang dunia yang kita tinggali.

(Dictionary of Film Terms, halaman 119)

5. Louis Giannetti :

Tidak seperti kebanyakan film-film fiksi, dokumenter

berurusan dengan fakta-fakta, seperti manusia, tempat dan peristiwa

serta tidak dibuat . Para pembuat film dokumenter percaya mereka

‘menciptakan’ ;dunia di dalam filmnya seperti apa adanya.

(Understanding Movies , Edisi Ke-7, halaman 339)

2) Film Pendek

Film pendek adalah film yang berdurasi pendek dengan cerita

yang singkat biasanya dibawaah 60 menit. Pada kenyataanya membuat

film pendek jauh lebih rumit dibanding membuat film berdurasi

panjang. Mengapa “karena pesan film pendek harus sampai kepada

penonton dalam durasi yang pendek diatas 60 detik yang penting ide

dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efekktif.

3) Film Panjang

Film jenis ini lazimnya film yang diputar dibioskop-bioskop

berdurasi dari 60 menit. Film jenis ini banyak diproduksi oleh

perusahaan besar/rumah produksi yang memiliki dana besar.


Kebanyakan film jenis ini diproduksi untuk kebutuhan hiburan dan

untuk meghasilkan profit.

Kriteria panjang minimum sebuah film berbeda-beda meurut era dan

lembaganya yang menetapkannya.

Menurut “Academy of Motion Picture Art and Sciences, American film

Institute, panjang minimum dari sebuah film cerita adalah 40 menit.

Namun panjang sebagian besar film cerita 80 menit hingga 90 menit.

b. Gaya Bercerita

1. Expository

Dokumenter expository dalam kategori ini, menampilkan

pesannya kepada penonton secara langsung, baik melalui presenter

ataupun dalam bentuk narasi. Kedua bentuk tersebut tentunya akan

berbicara sebagai orang ketiga kepada penonton secara langsung (ada

kesadaran bahwa mereka sedang menghadapi penonton atau banyak

orang). Mereka juga cenderung terpisah dari cerita dalam film.

Mereka cenderung memberikan komentar terhadap apa yang sedang

terjadi dalam adegan, ketimbang menjadi bagian darinya. Itu

sebabnya, pesan atau point of view dari expository sering dielaborasi

dengan suara dari pada gambar.

Jika pada film fiksi gambar disusun berdasarkan kontinuitas waktu

dan tempat yang berasaskan aturan tata gambar, maka pada

dokumenter yang berbentuk expository, gambar disusun sebagai


penunjang argumentasi yang disampaikan oleh narasi atau komentar

presenter. Maka dari itu, gambar disusun berdasarkan narasi yang

sudah dibuat dengan prioritas tertentu. Argumentasi yang dibentuk

dalam expository umumnya bersifat ditaktis, cenderung

menyampaikan informasi secara langsung kepada penonton, bahkan

seringkali mempertanyakan baik-buruk sebuah fenomena berdasarkan

pijakan moral tertentu, dan mengarahkan penonton pada satu

kesimpulan secara langsung. Sepertinya inilah membuat bentuk

expository popular dikalangan televisi, karena ia menghadirkan

sebuah sudut pandang yang jelas dan menutup kemungkinan adanya

perbedaan penafsiran.

Dalam bentuk expository tidak ada yang salah dengan penggunaan

voice over, selama penggunaannya dilakukan secara bagus, efektif,

dan informatif. Voice over sangat diperlukan, misalnya ketika gambar

yang tersedia kurang

mampu memberikan informasi yang memadai atau belum mampu

menyampaikan pesan yang ingin disampaikan. Seringkali pembuat

film menggunakan voice over untuk memancing rasa ingin tahu

penonton, lalu pada visual-visual berikutnya menyampaikan

penjelasan.
2. Gambir

Gambir adlah ekstrak daun dan ranting tanaman uncaria

gambir (hunter) roxb. yang dikeringkan. Tanaman ini pantas

menyandang gelar tanaman serbaguna, karena tidak Cuma penyirih

yan membutuhkannya sebangai teman pinang dan sirih tetapi juga

berbagai jenis industry seperti industry minuman, kosmetika, obat-

obatan, dan lain-lain.

Indonesia adalah Negara pengeskpor gambir utama dunia.

Negara tujuan ekspor gambir Indonesia antara lain adalah Bangladesh,

India, Pakistan, Singapura, Malaysia,Jepang, dan beberapa Negara

Eropa.

Dalam perdagangan, gambir dikenal dengan berbagai nama,

seperti kateku kuning, kacu tera, cuth, dan lain-lain. Disamping itu

juga dikenal beberapa nama daerah, seperti di Sumatera dikenal

nama nama Gambe dan Gani (Aceh), Kacu (Gayo), Sontang (Batak),

Gambe (Nias), gambie (Minangkabau), Pangilom, Sepelet

(Lampung). Jawa : Gnambir (Jawa), Ghambhir (Madura).

Kalimantan : Kalare (Dayak), Abi (Kayan), Sulawesi : Gambere

(Sangir), Gambele (Majene), Nusantenggara: Tamgambe (Bima),

Gamur (Sumba), Gati (Sawu), Gambe (Flores), Nggambe (Roti).

Maluku : Gabi (Halmahera), Gambe (Ternate), Gabi (Tidore).


Gambir merupakan komoditas tradisional Indonesia yang telah

Diusahakan semenjak sebelum Perang Dunia 1 terutama di luar Jawa

seperti Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sumatera-Selatan (Bangka

dan Belitung), Aceh, Kalimantan Barat dan Maluku. Menurut

sejarahnya, ekstrak gambir menarik perhatian pedagang di eropah

sejak awal abad ke-17. Orang menganggap gambir ini sebagai jenis

tanah dan menamakannya dengan “Terra Japonica”, keran sebelum

sampai di Eropa terlebih dulu di bawa ke Jepang.

Di Indonesia, gambir banyak diusahakan rakyat di Sumatera

Barat. Lebih dari 80% produksi gambir di Indonesia berasal dari

daerah ini. Sentra penghasil gambirnya terbagi dua. Sentra utara ada

dikabupaten Lima Puluh Kota dimana kecamatan penghasilnya adalah

Mahat, Sungai Sembilan, Pangkalan Koto Baru, dan Kapur Sembilan.

Sentra Selatan adalah Pesisir Selatan ( Kec. Koto XI Tarusan ) dan

Sawahlunto Sijunjung.

Walaupun Indonesia merupakan eksportir gambir utama

Dunia, namun posisi tawar petani gambir di Indonesia masih lemah.

Harga gambir yang dinikmati petani jauh lebih kecil dari harga yang

berlaku didunia Internasional. Sampai saat ii, masih banyak persoalan

yang harus dihadapi dalam pengembangan usaha gambir ini.

Persoalan tersebut berkaitan dengan teknologi pengolahan,

perencangan bisnis, keterbatasan pengetahuan petani akan pasar dan


permintaan ekspor, aspek-aspek social budaya, masalah lingkungan,

dan keselamatan kerja. Namun demikian, persoalan yang paling

utama adalah pasar gambir yang sampai saat ini masih mengandalkan

pasar perantara yaitu India.


BAB III

METODE PERANCANGAN

A. Data Pengumpulan Data

Data-data yang ada pada perencanaan perancangan Film Dokumenter

Gambir Kab. Lima Puluh Kota terbagi atas beberapa bagian yaitu data melalui

Wawancara, Observasi dan Dokumentasi.

1. Wawancara.

Melakukan wawancara dengan bertanya langsung kepada sumber. Metode

wawancara dibagi kepada 2 klasifikasi yaitu, metode wawancara terstruktur

(structured interview) dan wawancara tidak terstruktur (unstructured interview).

Data yang diperoleh adalah yang berkaitan dengan gambir, berupa asal mulanya

gambir, proses pengolahan dan harga gambir.

2. Observasi.

Melakukan kunjungan langsung ke rumah petani gambir yang berada

dikawasan harau, untuk mendapatkan data-data tentang gambir tersebut.

3. Dokumentasi.

Pengambilan gambar atau data visual di lokasi dengan pengumpulan,

pengolahan, penyampaian data sebagai bukti-bukti, dan keterangan seperti

gambar.
B. Metode Analisis Data.

Setelah mendapatkan data-data dari gambir maka dari data-data diatas penulis

menggunakan analisa SWOT untuk memecahkan masalah-masalah yang ada.

Analisis yang digunakan penulis adalah analisis SWOT. Analisis SWOT adalah

analisis yang membahas tentang strength (kekuatan), weakness (kelemahan),

opportunities (peluang) dan threats (ancaman).

Suryatama (2014:26) Analisis SWOT merupakan “sebuah metode perancangan

strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis”.

1. Strength(Kekuatan).

Berdasarkan pengamatan penulis, kekuatan yang ada pada gambir :

a. Indonesia merupakan satu-satunya eksportir gambir didunia dan lebih

dari 80% ekspor gambir Indonesia berasal dari daerah sumatera barat (Djanun,

1998).
b. Gambir mempunyai kegunaan secara tradisional, industri farmasi,

industri kulit (Suherdi,1991), industry tekstil (Risfaheri, 1995), dan industri

kosmetika.

c. Tanaman gambir merupakan tanaman perdu, termasuk salah satu di

antara family Rubiace (kopi-kopian) yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

2. Weakness (Kelemahan).

Kelemahan yang ada pada gambir ini berdasarkan pengamatan penulis

antara lain:

a. Belum adanya media audio visual dalam hal film documenter ini yang

memperkenalkan gambir.

b. Kurangnya kesadaran masyarakat umum tentang gambir untuk sebagai

komoditi perkebunan terbesar yang berada disumatera barat.

3. Opportunity (Peluang).

Peluang yang didapatkan antara lain:

a. Mendapatkan dukugan penuh dari pemerintah kabupaten Lima Puluh

Kota.

b. Film yang akan dirancang diharapkan lebih estetis dan komunikatif

sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang

gambir yang mepunyai keunggulan dari sector ekonomi.

c. Film documenter ini bisa diakses melalui social media internet.

4. Threat (Ancaman).
Berdasarkan pengamatan penulis ancaman yang dikhawatirkan yaitu

gambir memiliki tantangan bagi para petani tidak melakukan analisi perencanan

usaha yang sistematis, kekuatan pasar yang dimiliki petani juga sangat lemah

karena adanya system ijon (tengkulak).

Berdasarkan pemilihan yang menggunakan metode analisis SWOT di atas,

dapat disimpulkan bahwa dengan memperlihatkan keunggulan dan peluang yang

ada dengan daya tarik dari sector ekonomi sebagai pengekspor terbesar di pasar

Internasional .

C. Strategi Identifikasi Target Audiens

Memperkenalkan tari gandai secara produktif, perancangan

membutuhkan strategi yang tepat untuk menarik target audience tersebut.

Berikut adalah keterangan lebih mendalam mengenai seni geografis,

demografis, dan psikografis yaitu:

a) Geografis

Secara geografis target audiens dari film documenter gambir adalah

masyarakat Kab. Lima Puluh Kota dan masyarakat Indonesia.

a) Demografis

Target audiens film dokumenter gambir dari segi aspek demografis

adalah:

Jenis kelamin : Pria dan wanita

Umur :18 - 50 tahun

Pendidikan : semua tingkat pendidikan


b) Psikografis

Pada aspek psikografis, target audience dari segmen psikografis

mencakup pada orang-orang komoditas perkebunan.

D. Tujuan Kreatif

Beberapa tujuan kreatif yang dikembangkan dari film dokumenter

gambir ini adalah untuk menginformasikan gambir kepada masyarakat Kab.

Lima Puluh Kota khususnya para petani dan masyarakat yang masih belum

mengetahui sejarah serta keunggulan dan memperkenalkan gambir kepada

masyarakat Indonesia pada umumnya. Turut berupaya membantu usaha

komoditi perkebunan pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dalam

melestarikan gambir dengan memperkenalkan gambir kepada masyarakat

Indonesia sebagai industri utama didunia.

E. Strategi Kreatif

Dalam perancangan film dokumenter gambir ini penulis

menggunakan bahasa Indonesia yang baku (formal) yang sesuai dengan

ejaan yang disempurnakan (EYD), serta bahasa Kab. Lima Puluh Kota agar

pesan yang disampaikan dapat dengan mudah dimengerti dan di pahami oleh

masyarakat yang menyaksikannya.

Strategi kreatif dalam perancangan film gambir dalam bentuk audio

visual dilakukan beberapa tahap yaitu:

a) Pra Produksi
Dalam pembuatan film dokumenter, sebelum pembuatan

storyline ada beberapa langkah yang harus dilakukan:

a. Identifikasi Program

1). Judul Program, berisi tentang judul/tema dari program yang akan

dirumuskan dengan kalimat yang singkat, padat, dan menarik.

2). Tujuan, ingin mencapai dengan program yang akan dirancang.

3). Pokok bahasan, program film apa yang akan dirancang.

4). Sasaran, merupakan audience yang menjadi target utama dari

program yang dibuat.

a). Konsep Program

1). Sinopsis, dalam istilah sederhana sinopsis diartikan sebagai

ringkasan cerita, sinopsis diperlukan untuk memberikan gambaran

secara ringkas dan padat tentang tema atau pokok materi yang

akan dibahas.

2). Uraian ringkas secara deskriptif (bukan tulisan) bagaimana sebuah

cerita yang dirancang atau di garap, semua alur dari cerita yang

ada dalam film diuraikan dari awal kemunculan gambarnya

sampai program berakhir.

3). Pembuatan Naskah, pembuatan tema, cerita, skrip, dan rincian

adegan yang siap untuk diproduksi.

4). Storyboard, proses pembuatan naskah menjadi lebih detail dalam

pembuatan gambar dan membaginya menjadi sub bagian (cut).


b) Produksi

a) Pengambilan gambar (Rec Video)

b) Perekaman suara (Rec Audio)

c) Pasca Produksi

Pasca produksi adalah penggabungan / penyatuan gambar dan

suara sehingga menghasilkan tayangan yang menarik, tahap ini terdiri

dari:

a. Editing, proses penyusunan gambar video dan pemberian efek visual

serta pembuatan animasi/gambar yang disesuaikan dengan urutan yang

telah diskenariokan.

b. Penambahan musik, proses ini dilakukan dengan musik rancangan

sendiri yang telah disesuaikan dengan keadaan gambar.

d) Mastering

Mastering merupakan tahap akhir dalam proses membuat sebuah iklan

sehingga menjadi sebuah tayangan yang menarik dan komunikatif, dan

menentukan format video yang ditentukan.

F. Program Kreatif

a. Pesan Verbal

Bahasa berperan sebagai penghubung antara satu orang dengan yang

lainnya dalam menyampaikan tujuan yang diinginkannya. Karena itu

bahasa sangat penting dalam proses komunikasi, dan merupakan fungsi

utama dalam komunikasi.


Perancangan film documenter gambir, sedapat mungkin dapat

menimbulkan citra bahwa perancangan ini membantu dalam

memperkenalkan gambir sebagai komoditas unggulan Kab. Lima Puluh

Kota dan menarik minat masyarakat untuk ikut melestarikan gambir ini.

Perancangan ini diharapkan memberikan informasi bahwa gambir

merupakan komoditi unggulan Kab. Lima Puluh Kota.

Maka dari itu dalam film dokumenter gambir ini penulis menggunakan

bahasa Indonesia yang baku (formal) yang sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan (EYD) agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah

dimengerti dan dipahami oleh masyarakat yang menyaksikannya.

Digunakan juga bahasa Kab. Lima Puluh Kota untuk menjelaskan sejarah

serta fungsi dan proses pengolahan gambir.

b. Pesan Visual

Dibuat dengan mengikuti pesan verbal untuk memberi kesan estetik

dengan menampilkan daya tarik dari gambir itu sendiri. Dalam

perancangan ini penulis menampilkan beberapa visual gambir yang

merupakan komiditi perkebunan sebagai budaya Kab. Lima Puluh Kota

dalam media utama maupun media pendukung, penerapan pada media

utama berupa pesan visual yang berisi gambar dan ilustrasi yang

ditampilkan dengan cara memberikan efek suara, musik, teks pada video

yang ditampilkan.
Pada media pendukung pesan yang disampaikan dalam menampilkan

gambir adalah dengan pemberian gambar, foto, warna, tipografi serta tata

letak yang sesuai dengan kriteria dan prinsip-prinsip desain pada

umumnya, agar pesan yang disampaikan komunikatif dan mewakili tujuan

untuk memperkenalkan gambir.

G. Strategi Media

a. Media Utama

Media utama dalam perancangan film dokumenter gambir

sebagaiproduk unggulan Kab. Lima Puluh Kota. Tujuan pembuatan film

dokumenter gambir ini yaitu untuk menginformasikan sejarah gambir dan

sejarah masuk gambir di Kab. Puluh Kota serta memperkenalkan gambir

sebagai komoditi unggulan serta ikut melestarikan gambir itu sendiri.

Kelebihan dalam film dokumenter expository ini terlihat dari visualisasi

yang diberikan dengan menggabungkan teks, visual, dan audio. Film

dokumenter yang dibuat untuk menampilkan tari gandai yang berlatarkan

kebudayaan Kabupaten Lima Puluh Kota.

b. Media Pendukung

Selain dari media utama juga di buat media pendukung perancangan

film documenter gambir, tujuannya adalah untuk mendukung media

utama dalam memperkenalkan gambir, seperti:

1. Live Wallpaper Smartphone

Live wallpaper akan diterapkan di smartphone.


2. Video Instagram

Video akan diterapkan di media sosial instagram

3. Spanduk

Spanduk dalam bentuk digital bisa diterapkan pada website

pemerintah daerah. Dalam bentuk cetak diterapkan di jalan besar

Kab. Lima Puluh Kota atau di acara-acara kebudayaan.

4. Pin

Media penyampai informasi yang memiliki unsur karakteristik

dari gambir.

5. AR Card Information

Kartu yang berisi informasi yang dapat discan.

6. Kaos

Baju kaos yang memilki karakteristik dari gambir

7. Tote bag

Tote bag berisikan tipografi gambir.

8. flyer

Sebagai media penyebaran informasi dalam bentuk cetak yang berisi

informasi sejarah gambir dan proses pengolahan.

9. Stiker

Stiker berupa tipografi gambir dan visual gambir.

Anda mungkin juga menyukai