Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS RANTAI NILAI KOMODITAS

KACANG EDAMAME (Studi Kasus di Kabupaten


Jember)

Rantai Nilai Dalam Sektor Pertanian

Dosen :
Dr. Ir. Sukardi, MM

Disusun Oleh :

Ali Murtado P056111713.EK10


Dian Widi Prasetyo P056111773.EK10
Dyah Kusuma Wardani P056111793.EK10
Edi Sucipto P056111803.EK10
Ujang Tri Cahyono P056111963.EK10

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN TERAPAN AGRIBISNIS
MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DUAL MODE SYSTEM
DENGAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2013

0
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Sejak terjadi krisis ekonomi, sosial dan politik pada tahun 1997 yang
dialami bangsa Indonesia membuat masyarakat terpuruk dan makin miskin.
Kondisi demikian menyadarkan bahwa berbagai kebijakan dan program
pembangunan selama ini belum mampu secara tuntas menyelesaikan masalah
kemiskinan terbukti dan sangat rentannya terhadap krisis ekonomi, sosial dan
politik. Permasalahan masyarakat berasal dari faktor internal yaitu dipengaruhi
oleh faktor yang ada pada individu, keluarga atau komunitas masyarakat miskin
itu sendiri, seperti rendahnya tingkat pendidikan dan rendahnya tingkat
pendapatan. Faktor eksternal yaitu dipengaruhi oleh kebijakan global seperti
sosial, politik, hukum dan ekonomi. Dampak kemiskinan akan menimbulkan
permasalahan besar jika tidak ditanggulangi, seperti menurunnya kualitas sumber
daya manusia, munculnya ketimpangan dan kecemburuan sosial, terganggunya
stabilitas sosial, meningkatnya angka kriminalitas dan dampak sosial lainnya.
Hanya saja dari peristiwa tersebut memunculkan fakta bahwasanya pertanian
sebagai sektor yang mampu menopang perekenonomian nasional dan daerah.
Sehingga perlunya pengembangan dibidang ini secara maksimal dan strategis
untuk kedepannya karena sektor pertanian membuktikan dirinya sebagai sektor
yang tahan terhadap krisis perekonomian dan merupakan aset kekayaan dasar bagi
kesejahteraan masyarakat dan kegiatan pembangunan perekonomian secara
keseluruhan.
Pembangunan perekonomian di Indonesia masih sangat bergantung pada
sektor pertanian, karena sektor pertanian mampu memberikan sumbangan yang
sangat besar terhadap pendapatan nasional terutama dalam menyediakan lapangan
pekerjaan dan penyediaan bahan pangan. Selain itu, resources based negara
Indonesia memang terletak terletak pada sektor-sektor primer (termasuk pertanian
dalam arti luas), baik dari sisi kelimpahan potensi sumber daya alam maupun
besarnya potensi yang dimilkinya. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus

1
tetap mengembangkan sektor pertanian karena memiliki pernan penting dalam
menghasilkan bahan makanan, penghasil devisa, memberikan dampak yang
lainnya.
Visi pengembangan pertanian masa depan haruslah bertumpu kebijakan
pembangunan nasional yang ditempatkan dalam tatanan strategi pemberdayaan
masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, maka pembangunan pertanian saat ini
adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan.
Sehingga diharapkan ke depan dapat tercipta suatu inovasi yang dapat
dikembangkan dan diusahakan oleh masyarakat dalam menciptakan nilai tambah
pada produk pertanian guna memperoleh daya saing.
Tabel 1. 1 Struktur PDB (Produk Domestik Bruto) Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2010-2012 (persen)

Sumber : BPS (2012)


Sejalan dengan itu, sektor pertanian pun masih menjadi salah satu sektor
strategis delam perekenomian Indonesia, ini ditunjukkan oleh kontribusinya
terhadap PDB nasional seperti yang ditunjukkan pada tabel 1. 1 Kontribusi sektor
pertanian dalam jangja waktu 2010-2012 adalah sebesar 14-15 % dari total PDB
nasional. Angka tersebut tergolong besar karena masuk dalam 2 besar
penyumbang PDB nasional dibawah sektor industri pengolahan sebesar 23,94 %.
Akan tetapi, secara pertumbuhan antara 2010 sampai dengan 2012, sektor
pertanian mengalami trend penurunan sebesar 5,56 %.

2
Peluang untuk memajukan ekonomi yang berbasis kerakyatan tersebut
(dalam hal ini pertanian) didukung oleh pemerintah Indonesia sebagai negara
agraris dan yang memiliki keragaman hayati yang melimpah. Hal ini disebabkan
karena kompetisi dalam dunia bisnis menjadi semakin tajam. Konsumen yang
merupakan orientasi dalam suatu bisnis merupakan kunci utama dalam
memenangkan persaingan ini. Selain itu, sisi kritis yang dimiliki oleh konsumen
juga menjadi bahan pertimbangan yang harus dipenuhi oleh masing-masing
produsen. Oleh karena itu, perlu adanya terobosan-terobosan yang terbaru guna
memperbaharui sesuatu yang dianggap masih kurang dalam pelaksanannya.
Dari sekian banyak kota-kota yang merupakan lumbung komoditas
pertanian di Indonesia, Kabupaten Jember adalah salah satu yang patut
diperhitungkan dalam komoditas pertanian. Kabupaten Jember adalah kabupaten
yang dijuluki dengan kota pertanian karena potensinya akan bidang ini
dibandingkan dengan daerah-daerah yang lain. Tembakau, kopi, kakao, buah naga,
dan padi adalah komoditas unggulan yang dihasilkan oleh kabupaten Jember, tak
terkecuali komoditas kacang kedelai edamame. Komoditas yang satu ini sudah
menembus pasar ekspor utama pada negara asal kacang ini, Jepang. Adanya
kesempatan tujuan ekspor keluar negeri ini akan membuka lebar-lebar kesempatan
bagi pengusaha-pengusaha untuk tetap menggenjot produksi komoditas ini.
Saat ini, pengembangan edamame secara besar-besaran di Jember hanya
dilakukan oleh beberapa pengusaha dan perusahaan saja. Salah satu perusahaan
yang mengembangkan budi daya kacang kedelai edamame melalui skala besar
adalah PT Mitra Tani Dua Tujuh. Pengembangan yang dilakukan perusahaan ini
melibatkan petani disekitarnya.
Edamame merupakan kedelai asal Jepang yang sangat dikenal di Indonesia.
Bentuk tanaman, biji, dan polongnya lebih besar daripada kedelai biasa. Di
Indonesia, edamame merupakan produk andalan, terutama di daerah Jember.
Syarat tumbuh edamame ini adalah hawa yang cukup panas dengan curah hujan
relatif tinggi. Sehingga edamame sangat cocok ditanam di Indonesia yang
beriklim tropis. Edamame pada umumnya diolah menjadi camilan, namun bisa
juga dijadikan sebagai bahan sayuran. PT. Mitra Tani 27 mencoba untuk mencari

3
terobosan baru yaitu dengan mengolah edamame menjadi edamame beku siap
makan. Pasar utama edamame beku ini selain pasar domestik adalah Jepang dan
Amerika. Permintaan mereka akan edamame beku maupun segar sangat besar,
tetapi Indonesia belum mampu memenuhi semua permintaan pasar luar negeri
tersebut.
Dengan tuntutan yang berasal dari konsumen yang semakin kompleks pada
produk yang diproduksi oleh PT. Mitra Tani 27 maka perlu adanya bagaimana
refleksi dan potensi yang dimiliki oleh perusahaan ini guna memberikan nilai
tambah pada barang yang diproduksi sesuai dengan tuntutan dari konsumen.
Berdasarkan masalah di atas, berencana mengangkat bagaimana potensi dan
rantai nilai komoditas kacang kedelai edamame di kabupaten Jember serta apa-apa
saja faktor dominan yang berpengaruh pada masalah ini. “Analisis Rantai Nilai
Komoditas Kacang Edamame (Studi Kasus di Kabupaten Jember)” adalah judul
yang akan coba penulis angkat sebagai judul tesis.

1.2 Rumusan Permasalahan


Berdasarkan latar belakang yang telah disusun, berikut adalah rumusan
permasalahan yang akan dikaji antara lain:
1. Bagaimana rantai nilai komoditas kacang edamame di kabupaten Jember?
2. Apa saja kekuatan dan kelemahan dari komoditas kacang edamame di
kabupaten Jember?
3. Apa yang menjadi tantangan dan bagaimana solusinya dalam rantai nilai
komoditas kacang edamame?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari makalah ini antara lain:
1. Menganalis rantai nilai komoditas kacang edamame di kabupaten Jember,
2. Memetakan rantai nilai komoditas kacang edamame di kabupaten Jember,
3. Menganalisis permasalahan dan merumuskan solusi dalam mengatasi
permasalah komoditas kacang edamame, dan

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Strategi Bersaing
Strategi bersaing adalah kombinasi antara tujuan yang diperjuangkan oleh
perusahaan dengan kebijaksanaan atau alat dimana perusahaan berusaha sampai
kesana. Produk yang dihasilkan oleh masing – masing perusahaan tidaklah sama,
maka konsumen dan para pengelola secara sendiri – sendiri mempunyai kekuatan
yang cukup untuk mempengaruhi permintaan dan penawaran. Oleh sebab itu,
pengelola dituntut kepiawaiannya dalam mempengaruhi dan membuktikan kepada
konsumen tentang keistimewaan produknya sehingga tetap unggul dalam
persaingan. Semakin tinggi tingkat persaingan, meningkatnya kompleksitas pasar
dan konsumen yang mulai kritis akan pasar, mengakibatkan kegiatan pemasaran
perlu dilakukan dengan profesional dan agresif. Dengan pemasaran yang baik,
maka akan diperoleh strategi bersaing yang baik.
Perumusan strategi bersaing harus mempertimbangkan empat faktor utama
yang menentukan batas-batas yang dapat dicapai oleh perusahaan agar berhasil,
antara lain :
1. Kekuatan dan kelemahan perusahaan merupakan profil dari kekayaan
dan keterampilannya relatif terhadap pesaing yang meliputi sumber daya
keuangan, posisi teknologi, identifikasi merek, dan lain-lain.
2. Nilai-nilai pribadi dari organisasi, merupakan motivasi dan kebutuhan
para eksekutif kunci dan personal lain yang harus menerapkan strategi
yang sudah dipilih
3. Peluang dan ancaman industri dan lingkungan persaingan, dengan resiko
serta imbalan potensial yang menyertainya
4. Harapan masyarakat, mencerminkan dampak dari hal-hal seperti
kebijakan pemerintah, kepentingan sosial, adat istiadat yang berkembang
dan banyak lagi yang lain terhadap perusahaan.

5
Pilihan strategi bersaing didasarkan pada keunggulan kompetitif yang dapat
dikembangkan oleh organisasi. Keunggulan kompetitif akan timbul dengan cara
memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh pesaing lainnya.

2. 2 Value Chain
2. 2. 1 Pengertian Value Chain
Menurut Kaplinsky dan Morris (2001) rantai nilaiatau value chain
menggambarkan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk membawa produk atau
layanan dari konsepsi, melalui berbagai tahapan produksi (melibatkan kombinasi
transformasi fisik dan masukan dari berbagai layanan produser), pengiriman ke
konsumen akhir, dan pembuangan akhir setelah digunakan. Dalam rantai ini ada
rentang kegiatan dalam setiap elemen. Meskipun sering digambarkan sebagai
rantai vertikal, hubungan intra-rantai yang paling sering bersifat dua arah -
misalnya, lembaga desain khusus yang tidak hanya mempengaruhi sifat dari
proses produksi dan pemasaran, tetapi pada gilirannya dipengaruhi oleh kendala
dalam elemen hilir dalam rantai.
Menurut Barnes (2004), value chain adalah sebuah aliansi perusahaan
berkolaborasi secara vertikal untuk mencapai posisi yang lebih menguntungkan di
pasar. Karakteristik dasar dari sebuah rantai nilai adalah kolaborasi fokus ke pasar:
perusahaan bisnis yang berbeda bekerja sama untuk memproduksi dan
memasarkan produk dan jasa secara efektif dan efisien. Rantai nilai
memungkinkan perusahaan untuk merespon pasar dengan menghubungkan
kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran untuk permintaan pasar.Vertikal
sejajar berarti bahwa perusahaan yang terhubung dari satu ujung proses produksi
primer (misalnya, bidang petani), melalui pengolahan, dan mungkin ke tahap
pemasaran akhir di mana konsumen membeli produk jadi. Pada setiap tahap
produk meningkatnya nilai.
Selanjutnya Porter (1985) menjelaskan, analisis value chain merupakan alat
analis yang digunakan untuk memahamikeunggulan kompetitif, untuk
mengidentifikasi aspek peningkatanvalue pelanggan atau penurunan biaya, dan
untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan

6
pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri.Tujuan dari
analisis value chain adalah untuk mengidentifikasi tahap-tahap value chain di
mana perusahaan dapat meningkatkan value untuk pelanggan atau untuk
menurunkan biaya. Penurunan biaya atau peningkatan nilai tambah (Value added)
dapat membuat perusahaan lebih kompetitif.

2. 2. 2 Konsep Value Chain


Value Chain adalah model yang digunakan untuk membantu menganalisa
aktifitas-aktifitas spesifik bisnis yang terjadi, yang dapat menciptakan nilai dan
keuntungan kompetitif bagi organisasi. Analisa yang dilakukan berdasarkan
efisiensi dan efektifitas. Tiap langkah yang diambil pada suatu segmen, akan
berdampak pada keseluruhan proses. Jadi dapat dikatakan bahwa semua segmen
saling bergantungan.
Analisis value chain sejatinya merupakan sebuah analisa untuk
mengidentifikasi rantai proses apa yang paling memberikan value dalam seluruh
proses organisasi. Dalam contoh yang simpel, bisa mengatakan bahwa dalam
bisnis rumah makan, maka rantai proses yang paling memberikan nilai adalah
proses pembelian bahan baku dan proses pemasakan oleh para koki. Sementara
dalam industri kreatif clothing, maka key value chain ada dalam proses desain dan
proses penjahitan/pembuatan busana.
Value chain mengidentifikasikan dan menghubungkan berbagai aktivitas
stratejik di perusahaan. Sifat value chain tergantung pada sifat industri dan
berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan organisasi yang
tidak berorientasi pada laba. Tujuan dari analisis value-chain adalah untuk
mengidentifikasi tahap-tahap value chain di mana perusahaan dapat meningkatkan
value untuk pelanggan atau untuk menurunkan biaya. Penurunan biaya atau
peningkatan nilai tambah (value added) dapat membuat perusahaan lebih
kompetitif.
Dalam bisnis perbankan, value chain yang amat penting adalah pada sisi
penggalangan dana dan penyaluran kredit. Dalam industri manufakturing, tentu
saja yang paling penting adalah pada mata rantai proses procurement bahan baku,

7
proses produksi dan quality assurance. Dalam organisasi yang sekarang, proses
value chain analisis itu perlu dijalankan agar diketahui pada area apa saja terdapat
proses yang paling memberikan valued added bagi kinerja organisasi. Tahapan
selanjutnya tentu jelas dalam area yang teridentifikasi sebagai high value added
areas, maka segala sumber daya untuk menopang proses itu mesti diolah tinggi-
tinggi mulai dari sumber daya peralatannya, teknologi, sistem operasi, hingga
SDM yang menjalaninya.
Analisis value-chain merupakan alat analisis stratejik yang digunakan untuk
memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, untuk
mengidentifikasi dimana value pelanggan dapat ditingkatkan atau penurunan
biaya, dan untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan
pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri.
Analisis value-chain mempunyai tiga tahapan :
1. Mengidentifikasi aktivitas Value Chain
Perusahaan mengidentifikasi aktivitas value chain yang harus
dilakukan oleh perusahaan dalam proses desain, pemanufakturan, dan
pelayanan kepada pelanggan. Beberapa perusahaan mungkin terlibat dalam
aktiviatas tunggal atau sebagian dari aktivitas total. Contohnya, beberapa
perusahaan mungkin hanya memproduksi, sementara perusahaan lain
mendistribusikan dan menjual produk. Pengembangan value chain
berbeda-beda tergantung pada jenis industri. Contohnya dalam perusahaan
industri, fokusnya terletak pada operasi dan advertensi serta promosi
dibandingkan pada bahan mentah dan proses pembuatan. Aktivitas
seharusnya ditentukan pada level operasi yang relatif rinci, yaitu level untuk
bisnis atau proses yang cukup besar untuk dikelola sebagai aktivitas bisnis
yang terpisah (dampaknya out-put dari proses tersebut mempunyai “market
value” ). Contohnya jika pembuatan sebuah chip atau komputer dipandang
sebagai aktivitas (output yang mempunyai pasar), maka operasi pengepakan
chip atau ‘computer board’ bukan merupakan aktivitas dalam analisis value
chain.

8
2. Mengidentifikasi Cost driver pada setiap aktivitas nilai
Cost driver merupakan factor yang mengubah Jumlah biaya total, oleh
karena itu tujuan pada tahap ini adalah mengidentifikasikan aktivitas dimana
perusahaan mempunyai keunggulan biaya baik saat ini maupun keunggulan
biaya potensial. Misalnya agen asuransi mungkin menemukan bahwa Cost
driver yang penting adalah biaya pecatatan berdasarkan pelanggan.
Informasi Cost driver strategik dapat mengarahkan agen asuransi
tersebutpada pencarian cara untuk mengurangi biaya atau menghilangkan
biaya ini mungkin dengan cara menggunakan jasa perusahaan lain yang
bergerak dibidang pelayanan komputer (computer service) untuk menangani
tugastugas pemrosesan data, sehingga dapat menurunkan biaya dan
mempertahankan atau meningkatkan keunggulan kompetitif.
3. Mengembangkan keunggulan kompetitif
Pada tahap ini perusahaan menentukan sifat keunggulan kompetitif
potensial dan saat ini dengan mempelajari aktivitas nilai dan cost driver yang
diidentifikasikan diatas. Dalam melakukan hal tersebut, perusahaan harus
melakukan hal-hal berikut

2. 3. 3 Aktivitas Rantai Nilai

Gambar 2. 1 Value Chain by Porter (1985)


Model rantai nilai merupakan alat analisis yang berguna untuk
mendefinisikan kompetensi inti perusahaan di mana perusahaan dapat mengejar

9
keunggulan kompetitif sebagai berikut: Keunggulan Biaya: dengan lebih baik
memahami biaya dan menekannya keluar dariaktivitas penambahan nilai.
Differensiasi: dengan berfokus pada aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan
kompetensi inti dan kemampuan untuk melakukannya lebih baik daripada pesaing.
Aktivitas nilai dapat dicabangkan menjadi dua tipe yang luas, aktivitas
primer dan aktivitas pendukung. Aktivitas primer meliputi penciptaan fisik produk
dan penjualannya dan perpindahan kepada pembeli serta bantuan pasca penjualan.
Aktivitas pendukung mendukung aktivitas primer dan satu sama lain dengan
memberikan input pembelian, teknologi, sumber daya manusia, dan fungsi
berbagai perusahaan secara luas. Analisis rantai nilai memperlihatkan organisasi
sebagai sebuah proses yang berkelanjutan dalam kegiatan penciptaan nilai.
Analisis dilakukan dengan cara mempelajari potensi penciptaan nilai. Porter
membagi aktivitas-aktivitas kedalam dua kategori. Pertama adalah primary
activities (aktivitas primer), yaitu aktivitas yang berkaitan dengan penciptaan fisik
produk, penjualan dan distribusinya ke para pembeli, dan layanan setelah
penjualan. Aktivitas ini terdiri dari inbound logistics (logistik ke dalam),
operations (kegiatan operasi), outbound logistics (logistik ke luar), marketing and
sales (pemasaran dan penjualan), servis (pelayanan). Kedua adalah support
activities (aktivitas pendukung), yaitu aktivitas yang menyediakan dukungan yang
diperlukan bagi berlangsungnya aktivitas primer. Aktivitas ini terdiri dari
procurement (pembelian/pengadaan), technology development (pengembangan
teknologi), human resource management (manajemen sumber daya manusia) dan
firm infrastructure (infrastruktur perusahaan)
1. Aktivitas Primer
 Inbound Logistics (logistik ke dalam), dihubungkan dengan menerima,
menyimpan, dan menyebarkan input-input ke produk. Termasuk di
dalamnya penanganan bahan baku, gudang dan kontrol persediaan.
Operations (operasi), segala aktivitas yang diperlukan untuk mengkonversi
input-input yang disediakan oleh logistik masuk ke bentuk produk akhir.
Termasuk di dalamnya permesinan, pengemasan, perakitan, dan
pemeliharaan peralatan.

10
 Outbound Logistik (logistik ke luar), aktivitas-aktivitas yang melibatkan
pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian secara fisik produk final
kepada para pelanggan. Meliputi penyimpanan barang jadi di gudang,
penanganan bahan baku, dan pemrosesan pesanan.
 Marketing and Sales (pemasaran dan penjualan), aktivitas-aktivitas yang
diselesaikan untuk menyediakan sarana yang melaluinya para pelanggan
dapat membeli produk dan mempengaruhi mereka untuk melakukannya.
Untuk secara efektif memasarkan danmenjual produk, perusahaan
mengembangkan iklan-iklan dan kampanye professional, memilih jaringan
distribusi yang tepat, dan memilih, mengembangkan, dan mendukung
tenaga penjualan mereka.
 Service (pelayanan), aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk
meningkatkan atau memelihara nilai produk. Perusahaan terlibat dalam
sejumlah aktivitas yang berkaitan dengan jasa, termasuk instalasi,
perbaikan, pelatihan, dan penyesuaian.
2. Aktivitas Pendukung
 Procurement (pembelian/pengadaan), aktivitas-aktivitas yang dilakukan
untuk membeli input-input yang diperlukan untuk memperoduksi produk
perusahaan. Input-input pembelian meliputi item-item yang semuanya
dikonsumsi selama proses manufaktur produk.
 Technology development (pengembangan teknologi), aktivitas-aktivitas
yang dilakukan untuk memperbaiki produk dan proses yang digunakan
perusahaan untuk memproduksinya. Pengembangan teknologi dapat
dilakukan dalam bermacam-macam bentuk, misalnya peralatan proses,
desain riset, dan pengembangan dasar, dan prosedur pemberian servis.
 Human resources management (manajemen sumber daya manusia),
aktivitas-aktivitas yang melibatkan perekrutan, pelatihan, pengembangan,
dan pemberian kompensasi kepada semua personel.
 Firm infrastructure (infrastruktur perusahaan) atau general administration
(administrasi umum), infrastruktur perusahaan meliputi aktivitas-aktivitas
seperti general management, perencanaan, keuangan, akuntansi, hukum,

11
dan relasi pemerintah, yang diperlukan untuk mendukung kerja seluruh
rantai nilai melalui infrastruktur ini, perusahaan berusaha dengan efektif
dan konsisten mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman,
mengidentifikasi sumber daya dan kapabilitas, dan mendukung
kompetensi inti.
Rantai nilai memberikan cara sistematik untuk membagi suatu perusahaan
kedalam berbagai aktivitas yang berbeda sehingga dapat digunakan untuk
menelaah bagaimana cara pengelempokan berbagai aktivitas dalam perusahaan.
Dengan menggunakan analisas rantai ini perusahaan bisa mendeteksi aktivitas
yang tidak memberikan nilai tambah (non value added) sehingga bisa dihilangkan.

2. 4 Kacang Edamame
Edamame merupakan kedelai asal Jepang yang sangat dikenal. Bentuk
tanamannya lebih besar dari kedelai biasa, begitu pula biji dan polongnya. Warna
kulit polong bervariasi dari hitam, hijau, atau kuning. Biasanya orang Jepang
merebus polongnya yang muda sebagai cemilan saat minum sake. Edamame
mengandung antioksidan dan isoflavon. Konsumsi makanan yang kaya akan
antioksidan dikaitkan dengan penguatan sistem imun tubuh dan mengurangi risiko
kanker. Klasifikasi ilmiah edamame adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Upafamili : Faboideae
Genus : Glycine (L.) Merr.
Spesies : Glycine max
Isoflavon yang terkandung dalam edamame terbukti mengurangi risiko
kanker prostat dan kanker payudara, mencegah penyakit jantung, menurunkan
tekanan darah, dan mengurangi gangguan saat menopause. Sementara itu,
kandungan protein di dalam edamame mencapai 36 persen, jauh lebih tinggi

12
dibanding kedelai matang. Panganan ini juga mengandung minyak yang rendah.
Dikombinasikan dengan kandungan proteinnya yang tinggi, camilan ini sangat
ideal untuk mereka yang ingin mencari panganan rendah lemak, tetapi tinggi
protein.
Penganut vegetarian dan vegan yang ingin mengasup sumber protein juga
disarankan mengonsumsi edamame karena kandungan proteinnya lengkap. Ini
berarti ia mengandung sembilan asam amino esensial yang diperlukan tubuh.
Edamame juga tidak mengandung kolesterol dan sedikit lemak jenuh. Panganan
ini juga kaya vitamin C dan B. Kandungan lainnya adalah mineral penting seperti
kalsium, zat besi, atau magnesium.
Sama halnya dengan kedelai biasa, kedelai jepang ini pun memerlukan hawa
yang cukup panas dengan curah hujan yang relatif tinggi. Sehingga jenis ini cocok
bila ditanam di Indonesia yang beriklim tropis. Pada umumnya, pertumbuhan
tanaman akan balk pada tanah yang berketinggian tidak lebih dari 500 m dpl.
Dengan drainase dan aerasi yang baik, edamame dapat tumbuh baik pada tanah-
tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Selain itu, ia menghendaki
tanah yang subur, gembur, dan kaya bahan organik. Keasamaan tanah (pH) yang
cocok untuknya berkisar antara 5,8-7,0. Tanah yang terlalu asam akan
menghambat pertumbuhan bintil akar dan proses nitrifikasi. Sebagai indikator
yang paling mudah adalah jagung. Bila tanah itu baik untuk jagung, maka baik
pula untuk jenis kedelai ini.
Penanaman benih edamame bisa langsung ditanam tanpa penyemaian.
Kebutuhan benih untuk 1 ha pertanaman adalah sekitar 720 g. Sebelum
disemaikan, sebaiknya benih itu ditulari (inokulan) dulu dengan bakteri bintil
akar, terutama kalau tanah yang akan diolah belum pernah ditanami kedelai.
Inokulan dilakukan dengan cara benih edamame dicampur dengan tanah bekas
tanaman kedelai yang subur dengan perbandingan 1:40. Bila tanah bekas tanaman
kedelai susah didapat, bisa digunakan inokulan yang telah jadi yang banyak dijual
di tempat pembelian saprotan (sarana produksi pertanian). Tanah diolah sampai
menjadi gembur. Kemudian tanah itu dibuat bedengan berukuran 10 x 2 m dan
parit di antara bedengan sebagai saluran pembuangan air. Dua hari kemudian,

13
lahan diberi pupuk DS sebanyak 20 g/m². Selanjutnya benih ditanam dengan cara
ditugal di atas bedengan yang sudah disiapkan dengan jarak tanam 20 x 20 cm.
Tiap lubang tugalan diisi tiga benih. Kemudian dilakukan penyiraman secukupnya
pada lubang tugalan dan tanah di sekitarnya hingga terlihat lembab.
Penyiraman selanjutnya dilakukan dua kali seminggu karena tanaman
edamame memerlukan banyak air, terutama saat pertumbuhan. Bila cuaca terlalu
kering, maka frekuensi penyiraman perlu ditambah. Pemupukan dilakukan tiga
minggu setelah tanam bersamaan dengan penyiangan. Pupuk yang digunakan
antara lain Urea sebanyak 50 -100 kg/ha, PZOS sebanyak 45 – 90 kg/ha, dan K20
sebanyak 25-50 kg/ha atau ZK sebanyak 50-100 kg/ha. Urea berguna untuk
merangsang aktifnya bintil akar.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman ini sama dengan yang
menyerang kedelai biasa, antara lain sebagai berikut. Penyakit karat: Gejala
penyakit ini adalah timbulnya bintik-bintik cokelat terutama di bagian bawah
daun. Tepung sari akan bertaburan bila disentuh sehingga mengurangi
penyerbukan. Pada serangan yang berat, polong banyak yang tidak terisi penuh.
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Phakopspora pachhyrhizi.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara penggunaan varietas yang tahan
terhadap serangan penyakit ini. Sedangkan pengendaliannya dilakukan dengan
penggunaan fungisida Dithane atau Benlate dengan dosis 2 g/liter, terutama
diberikan saat serangan belum terlalu berat. Penyakit bercak daun: Gejalanya
hampir sama dengan penyakit karat, hanya saja bercaknya agak kuning dan
terdapat warna merah kecokelatan di tengah bercak. Pada serangan berat, bercak-
bercak menggabung/ membesar sehingga menyerupai daun yang mati. Penyebab
penyakit ini adalah bakteri Xanthomonas phaseoli. Pengendalian dan
pencegahannya sama seperti pada penyakit karat. Penyakit busuk batang:
Gejalanya ditandai dengan busuknya batang, terutama pada tanaman muda, yang
diikuti dengan kematian. Apabila kelembapan terlalu tinggi, serangan penyakit
menjadi semakin hebat sehingga meyebabkan biji gagal berkecambah.
Penyebabnya adalah sejenis cendawan Phytium sp. Pengendaliannya dilakukan
dengan penggunaan fungisida Dithane atau Benlate berdosis 2 g/liter. Penyakit

14
mosaik : Penyakit ini disebabkan oleh virus mozaik kedelai (SMV) yang
ditularkan oleh vektor Aphis glicines atau melalui cairan tanaman dan biji.
Pengendaliannya dilakukan dengan cara menghindari penggunaan benih
dari tanaman yang telah terinfeksi dan memberantas vektornya dengan insektisida.
Hama kumbang daun kedelai (Phaedonia inclusa): Larva dan kumbang dewasa
menyerang hampir semua bagian tanaman edamame (kedelai), terutama yang
masih muda. Serangannya sering dijumpai pada pagi dan sore hari. Siklus hidup
kumbang ini adalah 20-21 hari. Sehingga dalam satu kali musim tanam, edamame
dapat diserang oleh 2-3 generasi kumbang: Pemberantasannya adalah dengan
menyemprotkan Azodrin Karphos dan Tamaron berkonsentrasi sekitar 1-2
cc/liter, tergantung umur tanaman. Lalat bibit (Agromiza phaseolr): Serangannya
ditandai dengan adanya bercak-bercak pada keping biji atau daun pertama
tanaman muda. Selanjutnya larva lalat ini menyerang pangkal batang dan pangkal
akar sehingga daun menjadi layu, menguning, kemudian mati. Jika tanaman yang
terserang dicabut, akan terlihat larva pupa, atau kulit pupa di antara batang atau
akar dan kulit. Pengendalian serangan dilakukan dengan menyemprotkan Azodrin,
Surecide, Tamaron, Karphos, dan Furadan berkonsentrasi 1-2 cc/liter. Insektisida
ini disemprotkan seminggu setelah tanam sampai tanaman berumur sebulan
dengan selang seminggu setiap penyemprotan. Apabila menggunakan Furadan,
harus diberikan pada saat tanam dengan dosis 2 – 3 butir per lubang tanaman.
Kepik polong (Riptortus linearis): Serangannya ditandai dengan mengempisnya
polong karena imago dan nymphanya mengisap dan merusak polong.
Pengendalian serangan dilakukan dengan menyemprotkan Bayrusil ber-dosis 1- 2
cc/liter. Kepik hijau (Nezara viridula): Serangannya ditandai dengan
mengempisnya polong karena imago dan nymphanya juga mengisap polong
dengan jalan menusuk. Perbedaannya dengan kepik polong adalah warna kepik ini
hijau. Pengendalian serangan dilakukan dengan menyemprotkan Azodrin berdosis
1- 2 cc/liter. Ulat prodenia (Prodenia litura): Serangannya ditandai dengan
keroposnya jaringan epidermis tanaman. Daun geripis karena dimakan oleh larva
ulat dewasa. Pengendalian serangan dengan insektisida akan lebih efektif

15
dilakukan pada pagi atau sore saat ulat ini aktif. Atau, disemprotkan dari bawah
ke atas karena ulat ini bersembunyi di permukaan daun bagian bawah.
Edamame dapat dipanen pertama kali saat berumur 45 hari, tergantung
varietasnya. Kalau lebih tua lagi, hasilnya tidak disukai konsumen. Pemanenan
tidak dapat dilakukan serentak karena harus diseleksi. Polong yang akan dipetik
adalah yang sudah siap dikonsumsi. Bijinya harus kelihatan bernas, tetapi
warnanya belum kekuningan dan rambutnya belum banyak. Biasanya yang dipilih
hanyalah polong yang berisi tiga biji dan tonjolan biji pada polong terlihat besar.
Panen terus berlanjut hingga umurnya sekitar 65 hari.

16
BAB III
PEMBAHASAN

3. 1 Peningkatan Daya Saing Edamame di Pasar Internasional


PT Mitra Tani 27 mendapatkan pasokan bahan baku berupa edamame segar
dari para petani dan mengolahnya menjadi edamame beku “Quick Freeze”. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan daya saing edamame di pasar internasional.
Permintaan akan edamame beku ini paling banyak dari pasar Jepang dan Amerika.
Namun, sampai saat ini perusahaan masih belum mampu memenuhi seluruh
permintaan pasar internasional tersebut, sehingga pasar Jepang dan Amerika
dalam hal pemenuhan permintaan akan edamame beku ini didapatkan dari pasar
Thailand.
Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan daya saing produk edamame
sehingga mampu memenuhi seluruh permintaan pasar Jepang dan Amerika.
Dalam hal ini perlu adanya peningkatan pasokan bahan baku secara berkelanjutan,
dan meningkatkan kemitraan dengan para petani edamame di Jember. Selain itu,
untuk meningkatkan daya saingnya, PT Mitra Tani 27 perlu melakukan
diversifikasi usaha, yaitu dengan mengolah edamame segar menjadi edamame
olahan selain edamame beku “Quick Freeze”, misalnya dengan mengolah
edamame menjadi edamame oven, keripik edamame, dll. Bagi perusahaan sendiri,
dengan melakukan diversifikasi usaha ini bukan menjadi suatu hal yang rumit,
karena edamame sendiri pada dasarnya sudah mempunyai cita rasa yang khas,
sehingga hanya dengan sedikit sentuhan atau sedikit “value added” mampu
meningkatkan daya saing produk edamame di pasar internasional terutama pasar
Jepang dan Amerika yang paling banyak melakukan permintaan terhadap
edamame olahan ini.

17
3. 2 Peningkatan Pasokan Bahan Baku untuk Memenuhi Permintaan Pasar
Domestik dan Internasional
PT Mitra Tani 27 dalam usahanya, merangkul para petani di Jember untuk
membudidayakan edamame. Tujuan PT Mitra Tani bekerja sama dengan para
petani ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
mengurangi jumlah pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan
selain itu meningkatkan pendapatan daerah terutama di sector pertanian, sehingga
mampu meningkatkan pendapatan nasional.
PT Mitra Tani 27 ini dalam usahanya bermitra dengan para petani rakyat.
Perusahaan mendapatkan pasokan bahan baku berupa edamame segar dari para
petani. Selain menyewa lahan dari petani, perusahaan tersebut juga bekerja sama
dengan para petani dalam membudidayakan edamame. Para petani edamame
dalam membudidayakan edamame berdasarkan pada standar yang telah ditetapkan
oleh perusahaan. Mulai dari penyediaan benih, bibit, penanaman, pemeliharaan
sampai panen harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan agar hasil yang
dicapai sesuai dengan permintaan pasar domestic maupun internasional.

3. 3 Analisis Value Chain Edamame pada PT. Mitra Tani 27 Jember


3. 3. 1 Chain Mapping Edamame

Input Supply Production Trading Processing Consumption

Gambar 3. 1 Primary Activities


Analisis pertama adalah analisis pada rantai utama (primary activities) yang
ada pada perusahaan Mitra Tani sebagai objek penelitian. Pemetaan yang
dilakukan adalah untuk membangun “pohon” hubungan antara elemen input dan
output yang ada dalam rantai yang dievaluasi. Hal ini ditujukan untuk mengetahui
peta maupun segala elemen yang berpengaruh langsung pada bisnis ini. Pada
analisis yang ada pada rantai nilai utama ada 3 pemetaan yang dilakukan, antara
lain :

18
a. Mapping Actor
Tabel 3. 1 Mapping Actor pada PT. Mitra Tani 27 Jember
No. Mapping Aktor
1. Input Supply Petani mitra
Self production
2. Production Mitra Tani 27
3. Trading Broker
Small trader
Big trader
4. Processing Minimarket
Supermarket
Hypermarket
Koperasi
5. Consumption Edamame exporter
HOREKA (Hotel, restoran, cafe)
Individual consumers
Peternak
Pada pemetaan aktor yang terlibat pada edamame, dibagi menjadi 5 bagian.
Pada input supply, MT27 bekerja sama dengan para petani mitra untuk
menghasilkan bahan baku yang nantinya akan diolah. Konsep mitra ini dilakukan
karena MT27 sendiri tidak memiliki lahan yang digunakan untuk
membudidayakan edamame. Selain itu, untuk menjaga kualitas sejak awal tumbuh,
maka benih dan setiap pertumbuhan dari kacang edamame akan diawasi oleh
pengawas dari MT27 dengan menggunakan SOP yang telah ditentukan.
Setelah itu, pada production adalah MT27 sebagai aktor utamanya karena
disinilah produk mentah kacanag edamame dijadikan produk olahan dengan
menggunakan pelbagai alat dan standar kerja yang berlaku. Aktivitas selanjutnya
yakni trading melibatkan broker, small trader dan big trader. Dari sinilah nantinya
akan disalurkan pada minimarket, koperasi, supermarket dan hypermarket terknal
di pulau Jawa dan sekitarnya bahkan untuk pasar luar negeri.

19
b. Mapping Activities
Tabel 3. 2 Mapping Activities pada PT. Mitra Tani 27 Jember
No. Mapping Aktivitas
1. Input Supply Bredding stock
Field inspector
Water
Stowage
Fertilizing
EWS (Early Warning System)
Field operation system
2. Poduction Washing
Grading
Processing
Freezing
3. Trading Transportation
Distribution to consumen
4. Processing Packing
Storage
Oven
5. Consumption Domestic consumption
Export to the other countries
Pada pemetaan aktivitas yang ada, dibagi menjadi 5 bagian besar yakni
pertama input supply. Pada bagain ini terdapat aktivitas pemuliaan atau breding
stock, air dan bahan pendukung, pemeliharaan, pengawasan dan SOP yang
terstandar dengan baik. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas kacang
edamame. Selanjutnya pada production, MT27 memiliki SOP standar yakni
washing, grading sesuai dengan kualitas, pengolahan serta pembekuan untuk
nantinya dikirim. Transportasi dan pendistribusian kepada konsumen menjadi
bagian dari pelaksanaan trading dari production (MT27). Penyimpnanan,
pengovenan, dan terakhir pengemasan adalah bagian terakhir dari pemasaran yang

20
akan dilakukan oleh distributor untuk menarik pihak konsmen agar membeli
kacang edamame olahan, seperti mukimame, edamame oven dan lainnya.
Persaingan menjadi semakin sengit. Ada kesempatan untuk menghasilkan
makanan paling aman di dunia ketika produsen, pengolah dan pengecer melacak
produk melalui rantai makanan. Premi juga ada untuk kualitas tinggi secara
konsisten diproduksi dan produk makanan olahan (Barness, 2004).

21
c. Mapping Product Flow

INPUT SUPPLY PETANI MITRA SELF PRODUCTION

PRODUCTION
MITRA TANI 27

EDAMAME
BIG TRADER SMALL TRADER BROKER
o TRADING

EXPORTER KOPERASI MINIMARKET


PROCESSING

SUPERMARKET HYPERMARKET

CONSUMPTION EXPORT MARKET INDIVIDUAL HOREKA


PETANI
CONS.

22
d. Mapping Volume Of Product Flows Edamame

PETANI MITRA SELF PRODUCTION


40% 60%

MITRA TANI 27
30%

70% 50% 100%


30% 20%
BIG TRADER SMALL TRADER BROKER

50% 50% 30% 70% 50%

EXPORTER KOPERASI 30% MINIMARKET

80% 50% 20%

HYPERMARKET 50%
SUPERMARKET 20%

70%

70% 30% 20%


40% 40%
EXPORT MARKET INDIVIDUAL HOREKA
30%
CONS.

23
e. Mapping The Flow of Values and Benefit
Tabel 3. 3 Mapping The Flow of Values and Benefit Edamame
Mitra Super
Producers Broker Small traders
Tani Market

Selling price 3000 5000 7000 12000 15000

Marketing cost - 0 500 1500 1000

Marketing margin - 2000 2000 5000 3000

Net margin - 2000 1500 3500 2000

Producer's share of
final price (%) - - - - 20

24
3. 3. 2 A Value Chain Map Matrix
Tabel 3. 4 Value Chain Map Matrix
Input Supply Production Trading Processing Consumption

Activities Bredding stock Washing Transportation Packing Domestic consumption


Field inspector Grading Distribution to consumen Storage Export to the other
Water Processing Oven countries
Stowage Freezing
Fertilizing
EWS (Early Warning
System)
Field operation system
Actors Petani mitra Mitra Tani 27 Broker Minimarket Edamame exporter
Self production Small trader Supermarket HOREKA (Hotel, restoran,
Big trader Hypermarket cafe)
Koperasi Individual consumers
Peternak
Inputs Benih Kacang edamame Edamame beku Edamame beku Edamame olahan
Pupuk Mukimame Mukimame
Air
Outputs Kacang edamame Edamame beku Edamame beku Edamame olahan
Mukimame Mukimame
Locations Bondowoso Jember Jember Domestic Domestic
Export market Export market

25
Tabel 3. 5 Tantangan dan Solusi
Tantangan Solusi
Input Supply 1. Mencari lokasi budidaya 1. Dibuat buku saku untuk SOP pengawas lapang
2. Kurang ketatnya SOP teknik budidaya 2. Mapping area
3. Cuaca yang tidak menentu 3. Dioptimalkannya CSR perusahaan dan
4. Aspek keamanan pemberdayaan masyarakat sekitar
4. Penggunaan sistem reward and punishment
Production 1. Kurang transparasinya mengenai grading 1. Dibentuknya asosiasi pengawas grading dari
2. Masih tingginya residu yang terikut petani mitra
2. Pengetatan SOP dari lahan sampai pengolahan
dengan menerapkan ISO
Trading 1. Mempertahankan kualitas produk 1. Penggunaan media TV lokal
2. Kurang promosi 2. Pengetatan SOP
Processing 1. Kurang kuatnya branding merek 1. Perbaikan kemasan agar lebih menarik
2. Kurang menariknya kemasan konsumen
2. Pengoptimalkan penggunaan iklan/media lokal
Consumption 1. Service yang masih kurang memadai 1. Dibukanya layanan keluhan pelanggan

26
Mewujudkan nilai ekonomi yang maksimal dari suatu produk dalam alur
pemasaran perlu membuka wawasan bahwa sebenarnya besar kecilnya nilai suatu
produk sangat tergantung dari luar sistem, terutama kita harus mengetahui tingkat
kebutuhan dan keinginan konsumen. Selama ini dalam kajian pengembangan
suatu produk masih terkesan terfokus pada kebutuhan konsumen, yang sebetulnya
besarnya nilai produk akhir lebih dominan ditentukan oleh sejauh mana keinginan
konsumen terhadap suatu produk. Biasanya berapapun nilai suatu produk, namun
bila konsumen telah berkeinginan kuat untuk membeli produk tersebut maka
konsumen akan membelinya.
Disatu pihak adanya tantangan ini disikapi dengan biasa saja. Hal ini yang
mengakibatkan rantai menjadi tidak efektif serta menyebabkan penurunan mutu.
Perlunya sukungan dari perlabagi pihak dan pastuinya implementasi secara
menyeluruh solusi-solusi dan aturan pendukung agar tercipta efesiensi berkaitan
dengan komoditas ini.
Pengembangan usaha tani berorientasi untuk peningkatan nilai tambah
hendaknya para pelaku utama, khususnya masyarakat tani berada dalam suatu
kelembagaan ekonomi dan sosial di desa yang kuat dan harus tumbuh dari bawah
dan mengacu pada potensi sumberdaya lokal secara spesifik (Bahtiar dan Jantje,
2010). Peran pemerintah juga diperlukan ke depannya untuk mempertegas aturan
serta memfasilitasi sektor pendukung. Hal ini dikemukakan oleh Nusinovic dan
Ivan (2003) peran pemerinta adalah untuk melaksanakan kebijakan pertanian yang
harus berorientasi jangka panjang dan transparan bagi semua aktor yang terlibat.
Ini harus mendukung kegiatan R & D dan membangun sistem dukungan mudah
diimplementasikan.

27
KESIMPULAN dan SARAN

KESIMPULAN
1. Rantai nilai yang terbentuk dari komoditas kacang edamame ini adalah
petani mitra + self production >> Mitra Tani 27 >> Broker + small trader +
big trader >> koperasi + minimarket + supermarket + hypermarket >>
konsumen.
2. Net margin ada pada small trader yakni sebesar Rp 3500,- diikuti oleh super
market dan MT 27 dan terkahir adalah broker.
3. Banyak stajkeholder yang berpengaruh pada komoditas kacang edamame
inin baik dari hulu hingga hilir.

SARAN
1. Perlunya pengimplementasian solusi dari pelbagai tantangan yang
menghadapi perkembangan komoditas ini kedepannya.
2. Perlunya dukungan serta tindakan yang benar-benar nyata dari para
stakeholder yang berperan khususnya pihak pemerintah untuk memfasilitasi
sektor pendukung agar lebih mampu membawa sektor komoditas ini kearah
yang lebih baik.

28
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2012. Pertumbuhan Ekonomi. Indonesia. No. 14/02/Th.


XVI, 5 Februari 2013. Jakarta: Berita Resmi Statistika

Bahtiar and Janjte G. K. 2010. Penerapan Rantai Nilai (Value Chain Analysis)
Dalam Rangka Akselerasi Pembangunan Sektor Pertanian Di Sulawesi
Utara. Sulut: BPTP

Barnes, M. 2004. Value Chain Guidebook: A Process for Value Chain


Development.Kanada: Alberta

Kaplinsky, R. and Morris, M. 2001. A Handbook for Value Chain Research

Nusinovic, M and Ivan D. M. 2003. The Apple Industry in Croatia: A Value


Chain Analysis Approach. Zagreb: Economic Institute Zagreb

Porter, M. 1985. Competitive Advantage: Creating and Sutaining Superior


Performance. New York: Simon and Schuster Inc.

29

Anda mungkin juga menyukai