PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi besar dalam
menghasilkan buah dan sayuran. Hal ini tercermin dari beraneka ragam buah yang
mampu tumbuh di Indonesia dan tidak dapat tumbuh di daerah subtropis seperti
salak, durian, jambu air, dan lain-lain. Disamping itu, Indonesia juga mampu
menghasilkan buah yang dihasilkan negara subtropis, salah satunya adalah buah
apel. Apel (Malus sylvestris Mill.) merupakan tanaman buah tahunan yang berasal
dari daerah Asia Tengah dengan iklim subtropis. Di Indonesia, apel telah ditanam
sejak tahun 1934 hingga saat ini. Varietas yang dikembangkan di Indonesia
umumnya didatangkan dari Eropa dan Australia melalui Cina pada tahun 1990-an.
Tanaman ini tumbuh di daerah yang memiliki ketinggian 800-1200 meter dari
permukaan laut.
Apel memiliki kandungan lemak jenuh yang rendah dan nol kolestrol serta
memiliki banyak manfaat dalam menunjang kesehatan, diantaranya dapat
meningkatkan kesehatan jantung, mencegah asma, membersihkan hati,
mengurangi kolestrol, serta membantu imunitas tubuh manusia. Apel merupakan
buah yang banyak dikonsumsi di banyak negara dan mengandung beberapa nutrisi
seperti serat, mineral, vitamin dan antioksidan (Ferretti et al., 2014). Menurut
Irsyadul dalam Melliawati (2015), apel mengandung beberapa jenis vitamin
diantaranya vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B5, vitamin
B9 serta vitamin C. Selain vitamin, terdapat beberapa kandungan lainnya dalam
apel yang meliputi kalsium, magnesium, zat besi serta unsur-unsur lainnya seperti
fitokimian, serat, tanin, baron, dan flavonoid (Dewi, 2013).
Kesadaran masyarakat yang tinggi akan buah apel yang bermanfaat bagi
kesehatan dapat menjadi pendorong peningkatan tingkat konsumsi apel yang
semakin tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2017, pada tahun 2015 sebanyak 254.84
juta jiwa masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi apel dan terus mengalami
peningkatan pada tahun 2016 sebanyak 257.89 juta jiwa penduduk. Hal ini
membuktikan bahwa perkiraan total konsumsi buah apel per tahunnya di
Indonesia mengalami peningkatan. Salah satu alasan masyarakat Indonesia
2
menggemari buah apel yaitu karena kandungan gizi yang terdapat dalam buah
apel tersebut (Cooke, 2006).
Di Indonesia, buah apel dapat tumbuh dan berbuah baik di dataran tinggi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (2017), produksi apel di Indonesia banyak
dihasilkan di Pulau Jawa. Sentra produksi apel di Indonesia terdapat di daerah
Jawa Timur, terutama Kota Malang (Kota Batu dan Poncokusumo) dan Kota
Pasuruan. Di daerah ini, tanaman apel telah diusahakan sejak tahun 1950 dan
berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini.
Tabel 1. Produksi Tanaman Buah Apel di Pulau Jawa
Produksi Tanaman Buah-Buahan
Provinsi Apel (Ton)
2014 2015 2016 2017
Jawa Barat 0 0 0 305
Jawa
0 0 11 4
Tengah
Jawa Timur 238.141 242.762 329.066 317.944
Sumber : BPS, 2017
Kota Batu merupakan salah satu kota sebagai penghasil buah apel yang
sangat tinggi di daerah Jawa Timur. Sejak tahun 1960, tanaman apel sudah banyak
ditanam di Kota Batu yang digunakan sebagai pengganti tanaman jeruk yang telah
mati akibat serangan penyakit. Sejak saat itu, tanaman buah apel terus
berkembang hingga sekarang di dataran tinggi Kota Batu. Setelah tahun 1960,
tanaman apel berkembang pesat dikarenakan pada tahun 1950 telah ditemukannya
teknik budidaya dan pembuahan apel yang sesuai.
Terdapat empat varietas buah apel lokal yang dikembangkan oleh petani,
yaitu Manalagi, Anna, Rome Beauty, dan Wangling (Kurniyati, 2015). Apel
varietas manalagi memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan apel jenis
lainnya meskipun kondisi apel ini belum matang. Apel dengan varietas manalagi
ini memiliki bentuk buah yang bulat, kecil, warna kulit hijau kekuningan dengan
daging berwarna putih kekuningan (Sa’adah dkk, 2015). Apel manalagi (per 100
gram) memiliki kandungan diantaranya protein 0,30 gr; kalsium 6,00 mg; fosfor
10,00 mg; vitamin A 90,00 SI; vitamin C 5,00 mg; air 84% dan pektin 1,5%.
3
Namun apel jenis manalagi ini memiliki kelemahan yaitu mudah busuk dan
mudah rusak (Kurniyati, 2015).
Berdasarkan kelemahan dan banyaknya hasil panen buah apel dengan
varietas manalagi ini, mendorong masyarakat untuk mengolah buah apel
manalagi menjadi produk olahan untuk menaikkan nilai jual sekaligus
mempertahankan daya simpan, seperti kripik, dodol, manisan dan selai (Khairani,
2007). Selain itu dapat pula dengan pembuatan sari buah apel Manalagi (Hapsari,
2015). Sari buah merupakan cairan yang tidak difermentasi tetapi dapat
difermentasikan yang diperoleh dari bagian buah yang matang dan segar atau
buah yang disimpan pada kondisi baik serta diolah dengan proses ekstraksi
mekanik (Codex Stan, 2005).
Salah satu produk olahan buah yang digemari masyarakat adalah minuman
sari buah apel. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK), mendorong semakin banyaknya masyarakat Kota Batu yang
menggantungkan hidupnya pada industri olahan buah apel sehingga banyak
bermunculan berbagai macam merek dari berbagai industri rumah tangga (UKM)
di Kota Batu dengan produk sejenis (homogen). Sektor industri pengolahan sari
apel banyak ditemukan di Kota Batu, diantaranya terdapat 16 UKM pengolahan
minuman sari apel yang masih aktif berproduksi (BPS Kota Batu, 2014).
Berkembangnya industri minuman sari buah apel di Kota Batu membuat
banyak merek-merek baru beredar di pasaran sehingga perlu untuk mengetahui
posisi produk dalam menunjang penentuan strategi pemasaran yang tepat. Agar
suatu perusahaan tetap mampu bersaing di pasaran, maka manajer perusahaan
harus menerapkan strategi yang tepat untuk mempertahankan atau meningkatkan
posisi pasar atas produknya. Perusahaan tidak akan bertahan lama jika tidak
mampu memahami kebutuhan dan keinginan konsumen serta akan mengalami
kesulitan dalam memasarkan produk yang dihasilkannya.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan rencana yang terarah dan
terpadu agar memperoleh hasil yang optimal, maka diperlukan strategi yang tepat
sebagai penggerak utama dalam memenangkan persaingan. Strategi usaha yang
dapat beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah dapat dengan
menciptakan berbagai alternatif, salah satunya adalah penerapan strategi bauran
4
pasar sasaran. Strategi pemasaran yang dilakukan dengan tepat sasaran tersebut
akan meningkatkan loyalitas konsumen minuman sari apel BroseM untuk tetap
memilih dan membeli produk tanpa berfikir untuk beralih pada produk lain.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, perencanaan strategi bauran
pemasaran yang tepat sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan dalam
mendukung kegiatan pemasaran minuman sari apel BroseM.
20000
15000
10000 Tingkat Penjualan
5000 (Kardus)
Target Penjualan per
0 bulan (Kardus)
Januari
Februari
Desember
Maret
Mei
Juni
Juli
Agustus
November
April
Oktober
September
adalah bahan baku (0.251), distribusi (0.201) serta variasi produk dan kemasan
(0.152). Berdasarkan kriteria peningkatan permintaan menunjukkan bahwa
prioritas strategi yang terpenting berturut-turut meliputi variasi produk dan
kemasan (0.247), teknologi pengolahan (0.194), dan bahan baku (0.174).
Berdasarkan kriteria produk menunjukkan bahwa prioritas strategi berturut-turut
meliputi teknologi pengolahan (0.203) dan manajemen pengolahan (0,191).
Berdasarkan kriteria harga yang bersaing menunjukkan bahwa prioritas strategi
berturut-turut meliputi bahan baku (0.234), pesaing (0.230) dan teknologi
pengolahan (0.174). Berdasarkan kombinasi seluruh kriteria menunjukkan bahwa
prioritas strategi yang terpenting berturut-turut adalah bahan baku (0,214),
teknologi pengolahan (0,188) serta variasi produk dan kemasan (0.183).
Nurainun (2017) melalui penelitiannya menjabarkan rancangan strategi
pemasaran pada PT. XXX Pekanbaru dengan tujuan untuk merancang strategi
pemasaran dengan menggunakan marketing mix (tempat, promosi, orang terkait,
bukti fisik dan proses jasa) agar PT. XXX bisa mencapai market leaser dalam
penjualan produknya di Pekanbaru. Berdasarkan pengolahan AHP pada
perhitungan tingkat prioritas diperoleh bobot setiap variabel meliputi tempat (9%),
promosi (41%), orang terkait (23%), bukti fisik (4%), dan proses jasa (23%).
Dalam strategi promosi, mayoritas responden menginginkan agar perusahaan
lebih sering menyelenggarakan even-even secara berkala. Kemudian dalam
strategi orang terkait, responden menginginkan agar karyawan tepat waktu dalam
memenuhi pesanan konsumen. Yang terakhir dalam strategi proses jasa, mayoritas
responden menginginkan perusahaan melakukan proses jasa yang berjalan lancar
dan tidak berbelit-belit.
Rizkiyah (2018) melalui penelitiannya menjabarkan rancangan strategi
pemasaran kopi arabika di Kabupaten Bantaeng dengan tujuan menyusun strategi
pemasaran yang diprioritaskan dalam menjalankan usaha kopi arabika Bantaeng.
Berdasarakan hasil olahan dengan metode AHP diperoleh strategi pemasaran yang
diprioritaskan dalam menjalankan usaha kopi arabika Bantaeng yaitu pertama-
tama menjaga ketersediaan bahan baku yang sesuai dengan permintaan pasar,
kemudian mendukung kemitraan petani dengan aktor pemasar kopi. Selanjutnya
pemanfaatan teknologi informasi yang digunakan untuk memfasilitasi jaringan
13
“Koperasi Serba Usaha (KSU) adalah koperasi yang memiliki lebih dari satu
bidang usaha”.
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1994 Pasal 44 Ayat 2
menyatakan bahwa prinsip koperasi serba usaha (KSU) sama dengan prinsip yang
dimiliki oleh koperasi secara umum yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 5 ayat 1, yaitu :
Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
Pembagian sisa hasil usaha (SHU) dilakukan secara adil dan sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
Kemandirian.
2.3. Pemasaran
Banyak orang mengira pemasaran hanya sekedar penjualan atau periklanan.
Namun, penjualan dan periklanan hanyalah puncak gunung es pemasaran.
Sekarang, pemasaran harus dipahami tidak dalam pengertian lama -“katakan dan
jual”- tetapi dalam pengertian baru yaitu memuaskan kebutuhan pelanggan. Jika
pemasar memahami kebutuhan pelanggan dengan baik, mengembangkan produk
yang mempunyai nilai superior dan menetapkan harga, mendistribusikan serta
mempromosikan produknya dengan efektif, produk-produk ini akan terjual
dengan mudah. Jadi penjualan dan periklanan hanyalah bagian dari “bauran
pemasaran” (marketing mix) yang lebih besar menjadi satu set perangkat
pemasaran yang bekerja bersama-sama untuk mempengaruhi pasar.
2.3.1. Definisi Pemasaran
Menurut American Marketing Association (AMA) dalam Setiyaningrum,
dkk (2015) Pemasaran adalah proses merencanakan dan melaksanakan konsepsi,
menentukan harga, promosi, dan distribusi dari gagasan, barang, serta jasa untuk
menciptakan pertukaran yang akan memuaskan sasaran dari para individu dan
organisasi. Menurut Philip Kotler dalam Setiyaningrum dkk (2015) Pemasaran
adalah kegiatan menganalisis, mengorganisasi, merencanakan, dan mengawasi
sumber daya, kebijaksanaan, serta kegiatan yang menimpa para pelanggan
16
energi yang dikeluarkan, dan biaya psikis. Setelah pemberian nilai, konsumen
akan mengevaluasi dan hasilnya nanti akan mempengaruhi kepuasan dan peluang
untuk membeli ulang produk tersebut.
Kepuasan pelanggan tergantung pada anggapan kinerja produk dalam
menyerahkan nilai relatif terhadap harapan pembeli. Bila kinerja atau prestasi
sesuai atau bahkan melebihi harapan, pembelinya akan merasa puas. Perusahaan
yang cerdik mempunyai tujuan membuat gembira pelanggan dengan hanya
menjanjikan apa yang dapat mereka serahkan, kemudian menyerahkan lebih
banyak dari yang mereka janjikan.
5. Mutu
Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan kualitas. Beberapa tahun
belakangan ini, banyak perusahaan yang mengadopsi program manajemen mutu
lokal (Total Quality Management/TQM), yan berkelanjutan produk, jasa dan
proses pemasaran mereka. Mutu mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja
produk dan dengan demikian terhadap kepuasan pelanggan. Dalam arti yang
sempit, mutu dapat didefinisikan sebagai “tanpa cacat”, tetapi kebanyakan
perusahaan yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan melangkah melewati
definisi mutu yang sempit ini. Sebaliknya mereka mendefinisikan mutu dilihat
dari kepusan pelanggan.
6. Pertukaran
Pemasaran terjadi ketika manusia memutuskan utnuk emmuaskan
kebutuhan dan keinginan melalui pertukaran. Pertukaran (exchange) merupakan
suatu tindakan untuk memperoleh objek yang diharapkan dari seseorang dengan
menawarkan sesuatu sebagai penggantinya. Pertukaran hanyalah salah satu dari
banyak cara manusia untuk memperoleh objek yang mereka harapkan.
7. Transaksi
Kalau pertukaran merupakan konsep inti pemasaran, maka sebuah transaksi
adalah unit ukuran pemasaran. Suatu transaksi mengandung pertukaran nilai
antara dua pihak, yakni pihak yang satu memberikan X kepada pihak yang lain
dan mendapatkan Y sebagai pengganti. Transaksi pemasaran merupakan bagian
dari gagasan yang lebih besar mengenai hubungan pemasaran (relationship
marketing).
20
diharapkan akan dapat terjalin dan program tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Situasi kedua, ketika terjadi biaya produk yang lebih tinggi dan perbaikan
produktifitas diperlukan untuk menurunkannya.
Penganut konsep ini akan berkonsentrasi pada upaya menciptakan efesiensi
produksi, biaya rendah dan distribusi massal. Dengan demikian, fokus utama
konsep ini adalah distribusi dan harga. Konsep ini masih banyak dijumpai di
negara-negara berkembang seperti Indonesia
2. Konsep Produk
Konsep produk merupakan konsep dimana konsumen akan menyukai
produk bermutu terbaik dan sifat paling inovatif. Dengan konsep ini, mendorong
perusahaan harus mencurahkan energi untuk terus menerus melakukan perbaikan
produk. Penganut konsep ini akan berkonsentrasi pada upaya penciptaan produk
superior dan penyempurnaan kualitasnya. Jadi, fokus utamanya adalah pada aspek
produk.
3. Konsep Penjualan
Konsep ini berkeyakinan bahwa konsumen tidak akan membeli produk
perusahaan dalam jumlah yang banyak, jika mereka tidak dinyakinkan.
Perusahaan yang menganut konsep ini akan berkonsentrasi pada usaha-usaha
promosi dan penjualan dalam skala besar.
4. Konsep Pemasaran
Konsep manajemen pemasaran ini berkeyakinan bahwa pencapaian sasaran
organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran
serta kepuasan konsumen yang lebih efektif dan efesien daripada produk pesaing.
Konsep ini berpandangan bahwa kunci untuk mewujudkan tujuan organisasi
terletak pada kemampuan organisasi dalam menciptakan, memberikan dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasarannya secara lebih efektif
dibandingkan pesaing. Tujuan akhir dari konsep pemasaran adalah membantu
perusahaan mencapai tujuannya. Dalam kasus perusahaann bisnis, tujuan
utamanya adalah laba, sedangkan untuk perusahaan nirlaba dan publik maka
tujuan utamanya adalah mendapatkan dana yang memadai untuk melakukan
aktivitas-aktivitas sosial dan pelayanan publik.
25
24
distibusi, dan promosi (promotion) yang dikenal dengan sebutan 4P. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran merupakan kombinasi
dari empat variabel yang terdiri dari produk, harga, promosi, tempat atau saluran
distribusi yang digunakan oleh perusahaan secara terus menerus untuk mencapai
tujuan perusahaan. Keempat komponen tersebut perlu dikombinasikan dan
dikoordinir agar perusahaan dapat melakukan tugas pemasarannya seefektif
mungkin.
Jadi, perusaahaan atau organisasi tidak hanya sekedar memilih kombinasi
yang terbaik saja, tetapi juga harus mengkoordinir berbagai macam elemen dari
marketing mix tersebut untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif.
Oleh karena itu, dalam mengevaluasi berbagai strategi yang mungkin, seorang
manajer pemasaran harus memikirkan apakah terdapat suatu cara untuk
membedakan bauran pemasaran (Canon, et al, 2008). Empat kelompok variabel
bauran pemasaran merupakan kegiatan inti perusahaan dalam pemasaran, dimana
bidang-bidang keputusan strategi dalam keempat variabel bauran pemasaran dapat
dilihat pada gambar berikut (Kotler, 2009).
Bauran Pemasaran
Produk :
- Keragaman Harga : Promosi : Tempat :
produk - Daftar Harga - Periklanan - Saluran
- Kualitas - Diskon - Promosi penjualan pemasaran
- Fitur Produk - Potongan - Tenaga penjualan - Cakupan
- Design Harga - Pemasaran pemasaran
- Ciri - Periode Langsung - Lokasi
- Nama merek Pembayaran - Hubungan - Persediaan
- Kemasan - Persyaratan Masyarakat - Transportasi
- Ukuran Kredit - Penjualan Pribadi
- Pelayanan
- Garansi atau
Jaminan
- Imbalan
- Kemasan
- Label
- Layanan
Pelangkap
Gambar 2. Kelompok Variabel Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Sumber : Simamora (2003), Tjiptono (2008), dan Kotler (2009)
27
26
konsumen dan bukan selera kita sendiri, sebab selera kita belum tentu sama
dengan selera konsumen atau calon konsumen.
2. Daur Hidup Produk
Konsep daur hidup produk menjelaskan bahwa penjualan produk berubah
sepanjang waktu dengan cara yang dapat diduga dan produk tersebut akan
melewati rangkaian lima tahap dalam daur hidup produk. Adapun kelima tahapan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tahap Perkenalan
Periode perkenalan biasanya diduga akan panjang bahkan untuk kelas
produk yang relatif sederhana seperti produk-produk makanan kemasan. Karena
tipe dan subtipe produk biasanya muncul selama tahap akhir pertumbuhan dan
kedewasaan dari kelas produk, mereka memiliki periode dan pertumbuhan lebih
pendek.
b. Tahap Pertumbuhan
Pada tahapan ini dimulai dengan peningkatan yang tajam dalam penjualan
dan produk mengalami lepas landas. Diawal tahapan pertumbuhan, banyak
pesaing yang masuk ke pasar, disamping meningkatnya permintaan primer
melalui upaya-upaya pemasaran.
c. Tahap Goncangan
Pada akhir masa pertumbuhan dan awal untuk memasuki tahap kedewasaan,
sebagian besar industri mengalami periode goncangan (shakeout) yang biasanya
ditandai dengan penurunan dalam tingkat pertumbuhan secara menyeluruh.
Periode ini sering ditandai dengan pemotongan harga yang dirancang untuk
menggerakkan kelebihan persediaan pada tingkat produsen dan penyalur. Bagi
sebagian perusahaan menerapkan penjagaan volume penjualan yang memadai
agar tetap hidup.
d. Tahap Kedewasaan atau Jenuh
Pada tahapan ini kebanyakan produk yang ada di pasar berada dalam tahap
jenuh. Stabilitas dalam kaitannya dengan permintaan, teknologi dan persaingan
mencirikan kedewasaan. Para pembeli mengetahui seluk-beluk produk, dan
pemimpin industri sekarang sangat berkonsentrasi pada posisi pasar.
29
28
e. Tahap Penurunan
Pada tahap ini secara berangsur-angsur produk, terutama tipe, subtipe dan
merek produk memasuki tahap penurunan dari daur hidup produk. Pola penjualan
juga menjadi salah satu faktor dari penurunan ini dan kemudian ketakutan pada
tingkat penjualan yang rendah ketika masih ada segmen kecil yang tersisa
menggunakan produk tersebut.
3. Atribut Produk
Atribut produk adalah sifat-sifat yang terkandung dalam produk, baik yang
sifatnya kasat mata maupun sifat yang tidak kasat mata (Gitosudarmo, 1994).
Setiap produk mempunyai atribut produk yang berbeda–beda sehingga konsumen
dihadapkan pada berbagai atribut yang ditawarkan oleh perusahaan. Perusahaan
mempunyai tugas untuk memperhatikan dan mengevaluasi atributproduk yang
ditawarkan, apakah atribut dari produk tersebut sudah memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen atau belum. Menurut Simamora (2003), faktor-faktor yag
berkaitan dengan atribut meliputi :
a. Kualitas Produk
Kotler dan Keller (2009) menyatakan kualitas produk merupakan totalitas
fitur dan karakteristik produk yang bergantung pada kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan. Lalu menurut Suyanto (2007) mengatakan bahwa kualitas
produk yaitu seberapa baik sebuah produk sesuai dengan spesifikasi kebutuhan
konsumen. Dalam sebuah kualitas produk menurut Garvin (2001) terdapat estetika
yang merupakan karakteristik yang bersifat subyektif sehingga berkaitan dengan
pertimbangan pribadi dan refleksi dari prefensi atau pilihan individual. Estetika
suatu produk selalu lebih banyak berkaitan dengan perasaan pribadi.
Menurut Kotler (2004), kebanyakan produk disediakan pada satu diantara
empat tingkatan kualitas, yaitu : kualitas rendah, kualitas rata-rata sedang, kualitas
baik dan kualitas sangat baik. Beberapa dari atribut diatas dapat diukur secara
objektif. Namun demikian dari sudut pemasaran kualitas harus diukur dari sisi
persepsi pembeli tentang kualitas produk tersebut. Stanton (1991) menyatakan
bahwa perhatian pada kualitas produk makin meningkat karena keluhan
konsumen selama beberapa tahun belakangan ini. Hal ini terjadi karena keluhan
konsumen makin lama makin terpusat pada kualitas yang buruk dari produk, baik
30
29
Merek memberi penjual kesempatan untuk menarik konsumen yang loyal dan
menguntungkan.
Merek membantu penjual untuk melakukan segmentasi pasar.
Merek yang kuat membantu membangun citra perusahaan.
b. Kemasan (Package)
Pada dewasa ini, kemasan atau pembungkus mempunyai arti yang penting,
karena kemasan akan digunakan untuk menyenangkan dan menarik pelanggan.
Pengemasan (packaging) merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan
dan pembuatan wadah (container) atau pembungkus (wrapper) untuk suatu
produk. Menurut Kotler (1997), pengemasan mencakup semua kegiatan
merancang dan memproduksi wadah atau pembungkus. Untuk suatu produk,
wadah atau pembungkus inilah yang disebut dengan kemasan.
Stanton (1984), ada tiga alasan mengapa kemasan diperlukan yaitu karena
(1) kemasan memenuhi sasaran, (2) kemasan bisa melaksanakan program
pemasaran perusahaan, (3) manajemen bisa mengemas produknya sedemikian
rupa untuk memeproleh peningkatan laba. Maka dari itu bentuk luar suatu produk
harus dapat dibuat semenarik mungkin bagi konsumen. Dengan demkian kemasan
tidak dapat diabaikan karena fungsinya bukan hanya sekedar pembungkus saja.
Assauri (1999), pada umumnya fungsi kemasan meliputi : (1) untuk mencegah
kerusakan secara fisik, (2) untuk mencegah atau meminimkan pemalsuan atau
peniruan, (3) untuk menjamin kebersihan dan wadah “container” untuk produk
yang berupa barang cair, (4) sebagai alat komunikasi dengan memberikan
keterangan pada kemasan tentang cara penggunaan, cara penyimpanan, komposisi
isi produk dan lain sebagainya.
c. Pemberian Label (Labelling)
Labelling berkaitan dengan pengemasan. Label merupakan bagian dari suatu
produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Menurut
Stanton dalam Tjiptono(2008), secara garis besar terdapat 3 macam label, yaitu :
(1) Brand Label yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada
kemasan, (2) Descriptive Label yaitu label yang memberikan informasi obyektif
mengenai penggunaan, konstruksi/ pembuatan, perawatan atau perhatian dan
33
32
e. Jaminan (Garansi)
Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya
kepada konsumen, bahwa konsumen akan diberi ganti rugi bila produknya
ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.
Jaminan bisa meliputi kualitas produk, reparasi, ganti rugi (uang kembali atau
produk ditukar), dan sebagainya. Jaminan ada yang bersifat tertulis dan ada pula
yang tidak tertulis. Dewasa ini jaminan seringkali dimanfaatkan sebagai aspek
promosi, terutama pada produk-produk tahan lama.
2.6.2. Harga (Price)
1. Pengertian Harga
Harga bagi suatu produk memiliki hubungan yang erat dengan permintaan
pasar, dimana secara tidak langsung dapat mempengaruhi posisi perusahaan
dalam suatu persaingan. Oleh karena itu, perusahaan harus benar-benar mampu
menetapkan harga bagi produknya secara tepat sehingga diharapkan dapat
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dan dapat membantu posisi produk
tersebut di pasar. Harga merupakan satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran
yang menghasilkan pendapatan penjualan. Secara sederhananya harga adalah
jumlah yang dibayar oleh pembeli atau dapat disederhanakan lagi pengertian
harga adalah nilai yang dinyatakan dalam satuan mata uang atau alat tukar
terhadap suatu barang tertentu (Gitosudarmo, 1994).
Menurut Kotler (1997), “Harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk
suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat
yang dimiliki dengan menggunakan produk atau menggunakan produk atau jasa”.
Sedangkan menurut Simamora (2004), “harga sebagai nilai yang dipertukarkan
konsumen untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian, penggunaan atau
kepemilikan barang dan jasa”. Harga dapat menunjukkan kualitas merk dari suatu
produk, dimana konsumen mempunyai anggapan bahwa harga yang mahal
biasanya mempunyai kualitas yang baik (Purnamasari, 2011). Harga produk yang
terlalu tinggi dapat menentukan kesulitan untuk memasarkan produk yang
dihasilkan. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jika seseorang ingin
membeli suatu produk, maka harus menukarkan sejumlah uang sesuai dengan
nilai tukarnya.
35
34
2. Penetapan Harga
Harga sering menjadi faktor penentu dalam pembelian, disamping tidak
menutupi kemungkinan faktor-faktor lain. Dengan demikian harga menjadi lebih
penting bagi konsumen sebagai tanda dari apa yang diharapkan (Abubakar, 2005).
Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kali ketika perusahaan
tersebut mengembangkan produk baru, memperkenalan produk regulernya ke
saluran distribusi atau daerah baru. Ketika perusahaan akan mendapatkan kontrak
kerja baru, perusahaan harus menentukan dimana akan memposisikan produknya
berdasarkan mutu dan harga.
Penentapan harga selalu menjadi masalah bagi setiap perusahaan karena
penetapan harga bukan merupakan kekuasaan atau kewenangan yang mutlak dari
seorang pengusaha. Dengan penetapan harga, perusahaan dapat menciptakan hasil
penerimaan penjualan dari produk yang dihasilkan dan dipasarkan. Peranan
penetapan harga akan menjadi sangat penting terutama pada keadaan persaingan
yang semakin tajam dan perkembangan permintaan yang terbatas.
Tujuan penetapan harga perlu ditentukan terlebih dahulu agar tujuan
perusahaan dapat tercapai. Hal ini penting karena tujuan perusahaan merupakan
dasar atau pedoman bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan pemasaran.
Menurut Assauri (1999), ada beberapa tujuan penetapan harga, yaitu : (1)
memperoleh laba yang maksimum, (2) mendapatkan share pasar tertentu, (3)
memerah pasar (marketting skimming), (4) mencapai tingkat hasil penerimaan
penjualan maksimum, (5) mencapai keuntungan yang ditargetkan dan (6)
mempromosikan produk.
Menurut Kotler (2002), tujuan penetapan harga meliputi : (1) untuk bertahan
hidup dalam menghadapi kapasitas yang berlebih persaingan yang tajam, atau
perubahan selera konsumen, (2) untuk mendapatkan laba yang maksimal,
memperkirakan permintaan dan biaya yang berkaitan dengan berbagai alternatif
harga dan memilih harga yang akan menghasilkan laba sekarang, (3) untuk
memaksimalkan pendapatan yang akan menghasilkan maksimalisasi laba dalam
jangka panjang dan pertumbuhan pangsa pasar, (4) untuk pertumbuhan penjualan
maksimum, (5) menjaring pasar secara maksimum, dan (6) unggul dalam mutu
produk.
36
35
membentuk suatu saluran pemasaran. Menurut Stern dan El Anshary dalam Kotler
(1997), “Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung
yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk
digunakan atau dikonsumsi”. Kemudian menurut Kotler (2002), “Saluran
distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat
dalam proses untuk menjadikan suatu produk siap untuk digunakan atau
dikonsumsi”.
Sedangkan menurut Swasta (1997), “Saluran distribusi adalah suatu
gabungan penjualan dan pembeli yang yang bekerja memproses, menggerakkan
barang dan jasa dari produsen ke konsumen”. Tjiptono (1997) berpendapat bahwa
saluran distribusi adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan
mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen
sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga,
tempat, dan saat yang dibutuhkan). Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa saluran distribusi adalah penyalur yang mempunyai kegiatan
dalam memproses, menggerakkan barang dan jasa serta untuk menjadikan suatu
produk siap untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen.
2. Atribut Tempat
a. Saluran Pemasaran
Sebagian besar produsen membutuhkan saluran pemasaran guna menjual
produk atau jasanya sampai ke pengguna akhir (konsumen akhir). Definisi saluran
pemasaran menurut Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran (2002), saluran
pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat
dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau
dikonsumsi.
Saluran pemasaran pada intinya adalah bagaimana perusahaan dalam hal ini
produsen dari produk atau jasa yang dihasilkan menyampaikan produk tersebut
agar dapat memenuhi kebutuhan, keingginan dan permintaan konsumen untuk
dapat dikonsumsi dan digunakan.
b. Cakupan Pasar
Cakupan pasar sering juga disebut dengan pangsa pasar. Definisi Pangsa
pasar menurut Assauri (2001) adalah besarnya bagian atau luasnya total pasar
39
38
yang dapat dikuasai oleh suatu perusahaan yang biasanya dinyatakan dengan
persentase.
c. Lokasi
Pilihan lokasi merupakan faktor bersaing dalam usaha menarik pelanggan.
Perusahaan-perusahaan menggunakan aneka ragam metode untuk menentukan
lokasi, termasuk perhitungan transportasi, penelitian yang didasarkan pada
kebiasaan belanja pelanggan, metode analisis lokasi, dan sebagainya. Kotler
(1994) mengartikan lokasi sebagai segala hal yang menunjukkan pada berbagai
kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk tersedia dan dapat
diperoleh bagi konsumen sasaran.
Sedangkan Effendy (1996) berpendapat bahwa yang perlu mendapat
perhatian dalam hal lokasi ini meliputi banyak hal yang meliputi saluran
distribusi, persediaan dan transport, termasuk didalamnya tempat perusahaan
beroperasi, berproduksi maupun cara penyampaian barang dari produsen kepada
konsumen. Penentuan lokasi untuk pemasaran juga mempengaruhi volume
penjualan produk yang dihasilkan sebuah perusahaan. Oleh karenanya, sebuah
perusahaan akan mencari lokasi yang strategis untuk digunakan sebagai lokasi
produksi maupun lokasi distribusinya (Damaningrum, 2010).
d. Persediaan
Menurut Ristono (2009) “Persediaan adalah barang-barang yang disimpan
untuk digunakan atau dijual pada masa yang akan datang”. Sedangkan persediaan
barang menurut Assauri (2005) adalah sebagai suatu aktiva lancar yang meliputi
barang-barang yang merupakan milik perusahaan dengan maksud supaya dijual
dalam suatu periode usaha normal ataupun persediaan barang-barang yang masih
dalam pekerjaan sebuah proses produksi maupun persediaan bahan baku yang
juga menunggu penggunaannya di dalam suatu proses produksi.
e. Transportasi
Tersedianya fasilitas transportasi baik lewat darat, udara, dan air akan
melancarkan pengadaan faktor-faktor produksi dan penyaluran produk
perusahaan. Untuk banyak perusahaan perbedaan biaya transportasi tidak
sepenting perbedaan upah tenaga kerja. Tetapi bagaimanapun juga, biaya
transportasi tidak dapat dihilangkan di manapun perusahaan berlokasi, karena
40
39
untuk memberi informasi tentang produk kepada konsumen, dan yang terpenting
adalah tentang keberadaannya, untuk mengubah sikap ataupun untuk mendorong
orang untuk bertindak yang dalam hal ini membeli.
Kegiatan promosi tidak hanya menyebarluaskan informasi untuk
memperkenalkan produknya kepada calon konsumen, akan tetapi promosi juga
mempunyai peran aktif membujuk mereka agar membeli produk yang ditawarkan
serta mengingatkan kembali kepada konsumen lama agar melakukan pembelian
ulang terhadap produk. Kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan sebagai
media untuk menyampaikan informasi produk kepada calon konsumen dengan
maksud untuk merubah pola perilaku konsumen. Berbagai informasi yang
diberikan kepada calon pembeli sangat mempengaruhi perusahaan dalam
pengalokasian dana yang dimilikinya.
2. Tujuan Promosi
Menurut Swasta dan Irawan (2000), promosi dapat dilaksanakan dengan
mendasar pada tujuan sebagai berikut :
a. Memodifikasi tingkat laku (behaviour modification), promosi berusaha
merubah tingkah laku dan pendapat.
b. Memberitahu (informating), promosi yang bersifat informasi umumnya lebih
sesuai dilaksanakan pada tahap awal di dalam siklus kehidupan produk.
c. Membentuk (persuading), promosi yang bersifat membujuk umumnya di
adakan untuk mendorong pembelian.
d. Mengingatkan (reminding), promosi yang bersifat mengingatkan dilakukan
terutama untuk memertahankan merk produk di hati masyarakat dan perlu
dilakukan selama tahap kedewasaan didalam siklus kehidupan produk.
3. Atribut Promosi
Atribut promosi menurut Kotler (2009) meliputi :
a. Periklanan
Periklanan merupakan salah satu dari alat yang paling umum digunakan
perusahaan untuk mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan
masyarakat. Kotler (1997) mengemukakan bahwa periklanan adalah segala bentuk
penyajian non-personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh suatu sponsor
tertentu yang memerlukan pembayaran. Hal ini sependapat dengan Assauri
42
41
(1999), periklanan merupakan suatu bentuk penyajian dan promosi dari gagasan,
barang atau jasa yang dibiayai oleh suatu sponsor tertentu yang bersifat non-
personal.
Sementara itu periklanan dapat dilihat sebagai kegiatan untuk menyadarkan
konsumen yang berpotensi akan kehadiran produk tersebut, kegunaan maupun
sifat-sifatnya, harganya dan di mana produk tersebut tersedia serta dapat dibeli.
Dalam rangka penyampaian pesan dari sponsor, umumnya digunakan media
periklanan berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, slide, film, papan peragaan,
poster, surat edaran, dan lain sebagainya.
b. Promosi Penjualan
Assauri (1999) mengemukakan bahwa promosi penjualan merupakan
kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan dan publisitas yang
mendorong pembelian konsumen yang dapat meningkatkan efektivitas para
penyalur dengan mengadakan pameran display, eksibisi, peragaan atau demokrasi
dan berbagai kegiatan penjualan yang lain. Sedangkan Mc Carthy-Perreault
(1995), promosi penjualan dapat ditujukan kepada konsumen, pedagang perantara,
atau bahkan kepada karyawan perusahaan sendiri.
Dalam promosi penjualan dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan
penjualan dengan menyelenggarakan berbagai pertemuan, pertunjukan, contoh
gratis atau demonstrasi, perlombaan, dan kemasan khusus. Promosi penjualan ini
dalam banyak hal dapat membantu produsen diantaranya dalam hal menarik
pelangganan baru, memperkenalkan produk baru, membantu meringankan tugas
bicara berupa “sales talk” dari pramuniaga perusahaan. Hal ini sependapat dengan
Assauri (1999), promosi penjualan pada kenyataannya paling sering digunakan
untuk tujuan menarik pembeli agar dapat menembus atau memasuki pasar yang
baru, menambah persediaan penyalur, dan agar mendapatkan langganan baru.
Dalam hal ini sifat yang terdapat pada promosi penjualan tersebut adalah: 1)
insistent presence dan 2) product demeaning.
43
42
Jadi dalam personal selling terdapat kontak pribadi secara langsung antara
penjual dan pembeli, sehingga dapat menciptakan komunikasi dua jalur antara
pembeli dan penjual. Disamping menjelaskan atau memberitahukan tentang
produk dan membujuk calon pembeli, personal selling juga menampung keluhan
dan saran dari para pembeli sebagai umpan balik bagi perusahaan. Dengan
personal selling terdapat suatu pengaruh secara langsung yang timbul dalam
pertemuan tatap muka antara penjual dan pembeli dimana terdapat
pengkomunikasian fakta yang diperlukan untuk mempengaruhi keputusan
pembelian atau menggunakan faktor psikologis dalam rangka membujuk dan
memberi keberanian pada waktu pembuatan keputusan. Aktivitas personal selling
memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
Prospecting, yaitu mencari pembeli dan menjalin hubungan dengan
mereka.
Targetting, yaitu mengalokasikan kelangkaan waktu penjual demi pembeli.
Communicating, yaitu memberi informassi mengenai produk perusahaan
kepada pelanggan.
Selling, yaitu mendekati, mempresentasikan dan mendemonstrasikan,
mengatasi penolakan, serta menjual produk kepada pelanggan.
Servicing, yaitu memberikan berbagai jasa dan pelayanan kepada
pelanggan.
Informasi gathering, yiatu melakukan riset dan intelejen pasar.
Allocating, yaitu menentukan pelanggan yang akan dituju.
d. Pemasaran Langsung (direct marketing)
Menurut Tjiptono (1997), “Pemasaran langsung adalah sistem pemasaran
yang bersifat interaktif, yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk
menimbulkan respon yang terukur dan atau interaksi di sembarang lokasi”.
Melalui pemasaran langsung, konsumen juga memperoleh manfaat berupa
penghematan waktu dalam berbelanja dan bahkan dapat berbelanja secara rahasia
(diam-diam). Sementara itu bagi penjual, manfaat yang diperoleh adalah dapat
memilih calon pembeli secara efektif dan dapat menjalin hubungan dalam jangka
panjang dengan pelanggan serta memperoleh peluang baru yang menguntungkan.
45
44
Tingkat 1 : Fokus
G
Tingkat 2 : Faktor F1 F2 F3 Fn
Tingkat 3 : Kriteria A1 A2 A3 An
Tingkat 4 : Sub-kriteria O1 O2 O3 On
Tingkat 5 : Alternatif S1 S2 S3 Sn
KSU Brosem
Strategi Pemasaran
KSU Brosem
Jaminan
50
52
51
53
52
54
53
55
54
56
55
57
56
58
57
59
58
60
59
61
60
62
perusahaan dan manajer logistik KSU Brosem. Informasi dari responden ini akan
dijadikan sebagai bahan acuan dalam menganalisis strategi pemasaran dan
alternatif pengembangan strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh
perusahaan.
produksi KSU Brosem, laporan manajemen KSU Brosem, konsep pemasaran dan
metode AHP serta istilah atau kata-kata lainnya yang terkait dengan topik
penelitian. Data sekunder diperoleh dari hasil penelitian terdahulu, bukti-bukti
relevan dari instansi yang terkait dengan topik penelitian.
sehingga dapat menjawab tujuan dari penelitian. Penelitian ini diawali dengan
kegiatan pengumpulan data dan informasi melalui wawancara dengan pihak
perusahaan, yaitu manajer utama dan manajer logistik KSU Brosem.
Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul, selanjutnya akan dibuat
struktur hirarki. Struktur hirarki yang telah disusun dijadikan sebagai dasar dalam
pembuatan kuisioner yang diberikan kepada kedua responden. Kuisioner
diberikan untuk mengetahui pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkat
struktur hirarki. Metode AHP diperlukan dalam penentuan bobot bagi elemen di
satu tingkat yang akan berpengaruh terhadap bobot elemen pada tingkat di
bawahnya. Pada intinya metode ini digunakan untuk menghitung bobot pada
setiap level sehingga didapatkan penilaian keseluruhannya. Selanjutnya data hasil
kuisioner yang diperoleh dari kedua responden ini akan diolah dengan bantuan
program komputer Microsoft Excel 2010.
Prosedur pelaksanaan metode AHP dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
tahapan, yakni :
1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan permasalahan
Langkah pertama yaitu mengkaji persoalan dengan mendefinisikan situasi
secara seksama dan penguasaan mendalam mengenai permasalahan. Penguasaan
permasalahan secara mendalam akan menjadi titik tolak dalam pemilihan tujuan
perusahaan, kriteria dan elemen-elemen yang menyusun suatu hirarki.
Permasalahan yang terkait dalam penelitian ini adalah cara menentukan
prioritas bauran pemasaran minuman sari apel BroseM. Variabel yang digunakan
adalah faktor-faktor yang terdapat dalam bauran pemasaran, yang meliputi produk
(product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion). Selanjutnya
setiap faktor bauran pemasaran tersebut akan dikembangkan menjadi subfaktor
pada tingkat selanjutnya.
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh
Pengolahan data dengan metode AHP membutuhkan sistem-sistem hirarki
keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sebagai pembatas dalam
menata elemen secara hierarki, harus diketahui bahwa setiap elemen yang berada
setingkat diatasnya berfungsi sebagai kriteria untuk memperkirakan pengaruh
relatif elemen-elemen di tingkat bawah tersebut. Tingkat 1 adalah fokus dari
66
65
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, tingkat 2 adalah tujuan, tingkat 3 adalah
faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi tujuan, tingkat 4 adalah subfaktor
dari setiap faktor pendorong pencapaian sasaran.
Pada penelitian ini akan dibuat struktur hirarki yang memiliki empat
tingkatan, yaitu topik permasalahan, tujuan untuk memecahkan masalah
penelitian, faktor bauran pemasaran dan subfaktor bauran pemasaran (Gambar 5).
Topik yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah menentukan
prioritas bauran pemasaran minuman sari apel BroseM. Tujuan dari penentuan
prioritas bauran pemasaran minuman sari apel BroseM ini adalah menjadikan
KSU Brosem sebagai ikon Kota Batu untuk sentra produksi olahan apel dan
pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya menjabarkan faktor-faktor bauran
pemasaran yang selama ini digunakan, meliputi produk (product), harga (price),
tempat (place) dan promosi (promotion). Kemudian setiap faktor tersebut
dijabarkan subfaktornya masing-masing berdasarkan yang selama ini dijalankan
oleh perusahaan.
Pada subfaktor produk (product) terdapat beberapa subfaktor yang meliputi
kualitas, merek, kemasan, desain, label, layanan pelengkap dan jaminan. Faktor
harga (price) memiliki dua subfaktor meliputi daftar harga dan potongan harga.
Pada faktor tempat (place) terdiri dari subfaktor lokasi, cakupan pemasaran,
saluran pemasaran, persediaan dan transportasi. Yang terakhir adalah faktor
promosi (promotion) terdiri dari subfaktor promosi penjualan, penjualan pribadi,
periklanan dan hubungan masyarakat.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan
Penentapan prioritas elemen-elemen dalam suatu persoalan keputusan dapat
dilakukan dengan membuat matriks perbandingan berpasangan, yaitu elemen-
elemen dibandingkan terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Proses
perbandingan berpasangan dimulai dari puncak hirarki untuk memilih kriteria X
yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan yang pertama antar elemen
yang terkait yang ada dibawahnya ( .
67
66
√∏( )
√∏ (i,j = 1, 2, 3, ...., n)
√∏
VP = ( , untuk i = 1, 2, 3,..., n
∑ √ ∏
, dengan VB =
⁄ ∑ untuk i = 1, 2, 3,..., n
- Perhitungan Indeks Inkonsistensi (CI), dengan rumus :
CI =
CR =
∑ [ ]
Untuk : i 1, 2, 3, ..., n
j 1, 2, 3, ..., n
t 1, 2, 3, ..., n
72
71
Dimana :
nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada
tingkat diatasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan
horizontal.
nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i-1)
terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil
perhitungan horizontal.
P jumlah tingkat hirarki keputusan
r jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i
s jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-1)
8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hierarki
Langkah ini dilakukan dengan mengkalikan setiap indeks konsistensi
dengan prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya.
Hasil ini dibagi dengan pertanyaan sejenis yang menggunakan indeks acak, yang
sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap
indeks acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan
hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi ini harus bernilai 10 persen atau kurang
(≤ 10%). Jika tidak, mutu informasi harus ditinjau kembali dengan cara
memperbaiki pertanyaan yang digunakan pada saat pengisian ulang kuisioner dan
lebih megarahkan responden pada saat pengisian kuisioner.
Tahapan 1 sampai 5 dilakukan dengan wawancara yang dilakukan dengan
responden yang merupakan pihak expert di KSU Brosem. Wawancara yang
dilakukan tersebut disesuaikan dengan teori bauran pemasaran. Sedangkan untuk
tahapan 6 sampai dengan 8 dilakukan dengan menggunakan bantuan Microsoft
Excel 2010.
73
Potongan
Kemasan Pribadi
Harga Saluran
Desain Pemasaran Periklanan
72