DISUSUN OLEH :
YOGYAKARTA
MEI 2019
Daftar Isi
Daftar Isi..................................................................................................................................i
Daftar Tabel............................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................................1
A. Persiapan......................................................................................................................2
B. Penanaman...................................................................................................................2
C. Pemupukan...................................................................................................................2
D. Pemeliharaan................................................................................................................3
E. Pengairan......................................................................................................................3
G. Panen............................................................................................................................4
A. Identitas Petani.............................................................................................................5
A. Kesimpulan................................................................................................................17
B. Saran...........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18
Daftar Tabel
Tabel 1 Identitas Petani Sampel..............................................................................................5
Tabel 3 Biaya Eksplisit Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019.......................8
Tabel 4 Biaya Implisit Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019.......................10
Tabel 6 Pendapatan dan Keuntungan Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun
2019.......................................................................................................................................12
Tabel 8 Produktivitas Lahan Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019...........14
Tabel 9 Produktivitas Tenaga Kerja Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun
2019.......................................................................................................................................15
Tabel 10 Produktivitas Modal Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019.........15
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam membangun
ketahanan pangan Indonesia, karena hasil pertanian merupakan penyedia
kebutuhan konsumsi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pada sector pertanian,
berdasarkan waktu budidyanya tanaman dapat dibedakan menjadi tanaman
semusim dan tanaman tahunan. Umumnya petani di Indonesia menanam
tanaman semusim karena jangka waktu budidaya yang relative singkat dan biaya
budidaya yang kecil. Salah satu contoh tanaman semusim adalah tanaman
jagung.
Jagung adalah salah satu komoditas utama yang banyak dibudidayakan
oleh masyarakat di Indonesia, juga merupakan salah satu tanaman pangan
mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian. Jagung merupakan
salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting dan terbanyak ditanam selain
gandum dan padi. Beberapa manfaat jagung diantaranya meningkatkan
kesehatan penglihatan, meningkatkan daya ingat, mencegah masalah jantung,
mencegah kanker paru-paru, meningkatkan kekuatan tulang, meningkatkan
sistem kekebalan tubuh, mengatasi anemia, dan menurunkan kolesterol.
Saat ini petani jagung di Indonesia khususnya di D.I Yogyakarta masih ada
dan produksinya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun
pemerintah tetap mengimpor jagung dari luar negeri. Akibatnya, terkadang
harga jagung yang dijual oleh petani di pasaran menurun dan petani hanya
mendapatkan keuntungan yang sangat kecil atau bahkan terjadi kerugian. Untuk
itu diperlukan sebuah analisis kelayakan terhadap usahatani tanaman jagung.
Pada laporan ini analisis usahatani tanaman jagung dilakukan di Kecamatan
Ngemplak, Sleman, D.I Yogyakarta.
B. Tujuan
1. Mengetahui proses produksi usahatani tanaman jagung
2. Mengetahui biaya dan pendapatan usahatani tanaman jagung
3. Mengetahui kelayakan usahatani tanaman jagung
1
II. PROSES PRODUKSI
A. Persiapan
Tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik sehingga
perlu penggemburan tanah. Pada umumnya persiapan lahan untuk tanaman
jagung dilakukan dengan cara dibajak sedalam 15-20 cm, diikuti dengan
penggaruan tanah sampai rata.
Ketika mempersiapkan lahan, sebaiknya tanah jangan terlampau basah
tetapi cukup lembab sehingga mudah dikerjakan dan tidak lengket. Untuk jenis
tanah berat dengan kelebihan, perlu dibuatkan saluran drainase.
B. Penanaman
Pada saat penanaman tanah harus cukup lembab tetapi tidak becek. Jarak
tanaman harus diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan
pemeliharaan tanaman mudah. Beberapa varietas mempunyai populasi optimum
yang berbeda. Populasi optimum dari beberapa varietas yang telah beredar
dipasaran sekitar 50.000 tanaman/ha Jagung dapat ditanam dengan
menggunakan jarak tanam 100 cm x 40 cm dengan dua tanaman perlubang atau
100 cm x 20 cm dengan satu tanaman perlubang atau 75 cm x 25 cm dengan satu
tanaman perlubang. Lubang dibuat sedalam 3-5 cm menggunkan tugal, setiap
lubang diisi 2-3 biji jagung kemudian lubang ditutup dengan tanah.
C. Pemupukan
Dari semua unsur hara yang diperlukan tanaman yang paling banyak
diserap tanaman adalah unsur Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Nitrogen
dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji.
Tanaman ini menghendaki tersedianya nitrogen secara terus menerus pada
semua stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji. Kekurangan nitrogen
dalam tanaman walaupun pada stadia permulaan akan menurunkan hasil.
Tanaman jagung membutuhkan pasokan unsur P sampai stadia lanjut,
khususnya saat tanaman masih muda. Gejala kekurangan fosfat akan terlihat
sebelum tanaman setinggi lutut. Sejumlah besar kalium diambil tanaman sejak
tanaman setinggi lutut sampai selesai pembungaan.
D. Pemeliharaan
2
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyulaman,
penjarangan, penyiangan, pembubuan dan pemangkasan daun. Penyulaman
dapat dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar 1 minggu. Penjarangan
tanaman dilakukan 2-3 minggu setelah tanam. Tanaman yang sehat dan tegap
terus di pelihara sehingga diperoleh populasi tanaman yang diinginkan.
Penurunan hasil yang disebabkan oleh persaingan gulma sangat beragam
sesuai dengan jenis tanaman, jenis lahan, populasi dan jenis gulma serta faktor
budidaya lainnya. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak
tanam sampai seperempat atau sepertiga dari daur hidup tanaman tersebut.
Agar tidak merugi, lahan jagung harus bebas dari gulma. Penyiangan
dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dan harus dijaga jangan sampai
menganggu atau merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus
dengan pembubuan pada waktu pemupukan kedua. Pembubuan selain untuk
memperkokoh batang juga untuk memperbaiki drainase dan mempermudah
pengairan.
Tindakan pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun.Daun jagung
segar dapat digunakan sebagai makanan ternak. Dari hasil penelitian
pemangkasan seluruh daun pada fase kemasakan tidak menurunkan hasil secara
nyata karena pada fase itu biji telah terisi penuh.
E. Pengairan
Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembungaan (45-55 hari
sesudah tanam) dan pengisian biji (60-80 hari setelah tanam). Pada masa
pertumbuhan kebutuhan airnya tidak begitu tinggi dibandingkan dengan waktu
berbunga yang membutuhkan air terbanyak. Pada masa berbunga ini waktu
hujan pendek diselingi dengan matahari jauh lebih baik dari pada huja terus
menerus.
Pengairan sangat penting untuk mencegah tanaman jagung agar tidak
layu. Pengairan yang terlambat mengakibatkan daun layu. Daerah dengan curah
hujan yang tinggi, pengairan melalui air hujan dapat mencukupi. Pengairan juga
dapat dilakukan dengan mengalirkan air melalui parit diantara barisan jagung
atau menggunakan pompa air bila kesulitan air.
G. Panen
Waktu panen jagung di pengaruhi oleh jenis varietas yang ditanam,
ketinggian lahan, cuaca dan derajat masak. Umur panen jagung umumnya sudah
cukup masak dan siap dipanen pada umur 7 minggu setelah berbunga.
Pemanenan dilakukan apabila jagung cukup tua yaitu bila kulit jagung sudah
kuning. Pemeriksaan dikebun dapat dilakukan dengan menekankan kuku ibu jari
pada bijinya, bila tidak membekas jagung dapat segera dipanen.
Jagung yang dipanen prematur butirannya keriput dan setelah
dikeringkan akan menghasilkan butir pecah atau butirnya rusak setelah proses
pemipilan. Apabila dipanen lewat waktunya juga akan banyak butiran jagung
yang rusak. Pemanenan sebaiknya dilakukan saat tidak turun hujan sehingga
pengeringan dapat segera dilakukan. Umumya jagung dipanen dalam keadaan
tongkol berkelobot (berkulit).
2 Umur (tahun)
<15
15 – 55 1 25
>55 3 75
3 Pendidikan:
Tidak sekolah
Sekolah Dasar 1 25
SMP 1 25
SMA 2 50
PT
4 Pekerjaan sampingan
Pedagang
Buruh tani 1 25
Tidak Bekerja 3 75
5
Badan Pusat Statistik Tahun 2019 adalah angkatan kerja yang berada rentang
usia antara 15 sampai dengan 64 tahun.
Berdasarkan tingkat pendidikan, dari data diatas dapat dilihat
bahwasanya dari 4 responden tidak ada petani yang memiliki pendidikan di
Perguruan Tinggi. Semuanya hanya berpendidikan SD, SMP, SLTA. Hal ini
menunjukan bahwa karakteristik pendidikan petani hanya sampai SLTA
dikarenakan kebanyakan petani masih memiliki pemikiran bahwa terjun di dunia
pertanian hanyalah sebagai the way of life, bukan sebagai sektor bisnis dan yang
lainnya yang membutuhkan keahlian atau pendidikan khusus.
Menurut data tabel 1, kebanyakan petani (75%) tidak memiliki pekerjaan
lain atau hanya bekerja sebagai petani. Terdapat 1 (25%) yang memiliki
pekerjaan sampingan, yaitu sebagai buruh tani. Buruh tani adalah petani yang
bekerja di ladang atau sawah orang lain. Sedangkan petani adalah orang yang
bekerja di ladang atau sawah sendiri. Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan
petani tidak memiliki pekerjaan lain, hanya sebagai petani.
2 Umur (tahun)
<15 1 9,1
15 – 55 9 81,8
>55 1 9,1
3 Pendidikan:
Tidak sekolah 1 9,1
6
Sekolah Dasar - 0
SMP 2 18,2
SMA 5 45,4
PT 3 27,3
4 Pekerjaan :
Petani 2 18,2
Pedagang 1 9,1
Tidak Bekerja 5 45,4
Lain-lain 3 27,3
7
Dalam setiap usaha atau produksi pasti akan membutuhkan biaya, seperti
halnya pada produksi komoditas jagung mebutuhkan biaya eksplisit. Biaya
eksplisit sendiri adalah biaya yang nyata di keluarkan di dalam proses budidaya
dalam hal ini yaitu dikeluarkan oleh petani. Biaya eksplisit meliputi biaya sarana
produksi, tenaga kerja luar keluarga, penyusutan alat, biaya bunga pinjaman dan
biaya Lain-lain.
Tabel 3 Biaya Eksplisit Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019
N
Uraian Biaya (Rp) Persentase (%)
o
1 Benih Rp 655.000 38,77
Pupuk Urea Rp 301.925 17,87
2
Pupuk Ponska Rp 142.500 8,43
Obat Belalang (tokador) Rp 1.562,50 0,09
Obat Ulet (Prevathon) Rp 10.500 0,62
3
Obat Daun (Bandasil B) Rp 350 0,02
Pestisida Pertilon Rp 6.000 0,35
4 Tenaga Kerja Luar Keluarga Rp 468.571 27,74
5 Penyusutan Alat Rp 103.000 6,11
6 Biaya lain-lain - 0
Jumlah Rp 1.689.408,5 100
Dari hasil data diatas dapat kita ketahui terdapat beberapa biaya eksplisit
yang harus dikeluarkan, biaya tersebut adalah biaya usahatani dari proses
pengolahan lahan hingga panen. Benih yang digunakan oleh setiap petani
berbeda-beda, rata-rata harga benih yang digunakan adalah Rp 63.750 per kg.
Terdapat dua jenis pupuk yang termasuk dalam biaya eksplisit yang
digunakan petani yaitu pupuk urea dan ponska. Untuk masing-masing harga
pupuk yaitu pupuk urea seharga Rp 1.975 per kg dan pupuk ponska seharga Rp
1.813 per kg. Semua petani menggunakan kedua pupuk tersebut. Dalam proses
pemupukan petani melakukan pemupukan sebanyak tiga kali selama musim
tanam.
Untuk mengatasi hama dan penyakit, petani menggunakan beberapa jenis
pestisida yaitu obat penghilang belalang, obat penghilang ulat, obat nutrisi daun,
dan pestisida pertilon. Petani satu dan dua tidak menggunakan pestisida apapun.
8
Petani tiga hanya menggunakan pestisida obat penghilang ulet dan pestisida
pertilon. Petani keempat menggunakan tiga pestisida yaitu pestisida penghilang
belalang, penghilang ulat dan pestisida nutrisi daun.
Pada tenaga kerja, hanya petani satu yang menggunakan tenaga kerja
luar keluarga di semua kegiatan, mulai dari pengolahan lahan sampai pada
panen. Petani dua hanya menggubakan tenaga kerja luar keluarga pada saat
penolahan lahan, selainnya hanya dilakukan oleh peilik lahannya saja. Petani
tiga dan empat menggunakan tenaga kerja luar keluarga pada saat kegiatan
pengolahan lahan dan panen.
Alat-alat yang dimiliki oleh petani diantaranya adalah cangkul,
handsprayer dan sabit. Alat cangkul hanya dimiliki oleh petani satu, dua, dan
empat. Petani tiga dan empat memiliki alat handsprayer. Dan alat sabit dimiliki
oleh semua petani.
2. Biaya implisit
Selain biaya eksplisit, juga terdapat biaya implisit dalam usaha tani.
Biaya implisit sendiri adalah biaya yang tidak benar-benar nyata secara fisik
dikeluarkan. Biaya impisit juga dapat diartikan sebagai nilai dari input milik
sendiri atau keluarga yang digunakan dalam proses produksi. Biaya implisit
meliputi sewa lahan, tenaga kerja dalam keluarga, bunga modal sendiri, dan
biaya lain yang secara nyata tidak dikeluarkan oleh petani.
Tabel 4 Biaya Implisit Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019
N
Uraian Biaya (Rp) Persentase (%)
o
1 Sewa Lahan Rp 3.750.000 89,13
2 Tenaga Kerja Dalam Keluarga Rp 206.518 4,90
3 Bunga Modal Sendiri Rp 50.682 1,20
4 Biaya Pupuk Kandang Rp 200.000 4,77
Jumlah Rp 4.207.200 100
Selain biaya eksplisit, terdapat juga biaya implisit yang dikeluarkan oleh
petani selama proses budidaya. Para petani menggunakan lahannya sendiri
9
dalam budidaya jagung. Pada petani satu meggunakan tenaga kerja luar keluarga
secara keseluruhan sehingga tidak ada tenaga kerja dalam keluarga yang
dilibatkan dalam proses budidaya.
Pada petani dua menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dalam proses
pengolahan tanah, pemeliharaan serta pemberantasan hama dan penyakit. Untuk
petani tiga dan empat keseluruhan proses nya dari persemaian hingga pasca
panen menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Selanjutnya yaitu biaya
bunga modal sendiri, bunga modal sendiri diporelah dari perhitunga jumlah
biaya eksplisit dikali dengan suku bunga pinjaman, kemudian dikali permusim
tanam bawang merah. Jika dibandingkan dengan biaya eksplisit, biaya implisit
yang dikeluarkan oleh petani jauh lebih kecil.
10
3 Penerimaan (Rp) 8.975.000
Dari data diatas dapat diketahui hasil produksi dari luas lahan 6.000m2
yaitu sebesar 2.506,25 Kg.
Harga pembelian jagung khususnya di daerah Kacamatan Ngemplak
ditingkat petani, yaitu rata-rata Rp 3.475/kg, sehingga diperoleh penerimaan Rp
8.975.000. Peneriman tersebut merupakan hasil awal yang diperoleh petani
sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang sudah dikeluarkan selama proses
usahatani.
Keterangan :
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
TC = total Cost (Biaya Total)
Hasil perhitungan dari pendapatan jika diperoleh nilai positif belum
tentu nilai dari keuntungan juga positif, karena keuntungan sudah dikurangi
dengan semua biaya sedangkan pendapatan hanya dikurangi biaya eksplisit.
Sehingga, keuntungan dari sebuah usaha memang dominan rendah.
Tabel 6 Pendapatan dan Keuntungan Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019
No Uraian Jumlah
1 Penerimaan (Rp)
11
8.975.000
2 Biaya Eksplisit (Rp) 1.689.409
3 Biaya Implisit (Rp) 4.207.200
4 Pendapatan (Rp 7.285.591
1. R/C
R/C ratio merupakan alat analisa untuk mengukur biaya dari suatu
produksi. Analisis R/C ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan
12
dengan total biaya. Semakin besar hasil R/C, maka semakin besar pula
keuntungan yang diterima oleh petani dari usahatani tersebut.
Kriteria:
R/C Ratio > 1, usahatani layak dikembangkan
R/C Ratio < 1, usahatani tidak layak dikembangkan
R/C Ratio = 1, usahatani impas
Perhitungan R/C ratio usahatani jagung di Kecamatan Ngemplak tahun 2019:
N Uraian Nilai
o
1 Penerimaan (Rp) 8.975.000
2 Biaya Eksplisit (Rp) 1.689.409
3 Biaya Implisit (Rp) 4.207.200
4 R/C 1,52
2. Produktivitas lahan
Menurut Nurmala, dkk (2012), produktivitas lahan adalah kemampuan
tanah untuk menghasilkan produksi tanaman tertentu dalam keadaan pengolahan
tanah tertentu. Produktivitas merupakan perwujudan dari keseluruhan faktor-
faktor (tanah dan non tanah) yang berpengaruh terhadap hasil tanaman yang
lebih berdasarkan pada pertimbangan ekonomi.
Analisis kelayakan usahatani berdasarkan produktivitas lahan merupakan
hasil dari total pendapatan yang telah dikurangi dengan nilai tenaga kerja dalam
keluarga dan bunga modal sendiri dibagi dengan luas lahan.
Apabila dari hasil perhitungan produktivitas lahan lebih besar dari sewa
lahan, maka usahatani tersebut layak diusahakan, sedangkan apabila
produktivitas lahan lebih kecil dari sewa lahan maka, usahatani tidak layak
diusahakan.
13
Tabel 8 Produktivitas Lahan Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019
No Uraian Nilai
1 Pendapatan (Rp) 7.285.591
2 Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (Rp) 468.571
3 Bunga Modal Sendiri(Rp) 50.682
4 Luas Lahan (m2) 6.000
5 Produktivitas Lahan (Rp/m2) 1.127,723
Tabel 9 Produktivitas Tenaga Kerja Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019
N Uraian Nilai
o
1 Pendapatan (Rp) 7.285.591
2 Sewa Lahan Sendiri (Rp) 3.750.000
3 Bunga Modal Sendiri(Rp) 50.682
4 Jumlah TKDK (HKO) 2
5 Produktivitas Tenaga Kerja (Rp/HKO) 1.742.454,5
14
buruh setempat, yaitu Rp 90.000/HKO. Dengan demikian, usahatani jagung
dinyatakan layak diusahakan, serta petani dapat mengelola lahannya sendiri.
4. Produkitivitas modal
Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa modal merupakan suatu
barang-barang bernilai ekonomis yang digunakan untuk menghasilkan tambahan
kekayaan atau untuk meningkatkan produksi. Tanpa memiliki modal, suatu
usahatani tidak akan dapat berjalan walaupun syarat-syarat lain sudah dipenuhi.
Dalam hal ini, jumlah modal kerja yang dimiliki menjadi penentu skala
usahatani yang dilaksanakan.
Perhitungan produktivitas modal usahatani Jagung di kabupaten Sleman
pada tahun 2019
Tabel 10 Produktivitas Modal Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019
No Uraian Nilai
1 Pendapatan (Rp) 7.285.591
15
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan pada usahatani jagung di Kabupaten
Sleman, D.I Yogyakarta, dapat diketahui bahwa petani yang menjadi responden
mengeluarkan biaya implisit rata-rata sebesar Rp 4.207.200 dan biaya eksplisit
sebesar Rp 1.689.409 untik luas lahan rata-rata sebesar 6.000m². Kemudian,
petani memperoleh penerimaan sebesar Rp 8.975.000 dalam satu musim tanam,
pada pendapatan petani memperoleh Rp 7.285.591, sehingga keuntungan yang
diperoleh sebesar Rp 3.078.390.
16
Dari hasil analisis kelayakan usahatani jagung di Kabupaten Sleman D.I
Yogyakarta, dinyatakan layak berdasarkan perhitungan R/C ratio, produktivitas
tenaga kerja, produktivitas lahan, dan produktivitas modal yang dimiliki oleh
usahatani tersebut.
B. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang didapatkan maka kami
sarankan untuk pelaku usahatani jagung agar melanjutkan dan mengembangkan
usahatani tersebut. Hal ini karena hasil analisis kelayakan menunjukkan
usahatani jagung sangat menguntungkan.
Selain itu disarankan juga agar para pelaku usahatani dapat melakukan
inovasi-inovasi baru dalam proses produksi. Hal ini juga untuk meningkatkan
kualitas produksi jagung yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
18
Responden 1 Responden 2
Responden 3 Responden 4
19