Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM KELAYAKAN AGRIBISNIS

KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN JAGUNG DI


KABUPATEN SLEMAN

DISUSUN OLEH :

1. Muhammad Erwinsyah (20170220088)

2. Atikah Fajriyah M. (20170220181)

3. Nadiyah Murtiyana (20170220196)

4. Primanda Rizki A. (20170220207)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

MEI 2019

Daftar Isi
Daftar Isi..................................................................................................................................i

Daftar Tabel............................................................................................................................ii

I. PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Tujuan..........................................................................................................................1

II. PROSES PRODUKSI......................................................................................................2

A. Persiapan......................................................................................................................2

B. Penanaman...................................................................................................................2

C. Pemupukan...................................................................................................................2

D. Pemeliharaan................................................................................................................3

E. Pengairan......................................................................................................................3

F. Penyakit Dan Hama.....................................................................................................4

G. Panen............................................................................................................................4

III. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................5

A. Identitas Petani.............................................................................................................5

B. Biaya Usahatani Tanaman Jagung...............................................................................8

C. Penerimaan Usahatani Tanaman Jagung....................................................................10

D. Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Tanaman Jagung.........................................11

E. Kelayakan Usahatani Tanaman Jagung.....................................................................12

IV. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................17

A. Kesimpulan................................................................................................................17

B. Saran...........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18
Daftar Tabel
Tabel 1 Identitas Petani Sampel..............................................................................................5

Tabel 2 Identitas Anggota Keluarga Petani Sampel...............................................................6

Tabel 3 Biaya Eksplisit Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019.......................8

Tabel 4 Biaya Implisit Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019.......................10

Tabel 5 Penerimaan Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019...........................11

Tabel 6 Pendapatan dan Keuntungan Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun
2019.......................................................................................................................................12

Tabel 7 R/C Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019.....................................13

Tabel 8 Produktivitas Lahan Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019...........14

Tabel 9 Produktivitas Tenaga Kerja Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun
2019.......................................................................................................................................15

Tabel 10 Produktivitas Modal Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019.........15
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam membangun
ketahanan pangan Indonesia, karena hasil pertanian merupakan penyedia
kebutuhan konsumsi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pada sector pertanian,
berdasarkan waktu budidyanya tanaman dapat dibedakan menjadi tanaman
semusim dan tanaman tahunan. Umumnya petani di Indonesia menanam
tanaman semusim karena jangka waktu budidaya yang relative singkat dan biaya
budidaya yang kecil. Salah satu contoh tanaman semusim adalah tanaman
jagung.
Jagung adalah salah satu komoditas utama yang banyak dibudidayakan
oleh masyarakat di Indonesia, juga merupakan salah satu tanaman pangan
mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian. Jagung merupakan
salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting dan terbanyak ditanam selain
gandum dan padi. Beberapa manfaat jagung diantaranya meningkatkan
kesehatan penglihatan, meningkatkan daya ingat, mencegah masalah jantung,
mencegah kanker paru-paru, meningkatkan kekuatan tulang, meningkatkan
sistem kekebalan tubuh, mengatasi anemia, dan menurunkan kolesterol.
Saat ini petani jagung di Indonesia khususnya di D.I Yogyakarta masih ada
dan produksinya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun
pemerintah tetap mengimpor jagung dari luar negeri. Akibatnya, terkadang
harga jagung yang dijual oleh petani di pasaran menurun dan petani hanya
mendapatkan keuntungan yang sangat kecil atau bahkan terjadi kerugian. Untuk
itu diperlukan sebuah analisis kelayakan terhadap usahatani tanaman jagung.
Pada laporan ini analisis usahatani tanaman jagung dilakukan di Kecamatan
Ngemplak, Sleman, D.I Yogyakarta.

B. Tujuan
1. Mengetahui proses produksi usahatani tanaman jagung
2. Mengetahui biaya dan pendapatan usahatani tanaman jagung
3. Mengetahui kelayakan usahatani tanaman jagung

1
II. PROSES PRODUKSI

A. Persiapan
Tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik sehingga
perlu penggemburan tanah. Pada umumnya persiapan lahan untuk tanaman
jagung dilakukan dengan cara dibajak sedalam 15-20 cm, diikuti dengan
penggaruan tanah sampai rata.
Ketika mempersiapkan lahan, sebaiknya tanah jangan terlampau basah
tetapi cukup lembab sehingga mudah dikerjakan dan tidak lengket. Untuk jenis
tanah berat dengan kelebihan, perlu dibuatkan saluran drainase.

B. Penanaman
Pada saat penanaman tanah harus cukup lembab tetapi tidak becek. Jarak
tanaman harus diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan
pemeliharaan tanaman mudah. Beberapa varietas mempunyai populasi optimum
yang berbeda. Populasi optimum dari beberapa varietas yang telah beredar
dipasaran sekitar 50.000 tanaman/ha Jagung dapat ditanam dengan
menggunakan jarak tanam 100 cm x 40 cm dengan dua tanaman perlubang atau
100 cm x 20 cm dengan satu tanaman perlubang atau 75 cm x 25 cm dengan satu
tanaman perlubang. Lubang dibuat sedalam 3-5 cm menggunkan tugal, setiap
lubang diisi 2-3 biji jagung kemudian lubang ditutup dengan tanah.

C. Pemupukan
Dari semua unsur hara yang diperlukan tanaman yang paling banyak
diserap tanaman adalah unsur Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Nitrogen
dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji.
Tanaman ini menghendaki tersedianya nitrogen secara terus menerus pada
semua stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji. Kekurangan nitrogen
dalam tanaman walaupun pada stadia permulaan akan menurunkan hasil.
Tanaman jagung membutuhkan pasokan unsur P sampai stadia lanjut,
khususnya saat tanaman masih muda. Gejala kekurangan fosfat akan terlihat
sebelum tanaman setinggi lutut. Sejumlah besar kalium diambil tanaman sejak
tanaman setinggi lutut sampai selesai pembungaan.
D. Pemeliharaan
2
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyulaman,
penjarangan, penyiangan, pembubuan dan pemangkasan daun. Penyulaman
dapat dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar 1 minggu. Penjarangan
tanaman dilakukan 2-3 minggu setelah tanam. Tanaman yang sehat dan tegap
terus di pelihara sehingga diperoleh populasi tanaman yang diinginkan.
Penurunan hasil yang disebabkan oleh persaingan gulma sangat beragam
sesuai dengan jenis tanaman, jenis lahan, populasi dan jenis gulma serta faktor
budidaya lainnya. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak
tanam sampai seperempat atau sepertiga dari daur hidup tanaman tersebut.
Agar tidak merugi, lahan jagung harus bebas dari gulma. Penyiangan
dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dan harus dijaga jangan sampai
menganggu atau merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus
dengan pembubuan pada waktu pemupukan kedua. Pembubuan selain untuk
memperkokoh batang juga untuk memperbaiki drainase dan mempermudah
pengairan.
Tindakan pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun.Daun jagung
segar dapat digunakan sebagai makanan ternak. Dari hasil penelitian
pemangkasan seluruh daun pada fase kemasakan tidak menurunkan hasil secara
nyata karena pada fase itu biji telah terisi penuh.

E. Pengairan
Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembungaan (45-55 hari
sesudah tanam) dan pengisian biji (60-80 hari setelah tanam). Pada masa
pertumbuhan kebutuhan airnya tidak begitu tinggi dibandingkan dengan waktu
berbunga yang membutuhkan air terbanyak. Pada masa berbunga ini waktu
hujan pendek diselingi dengan matahari jauh lebih baik dari pada huja terus
menerus.
Pengairan sangat penting untuk mencegah tanaman jagung agar tidak
layu. Pengairan yang terlambat mengakibatkan daun layu. Daerah dengan curah
hujan yang tinggi, pengairan melalui air hujan dapat mencukupi. Pengairan juga
dapat dilakukan dengan mengalirkan air melalui parit diantara barisan jagung
atau menggunakan pompa air bila kesulitan air.

F. Penyakit Dan Hama


3
Tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan biji. Beberapa
jenis hama dan penyakit tanaman jagung yang sering merusak dan menggangu
pertumbuhan jagung dan mempengaruhi produktivitas antara lain :
Hama tanaman jagung, macam-macamnya : hama lundi, lalat bibit, ulat
tanah, ulat daun, penggerek batang, ulat tentara, ulat tongkol.
Penyakit tanaman jagung, macam-macamnya : bulai, cendawan, bercak
ungu, karat. Sebelum terjadinya serangan hama dan penyakit pada tanaman
jagung tersebut maka dapat dilaksanakan langkah-langkah pencegahan dengan
cara:
- Penggunaan varietas bibit yang resisten
- Penggunaan teknik-teknik agronomi
- Penggunaan desinfektan pada benih yang akan ditanam
- Pemeliharaan dan pemanfaatan musuh-musuh alami

G. Panen
Waktu panen jagung di pengaruhi oleh jenis varietas yang ditanam,
ketinggian lahan, cuaca dan derajat masak. Umur panen jagung umumnya sudah
cukup masak dan siap dipanen pada umur 7 minggu setelah berbunga.
Pemanenan dilakukan apabila jagung cukup tua yaitu bila kulit jagung sudah
kuning. Pemeriksaan dikebun dapat dilakukan dengan menekankan kuku ibu jari
pada bijinya, bila tidak membekas jagung dapat segera dipanen.
Jagung yang dipanen prematur butirannya keriput dan setelah
dikeringkan akan menghasilkan butir pecah atau butirnya rusak setelah proses
pemipilan. Apabila dipanen lewat waktunya juga akan banyak butiran jagung
yang rusak. Pemanenan sebaiknya dilakukan saat tidak turun hujan sehingga
pengeringan dapat segera dilakukan. Umumya jagung dipanen dalam keadaan
tongkol berkelobot (berkulit).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Identitas Petani
1. Identitas Petani Sampel
4
Responden penelitian ini adalah beberapa petani di Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Sleman yang berjumlah 4 orang. Untuk mendapatkan
gambaran secara lebih jelas mengenai responden, berikut dideskripsikan
identitas responden menurut kelompok jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir
pekerjaan sampingan.

Tabel 1 Identitas Petani Sampel

No Uraian Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Jenis Kelamin
Laki-laki 3 75
Perempuan 1 25

2 Umur (tahun)
<15
15 – 55 1 25
>55 3 75

3 Pendidikan:
Tidak sekolah
Sekolah Dasar 1 25
SMP 1 25
SMA 2 50
PT
4 Pekerjaan sampingan
Pedagang
Buruh tani 1 25
Tidak Bekerja 3 75

Berdasarkan data pada tabel di 1, diketahui bahwa sebagian besar


responden yaitu sebanyak 3 (75%) adalah laki-laki. Sebanyak 1 (25%) adalah
perempuan. Artinya adalah kebanyakan petani merupakan seorang laki-laki, dan
hanya sedikit perempuan yang berprofesi sebagai petani.
Menurut tabel 1 juga dapat diketahui bahwa responden berusia antara 15-
55 tahun sebanyak 1 (25%), dan responden berusia lebih dari 55 tahun adalah
sebanyak 3 (75%). Dengan demikian maka sebagian besar responden adalah
berusia lebih dari 55 tahun. Hal ini berarti bahwa sebagian besar petani berada
pada kelompok umur yang produktif hanya saja hamper mendekati umur tidak
produktif. Dalam membidangi pekerjaan sebagai petani, masih sedikit pekerja
yang berada di umur sangat produktif (15-55). Kelompok usia produktif menurut

5
Badan Pusat Statistik Tahun 2019 adalah angkatan kerja yang berada rentang
usia antara 15 sampai dengan 64 tahun.
Berdasarkan tingkat pendidikan, dari data diatas dapat dilihat
bahwasanya dari 4 responden tidak ada petani yang memiliki pendidikan di
Perguruan Tinggi. Semuanya hanya berpendidikan SD, SMP, SLTA. Hal ini
menunjukan bahwa karakteristik pendidikan petani hanya sampai SLTA
dikarenakan kebanyakan petani masih memiliki pemikiran bahwa terjun di dunia
pertanian hanyalah sebagai the way of life, bukan sebagai sektor bisnis dan yang
lainnya yang membutuhkan keahlian atau pendidikan khusus.
Menurut data tabel 1, kebanyakan petani (75%) tidak memiliki pekerjaan
lain atau hanya bekerja sebagai petani. Terdapat 1 (25%) yang memiliki
pekerjaan sampingan, yaitu sebagai buruh tani. Buruh tani adalah petani yang
bekerja di ladang atau sawah orang lain. Sedangkan petani adalah orang yang
bekerja di ladang atau sawah sendiri. Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan
petani tidak memiliki pekerjaan lain, hanya sebagai petani.

2. Identitas Anggota Keluarga Petani Sampel

Selain identitas petani, identitas anggota keluarga petani pun sama


pentingnya, karena data ini dapat mempengaruhi beban tanggungan petani dalam
memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Data identitas anggota keluarga
petani sampel ini didapat dari hasil wawancara dengan responden (petani) itu
sendiri. Untuk mendapatkan gambaran secara lebih jelas mengenai responden,
berikut dideskripsikan identitas responden menurut kelompok jenis kelamin,
umur, pendidikan terakhir pekerjaan sampingan.

Tabel 2 Identitas Anggota Keluarga Petani Sampel

NO Uraian Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Jenis Kelamin
Laki-laki 3 27,3
Perempuan 8 72,7

2 Umur (tahun)
<15 1 9,1
15 – 55 9 81,8
>55 1 9,1

3 Pendidikan:
Tidak sekolah 1 9,1
6
Sekolah Dasar - 0
SMP 2 18,2
SMA 5 45,4
PT 3 27,3
4 Pekerjaan :
Petani 2 18,2
Pedagang 1 9,1
Tidak Bekerja 5 45,4
Lain-lain 3 27,3

Berdasarkan data identitas anggita keluarga petani sampel diatas, dapat


dilihat bahwa cukup banyak anggota keluarga yang ditanggung petani.
Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 8 orang (72,7%) anggota keluarga yang
ditanggung adalah perempuan. Sisanya yaitu sebanyak 3 orang (27,3%) adalah
berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan berdasarkan umur, terdapat paling banyak,
9 orang (81,8%) yang berusia antara 15-55 tahun tanggungan petani sampel
yang kami wawancarai. Sisanya adalah sebanyak 1 orang yang berusia dibawah
15 tahun dan 1 orang berusia lebih dari 55 tahun.
Menurut tabel 2 diatas, dapat diketahui, dari segi pendidikan hampir
semua anggota tanggungan petani berada pada masa sekolah atau pelajar,
sehingga petani memiliki tanggungan lebih dalam membiayai sekolah anggota
keluarganya. Diantara anggota keluarga petani yang terbanyak adalah
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 5 orang (45,4%) yang lainnya yaitu
berpendidkan Perguruan Tinggi sebanyak 3 orang (27,3%), SMP 2 (18,2%), dan
tidak sekolah sebanyak 1 orang (9,1%).
Sedangkan berdasarkan pekerjaan anggota keluarga petani, sebanyak 5
orang (45,4%) anggota keluarga petani tidak bekerja. Jumlah anggota yang tidak
bekerja adalah jumlah yang terbanyak dari jenis pekerjaan lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa tanggungan petani terbilang cukup besar karena presentase
identitas anggota keluarga petani yang tidak bekerja adalah yang terbanyak.
Sedangkan untuk anggota petani yang bekerja sebagai pedagang yaitu 1 orang
(9,1%), petani sebanyak 2 orang (18,2%), dan lain-lain sebanyak 3 orang
(27,3%).

B. Biaya Usahatani Tanaman Jagung


1. Biaya Eksplisit

7
Dalam setiap usaha atau produksi pasti akan membutuhkan biaya, seperti
halnya pada produksi komoditas jagung mebutuhkan biaya eksplisit. Biaya
eksplisit sendiri adalah biaya yang nyata di keluarkan di dalam proses budidaya
dalam hal ini yaitu dikeluarkan oleh petani. Biaya eksplisit meliputi biaya sarana
produksi, tenaga kerja luar keluarga, penyusutan alat, biaya bunga pinjaman dan
biaya Lain-lain.
Tabel 3 Biaya Eksplisit Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019

N
Uraian Biaya (Rp) Persentase (%)
o
1 Benih Rp 655.000 38,77
Pupuk Urea Rp 301.925 17,87
2
Pupuk Ponska Rp 142.500 8,43
Obat Belalang (tokador) Rp 1.562,50 0,09
Obat Ulet (Prevathon) Rp 10.500 0,62
3
Obat Daun (Bandasil B) Rp 350 0,02
Pestisida Pertilon Rp 6.000 0,35
4 Tenaga Kerja Luar Keluarga Rp 468.571 27,74
5 Penyusutan Alat Rp 103.000 6,11
6 Biaya lain-lain - 0
Jumlah Rp 1.689.408,5 100

Dari hasil data diatas dapat kita ketahui terdapat beberapa biaya eksplisit
yang harus dikeluarkan, biaya tersebut adalah biaya usahatani dari proses
pengolahan lahan hingga panen. Benih yang digunakan oleh setiap petani
berbeda-beda, rata-rata harga benih yang digunakan adalah Rp 63.750 per kg.
Terdapat dua jenis pupuk yang termasuk dalam biaya eksplisit yang
digunakan petani yaitu pupuk urea dan ponska. Untuk masing-masing harga
pupuk yaitu pupuk urea seharga Rp 1.975 per kg dan pupuk ponska seharga Rp
1.813 per kg. Semua petani menggunakan kedua pupuk tersebut. Dalam proses
pemupukan petani melakukan pemupukan sebanyak tiga kali selama musim
tanam.
Untuk mengatasi hama dan penyakit, petani menggunakan beberapa jenis
pestisida yaitu obat penghilang belalang, obat penghilang ulat, obat nutrisi daun,
dan pestisida pertilon. Petani satu dan dua tidak menggunakan pestisida apapun.

8
Petani tiga hanya menggunakan pestisida obat penghilang ulet dan pestisida
pertilon. Petani keempat menggunakan tiga pestisida yaitu pestisida penghilang
belalang, penghilang ulat dan pestisida nutrisi daun.
Pada tenaga kerja, hanya petani satu yang menggunakan tenaga kerja
luar keluarga di semua kegiatan, mulai dari pengolahan lahan sampai pada
panen. Petani dua hanya menggubakan tenaga kerja luar keluarga pada saat
penolahan lahan, selainnya hanya dilakukan oleh peilik lahannya saja. Petani
tiga dan empat menggunakan tenaga kerja luar keluarga pada saat kegiatan
pengolahan lahan dan panen.
Alat-alat yang dimiliki oleh petani diantaranya adalah cangkul,
handsprayer dan sabit. Alat cangkul hanya dimiliki oleh petani satu, dua, dan
empat. Petani tiga dan empat memiliki alat handsprayer. Dan alat sabit dimiliki
oleh semua petani.

2. Biaya implisit
Selain biaya eksplisit, juga terdapat biaya implisit dalam usaha tani.
Biaya implisit sendiri adalah biaya yang tidak benar-benar nyata secara fisik
dikeluarkan. Biaya impisit juga dapat diartikan sebagai nilai dari input milik
sendiri atau keluarga yang digunakan dalam proses produksi. Biaya implisit
meliputi sewa lahan, tenaga kerja dalam keluarga, bunga modal sendiri, dan
biaya lain yang secara nyata tidak dikeluarkan oleh petani.

Tabel 4 Biaya Implisit Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019

N
Uraian Biaya (Rp) Persentase (%)
o
1 Sewa Lahan Rp 3.750.000 89,13
2 Tenaga Kerja Dalam Keluarga Rp 206.518 4,90
3 Bunga Modal Sendiri Rp 50.682 1,20
4 Biaya Pupuk Kandang Rp 200.000 4,77
Jumlah Rp 4.207.200 100
Selain biaya eksplisit, terdapat juga biaya implisit yang dikeluarkan oleh
petani selama proses budidaya. Para petani menggunakan lahannya sendiri

9
dalam budidaya jagung. Pada petani satu meggunakan tenaga kerja luar keluarga
secara keseluruhan sehingga tidak ada tenaga kerja dalam keluarga yang
dilibatkan dalam proses budidaya.
Pada petani dua menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dalam proses
pengolahan tanah, pemeliharaan serta pemberantasan hama dan penyakit. Untuk
petani tiga dan empat keseluruhan proses nya dari persemaian hingga pasca
panen menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Selanjutnya yaitu biaya
bunga modal sendiri, bunga modal sendiri diporelah dari perhitunga jumlah
biaya eksplisit dikali dengan suku bunga pinjaman, kemudian dikali permusim
tanam bawang merah. Jika dibandingkan dengan biaya eksplisit, biaya implisit
yang dikeluarkan oleh petani jauh lebih kecil.

C. Penerimaan Usahatani Tanaman Jagung

Setiap usaha tani selalu membutuhkan perhitungan penerimaan dari hasil


usahanya sebagai gambaran awal seberapa banyak penerimaan yang didapatkan.
Penerimaan sendiri adalah perkalian anatra jumlah produksi yang diperoleh
dengan harga jual (Rahim dan Hstuti, 2007). Sehingga diketahui rumus sebagai
berikut:
TR = P x Q
Keterangan :
TR = Total Revenue (penerimaan total)
P = Price (harga)
Q = Produksi
Dalam hasil produksi biasanya dapat dipengaruhi dari baik atau tidaknya
pertumbuhan komoditas yang diusahakan. Mengingat usaha tani sangat
dipengaruhi oleh keadaan alam yang terkadang tidak dapat dikendalikan oleh
manusia. Selain itu, luas lahan juga jelas menjadi pengarauh terhadap jumlah
produksi yang dihasilkan.

Tabel 5 Penerimaan Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019


N
Uraian Jumlah
o
1 Produksi (kg) 2.506,25

2 Harga (Rp) 3.475

10
3 Penerimaan (Rp) 8.975.000

Dari data diatas dapat diketahui hasil produksi dari luas lahan 6.000m2
yaitu sebesar 2.506,25 Kg.
Harga pembelian jagung khususnya di daerah Kacamatan Ngemplak
ditingkat petani, yaitu rata-rata Rp 3.475/kg, sehingga diperoleh penerimaan Rp
8.975.000. Peneriman tersebut merupakan hasil awal yang diperoleh petani
sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang sudah dikeluarkan selama proses
usahatani.

D. Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Tanaman Jagung


Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang
dikeluarkan, dalam pendapatan biaya yang dimaksud adalah biaya eksplisit.
Sehingga diperoleh rumus sebagai berikut;
NR = TR – TEC
Keterangan :
NR = Net Revenue (Pendapatan)
TEC = Total Explicit Cost (Biaya Eksplisit)
Setelah pendapatan diperlukan juga untuk mengetahui keuntungan dari sebuah
usaha tani. Kuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan semua
biaya yaitu biaya eksplisit dan implisit. Sehingga diperoeh rumus sebagai
berikut;
Profit = TR – TC

Keterangan :
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
TC = total Cost (Biaya Total)
Hasil perhitungan dari pendapatan jika diperoleh nilai positif belum
tentu nilai dari keuntungan juga positif, karena keuntungan sudah dikurangi
dengan semua biaya sedangkan pendapatan hanya dikurangi biaya eksplisit.
Sehingga, keuntungan dari sebuah usaha memang dominan rendah.

Tabel 6 Pendapatan dan Keuntungan Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019

No Uraian Jumlah
1 Penerimaan (Rp)
11
8.975.000
2 Biaya Eksplisit (Rp) 1.689.409
3 Biaya Implisit (Rp) 4.207.200
4 Pendapatan (Rp 7.285.591

5 Keuntungan (Rp) 3.078.391

Dari data diatas dapat diketahui hasil pendapatan diperoleh dari


penerimaan yang terdiri dari jumlah produksi dikalikan dengan harga/kg, untuk
biaya eksplisit yang dikeluarkan yaitu biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja
luar keluarga, penyusutan alat, biaya lain-lain, serta bunga modal pinjaman.
Sehingga diperoleh pendapatan petani dari perhitungan penerimaan dikurangi
dengan biaya eksplisit.
Selanjutnya yaitu biaya implisit yang terdiri dari biaya sewa lahan milik
sendiri, biaya tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya bunga modal sendiri, serta
biaya pupuk kandang. Sehingga diperoleh keuntungan dari perhitungan
penerimaan dikurangi dengan semua biaya baik eksplisit maupun implisit. Dapat
kita ketahui bahwa petani tidak mengalami kerugian dalam menjalankan
usahatani jagung.

E. Kelayakan Usahatani Tanaman Jagung


Kelayakan usahatani merupakan kegiatan yang dilakukan terhadap suatu
usaha untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan. Menurut
Soekartawi (1987) usahatani yaitu setiap kombinasi yang tersusun (organisasi)
dari alam, kerja, dan modal yang ditunjukan kepada produksi di lapangan
pertanian. Sesuai dengan batasannya, pada setiap usahatani selalu ada unsur
lahan atau tanah pertanian yang mewakili alam. Ada unsur tenaga kerja yang
bertumpu pada anggota keluarga petani dan unsur modal yang beraneka ragam
jenisnya. Kelayakan usahatani dapat diketahui melalui analisis perhitungan R/C
ratio, produktivitas tenaga kerja, produktivitas lahan, dan produktivitas modal.

1. R/C
R/C ratio merupakan alat analisa untuk mengukur biaya dari suatu
produksi. Analisis R/C ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan

12
dengan total biaya. Semakin besar hasil R/C, maka semakin besar pula
keuntungan yang diterima oleh petani dari usahatani tersebut.
Kriteria:
R/C Ratio > 1, usahatani layak dikembangkan
R/C Ratio < 1, usahatani tidak layak dikembangkan
R/C Ratio = 1, usahatani impas
Perhitungan R/C ratio usahatani jagung di Kecamatan Ngemplak tahun 2019:

Tabel 7 R/C Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019

N Uraian Nilai
o
1 Penerimaan (Rp) 8.975.000
2 Biaya Eksplisit (Rp) 1.689.409
3 Biaya Implisit (Rp) 4.207.200
4 R/C 1,52

Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui R/C Kecamatan Sanden sebesar,


artinya setiap petani mengeluarkan Rp 1 untuk dana usahatani, maka petani
tersebut akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1,52. Dengan demikian,
usahatani bawang merah layak diusahakan.

2. Produktivitas lahan
Menurut Nurmala, dkk (2012), produktivitas lahan adalah kemampuan
tanah untuk menghasilkan produksi tanaman tertentu dalam keadaan pengolahan
tanah tertentu. Produktivitas merupakan perwujudan dari keseluruhan faktor-
faktor (tanah dan non tanah) yang berpengaruh terhadap hasil tanaman yang
lebih berdasarkan pada pertimbangan ekonomi.
Analisis kelayakan usahatani berdasarkan produktivitas lahan merupakan
hasil dari total pendapatan yang telah dikurangi dengan nilai tenaga kerja dalam
keluarga dan bunga modal sendiri dibagi dengan luas lahan.
Apabila dari hasil perhitungan produktivitas lahan lebih besar dari sewa
lahan, maka usahatani tersebut layak diusahakan, sedangkan apabila
produktivitas lahan lebih kecil dari sewa lahan maka, usahatani tidak layak
diusahakan.

13
Tabel 8 Produktivitas Lahan Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019

No Uraian Nilai
1 Pendapatan (Rp) 7.285.591
2 Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (Rp) 468.571
3 Bunga Modal Sendiri(Rp) 50.682
4 Luas Lahan (m2) 6.000
5 Produktivitas Lahan (Rp/m2) 1.127,723

Berdasarkan tabel 6. dapat diketahui produktivitas lahan Kecamatan


Ngemplak sebesar Rp 1.127,723/m2, artinya produktivitas lahan dikatakan layak
dikarenakan lebih dari sewa lahan daerah setempat sebesar Rp 625/m2.

3. Produktivitas tenaga kerja


Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1987), tenaga kerja adalah semua
orang yang mau ataupun bersedia dan memiliki kesanggupan untuk bekerja,
termasuk mereka yang menganggur meskipun mau dan mampu untuk bekerja,
akan tetapi terpaksa menganggur karena tidak adanya kesempatan kerja.
Analisis kelayakan usahatani berdasarkan produktivitas tenaga kerja
merupakan hasil dari total pendapatan dikurangi dengan nilai sewa lahan milik
sendiri dan bunga modal sendiri dibagi dengan penggunaan tenaga kerja dalam
keluarga (Rp/HKSP).
Perhitungan produktivitas tenaga kerja usahatani jagung di Kabupaten Sleman
tahun 2019:

Tabel 9 Produktivitas Tenaga Kerja Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019

N Uraian Nilai
o
1 Pendapatan (Rp) 7.285.591
2 Sewa Lahan Sendiri (Rp) 3.750.000
3 Bunga Modal Sendiri(Rp) 50.682
4 Jumlah TKDK (HKO) 2
5 Produktivitas Tenaga Kerja (Rp/HKO) 1.742.454,5

Berdasarkan table 9, dapat diketahui produktivitas tenaga kerja usahatani


jagung sebesar Rp 1.742.454,5/HKO. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat
diketahui pula, bahwa produktivitas tenaga kerja lebih besar dari pada upah

14
buruh setempat, yaitu Rp 90.000/HKO. Dengan demikian, usahatani jagung
dinyatakan layak diusahakan, serta petani dapat mengelola lahannya sendiri.

4. Produkitivitas modal
Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa modal merupakan suatu
barang-barang bernilai ekonomis yang digunakan untuk menghasilkan tambahan
kekayaan atau untuk meningkatkan produksi. Tanpa memiliki modal, suatu
usahatani tidak akan dapat berjalan walaupun syarat-syarat lain sudah dipenuhi.
Dalam hal ini, jumlah modal kerja yang dimiliki menjadi penentu skala
usahatani yang dilaksanakan.
Perhitungan produktivitas modal usahatani Jagung di kabupaten Sleman
pada tahun 2019

Tabel 10 Produktivitas Modal Usahatani tanaman jagung per 6.000m² Tahun 2019

No Uraian Nilai
1 Pendapatan (Rp) 7.285.591

2 Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga(Rp) 206.518

3 Sewa Lahan Sendiri (Rp) 3.750.000

4 Biaya Eksplisit (Rp) 1.689.409

5 Produktivitas Modal (%) 197,05

Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui produktivitas modal Kabupaten


Sleman sebesar 197,05%, sedangkan suku bunga pinjaman dari bank daerah
setempat adalah sebesar 7% pertahun. Dalam hal ini, produktivitas modal lebih
besar dari pada bunga modal pinjaman, sehingga usahatani Jagung sangat layak
diusahakan dan apabila mengajukan pinjaman pada bank maka akan didanai
karena memiliki produktivitas modal yang lebih besar dari pada suku bunga
oinjaman daerah setempat.

15
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan pada usahatani jagung di Kabupaten
Sleman, D.I Yogyakarta, dapat diketahui bahwa petani yang menjadi responden
mengeluarkan biaya implisit rata-rata sebesar Rp 4.207.200 dan biaya eksplisit
sebesar Rp 1.689.409 untik luas lahan rata-rata sebesar 6.000m². Kemudian,
petani memperoleh penerimaan sebesar Rp 8.975.000 dalam satu musim tanam,
pada pendapatan petani memperoleh Rp 7.285.591, sehingga keuntungan yang
diperoleh sebesar Rp 3.078.390.

16
Dari hasil analisis kelayakan usahatani jagung di Kabupaten Sleman D.I
Yogyakarta, dinyatakan layak berdasarkan perhitungan R/C ratio, produktivitas
tenaga kerja, produktivitas lahan, dan produktivitas modal yang dimiliki oleh
usahatani tersebut.

B. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang didapatkan maka kami
sarankan untuk pelaku usahatani jagung agar melanjutkan dan mengembangkan
usahatani tersebut. Hal ini karena hasil analisis kelayakan menunjukkan
usahatani jagung sangat menguntungkan.
Selain itu disarankan juga agar para pelaku usahatani dapat melakukan
inovasi-inovasi baru dalam proses produksi. Hal ini juga untuk meningkatkan
kualitas produksi jagung yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E., & Yudono, P. (2003). KERAGAAN STABILITAS HASIL BAWANG


MERAH THE PERFORMANCE OF YIELD STABILITY OF
SHALLOT. Ilmu Pertanian, 10(2), 1-10. Diakses melalui
http://www.agrisci.ugm.ac.id/vol10_2/1_erlin_bwmrh.pdf, pada tanggal 21
Mei 2019, pukul 12.33 WIB.
Suminah, S., & Setyawan, A. D. (2002). Induksi poliploidi bawang merah (Allium
ascalonicum L.) dengan pemberian kolkisin. Biodiversitas, 3(1), 174-180.
Diakses melalui http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0301/D030102.pdf,
pada tanggal 21 Mei 2019, pukul 21.00 WIB.
Napitupulu, D., & Winarto, L. (2010). Pengaruh pemberian pupuk N dan K terhadap
pertumbuhan dan produksi bawang merah. Jurnal Hortikultura, 20(1).
17
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jhort/article/viewFile/749/57
3, pada tanggal 21 Mei 2019, pukul 21.05 WIB.
Elisabeth, D. W., Santoso, M., & Herlina, N. (2013). Pengaruh Pemberian berbagai
Komposisi Bahan Organik pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang
Merah (Allium ascalonicum L.). Jurnal Produksi Tanaman, 1(3). Diakses
melalui file:///C:/Users/user/Downloads/27-78-1-PB.pdf , pada tanggal 21
Mei 2019, pukul 21.12 WIB.
Irfan, M. (2013). Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L) Terhadap Zat
Pengatur Tumbuh dan Unsur Hara. Jurnal Agroteknologi, 3(2), 35-40.
Diakses melalui http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/agroteknologi/article/viewFile/86/76, pada tanggal 21
Mei 2019, pukul 21.15 WIB

Lampiran

18
Responden 1 Responden 2

Responden 3 Responden 4

19

Anda mungkin juga menyukai