Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

EKONOMI SDA DAN LINGKUNGAN

DOSEN PENGAMPU :

Dr.Evi Grafitiani,SE,M.Si

PENYUSUN :

NAMA : KHOIRUL FAIDA

NIM : B 1495129087

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA


YAYASAN LINGKUNGAN HIDUP
YOGYAKARTA
2015
VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN MERAPI KABUPATEN
MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH (Studi Kasus Penambangan Pasir)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia dan lingkungan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Manusia berusaha memanfaatkan lingkungan hidup yang ada di sekitar mereka untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sedangkan lingkungan hidup menyediakan sumberdaya alam yang
diperlukan oleh manusia untuk dapat melangsungkan kehidupannya.
Prioritas pembangunan Indonesia selain menciptakan kesempatan kerja demi
kesejahteraan rakyat, juga memprioritaskan pembangunan fisik di berbagai sektor, termasuk
pembangunan sarana prasarana seperti jalan-jalan, perumahan, gedung, jembatan, dan lain-lain.
Pembangunan sarana fisik tentu membutuhkan material seperti batu dan pasir sebagai bahan
baku pembangunan. Pasir Merapi banyak dicari pembeli karena kualitasnya bagus untuk
campuran bahan bangunan. Pasir Merapi memiliki kandungan silika (SiO) yang tinggi yang
menjadikan kualitasnya baik. Pola Silika yang berujung runcing membuat kemampuan pasir
menyerap partikel lebih baik daripada pasir biasa. Pasir Merapi juga memiliki kandungan besi
(FeO). Kandungan besi pasir Merapi sangat baik karena belum mengalami pelapukan sehingga
baik untuk campuran bahan bangunan.
Pasir Merapi merupakan hasil material vulkanis erupsi Gunung Merapi. Erupsi Gunung
Merapi membawa dampak negatif dan dampak positif. Salah satu erupsi terbesar adalah erupsi
Gunung Merapi yang terjadi tahun 2010, menyebabkan kerusakan dan kerugian yang besar di 4
(empat) kabupaten yaitu Magelang, Boyolali, Klaten dan Sleman. Penghitungan kerusakan dan
kerugian diukur menggunakan penghitungan dampak ekonomi. Hasil penghitungan menurut
BNPB (2011) menggunakan data per 31 Desember 2010 sehingga belum mencakup kerugian
dan kerusakan akibat banjir lahar dingin. Jumlah kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh
bencana letusan Gunung Merapi tahun 2010 adalah Rp. 3,56 trilyun. Jumlah nilai kerusakan
adalah Rp 1,69 trilyun (47 persen), sedangkan jumlah nilai kerugian adalah Rp 1,87 trilyun atau
sebesar 53 persen.
Tabel 1. Hasil Penlilaian Kerusakan Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010
Kerusakan Kerugian Total
No Sektor
(Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta)
1 Pemukiman 599.307,54 27.343,60 626.651,14
2 Infrastruktur 581.534,13 125.937,97 707.472,10
3 Ekonomi 403.065,92 1.289.445,25 1.692.511,17
4 Sosial 89.427,93 33.044,27 122.472,20
5 Lintas sektor 12.030,00 396.728,00 408.758,00
Total 1.685.365,52 1.872.499,09 3.557.864,61
Sumber: BNPB, data per Februari 2011

Pada tahun 2010 terjadi sekitar 644 kejadian bencana di Indonesia dengan total kerugian dan
kerusakan diperkirakan lebih dari Rp 15 trilyun rupiah (BNPB, 2011). Kerugian dan kerusakan
yang ditimbulkan oleh bencana letusan Gunung Merapi tahun 2010 mencapai 23,73 persen dari
total kerugian dan kerusakan yang diakibatkan kejadian bencana di Indonesia tahun 2010.
Erupsi Gunung Merapi menimbulkan kerusakan dan kerugian materiil bahkan korban
jiwa, namun masyarakat masih bertahan di sekitar Gunung Merapi karena Gunung Merapi
memberikan banyak manfaat. Erupsi Gunung Merapi mengakibatkan melimpahnya material
lahar berupa material pasir dan batuan bernilai ekonomi tinggi yang tersebar di beberapa lokasi
di Kabupaten Magelang. Volume luapan pasir tahun 2010 di satu lokasi yaitu Kali Putih,
Kabupaten Magelang saja terdapat material pasir sebesar 7.707.245,561 m3. Disertasi Rosalina
Kumalawati (2014) berjudul Pengelolaan Daerah Rawan Bencana Lahar Pascaerupsi Gunungapi
Merapi 2010 di Kali Putih Kabupaten Magelang, mengestimasi potensi keuntungan material
pasir tahun 2010 di Kali Putih Kabupaten Magelang adalah sebesar Rp 462.434.733.686,00
dengan estimasi harga Rp 60.000,00 per meter kubik.
Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 berdampak pada kehidupan masyarakat di Kabupaten
Magelang. Masyarakat Kabupaten Magelang di sekitar Gunung Merapi sebagian besar
menggantungkan hidup dari kekayaan sumber daya alam yang ada dalam bentuk lahan
(pertanian) dan mineral (tambang batu dan pasir) di sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010 mereka kehilangan sumber penghasilan karena lahan
pertanian mereka tertutup material lahar. Aktivitas masyarakat yang masih terus berjalan adalah
pertambangan pasir. Pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010, lahan pertanian tertutup material
lahan sehingga kegiatan masyarakat yang masih adalah pertambangan batu dan pasir.
Gambar 1. Kegiatan Penambangan Pasir Sungai yang Berhulu di Merapi

Keberadaan sumberdaya alam tambang seperti pasir di Lereng Merapi memberikan


dampak positif bagi masyarakat dan pemerintah setempat. Masyarakat dapat memiliki pekerjaan
dengan menambang pasir. Pekerjaan ini tidak memerlukan keahlian khusus karena hanya
memerlukan banyak tenaga dan sekop pasir. Sedangkan bagi pemerintah daerah terutama
Kabupaten Magelang, adanya penambangan pasir ini merupakan tambahan sumber pendapatan
asli daerah (PAD) karena pemerintah dapat memungut retribusi dari pemiliki bisnis tambang.
Namun perlu diketahui bahwa barang tambang seperti pasir Merapi tersebut tidak dapat
diperbaharui. Jika pasir tersebut terus ditambang maka akan berdampak negatif karena
ketersediaannya terbatas. Permintaan pasar yang terus meningkat namun ketersediaannya
terbatas berakibat pasir Merapi habis. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan
adanya penambangan pasir terutama yang berkaitan dengan lingkungan. Dampak fisik
lingkungan dengan adanya kegiatan penambangan pasir di Desa Keningar Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut:
1. Tingginya tingkat erosi di daerah penambangan pasir dan juga di daerah sekitarnya.
2. Adanya tebing-tebing bukit yang rawan longsor karena penambangan yang tidak
memakai sistem berteras sehinggaa sudut lereng menjadi terjal dan mudah longsor.
3. Berkurangnya debit air permukaan/ mata air
4. Tingginya lalu lintas kendaraan di jalan desa membuat mudah rusaknya jalan.
5. Terjadinya polusi udara.
Gambar 2. Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Merapi

Ketersediaan sumberdaya alam seperti pasir Merapi yang memiliki nilai ekonomi tinggi
perlu dijaga kelestarian agar dapat memberikan kecukupan kebutuhan manusia. Penataan ruang
agar lingkungan dan kegiatan ekonomi dapat berjalan seimbang perlu dilakukan. Untuk itu perlu
pengukuran valuasi ekonomu sumberdaya di sekitar kawasan Gunung Merapi terutama di
Kabupaten Magelang. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam
namun masyarakat sekitar tetap dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah
berapa besar harga/nilai kuantitatif sumberdaya di sekitar Gunung Merapi agar diketahui berapa
harga/nilai kuantitatif yang akan hilang dan upaya menjaga kelestarian lingkungan sekitar
kawasan Gunung Merapi di Kabupaten Magelang.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian ekonomi terhadap sumberdaya di kawasan
Gunung Merapi Kabupaten Magelang dan upaya pelestarian lingkungan di kawasan tersebut agar
lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar tetap terjaga.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan
dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya kawasan sekitar Merapi Kabupaten Magelang.
TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan Penambangan Pasir


Kegiatan Penambangan bahan galian C khusunya pasir, kerikil, batu, selain mempunyai
dampak positif juga mempunyai dampak negatif, dampak negatif diantaranya :
a. Lingkungan fisik sampai aktif mengalami perubahan
b. Terjadinya perubahan permukaan lahan galian
c. Rusaknya jalan yang menjadi sarana transportasi penduduk setempat yang akan terjadi
pencemaran udara pada musim kemarau.
Rissamasu et al. (2012) menyatakan ada beberapa faktor dari dalam maupun dari luar
yang mempengaruhi kegiatan penambangan yaitu :
1. Faktor Ekonomi
2. Faktor Pendidikan
3. Faktor dari Luar
a). Regulasi Belum adanya PERDA khusus Teknis Pertambangan. Belum adanya peraturan
daerah yang mengatur tentang pertambangan bahan mineral bukan logam dan batuan secara
teknis sehingga tidak ada peraturan yang mengikat atau melarang mereka
b). Kurangnya sumber daya manusia juga menjadi salah satu faktor kurang maksimalnya
pengawasan penambangan di lapangan, terlihat dari sumber daya yang dimiliki
c). Kurangnya pembinaan serta sosialisasi kurang dilakukan sehingga masyarakat kurang
mengetahui manfaat dari menjaga lingkungan penambangan.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dampak lingkungan didefinisikan sebagai suatu perubahan lingkungan hidup
yang diakibatkan oleh suatu dan atau kegiatan.

Valuasi Ekonomi
Valuasi ekonomi merupakan pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin
mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya secaraformal. (Eriyati
et al 2010). Valuasi ekonomi merupakan upaya untuk memberikan nilai kuantitatif ("monetasi")
terhadap barang atau jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan baik atas dasar
nilai pasar (market value) maupun nilai nonpasar (non market value). Oleh karena itu valuasi
ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik
penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai uang dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam dan lingkungan.
Ada beberapa alasan mengapa satuan moneter diperlukan dalam valuasi ekonomi
sumberdaya alam dan lingkungan. Tiga alasan utamanya adalah : (1) satuan moneter dapat
digunakan untuk menilai tingkat kepedulian seseorang terhadap lingkungan, (2) satuan moneter
dari manfaat dan biaya Sumberdaya Alam dan lingkungan dapat menjadi pendukung untuk
keberpihakan terhadap kualitas lingkungan, dan (3) satuan moneter dapat dijadikan sebagai
bahan pembanding secara kuantitatif terhadap beberapa alternatif pilihan dalam memutuskan
suatu kebijakan tertentu termasuk pemanfaatan Sumberdaya Alam dan lingkungan (Suparmoko,
2000).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Dukun Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang Jawa Tengah
yang dilaksanakan pada minggu keempat Bulan November 2015.

Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari studi literatur yang datanya tersedia di
perpustakaan, instansi tertentu seperti BNPB, BPS dan instansi lain serta internet.

Konsep Pengukuran Variabel


Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah:
1. Nilai manfaat langsung yaitu nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan secara langsung
kawasan Gunung Merapi: potensi pasir Merapi (Rp/tahun)
2. Nilai manfaat tidak langsung yaitu nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan secara tidak
langsung kawasan Gunung Merapi: pusat penelitian kegunungapian dan kebencanaan
(Rp/tahun).
3. Nilai manfaat pilihan yaitu nilai ekonomi yang diperoleh dari potensi pemanfaatan
langsung maupun tidak langsung dari sebuah sumberdaya/ekosistem di masa datang: nilai
biodiversity (Rp/tahun).
4. Biaya yaitu biaya yang dikeluarkan oleh pemanfaat kawasan Merapi di Kabupaten
Magelang untuk mendapatkan pasir (Rp/tahun)
Analisis Data
Penilaian valuasi ekonomi sumberdaya sekitar kawasan Gunung Merapi di Kabupaten Magelang
dilakukan dengan dua tahap pendekatan:
1. Identifikasi manfaat dan fungsi-fungsi sumberdaya
2. Kuantifikasi seluruh manfaat dan fungsi ke dalam nilai uang.
a. Nilai manfaat langsung (direct use value)
Nilai manfaat langsung adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan secara langsung dari
suatu sumberdaya. Manfaat langsung bisa diartikan manfaat yang dapat dikonsumsi. Nilai
manfaat langsung sumberdaya di kawasan Gunung Merapi Kabupaten Magelang dihitung
dengan persamaan:
DUV = DUVi
Dimana DUV = Direct use value; DUV1 = manfaat pasir Merapi
b. Nilai manfaat tidak langsung (indirect use value)
Manfaat tidak langsung adalah nilai manfaat dari suatu sumberdaya (kawasan Merapi) yang
secara tidak langsung dimanfaatkan oleh masyarakat. Manfaat tidak langsung dari kawasan
Merapi di Kabupaten Magelang dapat berupa manfaat non fisik seperti sebagai pusat
penelitian kegunungapian karena status Merapi sebagai Gunungapi teraktif di dunia dan
kebencanaan akibat erupsi.
c. Manfaat pilihan (option value)
Manfaat pilihan untuk kawasan Merapi di Kabupaten Magelang biasanya menggunakan
metode benefit transfer, yaitu dengan cara menilai perkiraan benefit tempat lain (dimana
sumberdaya tersedia) lalu benefit tersebut ditransfer untuk memperoleh perkiraan yang kasar
mengenai manfaat dari lingkungan. Metode tersebut didekati denga cara menghitung besarnya
nilai keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem kawasan Merapi. Menurut Ruitenbeek
(1991) dalam Fahrudin (1996) hutang kawasan Merapi mempunyai nilai biodiversity sebesar
US$1,500 per km2. Nilai manfaat pilihan ini diperoleh dengan persamaan:
OV = US$15 per ha x luas hutan kawasan Merapi di Kabupaten Magelang
Dimana OV = Option Value
Setelah seluruh manfaat dapat diidentifikasi selanjutnya adalah mengkuantifikasi seluruh
manfaat ke dalam nilai uang dengan beberapa nilai yaitu:
1. Nilai pasar untuk menghitung nilai ekonomi dari pasir Merapi yang langsung dapat
dimanfaatkan dari sumberdaya di kawasan Merapi
2. Harga tidak langsung untuk menilai manfaat tidak langsung kawasan Merapi
3. Contingent value method untuk menghitung nilai dari suatu sumebrdaya yang tidak dijual
di pasaran contohnya nilai keberadaan.
4. Nilai manfaat ekonomi total merupakan penjumlahan seluruh nilai ekonomi dari manfaat
kawasan Merapi di kabupaten Magelang yang telah diidentifikasi dan dikuantifikasikan.
Nilai manfaat total terseut menggunakan persamaan:
TEV = DV + IV + OV + EV
Dimana TEV = Total Economic Value; DV = nilai manfaat langsung: IV nilai manfaat tidak
langsung; OV = nilai manfaat pilihan; EV = nilai manfaat keberadaan.
Setelah menghitung nilai manfaat Kawasan Merapi di Kabupaten Magelang maka
dilakukan analisis deskriptif dan menemukan perumusan kebijakan atau solusi penanggulangan
kerusakan lingkungan dengan metode SWOT (Strenght Weakness Opportunities Threats).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penambangan Pasir dan Lingkungan Kawasan Merapi Kabupaten Magelang


Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 berdampak pada kehidupan masyarakat di Kabupaten
Magelang. Masyarakat Kabupaten Magelang di sekitar Gunung Merapi sebagian besar
menggantungkan hidup dari kekayaan sumber daya alam yang ada dalam bentuk lahan
(pertanian) dan mineral (tambang batu dan pasir) di sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010 mereka kehilangan sumber penghasilan karena lahan
pertanian mereka tertutup material lahar. Aktivitas masyarakat yang masih terus berjalan adalah
pertambangan pasir. Pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010, lahan pertanian tertutup material
lahan sehingga kegiatan masyarakat yang masih adalah pertambangan batu dan pasir.
Daerah yang membutuhkan material pasir bukan hanya daerah Magelang saja, oleh
karena itu perlu sarana transportasi untuk mendistribusikan ke berbagai daerah lainnya.
Kabupaten Magelang menjadi lalu lintas angkutan truk pasir Merapi dengan berbagai jenis
ukuran truk pasir. Ribuan truk pasir mengambil pasir di Kabupaten Magelang setiap harinya.
Terdapat banyak bisnis penambangan pasir di Kabupaten Magelang, baik di hulu maupun di hilir
sungai karena banyaknya permintaan pasir Merapi dari luar daerah.
Walhi Yogyakarta menyatakan bahwa penambangan di Merapi sudah overcapacity
suplai. Material yang dikeluarkan letusan Merapi hanya mampu memberikan daya dukung
sebesar 2,5 juta m3 per tahun, sementara permintaan dan eksploitasi pasir Merapi mencapai 6-9
juta m3 per tahun. Kegiatan penambangan pasir di Kabupaten Magelang tidak sebanding dengan
kerugian ekonomi (economic loss) yang ditanggung Pemerintah Kabupaten Magelang.
Kuantifikasi Manfaat Kawasan Merapi Magelang
Manfaat langsung
Berdasarkan hasil identifikasi, manfaat kawasan Merapi di Kabupaten Magelang yang
dapat langsung dikonsumsi adalah pasir Merapi. Menurut BPPTK dalam Kumalawati (2014)
erupsi Gunung Merapi tahun 2010 mengeluarkan material piroklastik mencapai 38,57 juta m3 di
Kabupaten Magelang dimana volume endapan tersebut tersebar di Kali Putih, Kali Lamat, Kali
Apu-Pabelan, kali Senowo dan Kali Trising. Harga rata-rata per m3 untuk material yang berupa
pasir, batu atau kerikil tersebut adalah Rp 60.000,00. Menurut WALHI pada setiap tahunnya
pasir Merapi yag dieksploitasi adalah sekitar 6-9 juta m3. Hasilnya adalah setiap tahunnya rata-
rata kawasan Merapi di Kabupaten Magelang menghasilkan Rp 540 miliar. Namun menurut
pemerintah kabupaten bahwa nilai ini tidak sebanding dengan nilai Pendapatan Asli Daerah yang
mereka terima setiap tahunnya dari sektor pertambangan galian C. Hal ini mengindikasikan
bahwa adanya pertambangan liar menyebabkan pemasukan daerah berkurang.

Manfaat Tidak Langsung


Manfaat tidak langsung dari kawasan Merapi di Kabupaten Magelang ini sebagai pusat
penelitian kegunungapian dan kebencanaan. Sebagai gunungapi yang paling aktif di dunia
Gunung Merapi menjadi rujukan penelitian bagi ahli kegunungapian dari Indonesia maupun
mancanegara. Selain itu erupsi yang terjadi berkala kemudian diteliti untuk mendapatkan
mitigasi bencana yang tepat meskipun masih menyebabkan kerugian jika erupsi terjadi. Manfaat
ini belum bisa diukur dengan nominal karena keterbatasan data yang diperoleh di lapangan pada
penelitian ini.

Manfaat Pilihan
Manfaat pilihan pada kawasan Merapi di Kabupaten Magelang dapat didekati dengan
menggunakan metode benefit transfer. Nilai total dari manfaat biodiversity hutan yang ada di
kawasan Merapi didapatkan dengan cara mengalikan nilai manfaatnya yaitu US$15 per ha per
tahun dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar yaitu Rp 13.000 (rata-rata) sehingga didapat nilai
sebesar Rp 195.000. Hasil tersebut dikalikan dengan luas total dari ekosistem hutan di kawasan
Merapi bagian Kabupaten Magelang saat ini yaitu 1474 ha. Dengan demikian nilai total dari
manfaat biodiversity pada hutan kawasan Merapi di Kabupaten Magelang sebesar Rp
287.430.000 per tahun.
Nilai Manfaat Total Kawasan Merapi Kabupaten Magelang
Nilai manfaat total dari kawasan Merapi di Kabupaten Magelang merupakan penjumlahan dari
manfaat-manfaat kawasan Merapi yang telah diidentifikasi dan dikuantifikasi. Proporsi manfaat
total tersebut disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Manfaat Tota Kawasan Merapi Kabupaten Magelang
No Jenis Manfaat Nilai Manfaat (Rp/tahun) (%)
1 Manfaat langsung 540.000.000.000 99,95
2 Manfaat tidak langsung Belum terdata -
3 Manfaat pilihan 287.430.000 0,05
Nilai Manfaat Total 540.287.430.000 100,00

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa nilai manfaat langsung lebih besar dibandingkan dengan
nilai manfaat lainnya pada kawasan Merapi di Kabupaten Magelang. Kawasan Merapi yang
menghasilkan pasir Merapi dengan nilai ekonomi yang tinggi diimbangi dengan ketersediaan
yang melimpah mendorong kegiatan ekonomi pertambangan pasir. Seperti yang telah diuraikan
sebelumnya akibat permintaan pasar yang terus meningkat maka upaya ekploitasi pasir Merapi
pun terus meningkat. Pada akhirnya para penambang kurang memperhatikan lingkungan dimana
mereka menambang.
Dampak negatif penambangan pasir tersebut jelas terlihat yaitu kerusakan tebing-tebing
sungai sehingga menyebabkan erosi tanah, pelebaran badan sungai, kerusakan jalan akibat
muatan truk yang berlebihan, polusi suara dan udara. Upaya mengurangi dampak lingkungan
akibat penambangan pasir terus diupayan misalnya dengan larangan penambang liar, penerapan
perijinan usaha pertambangan, pungutan pajak oleh masyarakat dan pemerintah. Namun karena
desakan kebutuhan pasar maka upaya-upaya tersebut belum maksimal untuk mengurangi
dampak kerusakan lingkungan.

Upaya Pengendalian Lingkungan


Dalam penelitian ini untuk membantu mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat
penambangan pasir di Kawasan Merapi Kabupaten Magelang maka peneliti menyusun analisis
SWOT (Strenght Weakness Opportunity Threath). Matriks analisis SWOT untuk
pengendalian lingkungan di Kawasan Merapi Kabupaten Magelang akibat penambangan pasir
menunjukkan kelebihan (strenght); kelemahan (weakness); kesempatan/peluang (opportunity)
dan ancaman (threath) di daerah penelitian. Berdasarkan matriks tersebut terdapat masing-
masing empat (4) faktor pada masing-masing komponen matriks. Ada empat faktor kelebihan
kawasan Merapi di Kabupaten Magelang yaitu melimpahnya pasir, pusat penelitian kebencanaan
dan kegunungapian, taman Nasional, dan potensi wisata alam, budaya dan pendidikan. Empat
faktor pendukung kelemahan di kawasan tersebut adalah manajemen pertambangan pasir yang
rendah, sumberdaya manusia yang rendah, tidak ada jalur alternatif atau khusus yang
memisahkan antara jalur umum dan jalur pertambangan serta fasilitas wisata yang kurang
memadai.
Selain kelebihan dan kekurangan tersebut terdapat pula empat peluang yang menarik di
kawasan Merapi Magelang yaitu pengembangan penambangan pasir yang berbasis lingkungan
mengingat volume pasir yang masih cukup banyak; pembangunan pusat penelitian kebencanaan
dan kegunungapian; pengembangan kawasan wisata yang tentunya bebeda dengan kawasan
Merapi di Yogyakarta, serta pembangunan fasilitas seperti gedung, jalan, dan fasilitas wisata
lainnya yang artinya dapat meningkatkan aksesibilitas penduduk. Namun kawasan tersebut juga
memiliki ancaman yang didominasi ancaman dari alam seprti erupsi Merapi yang berkala karena
status gunungapi yang masih aktf, lahar dingin ketika musim hujan, penolakan warga jika
dibangun wisata dan penutupan tambang pasir serta hewan liar yang turun ke permukiman di
musim kemarau untuk mencari makan karena makanan hutan habis.
Bedasarkan analisis SWOT tersebut maka dapat dibuat strategi yang membantu upaya
pengendalian lingkungan sekaligus mengoptimalkan potensi sumberdaya alam di kawasa
Merapi. Strategi yang dapat dikembangkan untuk mengoptimalkan kelebihan dan peluang
kawasan adalah:
1. Memperketat pengawasan pembukaan ijin usaha pertambangan pasir.
2. Membangun fasilitas penelitian kerjasama perguruan tinggi dengan pemda/lembaga lain
3. Pengawasan dan perawatan taman nasional
4. Pembukaan peluang investor membangun wisata yang berbasis lingkungan
Sedangkan strategi yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan peluang dan mengurangi
kelemahan kawasan Merapi adalah:
1. Menambah SDM pengawas pertambangan
2. Pembukaan jalur khusus pertambangan dan khusus wisata
3. Promosi wisata Merapi
4. Pemberian bantuan bidang kesehatan, pendidikan dan pariwisata
Berdasarkan Matriks diketahui bahwa strategi yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan
kelebihan dan mengurangi ancaman kawasan adalah:
1. Pemasangan Early warning system
2. Memperketat penerapan UU lingkungan hidup dan pertambangan
3. Perbaikan dan pembangunan fasilitas pengurang dampak erupsi (dam)
4. Pengawasan taman nasional yang lebih ketat
Sedangkan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak kelemahan dan ancaman
kawasan Merapi di Kabupaten Magelang adalah:
1. Penataan ruang yang lebih ketat dan jelas
2. Sosialisasi ke masyarakat tentang bencana dan lingkungan Merapi
3. Pemasangan jalur evakuasi
4. Larangan membuka hutan di taman nasional untuk usaha pertanian

MATRIKS ANALISIS SWOT PENGENDALIAN LINGKUNGAN KAWASAN MERAPI


AKIBAT PERTAMBANGAN PASIR DI KABUPATEN MAGELANG

OPPORTUNITY (Peluang) THREAT (Ancaman)


pusat

Hewan liar dari hutan turun


penutupan tambang pasir

pada
penambangan pasir yang

penelitian yang terpadu


(kerjasama lembaga dan

kawasan

Penolakan warga untuk


FAKTOR
EKSTERNAL

Pembangunan fasilitas

permukiman
Banjir lahar dingin
ramah lingkungan

perguruan tinggi)
Penegembangan

musim kemarau
Pengembangan

Erupsi Merapi
Pembangunan

FAKTOR
wisata

INTERNAL

liar

ke
1 2 3 4 1 2 3 4
STRENGTH (Kekuatan) STRATEGI S-O STRATEGI S-T
1. Memperketat pengawasan
Pasir Merapi melimpah 1
pembukaan ijin usaha
1. Pemasangan Early warning
pertambangan pasir.
Pusat penelitian 2 system
2. Membangun fasilitas
2. Memperketat penerapan UU
penelitian kerjasama
lingkungan hidup dan
Taman Nasional perguruan tinggi dengan
3 pertambangan
Gunung Merapi pemda/lembaga lain
3. Perbaikan dan pembangunan
3. Pengawasan dan
fasilitas pengurang dampak
perawatan taman nasional
erupsi (dam)
Wisata alam, budaya 4. Pembukaan peluang
4 4. Pengawasan taman nasional
dan pendidikan investor membangun
yang lebih ketat
wisata yang berbasis
lingkungan
WEAKNESS
STRATEEGI W-P STRATEGI W-T
(Kelemahan)
Manjemen 1. Menambah SDM 1. Penataan ruang yang lebih
pertambangan pasir 1 pengawas pertambangan ketat dan jelas
rendah 2. Pembukaan jalur khusus 2. Sosialisasi ke masyarakat
SDM masih rendah 2 pertambangan dan khusus tentang bencana dan
Tidak ada jalur wisata lingkungan Merapi
3
alternatif/khusus 3. Promosi wisata Merapi 3. Pemasangan jalur evakuasi
4. Pemberian bantuan bidang 4. Larangan membuka hutan di
Fasilitas wisata kurang
4 kesehatan, pendidikan dan taman nasional untuk usaha
memadai
pariwisata pertanian
DAFTAR PUSTAKA

Eriyati, Indrawati T., Anggreina, J. 2010. Analisis Valuasi Ekonomi Lingkungan Kesediaan
Membayar Masyarakat Sekitar Sungai Siak. Jurnal. Jurnal Ekonomi, XVIII (1) Maret, Hal.
94 103.

Fahrudin, A. 1996. Analisis Ekonomi Pengeloaan Lahan Pesisir Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Tesis. Bogor. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Rissamasu, F. 2012. Pengelolaan Penambangan Bahan Galian Golongan C di Kabupaten


Merauke. Jurnal. Pasca Sarjana Universitas Hasannudin. Makassar.

Suparmoko. 2000. Ekonomika Lingkungan. BPFE. Yogyakarta.

Suzana, B.O.L, Timban, J. dkk. 2011. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Mangrove di Desa
Palaes Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal. ASE Volume 7
Nomor 2 Hal 29 38. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai