DOSEN PENGAMPU :
Dr.Evi Grafitiani,SE,M.Si
PENYUSUN :
NIM : B 1495129087
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia dan lingkungan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Manusia berusaha memanfaatkan lingkungan hidup yang ada di sekitar mereka untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sedangkan lingkungan hidup menyediakan sumberdaya alam yang
diperlukan oleh manusia untuk dapat melangsungkan kehidupannya.
Prioritas pembangunan Indonesia selain menciptakan kesempatan kerja demi
kesejahteraan rakyat, juga memprioritaskan pembangunan fisik di berbagai sektor, termasuk
pembangunan sarana prasarana seperti jalan-jalan, perumahan, gedung, jembatan, dan lain-lain.
Pembangunan sarana fisik tentu membutuhkan material seperti batu dan pasir sebagai bahan
baku pembangunan. Pasir Merapi banyak dicari pembeli karena kualitasnya bagus untuk
campuran bahan bangunan. Pasir Merapi memiliki kandungan silika (SiO) yang tinggi yang
menjadikan kualitasnya baik. Pola Silika yang berujung runcing membuat kemampuan pasir
menyerap partikel lebih baik daripada pasir biasa. Pasir Merapi juga memiliki kandungan besi
(FeO). Kandungan besi pasir Merapi sangat baik karena belum mengalami pelapukan sehingga
baik untuk campuran bahan bangunan.
Pasir Merapi merupakan hasil material vulkanis erupsi Gunung Merapi. Erupsi Gunung
Merapi membawa dampak negatif dan dampak positif. Salah satu erupsi terbesar adalah erupsi
Gunung Merapi yang terjadi tahun 2010, menyebabkan kerusakan dan kerugian yang besar di 4
(empat) kabupaten yaitu Magelang, Boyolali, Klaten dan Sleman. Penghitungan kerusakan dan
kerugian diukur menggunakan penghitungan dampak ekonomi. Hasil penghitungan menurut
BNPB (2011) menggunakan data per 31 Desember 2010 sehingga belum mencakup kerugian
dan kerusakan akibat banjir lahar dingin. Jumlah kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh
bencana letusan Gunung Merapi tahun 2010 adalah Rp. 3,56 trilyun. Jumlah nilai kerusakan
adalah Rp 1,69 trilyun (47 persen), sedangkan jumlah nilai kerugian adalah Rp 1,87 trilyun atau
sebesar 53 persen.
Tabel 1. Hasil Penlilaian Kerusakan Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010
Kerusakan Kerugian Total
No Sektor
(Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta)
1 Pemukiman 599.307,54 27.343,60 626.651,14
2 Infrastruktur 581.534,13 125.937,97 707.472,10
3 Ekonomi 403.065,92 1.289.445,25 1.692.511,17
4 Sosial 89.427,93 33.044,27 122.472,20
5 Lintas sektor 12.030,00 396.728,00 408.758,00
Total 1.685.365,52 1.872.499,09 3.557.864,61
Sumber: BNPB, data per Februari 2011
Pada tahun 2010 terjadi sekitar 644 kejadian bencana di Indonesia dengan total kerugian dan
kerusakan diperkirakan lebih dari Rp 15 trilyun rupiah (BNPB, 2011). Kerugian dan kerusakan
yang ditimbulkan oleh bencana letusan Gunung Merapi tahun 2010 mencapai 23,73 persen dari
total kerugian dan kerusakan yang diakibatkan kejadian bencana di Indonesia tahun 2010.
Erupsi Gunung Merapi menimbulkan kerusakan dan kerugian materiil bahkan korban
jiwa, namun masyarakat masih bertahan di sekitar Gunung Merapi karena Gunung Merapi
memberikan banyak manfaat. Erupsi Gunung Merapi mengakibatkan melimpahnya material
lahar berupa material pasir dan batuan bernilai ekonomi tinggi yang tersebar di beberapa lokasi
di Kabupaten Magelang. Volume luapan pasir tahun 2010 di satu lokasi yaitu Kali Putih,
Kabupaten Magelang saja terdapat material pasir sebesar 7.707.245,561 m3. Disertasi Rosalina
Kumalawati (2014) berjudul Pengelolaan Daerah Rawan Bencana Lahar Pascaerupsi Gunungapi
Merapi 2010 di Kali Putih Kabupaten Magelang, mengestimasi potensi keuntungan material
pasir tahun 2010 di Kali Putih Kabupaten Magelang adalah sebesar Rp 462.434.733.686,00
dengan estimasi harga Rp 60.000,00 per meter kubik.
Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 berdampak pada kehidupan masyarakat di Kabupaten
Magelang. Masyarakat Kabupaten Magelang di sekitar Gunung Merapi sebagian besar
menggantungkan hidup dari kekayaan sumber daya alam yang ada dalam bentuk lahan
(pertanian) dan mineral (tambang batu dan pasir) di sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010 mereka kehilangan sumber penghasilan karena lahan
pertanian mereka tertutup material lahar. Aktivitas masyarakat yang masih terus berjalan adalah
pertambangan pasir. Pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010, lahan pertanian tertutup material
lahan sehingga kegiatan masyarakat yang masih adalah pertambangan batu dan pasir.
Gambar 1. Kegiatan Penambangan Pasir Sungai yang Berhulu di Merapi
Ketersediaan sumberdaya alam seperti pasir Merapi yang memiliki nilai ekonomi tinggi
perlu dijaga kelestarian agar dapat memberikan kecukupan kebutuhan manusia. Penataan ruang
agar lingkungan dan kegiatan ekonomi dapat berjalan seimbang perlu dilakukan. Untuk itu perlu
pengukuran valuasi ekonomu sumberdaya di sekitar kawasan Gunung Merapi terutama di
Kabupaten Magelang. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam
namun masyarakat sekitar tetap dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah
berapa besar harga/nilai kuantitatif sumberdaya di sekitar Gunung Merapi agar diketahui berapa
harga/nilai kuantitatif yang akan hilang dan upaya menjaga kelestarian lingkungan sekitar
kawasan Gunung Merapi di Kabupaten Magelang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian ekonomi terhadap sumberdaya di kawasan
Gunung Merapi Kabupaten Magelang dan upaya pelestarian lingkungan di kawasan tersebut agar
lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar tetap terjaga.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan
dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya kawasan sekitar Merapi Kabupaten Magelang.
TINJAUAN PUSTAKA
Valuasi Ekonomi
Valuasi ekonomi merupakan pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin
mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya secaraformal. (Eriyati
et al 2010). Valuasi ekonomi merupakan upaya untuk memberikan nilai kuantitatif ("monetasi")
terhadap barang atau jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan baik atas dasar
nilai pasar (market value) maupun nilai nonpasar (non market value). Oleh karena itu valuasi
ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik
penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai uang dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam dan lingkungan.
Ada beberapa alasan mengapa satuan moneter diperlukan dalam valuasi ekonomi
sumberdaya alam dan lingkungan. Tiga alasan utamanya adalah : (1) satuan moneter dapat
digunakan untuk menilai tingkat kepedulian seseorang terhadap lingkungan, (2) satuan moneter
dari manfaat dan biaya Sumberdaya Alam dan lingkungan dapat menjadi pendukung untuk
keberpihakan terhadap kualitas lingkungan, dan (3) satuan moneter dapat dijadikan sebagai
bahan pembanding secara kuantitatif terhadap beberapa alternatif pilihan dalam memutuskan
suatu kebijakan tertentu termasuk pemanfaatan Sumberdaya Alam dan lingkungan (Suparmoko,
2000).
METODE PENELITIAN
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari studi literatur yang datanya tersedia di
perpustakaan, instansi tertentu seperti BNPB, BPS dan instansi lain serta internet.
Manfaat Pilihan
Manfaat pilihan pada kawasan Merapi di Kabupaten Magelang dapat didekati dengan
menggunakan metode benefit transfer. Nilai total dari manfaat biodiversity hutan yang ada di
kawasan Merapi didapatkan dengan cara mengalikan nilai manfaatnya yaitu US$15 per ha per
tahun dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar yaitu Rp 13.000 (rata-rata) sehingga didapat nilai
sebesar Rp 195.000. Hasil tersebut dikalikan dengan luas total dari ekosistem hutan di kawasan
Merapi bagian Kabupaten Magelang saat ini yaitu 1474 ha. Dengan demikian nilai total dari
manfaat biodiversity pada hutan kawasan Merapi di Kabupaten Magelang sebesar Rp
287.430.000 per tahun.
Nilai Manfaat Total Kawasan Merapi Kabupaten Magelang
Nilai manfaat total dari kawasan Merapi di Kabupaten Magelang merupakan penjumlahan dari
manfaat-manfaat kawasan Merapi yang telah diidentifikasi dan dikuantifikasi. Proporsi manfaat
total tersebut disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Manfaat Tota Kawasan Merapi Kabupaten Magelang
No Jenis Manfaat Nilai Manfaat (Rp/tahun) (%)
1 Manfaat langsung 540.000.000.000 99,95
2 Manfaat tidak langsung Belum terdata -
3 Manfaat pilihan 287.430.000 0,05
Nilai Manfaat Total 540.287.430.000 100,00
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa nilai manfaat langsung lebih besar dibandingkan dengan
nilai manfaat lainnya pada kawasan Merapi di Kabupaten Magelang. Kawasan Merapi yang
menghasilkan pasir Merapi dengan nilai ekonomi yang tinggi diimbangi dengan ketersediaan
yang melimpah mendorong kegiatan ekonomi pertambangan pasir. Seperti yang telah diuraikan
sebelumnya akibat permintaan pasar yang terus meningkat maka upaya ekploitasi pasir Merapi
pun terus meningkat. Pada akhirnya para penambang kurang memperhatikan lingkungan dimana
mereka menambang.
Dampak negatif penambangan pasir tersebut jelas terlihat yaitu kerusakan tebing-tebing
sungai sehingga menyebabkan erosi tanah, pelebaran badan sungai, kerusakan jalan akibat
muatan truk yang berlebihan, polusi suara dan udara. Upaya mengurangi dampak lingkungan
akibat penambangan pasir terus diupayan misalnya dengan larangan penambang liar, penerapan
perijinan usaha pertambangan, pungutan pajak oleh masyarakat dan pemerintah. Namun karena
desakan kebutuhan pasar maka upaya-upaya tersebut belum maksimal untuk mengurangi
dampak kerusakan lingkungan.
pada
penambangan pasir yang
kawasan
Pembangunan fasilitas
permukiman
Banjir lahar dingin
ramah lingkungan
perguruan tinggi)
Penegembangan
musim kemarau
Pengembangan
Erupsi Merapi
Pembangunan
FAKTOR
wisata
INTERNAL
liar
ke
1 2 3 4 1 2 3 4
STRENGTH (Kekuatan) STRATEGI S-O STRATEGI S-T
1. Memperketat pengawasan
Pasir Merapi melimpah 1
pembukaan ijin usaha
1. Pemasangan Early warning
pertambangan pasir.
Pusat penelitian 2 system
2. Membangun fasilitas
2. Memperketat penerapan UU
penelitian kerjasama
lingkungan hidup dan
Taman Nasional perguruan tinggi dengan
3 pertambangan
Gunung Merapi pemda/lembaga lain
3. Perbaikan dan pembangunan
3. Pengawasan dan
fasilitas pengurang dampak
perawatan taman nasional
erupsi (dam)
Wisata alam, budaya 4. Pembukaan peluang
4 4. Pengawasan taman nasional
dan pendidikan investor membangun
yang lebih ketat
wisata yang berbasis
lingkungan
WEAKNESS
STRATEEGI W-P STRATEGI W-T
(Kelemahan)
Manjemen 1. Menambah SDM 1. Penataan ruang yang lebih
pertambangan pasir 1 pengawas pertambangan ketat dan jelas
rendah 2. Pembukaan jalur khusus 2. Sosialisasi ke masyarakat
SDM masih rendah 2 pertambangan dan khusus tentang bencana dan
Tidak ada jalur wisata lingkungan Merapi
3
alternatif/khusus 3. Promosi wisata Merapi 3. Pemasangan jalur evakuasi
4. Pemberian bantuan bidang 4. Larangan membuka hutan di
Fasilitas wisata kurang
4 kesehatan, pendidikan dan taman nasional untuk usaha
memadai
pariwisata pertanian
DAFTAR PUSTAKA
Eriyati, Indrawati T., Anggreina, J. 2010. Analisis Valuasi Ekonomi Lingkungan Kesediaan
Membayar Masyarakat Sekitar Sungai Siak. Jurnal. Jurnal Ekonomi, XVIII (1) Maret, Hal.
94 103.
Fahrudin, A. 1996. Analisis Ekonomi Pengeloaan Lahan Pesisir Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Tesis. Bogor. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Suzana, B.O.L, Timban, J. dkk. 2011. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Mangrove di Desa
Palaes Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal. ASE Volume 7
Nomor 2 Hal 29 38. Universitas Sumatera Utara. Medan.