Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH JARAK TANAM DALAM BARIS DAN

TAKARAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG
MANIS
(Zea mays saccharata Sturt) VARIETAS
MASTER SWEET

Oleh
Lusiana
4122.5.13.31.10010
USULAN PENELITIAN

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
BANDUNG
2015
PENGARUH JARAK TANAM DALAM BARIS DAN
TAKARAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG
MANIS
(Zea Mays Saccharata Sturt) VARIETAS
1

MASTER SWEET

Oleh
Lusiana
4122.5.13.31.10010
USULAN PENELITIAN

Bandung,
Disetujui dan disahkan Komisi Pembimbing,

Dr. R. Wahyono, Ir., M.P.


PEMBIMBING I

Hudaya Mulyana, Ir., M.P.


PEMBIMBING II
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat


dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyeleaikan Usulan
Penelitian dengan Judul : Pengaruh
Baris

dan

Takaran

Pupuk

Jarak Tanam dalam

Kandang

Ayam

terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays


saccharata Sturt) Varietas Master Sweet.
Penyusunan Usulan Penelitian ini dapat terselesaikan atas
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan

ini

dengan

segala

kerendahan

mengucapkan terima kasih kepada Yth:

hati,

penulis

1. Dr. R. Wahyono Widodo, Ir., M.P., sebagai Ketua Komisi


Pembimbing dan Hudaya Mulyana Ir., M.P. Sebagai anggota
komisi pembimbing.
2. Dr. Hj. Noertjahyani, Ir., M.P. Sebagai Ketua Program Studi
Magister Agroteknologi
3. Prof. Dr. Hj. Ai Komariah, Ir., M.S. sebagai Direktur
Pascasarjana Universitas Winaya Mukti.
4. Seluruh Staf Karyawan Pascasarjana Universitas Winaya
Mukti.
5. Keluarga

yang telah memberikan dukungan baik moril

maupun materil
6. Semua pihak yang

telah

membantu

penulis

selama

penulisan usulan penelitian.


7.

Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan

Ridha-Nya dan membalas segala kebaikannya, Aamiin.


8.
9.
10.

Subang,

2015
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

Penulis

23. DAFTAR ISI


24.
25.

April

26. LEMBAR PENGESAHAN ..


..ii
27. KATA PENGANTAR....
...iv
28. DAFTAR ISI ....
..v
29. DAFTAR TABEL.
vi
30. DAFTAR LAMPIRAN..
..vii
31. BAB I.PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
32.

Latar Belakang Penelitian....1


Identifikasi dan Rumusan Masalah......5
Tujuan Penelitian......5
Kegunaan Penelitian.....6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
PEMIKIRAN/PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DAN
HIPOTESIS

33.
2.1 Kajian Pustaka..7
2.2 Kerangka Pemikiran/Pendekatan Masalah....18
2.3 Hipotesis Penelitian...22
34. BAB III. METODE PENELITIAN
35.
36.

3.1

Metode yang Digunakan..

..23
3.2
Operasionalisasi Variabel..

.24
37.
3.3

Sumber dan Cara Penentuan

38.

Data/Informasi.....................27
3.4
Teknik Pengumpulan

39.

Data.....27
3.5
Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis..
.34

40.
41. DAFTAR
PUSTAKA.
42. LAMPIRAN
.

43.
44. DAFTAR TABEL
45.
46.
N

47.

50.
53.
1

51.
54. Persentase Kandungan Hara Pupuk Kandang Beberapa
jenis
Hewan
Ternak
...
55.
59. Operasionalisasi Variabel
60.
63. Kombinasi Perlakuan Jarak Tanam dan Dosis Pupuk
Kandang
Ayam

64.
68. Daftar Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok
Pola
Faktorial

58.
2
62.
3

67.
4

71.

Judul

48. H
al
a
m
a
n
49.
52.
56.
57. 1
7

61. 2
5
65.
66. 2
6

69.
70. 3
6

72. DAFTAR LAMPIRAN


73.
74.

75. Judul

76. Hala

man

77.

79. Denah

Tata

1
78.

Percobaan...
80. Deskripsi
Jagung
Varietas

Letak
Master

81. 50
82. 51
83.
84.
85.

2
86.

Sweet
87.

88.

89.

90.

91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.

103.
104.
105.
106.
107.
108.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting, selain gandum dan padi. Jagung merupakan alternatif pangan


yang mendukung ketahanan pangan nasional dimana beberapa daerah di
Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) menggunakan jagung
sebagai bahan pangan pokok. Saat ini penggunaan jagung semakin
meningkat, selain sebagai bahan pangan, jagung digunakan sebagai pakan
ternak dan bahan baku industri sehingga hampir seluruh bagian tanaman
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
109. Jenis jagung yang dikembangkan di Indonesia terdiri dari beberapa
macam, salah satunya jenis jagung yang paling digemari di Indonesia adalah jenis
jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau dikenal dengan sweet corn.
Jagung manis sangat digemari karena memiliki rasa yang lebih manis
dibandingkan dengan jagung jenis lain. Menurut Koswara (1986), kadar gula
pada endosperm jagung manis sebesar 5-6% dan kadar pati 10-11% sedangkan
pada jagung biasa kandungan gulanya hanya mencapai 2-3 % atau setengahnya
dari jagung manis.

Tanaman jagung manis memiliki rasa manis

disebabkan tanaman ini memiliki gen resesif yang berfungsi


untuk menghambat proses pembentukan gula menjadi pati,
dengan adanya gen resesif tersebut menyebabkan tanaman
jagung manis menjadi 4 - 8 kali lebih manis dibandingkan dengan
tanaman jagung pipil (Ermanita, 2004).

110.

Kandungan gizi jagung manis tiap 100 g bahan disajikan pada

Tabel 1 (Iskandar, 2008).


111.
Tabel 1. Kandungan Gizi 100 g Jagung Manis
112.
N
115.
1
118.
2
121.
3
124.
4
127.
5
130.
6
133.
7
136.
8
139.
9
142.
1
145.
1
148.
149.

113.

Zat Gizi (Tiap 100 g


Bahan)

114.

Jagung
Manis

116.

Energi (cal)

117.

96.0

119.

Protein (g)

120.

3.5

122.

Lemak (g)

123.

1.0

Karbohidrat (g)

126.

22.8

Kalsium (mg)

129.

3.0

Fosfor (mg)

132.

111

Besi (mg)

135.

0.7

137.

Vitamin A (SI)

138.

400

140.

Vitamin B (mg)

141.

0.15

143.

Vitamin C (mg)

144.

12.0

Air (g)

147.

72.2

125.
128.
131.
134.

146.

Kebutuhan akan tersedianya jagung manis setiap tahun semakin

meningkat. Berdasarkan data dari BPS (2011), pada tahun 2008-2010


ekspor jagung manis mengalami penurunan sebesar 17,25 % sedangkan
impor jagung manis mengalami peningkatan sebesar 6.27 % per tahun.
Produksi nasional jagung manis pada tahun 2014 mencapai 18.548.872,00

ton dengan luas panen 3.786.376,00 ha (BPS,2014) sementara target


pemerintah produksi jagung manis harus mencapai 26.000.000 ton.
150.
atau rata-rata 4,899 ton/haHal ini menandakan bahwa produksi
jagung manis nasional belum mampu mencukupi permintaan pasar.
151. Permintaan pasar terhadap jagung manis semakin meningkat dan
peluang pasar yang besar belum dapat sepenuhnya dimanfaatkan oleh petani
karena berbagai kendala, diantaranya terbatasnya lahan pertanian produktif
dengan kata lain tingkat kesuburan lahan tersebut sangat rendah kemudian dalam
aspek teknis (pemupukan, pengaturan populasi tanaman, penggunaan benih yang
bermutu) petani belum sepenuhnya dapat menerapkannya dengan tepat.
152. Salah satu upaya yang dilakukan dalam peningkatan produksi
tanaman
153.

jagung manis adalah pupuk anorganik. Pemakaian pupuk

anorganik atau kimia selain dapat meningkatkan produksi tanaman namun


dapat merusak sifat fisik serta populasi mesofauna di dalam tanah (Lingga
dan Marsono, 2001).
154. Suwahyono (2011) mengemukakan bahwa pupuk kimia tidak
mampu memperbaiki kualitas tanah, berbeda dengan pupuk organik yang bisa
berfungsi sebagai penyubur dan pembenah tanah. Selain itu, pupuk organik dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman karena mampu berperan dalam
memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya simpan air, meningkatkan
aktivitas biologi tanah, serta sebagai sumber nutrisi tanaman lengkap.

Oleh

karena itu dalam usaha pertanian saat ini lebih dianjurkan menggunakan pupuk
organik. Pemanfaatan pupuk organik sangat diperlukan untuk perbaikan
produkivitas. Bahan organik di dalam tanah sangat berperan dalam proses kimia,
fisika dan biogis dalam tanah. Proses kimia berkaitan dengan meningkatkan daya

jerap dan kapasitas tukar kation (KTK). Sekitar setengah dari kapasitas tukar
kation (KTK) tanah berasal dari bahan organic,

sedangkan proses biologis

berkaitan dengan pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan


aktivitas mikroorganisme (Ermadani dan Mahbub, 2011).
155. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan untuk perbaikan
kesuburan tanah adalah pupuk kandang ayam.
156. Pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan dan sebagian besar
hasil pertanian diangkut keluar, tanpa adanya usaha pengembalian sebagian sisa
panen ke dalam tanah menyebabkan kandungan bahan organik dalam tanah
semakin rendah, terutama pada tanah-tanah pertanian yang diusahakan intensif,
akibatnya terjadi penurunan kesuburan tanah.
157. Pada umumnya tanah-tanah pertanian tidak dapat menyediakan
semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tananaman dalam waktu yang cepat,
untuk itu perlu dilakukan pemupukan terutama pupuk organik. Pemupukan
bertujuan untuk menggantikan unsur hara yang terangkut pada saat panen
atau hilang akibat erosi dan pencucian serta pemakaian yang tinggi. Salah
satu upaya untuk menjaga

kesuburannya

adalah

dengan pemberian bahan

organik karena selain menambah unsur hara makro dan mikro di dalam tanah,
pupuk

organik terbukti

sangat baik dalam memperbaiki kondisi tanah dan

potensi pengikat dari tanah terhadap zat makanan tanaman karena tanah
besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Lingga,
2001).
158.

Menurut Harjadi (1989), pertumbuhan dan mutu hasil jagung

manis dipengaruhi oleh faktor lingkungan kesuburan tanah. Salah satu cara untuk
meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan menambahkan bahan organik ke

dalam tanah. Pemupukan dengan pupuk organik merupakan salah satu cara yang
digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah secara fisik,kimia dan biologi
terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis.
159. Perbaikan terhadap sifat fisik, biologi dan kimia tanah melalui
pemupukan sangat diperlukan untuk memacu pertumbuhan tanaman. Pupuk
kandang sebagai pupuk organik berperan dalam menambah ketersediaan unsur
hara, memperbaiki struktur tanah dan mendorong aktivitas jasad renik tanah,
selain itu pupuk kandang juga mengandung unsur -unsur mikro (tembaga ,
mangan dan boron) yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
160.
Peningkatan produktivitas jagung manis selain ditentukan
oleh peningkatan kesuburan tanah melalui pemupukan organik juga
dipengaruhi oleh pengaturan jarak tanam, karena dalam suatu pertanaman,
tanaman akan mengalami persaingan/kompetisi antar tanaman dengan
tanaman lain (gulma) dalam hal unsur hara, air, cahaya matahari maupun
ruang tumbuh. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu
dengan

pengaturan jarak tanam yang optimal, sehingga sumber daya

tersedia dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Harjadi (1989) menyatakan,


bahwa produksi persatuan luas akan meningkat sejalan dengan
meningkatnya populasi, akan tetapi setelah kompetisi berlangsung
produksi tanaman akan menurun. Berdasarkan hal tersebut maka
pengaturan jarak tanam perlu dilakukan agar dicapai produksi
manis yang tinggi.
161. Jarak tanam

mempengaruhi

populasi

tanaman,

jagung
efisiensi

penggunaan cahaya, perkembangan hama penyakit dan kompetisi antara tanaman


dalam penggunaan air dan unsur hara. Penentuan jarak tanam jagung dipengaruhi

oleh: (a) jenis/varietas jagung yang ditanam, (b) pola tanam, (c) kesuburan tanah,
dan (d) bagian tanaman yang akan dipakai sebagai pendekatan ekonomi. Jarak
tanam yang tidak teratur akan mengakibatkan terjadinya kompetisi baik terhadap
cahaya matahari, air, maupun unsur hara, jarak tanam yang rapat mengakibatkan
proses penyerapan unsur hara menjadi kurang efesien, karena kondisi perakaran
didalam tanah yang saling bertaut sehingga kompetisi antar tanaman dalam
mendapatkan unsur hara menjadi lebih besar. Pengaturan jarak tanam pada suatu
areal tanah pertanian merupakan salah satu cara yang berpengaruh terhadap hasil
yang akan dicapai. Makin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman
yang tidak berbuah. Harjadi, (2002) mengatakan bahwa jarak tanam juga
mempengaruhi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara,
sehingga akan mempengaruhi hasil.
162. Berbagai pola pengaturan jarak tanam telah dilakukan guna
mendapatkan produksi yang optimal. Penggunaan jarak tanam pada tanaman
jagung dipandang perlu, karena untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman
yang seragam, distribusi unsur hara yang merata, efektivitas penggunaan
lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada perkembangan hama dan
penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak benih yang diperlukan pada
saat penanaman. Penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat antara daun
sesama tanaman akan saling menutupi, akibatnya pertumbuhan tanaman akan
tinggi memanjang karena bersaing dalam mendapatkan cahaya sehingga akan
menghambat proses fotosintesis dan produksi tanaman tidak optimal.
163.
Penelitian mengenai pemberian pupuk kandang ayam dan
pengaturan jarak tanam dalam baris merupakan suatu alternatif yang perlu

dipertimbangkan dalam meningkatkan produksi hasil tanaman jagung


manis (Zea mayssaccharata Sturt).
164.
165.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
166.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas

maka salah satu aspek yang mempengaruhi jumlah produksi jagung


manis

adalah

produktivitas. Ada

diperhatikan dalam

meningkatkan

pengairan, jarak tanam

lima

hal

penting

produktivitas

pemupukan,

yang

tanaman,

pengendalian

hama,

harus
yaitu :
dan

penggunaan varietas tanaman yang baik (Poehlman and Borthakhur,


1969). permasalahan yang dapat diidentifikasikan dalam penelitian ini
adalah kurangnya penambahan bahan organik ke dalam tanah sehingga
kesuburan lahan rendah, pengaturan jarak tanam yang tidak ideal
menyebabkan terjadinya kompetisi antar tanaman dalam hal air, unsur
hara, cahaya serta ruang tumbuh tidak optimum sehingga pertumbuhan
dan hasil tanaman tidak optimal. Penggunaan benih jagung merupakan
salah satu kendala dalam produksi jagung manis,
1. Apakah terjadi interaksi antara jarak tanam dalam baris dengan takaran
pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
manis varietas Master Sweet.
2. Apakah terdapat takaran optimum pupuk kandang ayam pada setiap jarak
tanaman dalam baris yang menghasilkan jagung manis varietas Master
Sweet tertinggi?
167.
168.
169.

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari interaksi antara

jarak tanam dalam baris dengan takaran pupuk kandang ayam terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis serta mengetahui takaran

pupuk kandang optimum pada setiap jarak tanam dalam baris yang
menghasilkan jagung manis varietas Master Sweet tertinggi.
170.
171.
1.4 Kegunaan Penelitian
172.
173.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi mengenai pengaturan jarak tanam dalam baris dan takaran
pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis
varietas Master Sweet , sehingga diperoleh hasil jagung manis yang tinggi.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.

BAB II

10

190.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
PEMIKIRAN/PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DAN
HIPOTESIS
191.
192.
193.

2.1
Kajian Pustaka
Jagung manis atau Sweet corn sudah sejak lama dikenal oleh

bangsa Indian, Amerika. Hal ini terbukti ketika tahun 1779 Sullivar melakukan
ekspedisi

melawan

suku

Indian,

dalam

perjalanannya

melalui

sungai

Susquehenna, ia menemukan ladang jagung manis. Tahun 1832, jagung manis


telah banyak ditanam di Amerika sampai tahun 1866

terdapat 16 varietas

(Palungkun dan Budiarti, 2000).


194. Jagung telah tersebar di seluruh Indonesia. Daerah-daerah
penghasil jagung yang telah tercatat antara lain Sumatera Utara, Riau, Sumatera
Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, JawaTimur, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku (AAK, 1994).
195.
Klasifikasi jagung manis adalah sebagai berikut : Kingdom
Plantae, Divisio Spermatophyta, Subdivisio Poales (Graminales), Famili Poaceae
(Graminae), Genus Zea, Spesies Zea mays.
196. Menurut Subekti dkk., (2002) berdasarkan bentuk dan struktur biji
jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut : jagung mutiara (Z. mays indurate),
jagung gigi kuda (Z. mays indentata), jagung manis (Z. mays saccharata), jagung
pod (Z. tunicate sturt), jagung berondong (Z. mays everta), jagung pulut (Z.
ceritina Kulesh), jagung QPM (Quality Protein Maize), jagung minyak tinggi
(High Oil) (Purwanto dan Purnamawati, 2010).
197. Sifat manis pada jagung manis disebabkan oleh adanya gen su-1
(sugary), bt-2 (brittle), dan sh-2 (shrunken).Gen ini dapat mencegah pengubahan
gula menjadi zat pati pada endosperm sehingga jumlah gula yang ada dua kali
lebih banyak dibandingkan jagung biasa (Palungkun dan Budiarti, 2000).

11

198.

Secara fisik maupun morfologi, jagung manis sulit dibedakan

dengan jagung biasa. Perbedaan antara kedua jagung tersebut umumnya pada
bunga jantan. Bunga jantan jagung manis berwarna putih krem, sedangkan pada
jagung biasa kuning kecoklatan. Rambut pada jagung manis berwarna putih,
sedangkan pada jagung biasa berwarna merah.
199. Jagung manis mengandung lebih banyak gula pada endospermnya
daripada jagung biasa dan pada proses pematangan, kadar gula yang tinggi
menyebabkan biji keriput. Keadaan yang keriput inilah yang membedakannya
dengan biji jagung biasa, selain itu tinggi tanaman jagung manis sedikit lebih
pendek daripada jagung biasa. Perbedaan lainnya adalah jagung manis berumur
lebih genjah dan memiliki tongkol yang lebih kecil dibandingkan jagung biasa.
Tongkol jagung manis biasanya sudah siap panen ketika tanaman berumur 60-70
hari (Palungkun dan Budiarti, 2000).
200. Jagung merupakan tanaman berumah satu monoecious dimana
letak bunga jantan dan betina terpisah pada satu tanaman dan bunga jantan
terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina terletak pada pertengahan
batang. Tanaman jagung bersifat protandry dimana bunga jantan umumnya
tumbuh 1-2 hari sebelum munculnya rambut pada bunga betina (Subandi dkk.,
1988).
201.

Bunga jantan mengandung banyak bunga kecil pada ujung

batangnya yang disebut tassel.Tiap bunga kecil tersebut terdapat tiga buah benang
sari. Bunga jantan yang terbungkus ini di dalamnya terdapat benang sari.Bunga
betina juga mengandung banyak bunga kecil yang ujungnya pendek dan datar,
pada saat masak disebut tongkol. Setiap bunga betina mempunyai satu putik
(Palungkun dan Budiarti, 2000). Bunga terbentuk pada saat tanaman sudah

12

mencapai pertengahan umur.Sel telur yang terdapat pada bunga betina dilindungi
oleh tangkai putik, sedangkan yang berbentuk benang biasanya disebut rambut
(AAK, 1993). Lebih kurang 95% dari bakal biji terjadi karena perkawinan silang
dan hanya 5% terjadi perkawinan sendiri. Hampir semua tepung sari yang
menyerbuki putik datang dari malai tanaman terdekat, tetapi tepung sari dapat
diterbangkan angin sampai sejauh 1 kilometer (Suprapto, 1990).
202. Sistem perakaran jagung terdiri atas akar primer, akar lateral, akar
horizontal, dan akar udara.Akar primer adalah akar yang pertama kali muncul
pada saat biji berkecambah dan tumbuh ke bawah. Akar lateral adalah akar yang
tumbuh memanjang ke samping. Akar udara adalah akar yang tumbuh dari bulubulu di atas permukaan tanah (Najianti dan Danarti, 1992). Tanaman jagung
berakar serabut, menyebar ke samping dan ke bawah sepanjang 25 cm (Suprapto,
1990).
203.

Warisno (1998), mengemukakan bahwa batang tanaman jagung

bulat silindris dan tidak berlubang tetapi padat dan berisi berkas-berkas pembuluh
sehingga makin memperkuat berdirinya batang. Batang jagung beruas-ruas dan
pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan jumlah sekitar 8-20
ruas. Rata-rata panjang (tinggi) tanaman jagung antara 1 meter s.d. 3 meter di
atas permukaan tanah. Batang tanaman jagung dapat tumbuh membesar dengan
diameter sekitar 3-4 cm.
204. Daun jagung berbentuk pita atau garis dan mempunyai ibu tulang
daun yang terletak tepat di tengah-tengah daun. Jumlah daun sekitar 8-48 helai
setiap batangnya, tergantung pada jenis atau varietas yang ditanam. Panjang daun
30-45 cm dan lebarnya antara 5-15 cm (Warisno, 1998).

13

205.

Biji jagung terletak pada tongkol yang tersusun memanjang.Pada

tongkol tersimpan biji-biji jagung yang menempel erat, sedangkan pada buah
jagung terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga keluar dari pembungkus
(kolobot). Pada setiap tanaman jagung terbentuk 1-2 tongkol. Bakal biji yang
sudah siap diserbuki ditandai dengan rambut yang memanjang dan keluar melalui
sela-sela antara tongkol dan kelobot. Pada setiap bakal biji selalu terdapat tangkai
putik berupa rambut. Bunga betina siap untuk dibuahi, akan diiringi dengan
bertambahnya jumlah rambut yang keluar melewati ujung tongkol jagung (AAK,
1993). Biji tersusun rapi pada tongkol, setiap tongkol terdiri atas 10-14 baris,
sedangkan setiap tongkol terdiri kurang lebih 200-400 butir biji (Muhajir, 1988).
206. Jagung manis mempunyai tipe pertumbuhan determinate. Jagung
manis tergolong jagung yang berumur genjah.

Umur panen tanaman ini

tergantung pada jenisnya. Umumnya jagung manis siap dipanen pada umur 60-70
hari setelah tanam, tetapi di daerah dataran tinggi umur panen dapat mencapai 80
hari. Jagung termasuk tanaman C-4 yang mampu beradaptasi dengan baik pada
faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan hasil.
207. Tanaman C-4 dapat beradaptasi pada terbatasnya banyak faktor
seperti intensitas radiasi matahari yang tinggi dengan suhu siang dan malam yang
tinggi, curah hujan rendah, serta kesuburan tanah yang relatif rendah. Sifat-sifat
yang menguntungkan dari jagung sebagai tanaman C-4 antara lain aktivitas
fotosintesis pada keadaan normal relatif tinggi, fotorespirasi sangat rendah,
transpirasi rendah serta efisien dalam penggunaan air. Meskipun demikian, jagung
memerlukan air yang cukup selama masa pertumbuhannya, khususnya saat
menjelang berbunga dan pengisian biji (Muhajir, 1988).

14

208.

Rukmana (1997), mengemukakan bahwa jagung terutama ditanam

di dataran rendah, baik tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi di
musim kemarau, tetapi juga dapat pula ditanam pada ketinggian 1000-1800 meter
dpl. Pertanaman jagung sangat memerlukan drainase dan aerasi yang baik. Tanah
yang baik untuk pertumbuhan jagung adalah tanah yang gembur dan subur, kaya
humus dan menghendaki tanah yang bertekstur lempung, lempung berdebu atau
lempung berpasir.
209. Tanaman jagung toleran terhadap reaksi kemasaman tanah (pH)
pada kisaran 5,6-7,5. Pada lahan yang tidak beririgasi , pertumbuhan tanaman
memerlukan curah hujan optimum sekitar 85-200 mm/bulan secara merata. Suhu
yang dikehendaki tanaman jagung antara 210C- 340C, namun suhu optimum
untuk pertumbuhan jagung manis berkisar antara 230C - 270C (Purnomo dan
Purnamawati, 2010).
210.
Jarak Tanam
211.
Jarak tanam mempunyai hubungan

yang tidak dapat

dipisahkan dengan jumlah hasil yang diperoleh dari sebidang tanah. Jarak
tanam atau populasi tanaman penting diketahui untuk menentukan sasaran
agronomi, yaitu produksi maksimum (Jumin , 2008). Pada program
pemerintah dikenal panca usaha atau lima tindakan budidaya yang harus
dilakukan untuk mendapatkan produksi maksimum yang meliputi:
penanaman dengan bibit unggul, penanaman dengan jarak tanam teratur
dalam barisan teratur (tandur jajar), pengairan yang baik, pemupukan yang
tepat, proteksi tanaman terhadap hama dan penyakit (Harjadi,1984).
212.
Pengaturan jarak tanam dalam budidaya pertanian sangat
dianjurkan karena mempermudah ruang tumbuh, mempermudah dalam

15

tindakan budidaya seperti mempermudah dalam pemberian pupuk,


pengendalian hama dan penyakit serta pengendalian gulma (Satari dkk.,
2005).
213.

Jarak tanam berkaitan dengan jumlah populasi tanaman

yang harus diperhitungkan dengan efek kompetisi terhadap lingkungan


tumbuh tanaman (air, hara, cahaya) untuk menghindari adanya saling
menaungi antar kanopi tanaman, dengan demikian akan mempengaruhi
hasil. Pemupukan yang berat, menunjukan populasi tanaman yang lebih
besar yang akan mendatangkan keefisienan penggunaan pupuk, karena
tercapainya keefisienan penggunaan pupuk (Satari, 2004).
214.
Distribusi tanaman, yaitu pengaturan letak tanaman pada
sebidang tanah, mempengaruhi keefisienan penggunaan cahaya.

Pada

umumnya jarak tanam sama segala penjuru lebih efisien daripada jarak
tanam lainnya karena awal titik kompetisi tertunda terjadinya.

Arah

barisan dapat digunakan untuk menggunakan cahaya secara efisien.


Tanaman yang ditanam dengan arah barisan Timur-Barat, menggunakan
cahaya lebih efisien daripada arah barisan Utara-Selatan (Harjadi,1984).
215.
Jarak tanam atau populasi tanaman dipengaruhi oleh jenis
tanaman, kesuburan tanah dan kelembaban tanah serta teknologi yang
digunakan (Jumin, 2008).
216.
Produksi tiap satuan luas yang tinggi tercapai dengan
populasi tanaman yang tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya
secara maksimal di awal pertumbuhan, akan tetapi pada akhirnya
penampilan masing-masing secara individu menurun karena persaingan
untuk cahaya dan faktor - faktor tumbuh lainnya. Tanaman memberikan

16

respon dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun


bagian-bagian tanaman (cabang, umbi, polong). Kerapatan tanaman
optimum ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi dalam
menentukan keuntungan optimum (Harjadi,1984).
217.
Pupuk Kandang Ayam
218.
Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil
fermentasi kotoran padat dan cair (urine) hewan ternak yang umumnya
berupa mamalia (sapi, kambing, babi, kuda) dan unggas seperti ayam dan
burung. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhannya, selain unsur makro N, P, K

pupuk

kandang juga mengandung unsur makro seperti kalsium (Ca), Magnesium


(Mg) dan Sulfur (S).
219.
Pupuk kandang selain berfungsi sebagai penyedia unsur
makro dan mikro, pupuk kandang berperan dalam memperbaiki kesuburan
fisika tanah melalui perubahan struktur dan permeabilitas tanah, dapat
memperbaiki kesuburan kimia tanah dimana pupuk kandang memiliki
daya ikat ionnya tinggi sehingga akan mengefektifkan penggunaan pupuk
anorganik dengan meminimalkan kehilangan pupuk anorganik akibat
penguapan atau tercuci oleh hujan, dapat meningkatkan kegiatan
mikroorganisme tanah yang berarti meningkatkan kesuburan biologis,
dalam pelapukannya sering mengeluarkan hormon yang merangsang
pertumbuhan tanaman, seperti auxin, gibberelin,dan Cytokinin (Jumin,
2008).
220.

Nilai pupuk kandang ditentukan oleh kandungan unsur hara

dan tingkat pelapukannya, sehingga nilainya itu dipengaruhi oleh macam

17

makanan dan sistem pemeliharaan, kandungan bahan lain (sisa makanan


yang belum cerna), kesehatan dan umur hewan, jenis hewan dan metode
pengolahannya. Pupuk kandang nilainya menjadi lebih baik bila
makanannya mengandung banyak protein seperti ayam ras (Jumin, 2008).
221.
Pupuk kandang bila dilihat dari dekomposisinya,
digolongkan menjadi dua, yaitu pupuk dingin dan pupuk panas. Pupuk
dingin merupakan pupuk yang terbentuk karena proses penguraiannya oleh
mikroorganisme dan berlangsung perlahan sehingga tidak membentuk
panas. Contoh pupuk dingin antara lain kotoran sapi, kerbau dan babi.
Pupuk panas merupakan pupuk yang terbentuk karena proses penguraian
oleh mikroorganisme yang berlangsung cepat sehingga membentuk panas.
Contoh pupuk panas antara lain kotoran ayam, kambing dan kuda
(Musnamar, 2003). Pupuk dingin sesuai untuk dipakai pada tanah yang
ringan karena dapat terjadi perombakan yang intensif oleh bakteri
sementara pupuk panas cepat terurai dan sesuai untuk dipakai pada tanah
berat atau padat (Jumin, 2008).
222.
Pupuk kandang ayam merupakan pupuk kandang yang
berasal dari kotoran ayam yang berbentuk padat cair artinya kotorannya
bercampur dengan urin. Hal ini disebabkan golongan unggas hanya
memiliki satu lubang pengeluaran kotoran, akibatnya kotoran yang keluar
menjadi satu antara padat dan cair (Jumin, 2008). Kandungan hara dalam
kotoran ayam tiga kali lebih besar dari hewan ternak lainnya (Musnamar,
2003). Kandungan hara pupuk kandang beberapa jenis ternak dapat dilihat
pada Tabel 1.
223.

18

224.

Tabel 1. Persentase Kandungan Hara Pupuk Kandang Beberapa


Jenis Ternak

225.
226.

Je

227.

228.

nis

P2

229.

O5

Ternak
230.
Ka

231.

mbing

232.

,83-

K
O

0,3

233.

5-0,51

1,
00-1,20

0,95
234.

Sa

235.

pi

236.

,10-

0,6

237.

4-1,15

0,
45-1,00

0,96
238.

Ba

239.

bi

240.

,46-

0,3

241.

5-0,41

0,
36-1,00

0,50
242.

Ku

243.

da

244.

,64-

0,1

245.

8-0,25

0,
55-0,64

0,70
246.

Ay
am

250.
251.
252.
253.

247.

1
,00-

248.

2,8
0-6,00

249.

0,
40-2,90

3,13
Sumber : Musnamar, 2003
2.2
Kerangka Pemikiran/Pendekatan Pemecahan Masalah
Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi

penggunaan cahaya, perkembangan hama penyakit dan kompetisi antara tanaman


dalam penggunaan air dan unsur hara. Penentuan jarak tanam jagung dipengaruhi
oleh: (a) jenis/varietas jagung yang ditanam, (b) pola tanam, (c) kesuburan tanah,
dan (d) bagian tanaman yang akan dipakai sebagai pendekatan ekonomi. Jarak
tanam yang tidak teratur akan mengakibatkan terjadinya kompetisi baik terhadap
cahaya matahari, air, maupun unsur hara, jarak tanam yang rapat mengakibatkan
proses penyerapan unsur hara menjadi kurang efesien, karena kondisi perakaran

19

didalam tanah yang saling bertaut sehingga kompetisi antar tanaman dalam
mendapatkan unsur hara menjadi lebih besar.
254. Pengaturan jarak tanam pada suatu areal

tanah pertanian

merupakan salah satu cara yang berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai.
Makin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman yang tidak berbuah.
Harjadi, (2002) mengatakan bahwa jarak tanam juga mempengaruhi persaingan
antar tanaman dalam mendapatkan air

dan unsur

hara, sehingga akan

mempengaruhi hasil.
255. Berbagai pola pengaturan jarak tanam telah dilakukan guna
mendapatkan produksi yang optimal. Penggunaan jarak tanam pada tanaman
jagung dipandang perlu, karena untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman
yang seragam, distribusi unsur hara yang merata, efektivitas penggunaan
lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada perkembangan hama dan
penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak benih yang diperlukan pada
saat penanaman. Penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat antara daun
sesama tanaman saling menutupi akibatnya pertumbuhan tanaman akan tinggi
memanjang karena bersaing dalam mendapatkan cahaya sehingga akan
menghambat proses fotosentesis dan produksi tanaman tidak optimal.
256. Pengaturan jarak tanam pada tanaman akan berhubungan dengan
tingkat kepadatan populasi tanaman per satuan luas lahan. Produksi tanaman per
satuan luas ditentukan oleh produksi per tanaman dan jumlah tanaman per satuan
luas.Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi populasi per satuan luas,
maka produksi semakin tinggi.Kepadatan populasi tanaman terkait dengan
pemanfaatan ruang media tumbuh.Pada kepadatan rendah menyebabkan
menyebabkan pemanfaatan sumberdaya lingkungan tidak optimal, tetapi

20

kepadatan tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga pertumbuhan


individu terhambat.
257.

Kepadatan populasi tanaman dapat meningkatkan produksi

bahan kering tanaman, sampai suatu

maksimum yaitu pada saat

peningkatan kepadatan populasi tanaman lebih lanjut tidak diikuti lagi


oleh peningkatan produksi bahan kering tanaman (Donald, 1963 dan
Bunting 1972).
258.
Kepadatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai
mencapai daya dukung lingkungan, karena keterbatasan lingkungan maka
akan terjadi pembatas pertumbuhan tanaman (Odum, 1959 dan Boughey,
1968). Pengaturan kepadatan populasi tanaman dan pengaturan jarak
tanam pada tanaman budidaya bertujuan untuk menekan kompetisi antar
tanaman dalam hal air, cahaya, unsur hara dan faktor pendukung lainnya
(Harjadi, 1984). Menurut Jugerheimer (1976) kepadatan populasi yang
tinggi meningkatkan indeks luas Daun (ILD) sehingga meningkatkan luas
daun per satuan luas tanah yang berfotosintesis.

Salisbury and Ross

(1992) menyatakan bahwa luas daun tanaman merupakan suatu faktor


yang menentukan jumlah energi matahari yang dapat diserap oleh daun
dan akan menentukan besarnya fotosintat yang dihasilkan.
259. Menurut Loomis dan Wiliam (1969), produksi bahan kering
tanaman adalah fungsi dari laju fotosintesis seluruh daun.Tinggi tanaman, lebar
tajuk dan sudut daun mempengaruhi kemampuan intersepsi radiasi yang diterima
oleh tanaman.
260.

tanaman

Menurut Chapman dan Carter (1976), kepadatan populasi optimum

jagung

untuk

produksi

biji

pada

umumnya

adalah

50.000

21

tanaman/hektar, tetapi dapat ditingkatkan menjadi 75.000 sampai 87.000


tanaman/hektar apabila produktivitas lingkungan sangat tinggi. Menurut
Doorenbos dan Kassam (1986), kepadatan populasi tanaman jagung varietas
lambat/dalam hanya 20.000 sampai 30.000 tanaman/hektar, dan varietas genjah
bisa mencapai 50.000 sampai 80.000 tanaman/hektar.
261.
Jagung merupakan tanaman yang banyak menyerap N,
sehingga tinggi rendahnya N sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman jagung. Tanaman bila mendapatkan N yang
cukup maka daun akan tumbuh besar dan memperluas permukaannya.
Permukaan daun yang lebih luas memungkinkan untuk menyerap cahaya
matahari yang banyak sehingga proses fotosintesa juga berlangsung lebih
cepat, akibatnya fotosintat yang terbentuk akan terakumulasi pada bobot
kering tanaman yang lebih bobot. Meskipun penambahan luas daun akan
berkurang atau berhenti pada saat tanaman memasuki fase pembungaan,
tetapi bobot tanaman akan mengalami peningkatan bobot kering seiring
dengan bertambahnya

umur (Gardner et al., 1991).

Poerwowidodo

(1992), Syekhfani (1997), dan Novizan (2002), menyatakan bahwa N


merupakan unsur yang berpengaruh cepat terhadap pertumbuhan vegetatif
tanaman, dan bila kecukupan N maka daun tanaman akan tumbuh besar
dan memperluas permukaannya.
262. Peningkatan N pada tanaman biasanya dilakukan dengan
pemupukan secara kimia/sintesis merupakan jalan termudah dan tercepat dalam
menangani masalah kahat hara, karena mudah terurai dan langsung dapat diserap
tanaman, sehingga pertumbuhan menjadi lebih subur. Hal ini membuat

22

ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik sangat besar.

Hairiah dkk.,

(2000) menyatakan bahwa pemupukan secara kimia/sintetis mempunyai beberapa


kelemahan, yaitu harganya mahal, tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan
fisik dan biologi tanah, serta

pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan

menyebabkan pencemaran lingkungan.


263.
Syekhfani
(1993)

menyatakan

pertanian

secara

konvensional berusaha memacu produksi sebanyak-banyaknya, tanpa ada usaha


pengembalian sisa panen kembali ke tanah, sehingga kesuburan tanah menjadi
rusak. Kondisi tanah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman diperlukan adanya
bahan organik tanah dilapisan atas paling sedikit 2% (Young, 1989).
264. Perbaikan terhadap sifat fisik, biologi dan kimia tanah melalui
pemupukan sangat diperlukan untuk memacu pertumbuhan tanaman. Pupuk
kandang sebagai pupuk organik berperan dalam menambah ketersediaan unsur
hara, memperbaiki struktur tanah dan mendorong aktivitas jasad renik tanah,
selain itu pupuk kandang juga mengandung unsur -unsur mikro (tembaga ,
mangan dan boron) yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
265. Penguraian yang terjadi dalam pupuk kandang dapat mempertinggi
humus. Menurut Stevenson (1994),Asmara dan Rahayu (2001) humus berwarna
hitam kelam, berukuran koloidal pada tanah gambut dapat menyerap air 20 kali
lipat berat sendiri sedangkan pada tanah mineral dapat memperbaiki struktur tanah
dan porositas tanah, sebagai bahan perekat karena mengandung gugus karboksil
dan hidroksil, mampu berikatan dengan ion - ion logam, tidak larut dala m air,
sebagai
266.
267.

bahan penyangga dan se bagai sumber hara tanaman.


Tisdale et al (1995) menambahkan bahwa pupuk kandang yang

diberikan ke dalam tanah dapat mensuplai nitrogen, meningkatkan P dan unsur

23

mikro. Pupuk kandang juga dapat meningkatkan daya mengikat air, kelembaban
tanah
268.

dan kadar CO2. Menurut Suhardjo (1993) pupuk organik dapat

menetralisir sifat
269.
racun dari Al dan Fe. Kurnianingsih (2004) dan Tatipata (2005 )
menyatakan
270.
bahwa peningkatan pH tanah, menurunkan kejenuhan basa dan
menurunkan KTK
271.
tanah dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman pada lahan
gambut.
272. Bahan organik dapat berperan menyimpan dan melepaskan unsur
hara bagi tanaman. Handayanto (1996) menyatakan bahwa dekomposisi bahan
organik mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kesuburan
tanah. Pengaruh langsung disebabkan karena pelepasan unsur hara melalui
mineralisasi, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah menyebabkan akumulasi
bahan organik tanah, yang pada gilirannya juga akan meningkatkan penyediaan
unsur hara tanaman. Salah satu upaya perbaikan bahan organik tanah yang cukup
murah adalah dengan mengembalikan bahan organik ke dalam tanah, baik berupa
perombakan sisa tanaman atau hewan oleh mikroorganisme.
273.
Banyak dilaporkan bahwa penggunaan pupuk anorganik
secara terus menerus menjadi tidak efisien dan dapat mengganggu
keseimbangan sifat tanah (fisik, kimia dan bioogi) sehingga menurunkan
produktivitas lahan dan mempengaruhi produksi hasil jagung manis.
Pemberian pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk anorganik dapat
meningkatkan produktivitas tanaman dan efisiensi penggunaan pupuk baik
pada lahan sawah atau lahan kering (Musnamar, 2002).

24

274.

Upaya penambahan bahan organik ke dalam tanah salah satunya

dengan pemberian pupuk organik (pupuk dari kotoran hewan). Pupuk kandang
ayam merupakan pupuk kandang yang memiliki kandungan unsur hara makro N,
P dan K yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang sapi, kambing,
babi dan kuda (Tabel 1.). Pupuk kandang ayam memiliki kandungan N tiga kali
lebih besar daripada kotoran hewan ternak lainnya dan memiliki kandungan P dan
K lebih tinggi dibandingkan kotoran hewan ternak lainnya, (Musnamar, 2002).
275. Menurut Mayadewi (2007) pupuk kandang ayam dapat
meningkatkan hasil jagung manis dan menurunkan berat kering gulma bila
dibandingkan dengan pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk kandang
kambing. Pemberian pupuk kandang ayam yang dikombinasikan dengan jarak
tanam 50 cm x 40 cm dapat menghasilkan tongkol layak jual tertinggi yaitu 11,6
ton/ha.
276.

Hasil penelitian Sutriadi et al. (2005), menunjukkan bahwa dengan

aplikasi pukan ayam sebesar 2 t ha-1meningkatkan produksi jagung sebanyak 6%


pada musim pertama sedangkan pada musim kedua sebesar 40% pada perlakuan
tanpa dan dengan bahan organik, peningkatan antar musim mencapai enam
setengah kali. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pukan umumnya
terlihat terutama pada musim kedua (residu).
277. Kualitas pukan sangat berpengaruh terhadap respon tanaman.
Pupuk
278.

kandang

ayam secara umum mempunyai kelebihan dalam

kecepatan penyediaan hara, komposisi hara seperti kadar N, P, K, dan Ca


disbanding pukan sapi dan kambing. Pada pengujian Widowati et al.
(2004), pemberian pukan ayam menghasilkan produksi tertinggi pada

25

tanaman sayuran selada pada tanah Andisol Cisarua dengan takaran


optimum 25 t ha-1
279. .
280.
281.
2.3
Hipotesis Penelitian
1. Terdapat interaksi antara pengaturan jarak tanam dalam baris dengan
takaran pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung manis varietas Master Sweet.
2. Terdapat takaran optimum pupuk kandang ayam pada setiap jarak tanam
dalam baris yang menghasilkan

jagung manis varietas Master Sweet

tertinggi?
3. BAB III
4. METODE PENELITIAN
5.
6. 3.1
7.
8.

Metode yang Digunakan


Penelitian ini mengkaji pengaruh jarak tanam dalam baris dan

takaran pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman


jagung manis varietas Master Sweet. Berdasarkan tujuan tersebut maka
sifat penelitian ini adalah verifikatif yang dilakukan dengan pendekatan
9.

eksperimen di lapangan.
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Cimekar, Kecamatan
Cileunyi Kulon, Kabupaten Bandung dimulai bulan Mei 2015 sampai

10.

dengan Juli 2015.


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih hibrida
jagung manis Varietas Master Sweet, pupuk kandang ayam, pupuk Urea,
SP36 dan KCl.

24

11.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul,


garu, alat tugal (linggis), ember, gembor, tali raffia, patok, sendok, pisau,

meteran, jangka sorong, timbangan analitik, alat tulis, papan plang.


12.
Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) pola faktorial, yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu faktor
pertama adalah jarak tanam dalam baris yang terdiri dari tiga taraf dan
faktor kedua adalah takaran pupuk kandang ayam terdiri dari empat taraf.
13.
14. 3.2
Operasionalisasi Variabel.
15.
16.
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan, maka diperlukan suatu batasan dalam operasionalisasi
variable.Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas
(perlakuan) dan variabel terikat (respon).
17.
18. Tabel 2. Operasional Variabel
19.
N

20. Variabel

21. Konsep variabel

24.
1

25. Jarak tanam

26.

30.
2

31. Pupuk kandang


ayam

37.
3

38. Karakteristik
Pertumbuhan

41.

42. Karakteristik

jarak
tanam
dalam baris

22. Indikator Variabel


23.

27. j1= 70 cm x 20 cm =
60 tan
28. j2= 70 cm x 25 cm =
48 tan
29. j3= 70 cm x 30cm =
40 tan
32. Takaran
pupuk
33. p0 = tanpa pupuk
kandang
kandang
34. p1 = 10 ton ha-1
35. p2 = 20 ton ha-1
36. p3 = 30 ton ha-1
39. Bertambahnya
a. Tinggi tanaman (cm)
b. Jumlah daun
ukuran,volume
40.
atau
bobot
tanaman
yang
bersifat
tidak
balik
43.
a. Panjang tongkol

25

44.
5

Komponen
Hasil

45. Hasil

46.

b. Diameter tongkol
c. Bobot
Tonggkol
berkelobot/tanaman
d. Bobot Tongkol tanpa
kelobot/tanaman
a. BobotTongkol
berkolobot/petak
b. Bobot Tongkol tanpa
kolobot/petak

47. Selain respon utama, diamati pula respons penunjang sebagai berikut:
1. Serangan Hama dan Penyakit selama percobaan
2. Gulma yang tumbuh selama percobaan
3. Analisis tanah tempat penelitian sebelum percobaan
4. Analisis Pupuk Kandang Ayam
5. Data suhu harian selama percobaan
48.
49.
50.
51.

Tabel 3. Kombinasi perlakuan Jarak Tanam dalam Baris (j) dan


Takaran Pupuk Kandang Ayam (p)

52.
54. Jarak
Tanam (j)
61. j1
66. j2
71. j3
76.
77.

53. Perlakuan (t)


55. Takaran Pupuk Kandang Ayam (p)
57. p0
58. p1
59. p2
60. p3
62. j1p0
63. j1p1
64. j1p2
65. j1p3
67. j2p0
68. j2p1
69. j2p2
70. j2p3
72. j3p0
73. j3p1
74. j3p2
75. j3p3

Variabel respon terdiri dari pengamatan penunjang dan pengamatan


utama.

Pengamatan penunjang adaah pengamatan yang datanya

digunakan untuk mendukung pengamatan utama, yang meliputi kondisi


lingkungan (suhu harian, hama, penyakit dan tumbuhan pengganggu
(gulma)).

Pengamatan utama adalah pengamatan yang datanya akan

dianalisis secara statistik yang digunakan untuk menjawab hipotesis yang


dilakukan terhadap 5 (lima) tanaman
perlakuan, yang meliputi :
78.

sebagai sampel dari setiap

26

1. Tinggi Tanaman
79. Merupakan rata-rata tinggi tanaman dari setiap tanaman contoh pada setiap
petak percobaan. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman
mulai dari pangkal batang sampai dengan ujung daun yang terpanjang saat
tanaman berumur 14 HST, 28 HST, 42 HST. Tinggi tanaman diukur
dengan menggunakan alat meteran.
2. Jumlah Daun
80. Merupakan rata-rata Jumlah daun dari tiap tanaman contoh pada setiap
petak percobaan.Pengamatan dilakukan pada umur 14 HST, 28 HST, 42
HST.
3. Panjang tongkol per tanaman (cm) dengan mengukur panjang tongkol
dengan kolobotnya dan panjang tongkol tanpa kolobotnya kemudian
dirata-ratakan. Pengukuran menggunakan meteran pada saat tanaman
setelah dipanen.
4. Diameter Tongkol dengan mengukur pertengahan tongkol menggunakan
jangka sorong pada tanaman sampel setelah dipanen.
5. Bobot Tongkol Berkolobot/tanaman yaitu dengan menimbang setiap
tongkol berkolobot per

sampel tanaman setelah dipanen dengan

menggunakan alat timbangan analitik.


6. Bobot Tongkol tanpa kolobot/tanaman yaitu dengan menimbang setiap
tongkol berkolobot per

sampel tanaman setelah dipanen dengan

menggunakan alat timbangan analitik.


7. Bobot Tongkol Berkolobot/Petak Percobaan yaitu dengan menimbang
setiap tongkol berkolobot dari tanaman sampel pada setiap petak
percobaan.
8. Bobot Tongkol Tanpa Kolobot/petak Percobaan yaitu dengan menimbang
setiap tongkol yang telah dikupas dari kolobotnya dan dibersihkan dari

27

rambutnya dari tanaman sampel pada setiap petak percobaan setelah


dipanen dengan menggunakan alat timbangan analitik.
81.
82.
83. 3.3
84.

Sumber dan Cara Penentuan Data


Jenis data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data

sekunder.Data primer adalah data yang diperoleh dari objek penelitian


melalui pengamatan langsung di lapangan terhadap variabel pengamatan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka, instansi
terkait seperti Dinas Pertanian, serta jurnal-jurnal hasil penelitian yang
dapat menunjang penelitian ini.
85.
86. 3.4
87.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dipakai untuk memperoleh data

yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti adalah sebagai


berikut :
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
88.

Dilakukan dengan maksud menggali teori-teori dasar dan konsep

yang berhubungan dengan penelitian serta orientasi yang luas mengenai topik
yang dipilih guna mendapatkan data sekunder.
2. Penelitian Lapangan (Field research)
89.

Cara ini dilakukan dengan mengadakan peninjauan langsung

terhadap objek penelitian untuk memperoleh data primer.Cara pengumpulan


data primer ini melalui observasi.

Observasi dilaksanakan melalui

pengamatan langsung terhadap objek penelitian, pertumbuhan dan hasil

28

tanaman jagung manis setelah melalui perlakuan pengaturan jarak tanam dan
pemberian pupuk kandang ayam dengan takaran yang berbeda.
90. Tahapan produksi tanaman Jagung manis adalah sebagai berikut
1. Pemilihan Benih
91.

Benih yang akan digunakan adalah benih bersertifikat yang

memiliki syarat bermutu tinggi baik secara mutu genetik, fisik maupun
fisiologinya. Benih berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak
tercampur varietas lain, tidak tercemar hama dan penyakit). Berdasarkan
hal tersebut maka benih jagung manis yang digunakan adalah benih
hibrida varietas Master Sweet. Deskripsi varietas Master Sweet (Lampiran
2).
2. Persiapan Lahan
92.

Pengolahan

lahan

meliputi

pembersihan

lahan,

pencangkulan, penggaruan dan pembuatan bedengan. Pembersihan lahan


meliputi pembersihan rumput-rumput liar atau gulma. Lahan yang telah
bersih kemudian dicangkul dengan kedalaman 20 cm sampai 30 cm.
Tanah dicangkul sampai strukturnya remah dan gembur. Tanah yang telah
diolah kemudian diistirahatkan selama satu minggu untuk perbaikan
aerasi.

Setelah satu minggu, dilakukan pengukuran untuk membuat

petakan percobaan berukuran 2,8 m x 3 m dengan jarak antar ulangan 1


m , jarak tanam dibuat sesuai perlakuan yaitu terdiri dari 70 cm x 20 cm ;
70 cm x 25 cm ; 70 cm x 30 cm. Selanjutnya pemupukan dengan pupuk
kandang

ayam

sesuai

takaran

masing-masing

perlakuan

(tanpa

pemupukan, 10 ton/ha, 20 ton/ha dan 30 ton-ha), kemudian dibuat larikan

29

untuk pemupukan dasar menggunakanpupuk dasar dengan dosis anjuran,


Urea 150 kg-ha, SP36 175 kg-ha dan KCl 75 kg-ha. Jarak antar larikan
disesuaikan dengan jarak tanam yang akan digunakan. Setelah pupuk
dasar ditempatkan pada garitan kemudian ditutup tanah dan dibuat
bedengan.
3. Penanaman
93.

Tanaman jagung merupakan tanaman yang benihnya

ditanam langsung (direct seed) tanpa disemai dahulu karena ukuran


benihnya cukup besar. Sebelum benih jagung ditanam, terlebih dahulu
lahan dibuat jarak tanam sesuai perlakuan 70 cm x 20 cm ; 70 cm x 25
cm ; 70 cm x 30 cm

masing-masing petak berukuran 2,8 m x 3 m dan

jarak antar ulangan 1 m, kemudian dibuat lubang tanam sedalam 5 cm


dengan cara ditugal sesuai dengan populasi tanaman tiap petak perlakuan.
Benih dimasukan ke dalam lubang tanam sebanyak

2 biji dengan

kedalaman 5 cm bersamaan dengan pemberian insektisida Furadan 3G


agar terhindar dari serangan lalat bibit dan ulat agrotis. Masing-masing
lubang tanam yang telah dimasuki benih, kemudian ditutup kembali
dengan tanah.
4. Pemupukan
94.

Pemupukan dilakukan pada saat bersamaan dengan

penanaman benih di lapangan. Pupuk yang diberikan sebagai pupuk dasar


Urea 150 kg ha-1, SP36 175 kg ha-1 dan KCl 75 kg ha-1 (sesuai
rekomendasi) atau Urea 126 g/petak, 147 g/petak SP36 dan 63 g/petak

30

KCl. Pemberian pupuk dasar ini dilakukan dengan cara membenamkan


pupuk tersebut di sekitar lubang tanam dengan jarak 10 cm- 15 cm dari
lubang tanam, dengan kedalaman 10 cm. Setelah pupuk dimasukan
kedalam lubang pupuk kemudian lubang pupuk tersebut ditutup kembali
dengan tanah.
5. Pemeliharaan
95.

Pemeliharaan pada tanaman jagung manis meliputi

penyulaman, penyiraman, penyiangan, serta pengendalian hama dan


penyakit. Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman jagung yang
mati atau pertumbuhannya terhambat serta terkena serangan hama dan
penyakit. Penyulaman dilakukan pada saat 7 HST sampai dengan 10 HST
dengan cara mengganti tanaman yang mati atau abnormal dengan benih
yang baru dan sehat dengan varietas yang sama.
96.
Penyiraman dilakukan sejak mulai tanam sampai menjelang
panen

sesuai

kebutuhan

tanaman.

Penyiraman

bertujuan

untuk

memberikan ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman jagung terutama


pada saat pembungaan dan pengisian biji.
97.
Penyiangan perlu dilakukan karena disekitar tanaman
jagung manis biasanya ditumbuhi gulma atau tumbuhan pengganggu.
Tujuan dilakukan penyiangan untuk menghindari terjadinya persaingan
antara tanaman pokok dan tumbuhan pengganggu. Penyiangan dilakukan
dengan menggunakan alat bantu cangkul dan kored dan dilakukan dengan
hati-hati tanpa merusak tanaman pokok. Penyiangan dilakukan pada 2

31

MST dan berikutnya yang dilakukan secara rutin bergantung kepada


pertumbuhan gulma.
98. Pengendalian hama dan penyakit merupakan tindakan yang perlu
dilakukan karena dapat menentukan kualitas dan kuantitas hasil panen.
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara manual bila
serangan masih sangat rendah, cara mekanik yaitu dengan sanitasi
lingkungan, dan cara kimia dengan menggunakan pestisida seperti
pemberian insektisida sistemik furadan 3G dengan dosis 2 kg/ha pada
setiap lubang tanam agar terhindar dari hama lalat buah dan ulat agrotis.
Pengendalian menggunakan kimia (pestisida) apabila tingkat serangan
hama dan penyakit tinggi.
6. Panen
99.

Panen

jagung manis yang tepat adalah pada saat

kandungan gula paling tinggi, untuk mengetahuinya pada umur 64 HST


mulai dilakukan pemeriksaan. Salah satu cara untuk mengetahui
kematangannya dengan cara ditusuk dengan ibu jari, apabila biji jagung
ditusuk mengeluarkan cairan seperti susu maka jagung tersebut sudah siap
dipanen. Cara lainnya menentukan panen jagung manis yaitu dengan cara
visual dan fisik apabila rambut jagung manis sudah terlihat berwarna
putih kecoklatan dan dipegang tongkolnya sudah berisi penuh maka
jagung siap dipanen.
100. Panen jagung manis sebaiknya dilakukan pada pagi hari
tidak lebih dari pukul 09.00 pagi karena cuaca panas dapat menurunkan
kadar gula jagung manis 10% dimana gula berubah menjadi pati. Panen

32

jagung manisdilakukan secara manual dengan cara tongkol dipetik hingga


lepas dari batangnya. Untuk setiap petak perlakuan buah jagung manis
yang dipanen dimasukan ke dalam wadah (container) sedangkan buah
jagung pada tanaman sampel dimasukan ke dalam kantong plastik.
Setelah itu dilakukan pengamatan pada jagung dari tanaman sampel
meliputi: Panjang tongkol (cm), diameter tongkol (cm), Bobot tongkol
berkelobot/tanaman,

Bobot Tongkol Berkolobot/petak, Bobot Tongkol

Tanpa Kolobot/tanaman, Bobot Tongkol Tanpa Kolobot/petak.


101.
102.
3.5
Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis
103.
Analisis ragam dengan anova dilakukan terhadap data hasil
pengamatan dari variabel berupa Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Daun
(helai), Panjang tongkol (cm), Diameter tongkol (cm), Bobot Tongkol
Berkolobot/tanaman (g), Bobot Tongkol Berkolobot/petak (kg), Bobot
Tongkol Tanpa Kolobot/tanaman (g), Bobot Tongkol Tanpa Kolobot/petak
(kg). Jika dari hasil analisis ragam terdapat keragaman yang nyata,
pengujian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %
dengan model linier :
Yijk
= + ra + jb + pc + (jp)bc + abc
105.
Yijk
= Nilai pengamatan pada ulangan ke a, j pada taraf ke b
dan p
106.
pada taraf ke-c
107.

= Nilai rata-rata umum


108.
ri
= Pengaruh ulangan ke-a
109.
jj
= Pengaruh perlakuan jarak tanam ke-b
110.
pk
= Pengaruh perlakuan takaran pupuk kandang ayam ke-c
111.
(jp)jk = Pengaruh interaksi perlakuan jarak tanam ke-b dan
perlakuan
112.
Takaran pupuk kandang ayam ke-c
113.
ijk
= Pengaruh acak ulangan ke-a, perlakuan j ke-b dan
perlakuan
p ke-c.
114.
104.

33

115.

Tabel 4.Daftar Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok


faktorial

116.
117. Sumber
Keragam
an
118.
124.Ulangan

119.

120. JK

121.

125.
2

122. Fh

123. F0.

KT

2
126. X.. /t2
X.. /rt

127.

05

128. K

JKr/

129.

Tr/
K
Tg

130.
131.Perlakua
n

132.
1

133. X..bc

/r-

134.

135. K

JKt/

136.

Tt/

X.. /rt

K
Tg

137.Jarak
Tanam

138.
2

139. X..j /r
2
p-X.. /rt

140.

141. K

JKj/

142.

Tj/
K
Tg

143.Pupuk
Kandang
ayam

144.
3

2
145. X..k /

146.

rj-

JKp/

147. K

148.

Tp

X.. /rt

/K
Tg

149.Interaksi

150.
6

151. JKt-JKjJKp

152.

153. K

JKjp/

154.

Tj
p/
K
Tg

155.Galat

156.
2

161.Total

162.
3

167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.

Keterangan

157. JKT-

158.

JKr-JKt

163.
2
Xabc X..2/rp
: DB
JK
KT
Fh
F0,05

159.

160.

165.

166.

JKg/

164.

= Derajat Bebas
= Jumlah Kuadrat
= Kuadrat Tengah
= F hitung
= F table pada tingkat kepercayaan 5%

34

174.

Jika hasil analisis sidik keragaman menunjukan perbedaan yang

nyata, maka analisis data dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak


Berganda Duncan (DMRT) pada taraf nyata 5 %.
175.
LSR (;dBG;p) = SSR(;dbG;p).Sx
176.
Baku rata-rata (Sx) dihitung dengan cara sebagai berikut:
1. Jika terjadi interaksi antara jarak tanam (j 1, j2, j3) pada taraf takaran pupuk
kandang ayam (p0, p1, p2, p3) yang sama atau sebaliknya:
177.
Sx = KTG
178.
r
179.
2. Jika tidak terjadi interaksi
180.
Untuk membedakan pengaruh dua rata-rata jarak tanam (j) :
181.
a. Sx = KTG
182.
rxp
183.
b. Untuk membedakan pengaruh dua rata-rata takaran pupuk kandang ayam
(p) :
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.

Sx = KTG
rxj
Keterangan :
LSR : Least Significan Ranges
SSR : Studenttized Significant Ranges
Sx
: Galat baku rata-rata

: Taraf nyata
p
: Jarak antar perlakuan
dbG : Derajat bebas Galat
j
: Banyaknya perlakuan jarak tanam
p
: Banyaknya perlakuan pupuk kandang ayam
KTG : Kuadrat Tengah Galat
Mengetahui Takaran Pupuk Kandang ayam Optimum:
Xopt y = 0 + 1X + 2X2 +
= b0 + b1 + b2x2
Xopt = - b
2b2
Ymax = bo + (b1/2b2) + b2 (-b1/2b2)2

35

206.

DAFTAR PUSTAKA

207.
208.
AAK. 1994. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta
209.
210.
Asmara, A.A. dan E. Rahayu. 2001. Peran bahan organik terhadap
kesuburan
211.
tanah. Buletin Ilmiah Instiper . 8(1):69-78
212.
213. BPS. 2010-2012. Produktivitas dan Produksi jagung di Indonesia. Jakarta
214.
215. Bunting, E. S. 1978. Agronomic and Fhysiological Factor Affecteing
Forages Maize Production, pp. 57-237. In E. S. Bunting (Ed). Forages
Maize. ARC, London.
216.
217. Chapman, S. R. dan L. P. Carter. 1976. Crop Production Principles and
Practices. WH Freeman and Co., San Francisco.
218.
219. Doorenbos, J. dan A. H. Kassam. 1986. Yield Response to Water. FAO
Irrigation and Drainage Paper. FAO of The United Nations, Rome.
220.
221. Donald, C. M. 1963. Competition among crop and pasture plant. Adv.
Agron 15 : 1-118.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.

Ermanita, y. Bey, dan firdaus. 2004. Pertumbuhan Vegetatif Dua Varietas


Jagung pada Tanah Gambut yang diberi Limbah Pulp & Paper. Jurnal
Biogenesis. 1(1):1-8, 2004.
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Harjadi, S.S. 1984. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.
Harjadi, S. S. 1989. Dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

229.
230. Hairiah .,Widiarto, S.R.Utami, D.Suprayogo, S.M.Sitompul, Sunaryo,
B.Lusiana, R.Mulia, M.van Noorwijk & G.Cadish, 2000. Pengelolaan
kesuburan Tanah Masam Secara Biologi.International Centre for Research in
Agroforestry (ICRAF) Bogor.
231.
232. Handayanto, E., 1996. Ekologi Tanah dan Pengelolaah Kesuburan tanah
secara Biologi. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Malang

36

233.
234. Jumin, H. B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi.Raja Grafindo. Jakarta.
235.
236. Jugerheimer, R. W. 1976. Corn Improvement Seed Production and Uses.
John Willey and Son Inc., New York.
237.
238. Loomis, R. S. dan W. A. William. 1969. Productivity and the
morphology of crop stand, pp. 27-45. In R. C. Dinavers (Ed),
Physiological Aspect of Crop Yield. Crop Sci., Madison.
239.
240. Muhajir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. Dalam Subandi,
Mahddin Syam dan Adi Widjono, 1988. Jagung.Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. Hal 33-48
241.
242. Musnamar, I. E. 2003. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta
243.
244. Odum, E. P. 1959. Fundamentals of Ecology. 2nd. WB Saunders Co.,
London.
245.
246. Palungkun, R. dan A. Budiarti. 2000. Sweet Corn Baby Corn.Penebar
Swadaya. Jakarta. 79 hlm.
247.
248. Purwono dan Purnamawati, H. 2010. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan
Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
249.
250. Salisbury,
F.B.
&
C.W.
Ross.
1992.
Plant Physiology.
4thEd.Wadsworth Publishing Company Bellmount, California. 681 hal
251.
252. Satari, G. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Pustaka Giratuna. Bandung.
253.
254. Sutejo, M. M. dan Kartasapoetra. 1988. Pengantar ilmu Tanah. Bina
Aksara. Jakarta.
255.
256. Suprapto, H. S. 1990. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta. 59
hlm.
257.
258. Subandi, S, Sunarno dan Adiwidodo, 1988. Prosiding lokakarya
Penelitian Komoditi dan Studi Kasus. Proyek Pembangunan Penelitian
Terapan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
259.
260. Syekhfani. 1993. Pengaruh Sistem Pola Tanam terhadap Kandungan
Pupuk Organik dalam Mempertahankan Kesuburan Tanah. Makalah
disajikan dalam Seminar Nasional IV Budidaya Pertanian Olah Tanah
Konservasi di UNILA. Bandar Lampung.
261.

37

262.
264.
265.
266.
267.
268.

Tisdale, S.L., W.L., Nelson, and J.D. Beaton. 1995 Soil Fertility and
Fertilizer.
263. MacMillan Publishing Company. New York. 754 p
Warisno, 1998. Budidaya JagungHibrida. Kanisius.Yogyakarta.
Young RD, Weat Fall DG, Cilliver GW. 1985. Production, Marketing, and
Used of Phosphorus Fertilizers. In : O.P. Engested (Ed). Fertilizer
Technology and Use. Third Ed. Published by Soil Soc of Am., Inc.
Madison, Wisconsin. PP.323-376.

269.
270.
271.
272.

Lampiran 1. Denah Tata Letak Percobaan

273.
__

______________________ULANGAN______________________
274.
275.

276.

II

III

278.

279.
j

280.

281.
j

283.
289.

284.
290.
j

285.
291.

286.
292.
j

294.
300.

295.
301.
j

296.
302.

297.
303.
j

305.
311.

306.
312.
j

307.
313.

308.
314.
j

j
277.

282.
287.

j
288.

293.
298.

j
299.

304.
309.

38

310.

315.
320.

316.
322.

317.
323.
j

318.
324.

319.
325.
j

327.
333.

328.
334.
j

329.
335.

330.
336.
j

338.
344.

339.
345.
j

340.
346.

341.
347.
j

349.
355.

350.
356.
j

351.
357.

352.
358.
j

360.
366.

361.
367.
j

362.
368.

363.
369.
j

371.
377.

372.
378.
j

373.
379.

374.
380.
j

382.
388.

383.
389.
j

384.
390.

385.
391.
j

j
321.

326.
331.

j
332.

337.
342.

j
343.

348.
353.

j
354.

359.
364.

j
365.

370.
375.

j
376.

381.
386.

39

387.

392.
397.

393.
399.

394.
400.
j

395.
401.

396.
402.
j

398.

403.
408.
409.
410.
411.
412.

404.
405. 406.
407.
Keterangan:
Luas Petak Perlakuan
= 2,8 m x 3 m
Jarak antar petak
= 0,5 m
Jarak antar ulangan
= 1m
Lampiran 2. Deskripsi Jagung Manis Varietas BISI SWEET 1

413.
Nama
Varietas
416.
Kategori
419.

SK

422.

Tahun

425.

Tetua

428.
Rataan
Hasil
431.
Potensi
Hasil
434.
Pemulia
437.
Golonga
n
440.
Umur
50% Keluar
Rambut
443.
Umur
Panen Segar
446.
Batang
449.
Warna
Batang

414.
:
417.
:
420.
:
423.
:
426.
:
429.
:
432.
:
435.
:
438.
:
441.

415.

BISI SWEET 1

418.

Jagung Manis

421.

46/Kpts/TP.240/2/2000

424.

2000

427.
Silangan MK x S 9301 dan
FK x S 9801
430.
15 ton/ha berkolobot; 13 ton
ha tanpa kolobot
433.
12 ton/ha berkolobot;
9,5ton/ha tanpa kolobot
436.
Putu Darsana, Nasib Wignjo
Wibowo, Setio Giri
439.
Hibrida Silang Tunggal
442.
47 hari di dataran rendah;
68-73 hari di dataran tinggi

444. 445.
64 hari di dataran rendah;
:
100 hari dataran tinggi
447. 448.
Sedang, Tegap dan seragam
:
450. 451.
Hijau
:

40

452.
Tinggi
Tanaman
455.
Daun
458.
Warna
Daun
461.
Keraga
man tanaman
464.
Perakara
n
467.
Bentuk
Malai
470.
Warna
Sekam
473.
Warna
Rambut
476.
Ukuran
Tongkol
479.
Tinggi
tongkol
482.
Kelobot
485.

Biji

488.
Warna
Biji
491.
Baris
Biji
494.
Jumlah
baris/tongkol
497.
Ketahan
an thd Penyakit
500.
Keteran
gan
503.
Sumber:
504.

453.
:
456.
:
459.
:
462.
:
465.
:
468.
:
471.
:
474.
:
477.
:
480.
:
483.
:
486.
:
489.
:
492.
:
495.
:
498.
:
501.
:

454.

160 cm

457.

Sedang, agak terkulai

460.

Hijau Cerah

463.

Seragam

466.

Baik

469.

Besar, terkulai

472.

Hijau Pucat

475.

Kuning

478.

Medium

481.

74 cm

484.

Menutup biji dengan baik

487.

Semi mutiara

490.

Kuning

493.

Lurus dan rapat

496.

14-16 baris

499.
Tahan terhadap karat daun
Toleran terhadap bulai
502.
Beradaptasi baik di dataran
rendah maupun di dataran tinggi

Lampiran 3. Analisis Tanah pada tanah di Desa Wanareja Kelurahan


Pasirkareumbi Kecamatan Subang
505.
N

506.
K
OMPON
EN

507.

KAN
DUNGAN

508.
K
RITERI
A
509.

41

510. 511.
Li
1
at (%)

512.

66

514. 515.
De
bu (%)
518. 519.
Pa
sir (%)
522. 523.
N
2
-total(%)
526. 527.
C
3
-Organik(
%)
530. 531.
C/
4
N
534. 535.
Ph
5
H2O
538. 539.
Ph
6
KCL
542. 543.
P2
7
O5 Olsen

516.

17

513.
Li
at
Berpasir
517.

520.

16

521.

524.

0,10

528.

1,10

525.
R
endah
529.
R
endah

532.

11

536.

5,6

540.

4,6

544.

21,3

546. 547.
Ca
8
(me/100g)
550. 551.
M
9
g
(me/100g)
554. 555.
K
1
(me/100g)

548.
6,93
552.

1,7

556.

0,31

557.
S
edang

558. 559.
Na
1
(me/100g)

560.

0,10

561.
R
endah

562. 563.
1
TK

564.

11,68

565.
R
endah

566. 567.
Ke
1
jenuhan
Basa
570. 571.
1

568.

77,5

569.
nggi

572.

0,9

574. 575.

576.

573.
S
angat
Tinggi
577.

Fe

533.
S
edang
537.
A
gak asam
541.
M
asam
545.
S
angat
tinggi
549.
S
edang
553.
S
edang

Ti

42

(ppm)

578. 579.
1
n

580.

1,6

581.

582. 583.
1

Cu

584.

0,12

585.

586. 587.
1

Zn

588.

52,5

590. 591.
1

Al

592.

179,4

589.
S
angat
tinggi
593.

594. 595.
2

596.

16,30

597.
R
endah

600.

82,26

%)
602. 603.
2
P2O5(HCl 25

601.
S
angat
Tinggi

604.

605.

%)
606. 607.
2
Al-dd

608.

0,09

609.

598. 599.
2
K2O (HCL 25

(me/100
g)
610. 611.
H-

612.

613.

dd
(me/100
g)

614.

Sumber : Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Lembang 2014
615. *)Kriteria berdasarkan Hardjowigeno s, 1992

616.
617.
618.

43

619.
620.

Anda mungkin juga menyukai